Dokumen tersebut membahas perbedaan pengukuran, penilaian, dan evaluasi dalam proses pembelajaran. Pengukuran bersifat kuantitatif untuk membandingkan hasil tes dengan standar, penilaian bersifat kualitatif untuk menilai hasil pengukuran, dan evaluasi digunakan untuk mengambil keputusan berdasarkan informasi yang diperoleh. Dokumen juga membedah jenis-jenis skala pengukuran yaitu nominal, ordinal, interval, dan rasio.
2. PERBEDAAN PENGUKURAN, PENILAIAN DAN EVALUASI
Pengukuran adalah membandingkan hasil tes dengan standar yang ditetapkan.
Pengukuran bersifat kuantitatif. Sedangkan menilai adalah kegiatan mengukur dan
mengadakan estimasi terhadap hasil pengukuran atau membanding-bandingkan dan tidak
sampai ke taraf pengambilan keputusan.Penilaian bersifat kualitatif.
Penilaian adalah suatu proses untuk mengambil keputusan dengan menggunakan
informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar baik yang menggunakan tes
maupun nontes.
Evaluasi Menurut Suharsimi Arikunto (2004: 1) adalah kegiatan untuk
mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi
tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil keputusan.
Pengukuran, penilaian dan evaluasi merupakan kegiatan yang bersifat hierarki.
Artinya ketiga kegiatan tersebut dalam kaitannya dengan proses belajar mengajar tidak
dapat dipisahkan satu sama lain dan dalam pelaksanaannya harus dilaksanakan secara
berurutan.
Agar lebih jelas perbedaannya maka perlu dispesifikasi lagi untuk pengertian
masing-masing
• Evaluasi pembelajaran adalah suatu proses atau kegiatan untuk menentukan nilai,
kriteria-judgment atau tindakan dalam pembelajaran.
• Penilaian dalam pembelajaran adalah suatu usaha untuk mendapatkan berbagai
informasi secara berkala, berkesinambungan, dan menyeluruh tentang proses dan
hasil dari pertumbuhan dan perkembangan yang telah dicapai oleh anak didik
melalui program kegiatan belajar.
• Pengukuran atau measurement merupakan suatu proses atau kegiatan untuk
menentukan kuantitas sesuatu yang bersifat numerik. Pengukuran lebih bersifat
kuantitatif, bahkan merupakan instrumen untuk melakukan penilaian. Dalam
3. dunia pendidikan, yang dimaksud pengukuran sebagaimana disampaikan
Cangelosi (1995: 21) adalah proses pengumpulan data melalui pengamatan
empiris.
Pengertian Evaluasi, Pengukuran, Penilaian (Assessment)
Banyak orang mencampur adukkan pengertian antara evaluasi, pengukuran
(measurement), penilaian (assessment), padahal ketiganya memiliki pengertian yang
berbeda. Evaluasi adalah kegiatan identifikasi untuk melihat apakah suatu program yang
telah direncanakan telah tercapai atau belum, berharga atau tidak, dan dapat pula untuk
melihat tingkat efisiensi pelaksanaannya. Evaluasi berhubungan dengan keputusan nilai
(value judgement). Stufflebeam (Abin Syamsuddin Makmun, 1996) memengemukakan
bahwa : educational evaluation is the process of delineating, obtaining,and providing
useful, information for judging decision alternatif . Dari pandangan Stufflebeam, kita
dapat melihat bahwa esensi dari evaluasi yakni memberikan informasi bagi kepentingan
pengambilan keputusan. Di bidang pendidikan, kita dapat melakukan evaluasi terhadap
kurikulum baru, suatu kebijakan pendidikan, sumber belajar tertentu, atau etos kerja guru.
Pengukuran (measurement) adalah proses pemberian angka atau usaha memperoleh
deskripsi numerik dari suatu tingkatan di mana seorang peserta didik telah mencapai
karakteristik tertentu. Pengukuran adalah penentuan besaran, dimensi, atau kapasitas,
biasanya terhadap suatu standar atau satuan pengukuran. Pengukuran tidak hanya terbatas
pada kuantitas fisik, tetapi juga dapat diperluas untuk mengukur hampir semua benda
yang bisa dibayangkan, seperti tingkat ketidakpastian, atau kepercayaan konsumen.
Penilaian (assessment) adalah penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam
alat penilaian untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil belajar peserta
didik atau ketercapaian kompetensi (rangkaian kemampuan) peserta didik. Penilaian
menjawab pertanyaan tentang sebaik apa hasil atau prestasi belajar seorang peserta
didik.Hasil penilaian dapat berupa nilai kualitatif (pernyataan naratif dalam kata-kata)
dan nilai kuantitatif (berupa angka). Pengukuran berhubungan dengan proses pencarian
atau penentuan nilai kuantitatif tersebut. Penilaian hasil belajar pada dasarnya adalah
4. mempermasalahkan, bagaimana pengajar (guru) dapat mengetahui hasil pembelajaran
yang telah dilakukan.
Evaluasi berasal dari bahasa Inggris evaluation yang berarti penilaian atau
penaksiran (John M. Echols dan Hasan Shadily: 1983). Menurut Stufflebeam,
dkk (1971) mendefinisikan evaluasi sebagai “The process of delineating,
obtaining, and providing useful information for judging decision
alternatives”. Artinya evaluasi merupakan proses menggambarkan,
memperoleh, dan menyajikan informasi yang berguna untuk merumuskan suatu
alternatif keputusan. Evaluasi adalah kegiatan mengukur dan menilai. Mengukur
lebih besifat kuantitatif, sedangkan menilai lebih bersifat kualitatif.
Aplikasi Terhadap Proses Belajar Mengajar
Hasil belajar peserta didik dapat diklasifikasi ke dalam tiga ranah (domain), yaitu:
(1) domain kognitif (pengetahuan atau yang mencakup kecerdasan bahasa dan kecerdasan
logika – matematika) ,
(2) domain afektif (sikap dan nilai atau yang mencakup kecerdasan antarpribadi dan
kecerdasan intrapribadi, dengan kata lain kecerdasan emosional), dan
(3) domain psikomotor (keterampilan atau yang mencakup kecerdasan kinestetik,
kecerdasan visual-spasial, dan kecerdasan musikal).
Pengajar harus mengetahui sejauh mana pebelajar (learner) telah mengerti bahan
yang telah diajarkan atau sejauh mana tujuan/kompetensi dari kegiatan pembelajaran
yang dikelola dapat dicapai. Tingkat pencapaian kompetensi atau tujuan instruksional
dari kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan itu dapat dinyatakan dengan nilai.
Sejauh mana masing-masing domain tersebut memberi sumbangan terhadap sukses
seseorang dalam pekerjaan dan kehidupan ? Data hasil penelitian multi kecerdasan
menunjukkan bahwa kecerdasan bahasa dan kecerdasan logika-matematika yang
termasuk dalam domain kognitif memiliki kontribusi hanya sebesar 5 %. Kecerdasan
antarpribadi dan kecerdasan intrapribadi yang termasuk domain afektif memberikan
5. kontribusi yang sangat besar yaitu 80 %. Sedangkan kecerdasan kinestetik, kecerdasan
visual-spatial dan kecerdasan musikal yang termasuk dalam domain psikomotor
memberikan sumbangannya sebesar 5 %
Namun, dalam praxis pendidikan di Indonesia yang tercermin dalam proses belajar-
mengajar dan penilaian, yang amat dominan ditekankan justru domain kognitif. Domain
ini terutama direfleksikan dalam 4 kelompok mata pelajaran, yaitu bahasa, matematika,
sains, dan ilmu-ilmu sosial. Domain psikomotor yang terutama direfleksikan dalam mata-
mata pelajaran pendidikan jasmani, keterampilan, dan kesenian cenderung disepelekan.
Demikian pula, hal ini terjadi pada domain afektif yang terutama direfleksikan dalam
mata-mata pelajaran agama dan kewarganegaraan.
Agar penekanan dalam pengembangan ketiga domain ini disesuaikan dengan proporsi
sumbangan masing-masing domain terhadap sukses dalam pekerjaan dan kehidupan, para
guru perlu memahami pengertian dan tingkatan tiap domain serta bagaimana
menerapkannya dalam proses belajar-mengajar dan penilaian.
Perubahan paradigma pendidikan dari behavioristik ke konstruktivistik tidak hanya
menuntut adanya perubahan dalam proses pembelajaran, tetapi juga termasuk perubahan
dalam melaksanakan penilaian pembelajaran siswa. Dalam paradigma lama, penilaian
pembelajaran lebih ditekankan pada hasil (produk) dan cenderung hanya menilai
kemampuan aspek kognitif, yang kadang-kadang direduksi sedemikian rupa melalui
bentuk tes obyektif. Sementara, penilaian dalam aspek afektif dan psikomotorik kerapkali
diabaikan.
Dalam pembelajaran berbasis konstruktivisme, penilaian pembelajaran tidak hanya
ditujukan untuk mengukur tingkat kemampuan kognitif semata, tetapi mencakup seluruh
aspek kepribadian siswa, seperti: perkembangan moral, perkembangan emosional,
perkembangan sosial dan aspek-aspek kepribadian individu lainnya. Demikian pula,
penilaian tidak hanya bertumpu pada penilaian produk, tetapi juga mempertimbangkan
segi proses.
6. MACAM-MACAM SKALA PENGUKURAN
Skala pengukuran merupakan seperangkat aturan yang diperlukan untuk
mengkuantitatifkan data dari pengukuran suatu variable. Dalam melakukan analisis
statistik, perbedaan jenis data sangat berpengaruh terhadap pemilihan model atau alat uji
statistik. Tidak sembarangan jenis data dapat digunakan oleh alat uji tertentu. Macam-
macam skala pengukuran dapat berupa skala nominal, ordinal, interval dan ratio.
Skala Nominal .
Pengukuran dengan skala nominal merupakan tingkat mengkategorikan, memberi nama
dan menghitung fakta-fakta dari obyek yang diteliti. Dimana angka yang diberikan pada
obyek hanya mempunyai arti sebagai label saja dan tidak menunjukkan tingkatan yang
berarti.
contoh, kita dapat menempatkan individu untuk kategori seperti laki-laki dan perempuan
tergantung pada jenis kelamin mereka, atau kecerdasan dengan kategori tinggi dan rendah
berdasarkan nilai intelijen.
.
Skala Ordina .
Skala (ukuran) ordinal adalah skala yang merupakan tingkat ukuran kedua, yang
berjenjang sesuatu yang menjadi ‘lebih’ atau ‘kurang’ dari yang lainnya. Ukuran ini
digunakan untuk mengurutkan objek dari yang terendah hingga tertinggi dan sebaliknya
yang berarti peneliti sudah melakukan pengukuran terhadap variable yang diteliti.
Contohnya adalah: A lebih besar atau lebih baik dari pada B, B lebih besar dari atau lebih
baik dari daripada C, dan seterusnya. Hubungan tersebut ditunjuk oleh simbol ‘>’ yang
berarti ‘Lebih besar dari’ mengacu pada atribut tertentu. Kita bisa melanjutkan dengan
latihan sebelumnya untuk membuatnya lebih jelas. Perlu diingat bahwa hubungan antara
kedua peringkat adalah tidak bisa di gambarkan secara rinci bahwa nilai A adalah dua
kali lipat dari B atau A empat kali lipat dari C
7. Skala Interval .
Merupakan tingkat pengukuran ke tiga, dimana pemberian angka pada set objek yang
memilih sifat ordinal, ditambah dengan satu sifat yang lain, yakni memberikan nilai
absolute pada data/ objek yang akan diukur. Ukuran rasio ini mempunyai nilai nol (0)
absolute (tidak ada nilainya). Contoh Interval adalah timbangan seperti skala Fahrenheit
dan IQ
.
Skala Rasio .
Merupakan tingkat pengukuran tertinggi, dimana ukuran ini mencakup semua persyaratan
pada ketiga jenis ukuran sebelumnya, ditambah dengan satu sifat yang lain, yakni ukuran
ini memberikan nilai absolute pada data/objek yang akan diukur. Ukuran rasio ini
mempunyai nilai nol (0) .
Contoh : penghasilan pegawai 0 (berarti pegawai itu tidak menerima uang sedikitpun).
Sebuah bentuk skala akan mengingatkan kita pada alat ukur termometer, penggaris,
atau mungkin dipandang sebagai satu item pengukuran, seperti dalam skala Likert. Hal
ini menjadikan skala sebagai cara untuk mengukur secara sistematis yang ditetapkan
berdasarkan skor atau nilai pada skala yang dipilih.
Meskipun sejumlah skala yang ada dapat dibuat untuk mengukur atribut orang, benda,
peristiwa, dan sebagainya, semua skala memiliki empat tipe dasar yaitu: Nominal,
Ordinal, Interval dan Rasio.
Skala ini sebenarnya merupakan empat hirarki prosedur pengukuran, terendah dalam
hirarki adalah skala nominal dan yang tertinggi adalah skala pengukuran ratio. Itulah
sebabnya ‘Tingkat pengukuran’ ini telah digunakan oleh beberapa sarjana dalam
pembuatan dan penggunaan skala pengukuran.