SlideShare a Scribd company logo
1 of 29
REGULASI TENAGA
KESEHATAN
(UU No. 36 Tahun 2014 tentang
Tenaga Kesehatan)
By
Robby Candra Purnama, S.Farm., Apt., M.Kes
Hal-Hal Baru di UU No. 36 Tahun
2014
 Bab I. Ketentuan Umum :
1.Pasal 1 ayat 2 Asisten Tenaga Kesehatan adalah
setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang
kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau
keterampilan melalui pendidikan bidang kesehatan
di bawah jenjang Diploma Tiga.
Catatan : Ada istilah asisten tenaga kesehatan, yaitu
yang pendidikannya dibawah jenjang D3. Artinya
tamatan SMF tidak dikategorikan lagi sebagai
tenaga kefarmasian (tenaga teknis kefarmasian)
seperti yang dinyatakan pada PP 51 2009 pasal
33, tetapi sebagai asisten tenaga kefarmasian.
Lanjutan
 2.Pasal 1 ayat 6 Uji Kompetensi
adalah proses pengukuran
pengetahuan, keterampilan, dan
perilaku peserta didik pada perguruan
tinggi yang menyelenggarakan
pendidikan tinggi bidang Kesehatan.
 Catatan : Jadi uji kompetensi kedepan
dilakukan di perguruan tinggi farmasi.
Lanjutan
 3.Pasal 1 ayat 7 dan 8 Ayat 7 : Sertifikat
Kompetensi adalah surat tanda
pengakuan terhadap Kompetensi
Tenaga Kesehatan untuk dapat
menjalankan praktik di seluruh
Indonesia setelah lulus uji Kompetensi.
 Ayat 8 : Sertifikat Profesi adalah surat
tanda pengakuan untuk melakukan
praktik profesi yang diperoleh lulusan
pendidikan profesi.
Lanjutan
 Catatan : Jadi ada dua istilah sertifkat
yaitu sertifikat kompetensi dan
sertifkat profesi. Berbeda dalam PP 51
tahun 2009 pasal 37 dan permenkes
889 tahun 2011, istilah yang dikenal
adalah sertifikat kompetensi profesi.
Sekarang terpisah, ada sertifikat
kompetensi dan ada sertifikat profesi.
Lanjutan
 Hal ini mengadopsi UU No. 12 tentang
pendidikan tinggi :
 Pasal 43: Sertifikat profesi merupakan
pengakuan untuk melakukan praktik profesi
yang diperoleh lulusan pendidikan profesi
yang diselenggarakan oleh Perguruan Tinggi
bekerja sama dengan Kementerian,
Kementerian lain, LPNK, dan/atau organisasi
profesi yang bertanggung jawab atas mutu
layanan profesi, dan/atau badan lain sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Lanjutan
 Pasal 44 : Sertifikat kompetensi
merupakan pengakuan kompetensi
atas prestasi lulusan yang sesuai
dengan keahlian dalam cabang
ilmunya dan/atau memiliki prestasi di
luar program studinya.
 4.Pasal 1 ayat 15
 Konsil Tenaga Kesehatan Indonesia adalah
lembaga yang melaksanakan tugas secara
independen yang terdiri atas konsil masing-
masing tenaga kesehatan.
 Catatan : Jadi nantinya ada lembaga yang
menaungi seluruh tenaga kesehatan.
Pengumpulan tenaga kesehatan dalam satu
lembaga menunjukkan adanya kesetaraan
diantara tenaga-tenaga kesehatan.
Lanjutan
Lanjutan
 5.Pasal 1 ayat 17
 Kolegium masing-masing Tenaga
Kesehatan adalah badan yang dibentuk
oleh Organisasi Profesi untuk setiap
cabang disiplin ilmu kesehatan yang
bertugas mengampu dan meningkatkan
mutu pendidikan cabang disiplin ilmu
tersebut.
 Catatan: Jadi kedepan akan ada organisasi
yang dibentuk oleh IAI yang berbentuk
kolegium. Dalam bayangan saya kolegium
ini seperti himpunan seminat seperti
Hisfarsi, Hisfarma, Hisfarin, Hisfardis,
Bab III : Kualifikasi dan Pengelompokan Tenaga
Kesehatan
 Tenaga Kesehatan
dikelompokkan ke dalam:
a. tenaga medis; dokter,
drg, dr spesialis, dr gigi
spesialis
b. tenaga psikologi klinis;
c. tenaga keperawatan;
d. tenaga kebidanan;
e. tenaga kefarmasian; apt
dan TTK
f. tenaga kesehatan
masyarakat;
g. tenaga kesehatan
lingkungan;
h. tenaga gizi;
i. tenaga keterapian
fisik;
j. tenaga keteknisian
medis;
k. tenaga teknik
biomedika;
l. tenaga kesehatan
tradisional ; tenakes
tradisional ramuan
dan tenakes
ketrampilan dan
m. tenaga kesehatan
lain.
Lanjutan
 Catatan:
 -Pada bagian penjelasan pasal 11 ini, tenaga
teknis kefarmasian adalah meliputi sarjana
farmasi, ahli madya farmasi, dan analis
farmasi.
 Kita bisa melihat perbedaannya dengan PP 51
tahun 2009 : Tenaga Teknis Kefarmasian
adalah tenaga yang membantu Apoteker
dalam menjalani Pekerjaan Kefarmasian, yang
terdiri atas Sarjana Farmasi, Ahli Madya
Farmasi, Analis Farmasi, dan Tenaga
Menengah Farmasi/Asisten Apoteker. Dalam
UU ini tenaga menengah farmasi/asisten
apoteker tidak lagi dimasukkan ke tenaga
teknis kefarmasian. Tetapi, sebagai asisten
tenaga kefarmasian.
Lanjutan
 Berbeda dengan PP No. 32 tahun 1996
tentang tenaga kesehatan, praktisi
tradisional belum dimasukkan ke dalam
kelompok tenaga kesehatan. Tetapi dengan
undang-undang ini mereka telah dimasukkan
sebagai tenaga kesehatan. Bagaimana
klasifikasi dan persyaratannya belum terlalu
jelas, tetapi dalam bagian penjelasan untuk
pasal ini dikatakan bahwa Tenaga kesehatan
tradisional yang termasuk ke dalam Tenaga
Kesehatan adalah yang telah memiliki body
of knowledge, pendidikan formal yang setara
minimum Diploma Tiga dan bekerja di bidang
Bab IV : Perencanaan, Pengadaan,
dan Pendayagunaan
 1.Pasal 13 Pemerintah dan pemerintah daerah wajib
memenuhi kebutuhan tenaga kesehatan, baik dalam jumlah,
jenis, maupun dalam kompetensi secara merata untuk
menjamin keberlangsungan pembangunan kesehatan. Catatan
: Artinya kebutuhan apoteker di puskesmas wajib dipenuhi oleh
pemerintah. 2.Pasal 21 Ayat 1 : Mahasiswa bidang kesehatan
pada akhir masa pendidikan vokasi dan profesi harus mengikuti
Uji Kompetensi secara nasional.
 Catatan : Sebelumnya, mahasiswa yang menyelesaikan
pendidikan profesi secara otomatis mendapatkan sertifikat
kompetensi profesi (PP 51/2009 pasal 36 dan permenkes 889
tahun 2011), tetapi saat ini, sebelum lulus, mereka terlebih
dahulu harus mengikuti ujian kompetensi nasional
(CBT/computer based test) untuk mendapatkan sertifikat
kompetensi. Jadi, ujian kompetensi nasional adalah exit exam
bagi mahasiswa. Jika belum lulus, maka mahasiswa tersebut
masih menjadi tanggung jawab perguruan tinggi sampai
Lanjutan
 Hal inipun berlaku bagi tenaga teknis kefarmasian
lulusan D3 farmasi (vokasi). Sebelumnya mereka
tidak perlu mengikuti ujian kompetensi.
 Ayat 2: Uji Kompetensi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diselenggarakan oleh Perguruan Tinggi
bekerja sama dengan Organisasi Profesi, lembaga
pelatihan, atau lembaga sertifikasi yang
terakreditasi. Catatan: Jadi untuk farmasi, yang
menyelenggarakan ujian kompetensi adalah
perguruan tinggi farmasi yang bekerja sama dengan
organisasi profesi (IAI) atau LPUK (Lembaga
Pengembangan Uji Kompetensi)
Sebelumnya, termasuk SKPA, yang mengadakan
adalah organisasi profesi yang bekerjasama dengan
perguruan tinggi. Saat ini adalah sebaliknya.
Perguruan tinggi farmasi yang bekerja sama dengan
organisasi profesi (IAI)
Bab IV: Perencanaan,
Pengadaan dan Pendayagunaan
 Ayat 5: Mahasiswa pendidikan vokasi memperoleh sertifikat
kompetensi yang diterbitkan oleh perguruan tinggi. Ayat 6:
Mahasiswa pendidikan profesi memperoleh sertifikat profesi yang
diterbitkan oleh perguruan tinggi.
 Catatan :
a.Sertifikat profesi menurut aturan ini diterbitkan oleh perguruan tinggi,
tidak seperti lagi saat ini yang diterbitkan oleh IAI.
Menurut ketua IAI Pusat, sertifikat profesi diberikan setelah apoteker
selesai ujian apoteker dan sertifikat kompetensi diberikan setelah
selesai ujian kompetensi apoteker. Jadi ada dua sertifikat yang
akan diperoleh oleh apoteker yang lulus.
Tetapi jika kita melihat ayat 5 dan ayat 6 pemahamannya tidak seperti
itu karena ternyata istilah sertifikat kompetensi diberikan untuk
tenaga teknis kefarmasian dan istilah sertifikat profesi diberikan
untuk apoteker. Lalu bagaimana dengan sarjana farmasi yang juga
masuk dalam tenaga teknis kefarmasian (PP 51 2009 pasal 33),
sertifikat apa yang mereka dapatkan ?. Pendidikan sarjana farmasi
bukan pendidikan vokasi dan bukanpula pendidikan profesi tetapi
merupakan pendidikan akademik.
Lanjutan…
3. Pasal 23
Ayat (2) Penempatan Tenaga Kesehatan oleh Pemerintah atau Pemerintah
Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dengan cara:
a. pengangkatan sebagai pegawai negeri sipil;
b. b. pengangkatan sebagai pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja;
c. atau c.penugasan khusus. (penempatan dokter pascainternsip, residen
senior, pascapendidikan spesialis dengan ikatan dinas, dan tenaga
kesehatan lainnya)
Catatan : ini memungkinkan apoteker di puskesmas diangkat dengan
mekanisme PTT (pegawai tidak tetap) Ayat (3): Selain penempatan
Tenaga Kesehatan dengan cara sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
Pemerintah dapat menempatkan Tenaga Kesehatan melalui
pengangkatan sebagai anggota TNI/POLRI.
4.Pasal 26 Ayat 2 : Pimpinan Fasilitas Pelayanan Kesehatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan/atau kepala daerah yang membawahi
Fasilitas Pelayanan Kesehatan harus mempertimbangkan pemenuhan
kebutuhan sandang, pangan, papan, dan lokasi, serta keamanan dan
keselamatan kerja Tenaga Kesehatan sesuai dengan ketentuan
Bab V. Konsil Tenaga Kesehatan
Indonesia
1.Pasal 34 Ayat 1 : Untuk meningkatkan
mutu Praktik Tenaga Kesehatan serta
untuk memberikan pelindungan dan
kepastian hukum kepada Tenaga
Kesehatan dan masyarakat, dibentuk
Konsil Tenaga Kesehatan Indonesia.
Ayat 2 : Konsil Tenaga Kesehatan
Indonesia sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) terdiri atas konsil masing-masing
Tenaga Kesehatan.
2.Pasal 35 : Konsil Tenaga Kesehatan
Indonesia berkedudukan di ibukota
negara Republik Indonesia.
3.Pasal 36 : Ayat 1 : Konsil Tenaga
Kesehatan Indonesia mempunyai fungsi
sebagai koordinator konsil masing-
masing Tenaga Kesehatan.
Ayat (2) Dalam menjalankan fungsi
sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), Konsil Tenaga Kesehatan
Indonesia memiliki tugas:
a. memfasilitasi dukungan pelaksanaan
tugas konsil masing-masing Tenaga
Kesehatan;
b. melakukan evaluasi tugas konsil
masing-masing Tenaga Kesehatan;
dan
c. membina dan mengawasi konsil
masing-masing Tenaga Kesehatan.
Ayat 3: Dalam menjalankan fungsi
sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), Konsil Tenaga Kesehatan
Indonesia memiliki wewenang
menetapkan perencanaan kegiatan
untuk konsil masing-masing Tenaga
Kesehatan.
Bab V. Konsil Tenaga Kesehatan
Indonesia
 Catatan : Dalam
jangka dua tahun
kedepan akan
dibentuk Konsil tenaga
kefarmasian (waktu
untuk pelaksanaan UU
ini). Konsil ini yang
akan mewakili tenaga
kefarmasian dalam
konsil tenaga
kesehatan. Saat ini
yang bertindak
sebagai konsil
dibidang farmasi
adalah komite farmasi
nasional (KFN) yang
dibentuk oleh Menteri
Kesehatan.
Pasal 37
(1) Konsil masing-masing tenaga
kesehatan mempunyai fungsi
pengaturan, penetapan dan
pembinaan tenaga kesehatan dalam
menjalankan praktik Tenaga
Kesehatan untuk meningkatkan
mutu pelayanan kesehatan.
(2) Dalam menjalankan fungsi
sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), konsil masing-masing Tenaga
Kesehatan memiliki tugas:
a. melakukan Registrasi Tenaga
Kesehatan;
b. melakukan pembinaan Tenaga
Kesehatan dalam menjalankan
praktik Tenaga Kesehatan;
c. menyusun Standar Nasional
Pendidikan Tenaga Kesehatan;
d. menyusun standar praktik dan
standar kompetensi Tenaga
Kesehatan; dan
e. menegakkan disiplin praktik Tenaga
Kesehatan.
Bab V. Konsil Tenaga Kesehatan
Indonesia
 Catatan : Dari pasal 37
ini kita melihat akan ada
perluasan fungsi dari
konsil kefarmasian yang
ada saat ini (KFN). KFN
sebelumnya hanya
memiliki 3 tugas (pada
permenkes 889 /2011
pasal 26), yaitu :
 a. sertifikasi dan
registrasi;
 b. pendidikan dan
pelatihan berkelanjutan;
dan
 c. pembinaan dan
pengawasan.
Tetapi dalam UU ini konsil kefarmasian
juga akan memilki tugas menyusun
Standar Nasional Pendidikan Tenaga
Kefarmasian (tugas ini sebelumnya
adalah tugas dari Asosiasi Pendidikan
Tinggi Farmasi Indonesia/APTFI) dan
menyusun Standar praktik dan
standar kompetensi Tenaga
Kesehatan (tugas ini sebelumnya
adalah tugas dari IAI).
Konsil ini juga akan berfungsi sebagai
lembaga penegakan disiplin praktek
kefarmasian oleh tenaga kefarmasian
(saat ini fungsinya dipegang oleh
Majelis Etik dan Disiplin Apoteker
Indonesia/MEDAI). Selain itu fungsi
KFN juga akan berkurang yang
tadinya berfungsi sebagai lembaga
sertifikasi dan registrasi kedepan
hanya sebagai lembaga registrasi
Bab V. Konsil Tenaga Kesehatan
Indonesia
 Pasal 38
Dalam menjalankan tugasnya, konsil
masing-masing Tenaga
Kesehatan mempunyai
wewenang:
a. menyetujui atau menolak
permohonan Registrasi Tenaga
Kesehatan;
b. menerbitkan atau mencabut STR;
c. menyelidiki dan menangani
masalah yang berkaitan dengan
pelanggaran disiplin profesi
Tenaga Kesehatan
d. menetapkan dan memberikan
sanksi disiplin profesi Tenaga
Kesehatan; dan
e. memberikan pertimbangan
pendirian atau penutupan institusi
pendidikan Tenaga Kesehatan.
 Catatan : Tugas MEDAI
(majelis etik dan disiplin
apoteker Indonesia) sudah
masuk dalam tugas konsil
kefarmasian. Selain itu,
Konsil kefarmasian akan
memiliki wewenang
rekomendasi pendirian
atau penutupan perguruan
tinggi farmasi.
 Dari telaah ini, konsil ini
adalah lembaga terkuat
dalam dunia kefarmasian
karena mengatur
pendidikan dan praktek
kefarmasian.
Bab V. Konsil Tenaga Kesehatan
Indonesia
 Pasal 40
(1) Keanggotaan Konsil Tenaga
Kesehatan Indonesia merupakan
pimpinan konsil masing-masing
Tenaga Kesehatan.
(2) Keanggotaan konsil masing-
masing Tenaga Kesehatan terdiri
atas unsur:
a. kementerian yang
menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang
kesehatan;
b. kementerian yang
menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang
pendidikan;
c. Organisasi Profesi;
d. Kolegium masing-masing Tenaga
Kesehatan;
e. asosiasi institusi pendidikan
Tenaga Kesehatan;
 Catatan : Keanggotaan konsil
kefarmasian nantinya
komposisinya akan berbeda
dengan keanggotaan KFN yang
ada saat ini. KFN terdiri dari
(permenkes 889/2011 pasal 27) :
a. Kementerian Kesehatan 2 (dua)
orang;
b. Badan Pengawas Obat dan
Makanan 1 (satu) orang;
c. Organisasi profesi 3 (tiga) orang;
d. Organisasi yang menghimpun
Tenaga Teknis Kefarmasian 1
(satu) orang;
e. Perhimpunan dari Perguruan
Tinggi Farmasi di Indonesia 1
(satu) orang; dan
f. Kementerian Pendidikan Nasional 1
(satu) orang.
Bab V. Konsil Tenaga Kesehatan
Indonesia
 Pada konsil kefarmasian akan
bertambah unsur dari kolegium tenaga
kefarmasian., kolegium kefarmasian
akan seperti himpunan seminat.
 Apakah nantinya himpunan seminat
akan secara otomatis berubah
menjadi kologium, tergantung IAI yang
memiliki kewenangan membentuk
kolegium ini.
 Pasal 1 ayat 17 : Kolegium masing-
masing Tenaga Kesehatan adalah
badan yang dibentuk oleh Organisasi
Profesi untuk setiap cabang disiplin
ilmu kesehatan yang bertugas
mengampu dan meningkatkan mutu
pendidikan cabang disiplin ilmu
tersebut. Jika himpunan seminat sama
dengan kolegium, berarti akan ada
anggota himpunan-himpunan seminat
di dalam konsil kefarmasian.
Kemudian anggota konsil kefarmasian
juga akan ada yang berasal dari
asosiasi fasilitas pelayanan
kesehatan.
 Pada PP 51 tahun 2009 pasal 1 ayat 11
dijelaskan bahwa :
 Fasilitas Pelayanan Kefarmasian adalah
sarana yang digunakan untuk
menyelenggarakan pelayanan kefarmasian,
yaitu apotek, instalasi farmasi rumah sakit,
puskesmas, klinik, toko obat, atau praktek
bersama.
 Artinya kedepan akan ada anggota Konsil
kefarmasian yang berasal dari ASAPIN,
asosiasi rumah sakit, asosiasi puskesmas,
asosiasi toko obat dan organisasi yang
sejenis.
 Selain itu, anggota Konsil kefarmasian juga
akan ada yang berasal dari anggota
masyarakat. Dalam bagian penjelasan
dikatakan bahwa Tokoh Masyarakat adalah
Yang dimaksud tokoh masyarakat adalah
setiap orang yang mempunyai reputasi dan
kepedulian terhadap kesehatan Yang
berkurang dari keanggotaan KFN yang ada
sekarang adalah : Dalam Konsil
kefarmasian tidak akan ada lagi anggota
yang berasal dari Badan Pengawas Obat
dan Makanan dan Organisasi yang
menghimpun Tenaga Teknis Kefarmasian.
Kecuali perwakilan organisasi profesi
diartikan sebagai perwakilan yang berasal
dari IAI dan PAFI.
Bab VI. Registrasi dan Perizinan
Tenakes
Pasal 44
(1) Setiap Tenaga Kesehatan yang menjalankan praktik
wajib memiliki STR.
(2) STR sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan oleh
konsil masing-masing Tenaga Kesehatan setelah
memenuhi persyaratan.
(3) Persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
meliputi:
a. memiliki ijazah pendidikan di bidang kesehatan;
b. memiliki Sertifikat Kompetensi atau Sertifikat Profesi;
c. memiliki surat keterangan sehat fisik dan mental;
d. memiliki surat pernyataan telah mengucapkan
sumpah/janji profesi; dan
e. membuat pernyataan mematuhi dan melaksanakan
ketentuan etika profesi.
Catatan : Jadi, untuk tenaga teknis kefarmasian yang
menyelesaikan pendidikan vokasi memiliki sertifikat
kompetensi sedangkan untuk apoteker (pendidikan
profesi) memiliki sertifikat profesi.
Sedangkan untuk sarjana farmasi yang sebelumnya dapat
menjadi TTK dan mendapatkam STRTTK, maka
dengan peraturan ini, sudah tidak dapat lagi untuk surat
tanda registrasinya
Bagian Kedua :Perizinan
Pasal 46
(1) Setiap Tenaga Kesehatan yang menjalankan
praktik di bidang pelayanan kesehatan wajib
memiliki izin.
(2) Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diberikan dalam bentuk SIP.
(3) SIP sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
diberikan oleh pemerintah daerah kabupaten/kota
atas rekomendasi pejabat kesehatan yang
berwenang di kabupaten/kota tempat Tenaga
Kesehatan menjalankan praktiknya.
(4) Untuk mendapatkan SIP sebagaimana dimaksud
pada ayat (2), Tenaga Kesehatan harus memiliki:
a. STR yang masih berlaku;
b. Rekomendasi dari Organisasi Profesi; dan
c. tempat praktik.
Syarat Rekomendasi Organisasi Profesi untuk
Apoteker yang tadinya hanya tercantum dalam
PP 51 2009 pasal 55 kini diperkuat dengan
adanya UU tenaga kesehatan ini. SIP ini hanya
berlaku untuk satu tempat (senada dengan PP 51
2009)
Bab VI. Registrasi dan Perizinan
Tenakes
Pasal 47
Tenaga Kesehatan yang menjalankan
praktik mandiri harus memasang
papan nama praktik.
Jadi program papanisasi apoteker tidak
hanya sekedar rekomendasi IAI
tetapi merupakan amanat Undang-
Undang.
Bagian Keempat :Penegakan Disiplin
Tenaga Kesehatan
Pasal 49
(1) Untuk menegakkan disiplin Tenaga
Kesehatan dalam penyelenggaraan
praktik, konsil masing-masing Tenaga
Kesehatan menerima pengaduan,
memeriksa, dan memutuskan kasus
pelanggaran disiplin Tenaga
Kesehatan.
Pada PP 51 2009 penegakan disiplin ini
hanya dijelaskan mengikuti peraturan
perundangan yang berlaku tetapi
dalam undang-undang ini penegakan
disiplin menjadi tugas dariKonsil
kefarmasian. Oleh karena itu, MEDAI
IAI harus betul-betul bisa memberikan
batasan antara peran dan
kewenangannya dengan KFN. Jangan
sampai ada tumpang tindih dan
rebutan peran. Ataukah MEDAI akan
berubah kembali menjadi komisi etik
saja seperti pada kepengurusan IAI
sebelumnya tanpa mengatur disiplin ?.
Bab VI. Registrasi dan Perizinan
Tenakes
2) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), konsil masing-masing
Tenaga Kesehatan dapat memberikan sanksi
disiplin berupa:
a. pemberian peringatan tertulis;
b. rekomendasi pencabutan STR atau SIP; dan/atau
c. kewajiban mengikuti pendidikan atau pelatihan di
institusi pendidikan kesehatan.
Hal yang menarik disini adalah salah satu sanksi
yang bisa didapatkan jika melakukan pelanggaran
disiplin adalah di’sekolah’kan lagi diperguruan
tinggi.
Bab VII. Organisasi Profesi
1.Pasal 50 :Tenaga Kesehatan
harus membentuk Organisasi
Profesi sebagai wadah untuk
meningkatkan dan/atau
mengembangkan
pengetahuan dan
keterampilan, martabat, dan
etika profesi Tenaga
Kesehatan.
Catatan : Sepertinya kedepan
MEDAI memang harus
kembali seperti sebelumnya
hannya mengatur masalah
etika tidak mengatur masalah
disiplin.
 Pasal 51 :
 (1)Untuk mengembangkan
cabang disiplin ilmu dan standar
pendidikan Tenaga Kesehatan,
setiap Organisasi Profesi dapat
membentuk Kolegium masing-
masing Tenaga Kesehatan.
 (2)Kolegium masing-masing
Tenaga Kesehatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1)
merupakan badan otonom di
dalam Organisasi Profesi.
 (3)Kolegium masing-masing
Tenaga Kesehatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1)
bertanggung jawab kepada
Organisasi Profesi.
 Pasal 51 ini menegaskan bahwa
yang dimaksud kolegium dalam
bidang farmasi akan berupa
himpunan seminat.
Bab IX.Hak dan Kewajiban
Tenakes
 1. Pasal 59 :
(1) Tenaga Kesehatan yang menjalankan
praktik pada Fasilitas Pelayanan
Kesehatan wajib memberikan
pertolongan pertama kepada Penerima
Pelayanan Kesehatan dalam keadaan
gawat darurat dan/atau pada bencana
untuk penyelamatan nyawa dan
pencegahan kecacatan.
(2) Tenaga Kesehatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilarang
menolak Penerima Pelayanan
Kesehatan dan/atau dilarang meminta
uang muka terlebih dahulu.
Catatan : Nah, kedepan jika ada RS yang
menolak pasien dikarenakan masalah
biaya yang tidak ada dimuka maka RS
itu (tenaga kesehatan didalamnya)
melanggar undang-undang.
Pasal 63
(1) Dalam keadaan tertentu Tenaga
Kesehatan dapat memberikan
pelayanan di luar kewenangannya.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai
menjalankan keprofesian di luar
kewenangan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diatur dengan Peraturan
Menteri.
Catatan : Yang menarik disini tenaga
kesehatan dapat melakukan pekerjaan
diluar kewenangannya, seperti apa
penjelasannya, kita tunggu peraturan
menterinya. Tetapi, kemungkinan
seperti dokter menyerahkan obat pada
daerah terpencil, perawat melakukan
tindakan invasif didaerah terpencil,
bidan menangani kelahiran tidak
normal, dsbg. Apoteker mendiagnosa
bagaimana? .
Bab XII. Pembinaan dan
Pengawasan
Pasal 80 Pemerintah dan Pemerintah Daerah
melakukan pembinaan dan pengawasan kepada
Tenaga Kesehatan dengan melibatkan konsil
masing-masing Tenaga Kesehatan dan
Organisasi Profesi sesuai dengan
kewenangannya.
Catatan : Hal ini senada dengan PP 51 tahun 2009
pasal 58 : Menteri, Pemerintah Daerah Provinsi,
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota sesuai
kewenangannya serta Organisasi Profesi
membina dan mengawasi pelaksanaan
Pekerjaan Kefarmasian
TERIM A KASIH

More Related Content

What's hot

Pelayanan Kefarmasian di Apotek
Pelayanan Kefarmasian di ApotekPelayanan Kefarmasian di Apotek
Pelayanan Kefarmasian di ApotekSurya Amal
 
Buku Panduan Praktis BPJS Kesehatan - Skrining Kesehatan
Buku Panduan Praktis BPJS Kesehatan - Skrining KesehatanBuku Panduan Praktis BPJS Kesehatan - Skrining Kesehatan
Buku Panduan Praktis BPJS Kesehatan - Skrining KesehatanBPJS Kesehatan RI
 
Kasus pelanggaran kode etik apoteker di apotek
Kasus pelanggaran kode etik apoteker di apotekKasus pelanggaran kode etik apoteker di apotek
Kasus pelanggaran kode etik apoteker di apotekAstriedAmalia
 
Buku Panduan Praktis BPJS Kesehatan - Program Rujuk Balik (PRB)
Buku Panduan Praktis BPJS Kesehatan - Program Rujuk Balik (PRB)Buku Panduan Praktis BPJS Kesehatan - Program Rujuk Balik (PRB)
Buku Panduan Praktis BPJS Kesehatan - Program Rujuk Balik (PRB)BPJS Kesehatan RI
 
Perpres no. 72 tahun 2012 ttg sistem kesehatan nasional
Perpres no. 72 tahun 2012 ttg sistem kesehatan nasionalPerpres no. 72 tahun 2012 ttg sistem kesehatan nasional
Perpres no. 72 tahun 2012 ttg sistem kesehatan nasionalSuprijanto Rijadi
 
Permenkes No. 118 Tahun 2014 Tentang Kompendium Alat Kesehatan
Permenkes No. 118 Tahun 2014 Tentang Kompendium Alat KesehatanPermenkes No. 118 Tahun 2014 Tentang Kompendium Alat Kesehatan
Permenkes No. 118 Tahun 2014 Tentang Kompendium Alat KesehatanUlfah Hanum
 
Power point malpraktek
Power point malpraktekPower point malpraktek
Power point malpraktekIki KuduSukses
 
Mi 1 6. pengendalian obat di puskesmas batch 2
Mi 1   6. pengendalian obat di puskesmas batch 2Mi 1   6. pengendalian obat di puskesmas batch 2
Mi 1 6. pengendalian obat di puskesmas batch 2LinaNadhilah2
 
Pelayanan Kesehatan
Pelayanan KesehatanPelayanan Kesehatan
Pelayanan KesehatanCsii M'py
 
SK PP IAI tentang Papan Nama Praktik Apoteker
SK PP IAI tentang Papan Nama Praktik ApotekerSK PP IAI tentang Papan Nama Praktik Apoteker
SK PP IAI tentang Papan Nama Praktik ApotekerIkatan Apoteker Indonesia
 
Pedoman Tata Kelola Mutu.pptx
Pedoman Tata Kelola Mutu.pptxPedoman Tata Kelola Mutu.pptx
Pedoman Tata Kelola Mutu.pptxErniChan1
 
Template pola tata kelola blud puskesmas
Template pola tata kelola blud puskesmasTemplate pola tata kelola blud puskesmas
Template pola tata kelola blud puskesmasZakiah dr
 
Materi Kebijakan dan SOP e-STR 26092022.pptx
Materi Kebijakan dan SOP e-STR 26092022.pptxMateri Kebijakan dan SOP e-STR 26092022.pptx
Materi Kebijakan dan SOP e-STR 26092022.pptxAndri619674
 
perencanaan sediaan farmasi.ppt
perencanaan sediaan farmasi.pptperencanaan sediaan farmasi.ppt
perencanaan sediaan farmasi.pptYayaCahyadi1
 
Mi 1 2. pengadaan obat di puskesmas
Mi 1   2. pengadaan obat di puskesmasMi 1   2. pengadaan obat di puskesmas
Mi 1 2. pengadaan obat di puskesmasLinaNadhilah2
 
Pembekalan PKL 2122.pptx
Pembekalan PKL 2122.pptxPembekalan PKL 2122.pptx
Pembekalan PKL 2122.pptxCacaMarica18
 

What's hot (20)

Pelayanan Kefarmasian di Apotek
Pelayanan Kefarmasian di ApotekPelayanan Kefarmasian di Apotek
Pelayanan Kefarmasian di Apotek
 
Dasar-dasar Ekonomi Kesehatan
Dasar-dasar Ekonomi KesehatanDasar-dasar Ekonomi Kesehatan
Dasar-dasar Ekonomi Kesehatan
 
Buku Panduan Praktis BPJS Kesehatan - Skrining Kesehatan
Buku Panduan Praktis BPJS Kesehatan - Skrining KesehatanBuku Panduan Praktis BPJS Kesehatan - Skrining Kesehatan
Buku Panduan Praktis BPJS Kesehatan - Skrining Kesehatan
 
Etika dan Hukum Kedokteran
Etika dan Hukum KedokteranEtika dan Hukum Kedokteran
Etika dan Hukum Kedokteran
 
Kasus pelanggaran kode etik apoteker di apotek
Kasus pelanggaran kode etik apoteker di apotekKasus pelanggaran kode etik apoteker di apotek
Kasus pelanggaran kode etik apoteker di apotek
 
Buku Panduan Praktis BPJS Kesehatan - Program Rujuk Balik (PRB)
Buku Panduan Praktis BPJS Kesehatan - Program Rujuk Balik (PRB)Buku Panduan Praktis BPJS Kesehatan - Program Rujuk Balik (PRB)
Buku Panduan Praktis BPJS Kesehatan - Program Rujuk Balik (PRB)
 
Harga Eceren Tertinggi Obat generik
Harga Eceren Tertinggi Obat generikHarga Eceren Tertinggi Obat generik
Harga Eceren Tertinggi Obat generik
 
Perpres no. 72 tahun 2012 ttg sistem kesehatan nasional
Perpres no. 72 tahun 2012 ttg sistem kesehatan nasionalPerpres no. 72 tahun 2012 ttg sistem kesehatan nasional
Perpres no. 72 tahun 2012 ttg sistem kesehatan nasional
 
Permenkes No. 118 Tahun 2014 Tentang Kompendium Alat Kesehatan
Permenkes No. 118 Tahun 2014 Tentang Kompendium Alat KesehatanPermenkes No. 118 Tahun 2014 Tentang Kompendium Alat Kesehatan
Permenkes No. 118 Tahun 2014 Tentang Kompendium Alat Kesehatan
 
Power point malpraktek
Power point malpraktekPower point malpraktek
Power point malpraktek
 
Mi 1 6. pengendalian obat di puskesmas batch 2
Mi 1   6. pengendalian obat di puskesmas batch 2Mi 1   6. pengendalian obat di puskesmas batch 2
Mi 1 6. pengendalian obat di puskesmas batch 2
 
Pelayanan Kesehatan
Pelayanan KesehatanPelayanan Kesehatan
Pelayanan Kesehatan
 
SK PP IAI tentang Papan Nama Praktik Apoteker
SK PP IAI tentang Papan Nama Praktik ApotekerSK PP IAI tentang Papan Nama Praktik Apoteker
SK PP IAI tentang Papan Nama Praktik Apoteker
 
Pedoman Tata Kelola Mutu.pptx
Pedoman Tata Kelola Mutu.pptxPedoman Tata Kelola Mutu.pptx
Pedoman Tata Kelola Mutu.pptx
 
Template pola tata kelola blud puskesmas
Template pola tata kelola blud puskesmasTemplate pola tata kelola blud puskesmas
Template pola tata kelola blud puskesmas
 
Makalah kesehatan masyarakat
Makalah kesehatan masyarakatMakalah kesehatan masyarakat
Makalah kesehatan masyarakat
 
Materi Kebijakan dan SOP e-STR 26092022.pptx
Materi Kebijakan dan SOP e-STR 26092022.pptxMateri Kebijakan dan SOP e-STR 26092022.pptx
Materi Kebijakan dan SOP e-STR 26092022.pptx
 
perencanaan sediaan farmasi.ppt
perencanaan sediaan farmasi.pptperencanaan sediaan farmasi.ppt
perencanaan sediaan farmasi.ppt
 
Mi 1 2. pengadaan obat di puskesmas
Mi 1   2. pengadaan obat di puskesmasMi 1   2. pengadaan obat di puskesmas
Mi 1 2. pengadaan obat di puskesmas
 
Pembekalan PKL 2122.pptx
Pembekalan PKL 2122.pptxPembekalan PKL 2122.pptx
Pembekalan PKL 2122.pptx
 

Similar to REGULASI TENAGA KESEHATAN

UU KESEHATAN (OBL) 2023.pdf
UU KESEHATAN (OBL) 2023.pdfUU KESEHATAN (OBL) 2023.pdf
UU KESEHATAN (OBL) 2023.pdfleorendy
 
Pandangan Tentang RUU Kesehatan.pptx
Pandangan Tentang RUU Kesehatan.pptxPandangan Tentang RUU Kesehatan.pptx
Pandangan Tentang RUU Kesehatan.pptxssuser242fbf1
 
legal etik yang ada di keperawatan
legal etik yang ada di keperawatan legal etik yang ada di keperawatan
legal etik yang ada di keperawatan endahtri2110
 
Pmk no. 1796 ttg registrasi tenaga kesehatan
Pmk no. 1796 ttg registrasi tenaga kesehatanPmk no. 1796 ttg registrasi tenaga kesehatan
Pmk no. 1796 ttg registrasi tenaga kesehatanYulia Wibowo
 
Permenkes No. 161 Tahun 2010 Tentang Registrasi Tenaga Kesehatan
Permenkes No. 161 Tahun 2010 Tentang Registrasi Tenaga KesehatanPermenkes No. 161 Tahun 2010 Tentang Registrasi Tenaga Kesehatan
Permenkes No. 161 Tahun 2010 Tentang Registrasi Tenaga KesehatanSainal Edi Kamal
 
Makalah pekerjaan farmasi dan ham.
Makalah pekerjaan farmasi dan ham.Makalah pekerjaan farmasi dan ham.
Makalah pekerjaan farmasi dan ham.hospital
 
Etika dalam profesi kebidanan AKPER PEMKAB MUNA
Etika dalam profesi kebidanan AKPER PEMKAB MUNA Etika dalam profesi kebidanan AKPER PEMKAB MUNA
Etika dalam profesi kebidanan AKPER PEMKAB MUNA Operator Warnet Vast Raha
 
PERMENKES 46/2015
PERMENKES 46/2015PERMENKES 46/2015
PERMENKES 46/2015IndiSusanti
 
MATA KULIAH ETIKA DAN HUKUM.pptx
MATA KULIAH  ETIKA DAN HUKUM.pptxMATA KULIAH  ETIKA DAN HUKUM.pptx
MATA KULIAH ETIKA DAN HUKUM.pptxALIIMRON32407
 
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptxPEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptxpuspapameswari
 
Permenkes No. 889 Tahun 2011 Tentang Registrasi, Izin Praktek dan Izin Kerja ...
Permenkes No. 889 Tahun 2011 Tentang Registrasi, Izin Praktek dan Izin Kerja ...Permenkes No. 889 Tahun 2011 Tentang Registrasi, Izin Praktek dan Izin Kerja ...
Permenkes No. 889 Tahun 2011 Tentang Registrasi, Izin Praktek dan Izin Kerja ...Sainal Edi Kamal
 
Pedoman p2 kb re sertifikasi ortotis prostetis rev2016-1
Pedoman p2 kb re sertifikasi  ortotis prostetis rev2016-1Pedoman p2 kb re sertifikasi  ortotis prostetis rev2016-1
Pedoman p2 kb re sertifikasi ortotis prostetis rev2016-1sisy bania
 

Similar to REGULASI TENAGA KESEHATAN (20)

UU KESEHATAN (OBL) 2023.pdf
UU KESEHATAN (OBL) 2023.pdfUU KESEHATAN (OBL) 2023.pdf
UU KESEHATAN (OBL) 2023.pdf
 
Pandangan Tentang RUU Kesehatan.pptx
Pandangan Tentang RUU Kesehatan.pptxPandangan Tentang RUU Kesehatan.pptx
Pandangan Tentang RUU Kesehatan.pptx
 
legal etik yang ada di keperawatan
legal etik yang ada di keperawatan legal etik yang ada di keperawatan
legal etik yang ada di keperawatan
 
Pmk no. 1796 ttg registrasi tenaga kesehatan
Pmk no. 1796 ttg registrasi tenaga kesehatanPmk no. 1796 ttg registrasi tenaga kesehatan
Pmk no. 1796 ttg registrasi tenaga kesehatan
 
Permenkes No. 161 Tahun 2010 Tentang Registrasi Tenaga Kesehatan
Permenkes No. 161 Tahun 2010 Tentang Registrasi Tenaga KesehatanPermenkes No. 161 Tahun 2010 Tentang Registrasi Tenaga Kesehatan
Permenkes No. 161 Tahun 2010 Tentang Registrasi Tenaga Kesehatan
 
alpraktik rupture
alpraktik rupturealpraktik rupture
alpraktik rupture
 
aspek legal
aspek legalaspek legal
aspek legal
 
Mi 5 Materi perijinan
Mi 5 Materi perijinanMi 5 Materi perijinan
Mi 5 Materi perijinan
 
uu perawat
uu perawatuu perawat
uu perawat
 
Makalah pekerjaan farmasi dan ham.
Makalah pekerjaan farmasi dan ham.Makalah pekerjaan farmasi dan ham.
Makalah pekerjaan farmasi dan ham.
 
Etika dalam profesi kebidanan AKPER PEMKAB MUNA
Etika dalam profesi kebidanan AKPER PEMKAB MUNA Etika dalam profesi kebidanan AKPER PEMKAB MUNA
Etika dalam profesi kebidanan AKPER PEMKAB MUNA
 
Permenkes 1464 bab 1,2
Permenkes 1464 bab 1,2Permenkes 1464 bab 1,2
Permenkes 1464 bab 1,2
 
Permenkes161
Permenkes161Permenkes161
Permenkes161
 
Permenkes161
Permenkes161Permenkes161
Permenkes161
 
Permenkes161
Permenkes161Permenkes161
Permenkes161
 
PERMENKES 46/2015
PERMENKES 46/2015PERMENKES 46/2015
PERMENKES 46/2015
 
MATA KULIAH ETIKA DAN HUKUM.pptx
MATA KULIAH  ETIKA DAN HUKUM.pptxMATA KULIAH  ETIKA DAN HUKUM.pptx
MATA KULIAH ETIKA DAN HUKUM.pptx
 
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptxPEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
 
Permenkes No. 889 Tahun 2011 Tentang Registrasi, Izin Praktek dan Izin Kerja ...
Permenkes No. 889 Tahun 2011 Tentang Registrasi, Izin Praktek dan Izin Kerja ...Permenkes No. 889 Tahun 2011 Tentang Registrasi, Izin Praktek dan Izin Kerja ...
Permenkes No. 889 Tahun 2011 Tentang Registrasi, Izin Praktek dan Izin Kerja ...
 
Pedoman p2 kb re sertifikasi ortotis prostetis rev2016-1
Pedoman p2 kb re sertifikasi  ortotis prostetis rev2016-1Pedoman p2 kb re sertifikasi  ortotis prostetis rev2016-1
Pedoman p2 kb re sertifikasi ortotis prostetis rev2016-1
 

More from Robby Candra Purnama

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI PELAYANAN KEFARMASIAN (Narkotika Psikotropika)
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI PELAYANAN KEFARMASIAN (Narkotika Psikotropika)PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI PELAYANAN KEFARMASIAN (Narkotika Psikotropika)
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI PELAYANAN KEFARMASIAN (Narkotika Psikotropika)Robby Candra Purnama
 
Regulasi Distribusi Obat Yang Baik
Regulasi Distribusi Obat Yang BaikRegulasi Distribusi Obat Yang Baik
Regulasi Distribusi Obat Yang BaikRobby Candra Purnama
 
ANALISIS KUALITATIF OBAT TRADISIONAL
ANALISIS KUALITATIF OBAT TRADISIONALANALISIS KUALITATIF OBAT TRADISIONAL
ANALISIS KUALITATIF OBAT TRADISIONALRobby Candra Purnama
 

More from Robby Candra Purnama (20)

POTENSIOMETRI
POTENSIOMETRIPOTENSIOMETRI
POTENSIOMETRI
 
POLARIMETER
POLARIMETERPOLARIMETER
POLARIMETER
 
RHEOLOGI & VISKOSITAS
RHEOLOGI & VISKOSITASRHEOLOGI & VISKOSITAS
RHEOLOGI & VISKOSITAS
 
IKLAN PROMOSI KESEHATAN
IKLAN PROMOSI KESEHATANIKLAN PROMOSI KESEHATAN
IKLAN PROMOSI KESEHATAN
 
INSTRUMENTASI SUHU & BOBOT JENIS
INSTRUMENTASI SUHU & BOBOT JENISINSTRUMENTASI SUHU & BOBOT JENIS
INSTRUMENTASI SUHU & BOBOT JENIS
 
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI PELAYANAN KEFARMASIAN (Narkotika Psikotropika)
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI PELAYANAN KEFARMASIAN (Narkotika Psikotropika)PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI PELAYANAN KEFARMASIAN (Narkotika Psikotropika)
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI PELAYANAN KEFARMASIAN (Narkotika Psikotropika)
 
KEMITRAAN DALAM PROMOSI KESEHATAN
KEMITRAAN DALAM PROMOSI KESEHATANKEMITRAAN DALAM PROMOSI KESEHATAN
KEMITRAAN DALAM PROMOSI KESEHATAN
 
Regulasi Distribusi Obat Yang Baik
Regulasi Distribusi Obat Yang BaikRegulasi Distribusi Obat Yang Baik
Regulasi Distribusi Obat Yang Baik
 
PERUBAHAN ZAT & BESARAN FISIKA
PERUBAHAN ZAT & BESARAN FISIKAPERUBAHAN ZAT & BESARAN FISIKA
PERUBAHAN ZAT & BESARAN FISIKA
 
URAIAN PP RI No.51 Tahun 2009
URAIAN PP RI No.51 Tahun 2009URAIAN PP RI No.51 Tahun 2009
URAIAN PP RI No.51 Tahun 2009
 
ANALISIS FISIKA DAN ELEKTROKIMIA
ANALISIS FISIKA DAN ELEKTROKIMIAANALISIS FISIKA DAN ELEKTROKIMIA
ANALISIS FISIKA DAN ELEKTROKIMIA
 
BAHAN PEMANIS SINTETIS
BAHAN PEMANIS SINTETISBAHAN PEMANIS SINTETIS
BAHAN PEMANIS SINTETIS
 
BAHAN PEWARNA SINTETIS
BAHAN PEWARNA SINTETISBAHAN PEWARNA SINTETIS
BAHAN PEWARNA SINTETIS
 
ANALISIS KUALITATIF OBAT TRADISIONAL
ANALISIS KUALITATIF OBAT TRADISIONALANALISIS KUALITATIF OBAT TRADISIONAL
ANALISIS KUALITATIF OBAT TRADISIONAL
 
SUPPOSITORIA
SUPPOSITORIA SUPPOSITORIA
SUPPOSITORIA
 
SKRINNING FITOKIMIA
SKRINNING FITOKIMIA SKRINNING FITOKIMIA
SKRINNING FITOKIMIA
 
MEDIA PROMOSI KESEHATAN
MEDIA PROMOSI KESEHATANMEDIA PROMOSI KESEHATAN
MEDIA PROMOSI KESEHATAN
 
SALEP, KRIM, DAN PASTA
SALEP, KRIM, DAN PASTASALEP, KRIM, DAN PASTA
SALEP, KRIM, DAN PASTA
 
LEMAK dan MINYAK
LEMAK dan MINYAKLEMAK dan MINYAK
LEMAK dan MINYAK
 
SIMPLISIA DAN PENGUJIAN MUTU
SIMPLISIA DAN PENGUJIAN MUTUSIMPLISIA DAN PENGUJIAN MUTU
SIMPLISIA DAN PENGUJIAN MUTU
 

Recently uploaded

Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannandyyusrizal2
 
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxMPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxISKANDARSYAPARI
 
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptxrachmatpawelloi
 
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikPPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikSavitriIndrasari1
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxkaiba5
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.pptDesiskaPricilia1
 
materi tentang sistem imun tubuh manusia
materi tentang sistem  imun tubuh manusiamateri tentang sistem  imun tubuh manusia
materi tentang sistem imun tubuh manusiastvitania08
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALMayangWulan3
 
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptPERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptbekamalayniasinta
 
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptika291990
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxrittafarmaraflesia
 
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfSWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfFatimaZalamatulInzan
 
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...AdekKhazelia
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptRoniAlfaqih2
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANYayahKodariyah
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptRoniAlfaqih2
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfhsetraining040
 
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3spenyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3smwk57khb29
 

Recently uploaded (18)

Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
 
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxMPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
 
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
 
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikPPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
 
materi tentang sistem imun tubuh manusia
materi tentang sistem  imun tubuh manusiamateri tentang sistem  imun tubuh manusia
materi tentang sistem imun tubuh manusia
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
 
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptPERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
 
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
 
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfSWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
 
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
 
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3spenyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
 

REGULASI TENAGA KESEHATAN

  • 1. REGULASI TENAGA KESEHATAN (UU No. 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan) By Robby Candra Purnama, S.Farm., Apt., M.Kes
  • 2. Hal-Hal Baru di UU No. 36 Tahun 2014  Bab I. Ketentuan Umum : 1.Pasal 1 ayat 2 Asisten Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan bidang kesehatan di bawah jenjang Diploma Tiga. Catatan : Ada istilah asisten tenaga kesehatan, yaitu yang pendidikannya dibawah jenjang D3. Artinya tamatan SMF tidak dikategorikan lagi sebagai tenaga kefarmasian (tenaga teknis kefarmasian) seperti yang dinyatakan pada PP 51 2009 pasal 33, tetapi sebagai asisten tenaga kefarmasian.
  • 3. Lanjutan  2.Pasal 1 ayat 6 Uji Kompetensi adalah proses pengukuran pengetahuan, keterampilan, dan perilaku peserta didik pada perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan tinggi bidang Kesehatan.  Catatan : Jadi uji kompetensi kedepan dilakukan di perguruan tinggi farmasi.
  • 4. Lanjutan  3.Pasal 1 ayat 7 dan 8 Ayat 7 : Sertifikat Kompetensi adalah surat tanda pengakuan terhadap Kompetensi Tenaga Kesehatan untuk dapat menjalankan praktik di seluruh Indonesia setelah lulus uji Kompetensi.  Ayat 8 : Sertifikat Profesi adalah surat tanda pengakuan untuk melakukan praktik profesi yang diperoleh lulusan pendidikan profesi.
  • 5. Lanjutan  Catatan : Jadi ada dua istilah sertifkat yaitu sertifikat kompetensi dan sertifkat profesi. Berbeda dalam PP 51 tahun 2009 pasal 37 dan permenkes 889 tahun 2011, istilah yang dikenal adalah sertifikat kompetensi profesi. Sekarang terpisah, ada sertifikat kompetensi dan ada sertifikat profesi.
  • 6. Lanjutan  Hal ini mengadopsi UU No. 12 tentang pendidikan tinggi :  Pasal 43: Sertifikat profesi merupakan pengakuan untuk melakukan praktik profesi yang diperoleh lulusan pendidikan profesi yang diselenggarakan oleh Perguruan Tinggi bekerja sama dengan Kementerian, Kementerian lain, LPNK, dan/atau organisasi profesi yang bertanggung jawab atas mutu layanan profesi, dan/atau badan lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan.
  • 7. Lanjutan  Pasal 44 : Sertifikat kompetensi merupakan pengakuan kompetensi atas prestasi lulusan yang sesuai dengan keahlian dalam cabang ilmunya dan/atau memiliki prestasi di luar program studinya.
  • 8.  4.Pasal 1 ayat 15  Konsil Tenaga Kesehatan Indonesia adalah lembaga yang melaksanakan tugas secara independen yang terdiri atas konsil masing- masing tenaga kesehatan.  Catatan : Jadi nantinya ada lembaga yang menaungi seluruh tenaga kesehatan. Pengumpulan tenaga kesehatan dalam satu lembaga menunjukkan adanya kesetaraan diantara tenaga-tenaga kesehatan. Lanjutan
  • 9. Lanjutan  5.Pasal 1 ayat 17  Kolegium masing-masing Tenaga Kesehatan adalah badan yang dibentuk oleh Organisasi Profesi untuk setiap cabang disiplin ilmu kesehatan yang bertugas mengampu dan meningkatkan mutu pendidikan cabang disiplin ilmu tersebut.  Catatan: Jadi kedepan akan ada organisasi yang dibentuk oleh IAI yang berbentuk kolegium. Dalam bayangan saya kolegium ini seperti himpunan seminat seperti Hisfarsi, Hisfarma, Hisfarin, Hisfardis,
  • 10. Bab III : Kualifikasi dan Pengelompokan Tenaga Kesehatan  Tenaga Kesehatan dikelompokkan ke dalam: a. tenaga medis; dokter, drg, dr spesialis, dr gigi spesialis b. tenaga psikologi klinis; c. tenaga keperawatan; d. tenaga kebidanan; e. tenaga kefarmasian; apt dan TTK f. tenaga kesehatan masyarakat; g. tenaga kesehatan lingkungan; h. tenaga gizi; i. tenaga keterapian fisik; j. tenaga keteknisian medis; k. tenaga teknik biomedika; l. tenaga kesehatan tradisional ; tenakes tradisional ramuan dan tenakes ketrampilan dan m. tenaga kesehatan lain.
  • 11. Lanjutan  Catatan:  -Pada bagian penjelasan pasal 11 ini, tenaga teknis kefarmasian adalah meliputi sarjana farmasi, ahli madya farmasi, dan analis farmasi.  Kita bisa melihat perbedaannya dengan PP 51 tahun 2009 : Tenaga Teknis Kefarmasian adalah tenaga yang membantu Apoteker dalam menjalani Pekerjaan Kefarmasian, yang terdiri atas Sarjana Farmasi, Ahli Madya Farmasi, Analis Farmasi, dan Tenaga Menengah Farmasi/Asisten Apoteker. Dalam UU ini tenaga menengah farmasi/asisten apoteker tidak lagi dimasukkan ke tenaga teknis kefarmasian. Tetapi, sebagai asisten tenaga kefarmasian.
  • 12. Lanjutan  Berbeda dengan PP No. 32 tahun 1996 tentang tenaga kesehatan, praktisi tradisional belum dimasukkan ke dalam kelompok tenaga kesehatan. Tetapi dengan undang-undang ini mereka telah dimasukkan sebagai tenaga kesehatan. Bagaimana klasifikasi dan persyaratannya belum terlalu jelas, tetapi dalam bagian penjelasan untuk pasal ini dikatakan bahwa Tenaga kesehatan tradisional yang termasuk ke dalam Tenaga Kesehatan adalah yang telah memiliki body of knowledge, pendidikan formal yang setara minimum Diploma Tiga dan bekerja di bidang
  • 13. Bab IV : Perencanaan, Pengadaan, dan Pendayagunaan  1.Pasal 13 Pemerintah dan pemerintah daerah wajib memenuhi kebutuhan tenaga kesehatan, baik dalam jumlah, jenis, maupun dalam kompetensi secara merata untuk menjamin keberlangsungan pembangunan kesehatan. Catatan : Artinya kebutuhan apoteker di puskesmas wajib dipenuhi oleh pemerintah. 2.Pasal 21 Ayat 1 : Mahasiswa bidang kesehatan pada akhir masa pendidikan vokasi dan profesi harus mengikuti Uji Kompetensi secara nasional.  Catatan : Sebelumnya, mahasiswa yang menyelesaikan pendidikan profesi secara otomatis mendapatkan sertifikat kompetensi profesi (PP 51/2009 pasal 36 dan permenkes 889 tahun 2011), tetapi saat ini, sebelum lulus, mereka terlebih dahulu harus mengikuti ujian kompetensi nasional (CBT/computer based test) untuk mendapatkan sertifikat kompetensi. Jadi, ujian kompetensi nasional adalah exit exam bagi mahasiswa. Jika belum lulus, maka mahasiswa tersebut masih menjadi tanggung jawab perguruan tinggi sampai
  • 14. Lanjutan  Hal inipun berlaku bagi tenaga teknis kefarmasian lulusan D3 farmasi (vokasi). Sebelumnya mereka tidak perlu mengikuti ujian kompetensi.  Ayat 2: Uji Kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diselenggarakan oleh Perguruan Tinggi bekerja sama dengan Organisasi Profesi, lembaga pelatihan, atau lembaga sertifikasi yang terakreditasi. Catatan: Jadi untuk farmasi, yang menyelenggarakan ujian kompetensi adalah perguruan tinggi farmasi yang bekerja sama dengan organisasi profesi (IAI) atau LPUK (Lembaga Pengembangan Uji Kompetensi) Sebelumnya, termasuk SKPA, yang mengadakan adalah organisasi profesi yang bekerjasama dengan perguruan tinggi. Saat ini adalah sebaliknya. Perguruan tinggi farmasi yang bekerja sama dengan organisasi profesi (IAI)
  • 15. Bab IV: Perencanaan, Pengadaan dan Pendayagunaan  Ayat 5: Mahasiswa pendidikan vokasi memperoleh sertifikat kompetensi yang diterbitkan oleh perguruan tinggi. Ayat 6: Mahasiswa pendidikan profesi memperoleh sertifikat profesi yang diterbitkan oleh perguruan tinggi.  Catatan : a.Sertifikat profesi menurut aturan ini diterbitkan oleh perguruan tinggi, tidak seperti lagi saat ini yang diterbitkan oleh IAI. Menurut ketua IAI Pusat, sertifikat profesi diberikan setelah apoteker selesai ujian apoteker dan sertifikat kompetensi diberikan setelah selesai ujian kompetensi apoteker. Jadi ada dua sertifikat yang akan diperoleh oleh apoteker yang lulus. Tetapi jika kita melihat ayat 5 dan ayat 6 pemahamannya tidak seperti itu karena ternyata istilah sertifikat kompetensi diberikan untuk tenaga teknis kefarmasian dan istilah sertifikat profesi diberikan untuk apoteker. Lalu bagaimana dengan sarjana farmasi yang juga masuk dalam tenaga teknis kefarmasian (PP 51 2009 pasal 33), sertifikat apa yang mereka dapatkan ?. Pendidikan sarjana farmasi bukan pendidikan vokasi dan bukanpula pendidikan profesi tetapi merupakan pendidikan akademik.
  • 16. Lanjutan… 3. Pasal 23 Ayat (2) Penempatan Tenaga Kesehatan oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dengan cara: a. pengangkatan sebagai pegawai negeri sipil; b. b. pengangkatan sebagai pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja; c. atau c.penugasan khusus. (penempatan dokter pascainternsip, residen senior, pascapendidikan spesialis dengan ikatan dinas, dan tenaga kesehatan lainnya) Catatan : ini memungkinkan apoteker di puskesmas diangkat dengan mekanisme PTT (pegawai tidak tetap) Ayat (3): Selain penempatan Tenaga Kesehatan dengan cara sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Pemerintah dapat menempatkan Tenaga Kesehatan melalui pengangkatan sebagai anggota TNI/POLRI. 4.Pasal 26 Ayat 2 : Pimpinan Fasilitas Pelayanan Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan/atau kepala daerah yang membawahi Fasilitas Pelayanan Kesehatan harus mempertimbangkan pemenuhan kebutuhan sandang, pangan, papan, dan lokasi, serta keamanan dan keselamatan kerja Tenaga Kesehatan sesuai dengan ketentuan
  • 17. Bab V. Konsil Tenaga Kesehatan Indonesia 1.Pasal 34 Ayat 1 : Untuk meningkatkan mutu Praktik Tenaga Kesehatan serta untuk memberikan pelindungan dan kepastian hukum kepada Tenaga Kesehatan dan masyarakat, dibentuk Konsil Tenaga Kesehatan Indonesia. Ayat 2 : Konsil Tenaga Kesehatan Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas konsil masing-masing Tenaga Kesehatan. 2.Pasal 35 : Konsil Tenaga Kesehatan Indonesia berkedudukan di ibukota negara Republik Indonesia. 3.Pasal 36 : Ayat 1 : Konsil Tenaga Kesehatan Indonesia mempunyai fungsi sebagai koordinator konsil masing- masing Tenaga Kesehatan. Ayat (2) Dalam menjalankan fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Konsil Tenaga Kesehatan Indonesia memiliki tugas: a. memfasilitasi dukungan pelaksanaan tugas konsil masing-masing Tenaga Kesehatan; b. melakukan evaluasi tugas konsil masing-masing Tenaga Kesehatan; dan c. membina dan mengawasi konsil masing-masing Tenaga Kesehatan. Ayat 3: Dalam menjalankan fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Konsil Tenaga Kesehatan Indonesia memiliki wewenang menetapkan perencanaan kegiatan untuk konsil masing-masing Tenaga Kesehatan.
  • 18. Bab V. Konsil Tenaga Kesehatan Indonesia  Catatan : Dalam jangka dua tahun kedepan akan dibentuk Konsil tenaga kefarmasian (waktu untuk pelaksanaan UU ini). Konsil ini yang akan mewakili tenaga kefarmasian dalam konsil tenaga kesehatan. Saat ini yang bertindak sebagai konsil dibidang farmasi adalah komite farmasi nasional (KFN) yang dibentuk oleh Menteri Kesehatan. Pasal 37 (1) Konsil masing-masing tenaga kesehatan mempunyai fungsi pengaturan, penetapan dan pembinaan tenaga kesehatan dalam menjalankan praktik Tenaga Kesehatan untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan. (2) Dalam menjalankan fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), konsil masing-masing Tenaga Kesehatan memiliki tugas: a. melakukan Registrasi Tenaga Kesehatan; b. melakukan pembinaan Tenaga Kesehatan dalam menjalankan praktik Tenaga Kesehatan; c. menyusun Standar Nasional Pendidikan Tenaga Kesehatan; d. menyusun standar praktik dan standar kompetensi Tenaga Kesehatan; dan e. menegakkan disiplin praktik Tenaga Kesehatan.
  • 19. Bab V. Konsil Tenaga Kesehatan Indonesia  Catatan : Dari pasal 37 ini kita melihat akan ada perluasan fungsi dari konsil kefarmasian yang ada saat ini (KFN). KFN sebelumnya hanya memiliki 3 tugas (pada permenkes 889 /2011 pasal 26), yaitu :  a. sertifikasi dan registrasi;  b. pendidikan dan pelatihan berkelanjutan; dan  c. pembinaan dan pengawasan. Tetapi dalam UU ini konsil kefarmasian juga akan memilki tugas menyusun Standar Nasional Pendidikan Tenaga Kefarmasian (tugas ini sebelumnya adalah tugas dari Asosiasi Pendidikan Tinggi Farmasi Indonesia/APTFI) dan menyusun Standar praktik dan standar kompetensi Tenaga Kesehatan (tugas ini sebelumnya adalah tugas dari IAI). Konsil ini juga akan berfungsi sebagai lembaga penegakan disiplin praktek kefarmasian oleh tenaga kefarmasian (saat ini fungsinya dipegang oleh Majelis Etik dan Disiplin Apoteker Indonesia/MEDAI). Selain itu fungsi KFN juga akan berkurang yang tadinya berfungsi sebagai lembaga sertifikasi dan registrasi kedepan hanya sebagai lembaga registrasi
  • 20. Bab V. Konsil Tenaga Kesehatan Indonesia  Pasal 38 Dalam menjalankan tugasnya, konsil masing-masing Tenaga Kesehatan mempunyai wewenang: a. menyetujui atau menolak permohonan Registrasi Tenaga Kesehatan; b. menerbitkan atau mencabut STR; c. menyelidiki dan menangani masalah yang berkaitan dengan pelanggaran disiplin profesi Tenaga Kesehatan d. menetapkan dan memberikan sanksi disiplin profesi Tenaga Kesehatan; dan e. memberikan pertimbangan pendirian atau penutupan institusi pendidikan Tenaga Kesehatan.  Catatan : Tugas MEDAI (majelis etik dan disiplin apoteker Indonesia) sudah masuk dalam tugas konsil kefarmasian. Selain itu, Konsil kefarmasian akan memiliki wewenang rekomendasi pendirian atau penutupan perguruan tinggi farmasi.  Dari telaah ini, konsil ini adalah lembaga terkuat dalam dunia kefarmasian karena mengatur pendidikan dan praktek kefarmasian.
  • 21. Bab V. Konsil Tenaga Kesehatan Indonesia  Pasal 40 (1) Keanggotaan Konsil Tenaga Kesehatan Indonesia merupakan pimpinan konsil masing-masing Tenaga Kesehatan. (2) Keanggotaan konsil masing- masing Tenaga Kesehatan terdiri atas unsur: a. kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kesehatan; b. kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pendidikan; c. Organisasi Profesi; d. Kolegium masing-masing Tenaga Kesehatan; e. asosiasi institusi pendidikan Tenaga Kesehatan;  Catatan : Keanggotaan konsil kefarmasian nantinya komposisinya akan berbeda dengan keanggotaan KFN yang ada saat ini. KFN terdiri dari (permenkes 889/2011 pasal 27) : a. Kementerian Kesehatan 2 (dua) orang; b. Badan Pengawas Obat dan Makanan 1 (satu) orang; c. Organisasi profesi 3 (tiga) orang; d. Organisasi yang menghimpun Tenaga Teknis Kefarmasian 1 (satu) orang; e. Perhimpunan dari Perguruan Tinggi Farmasi di Indonesia 1 (satu) orang; dan f. Kementerian Pendidikan Nasional 1 (satu) orang.
  • 22. Bab V. Konsil Tenaga Kesehatan Indonesia  Pada konsil kefarmasian akan bertambah unsur dari kolegium tenaga kefarmasian., kolegium kefarmasian akan seperti himpunan seminat.  Apakah nantinya himpunan seminat akan secara otomatis berubah menjadi kologium, tergantung IAI yang memiliki kewenangan membentuk kolegium ini.  Pasal 1 ayat 17 : Kolegium masing- masing Tenaga Kesehatan adalah badan yang dibentuk oleh Organisasi Profesi untuk setiap cabang disiplin ilmu kesehatan yang bertugas mengampu dan meningkatkan mutu pendidikan cabang disiplin ilmu tersebut. Jika himpunan seminat sama dengan kolegium, berarti akan ada anggota himpunan-himpunan seminat di dalam konsil kefarmasian. Kemudian anggota konsil kefarmasian juga akan ada yang berasal dari asosiasi fasilitas pelayanan kesehatan.  Pada PP 51 tahun 2009 pasal 1 ayat 11 dijelaskan bahwa :  Fasilitas Pelayanan Kefarmasian adalah sarana yang digunakan untuk menyelenggarakan pelayanan kefarmasian, yaitu apotek, instalasi farmasi rumah sakit, puskesmas, klinik, toko obat, atau praktek bersama.  Artinya kedepan akan ada anggota Konsil kefarmasian yang berasal dari ASAPIN, asosiasi rumah sakit, asosiasi puskesmas, asosiasi toko obat dan organisasi yang sejenis.  Selain itu, anggota Konsil kefarmasian juga akan ada yang berasal dari anggota masyarakat. Dalam bagian penjelasan dikatakan bahwa Tokoh Masyarakat adalah Yang dimaksud tokoh masyarakat adalah setiap orang yang mempunyai reputasi dan kepedulian terhadap kesehatan Yang berkurang dari keanggotaan KFN yang ada sekarang adalah : Dalam Konsil kefarmasian tidak akan ada lagi anggota yang berasal dari Badan Pengawas Obat dan Makanan dan Organisasi yang menghimpun Tenaga Teknis Kefarmasian. Kecuali perwakilan organisasi profesi diartikan sebagai perwakilan yang berasal dari IAI dan PAFI.
  • 23. Bab VI. Registrasi dan Perizinan Tenakes Pasal 44 (1) Setiap Tenaga Kesehatan yang menjalankan praktik wajib memiliki STR. (2) STR sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan oleh konsil masing-masing Tenaga Kesehatan setelah memenuhi persyaratan. (3) Persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi: a. memiliki ijazah pendidikan di bidang kesehatan; b. memiliki Sertifikat Kompetensi atau Sertifikat Profesi; c. memiliki surat keterangan sehat fisik dan mental; d. memiliki surat pernyataan telah mengucapkan sumpah/janji profesi; dan e. membuat pernyataan mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika profesi. Catatan : Jadi, untuk tenaga teknis kefarmasian yang menyelesaikan pendidikan vokasi memiliki sertifikat kompetensi sedangkan untuk apoteker (pendidikan profesi) memiliki sertifikat profesi. Sedangkan untuk sarjana farmasi yang sebelumnya dapat menjadi TTK dan mendapatkam STRTTK, maka dengan peraturan ini, sudah tidak dapat lagi untuk surat tanda registrasinya Bagian Kedua :Perizinan Pasal 46 (1) Setiap Tenaga Kesehatan yang menjalankan praktik di bidang pelayanan kesehatan wajib memiliki izin. (2) Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan dalam bentuk SIP. (3) SIP sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diberikan oleh pemerintah daerah kabupaten/kota atas rekomendasi pejabat kesehatan yang berwenang di kabupaten/kota tempat Tenaga Kesehatan menjalankan praktiknya. (4) Untuk mendapatkan SIP sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Tenaga Kesehatan harus memiliki: a. STR yang masih berlaku; b. Rekomendasi dari Organisasi Profesi; dan c. tempat praktik. Syarat Rekomendasi Organisasi Profesi untuk Apoteker yang tadinya hanya tercantum dalam PP 51 2009 pasal 55 kini diperkuat dengan adanya UU tenaga kesehatan ini. SIP ini hanya berlaku untuk satu tempat (senada dengan PP 51 2009)
  • 24. Bab VI. Registrasi dan Perizinan Tenakes Pasal 47 Tenaga Kesehatan yang menjalankan praktik mandiri harus memasang papan nama praktik. Jadi program papanisasi apoteker tidak hanya sekedar rekomendasi IAI tetapi merupakan amanat Undang- Undang. Bagian Keempat :Penegakan Disiplin Tenaga Kesehatan Pasal 49 (1) Untuk menegakkan disiplin Tenaga Kesehatan dalam penyelenggaraan praktik, konsil masing-masing Tenaga Kesehatan menerima pengaduan, memeriksa, dan memutuskan kasus pelanggaran disiplin Tenaga Kesehatan. Pada PP 51 2009 penegakan disiplin ini hanya dijelaskan mengikuti peraturan perundangan yang berlaku tetapi dalam undang-undang ini penegakan disiplin menjadi tugas dariKonsil kefarmasian. Oleh karena itu, MEDAI IAI harus betul-betul bisa memberikan batasan antara peran dan kewenangannya dengan KFN. Jangan sampai ada tumpang tindih dan rebutan peran. Ataukah MEDAI akan berubah kembali menjadi komisi etik saja seperti pada kepengurusan IAI sebelumnya tanpa mengatur disiplin ?.
  • 25. Bab VI. Registrasi dan Perizinan Tenakes 2) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), konsil masing-masing Tenaga Kesehatan dapat memberikan sanksi disiplin berupa: a. pemberian peringatan tertulis; b. rekomendasi pencabutan STR atau SIP; dan/atau c. kewajiban mengikuti pendidikan atau pelatihan di institusi pendidikan kesehatan. Hal yang menarik disini adalah salah satu sanksi yang bisa didapatkan jika melakukan pelanggaran disiplin adalah di’sekolah’kan lagi diperguruan tinggi.
  • 26. Bab VII. Organisasi Profesi 1.Pasal 50 :Tenaga Kesehatan harus membentuk Organisasi Profesi sebagai wadah untuk meningkatkan dan/atau mengembangkan pengetahuan dan keterampilan, martabat, dan etika profesi Tenaga Kesehatan. Catatan : Sepertinya kedepan MEDAI memang harus kembali seperti sebelumnya hannya mengatur masalah etika tidak mengatur masalah disiplin.  Pasal 51 :  (1)Untuk mengembangkan cabang disiplin ilmu dan standar pendidikan Tenaga Kesehatan, setiap Organisasi Profesi dapat membentuk Kolegium masing- masing Tenaga Kesehatan.  (2)Kolegium masing-masing Tenaga Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan badan otonom di dalam Organisasi Profesi.  (3)Kolegium masing-masing Tenaga Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertanggung jawab kepada Organisasi Profesi.  Pasal 51 ini menegaskan bahwa yang dimaksud kolegium dalam bidang farmasi akan berupa himpunan seminat.
  • 27. Bab IX.Hak dan Kewajiban Tenakes  1. Pasal 59 : (1) Tenaga Kesehatan yang menjalankan praktik pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan wajib memberikan pertolongan pertama kepada Penerima Pelayanan Kesehatan dalam keadaan gawat darurat dan/atau pada bencana untuk penyelamatan nyawa dan pencegahan kecacatan. (2) Tenaga Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilarang menolak Penerima Pelayanan Kesehatan dan/atau dilarang meminta uang muka terlebih dahulu. Catatan : Nah, kedepan jika ada RS yang menolak pasien dikarenakan masalah biaya yang tidak ada dimuka maka RS itu (tenaga kesehatan didalamnya) melanggar undang-undang. Pasal 63 (1) Dalam keadaan tertentu Tenaga Kesehatan dapat memberikan pelayanan di luar kewenangannya. (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai menjalankan keprofesian di luar kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Menteri. Catatan : Yang menarik disini tenaga kesehatan dapat melakukan pekerjaan diluar kewenangannya, seperti apa penjelasannya, kita tunggu peraturan menterinya. Tetapi, kemungkinan seperti dokter menyerahkan obat pada daerah terpencil, perawat melakukan tindakan invasif didaerah terpencil, bidan menangani kelahiran tidak normal, dsbg. Apoteker mendiagnosa bagaimana? .
  • 28. Bab XII. Pembinaan dan Pengawasan Pasal 80 Pemerintah dan Pemerintah Daerah melakukan pembinaan dan pengawasan kepada Tenaga Kesehatan dengan melibatkan konsil masing-masing Tenaga Kesehatan dan Organisasi Profesi sesuai dengan kewenangannya. Catatan : Hal ini senada dengan PP 51 tahun 2009 pasal 58 : Menteri, Pemerintah Daerah Provinsi, Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota sesuai kewenangannya serta Organisasi Profesi membina dan mengawasi pelaksanaan Pekerjaan Kefarmasian