Evaluasi dalam bimbingan klasikal bertujuan untuk menilai tingkat pencapaian tujuan bimbingan. Hal ini dilakukan melalui serangkaian asesmen yang menggunakan teknik pengukuran baik tes maupun non-tes untuk mengumpulkan data kinerja siswa. Asesmen merupakan proses penting untuk memahami karakteristik siswa sebelum hasilnya digunakan dalam evaluasi pencapaian tujuan bimbingan.
2. DEFINISI EVALUASI
• Evaluasi adalah upaya pembandingan antara atribut suatu objek
dengan patokan atau nilai tertentu (Joni, 2005) sehingga dapat
dibuat suatu keputusan (judgment), ditetapkan nilai (value) dan
manfaat (worth) terhadap objek evaluasi (Arends, 2007).
• Hasil evaluasi adalah suatu nilai; bisa berupa baik-buruk, indah-
jelek, tepat-salah sasaran, lulus-gagal dan seterusnya.
3. • Dalam konteks bimbingan klasikal, evaluasi diarahkan untuk
menilai tingkat ketercapaian tujuan bimbingan klasikal.
• Guna menilai ketercapaian tujuan bimbingan klasikal, konselor
perlu mengumpulkan data kinerja siswa dalam mengikuti
bimbingan klasikal melalui serangkaian kegiatan asesmen.
4. KONSEP YANG RELEVAN DENGAN
EVALUASI
• Asesmen adalah penggunaan berbagai metode pengukuran
untuk memahami suatu objek (Gregory, 2000).
• Contoh asesmen: guna memahami karakteristik seorang siswa A,
diperlukan pengenalan akan prestasi belajarnnya, inteligensi,
status sosial ekonomi, identitas diri dan keluarga dan seterusnya.
• Penggunaan berbagai metode pengukuran sehingga diperoleh
data dan informasi yang lengkap untuk memahami seorang
individu merupakan proses asesmen.
5. • Tegasnya, asesmen lazimnya dilakukan dengan menggunakan
berbagai metode pengukuran atau pengenaan angka pada suatu
objek (Gregory, 2000).
• Hasil pengukuran adalah data hasil ukur yamg biasanya berupa
angka, seperti angka dari panjang suatu benda.
• Metode pengukuran dapat dibagi menjadi dua, yakni teknik tes
maupun teknik non-tes.
6. • Definisi tes:
1. Prosedur yang terstandar; Prosedur administrasi tes psikologi bersifat
baku/standar. Kestandaran prosedur tes diantaranya mencakup kompetensi
tester, pelancaran, administrasi. Untuk bisa menjadi seorang tester ada
kualifikasi tertentu yang dipersyaratkan. Pelancaran dan administrasi tes
telah ditetapkan prosedurnya dalam manual tes.
2. Sampel perilaku; Guna memahami suatu konstruk psikologi, maka perlu
diuji sampel perilaku yang mewakili konstruk psikologi yang hendak diukur.
Contoh: untuk memahami penguasaan anak tentang penjumlahan 1 – 10,
seorang guru tidak perlu membuat soal 1 + 1 sampai 10 + 10, melainkan
cukup beberapa soal yang representatif bagi kemampuan penjumlah 1 –
10.
7. 3. Pengkategorisasian; Hasil tes psikologi pada hakekatnya untuk
mengkategorisasikan kedudukan testee dalam suatu populasi.
4. Norma atau standar yang dijadikan untuk menggolongkan testee; Hasil tes
psikolgi tidak bermakna bagi siswa apabila hasil tes tersebut tidak
dibandingkan dengan suatu kriteria. Ada dua jenis norma yang dapat
digunakan untuk menggolongkan testee, yaitu norma yang beracuan pada
kriteria dan norma yang beracuan pada kelompok.
Norma beracuan pada kriteria merupakan norma yang disusun atas dasar
ketetapan tertentu, misalnya norma untuk kelulusan dalam ujian nasional
(UN). Norma beracuan kelompok merupakan norma yang dikembangkan
berdasarkan kondisi kelompok, seperti norma untuk penetapan tingkat IQ.
Dalam tes psikologi, norma beracuan kelompok lebih banyak digunakan
daripada norma yang baracuan kriteria.
8. 5. Mampu memprediksi perilaku non tes; Hasil tes psikologi
diharapkan memiliki nilai prediktif terhadap perilaku non tes.
Tanpa memiliki nilai prediktif suatu tes psikologis tidak memiliki
arti. Suatu tes inteligensi, misalnya, harus mampu untuk
memprediksi tingkat keberhasilan siswa dalam belajar.
9. • Teknik non-tes non-tes lebih diarahkan untuk mengeksplorasi
karakteristik atau keunikan individu secara subjektif.
• Hasil pengukuran non-tes tidak dibandingkan dengan norma-
norma tertentu karena fokusnya untuk mengetahui karakteristik
individu dari sisi keunikannya.
• Terdapat banyak teknik non-tes yang dapat diaplikasikan dalam
evaluasi bimbingan klasikal, seperti angket, wawancara, skala
psikologis, skala penilaian, sosiometri, dan seterusnya
10. KESALINGTERKAITAN ANTARA EVALUASI,
ASESMEN, PENGUKURAN, DAN TES
• Asesmen dilakukan dengan menggunakan berbagai
metode pengukuran
• Selanjutnya, pengukuran dilakukan dengan teknik tes dan
non-tes; hasil berupa data pengukuran
• Hasil asesmen penting untuk digunakan menilai
pencapaian tujuan bimbingan klasikal (evaluasi)