Dokumen tersebut memberikan ringkasan singkat tentang skrining fitokimia yang meliputi tujuan, metode, dan contoh reaksi untuk mengetahui golongan senyawa seperti alkaloid, flavonoid, saponin, kuinon, tanin, dan steroid/triterpenoid yang terkandung dalam tumbuhan obat.
2. SKRINING FITOKIMIA
Skrinning fitokimia merupakan langkah awal
dalam penelitian mengenai tumbuhan obat
Sebagain besar skrinning fitokimia berfokus
kepada metabolit sekunder pada tumbuhan.
Meliputi pemeriksaan golongan alkaloid,
flavonoid, saponin, kuinon, tanin dan
steroid/triterpenoid
3. Tujuan Skrining Fitokimia
• Mengetahui golongan senyawa yang
terdapat dalam simplisia, ekstrak, fraksi,
subfraksi dan isolat
• Menetukan metode yang akan digunakan
dalam mengisolasi senyawa dari simplisia
• Pencarian senyawa aktif baru, prekursor
bagi sintesis obat-obat baru atau prototipe
senyawa obat berkeaktifa tertentu yang
berasal dari tanaman
4. Alkaloid
Bersifat basa karena adanya pasangan
elektron bebas pada atom nitrogennya
Mampu membentuk senyawa kompleks
tidak larut dengan logam berat
Mayer : KI dan HgCl2 putih
Dragendorff : Bi(NO3)3 jingga-coklat
5. Lanjutan…
Beberapa senyawa non alkaloid juga
dapat mengendap dengan pereaksi-
pereaksi tersebut reaksi positif
palsu
Contoh : protein, kumarin, dll
Alkaloid kuaterner tidak dapat diubah
menjadi basa dan tetap berada dalam
sel (tidak tertarik oleh pelarut) reaksi
negatif palsu
6. Pemeriksaan Alkaloid
SAMPEL
+ Amonia 25%
+ CHCl3 gerus
- Saring
AMPAS
• Ekstraksi dengan HCl 10%
• Fase air di ambil
• Bagi 3 bagian
BLANKO Dragendorff+ Mayer
FILTRAT
Endapan
putih
Endapan
jingga
9. Flavonoid
• Pengenalan flavonoid dilakukan dengan uji
Wilstater sianidin
• Reaksi didasarkan pada reduksi gugus karbonil
pada lingkar δ-lakton menjadi alkohol yang
berwarna-warna (garam flavilium) tergantung
gugus fungsi pada lingkar A atau B
• Warna merah sampai jingga flavon, warna
merah tua flavonol atau flavonon, warna
hijau sampai biru aglikon atau glikosida
• Warna ini dapat ditarik oleh amil alkohol
10. Pemeriksaan Flavonoid
SAMPEL
+ air panas didihkan
- Saring
AMPAS
+ Serbuk Mg, + alkohol : HCl (1:1)
+ Amil alkohol
- Kocok kuat biarkan memisah
Warna jingga-merah pada lapisan amil
alkohol positif Flavonoid
FILTRAT
12. Saponin
• Pada umumnya saponin merupakan suatu
glikosida
• Bila dihidrolisis akan menghasilkan bagian
glikon (gula) dan aglikon (non gula)
• Dengan pengocokan kuat glikosida mampu
membentuk buih dalam air yang terhidrolisis
menjadi gula dan senyawa lain
• Pemeriksaan saponin dilakukan dengan uji
Forth berdasarkan kemampuannya
membentuk buih dalam air
13. Pemeriksaan saponin
SAMPEL
+ air panas didihkan
- Saring
AMPAS
• Kocok secara vertikal selama 10 detik
• Biarkan 10 menit
• Busa > 1 cm
+ HCl 2N busa stabil (positif saponin)
FILTRAT
15. Kuinon
Senyawa kuinon umumnya merupakan turunan
p-benzokuinon
Pemeriksaan dilakukan dengan uji Brontager
Didasarkan pada kemampuannya membentuk
garam berwarna antara hidrokuinon dengan
larutan alkali kuat
Gugus keton pada hidrokuinon terionisasi oleh
NaOH membentuk ikatan rangkap terkonjugasi
berwarna merah terang karena adanya garam
alkali (kuinoid)
18. Tanin dan polifenolat
Tanin merupakan suatu senyawa
polifenolat
Gugus fenol akan memberikan warna
hijau, biru atau hitam dengan FeCl3
Ciri khas tanin mengendapkan
protein dan makromolekul lain
19. Lanjutan…
• Dua jenis tanin :
Tanin galat : terhidrolisis dengan
asam, basa atau enzim
Tanin katekat : membentuk warna
merah coklat (flobafen) dengan
penambahan asam dan pemanasan
20. Pemeriksaan tanin
SAMPEL
+ air panas didihkan
- Saring
AMPAS
+ FeCl3
Warna hijau-hitam polifenolat
FILTRAT
+ gelatin 1%
Endapan putih
tanin
+ steasny (T 90°C)
Endapan merah muda
tanin katekatsaring
FILTRAT
+ Na asetat
+ FeCl3
Warna hijau
tanin galat
23. Reaksi Tanin dengan
Steasny
Pereaksi stesny terdiri dari formalin 3% :
HCl (2:1)
Tanin katekat (polimer katekin) dapat
berkondensasi dengan formaldehid
Dengan penambahan HCl dan panas
akan memutuskan ikatan antara karbon-
karbon penghubung dalam tanin
melepaskan monomer antosianidin
(endapan merah)
24. Steroid dan Triterpenoid
Golongan steroid dan terpenoid
merupakan senyawa yang mirip karena
tersusun dari satuan isopren
STEROID TRITERPENOID
25. Reagen Liebermann-Burchard dapat
digunakan untuk membedakan kedua
golongan senyawa
Gugus yang berperan pada steroid adalah
adanya dua ikatan rangkap terkonjugasi di
cincin B atau satu ikatan rangkap dan gugus
metilen di C7 yang dapat mengalami
oksidasi dan dehidrogenasi
Pada triterpenoid gugus yang berperan
adalah metilen di C11 pada cincin C