SlideShare a Scribd company logo
1 of 27
BAHAN PEMANIS BUATAN
by
Robby Candra Purnama, S.Farm., Apt., M.Kes.
Pendahuluan
• Bahan tambahan pangan adalah bahan yang
ditambahkan ke dalam pangan untuk
mempengaruhi sifat atau bentuk Pangan.
• Pengertian ini tertuang dalam Peraturan
Badan Pengawas Obat Dan Makanan Nomor
11 Tahun 2019 Tentang Bahan Tambahan
Pangan.
Definisi
• Menurut Per KBPOM No 4 Tahun 2014
tentang BTP PEMANIS, pemanis adalah
“bahan tambahan pangan berupa pemanis
alami dan pemanis buatan yang memberikan
rasa manis pada produk pangan”
Fungsi Pemanis
• Meningkatkan cita rasa dan aroma
• Memperbaiki sifat-sifat fisik
• Pengawet
• Sumber kalori tubuh
• Mengurangi kerusakan gigi
• Bahan substitusi pemanis utama
Jenis Pemanis
Didalam Per KBPOM No 4 Tahun 2014 tentang
BTP PEMANIS, pemanis terbagi menjadi 2 yaitu :
• Pemanis Alami (Natural sweetener)
• Pemanis Buatan (Artificial sweetener)
Pemanis Alami
• Pemanis alami (Natural sweetener) adalah
pemanis yang dapat ditemukan dalam bahan
alam meskipun prosesnya secara sintetik
ataupun fermentasi
Pemanis Buatan
• Pemanis buatan (Artificial sweetener) adalah
pemanis yang diproses secara kimiawi, dan
senyawa tersebut tidak terdapat di alam.
Pemanis Alami…
• Penghasil utama adalah tebu (Saccharum
officanarum) dan bit (Beta vulgaris L.)
• Bahan pemanis yang dihasilkan dikenal
dengan nama gula alam atau sukrosa
• Contoh pemanis alami :
Sorbitol (Sorbitol)
Manitol (Mannitol)
Isomalt/Isomaltitol
Lanjutan
Glikosida steviol (Steviol glycoside);
Maltitol (Maltitol);
Laktitol (Lactitol);
Silitol (Xylitol); dan
Eritritol (Erythritol).
Pemanis Buatan…
• Pemanis sintetis adalah bahan tambahan yang
dapat menyebabkan rasa manis pada pangan
tetapi tidak memiliki nilai gizi.
• Contoh pemanis sintetis:
Asesulfam-K (Acesulfame potassium);
Aspartam (Aspartame);
Siklamat (Cyclamates);
Lanjutan
Sakarin (Saccharins);
Sukralosa (Sucralose/
Trichlorogalactosucrose);
Neotam (Neotame).
Contoh Persyaratan
• Batas maksimum pemanis untuk kembang
gula / permen meliputi kembang gula keras
dan lunak / permen keras dan lunak, nougat,
dan lain-lain adalah sebesar 700 mg/kg.
• Kopi, kopi substitusi, teh, seduhan herbal, dan
minuman biji-bijian dan sereal panas, kecuali
cokelat adalah sebesar 100 mg/kg dihitung
terhadap produk siap konsumsi (as consumed)
Lanjutan
• Minuman beralkohol yang diberi aroma
(misalnya minuman bir, anggur buah,
minuman cooler-spirit, penyegar rendah
alkohol) sebesar 200 mg/kg
• Makanan ringan siap santap sebesar 170
mg/kg
Detail Persyaratan
• Detail kategori dan batas maksimum
penggunaan pemanis dapat dilihat pada Per
KBPOM No 4 Tahun 2014 tentang BTP
PEMANIS.
Tujuan Penggunaan
• Sebagai pangan bagi penderita DM karena tidak
menimbulkan kelebihan gula darah. Bagi
penderita DM disarankan menggunakan
pemanis sintetis untuk menghindari bahaya
gula.
• Memenuhi kebutuhan kalori rendah pada
penderita obesitas. Pemanis sintetis merupakan
salah satu bahan pangan untuk mengurangi
masukan kalori.
Lanjutan
• Sebagai penyalut obat. Pemanis sintetis lebih
banyak digunakan sebagai bahan penyalut obat
(untuk menutupi rasa tidak enak pada obat)
karena bersifat higroskopis dan tidak
menggumpal
• Menghindari kerusakan gigi. Dengan jumlah
sedikit sudah memberikan rasa manis yang
cukup tinggi pada makanan sehingga tidak
merusak gigi
Lanjutan
• Pada industri pangan, minuman, termasuk
industri rokok, pemanis sintetis dipergunakan
dengan tujuan untuk menekan biaya produksi
karena pemanis sintetis harganya relatif
murah tetapi dengan jumlah sedikit dapat
memberikan rasa manis yang tinggi.
Faktor Penentu
• Faktor-faktor yang perlu diperhatikan untuk
mengetahui struktur kimia bahan pemanis
dengan rasa manisnya adalah :
o Mutu rasa manis
o Intensitas rasa manis
o Kenikmatan rasa manis
Mutu Rasa Manis
• Faktor ini bergantung dari sifat kimia bahan
pemanis dan kemurniannya.
• Aspartam memiliki rasa manis dengan mutu
serupa dengan kelompok gula dan tidak
memiliki rasa ikutan.
• Sakarin dan siklamat menimbulkan rasa ikutan
pahit yang makin terasa dengan
bertambahnya bahan pemanis tersebut.
Intensitas Rasa Manis
• Intensitas rasa manis menunjukkan kekuatan
atau tingkat kadar kemanisan dari bahan
pemanis.
• Tiap-tiap pemanis berbeda kemampuannya
dalam merangsang indera perasa.
• Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor
diantaranya suhu dan sifat mediumnya (cair
atau padat).
Lanjutan
No. Pemanis Kemanisan Relatif
1 Sukrosa 1
2 Na-siklamat 15-31
3 Dulsin 70-350
4 Sakarin 240-350
5 Aspartam 250
6 1-n-propoksi-2-amino-nitrobenzen 4.100
• Intensitas rasa manis diukur dengan
membandingkannya pada sukrosa 10%.
Kenikmatan Rasa Manis
• Bahan pemanis ditambahkan dengan tujuan
untuk memperbaiki rasa dan bau bahan
pangan sehingga rasa manis yang timbul
dapat meningkatkan kelezatan dari bahan
pangan.
• Meski rasa manis yang tepat disukai, tetapi
pemanis yang berlebihan akan terasa tidak
enak.
Metode Analisa
• Analisa pemanis sintetis pada bahan pangan
agak sukar dilakukan karena adanya bahan
tambahan lain seperti pewarna, pengawet, dll.
• Hal ini bisa mengganggu jalannya proses
analisa pemanis sintetis.
• Sampel biasanya dilakukan perlakuan
pendahuluan seperti diekstraksi dulu dengan
pelarut organik.
Lanjutan
• Secara umum, analisa kualitatif bahan
pemanis sintetis seperti sakarin, siklamat,
aspartam, dulsin, dll dilakukan secara KLT.
• Sedangkan penetapan kadarnya dengan
menggunakan cara spektrodensitometri atau
spektrofotometri UV.
Lanjutan
• Spektrodensitometri adalah pengukuran noda
pada kromatogram dengan cara melewatkan
cahaya yang intensitasnya diukur dengan
deteksi sinar UV.
• Penentuan kadar dilakukan dengan
menghitung luas noda atau dengan kurva
kalibrasi.
Prinsip Analisa Kuantitatif
• Absorbsi molekul pada daerah UV/Vis
berhubungan erat dengan molekulnya.
• Penentuan kadar terkait pada persamaan
Lambert-Beer ; A = ε b c
(are you still remember???????)
…TERIMA KASIH…

More Related Content

What's hot

Bilangan Peroksida dan Bilangan TBA
Bilangan Peroksida dan Bilangan TBABilangan Peroksida dan Bilangan TBA
Bilangan Peroksida dan Bilangan TBAYokhebed Fransisca
 
Laporan Kimia Pangan ITP UNS Semester3 ZAT WARNA TANAMAN DAN HEWAN
Laporan Kimia Pangan ITP UNS Semester3 ZAT WARNA TANAMAN DAN HEWANLaporan Kimia Pangan ITP UNS Semester3 ZAT WARNA TANAMAN DAN HEWAN
Laporan Kimia Pangan ITP UNS Semester3 ZAT WARNA TANAMAN DAN HEWANFransiska Puteri
 
Penyakit Akibat Gangguan Metabolisme Karbohidrat
Penyakit Akibat Gangguan Metabolisme KarbohidratPenyakit Akibat Gangguan Metabolisme Karbohidrat
Penyakit Akibat Gangguan Metabolisme KarbohidratAdela Adiibah
 
Komponen kimia bahan pangan
Komponen kimia bahan panganKomponen kimia bahan pangan
Komponen kimia bahan panganSiti Liputo
 
Materi 5 Metode Pengolahan dan Pengawetan Pangan
Materi 5 Metode Pengolahan dan Pengawetan PanganMateri 5 Metode Pengolahan dan Pengawetan Pangan
Materi 5 Metode Pengolahan dan Pengawetan PanganSutyawan
 
Penggulaan, penggaraman, pengasaman
Penggulaan, penggaraman, pengasamanPenggulaan, penggaraman, pengasaman
Penggulaan, penggaraman, pengasamanAgnescia Sera
 
ppt food addictive (Bahan Tambahan Mkanan)
ppt food addictive (Bahan Tambahan Mkanan)ppt food addictive (Bahan Tambahan Mkanan)
ppt food addictive (Bahan Tambahan Mkanan)imroatulM
 
Dasar pengembangan formula makanan
Dasar pengembangan formula makananDasar pengembangan formula makanan
Dasar pengembangan formula makananAgnescia Sera
 
Mineral Mikro Biokimia
Mineral Mikro BiokimiaMineral Mikro Biokimia
Mineral Mikro Biokimiapure chems
 
Materi Pewarna Makanan.pptx
Materi Pewarna Makanan.pptxMateri Pewarna Makanan.pptx
Materi Pewarna Makanan.pptxKudapanKita
 
Kontaminasi Makanan
Kontaminasi MakananKontaminasi Makanan
Kontaminasi MakananFajar 'Ree'
 

What's hot (20)

Bilangan Peroksida dan Bilangan TBA
Bilangan Peroksida dan Bilangan TBABilangan Peroksida dan Bilangan TBA
Bilangan Peroksida dan Bilangan TBA
 
Laporan Kimia Pangan ITP UNS Semester3 ZAT WARNA TANAMAN DAN HEWAN
Laporan Kimia Pangan ITP UNS Semester3 ZAT WARNA TANAMAN DAN HEWANLaporan Kimia Pangan ITP UNS Semester3 ZAT WARNA TANAMAN DAN HEWAN
Laporan Kimia Pangan ITP UNS Semester3 ZAT WARNA TANAMAN DAN HEWAN
 
Penyakit Akibat Gangguan Metabolisme Karbohidrat
Penyakit Akibat Gangguan Metabolisme KarbohidratPenyakit Akibat Gangguan Metabolisme Karbohidrat
Penyakit Akibat Gangguan Metabolisme Karbohidrat
 
Analisis karbohidrat
Analisis karbohidratAnalisis karbohidrat
Analisis karbohidrat
 
Komponen kimia bahan pangan
Komponen kimia bahan panganKomponen kimia bahan pangan
Komponen kimia bahan pangan
 
Materi 5 Metode Pengolahan dan Pengawetan Pangan
Materi 5 Metode Pengolahan dan Pengawetan PanganMateri 5 Metode Pengolahan dan Pengawetan Pangan
Materi 5 Metode Pengolahan dan Pengawetan Pangan
 
Penggulaan, penggaraman, pengasaman
Penggulaan, penggaraman, pengasamanPenggulaan, penggaraman, pengasaman
Penggulaan, penggaraman, pengasaman
 
ppt food addictive (Bahan Tambahan Mkanan)
ppt food addictive (Bahan Tambahan Mkanan)ppt food addictive (Bahan Tambahan Mkanan)
ppt food addictive (Bahan Tambahan Mkanan)
 
Food additives
Food additivesFood additives
Food additives
 
Pengasaman
PengasamanPengasaman
Pengasaman
 
Fermentasi
FermentasiFermentasi
Fermentasi
 
Pewarna
PewarnaPewarna
Pewarna
 
KEAMANAN PANGAN.ppt
KEAMANAN PANGAN.pptKEAMANAN PANGAN.ppt
KEAMANAN PANGAN.ppt
 
Analisis Kadar Air
Analisis Kadar AirAnalisis Kadar Air
Analisis Kadar Air
 
Dasar pengembangan formula makanan
Dasar pengembangan formula makananDasar pengembangan formula makanan
Dasar pengembangan formula makanan
 
Kimpang meet 9_pigmen
Kimpang meet 9_pigmenKimpang meet 9_pigmen
Kimpang meet 9_pigmen
 
Kontaminasi makanan
Kontaminasi makananKontaminasi makanan
Kontaminasi makanan
 
Mineral Mikro Biokimia
Mineral Mikro BiokimiaMineral Mikro Biokimia
Mineral Mikro Biokimia
 
Materi Pewarna Makanan.pptx
Materi Pewarna Makanan.pptxMateri Pewarna Makanan.pptx
Materi Pewarna Makanan.pptx
 
Kontaminasi Makanan
Kontaminasi MakananKontaminasi Makanan
Kontaminasi Makanan
 

Similar to BAHAN PEMANIS SINTETIS

Presentasi Kimia Kelompok 5
Presentasi Kimia Kelompok 5Presentasi Kimia Kelompok 5
Presentasi Kimia Kelompok 5Raphael Shawn
 
MEDIA PEMBELAJARAN (1).pptx
MEDIA PEMBELAJARAN (1).pptxMEDIA PEMBELAJARAN (1).pptx
MEDIA PEMBELAJARAN (1).pptxkamilahkurnia
 
zat-aditiftampil.ppt
zat-aditiftampil.pptzat-aditiftampil.ppt
zat-aditiftampil.pptFARIKHAHTIN
 
PPT ZAT Adiktif Pada Makanan.pptx
PPT ZAT Adiktif Pada Makanan.pptxPPT ZAT Adiktif Pada Makanan.pptx
PPT ZAT Adiktif Pada Makanan.pptxWenSyah
 
Zat Aditif dan Zat Adiktif
Zat Aditif dan Zat AdiktifZat Aditif dan Zat Adiktif
Zat Aditif dan Zat AdiktifDianaksm11
 
Bahan Tambahan Pangan
Bahan Tambahan PanganBahan Tambahan Pangan
Bahan Tambahan PanganAdha Ningrum
 
HADI SALAM - Zat Aditif Pada Makanan - Fix - Copy.pptx
HADI SALAM - Zat Aditif Pada Makanan - Fix - Copy.pptxHADI SALAM - Zat Aditif Pada Makanan - Fix - Copy.pptx
HADI SALAM - Zat Aditif Pada Makanan - Fix - Copy.pptxHadiSalam2
 
Presentasi zat additive
Presentasi zat additivePresentasi zat additive
Presentasi zat additiveRiska Dadong
 
Zat-Aditif-Makanan untuk kelas 8 dan sederajat
Zat-Aditif-Makanan untuk kelas 8 dan sederajatZat-Aditif-Makanan untuk kelas 8 dan sederajat
Zat-Aditif-Makanan untuk kelas 8 dan sederajatBinti Mahmud
 
zat-aditiftampil.ppt
zat-aditiftampil.pptzat-aditiftampil.ppt
zat-aditiftampil.pptazizainul
 

Similar to BAHAN PEMANIS SINTETIS (20)

Presentasi Kimia Kelompok 5
Presentasi Kimia Kelompok 5Presentasi Kimia Kelompok 5
Presentasi Kimia Kelompok 5
 
Bahan Tambahan Pangan
Bahan Tambahan PanganBahan Tambahan Pangan
Bahan Tambahan Pangan
 
MEDIA PEMBELAJARAN (1).pptx
MEDIA PEMBELAJARAN (1).pptxMEDIA PEMBELAJARAN (1).pptx
MEDIA PEMBELAJARAN (1).pptx
 
zat-aditiftampil.ppt
zat-aditiftampil.pptzat-aditiftampil.ppt
zat-aditiftampil.ppt
 
ZAT ADITIF.pdf
ZAT ADITIF.pdfZAT ADITIF.pdf
ZAT ADITIF.pdf
 
Bahan tambahan pangan.pdf
Bahan tambahan pangan.pdfBahan tambahan pangan.pdf
Bahan tambahan pangan.pdf
 
Addiktif
AddiktifAddiktif
Addiktif
 
PPT ZAT Adiktif Pada Makanan.pptx
PPT ZAT Adiktif Pada Makanan.pptxPPT ZAT Adiktif Pada Makanan.pptx
PPT ZAT Adiktif Pada Makanan.pptx
 
Zat Aditif dan Zat Adiktif
Zat Aditif dan Zat AdiktifZat Aditif dan Zat Adiktif
Zat Aditif dan Zat Adiktif
 
Zat aditif
Zat aditifZat aditif
Zat aditif
 
Bahan Tambahan Pangan
Bahan Tambahan PanganBahan Tambahan Pangan
Bahan Tambahan Pangan
 
HADI SALAM - Zat Aditif Pada Makanan - Fix - Copy.pptx
HADI SALAM - Zat Aditif Pada Makanan - Fix - Copy.pptxHADI SALAM - Zat Aditif Pada Makanan - Fix - Copy.pptx
HADI SALAM - Zat Aditif Pada Makanan - Fix - Copy.pptx
 
Bahan kimia dalam_makanan
Bahan kimia dalam_makananBahan kimia dalam_makanan
Bahan kimia dalam_makanan
 
Presentasi zat additive
Presentasi zat additivePresentasi zat additive
Presentasi zat additive
 
Zat-Aditif-Makanan untuk kelas 8 dan sederajat
Zat-Aditif-Makanan untuk kelas 8 dan sederajatZat-Aditif-Makanan untuk kelas 8 dan sederajat
Zat-Aditif-Makanan untuk kelas 8 dan sederajat
 
8 13. zat aditif
8 13. zat aditif8 13. zat aditif
8 13. zat aditif
 
Zat Aditif.ppt
Zat Aditif.pptZat Aditif.ppt
Zat Aditif.ppt
 
Makalah zat aditif
Makalah zat aditifMakalah zat aditif
Makalah zat aditif
 
zat-aditiftampil.ppt
zat-aditiftampil.pptzat-aditiftampil.ppt
zat-aditiftampil.ppt
 
Food additive
Food additiveFood additive
Food additive
 

More from Robby Candra Purnama

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI PELAYANAN KEFARMASIAN (Narkotika Psikotropika)
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI PELAYANAN KEFARMASIAN (Narkotika Psikotropika)PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI PELAYANAN KEFARMASIAN (Narkotika Psikotropika)
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI PELAYANAN KEFARMASIAN (Narkotika Psikotropika)Robby Candra Purnama
 
Regulasi Distribusi Obat Yang Baik
Regulasi Distribusi Obat Yang BaikRegulasi Distribusi Obat Yang Baik
Regulasi Distribusi Obat Yang BaikRobby Candra Purnama
 
ANALISIS KUALITATIF OBAT TRADISIONAL
ANALISIS KUALITATIF OBAT TRADISIONALANALISIS KUALITATIF OBAT TRADISIONAL
ANALISIS KUALITATIF OBAT TRADISIONALRobby Candra Purnama
 

More from Robby Candra Purnama (20)

REGULASI TENAGA KESEHATAN
REGULASI TENAGA KESEHATANREGULASI TENAGA KESEHATAN
REGULASI TENAGA KESEHATAN
 
POTENSIOMETRI
POTENSIOMETRIPOTENSIOMETRI
POTENSIOMETRI
 
POLARIMETER
POLARIMETERPOLARIMETER
POLARIMETER
 
RHEOLOGI & VISKOSITAS
RHEOLOGI & VISKOSITASRHEOLOGI & VISKOSITAS
RHEOLOGI & VISKOSITAS
 
IKLAN PROMOSI KESEHATAN
IKLAN PROMOSI KESEHATANIKLAN PROMOSI KESEHATAN
IKLAN PROMOSI KESEHATAN
 
INSTRUMENTASI SUHU & BOBOT JENIS
INSTRUMENTASI SUHU & BOBOT JENISINSTRUMENTASI SUHU & BOBOT JENIS
INSTRUMENTASI SUHU & BOBOT JENIS
 
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI PELAYANAN KEFARMASIAN (Narkotika Psikotropika)
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI PELAYANAN KEFARMASIAN (Narkotika Psikotropika)PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI PELAYANAN KEFARMASIAN (Narkotika Psikotropika)
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI PELAYANAN KEFARMASIAN (Narkotika Psikotropika)
 
KEMITRAAN DALAM PROMOSI KESEHATAN
KEMITRAAN DALAM PROMOSI KESEHATANKEMITRAAN DALAM PROMOSI KESEHATAN
KEMITRAAN DALAM PROMOSI KESEHATAN
 
Regulasi Distribusi Obat Yang Baik
Regulasi Distribusi Obat Yang BaikRegulasi Distribusi Obat Yang Baik
Regulasi Distribusi Obat Yang Baik
 
PERUBAHAN ZAT & BESARAN FISIKA
PERUBAHAN ZAT & BESARAN FISIKAPERUBAHAN ZAT & BESARAN FISIKA
PERUBAHAN ZAT & BESARAN FISIKA
 
URAIAN PP RI No.51 Tahun 2009
URAIAN PP RI No.51 Tahun 2009URAIAN PP RI No.51 Tahun 2009
URAIAN PP RI No.51 Tahun 2009
 
ANALISIS FISIKA DAN ELEKTROKIMIA
ANALISIS FISIKA DAN ELEKTROKIMIAANALISIS FISIKA DAN ELEKTROKIMIA
ANALISIS FISIKA DAN ELEKTROKIMIA
 
BAHAN PEWARNA SINTETIS
BAHAN PEWARNA SINTETISBAHAN PEWARNA SINTETIS
BAHAN PEWARNA SINTETIS
 
ANALISIS KUALITATIF OBAT TRADISIONAL
ANALISIS KUALITATIF OBAT TRADISIONALANALISIS KUALITATIF OBAT TRADISIONAL
ANALISIS KUALITATIF OBAT TRADISIONAL
 
SUPPOSITORIA
SUPPOSITORIA SUPPOSITORIA
SUPPOSITORIA
 
SKRINNING FITOKIMIA
SKRINNING FITOKIMIA SKRINNING FITOKIMIA
SKRINNING FITOKIMIA
 
MEDIA PROMOSI KESEHATAN
MEDIA PROMOSI KESEHATANMEDIA PROMOSI KESEHATAN
MEDIA PROMOSI KESEHATAN
 
SALEP, KRIM, DAN PASTA
SALEP, KRIM, DAN PASTASALEP, KRIM, DAN PASTA
SALEP, KRIM, DAN PASTA
 
LEMAK dan MINYAK
LEMAK dan MINYAKLEMAK dan MINYAK
LEMAK dan MINYAK
 
SIMPLISIA DAN PENGUJIAN MUTU
SIMPLISIA DAN PENGUJIAN MUTUSIMPLISIA DAN PENGUJIAN MUTU
SIMPLISIA DAN PENGUJIAN MUTU
 

Recently uploaded

456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.pptDesiskaPricilia1
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptRoniAlfaqih2
 
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptPERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptbekamalayniasinta
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANYayahKodariyah
 
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptxrachmatpawelloi
 
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfSWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfFatimaZalamatulInzan
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfhsetraining040
 
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...AdekKhazelia
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannandyyusrizal2
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptRoniAlfaqih2
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxrittafarmaraflesia
 
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikPPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikSavitriIndrasari1
 
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptika291990
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxkaiba5
 
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxMPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxISKANDARSYAPARI
 
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3spenyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3smwk57khb29
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALMayangWulan3
 
materi tentang sistem imun tubuh manusia
materi tentang sistem  imun tubuh manusiamateri tentang sistem  imun tubuh manusia
materi tentang sistem imun tubuh manusiastvitania08
 

Recently uploaded (18)

456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
 
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptPERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
 
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
 
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfSWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
 
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
 
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikPPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
 
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
 
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxMPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
 
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3spenyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
 
materi tentang sistem imun tubuh manusia
materi tentang sistem  imun tubuh manusiamateri tentang sistem  imun tubuh manusia
materi tentang sistem imun tubuh manusia
 

BAHAN PEMANIS SINTETIS

  • 1. BAHAN PEMANIS BUATAN by Robby Candra Purnama, S.Farm., Apt., M.Kes.
  • 2. Pendahuluan • Bahan tambahan pangan adalah bahan yang ditambahkan ke dalam pangan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk Pangan. • Pengertian ini tertuang dalam Peraturan Badan Pengawas Obat Dan Makanan Nomor 11 Tahun 2019 Tentang Bahan Tambahan Pangan.
  • 3. Definisi • Menurut Per KBPOM No 4 Tahun 2014 tentang BTP PEMANIS, pemanis adalah “bahan tambahan pangan berupa pemanis alami dan pemanis buatan yang memberikan rasa manis pada produk pangan”
  • 4. Fungsi Pemanis • Meningkatkan cita rasa dan aroma • Memperbaiki sifat-sifat fisik • Pengawet • Sumber kalori tubuh • Mengurangi kerusakan gigi • Bahan substitusi pemanis utama
  • 5. Jenis Pemanis Didalam Per KBPOM No 4 Tahun 2014 tentang BTP PEMANIS, pemanis terbagi menjadi 2 yaitu : • Pemanis Alami (Natural sweetener) • Pemanis Buatan (Artificial sweetener)
  • 6. Pemanis Alami • Pemanis alami (Natural sweetener) adalah pemanis yang dapat ditemukan dalam bahan alam meskipun prosesnya secara sintetik ataupun fermentasi
  • 7. Pemanis Buatan • Pemanis buatan (Artificial sweetener) adalah pemanis yang diproses secara kimiawi, dan senyawa tersebut tidak terdapat di alam.
  • 8. Pemanis Alami… • Penghasil utama adalah tebu (Saccharum officanarum) dan bit (Beta vulgaris L.) • Bahan pemanis yang dihasilkan dikenal dengan nama gula alam atau sukrosa • Contoh pemanis alami : Sorbitol (Sorbitol) Manitol (Mannitol) Isomalt/Isomaltitol
  • 9. Lanjutan Glikosida steviol (Steviol glycoside); Maltitol (Maltitol); Laktitol (Lactitol); Silitol (Xylitol); dan Eritritol (Erythritol).
  • 10. Pemanis Buatan… • Pemanis sintetis adalah bahan tambahan yang dapat menyebabkan rasa manis pada pangan tetapi tidak memiliki nilai gizi. • Contoh pemanis sintetis: Asesulfam-K (Acesulfame potassium); Aspartam (Aspartame); Siklamat (Cyclamates);
  • 12. Contoh Persyaratan • Batas maksimum pemanis untuk kembang gula / permen meliputi kembang gula keras dan lunak / permen keras dan lunak, nougat, dan lain-lain adalah sebesar 700 mg/kg. • Kopi, kopi substitusi, teh, seduhan herbal, dan minuman biji-bijian dan sereal panas, kecuali cokelat adalah sebesar 100 mg/kg dihitung terhadap produk siap konsumsi (as consumed)
  • 13. Lanjutan • Minuman beralkohol yang diberi aroma (misalnya minuman bir, anggur buah, minuman cooler-spirit, penyegar rendah alkohol) sebesar 200 mg/kg • Makanan ringan siap santap sebesar 170 mg/kg
  • 14. Detail Persyaratan • Detail kategori dan batas maksimum penggunaan pemanis dapat dilihat pada Per KBPOM No 4 Tahun 2014 tentang BTP PEMANIS.
  • 15. Tujuan Penggunaan • Sebagai pangan bagi penderita DM karena tidak menimbulkan kelebihan gula darah. Bagi penderita DM disarankan menggunakan pemanis sintetis untuk menghindari bahaya gula. • Memenuhi kebutuhan kalori rendah pada penderita obesitas. Pemanis sintetis merupakan salah satu bahan pangan untuk mengurangi masukan kalori.
  • 16. Lanjutan • Sebagai penyalut obat. Pemanis sintetis lebih banyak digunakan sebagai bahan penyalut obat (untuk menutupi rasa tidak enak pada obat) karena bersifat higroskopis dan tidak menggumpal • Menghindari kerusakan gigi. Dengan jumlah sedikit sudah memberikan rasa manis yang cukup tinggi pada makanan sehingga tidak merusak gigi
  • 17. Lanjutan • Pada industri pangan, minuman, termasuk industri rokok, pemanis sintetis dipergunakan dengan tujuan untuk menekan biaya produksi karena pemanis sintetis harganya relatif murah tetapi dengan jumlah sedikit dapat memberikan rasa manis yang tinggi.
  • 18. Faktor Penentu • Faktor-faktor yang perlu diperhatikan untuk mengetahui struktur kimia bahan pemanis dengan rasa manisnya adalah : o Mutu rasa manis o Intensitas rasa manis o Kenikmatan rasa manis
  • 19. Mutu Rasa Manis • Faktor ini bergantung dari sifat kimia bahan pemanis dan kemurniannya. • Aspartam memiliki rasa manis dengan mutu serupa dengan kelompok gula dan tidak memiliki rasa ikutan. • Sakarin dan siklamat menimbulkan rasa ikutan pahit yang makin terasa dengan bertambahnya bahan pemanis tersebut.
  • 20. Intensitas Rasa Manis • Intensitas rasa manis menunjukkan kekuatan atau tingkat kadar kemanisan dari bahan pemanis. • Tiap-tiap pemanis berbeda kemampuannya dalam merangsang indera perasa. • Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya suhu dan sifat mediumnya (cair atau padat).
  • 21. Lanjutan No. Pemanis Kemanisan Relatif 1 Sukrosa 1 2 Na-siklamat 15-31 3 Dulsin 70-350 4 Sakarin 240-350 5 Aspartam 250 6 1-n-propoksi-2-amino-nitrobenzen 4.100 • Intensitas rasa manis diukur dengan membandingkannya pada sukrosa 10%.
  • 22. Kenikmatan Rasa Manis • Bahan pemanis ditambahkan dengan tujuan untuk memperbaiki rasa dan bau bahan pangan sehingga rasa manis yang timbul dapat meningkatkan kelezatan dari bahan pangan. • Meski rasa manis yang tepat disukai, tetapi pemanis yang berlebihan akan terasa tidak enak.
  • 23. Metode Analisa • Analisa pemanis sintetis pada bahan pangan agak sukar dilakukan karena adanya bahan tambahan lain seperti pewarna, pengawet, dll. • Hal ini bisa mengganggu jalannya proses analisa pemanis sintetis. • Sampel biasanya dilakukan perlakuan pendahuluan seperti diekstraksi dulu dengan pelarut organik.
  • 24. Lanjutan • Secara umum, analisa kualitatif bahan pemanis sintetis seperti sakarin, siklamat, aspartam, dulsin, dll dilakukan secara KLT. • Sedangkan penetapan kadarnya dengan menggunakan cara spektrodensitometri atau spektrofotometri UV.
  • 25. Lanjutan • Spektrodensitometri adalah pengukuran noda pada kromatogram dengan cara melewatkan cahaya yang intensitasnya diukur dengan deteksi sinar UV. • Penentuan kadar dilakukan dengan menghitung luas noda atau dengan kurva kalibrasi.
  • 26. Prinsip Analisa Kuantitatif • Absorbsi molekul pada daerah UV/Vis berhubungan erat dengan molekulnya. • Penentuan kadar terkait pada persamaan Lambert-Beer ; A = ε b c (are you still remember???????)