Laporan akhir praktikum sediaan solid parasetamol dengan metode granulasi basah yang dilakukan oleh kelompok mahasiswa farmasi UMM. Granulasi basah digunakan untuk meningkatkan kompaktibilitas dan aliran parasetamol yang buruk dengan menambahkan zat pengikat air untuk membentuk granul."
1. LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM SEDIAAN SOLIDA
PARACETAMOL
DENGAN METODE GRANULASI BASAH
Kelompok I :
Aminatul muklishah 201110410311043
Richa Elfira Apriliani Ghaza 201110410311223
Prima Windiana D 201110410311263
Nadia Ayu Ardianesha 201210410311008
Intan Yunindiska Herunanda 201210410311161
Novi Fachrunnisa 201210410311051
Arinta agil f. 201210410311069
Kartika Puspa D. 201210410311097
PROGRAM STUDI FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2014
2. PENDAHULUAN
Paracetamol adalah derivat p-aminofenol yang mempunyai sifat
antipiretik/analgesik. Sifat antipiretik disebabkan oleh gugus aminobenzen dan
mekanismenya diduga berdasarkan efek sentral. Sifat analgesik parasetamol dapat
menghilangkan rasa nyeri ringan sampai sedang. Sifat antiinflamasinya sangat
lemah sehingga sehingga tidak digunakan sebagai antirematik.
Obat yang mempunyai nama generik acetaminophen ini, dijual di pasaran
dengan ratusan nama dagang. Beberapa diantaranya adalah Sanmol, Pamol,
Fasidol, Panadol, Itramol dan lain lain.
Indikasi:
Sebagai antipiretik/analgesik, termasuk bagi pasien yang tidak tahan asetosal.
Sebagai analgesik, misalnya untuk mengurangi rasa nyeri pada sakit kepala, sakit
gigi, sakit waktu haid dan sakit pada otot, menurunkan demam pada influenza
dan setelah vaksinasi.
Kontra Indikasi:
Hipersensitif terhadap parasetamol dan defisiensi glokose-6-fosfat
dehidroganase, tidak boleh digunakan pada penderita dengan gangguan fungsi
hati.
3. Paracetamol utamanya digunakan untuk menurunkan panas badan yang
disebabkan oleh karena infeksi atau sebab yang lainnya. Disamping itu,
paracetamol juga dapat digunakan untuk meringankan gejala nyeri dengan
intensitas ringan sampai sedang.
Efek samping dari Paracetamol dapat diketahui dengan beberapa tanda.
Tanda tanda itu antara lain : terjadi perdarahan ringan sampai berat, keluhan
demam dan nyeri tenggorokan tidak berkurang yang kemungkinan disebabkan
oleh karena infeksi sehingga perlu penanganan lebih lanjut.
Beberapa reaksi alergi yang sering muncul antara lain : kemerahan pada
kulit, gatal, bengkak, dan kesulitan bernafas/sesak. Bila mengalami tanda tanda
diatas setelah minum paracetamol, segera ke dokter untuk mendapatkan
penanganan
Alternatif Metode Pembuatan Tablet Paracetamol
Dosis
Kecil besar
CL kompaktibilitas
Baik jelek
Aliran stabilitas terhadap suhu, air
Baik jelek baik jelek
CL GK GB aqua GB non aqua
Dari beberapa alternatif yang dapat digunakan untuk membuat tablet
paracetamol, kami memilih granulasi basah sebagai metodenya dikarenakan dosis
bahan obat yang besar, kompaktibilitas yang buruk. Karena dengan metode
4. granulasi basah adalah metode yang dilakukan dengan cara membasahi massa
tablet menggunakan larutan pengikat sampai terdapat tingkat kebasahan tertentu
lalu di granulasi. Dengan adanya zat pengikat diharapkan dapat meningkatkan
kohesifitas dan kompresibilitas serbuk.
Massa tablet Paracetamol terdiri dari campuran fase dalam dan fase luar
yang telah diproses untuk siap dikempa menjadi tablet. Fase dalam adalah massa
utama tablet yang terdiri dari campuran zat aktif dan eksipien yang diproses
menjadi granul secara basah. Fase luar adalah campuran beberapa eksipien saja,
yaitu penghancur luar, glidan, dan lubrikan yang ditambahkan ke fase dalam
untuk memudahkan pengempaan tablet dan untuk menunjang mutu tablet yang
memenuhi syarat.
5. BAGIAN FORMULASI DAN PENGEMBANGAN
PRODUK
I. TINJAUAN TENTANG OBAT
1. LATAR BELAKANG OBAT
Nama bahan obat : Paracetamolum, Acetaminophen
Nama kimia : N-Asetil-ρ-Aminofenol
Struktur kimia :
B.M. : 151,16
Kemurnian : Paracetamol mengandung tidak kurang dari 98,0%
dan tidak lebih dari 101,0% C8H9NO2, dihitung terhadap zat anhidrat.
Efek terapeutik : analgesic, antipyretik
Dosis pemakaian : 500 mg/ 500 mg-2 g
2. TINJAUAN FARMAKOLOGI OBAT
Paracetamol adalah derivat p-aminofenol yang mempunyai sifat
antipiretik/analgesik. Sifat antipiretik disebabkan oleh gugus
aminobenzen dan mekanismenya diduga berdasarkan efek sentral.
Sifat analgesik parasetamol dapat menghilangkan rasa nyeri ringan
sampai sedang. Sifat antiinflamasinya sangat lemah sehingga sehingga
tidak digunakan sebagai antirematik.
3. ORGANOLEPTIS
Warna : putih
Bau : tidak berbau
Rasa : sedikit pahit
4. MIKROSKOPIS
Bentuk kristal : hablur
5. KARAKTERISTIK FISIK / FISIKAMEKANIK
1. Titik lebur : 163o
C – 172o
C
6. 2. Sifat alir : jelek, karena paracetamol memiliki
kelarutan yang jelek dan permeabilitas
rendah
3. Kompaktibilitas : jelek
4. Ukuran distribusi : -
5. Higroskopisitas : paracetamol menyerap uap air dalam
jumlah yang tidak signifikan pada suhu
26ºc, pada kelembapan relative meningkat
sekitar 90% (codex,638)
6. Polimorfisme : tiga bentuk meta stabil dari asetaminofen
yaitu: orthorombik acetamol untuk
pembuatan tablet dan monoklinik
acetaminophen dengan ukuran lebih kecil
dan termodinamik yang stabil.
6. KARAKTERISTIK FISIKOKIMIA
1. Kelarutan : Larut dalam air mendidih dan dalam NaOH 1 N,
mudah larut dalam etanol (1,4 g / 100 ml) atau 14
mg/ ml
2. pKa : 9,5
7. STABILITAS
1. Stabilitas bahan padat.
Terhadap suhu : stabil pada suhu 45ºc
Terhadap cahaya : stabil
Terhadap kelembaban : Stabil
2. Stabilitas larutan
Terhadap pelarut : sangat stabil dalam air.
Terhadap oksigen : relative stabil terhadap oksidasi kecuali bila
terhidrolisis menjadi p-aminofeol sebagai
kontaminan, dan bila terpapar kondisi
lembab p-aminofenol terdegradasi menjadi
7. quinonimine dan akan berwarna merah
muda, coklat, hitam.
Terhadap ph : hidrolisis minimum terjadi pada ph 5-7
pada suhu 26ºc, t1/2 paracetamol pada ph
2,5 ; 6,9 adalah 0,73 ; 19,8 ; 21,8 ; 22,8
tahun.
Terhadap cahaya : tidak stabil (FI IV, 650)
8. PROSEDUR PENETAPAN KADAR
Timbang seksama lebih kurang 120 mg masukkan ke dalam labu
ukur 50,0 ml, larutkan dalam metanol P, encerkan dengan air sampai
tanda. Masukkan 5,0 ml larutan ke dalam labu 10,0 ml, encerkan dengan
air sampai tanda dan campur. Ukur serapan larutan pada panjang
gelombang serapan maksimum lebih kurang 244 nm, terhadap air sebagai
blanko. (FI IV : 650)
II. ALTERNATIF – ALTERNATIF METODE PEMBUATAN
Dosis
Kecil besar
CL kompaktibilitas
Baik jelek
Aliran stabilitas terhadap suhu, air
Baik jelek baik jel
CL GK GB aqua GB non aqua
Sesuai dengan diagram formulasi di atas, dengan Paracetamol / tablet 500 mg
maka dosis per tablet besar, maka dilihat dari kompaktibilitas, dikarenakan
kompaktibilitas Paracetamol buruk dan sifat alirnya baik, serta stabilitas
8. terhadap suhu dan air baik, maka metode yang dilakukan adalah GB dengan
aqua.
III. FORMULA YANG DIBUAT
No. Nama Bahan Fungsi
% rentang
pemakaian
% yang
dibuat
Jumlah
tiap tablet
(mg)
Jumlah 00
tablet (g)
1. Paracetamol Bahan obat 2,5 % 250 125
2. Laktosa Pengisi 122 61
3. Mg. Stearat Lubrikan 0,25 – 2 % 1 % 4 2
4. Gelatin 1-5 % 1 % 4 2
5. Avicel 5-15 % 5 % 20 10
6. Aqua 10 % 13.7
9. BAGIAN PRODUKSI
IV. KOMPOSISI
No. Nama Bahan
% yang
dibuat
Jumlah tiap
tablet (mg)
Jumlah 00 tablet
(g)
1. Paracetamol 2,5 % 250 125
2. Laktosa 122 61
3. Mg. Stearat 1 % 4 2
4. Gelatin 1 % 4 2
5. Avicel 5 % 20 10
6. Aqua 13.7
V. DIAGRAM ALIR PRODUKSI
Paracetamol Laktosa gelatin
Campur lalu + (air panas+zat warna)
Keadaan Basah
Diayak # 10-12 mesh
Terbentuk granul
Dikeringkan di oven dengan suhu 45o
C selama 18 jam
Diayak # 18-20 mesh
Terbentuk granul
10. + Mg Stearat + avicel ph 101
Tabletasi
VI. PELAKSANAAN
1. PENIMBANGAN
No. NAMA BAHAN JUMLAH T.T. T.T.
1. Paracetamol 125 g
2. Laktosa 61 g
3. gelatin 2 g
4. Mg. Stearat 2 g
5. Avicel 10 g
6. Aqua 13,7 ml
7. Zat Warna
2. PENCAMPURAN KERING
ALAT : stemper, mortar, ayakan.
BAHAN : paracetamol + laktosa
LAMA PENCAMPURAN : 15 – 30 menit
PROSEDUR : 1
3. GRANULASI
3.1 PEMBUATAN MASA GRANUL
ALAT : mortir, stamper, beker glass, batang
pengaduk, dan sudip.
LAMA GRANULASI : 15 menit
PROSEDUR :
1. Siapkan alat – alat yang akan digunakan.
11. 2. Timbang Paracetamol sebanyak 125 g , masukkan ke mortir.
3. Timbang Laktosa 61 g, masukkan ke no.2. Campur ad homogen.
4. Ukur air sebanyak 13,7 ml (10% dari jumlah fase internal) dalam
gelas ukur.
5. Masukkan gelatin +air panas ke dalam beker glass, larutkan.
6. Tambahkan Zat warna . Masukkan ke dalam larutan air panas ,
aduk ad homogen.
7. masukkan larutan gelatin + air panas + zat warna ke dalam no.3
sedikit demi sedikit. Aduk ad homogen. Lama pencampuran
keseluruhan maksimal 15 menit.
3.2 PENGAYAKAN MASA GRANUL
ALAT : loyang, kertas perkamen, ayakan
mesh 10-12.
DIAMETER PENGAYAK :
PROSEDUR :
1. Bersihkan pengayak
2. Ayak dengan menggunakan mesh 12.
3. Tampung hasil di dalam wadah loyang.
4. PENGERINGAN
ALAT : Oven
SUHU : 45o
C
LAMA PENGERINGAN : 18 jam
5. PENGAYAKAN GRANUL KERING
ALAT : ayakan dengan mesh 18-20
6. EVALUASI GRANUL
6.1 DISTRIBUSI UKURAN GRANUL/”FINES”
HASIL PENGAMATAN : (Sampel=100 g)
12. Pengayak
Bobot
Pengayak +
granul (g)No. Mesh
Diameter
Lubang
(μm)
Bobot (g)
Bobot
Granul (g)
40
60
80
100
120
Pan / 140
425
250
180
150
125
-
348,86
351,74
344,76
336,47
336,18
321,63
387,78
351,82
353,15
342,98
341,20
328,64
38,92
0,08
8,39
6,51
5,02
7,01
Jumlah 65,93
6.2 BOBOT JENIS
1. BOBOT JENIS NYATA
HASIL PENGAMATAN
No. Rep1 W (g) V (ml) B (g/ml)
1. 131,57 100 0,4423
BJ Nyata = W1-W0 = 175,80 – 131,57 = 0,4423 g/ml
V 10
2. BOBOT JENIS MAMPAT
13. HASIL PENGAMATAN :
Interval
Pengetukan
Volume (ml)
1 2 3
100
200
300
400
90
88
88
87
-
-
-
-
-
-
-
-
BJ Mampat = W1 – W0 = 88-87 x 100% = 1,15 % < 2 %
V 81
Kompresibilitas = BJ mampat – BJ nyata x 100 %
BJ mampat
= 1,51% – 0,4423 x 100 %
1,51%
= 61,54 %
6.3 KANDUNGAN LENGAS (MC) = .........%
Sampel 5 g = 5 g – 4,9481 g x 100 %
4,9481 g
= 1,05 %
6.4 KECEPATAN ALIR DAN SUDUT ISTIRAHAT
14. 1. KECEPATAN ALIR
HASIL PENGAMATAN :
No
Sebelum Penambahan Lubrikan Sesudah Penambahan Lubrikan
W (g) t (detik)
Kec. Alir
(g/detik)
W (g) t (detik)
Kec.Alir
(g/detik)
1. 50 6,78 7,37
2. 50 6,73 7,43
3. 50 6,50 7,69
Rata-rata 7,49 Rata-rata
2. SUDUT ISTIRAHAT
HASIL PENGAMATAN
No h (cm) r (cm) α (o
)
1. 3,5 6 30,26o
2. 3 6 26,57o
3. 3,5 6 30,26o
Rata-rata 29,03o
7. PENCAMPURAN FASE EKSTERNAL
ALAT : toples, kuas, kertas perkamen, plastik
LAMA PENCAMPURAN : 10 menit
8. PENCETAKAN TABLET
ALAT :
KECEPATAN TABLETASI : jumlah : 772 tablet 10 menit 1,29
dtk/ tablet
DIAMETER TABLET : 110 mm
16. EVALUASI TABLET
I. PENGUJIAN BOBOT TABLET
Alat : Timbangan Analitik Miligram
Prosedur :
a. Timbang 20 tablet yang diambil secara acak satu per satu.
b. Dihitung berat rata-rata tablet.
c. Dibandingkan berat tiap tablet dengan berat rata-rata.
Tablet memenuhi syarat USP bila tidak lebih dari 2 tablet yang beratnya di
luar batasan persentase, serta tidak satu pun tablet yang beratnya lebih dari 2 kali
batasan persentase yang diizinkan. Toleransi penyimpangan berat untuk tablet
yang tidak disalut berbeda-beda, tergantung pada berat rata-rata tablet (Tabel 1)
Tabel 1. Toleransi Penyimpangan Berat untuk Tablet yang Tidak Disalut
Berat Rata-Rata Tablet (mg) Perbedaan Persentase Maksimum
yang Diperkenankan
130 atau kurang 10
130 – 324 7,5
324 > 5
(Teori & Praktek Farmasi Industri, Edisi Kedua, hal. 656;USP XX-NF XV;
dan Farmakope Indonesia, Edisi Ketiga, hal. 7)
Bobot tablet yang direncanakan :
Rentang bobot :
No. Bobot Tablet (g) No. Bobot Tablet (g)
1. 0.47 g 11. 0,48 g
2. 0,48 g 12. 0,51 g
3. 0,46 g 13. 0,52 g
4. 0,53 g 14. 0,49 g
5. 0,51 g 15. 0,49 g
6. 0,46 g 16 0,50 g
7. 0,52 g 17. 0,52 g
17. 8. 0,48 g 18. 0,52 g
9 0,50 g 19. 0,48 g
10. 0,50 g 20. 0,47 g
Bobot tablet rata-rata :
Kesimpulan :
II. Keseragaman Ukuran Tablet
Alat : Jangka Sorong
Prosedur : Siapkan………….tablet dan letakkan sbuah tablet di antara
penjepit yang terdapat pada jangka sorong, lalu tablet dinyatakan telah ketat
setlah timbul bunyi.
No. Diameter (mm) Tebal (mm) D/T
1. 11 5 2.2
2. 11 5 2.2
3. 11 5 2.2
4. 11 5 2.2
5. 11 5 2.2
Rata-rata : diameter = 11 & tebal = 5
Persyaratan : dm tablet tidak boleh melebihi 3x dan tidak kurang dari 1
tebal tablet
Kesimpulan : Diameter dan tebal tablet yang didapat, berarti
tablet tidak memenuhi persyaratan
III. Waktu Hancur Tablet
Alat : Disintegrated Tester
Prosedur :
Memasukkan 1 tablet pada masing-masing 3 tabung dari keranjang.
Memasukkan cakram pada setiap tabung dan menjalankan alat. Digunakan
air bersuhu 37˚ ± 2˚C sebagai media dengan volume 900 mL (kecuali
dinyatakan menggunakan cairan lain dalam masing-masing monografi).
18. Pada akhir batas waktu seperti yang tertera pada monografi, keranjang
diangkat dari media dan tabletnya diobservasi : semua tablet harus sudah
terdisintegrasi sempurna, jika 1 atau 2 tablet tidak terdisintegrasi secara
sempurna, pengujian diulangi dengan menggunakan 12 tablet lainnya : tidak
kurang 16 tablet dari 18 tablet yang diuji harus terdisintegrasi sempurna.
No. Waktu Hancur (detik)
1. 25 detik
2. -
3. -
Rata-rata : 25 detik
Persyaratan : Untuk tablet tidak bersalut tidak lebih dari 15 menit [FI III. Hal 7]
Kesimpulan : Dari waktu hancur tablet yang didapat jika dibandingkan dengan
persyaratan, maka tablet memenuhi persyaratan
IV. Kekerasan Tablet
Alat : Hardnes tester
Prosedur : Menggunakan 5 tablet dan letakkan 1 tablet di antara penjepit,
lalu jepit tablet dengan cara menjepit alat tersebut sampai tablet
pecah/retak, catat nilai yang ditunjukkan oleh skala.
No. Kekerasan (mesin singe punch) No. Kekerasan (mesin otomatis)
1. 5 1. 8,5
2. 5 2. 6,5
19. 3. 5 3. 10
Rata-rata : a. Kekerasan (mesin single punch) = 5
b. Kekerasan (mesin otomatis) = 8,3
Persyaratan : 4 – 8 mg
/cm
2
(Pharmaceutical Dosage Form Tablet, Vol. 2,
p. 244)
Kesimpulan : Tablet yang dihasilkan dengan mesin single punch
memenuhi persyaratan rentang sedangkan tablet yang
dicetak dengan mesin otomatis tidak memenuhi
pesyaratan rentang.
V. Kerapuhan Tablet
Alat : Rhoche friabilitor
Prosedur :
1. Sebelum digunakan, dicek terlebih dahulu apakah bagian
wadah tablet sudah bersih atau belum.
2. Hubungkan alat dengan arus listrik.
3. Ambil 10 tablet, dibersihkan satu per satu dengan bantuan
kuas, kemudian ditimbang semua tablet dan hasil penimbangan
(W1) dicatat.
4. Putar sekrup pada bagian wadah tablet ke arah kiri dan
lepaskan wadah tablet.
5. Buka tutup wadah dan masukkan 10 tablet yang telah
ditimbang, kemudian tutup wadah.
6. Pasang wadah tablet ke arah pemutar, pasang sekrup kemudian
putar ke arah kanan hingga kencang.
7. Putar penunjuk kecepatan ke arah kanan sampai skala penunjuk
menunjukkan skala 4 (alat sudah disetting untuk berputar
dengan kecepatan 25 rpm, sehingga untuk menghasilkan total
putaran 100 rpm maka alat diputar selama 4 menit).
8. Tunggu sampai alat berhenti berputar, putar sekrup ke arah kiri
dan lepaskan wadah dan alat pemutar.
20. 9. Buka tutup wadah tablet kemudian keluarkan tablet dari wadah
dan bersihkan tablet dari serpihan dengan bantuan kuas.
10. Timbang 10 tablet tersebut dan catat hasil penimbangan (W2).
11. Kerapuhan tablet = W1 – W2 . 100 %
W1
12. Bersihkan wadah dari serpihan tablet dengan bantuan kuas dan
kemudian pasang tutup wadah.
13. Pasang kembali wadah pada alat pemutar, pasang sekrup dan
putar ke kanan hingga kencang.
14. Setelah selesai maka putuskan alat dari arus listrik.
No. Bobot Awal (g) Bobot akhir (g) Kerapuhan (%)
1. 6.86 5,84 14,7%
2.
3.
Rata-rata : 14,7%
Persyaratan : Menurut lochman = o,8% dan menurut Roche =
1% dan kerapuhan tablet harus < 1% (USP 32
p.1216)
Kesimpulan : Kerapuhan tablet jika dibandingkan dengan
persyaratan, maka tablet pada formula ini
tidak memenuhi persyaratan.
Pembahasan :
Berdasarkan hasil evaluasi, yang memenuhi persyaratan adalah uji waktu
hancur (disintegrasi), uji kekerasan & uji keseragaman bobot tabet. Sedangkan
untuk uji kerapuhan dan keseragaman ukuran tablet tidak memenuhi. Berdasarkan
hasil yang telah diperoleh, dapat diketahui bahwa selain memperhatikan sifat –
sifat fisika dan kimia bahan obat, pemilihan jenis eksipien yang tepat juga sangat
penting dalam pembuatan suatu formula, yang dalam hal ini adalah tablet
21. paracetamol. Pemilihan jenis eksipien yang tepat sangat terpengaruh pada
efektifitas, stabilitas maupun aseptabilitas suatu sediaan obat.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi uji keseragaman ukuran sediaan
tablet paracetamol kami, yang seharusnya memiliki diameter 12,24 mm antara
lain karena alat pencetak tablet yang kami gunakan sudah terlalu tua, sehingga
ukuran tablet tidak sesuai dengan yang diinginkan dan kesalahan paralaks saat
mengukur dengan jangka sorong. Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi uji
kerapuhan, sehingga hasil evaluasi kami tidak memenuhi syarat antara lain
karena penggunaan punch yang kondisinya kurang baik atau tepi permukaannya
sudah aus, atau pencampuran lubrikan yang kurang homogen. Tablet seperti ini
derajat/harga friabilitasnya akan lebih tinggi daripada normal karena
pengelupasan tersebut akan memudahkan berkurangnya volume tablet pada waktu
pengujian.
Kesimpulan : Dari hasil percobaan dan evaluasi tablet yang telah
dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :
1. Keseragaman Bobot Tablet
Bobot tablet rata-rata :
Bobot rata-rata yang didapat jika dibandingkan dengan persyaratan yang
ada, maka tablet pada formula ini memenuhi persyaratan.
2. Keseragaman Ukuran Tablet
Diameter tablet : 11 mm
Tablet : 5 mm
Diameter tablet yang didapat jika dibandingkan dengan persyaratan, maka
tablet pada formula initidak memenuhi persyaratan.
3. Waktu Hancur Tablet
Waktu hancur tablet : 25 detik
Waktu hancur tablet pada formula ini jika dibandingkan dengan
persyaratan, maka tablet pada formula ini memenuhi persyaratan.
4. Kekerasan Tablet
Kekerasan tablet rata-rata :
a. single punch : 5
b. mesin : 8,3g
22. 5. Kerapuhan Tablet
Kerapuhan tablet : 14,7%
Kerapuhan tablet jika dibandingkan dengan persyaratan, maka tablet pada
formula ini memenuhi persyaratan.