SlideShare a Scribd company logo
1 of 13
Download to read offline
Hak cipta © Direktorat Pembelajaran, Dit Belmawa, Kemenristekdikti RI, 2018
PENDEKATAN SISTEMATIS DALAM MANAJEMEN KELAS
Oleh: Sunawan, Ph.D.
a. Mendesain lingkungan fisik
Lingkungan fisik sangat berkontribusi terhadap proses bimbingan klasikal. Oleh
karena itu, pengelola kelas yang baik akan sadar pentingnya menata lingkungan fisik
yang mendukung terjalinnya interaksi konselor-siswa. Dengan demikian, penataan
lingkungan fisik bukan sekedar isu tentang menata barang di kelas. Berikut ini adalah
prinsip-prinsip dalam penataan kelas.
1) Pastikan bahwa konselor dapat dengan mudah bisa melihat semua siswa. Selama
bimbingan klasikal berlangsung, konselor dituntut untuk mampu memantau
aktivitas siswa dengan cermat. Oleh karena itu, posisi meja konselor, meja siswa,
dan posisi konselor dalam menyampaikan materi memungkinkan konselor dapat
menatap dan mengamati perilaku siswa.
2) Kurangi kepadatan di tempat lalu lalang. Tempat yang ramai untuk berlalu lalang
sangat potensial akan mendatangkan gangguan bagi kegiatan bimbingan klasikal.
Oleh karenanya, tempat-tempat semacam itu diharapkan dapat dijauhkan. Contoh
tempat yang potensial sebagai tempat lalu lalang adalah meja guru, pintu kelas, dan
seterusnya.
3) Perlengkapan siswa dan materi bimbingan klasikal harus mudah diakses. Apabila
diperlukan berikan siswa waktu khusus sebelum bimbingan klasikal untuk
mempersiapkan materi dan perlengkapan mereka. Ini penting untuk mengurangi
gangguan yang muncul selama bimbingan klasikal berlangsung.
4) Pastikan semua murid dapat melihat dengan mudah presentasi kelas. Posisi duduk
siswa yang tidak mudah mengakses presentasi kelas akan membuat mereka tidak
terlibat dalam pembelajaran. Konsekuensinya, mereka akan cenderung melakukan
aktivitas yang tidak terkait pelajaran dan berpotensi mengganggu siswa lain. Untuk
mengetahui seberapa baik para siswa dapat mengakses presentasi kelas, maka
konselor perlu duduk di posisi siswa.
Hak cipta © Direktorat Pembelajaran, Dit Belmawa, Kemenristekdikti RI, 2018
Menurut Santrock (2004), terdapat beberapa lima gaya dalam penataan tempat
duduk siswa. Gaya penataan tempat duduk tersebut dapat dipilih sesuai dengan metode
bimbingan klasikal yang akan diaplikasikan. Gaya penataan tempat duduk tersebut
adalah: gaya auditorium, gaya tatap muka (face-to-face), gaya off-set, gaya seminar,
dan gaya klaster. Berikut ini paparan setiap gaya.
1) Gaya Auditorium. Susunan gaya auditorium menempathan semua siswa duduk
menghadap guru. Gaya auditorium ini sering dipakau ketika konselor memberikan
presentasi dalam kegiatan bimbingan klasikalnya.
Gambar 1. Gaya auditorium
2) Gaya tatap muka (face to face). Dalam susunan gaya tatap muka para siswa saling
tatap muka. Dalam susunan gaya tatap muka ini potensi gangguan dalam bimbingan
klasikal lebih besar dibandingkan gaya auditorium.
Gambar 2. Gaya tatap muka
3) Gaya off set. Sejumlah siswa yang biasanya terdiri atas tiga sampai empat siswa
duduk di bangku tetapi tidak duduk berhadapan langsung satu sama lain. Gaya off
Hak cipta © Direktorat Pembelajaran, Dit Belmawa, Kemenristekdikti RI, 2018
set umumnya digunakan untuk melaksanakan metode pembelajaran kooperatif
(cooperative learning).
Gambar 3. Gaya off set
4) Gaya seminar. Susunan tempat duduk dalam gaya seminar dibuat membuat pola
lingkaran atau persegi atau bentuk U. Gaya ini efektif untuk mengopetimalkan
interaksi antara siswa dengan konselor dan siswa dengan siswa lainnya.
Gambar 4. Gaya seminar
5) Gaya klaster. Susunan gaya klaster menempatkan sejumlah siswa (antara 4 sampai
8 siswa) bekerja dalam kelompok kecil. Pembelajaran kolaboratif biasanya sangat
efektif dilaksanakan dengan menggunakan susunan gaya klister.
Gambar 5. Gaya klaster
Hak cipta © Direktorat Pembelajaran, Dit Belmawa, Kemenristekdikti RI, 2018
b. Menciptakan lingkungan yang positif untuk bimbingan klasikal
Terdapat beberapa strategi yang dapat diaplikasikan konselor untuk menciptakan
lingkungan kelas yang positif.
1) Menggunakan gaya otoritatif. Konselor yang otoritatif mendorong siswa untuk
menjadi pemikir yang mandiri dengan sedikit monitor. Konselor yang otoritatif juga
menunjukkan sikap perhatian dan bekerjasama dengan siswa. Dalam hal tata tertib
kelas, konselor yang otoritatif akan menjelaskan aturan dan regulasi kelas serta
menentukan standar (seperti standar berperilaku) dengan mempertimbangkan
masukan dari siswa. Gaya ini berbeda dengan dua gaya lain yang tidak efektif untuk
menciptakan lingkungan positif, yakni gaya otoritarian dan permisif. Gaya
otoritarian dilakukan dengan kaku, tidak memberi kesempatan bagi siswa untuk
mandiri dan cenderung berorientasi pada hukuman dalam mengembangkan
perilaku. Sementara gaya permisif dilakukan dengan memberi kebebasan yang
seluas-luasnya kepada siswa tetapi tidak diikuti dengan pemberian dukungan.
Akibantnya, siswa cenderung memiliki kontrol diri yang rendah dan kompetensi
akademik yang rendah.
2) Mengelola aktivitas kelas secara efektif. Konselor yang efektif dalam mengelola
kelas berbeda dengan konselor yang tidak efektif dilihat dari cara mengelola
aktivitas kelompok secara efektif. Konselor yang efektif dalam mengelola kelas
cenderung menunjukkan hal-hal di bawah ini:
a) Menunjukkan seberapa jauh siswa “mengikuti” aktivitas kelas. Konselor yang
efektif senantiasa melakukan pemantauan secara berkala sehingga mereka
mampu melakukan deteksi dini perilaku siswa yang lepas kendali.
b) Atasi situasi tumpeng-tindih secara efektif. Dalam mengelola, konselor berpikir
untuk mengatasi situasi hambatan kelas satu persatu. Hal ini tidaklah efektif
karena hambatan tersebut akan terus-menerus datang. Oleh karena itu, konselor
yang efektif akan berkeliling kelas untuk mengecek pekerjaan siswa dan
sekaligus di saat yang sama mengamati atau memantau perilaku keseluruhan
siswa.
Hak cipta © Direktorat Pembelajaran, Dit Belmawa, Kemenristekdikti RI, 2018
c) Menjaga kelancaran dan kesinambungan kegiatan bimbingan klasikal. Konselor
yang mengelola kelas secara efektif berusaha menjaga setiap tahapan atau
langkah bimbingan klasikal berjalan lancar, berusaha mempertahankan dan
menjaga minat siswa dalam mengikuti bimbingan klasikal.
d) Libatkan siswa dalam berbagai aktivitas yang menantang. Tugas yang menantang
adalah tugas yang tidak terlalu mudah dan sekaligus tidak terlalu sulit. Konselor
sebagai pengelola kelas diharapkan dapat mengajak siswa menyelesaikan tugas-
tugas menantang. Konsekuensinya, mereka akan bekerja lebih banyak di luar
pemantauan konselor
3) Membuat, mengajarkan dan mempertahankan aturan dan prosedur. Aturan dan
prosedur sama-sama standar atau ekspektasi perilaku siswa yang diharapkan.
Namun yang membedakan adalah kalau atura memfokus pada ekspektasi umum
atau spesifik atau standar perilaku, contoh aturan umum “Hargai orang lain”,
sedangkan contoh aturan yang spesifik “Dilarang mengunyah permen karet di dalam
kelas." Adapun prosedur adalah ekspektasi tentang perilaku umum yang bisanya
berlaku atau diterapkan pada aktivitas spesifik dan diarahkan untuk mencapai suatu
tujuan. Prosedur biasanya digunakan dalam penyelesaian tugas, pengumpulan PR,
memulai kelas, dan seterusnya.
Kotak 1. Membangun aturan dan prosedur kelas
Berikut ini prinsip dalam menyusun aturan dan prosedur kelas:
1. Aturan dan prosedur harus masuk akal dan sesuai dengan kebutuhan. Dalam
membuat aturan dan prosedur pastikan bahwa aturan dan prosedur itu tepat
dengan kebutuhan penyelenggaraan bimbingan klasikal dan memiliki
dasar/alasan yang penting. Jika datang tepat waktu penting dan dibutuhkan,
maka aturan datang tepat waktu menjadi penting menjadi aturan. Jika ada
siswa terlambat konselor dapat menjelaskan alasan penting datang tepat
waktu, yakni agar siswa tidak kehilangan materi penting dari kegiatan
bimbingan klasikal.
Hak cipta © Direktorat Pembelajaran, Dit Belmawa, Kemenristekdikti RI, 2018
2. Aturan dan prosedur harus jelas dan dapat dipahami. Aturan dan prosedur yang
tidak mudah dipahami membuat siswa menginterpretasi secara keliru tentang
perilaku yang diharapkan. Oleh karena peraturan idealnya disepakati bersama
siswa, maka konselor dapat mengajukan aturan umum dan siswa dapat
memberikan masukan terkait contoh spesifiknya.
3. Aturan dan prosedur harus konsisten dan relevan dengan tujuan bimbingan
klasikal. Konselor perlu mempertimbangkan manfaat bagi kegiatan
bimbingan klasikan ketika hendak mengusulkan aturan dan prosedur.
4. Aturan harus konsisten dengan peraturan sekolah. Sebelum membuat aturan
kelas bersama siswa untuk mendukung penyelenggaraan bimbingan klasikal,
konselor perlu mengenali terlebih dahulu peraturan sekolah. Rata-rata sekolah
saat ini telah memiliki peraturan tentang tata tertib sekolah dan kaidah
sanksinya.
4) Mengajak murid untuk bekerjasama. Ada beberapa hal yang dilakukan agar konselor
dan siswa dapat membangun suatu kerjasama. Pertama, menjalin hubungan positif
dengan siswa. Hal ini diawali dengan memberikan perhatian kepada seluruh siswa.
Perhatian ini ditunjukkan dengan kepekaan konselor terhadap kebutuhan siswa,
pemberian dukungan kepada siswa selama belajar dan menunjukkan keterampilan
komunikasi yang tepat (termasuk keterampilan mendengar). Kedua, mengajak
murid untuk berbagi dan mengemban tanggungjawab. Strategi mengajak murid
mengemban tanggungjawab dibahas dalam kotak …. Ketiga, memberi penguatan
pada perilaku yang tepat. Prinsip dalam teori behavioral menunjukkan bahwa
belajar terjadi apabila perilaku yang diharapkan mendapat penguatan
(reinforcement). Oleh karena itu, penting bagi konselor untuk mencermati setiap
pemberian konsekuensi atas perilaku siswa. Jangan sampai pemberian konsekuensi
positif malah disandingkan pada perilaku yang tidak diharapkan. Lihat kotak 2
untuk mengetahui penggunaan penguatan secara efektif dan tidak efektif.
Hak cipta © Direktorat Pembelajaran, Dit Belmawa, Kemenristekdikti RI, 2018
Kotak 2. Perbedaan penguatan yang efektif dan tidak efektif
Penguatan Efektif Penguatan yang Tidak Efektif
1. Diberikan secara berkala 1. Diberikan secara acak atau tidak
sistematik
2. Mengarah perilaku tertentu yang
diperkuat secara spesifik
2. Tidak spesifik dan global
3. Dipersepsi kredibel oleh siswa,
melalui tanda-tanda bahwa pujian
itu tidak rutin tapi spontan
3. “Seragam”, menunjukkan bahwa
penguatan itu adalah reaksi
otomatik yang diberikan dengan
pemikiran minimal
4. Penguatan untuk kinerja tertentu
(yang dapat memasukkan usaha)
4. Menghargai partisipasinya saja,
tanpa mempertimbangkan proses
atau hasilnya
5. Memberikan informasi yang
spesifik kepada siswa tentang
prestasinya
5. Tidak memberikan informasi
kepada siswa atau informasi
tentang statusnya
Hak cipta © Direktorat Pembelajaran, Dit Belmawa, Kemenristekdikti RI, 2018
Penguatan Efektif Penguatan yang Tidak Efektif
6. Mengarahkan siswa pada apresiasi
yang lebih baik terhadap on-task
behavior dan berorientasi pada
penyelesaian masalah
6. Mengarahkan siswa pada
membandingkan dirinya-sendiri
dengan siswa lain dan memikirkan
tentang kompetensi
7. Menggunakan prestasi siswa
sebelumnya sebagai dasar
perbandingan
7. Menggunakan prestasi teman-
temannya sebagai dasar
perbandingan
8. Diberikan untuk mengakui usaha
yang patut dihargai atau
keberhasilan pada tugas yang sulit
(bagi siswa tersebut)
8. Dilakukan tanpa menghargai usaha
yang dikeluarkan atau makna
keberhasilannya
9. Mengatribusikan kesuksesan pada
usaha yang menyiratkan bahwa
kesuksesan serupa dapat dicapai di
masa mendatang
9. Mengatribusikan kesuksesan pada
kemampuan saja atau pada faktor-
faktor eksternal seperti
keberuntungan
10. Mendorong atribusi internal 10. Mendorong pada atribusi eksternal
Sumber: Muijs & Reynold (2008)
c. Menghadapi perilaku bermasalah
Saat konselor menghadapi perilaku bermasalah siswa dalam mengikuti
bimbingan klasikal, maka konselor dapat memanfaatkan strategi intervensi minor dan
moderat (Santrock, 2004). Berikut ini paparannya.
1) Intervensi minor. Beberapa perilaku cukup dengan dihadapi dengan intervensi minor
atau kecil, seperti bercanda, meninggalkan tempat duduk tanpa ijin. Perilaku
bermasalah ini ini biasanya mengganggu aktivitas belajar. Berikut ini strategi
intervensi minor.
a) Gunakan isyarat nonverbal. Contoh melihat siswa yang berbicara dengan temam
sebangku, konselor melakukan kontak mata kemudian menggeleng kepala.
b) Teruskan lanjutkan aktivitas belajar. Terkadang saat transisi atau jedah dalam
presentasi atau pemaparan guru ataupun jeda dalam diskusi yang terlalu lama
membuat siswa melakukan aktivitas yang tidak diharapkan seperti meninggalkan
Hak cipta © Direktorat Pembelajaran, Dit Belmawa, Kemenristekdikti RI, 2018
tempat duduk. Menghadapi situasi ini, konselor bukan mengoreksi tindakan
siswa tetapi segeralah memulai aktivitas baru.
c) Dekati siswa. Ketika siswa bertindak menyimpang, seperti bicara dengan teman
sebangku, konselor cukup mendekati tempat duduknya kemudian dia akan diam.
d) Arahkan perilaku. Jika siswa mengabaikan tugasnya, termasuk tugas kelas, maka
ingatkan mereka tentang kewajibannya dengan mengatakan, “Baiklah, ingat,
semua siswa wajib menyelesaikan tugas ini!”
e) Beri instruksi yang diberikan. Siswa terkadang melakukan kesalahan tertentu saat
mengikuti bimbingan klasikal karena mereka memahami cara menyelesaikan
suatu tugas. Dalam situasi semacam ini, konselor perlu untuk memberi petunjuk
atau instruksi yang diperlukan dan pantau perkembangannya untuk memastikan
siswa paham cara menyelesaikan tugas tersebut.
f) Suruh murid berhenti dengan nada tegas (asertif) dan langsung. Jalin kontak mata
dengan siswa, bersikaplah asertif dan minta siswa menghentikan tindakan
mereka. Kemudian pantau perkembangannya sampai murid menjadi patuh.
Kotak 3. Teknik komunikasi asertif
Ada empat gaya komunikasi verbal dalam menghadapi situasi konflik,
yaitu:
1. Gaya agresif merupakan gaya komunikasi yang cenderung kasar kepada
orang lain, menuntut, kasar, dan bertindak dengan pola bermusuhan.
Individu dengan gaya ini cenderung tidak peka dengan kebutuhan orang
lain.
2. Gaya manipulatif merupakan gaya komunikasi untuk mendapatkan sesuatu
yang diinginkan dari orang lain dengan membuat orang lain merasa
bersalah kepadanya.
3. Gaya pasif merupakan gaya komunikasi yang tidak tegas dan pasrah serta
tidak mau memberitahu apa yang seharusnya dilakukan orang lain.
Hak cipta © Direktorat Pembelajaran, Dit Belmawa, Kemenristekdikti RI, 2018
4. Gaya tegas (assertive) merupakan gaya komunikasi yang mengekspresikan
perasaannya, meminta apa yang dia inginkan dan mengakatan “tidak”
untuk menolak apa yang tidak dia inginkan.
Dari keempat gaya komunikasi di atas, gaya tegas merupakan gaya yang
terbaik dalam menghadapi dan mengatasi konflik. Berikut ini adalah strategi
untuk meningkatkan asertivitas:
1. Evaluasilah hak-hak pribadi Anda. Dalam setiap situasi, kita perlu
menentukan hak-hak yang kita miliki, seperti hak untuk membuat
kesalahan dan mengubah pikiran atau pandangan.
2. Kemukakan masalah dan konsekuensinya kepada orang lain. Jelaskan sudut
pandang kita tentang situasi yang dihadapi, termasuk meski orang lain
sudah memahaminya. Diskripsikan masalah yang dihadapi secara objektif
tanpa perlu menyalahkan orang lain. Contoh, “Saya merasa terganggu
kalau kalian ribut di kelas. Jadi tolong jangan diulangi lagi ya!”
3. Ekspresikan perasaan tentang situasi tertentu. Ketika kita menyatakan
perasaan kita terhadap suatu situasi, maka orang lain baik yang setuju
maupun tidak setuju dengan kita akan memahami perasaan kita tentang
situasi yang dihadapi. Untuk menyatakan perasaan gunakan teknik
komunikasi pesan saya (I-message) bukan pesan kamu (you-message).
Contoh pesan saya, “Saya tidak suka kalau kamu datang terlambat.”
Bandingkan dengan pesan kamu, contoh, “Kamu pemalas, kerjaannya
terlambat terus!“
4. Kemukakan permintaan Anda. Poin ini merupakan hal paling penting dari
perilaku tegas. Kemukakan hal yang kita inginkan ataupun yang tidak kita
inginkan secara langsung dan lugas.
Beberapa pedoman dalam berperilaku tegas:
1. Gunakan perilaku non-verbal yang asertif, seperti percaya diri, tenang,
melakukan kontak mata.
Hak cipta © Direktorat Pembelajaran, Dit Belmawa, Kemenristekdikti RI, 2018
2. Kemukakan permintaan secara sederhana. Kalimat permintaan diharapkan
lugas dan mudah dipahami.
3. Hindari pengajuan permintaan lebih dari satu dalam satu waktu.
4. Jangan minta maaf atas permintaan yang Anda ajukan.
5. Jelaskan manfaat dari permintaan atau penolakan Anda.
g) Beri murid pilihan. Strategi ini dilakukan dengan memberi siswa tanggung jawab
membuat pilihan dengan mengatakan bahwa dia memiliki pilihan untuk
bertindak benar atau salah, kesemuanya ada konsekuensinya dan kita tidak bisa
memilih konsekuensi itu.
2) Intervensi moderat. Jenis intervensi ini lebih kuat dibandingkan dengan intervensi
minor yang telah dibahas sebelumnya. Berikut ini strategi dalam intervensi moderat:
a) Jangan beri siswa kesempatan untuk melakukan aktivitas yang dia inginkan. Hal
ini dilakukan dengan tidak mengijinkan atau mencabut ijin bagi siswa yang
berperilaku menyimpang di dalam kelas untuk, misalnya, mengerjakan tugas
dengan teman.
b) Buat kontrak perilaku (behavioral contract). Apabila siswa masih melakukan
perilaku yang tidak diharapkan dalam mengikuti bimbingan klasikal, maka
konselor bersama siswa tersebut membuat kontrak perilaku yang disepakati
kedua belah pihak. Kontrak perilaku berisi perilaku yang diharapkan dari siswa
dan penguatan yang akan diperoleh jika melakukan perilaku tersebut. Dalam
kontrak perilaku juga dicantumkan saksi atas kesepakatan atau kontrak tersebut.
Semua pihak membubuhkan tanda tangan dalam kontrak perilaku.
c) Pisahkan atau keluarkan siswa dari kelas. Strategi ini sebenarnya adalah teknik
time out dari pendekatan behavioral. Ada beberapa pilihan dalam penerapan
intervensi ini. Pertama, meminta siswa tetap di kelas, tetapi dia tidak memiliki
akses terhadap penguatan positif (positive reinforcement). Kedua, mengeluarkan
siswa dari kelas atau area aktivitas. Terakhir, menempatkan siswa di ruang time
Hak cipta © Direktorat Pembelajaran, Dit Belmawa, Kemenristekdikti RI, 2018
out yang disediakan oleh sekolah. Tempat time out biasanya bisa juga di belakang
tempat duduk siswa dalam kelas atau di depan kelas. Penempatan time out tidak
boleh terlalu lama karena siswa perlu kembali untuk mengikuti bimbingan
klasikal.
d) Kenakan hukuman atau sanksi. Pemberian hukuman atau sanksi harus menjadi
pilihan yang terakhir dari sekian banyak strategi intervensi. Penegakannya pun
harus berhati-hati mengingat saat ini banyak kasus malpraktik dalam pendidikan
dikarenakan guru memberikan hukuman kepada siswa secara tidak tepat (tidak
etis). Pemberian hukuman bisa berupa pemberian tugas tambahan atau tambahan
berlari atau aktivitas lain yang memiliki makna sanksi. Pemberian hukuman tidak
boleh bersifat membahayakan sikap siswa terhadap pokok persoalan. Artinya,
jangan sampai pemberian hukuman membuat siswa bertambah malas atau malah
tidak mau mengikuti bimbingan klasikal.
Apabila intervensi minor dan moderat tidak mengurangi perilaku yang tidak
diharapkan siswa, maka konselor perlu memanfaatkan sumber daya lain. Pertama,
berikan penanganan siswa yang berperilaku tidak diharapkan melalui pelayanan
bimbingan konseling yang relevan, seperti bimbingan kelompok, konseling individu
ataupun konseling kelompok. Kedua, lakukan konferensi antara konselor dengan
orangtua siswa untuk membahas perilaku siswa. Dalam posisi ini, konselor tidak
diharapkan menyalahkan orangtua sehingga orang tua menjadi difensif. Konselor
cukup mendiskripsikan perilaku yang tidak diharapkan siswa secara objektif kepada
orangtua dan menyampaikan kalau membutuhkan bantuan dan kerja sama dari
orangtua. Hasilnya, biasanya perilaku siswa menjadi berubah.
Daftar Pustaka
Arends, R.I. 2007. Learning to Teach (7th
ed.). Diterjemahkan oleh H.P. Soetjipto &
S.M. Soetjipto. Yogyakarta: Penerbit Pustaka Pelajar.
Muijs, D., & Reynolds, D. 2008. Effective Teaching: Evidence and Practice (2nd
ed.).
Diterjemahkan H.P. Soetjipto & S.M. Soetjipto. Yogyakarta: Penerbit Pustaka
Pelajar.
Hak cipta © Direktorat Pembelajaran, Dit Belmawa, Kemenristekdikti RI, 2018
Omrod, J.E. 2014. Educational Psychology: Developing Learners (8th
ed.). London:
Pearson Education.
Santrock, J.W. 2004. Educational Psychology (2nd
ed.). Diterjemahkan T. Wibowo.
Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

More Related Content

What's hot

[6] rpp sd kelas 3 semester 2 indahnya persahabatan
[6] rpp sd kelas 3 semester 2   indahnya persahabatan[6] rpp sd kelas 3 semester 2   indahnya persahabatan
[6] rpp sd kelas 3 semester 2 indahnya persahabataneli priyatna laidan
 
Konsep Pendidikan Holistik
Konsep Pendidikan HolistikKonsep Pendidikan Holistik
Konsep Pendidikan HolistikLSP3I
 
Teknik non-tes-dalam-melaksanakan-penilaian
Teknik non-tes-dalam-melaksanakan-penilaianTeknik non-tes-dalam-melaksanakan-penilaian
Teknik non-tes-dalam-melaksanakan-penilaianMatkli Sang Petualang
 
makalah Manajemen pengambilan keputusan
makalah Manajemen pengambilan keputusanmakalah Manajemen pengambilan keputusan
makalah Manajemen pengambilan keputusanMJM Networks
 
Contoh-Rubrik-dan-Lembar-Penilaian-SikapPengetahuan-dan-keterampilan-1.doc
Contoh-Rubrik-dan-Lembar-Penilaian-SikapPengetahuan-dan-keterampilan-1.docContoh-Rubrik-dan-Lembar-Penilaian-SikapPengetahuan-dan-keterampilan-1.doc
Contoh-Rubrik-dan-Lembar-Penilaian-SikapPengetahuan-dan-keterampilan-1.docjefrianpramana80
 
Diagnostik kesulitan belajar
Diagnostik kesulitan belajarDiagnostik kesulitan belajar
Diagnostik kesulitan belajarAprilia Mantayani
 
PENGANTAR SUPERVISI PENDIDIKAN.ppt
PENGANTAR SUPERVISI PENDIDIKAN.pptPENGANTAR SUPERVISI PENDIDIKAN.ppt
PENGANTAR SUPERVISI PENDIDIKAN.pptAnaMariAHeni1
 
RPP & MODUL AJAR DIFERENSIASIoke.pptx
RPP & MODUL AJAR DIFERENSIASIoke.pptxRPP & MODUL AJAR DIFERENSIASIoke.pptx
RPP & MODUL AJAR DIFERENSIASIoke.pptxssuser1b4eef
 
Kepribadian guru
Kepribadian guru Kepribadian guru
Kepribadian guru Ida Nana
 
Perbandingan kur.ips indonesia dan afrika
Perbandingan kur.ips  indonesia dan afrikaPerbandingan kur.ips  indonesia dan afrika
Perbandingan kur.ips indonesia dan afrikaR. Herawati Suryanegara
 
Analisis film i am not stupid
Analisis film i am not stupidAnalisis film i am not stupid
Analisis film i am not stupidJay Mi
 
Dengan mengoptimalkan kompetensi sosial guru
Dengan mengoptimalkan kompetensi sosial guruDengan mengoptimalkan kompetensi sosial guru
Dengan mengoptimalkan kompetensi sosial guruTika Pratiwi
 
Ruang lingkup penelitian pendidikan, kurikulum dan pembelajaran
Ruang lingkup penelitian pendidikan, kurikulum dan pembelajaranRuang lingkup penelitian pendidikan, kurikulum dan pembelajaran
Ruang lingkup penelitian pendidikan, kurikulum dan pembelajaranRizka Rahayu
 
KISI-KISI INSTRUMEN (SUMARTI)
KISI-KISI INSTRUMEN (SUMARTI)KISI-KISI INSTRUMEN (SUMARTI)
KISI-KISI INSTRUMEN (SUMARTI)vina serevina
 
Ppt. pendidikan karakter
Ppt. pendidikan karakterPpt. pendidikan karakter
Ppt. pendidikan karakterReni H_dika BK
 

What's hot (20)

Kko bloom revisi 2
Kko bloom revisi 2Kko bloom revisi 2
Kko bloom revisi 2
 
[6] rpp sd kelas 3 semester 2 indahnya persahabatan
[6] rpp sd kelas 3 semester 2   indahnya persahabatan[6] rpp sd kelas 3 semester 2   indahnya persahabatan
[6] rpp sd kelas 3 semester 2 indahnya persahabatan
 
Rpp ipa kelas iv semester 1
Rpp ipa kelas iv semester 1Rpp ipa kelas iv semester 1
Rpp ipa kelas iv semester 1
 
Konsep Pendidikan Holistik
Konsep Pendidikan HolistikKonsep Pendidikan Holistik
Konsep Pendidikan Holistik
 
Teknik non-tes-dalam-melaksanakan-penilaian
Teknik non-tes-dalam-melaksanakan-penilaianTeknik non-tes-dalam-melaksanakan-penilaian
Teknik non-tes-dalam-melaksanakan-penilaian
 
makalah Manajemen pengambilan keputusan
makalah Manajemen pengambilan keputusanmakalah Manajemen pengambilan keputusan
makalah Manajemen pengambilan keputusan
 
Contoh-Rubrik-dan-Lembar-Penilaian-SikapPengetahuan-dan-keterampilan-1.doc
Contoh-Rubrik-dan-Lembar-Penilaian-SikapPengetahuan-dan-keterampilan-1.docContoh-Rubrik-dan-Lembar-Penilaian-SikapPengetahuan-dan-keterampilan-1.doc
Contoh-Rubrik-dan-Lembar-Penilaian-SikapPengetahuan-dan-keterampilan-1.doc
 
Diagnostik kesulitan belajar
Diagnostik kesulitan belajarDiagnostik kesulitan belajar
Diagnostik kesulitan belajar
 
budaya organisasi
budaya organisasibudaya organisasi
budaya organisasi
 
PENGANTAR SUPERVISI PENDIDIKAN.ppt
PENGANTAR SUPERVISI PENDIDIKAN.pptPENGANTAR SUPERVISI PENDIDIKAN.ppt
PENGANTAR SUPERVISI PENDIDIKAN.ppt
 
Proses penciptaan tari
Proses penciptaan tariProses penciptaan tari
Proses penciptaan tari
 
RPP & MODUL AJAR DIFERENSIASIoke.pptx
RPP & MODUL AJAR DIFERENSIASIoke.pptxRPP & MODUL AJAR DIFERENSIASIoke.pptx
RPP & MODUL AJAR DIFERENSIASIoke.pptx
 
Struktur Cerpen
Struktur CerpenStruktur Cerpen
Struktur Cerpen
 
Kepribadian guru
Kepribadian guru Kepribadian guru
Kepribadian guru
 
Perbandingan kur.ips indonesia dan afrika
Perbandingan kur.ips  indonesia dan afrikaPerbandingan kur.ips  indonesia dan afrika
Perbandingan kur.ips indonesia dan afrika
 
Analisis film i am not stupid
Analisis film i am not stupidAnalisis film i am not stupid
Analisis film i am not stupid
 
Dengan mengoptimalkan kompetensi sosial guru
Dengan mengoptimalkan kompetensi sosial guruDengan mengoptimalkan kompetensi sosial guru
Dengan mengoptimalkan kompetensi sosial guru
 
Ruang lingkup penelitian pendidikan, kurikulum dan pembelajaran
Ruang lingkup penelitian pendidikan, kurikulum dan pembelajaranRuang lingkup penelitian pendidikan, kurikulum dan pembelajaran
Ruang lingkup penelitian pendidikan, kurikulum dan pembelajaran
 
KISI-KISI INSTRUMEN (SUMARTI)
KISI-KISI INSTRUMEN (SUMARTI)KISI-KISI INSTRUMEN (SUMARTI)
KISI-KISI INSTRUMEN (SUMARTI)
 
Ppt. pendidikan karakter
Ppt. pendidikan karakterPpt. pendidikan karakter
Ppt. pendidikan karakter
 

Similar to Pendekatan sistematis dalam manajemen kelas

Manajemen kelas
Manajemen kelasManajemen kelas
Manajemen kelastrysnokoe
 
Richards arends ppt oleh Sutrisno, S,Kom s=SMKN2 Kalianda
Richards arends ppt oleh Sutrisno, S,Kom s=SMKN2 KaliandaRichards arends ppt oleh Sutrisno, S,Kom s=SMKN2 Kalianda
Richards arends ppt oleh Sutrisno, S,Kom s=SMKN2 Kaliandatrysnokoe
 
Pendekatan dalam manajemen kelas
Pendekatan dalam manajemen kelasPendekatan dalam manajemen kelas
Pendekatan dalam manajemen kelasSofia Mafaza
 
Cllassroom management
Cllassroom managementCllassroom management
Cllassroom managementAlfonsus Sam
 
up-ptk smp 017.pdf
up-ptk smp 017.pdfup-ptk smp 017.pdf
up-ptk smp 017.pdfsartawijaya
 
ketrampilan mengelola kelas
ketrampilan mengelola kelasketrampilan mengelola kelas
ketrampilan mengelola kelasNora Indrasari
 
Komponen pengelolaan kelas
Komponen pengelolaan kelasKomponen pengelolaan kelas
Komponen pengelolaan kelasfauziahpustikaw
 
Komponen pengelolaan kelas
Komponen pengelolaan kelasKomponen pengelolaan kelas
Komponen pengelolaan kelasrizkadamayantii
 
Komponen Pengelolaan Kelas
Komponen Pengelolaan KelasKomponen Pengelolaan Kelas
Komponen Pengelolaan Kelasnurassyah1122
 
857551503_Yulianie Purwaningtyas (Rangkuman Modul 11,12,13).pptx
857551503_Yulianie Purwaningtyas (Rangkuman Modul 11,12,13).pptx857551503_Yulianie Purwaningtyas (Rangkuman Modul 11,12,13).pptx
857551503_Yulianie Purwaningtyas (Rangkuman Modul 11,12,13).pptxSkyHeart5
 
Manajeman Pengelolaan Kelas.pptx
Manajeman Pengelolaan Kelas.pptxManajeman Pengelolaan Kelas.pptx
Manajeman Pengelolaan Kelas.pptxIing Salim purnama
 
Bandingbezakouninglaser
BandingbezakouninglaserBandingbezakouninglaser
BandingbezakouninglaserNo Name
 
Fahmi hamdani 1100260 bpik
Fahmi hamdani 1100260 bpikFahmi hamdani 1100260 bpik
Fahmi hamdani 1100260 bpikFahmi Hamdani
 
jkasiuiusvisvisvbbfvuidiuvdiiiivdjvbdbvdbuvdi
jkasiuiusvisvisvbbfvuidiuvdiiiivdjvbdbvdbuvdijkasiuiusvisvisvbbfvuidiuvdiiiivdjvbdbvdbuvdi
jkasiuiusvisvisvbbfvuidiuvdiiiivdjvbdbvdbuvdiKangMusya1
 
Peran Guru dalam Manajemen Kelas
Peran Guru dalam Manajemen KelasPeran Guru dalam Manajemen Kelas
Peran Guru dalam Manajemen Kelasdewisetiyana52
 

Similar to Pendekatan sistematis dalam manajemen kelas (20)

Mengelola kelas
Mengelola kelasMengelola kelas
Mengelola kelas
 
Manajemen kelas
Manajemen kelasManajemen kelas
Manajemen kelas
 
Pengelolaan Kelas
Pengelolaan KelasPengelolaan Kelas
Pengelolaan Kelas
 
Richards arends ppt oleh Sutrisno, S,Kom s=SMKN2 Kalianda
Richards arends ppt oleh Sutrisno, S,Kom s=SMKN2 KaliandaRichards arends ppt oleh Sutrisno, S,Kom s=SMKN2 Kalianda
Richards arends ppt oleh Sutrisno, S,Kom s=SMKN2 Kalianda
 
Pendekatan dalam manajemen kelas
Pendekatan dalam manajemen kelasPendekatan dalam manajemen kelas
Pendekatan dalam manajemen kelas
 
Cllassroom management
Cllassroom managementCllassroom management
Cllassroom management
 
up-ptk smp 017.pdf
up-ptk smp 017.pdfup-ptk smp 017.pdf
up-ptk smp 017.pdf
 
Ppbi
PpbiPpbi
Ppbi
 
Ppbi
PpbiPpbi
Ppbi
 
ketrampilan mengelola kelas
ketrampilan mengelola kelasketrampilan mengelola kelas
ketrampilan mengelola kelas
 
Komponen pengelolaan kelas
Komponen pengelolaan kelasKomponen pengelolaan kelas
Komponen pengelolaan kelas
 
Komponen pengelolaan kelas
Komponen pengelolaan kelasKomponen pengelolaan kelas
Komponen pengelolaan kelas
 
Komponen Pengelolaan Kelas
Komponen Pengelolaan KelasKomponen Pengelolaan Kelas
Komponen Pengelolaan Kelas
 
857551503_Yulianie Purwaningtyas (Rangkuman Modul 11,12,13).pptx
857551503_Yulianie Purwaningtyas (Rangkuman Modul 11,12,13).pptx857551503_Yulianie Purwaningtyas (Rangkuman Modul 11,12,13).pptx
857551503_Yulianie Purwaningtyas (Rangkuman Modul 11,12,13).pptx
 
1
11
1
 
Manajeman Pengelolaan Kelas.pptx
Manajeman Pengelolaan Kelas.pptxManajeman Pengelolaan Kelas.pptx
Manajeman Pengelolaan Kelas.pptx
 
Bandingbezakouninglaser
BandingbezakouninglaserBandingbezakouninglaser
Bandingbezakouninglaser
 
Fahmi hamdani 1100260 bpik
Fahmi hamdani 1100260 bpikFahmi hamdani 1100260 bpik
Fahmi hamdani 1100260 bpik
 
jkasiuiusvisvisvbbfvuidiuvdiiiivdjvbdbvdbuvdi
jkasiuiusvisvisvbbfvuidiuvdiiiivdjvbdbvdbuvdijkasiuiusvisvisvbbfvuidiuvdiiiivdjvbdbvdbuvdi
jkasiuiusvisvisvbbfvuidiuvdiiiivdjvbdbvdbuvdi
 
Peran Guru dalam Manajemen Kelas
Peran Guru dalam Manajemen KelasPeran Guru dalam Manajemen Kelas
Peran Guru dalam Manajemen Kelas
 

More from Sunawan Sunawan

Tugas kegiatan belajar 4
Tugas kegiatan belajar 4Tugas kegiatan belajar 4
Tugas kegiatan belajar 4Sunawan Sunawan
 
Tugas kegiatan belajar 3
Tugas kegiatan belajar 3Tugas kegiatan belajar 3
Tugas kegiatan belajar 3Sunawan Sunawan
 
Konsep dasar manajemen kelas
Konsep dasar manajemen kelasKonsep dasar manajemen kelas
Konsep dasar manajemen kelasSunawan Sunawan
 
Konsep dasar evaluasi bimbingan klasikal
Konsep dasar evaluasi bimbingan klasikalKonsep dasar evaluasi bimbingan klasikal
Konsep dasar evaluasi bimbingan klasikalSunawan Sunawan
 
Hal hal yang perlu diperhatikan dalam manajemen kelas
Hal hal yang perlu diperhatikan dalam manajemen kelasHal hal yang perlu diperhatikan dalam manajemen kelas
Hal hal yang perlu diperhatikan dalam manajemen kelasSunawan Sunawan
 
Tugas kegiatan belajar 2
Tugas kegiatan belajar 2Tugas kegiatan belajar 2
Tugas kegiatan belajar 2Sunawan Sunawan
 
Tugas kegiatan belajar 1
Tugas kegiatan belajar 1Tugas kegiatan belajar 1
Tugas kegiatan belajar 1Sunawan Sunawan
 
Tahapan dalam memilih media
Tahapan dalam memilih mediaTahapan dalam memilih media
Tahapan dalam memilih mediaSunawan Sunawan
 
Prosedur perencanaan kegiatan bimbingan klasikal
Prosedur perencanaan kegiatan bimbingan klasikalProsedur perencanaan kegiatan bimbingan klasikal
Prosedur perencanaan kegiatan bimbingan klasikalSunawan Sunawan
 
Pertimbangan pemilihan metode bimbingan klasikal
Pertimbangan pemilihan metode bimbingan klasikalPertimbangan pemilihan metode bimbingan klasikal
Pertimbangan pemilihan metode bimbingan klasikalSunawan Sunawan
 
Metode pengajaran langsung
Metode pengajaran langsungMetode pengajaran langsung
Metode pengajaran langsungSunawan Sunawan
 
Metode pengajaran konstruktivistik
Metode pengajaran konstruktivistikMetode pengajaran konstruktivistik
Metode pengajaran konstruktivistikSunawan Sunawan
 
Metode pengajaran kelompok
Metode pengajaran kelompokMetode pengajaran kelompok
Metode pengajaran kelompokSunawan Sunawan
 
Metode evaluasi kegiatan bimbingan klasikal
Metode evaluasi kegiatan bimbingan klasikalMetode evaluasi kegiatan bimbingan klasikal
Metode evaluasi kegiatan bimbingan klasikalSunawan Sunawan
 
Konsep dasar perencanaan kegiatan bimbingan klasikal
Konsep dasar perencanaan kegiatan bimbingan klasikalKonsep dasar perencanaan kegiatan bimbingan klasikal
Konsep dasar perencanaan kegiatan bimbingan klasikalSunawan Sunawan
 
Konsep dasar perencanaan kegiatan bimbingan klasikal.docx
Konsep dasar perencanaan kegiatan bimbingan klasikal.docxKonsep dasar perencanaan kegiatan bimbingan klasikal.docx
Konsep dasar perencanaan kegiatan bimbingan klasikal.docxSunawan Sunawan
 
Konsep dasar media dalam bimbingan klasikal
Konsep dasar media dalam bimbingan klasikalKonsep dasar media dalam bimbingan klasikal
Konsep dasar media dalam bimbingan klasikalSunawan Sunawan
 
Konsep dasar manajemen kelas
Konsep dasar manajemen kelasKonsep dasar manajemen kelas
Konsep dasar manajemen kelasSunawan Sunawan
 
Konsep dasar evaluasi kegiatan bimbingan klasikal
Konsep dasar evaluasi kegiatan bimbingan klasikalKonsep dasar evaluasi kegiatan bimbingan klasikal
Konsep dasar evaluasi kegiatan bimbingan klasikalSunawan Sunawan
 

More from Sunawan Sunawan (20)

Tugas kegiatan belajar 4
Tugas kegiatan belajar 4Tugas kegiatan belajar 4
Tugas kegiatan belajar 4
 
Tugas kegiatan belajar 3
Tugas kegiatan belajar 3Tugas kegiatan belajar 3
Tugas kegiatan belajar 3
 
Konsep dasar media
Konsep dasar mediaKonsep dasar media
Konsep dasar media
 
Konsep dasar manajemen kelas
Konsep dasar manajemen kelasKonsep dasar manajemen kelas
Konsep dasar manajemen kelas
 
Konsep dasar evaluasi bimbingan klasikal
Konsep dasar evaluasi bimbingan klasikalKonsep dasar evaluasi bimbingan klasikal
Konsep dasar evaluasi bimbingan klasikal
 
Hal hal yang perlu diperhatikan dalam manajemen kelas
Hal hal yang perlu diperhatikan dalam manajemen kelasHal hal yang perlu diperhatikan dalam manajemen kelas
Hal hal yang perlu diperhatikan dalam manajemen kelas
 
Tugas kegiatan belajar 2
Tugas kegiatan belajar 2Tugas kegiatan belajar 2
Tugas kegiatan belajar 2
 
Tugas kegiatan belajar 1
Tugas kegiatan belajar 1Tugas kegiatan belajar 1
Tugas kegiatan belajar 1
 
Tahapan dalam memilih media
Tahapan dalam memilih mediaTahapan dalam memilih media
Tahapan dalam memilih media
 
Prosedur perencanaan kegiatan bimbingan klasikal
Prosedur perencanaan kegiatan bimbingan klasikalProsedur perencanaan kegiatan bimbingan klasikal
Prosedur perencanaan kegiatan bimbingan klasikal
 
Pertimbangan pemilihan metode bimbingan klasikal
Pertimbangan pemilihan metode bimbingan klasikalPertimbangan pemilihan metode bimbingan klasikal
Pertimbangan pemilihan metode bimbingan klasikal
 
Metode pengajaran langsung
Metode pengajaran langsungMetode pengajaran langsung
Metode pengajaran langsung
 
Metode pengajaran konstruktivistik
Metode pengajaran konstruktivistikMetode pengajaran konstruktivistik
Metode pengajaran konstruktivistik
 
Metode pengajaran kelompok
Metode pengajaran kelompokMetode pengajaran kelompok
Metode pengajaran kelompok
 
Metode evaluasi kegiatan bimbingan klasikal
Metode evaluasi kegiatan bimbingan klasikalMetode evaluasi kegiatan bimbingan klasikal
Metode evaluasi kegiatan bimbingan klasikal
 
Konsep dasar perencanaan kegiatan bimbingan klasikal
Konsep dasar perencanaan kegiatan bimbingan klasikalKonsep dasar perencanaan kegiatan bimbingan klasikal
Konsep dasar perencanaan kegiatan bimbingan klasikal
 
Konsep dasar perencanaan kegiatan bimbingan klasikal.docx
Konsep dasar perencanaan kegiatan bimbingan klasikal.docxKonsep dasar perencanaan kegiatan bimbingan klasikal.docx
Konsep dasar perencanaan kegiatan bimbingan klasikal.docx
 
Konsep dasar media dalam bimbingan klasikal
Konsep dasar media dalam bimbingan klasikalKonsep dasar media dalam bimbingan klasikal
Konsep dasar media dalam bimbingan klasikal
 
Konsep dasar manajemen kelas
Konsep dasar manajemen kelasKonsep dasar manajemen kelas
Konsep dasar manajemen kelas
 
Konsep dasar evaluasi kegiatan bimbingan klasikal
Konsep dasar evaluasi kegiatan bimbingan klasikalKonsep dasar evaluasi kegiatan bimbingan klasikal
Konsep dasar evaluasi kegiatan bimbingan klasikal
 

Recently uploaded

Diskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdf
Diskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdfDiskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdf
Diskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdfHendroGunawan8
 
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi SelatanSosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatanssuser963292
 
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSLatsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSdheaprs
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxIrfanAudah1
 
aksi nyata - aksi nyata refleksi diri dalam menyikapi murid.pdf
aksi nyata - aksi nyata refleksi diri dalam menyikapi murid.pdfaksi nyata - aksi nyata refleksi diri dalam menyikapi murid.pdf
aksi nyata - aksi nyata refleksi diri dalam menyikapi murid.pdfwalidumar
 
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfMODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfNurulHikmah50658
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxssuser50800a
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSovyOktavianti
 
Materi IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptx
Materi IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptxMateri IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptx
Materi IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptxmuhammadkausar1201
 
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfMAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfChananMfd
 
Dasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolik
Dasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolikDasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolik
Dasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolikThomasAntonWibowo
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxsukmakarim1998
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDNurainiNuraini25
 
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxMODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxSlasiWidasmara1
 
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk HidupUT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidupfamela161
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxdeskaputriani1
 
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxMembuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxNurindahSetyawati1
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikaAtiAnggiSupriyati
 

Recently uploaded (20)

Diskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdf
Diskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdfDiskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdf
Diskusi PPT Sistem Pakar Sesi Ke-4 Simple Naïve Bayesian Classifier .pdf
 
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi SelatanSosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
 
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSLatsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
 
aksi nyata - aksi nyata refleksi diri dalam menyikapi murid.pdf
aksi nyata - aksi nyata refleksi diri dalam menyikapi murid.pdfaksi nyata - aksi nyata refleksi diri dalam menyikapi murid.pdf
aksi nyata - aksi nyata refleksi diri dalam menyikapi murid.pdf
 
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfMODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
 
Materi IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptx
Materi IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptxMateri IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptx
Materi IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptx
 
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfMAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
 
Dasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolik
Dasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolikDasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolik
Dasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolik
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
 
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxMODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
 
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk HidupUT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
 
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxMembuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 

Pendekatan sistematis dalam manajemen kelas

  • 1. Hak cipta © Direktorat Pembelajaran, Dit Belmawa, Kemenristekdikti RI, 2018 PENDEKATAN SISTEMATIS DALAM MANAJEMEN KELAS Oleh: Sunawan, Ph.D. a. Mendesain lingkungan fisik Lingkungan fisik sangat berkontribusi terhadap proses bimbingan klasikal. Oleh karena itu, pengelola kelas yang baik akan sadar pentingnya menata lingkungan fisik yang mendukung terjalinnya interaksi konselor-siswa. Dengan demikian, penataan lingkungan fisik bukan sekedar isu tentang menata barang di kelas. Berikut ini adalah prinsip-prinsip dalam penataan kelas. 1) Pastikan bahwa konselor dapat dengan mudah bisa melihat semua siswa. Selama bimbingan klasikal berlangsung, konselor dituntut untuk mampu memantau aktivitas siswa dengan cermat. Oleh karena itu, posisi meja konselor, meja siswa, dan posisi konselor dalam menyampaikan materi memungkinkan konselor dapat menatap dan mengamati perilaku siswa. 2) Kurangi kepadatan di tempat lalu lalang. Tempat yang ramai untuk berlalu lalang sangat potensial akan mendatangkan gangguan bagi kegiatan bimbingan klasikal. Oleh karenanya, tempat-tempat semacam itu diharapkan dapat dijauhkan. Contoh tempat yang potensial sebagai tempat lalu lalang adalah meja guru, pintu kelas, dan seterusnya. 3) Perlengkapan siswa dan materi bimbingan klasikal harus mudah diakses. Apabila diperlukan berikan siswa waktu khusus sebelum bimbingan klasikal untuk mempersiapkan materi dan perlengkapan mereka. Ini penting untuk mengurangi gangguan yang muncul selama bimbingan klasikal berlangsung. 4) Pastikan semua murid dapat melihat dengan mudah presentasi kelas. Posisi duduk siswa yang tidak mudah mengakses presentasi kelas akan membuat mereka tidak terlibat dalam pembelajaran. Konsekuensinya, mereka akan cenderung melakukan aktivitas yang tidak terkait pelajaran dan berpotensi mengganggu siswa lain. Untuk mengetahui seberapa baik para siswa dapat mengakses presentasi kelas, maka konselor perlu duduk di posisi siswa.
  • 2. Hak cipta © Direktorat Pembelajaran, Dit Belmawa, Kemenristekdikti RI, 2018 Menurut Santrock (2004), terdapat beberapa lima gaya dalam penataan tempat duduk siswa. Gaya penataan tempat duduk tersebut dapat dipilih sesuai dengan metode bimbingan klasikal yang akan diaplikasikan. Gaya penataan tempat duduk tersebut adalah: gaya auditorium, gaya tatap muka (face-to-face), gaya off-set, gaya seminar, dan gaya klaster. Berikut ini paparan setiap gaya. 1) Gaya Auditorium. Susunan gaya auditorium menempathan semua siswa duduk menghadap guru. Gaya auditorium ini sering dipakau ketika konselor memberikan presentasi dalam kegiatan bimbingan klasikalnya. Gambar 1. Gaya auditorium 2) Gaya tatap muka (face to face). Dalam susunan gaya tatap muka para siswa saling tatap muka. Dalam susunan gaya tatap muka ini potensi gangguan dalam bimbingan klasikal lebih besar dibandingkan gaya auditorium. Gambar 2. Gaya tatap muka 3) Gaya off set. Sejumlah siswa yang biasanya terdiri atas tiga sampai empat siswa duduk di bangku tetapi tidak duduk berhadapan langsung satu sama lain. Gaya off
  • 3. Hak cipta © Direktorat Pembelajaran, Dit Belmawa, Kemenristekdikti RI, 2018 set umumnya digunakan untuk melaksanakan metode pembelajaran kooperatif (cooperative learning). Gambar 3. Gaya off set 4) Gaya seminar. Susunan tempat duduk dalam gaya seminar dibuat membuat pola lingkaran atau persegi atau bentuk U. Gaya ini efektif untuk mengopetimalkan interaksi antara siswa dengan konselor dan siswa dengan siswa lainnya. Gambar 4. Gaya seminar 5) Gaya klaster. Susunan gaya klaster menempatkan sejumlah siswa (antara 4 sampai 8 siswa) bekerja dalam kelompok kecil. Pembelajaran kolaboratif biasanya sangat efektif dilaksanakan dengan menggunakan susunan gaya klister. Gambar 5. Gaya klaster
  • 4. Hak cipta © Direktorat Pembelajaran, Dit Belmawa, Kemenristekdikti RI, 2018 b. Menciptakan lingkungan yang positif untuk bimbingan klasikal Terdapat beberapa strategi yang dapat diaplikasikan konselor untuk menciptakan lingkungan kelas yang positif. 1) Menggunakan gaya otoritatif. Konselor yang otoritatif mendorong siswa untuk menjadi pemikir yang mandiri dengan sedikit monitor. Konselor yang otoritatif juga menunjukkan sikap perhatian dan bekerjasama dengan siswa. Dalam hal tata tertib kelas, konselor yang otoritatif akan menjelaskan aturan dan regulasi kelas serta menentukan standar (seperti standar berperilaku) dengan mempertimbangkan masukan dari siswa. Gaya ini berbeda dengan dua gaya lain yang tidak efektif untuk menciptakan lingkungan positif, yakni gaya otoritarian dan permisif. Gaya otoritarian dilakukan dengan kaku, tidak memberi kesempatan bagi siswa untuk mandiri dan cenderung berorientasi pada hukuman dalam mengembangkan perilaku. Sementara gaya permisif dilakukan dengan memberi kebebasan yang seluas-luasnya kepada siswa tetapi tidak diikuti dengan pemberian dukungan. Akibantnya, siswa cenderung memiliki kontrol diri yang rendah dan kompetensi akademik yang rendah. 2) Mengelola aktivitas kelas secara efektif. Konselor yang efektif dalam mengelola kelas berbeda dengan konselor yang tidak efektif dilihat dari cara mengelola aktivitas kelompok secara efektif. Konselor yang efektif dalam mengelola kelas cenderung menunjukkan hal-hal di bawah ini: a) Menunjukkan seberapa jauh siswa “mengikuti” aktivitas kelas. Konselor yang efektif senantiasa melakukan pemantauan secara berkala sehingga mereka mampu melakukan deteksi dini perilaku siswa yang lepas kendali. b) Atasi situasi tumpeng-tindih secara efektif. Dalam mengelola, konselor berpikir untuk mengatasi situasi hambatan kelas satu persatu. Hal ini tidaklah efektif karena hambatan tersebut akan terus-menerus datang. Oleh karena itu, konselor yang efektif akan berkeliling kelas untuk mengecek pekerjaan siswa dan sekaligus di saat yang sama mengamati atau memantau perilaku keseluruhan siswa.
  • 5. Hak cipta © Direktorat Pembelajaran, Dit Belmawa, Kemenristekdikti RI, 2018 c) Menjaga kelancaran dan kesinambungan kegiatan bimbingan klasikal. Konselor yang mengelola kelas secara efektif berusaha menjaga setiap tahapan atau langkah bimbingan klasikal berjalan lancar, berusaha mempertahankan dan menjaga minat siswa dalam mengikuti bimbingan klasikal. d) Libatkan siswa dalam berbagai aktivitas yang menantang. Tugas yang menantang adalah tugas yang tidak terlalu mudah dan sekaligus tidak terlalu sulit. Konselor sebagai pengelola kelas diharapkan dapat mengajak siswa menyelesaikan tugas- tugas menantang. Konsekuensinya, mereka akan bekerja lebih banyak di luar pemantauan konselor 3) Membuat, mengajarkan dan mempertahankan aturan dan prosedur. Aturan dan prosedur sama-sama standar atau ekspektasi perilaku siswa yang diharapkan. Namun yang membedakan adalah kalau atura memfokus pada ekspektasi umum atau spesifik atau standar perilaku, contoh aturan umum “Hargai orang lain”, sedangkan contoh aturan yang spesifik “Dilarang mengunyah permen karet di dalam kelas." Adapun prosedur adalah ekspektasi tentang perilaku umum yang bisanya berlaku atau diterapkan pada aktivitas spesifik dan diarahkan untuk mencapai suatu tujuan. Prosedur biasanya digunakan dalam penyelesaian tugas, pengumpulan PR, memulai kelas, dan seterusnya. Kotak 1. Membangun aturan dan prosedur kelas Berikut ini prinsip dalam menyusun aturan dan prosedur kelas: 1. Aturan dan prosedur harus masuk akal dan sesuai dengan kebutuhan. Dalam membuat aturan dan prosedur pastikan bahwa aturan dan prosedur itu tepat dengan kebutuhan penyelenggaraan bimbingan klasikal dan memiliki dasar/alasan yang penting. Jika datang tepat waktu penting dan dibutuhkan, maka aturan datang tepat waktu menjadi penting menjadi aturan. Jika ada siswa terlambat konselor dapat menjelaskan alasan penting datang tepat waktu, yakni agar siswa tidak kehilangan materi penting dari kegiatan bimbingan klasikal.
  • 6. Hak cipta © Direktorat Pembelajaran, Dit Belmawa, Kemenristekdikti RI, 2018 2. Aturan dan prosedur harus jelas dan dapat dipahami. Aturan dan prosedur yang tidak mudah dipahami membuat siswa menginterpretasi secara keliru tentang perilaku yang diharapkan. Oleh karena peraturan idealnya disepakati bersama siswa, maka konselor dapat mengajukan aturan umum dan siswa dapat memberikan masukan terkait contoh spesifiknya. 3. Aturan dan prosedur harus konsisten dan relevan dengan tujuan bimbingan klasikal. Konselor perlu mempertimbangkan manfaat bagi kegiatan bimbingan klasikan ketika hendak mengusulkan aturan dan prosedur. 4. Aturan harus konsisten dengan peraturan sekolah. Sebelum membuat aturan kelas bersama siswa untuk mendukung penyelenggaraan bimbingan klasikal, konselor perlu mengenali terlebih dahulu peraturan sekolah. Rata-rata sekolah saat ini telah memiliki peraturan tentang tata tertib sekolah dan kaidah sanksinya. 4) Mengajak murid untuk bekerjasama. Ada beberapa hal yang dilakukan agar konselor dan siswa dapat membangun suatu kerjasama. Pertama, menjalin hubungan positif dengan siswa. Hal ini diawali dengan memberikan perhatian kepada seluruh siswa. Perhatian ini ditunjukkan dengan kepekaan konselor terhadap kebutuhan siswa, pemberian dukungan kepada siswa selama belajar dan menunjukkan keterampilan komunikasi yang tepat (termasuk keterampilan mendengar). Kedua, mengajak murid untuk berbagi dan mengemban tanggungjawab. Strategi mengajak murid mengemban tanggungjawab dibahas dalam kotak …. Ketiga, memberi penguatan pada perilaku yang tepat. Prinsip dalam teori behavioral menunjukkan bahwa belajar terjadi apabila perilaku yang diharapkan mendapat penguatan (reinforcement). Oleh karena itu, penting bagi konselor untuk mencermati setiap pemberian konsekuensi atas perilaku siswa. Jangan sampai pemberian konsekuensi positif malah disandingkan pada perilaku yang tidak diharapkan. Lihat kotak 2 untuk mengetahui penggunaan penguatan secara efektif dan tidak efektif.
  • 7. Hak cipta © Direktorat Pembelajaran, Dit Belmawa, Kemenristekdikti RI, 2018 Kotak 2. Perbedaan penguatan yang efektif dan tidak efektif Penguatan Efektif Penguatan yang Tidak Efektif 1. Diberikan secara berkala 1. Diberikan secara acak atau tidak sistematik 2. Mengarah perilaku tertentu yang diperkuat secara spesifik 2. Tidak spesifik dan global 3. Dipersepsi kredibel oleh siswa, melalui tanda-tanda bahwa pujian itu tidak rutin tapi spontan 3. “Seragam”, menunjukkan bahwa penguatan itu adalah reaksi otomatik yang diberikan dengan pemikiran minimal 4. Penguatan untuk kinerja tertentu (yang dapat memasukkan usaha) 4. Menghargai partisipasinya saja, tanpa mempertimbangkan proses atau hasilnya 5. Memberikan informasi yang spesifik kepada siswa tentang prestasinya 5. Tidak memberikan informasi kepada siswa atau informasi tentang statusnya
  • 8. Hak cipta © Direktorat Pembelajaran, Dit Belmawa, Kemenristekdikti RI, 2018 Penguatan Efektif Penguatan yang Tidak Efektif 6. Mengarahkan siswa pada apresiasi yang lebih baik terhadap on-task behavior dan berorientasi pada penyelesaian masalah 6. Mengarahkan siswa pada membandingkan dirinya-sendiri dengan siswa lain dan memikirkan tentang kompetensi 7. Menggunakan prestasi siswa sebelumnya sebagai dasar perbandingan 7. Menggunakan prestasi teman- temannya sebagai dasar perbandingan 8. Diberikan untuk mengakui usaha yang patut dihargai atau keberhasilan pada tugas yang sulit (bagi siswa tersebut) 8. Dilakukan tanpa menghargai usaha yang dikeluarkan atau makna keberhasilannya 9. Mengatribusikan kesuksesan pada usaha yang menyiratkan bahwa kesuksesan serupa dapat dicapai di masa mendatang 9. Mengatribusikan kesuksesan pada kemampuan saja atau pada faktor- faktor eksternal seperti keberuntungan 10. Mendorong atribusi internal 10. Mendorong pada atribusi eksternal Sumber: Muijs & Reynold (2008) c. Menghadapi perilaku bermasalah Saat konselor menghadapi perilaku bermasalah siswa dalam mengikuti bimbingan klasikal, maka konselor dapat memanfaatkan strategi intervensi minor dan moderat (Santrock, 2004). Berikut ini paparannya. 1) Intervensi minor. Beberapa perilaku cukup dengan dihadapi dengan intervensi minor atau kecil, seperti bercanda, meninggalkan tempat duduk tanpa ijin. Perilaku bermasalah ini ini biasanya mengganggu aktivitas belajar. Berikut ini strategi intervensi minor. a) Gunakan isyarat nonverbal. Contoh melihat siswa yang berbicara dengan temam sebangku, konselor melakukan kontak mata kemudian menggeleng kepala. b) Teruskan lanjutkan aktivitas belajar. Terkadang saat transisi atau jedah dalam presentasi atau pemaparan guru ataupun jeda dalam diskusi yang terlalu lama membuat siswa melakukan aktivitas yang tidak diharapkan seperti meninggalkan
  • 9. Hak cipta © Direktorat Pembelajaran, Dit Belmawa, Kemenristekdikti RI, 2018 tempat duduk. Menghadapi situasi ini, konselor bukan mengoreksi tindakan siswa tetapi segeralah memulai aktivitas baru. c) Dekati siswa. Ketika siswa bertindak menyimpang, seperti bicara dengan teman sebangku, konselor cukup mendekati tempat duduknya kemudian dia akan diam. d) Arahkan perilaku. Jika siswa mengabaikan tugasnya, termasuk tugas kelas, maka ingatkan mereka tentang kewajibannya dengan mengatakan, “Baiklah, ingat, semua siswa wajib menyelesaikan tugas ini!” e) Beri instruksi yang diberikan. Siswa terkadang melakukan kesalahan tertentu saat mengikuti bimbingan klasikal karena mereka memahami cara menyelesaikan suatu tugas. Dalam situasi semacam ini, konselor perlu untuk memberi petunjuk atau instruksi yang diperlukan dan pantau perkembangannya untuk memastikan siswa paham cara menyelesaikan tugas tersebut. f) Suruh murid berhenti dengan nada tegas (asertif) dan langsung. Jalin kontak mata dengan siswa, bersikaplah asertif dan minta siswa menghentikan tindakan mereka. Kemudian pantau perkembangannya sampai murid menjadi patuh. Kotak 3. Teknik komunikasi asertif Ada empat gaya komunikasi verbal dalam menghadapi situasi konflik, yaitu: 1. Gaya agresif merupakan gaya komunikasi yang cenderung kasar kepada orang lain, menuntut, kasar, dan bertindak dengan pola bermusuhan. Individu dengan gaya ini cenderung tidak peka dengan kebutuhan orang lain. 2. Gaya manipulatif merupakan gaya komunikasi untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkan dari orang lain dengan membuat orang lain merasa bersalah kepadanya. 3. Gaya pasif merupakan gaya komunikasi yang tidak tegas dan pasrah serta tidak mau memberitahu apa yang seharusnya dilakukan orang lain.
  • 10. Hak cipta © Direktorat Pembelajaran, Dit Belmawa, Kemenristekdikti RI, 2018 4. Gaya tegas (assertive) merupakan gaya komunikasi yang mengekspresikan perasaannya, meminta apa yang dia inginkan dan mengakatan “tidak” untuk menolak apa yang tidak dia inginkan. Dari keempat gaya komunikasi di atas, gaya tegas merupakan gaya yang terbaik dalam menghadapi dan mengatasi konflik. Berikut ini adalah strategi untuk meningkatkan asertivitas: 1. Evaluasilah hak-hak pribadi Anda. Dalam setiap situasi, kita perlu menentukan hak-hak yang kita miliki, seperti hak untuk membuat kesalahan dan mengubah pikiran atau pandangan. 2. Kemukakan masalah dan konsekuensinya kepada orang lain. Jelaskan sudut pandang kita tentang situasi yang dihadapi, termasuk meski orang lain sudah memahaminya. Diskripsikan masalah yang dihadapi secara objektif tanpa perlu menyalahkan orang lain. Contoh, “Saya merasa terganggu kalau kalian ribut di kelas. Jadi tolong jangan diulangi lagi ya!” 3. Ekspresikan perasaan tentang situasi tertentu. Ketika kita menyatakan perasaan kita terhadap suatu situasi, maka orang lain baik yang setuju maupun tidak setuju dengan kita akan memahami perasaan kita tentang situasi yang dihadapi. Untuk menyatakan perasaan gunakan teknik komunikasi pesan saya (I-message) bukan pesan kamu (you-message). Contoh pesan saya, “Saya tidak suka kalau kamu datang terlambat.” Bandingkan dengan pesan kamu, contoh, “Kamu pemalas, kerjaannya terlambat terus!“ 4. Kemukakan permintaan Anda. Poin ini merupakan hal paling penting dari perilaku tegas. Kemukakan hal yang kita inginkan ataupun yang tidak kita inginkan secara langsung dan lugas. Beberapa pedoman dalam berperilaku tegas: 1. Gunakan perilaku non-verbal yang asertif, seperti percaya diri, tenang, melakukan kontak mata.
  • 11. Hak cipta © Direktorat Pembelajaran, Dit Belmawa, Kemenristekdikti RI, 2018 2. Kemukakan permintaan secara sederhana. Kalimat permintaan diharapkan lugas dan mudah dipahami. 3. Hindari pengajuan permintaan lebih dari satu dalam satu waktu. 4. Jangan minta maaf atas permintaan yang Anda ajukan. 5. Jelaskan manfaat dari permintaan atau penolakan Anda. g) Beri murid pilihan. Strategi ini dilakukan dengan memberi siswa tanggung jawab membuat pilihan dengan mengatakan bahwa dia memiliki pilihan untuk bertindak benar atau salah, kesemuanya ada konsekuensinya dan kita tidak bisa memilih konsekuensi itu. 2) Intervensi moderat. Jenis intervensi ini lebih kuat dibandingkan dengan intervensi minor yang telah dibahas sebelumnya. Berikut ini strategi dalam intervensi moderat: a) Jangan beri siswa kesempatan untuk melakukan aktivitas yang dia inginkan. Hal ini dilakukan dengan tidak mengijinkan atau mencabut ijin bagi siswa yang berperilaku menyimpang di dalam kelas untuk, misalnya, mengerjakan tugas dengan teman. b) Buat kontrak perilaku (behavioral contract). Apabila siswa masih melakukan perilaku yang tidak diharapkan dalam mengikuti bimbingan klasikal, maka konselor bersama siswa tersebut membuat kontrak perilaku yang disepakati kedua belah pihak. Kontrak perilaku berisi perilaku yang diharapkan dari siswa dan penguatan yang akan diperoleh jika melakukan perilaku tersebut. Dalam kontrak perilaku juga dicantumkan saksi atas kesepakatan atau kontrak tersebut. Semua pihak membubuhkan tanda tangan dalam kontrak perilaku. c) Pisahkan atau keluarkan siswa dari kelas. Strategi ini sebenarnya adalah teknik time out dari pendekatan behavioral. Ada beberapa pilihan dalam penerapan intervensi ini. Pertama, meminta siswa tetap di kelas, tetapi dia tidak memiliki akses terhadap penguatan positif (positive reinforcement). Kedua, mengeluarkan siswa dari kelas atau area aktivitas. Terakhir, menempatkan siswa di ruang time
  • 12. Hak cipta © Direktorat Pembelajaran, Dit Belmawa, Kemenristekdikti RI, 2018 out yang disediakan oleh sekolah. Tempat time out biasanya bisa juga di belakang tempat duduk siswa dalam kelas atau di depan kelas. Penempatan time out tidak boleh terlalu lama karena siswa perlu kembali untuk mengikuti bimbingan klasikal. d) Kenakan hukuman atau sanksi. Pemberian hukuman atau sanksi harus menjadi pilihan yang terakhir dari sekian banyak strategi intervensi. Penegakannya pun harus berhati-hati mengingat saat ini banyak kasus malpraktik dalam pendidikan dikarenakan guru memberikan hukuman kepada siswa secara tidak tepat (tidak etis). Pemberian hukuman bisa berupa pemberian tugas tambahan atau tambahan berlari atau aktivitas lain yang memiliki makna sanksi. Pemberian hukuman tidak boleh bersifat membahayakan sikap siswa terhadap pokok persoalan. Artinya, jangan sampai pemberian hukuman membuat siswa bertambah malas atau malah tidak mau mengikuti bimbingan klasikal. Apabila intervensi minor dan moderat tidak mengurangi perilaku yang tidak diharapkan siswa, maka konselor perlu memanfaatkan sumber daya lain. Pertama, berikan penanganan siswa yang berperilaku tidak diharapkan melalui pelayanan bimbingan konseling yang relevan, seperti bimbingan kelompok, konseling individu ataupun konseling kelompok. Kedua, lakukan konferensi antara konselor dengan orangtua siswa untuk membahas perilaku siswa. Dalam posisi ini, konselor tidak diharapkan menyalahkan orangtua sehingga orang tua menjadi difensif. Konselor cukup mendiskripsikan perilaku yang tidak diharapkan siswa secara objektif kepada orangtua dan menyampaikan kalau membutuhkan bantuan dan kerja sama dari orangtua. Hasilnya, biasanya perilaku siswa menjadi berubah. Daftar Pustaka Arends, R.I. 2007. Learning to Teach (7th ed.). Diterjemahkan oleh H.P. Soetjipto & S.M. Soetjipto. Yogyakarta: Penerbit Pustaka Pelajar. Muijs, D., & Reynolds, D. 2008. Effective Teaching: Evidence and Practice (2nd ed.). Diterjemahkan H.P. Soetjipto & S.M. Soetjipto. Yogyakarta: Penerbit Pustaka Pelajar.
  • 13. Hak cipta © Direktorat Pembelajaran, Dit Belmawa, Kemenristekdikti RI, 2018 Omrod, J.E. 2014. Educational Psychology: Developing Learners (8th ed.). London: Pearson Education. Santrock, J.W. 2004. Educational Psychology (2nd ed.). Diterjemahkan T. Wibowo. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.