Dokumen tersebut membahas strategi pembelajaran kolaboratif, yang merupakan metode pembelajaran kelompok dimana siswa bekerja sama untuk mencapai tujuan pembelajaran bersama. Dokumen tersebut menjelaskan konsep dasar, prinsip, langkah-langkah, dan teknik penilaian dari strategi pembelajaran kolaboratif.
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
Modul (kb 2) kolaboratif
1. 1
`
STRATEGI PEMBELAJARAN |BAB 2
KEGIATAN | BELAJAR | 2 |
Strategi Pembelajaran Kolaboratif
PENDAHULUAN
Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan arus globalisasi telah
membawa perubahan di semua aspek kehidupan manusia. Dalam rangka
menghadapi berbagai permasalahan yang ditimbulkan, persaingan global dan
proses demokratisasi, sangat diperlukan sumber daya manusia yang
berkualitas melalai pembaharuan sistem pendidikan yang bebasis kompetensi,
demokratis dan berwawasan lokal dengan tetap memperhatikan standar
nasional. Era globalisasi menuntut suatu Negara untuk meningkatkan kualitas
sumber daya manusianya agar mampu bersaing di kancah internasiona. Oleh
sebab itu masing-masing individu dituntut mengembangkan keahlian serta
memperluas wawasan guna meningkatkan kualitas diri.
Pembahuruan harus dilakukan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran itu
sendiri dan pada akhirnya akan dapat meningkatkan kualitas sumber daya
manusia. Usaha-usaha guru dalam membelajarkan siswa merupakan bagian
yang sangat penting dalam mencapai keberhasilan tujuan pembelajaran yang
sudah direncanakan. Oleh karena itu pemilihan berbagai metode, strategi,
pendekatan serta tehnik pembelajan merupakan suatu hal yang
utama.Pembelajaran yang terpusat pada guru mengakibatkan peserta didik
kurang aktif, oleh karena itu perlu digeser sedemikian rupa sehingga menjadi
lebih terpusat pada peserta didik. Oleh karena itu pembelajaran harus berpusat
aktif pada siswa, guru hanya sebagai fasilitator saja.
2. CAPAIAN PEMBELAJARAN
Setelah Mempelajari Strategi Pembelajaran Kolaboratif Mahasiswa Semester 6 Dapat
Menerapkan Strategi Pembelajaran Kolaboratif Dalam Proses Pembelajaran
Sub Capaian Pembelajaran
1. Menjelaskan Konsep Dasar
Strategi Pembelajaran
Kolaboratif
2. Menjelaskan Prinsip Strategi
Pembelajaran Kolaboratif
3. Menerapkan Langkah-Langkah
Strategi Pembelajaran
Kolaboratif Pada Proses
Pembelajaran.
4. Menentukan Teknik Penilaian
Pada Strategi Pembelajaran
Kolaboratif
Pokok Materi
1. KonsKonsep Dasar
Strategi Pembelajaran
Kolaboratif
2. Prinsip Pembelajaran
Pembelajaran Kolaboratif
3. Langkah-Langkah
Strategi Pembelajaran
Kolaboratif Proses
Pembelajaran.
4. Teknik Penilaian Pada
Strategi Pembelajaran
Kolaboratif
KONSEP DASAR
STRATEGI PEMBELAJARAN KOLABORATIF
Kolaboratif berasal dari bahasa latin collaborate yang
berarti kerjasama. Dalam prakteknya, pembelajaran
kolaboratif berarti peserta didik bekerja secara berpasangan
atau kelompok kecil untuk mencapai tujuan pellajaran
bersama. Pembelajaran kolaboratif berarti belajar melalui
kerja kelompok, bukan belajar dengan bekerja sendirian.
Pembelajaran kolaboratif yang memiliki filosofi belajar
bersama, bekerja sama, membangun pengetahuan bersama,
melakukan perubahan pengetahuan bersama, dan
mengalami peningkatan bersama-sama. Terdapat sejumlah
istilah lain untuk menyebutkan ragam seperti ini
sebagaimana yang disebutkan oleh Elizabert (2012)) seperti
pembelajaran kooperatif, pembelajaranan tim, pembelajaran
kelompok, atau pembelajaran dengan bantuan teman.
Model Pembelajaran Kolaboratif merupakan
pembelajaran yang di dalamnya siswa saling belajar melalui
pembelajaran yang aktif dan kolaboratif. Model
pembelajaran ini memberikan peluang untuk saling belajar
pada masing-masing anggota kelompok sehingga dapat
mempengaruhi motivasi siswa dalam belajar. Pembelajaran
Kolaboratif bukan hanya sekedar bekerja sama dalam suatu
3. 3
kelompok tetapi lebih kepada suatu proses pembelajaran
yang melibatkan proses komunikasi secara utuh dan adil di
dalam kelas. Menurut Kemp, pembelajaran kolaboratif itu
meliputi kemampuan sosial dan kemampuan pembelajaran.
Ini menggabungkan 3 konsep, yaitu tanggung jawab individu
(individual accountability), keuntungan kelompok (group
benefit), dan pencapaian kesuksesan yang sama (equal
achievement of success). Pembelajaran kolaboratif bisa
berlangsung apabila pelajar dan pengajar bekerja sama
menciptakan pengetahuan. Pembelajaran kolaboratif adalah
sebuah pedagogi yang pusatnya terletak dalam asuransi
bahwa manusia selalu menciptakan makna bersama dan
proses tersebut selalu memperkarya dan memeperluas
wawasan mereka. Pada pembelajaran ini pengajar tidak
boleh hanya menjadi pemantau proses belajar, sebaliknya
pengajar harus mampu menjadi anggota, seperti halnya para
pelajar, dari sebuah komunitas yang tengah mencari
pengetahuan. Sementara itu tujuan dari pembelajaran
kolaboratif itu sendiri adalah meningkatkan interaksi siswa
dalam memahami suatu tugas serta siswa mampu
mengekspresikan apa-apa saja yang ada dalam pikirannya.
Pembelajaran kolaboratif merupakan pembelajaran yang
didasarkan pada teori zona perkembangan terdekat (zone of
proximal development) dari Vygotsky dan teori komunikasi
oleh Dewey, dimana aktivitas pembelajaran dikenal sebagai
praktek sosiokultural melalui kegiatan komunikasi interaktif
(kolaborasi). Yang membentuk pembelajaran reflektif yang
bersifat aktif dan kolaboratif. Di dalam pembelajaran
kolaboratif siswa yang memiliki kemampuan lebih membantu
siswa yang kurang mampu dan begitu pula sebaliknya.
Pembelajaran kolaboratif bukan hanya sekedar bekerja sama
dalam suatu kelompok tetapi lebih kepada suatu proses
pembelajaran yang melibatkan proses komunikasi secara
utuh dan adil di dalam kelas.
Maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kolaboratif
adalah metode pembelajaran yang membentuk siswa
menjadi kelompok kecil, dengan adanya kelompok kecil
siswa diharapkan mampu bekerja sama dan saling
membantu dalam menyelesaikan tugas, guru hanya
membimbing siswa selama menyelesaikan tugas sehingga
mampu meningkatkan pemahaman dan konsep yang sama
untuk mencapai tujuan bersama.
4. 4
Menurut Klemm (Feng Chun, 2006), terdapat beberapa
karakteristik pembelajaran kolaboratif, yakni:
1) Ketergantungan positif: Ketergantungan yang positif
antarsiswa dalam suatu kelompok menjadi prasyarat
terjadinya kerja sama yang positif. Ketergantungan
positif akan terjadi jika setiap anggota kelompok
menyadari bahwa seseorang tidak dapat berhasil tanpa
melibatkan keberhasilan anggota lainnya. Untuk
mencapai hal ini, tujuan kelompok harus
dikomunikasikan kepada semua anggota, sehingga
mereka meyakini bahwa mereka akan dapat
“berenang” bersama.
2) Interaksi: Interaksi antaranggota kelompok menjadi
demikian penting karena terdapat aktivitas-aktivitas
kognitif penting dan kecakapan interpersonal yang
dinamis hanya terjadi jika terdapat interaksi yang
dinamis. Aktivitas kognitif dan kecakapan interpersonal
yang dinamis itu dapat dicapai melalui berbagai
aktivitas seperti mempresentasikan hasil diskusi,
berbagi pengetahuan dengan anggota kelompok lain,
dan mengecek pemahaman. Adanya interaksi
antaranggota kelompok memungkinkan terwujudnya
sistem dukungan akademik, yakni setiap anggota
mepunyai komitmen untuk membantu anggota
kelompok lain.
3) Pertanggungjawaban individu dan kelompok: Dalam
pembelajaran kolaboratif, tidak hanya keberhasilan
kelompok saja yang menjadi perhatian, namun
keberhasilan setiap anggota kelompok sangat
dipentingkan. Pembelajaran kolaboratif juga
dimaksudkan untuk membuat siswa kuat secara
individual. Kelompok harus bertanggung jawab dalam
hal pencapaian tujuan dan masing-masing anggota
kelompok harus bertanggungjawab terhadap
kontribusinya dalam kelompok. Pertanggungjawaban
individu hanya akan terjadi jika kinerja tiap individu
dinilai dan hasilnya diberikan kembali ke kelompok dan
individu yang bersangkutan guna memastikan anggota
5. 5
yang memerlukan bantuan, dukungan, atau penguatan
belajar.
4) Pengembangan kecakapan interpersonal: Kelompok
kolaboratif berbeda dengan belajar secara individual
atau pembelajaran kelompok yang lebih bersifat
kompetitif. Selain kecakapan akademik yang hendak
dicapai, terdapat kecakapan penting yang hendak
dipesankan melalui aktivitas pembelajaran kolaboratif,
yakni kecakapan sosial. Perlu disadari bahwa
kecakapan sosial tidak secara spontan tampak ketika
pembelajaran kolaboratif dilaksanakan. Kecakapan
sosial seperti kepemimpinan (leadership), kemampuan
membuat keputusan, membangun kepercayaan,
berkomunikasi, dan managemen konflik diharapkan
dapat terbetuk melalui pembelajaran kolaboratif yang
kontinu dan berkesinambungan.
5) Pembentukan kelompok heterogen: Pembentukan
kelompok dilakukan dengan mempertimbangkan agar
setiap anggota dapat berdiskusi sehingga mencapai
tujuan mereka dan membangun hubungan kerja yang
efektif. Dalam pembentukan kelompok perlu
dideskripsikan tugas setiap anggota kelompok.
Terdapat beberapa prinsip dalam pembentukan
kelompok kolaboratif, di antaranya perlunya
mengakomodasi heterogenitas siswa, seperti
mengkombinasikan siswa yang pendiam dengan siswa
yang relatif mudah berkomunikasi, siswa yang rendah
diri dan optimistis, siswa yang mempunyai motivasi
tinggi dan rendah diri. Pembentukan kelompok juga
perlu memperhatikan kebiasaan bekerja, etnik, dan
gender. Tidak terdapat ketentuan secara secara pasti
tentang berapa besar suatu kelompok dibentuk.
Kelompok yang terlalu besar akan kurang memberikan
kesempatan pada siswa untuk berpartisipasi secara
aktif, sedangkan kelompok yang terlalu kecil juga
kurang memungkinkan adanya dinamisasi. Secara
umum ukuran kelompok yang baik adalah 4 atau 5
siswa. Pengalaman dan latar belakang siswa yang
berbeda-beda adalah modal penting untuk
memperkaya proses belajar di kelas. Dalam kelas
6. 6
kolaboratif, setiap siswa dapat belajar dari siswa
lainnya. Perlu diyakinkan bahwa setiap siswa harus
saling memberikan kontribusi dalam pencapaian tujuan
belajar.
6) Berbagi pengetahuan antara guru dan siswa: Pada
pembelajaran tradisional, diyakini pengetahuan
mengalir hanya dari guru ke siswa. Tidak demikian
halnya pada pembelajaran kolaboratif. Dalam
pembelajaran kolaboratif, guru menghargai dan
mengembangkan pembelajaran berdasarkan
pengetahuan, pengalaman pribadi, strategi, dan
budaya yang dibawa siswa. Ketika siswa mengetahui
bahwa pengalaman, pengetahuan, dan strategi
penyelesaian masalah mereka dihargai dan digunakan,
mereka akan termotivasi untuk mendengarkan dan
belajar dalam cara baru dan lebih dapat membuat
hubungan antara pengetahuan “pribadi” dan
pengetahuan “sekolah”. Dalam kegiatan pembelajaran
yang demikian, siswa telah diberdayakan.
7) Berbagi otoritas antara guru dan siswa: Pada
pembelajaran tradisional, menetapkan tujuan
pembelajaran, mendesain tugas-tugas belajar, dan
menilai (mengevaluasi) apa yang telah dipelajari siswa
menjadi otoritas guru secara dominan. Tidak demikian
halnya pada pembelajaran kolaboratif. Dalam kelas
kolaboratif, guru berbagi otoritas dengan siswa dengan
cara yang spesifik. Guru melibatkan siswa secara aktif
dalam penetapan tujuan belajar, pendesaian tugas-
tugas, dan evaluasi ketercapaian tujuan belajar.
8) Guru sebagai mediator: Dalam pembelajaran
kolaboratif, guru berperan sebagai mediator. Dalam hal
ini guru membantu siswa untuk menghubungkan
pengetahuan baru dengan pengetahuan yang telah
dimiliki siswa, membantu siswa menggambarkan
mengenai apa yang harus dikerjakan ketika mereka
mengalami masalah, dan membantu siswa belajar
bagaimana belajar (learn how to learn).
7. 7
MODEL-MODEL
STRATEGI PEMBELAJARAN KOLABORATIF
Teknik pelaksanaan pembelajaran kolaboratif dapat dilakukan dengan
memberikan kerangka penyelesaian masalah yang secara umum mencakup
masalah-masalah yang sangat terstruktur hingga yang terstruktur dengan
longgar. Pada ujung rangkaian lainnya terdapat Group Investigation, di mana
mahasiswa diajak memilih topik mereka sendiri dan bekerja bersama teman-
teman mereka untuk menyelesaikan laporan. Berikut beberapa model yang
dapat dilakukan dalam pembelajaran kolaboratif.
1) Think-Alound Pair Problem Solving (TAPPS): Menyelesaikan masalah
secara lisan untuk menunjukkan penalaran mereka kepada temannya
yang mendengarkan. Menekankan proses penyelesaian masalah (bukan
hasilnya) dan membantu mahasiswa mengidentifikasikan .kesalahan-
kesalahan logika atau proses.
2) Send-A-Problem Mencoba menyelesaikan sebuah masalah secara
berkelompok, kemudian meneruskan masalah tersebut dan solusinya
kepada kelompok terdekat yang kemudian melakukan hal yang sama,
kelompok terakhir akan mengevaluasi semua solusi tersebut. Membantu
mahasiswa melatih keterampilan berpikir secara bersama-sama yang
dibutuhkan untuk mneyelesaikan masalah secara efektif dan untuk
membandingkan dan membedakan berbagai macam solusi yang
diberikan.
3) Case Study Mengulas kembali sebuah kejian tertulis mengenai scenario
kehidupan nyata dan mengembangkan sebuah solusi-solusi bagi
dilemma yang diketengahkan dalam masalah ini. Mengetengahkan
prinsip-prinsip dan teori-teori abstrak dengan cara-cara yang relevan
menurut mahasiswa.
4) Structured Problem Solving Mengikuti sebuah formal terstruktur untuk
menyelesaikan masalah. Membagi proses-proses penyelesaian masalah
menjadi beberapa tingkah yang dapat dikelola supaya mahasiswa tidak
merasa kewalahan dan supaya mereka belaajr untuk mengidentifikasi,
menganalisis, dan menyelesaikan masalah dengan cara yang
terorganisir.
5) Analytic Teams Mengasumsikan peran-peran dan tugas-tugas spesifik
untuk diperagakan atau dikerjakan ketika sedang membaca bacaan yang
ditugaskan, mendengarkan kuliah atau menyaksikan video secara kritis.
Membantu mahasiswa memahami perbedaan kegiatan yang
menciptakan analisis kritis.
8. 8
6) Group Investigation Merencanakan, melakukan, dan melaporkan proyek-
proyek riset mendalam. Mengajarkan kepada mahasiswa prosedur-
prosedur riset dan membantu mereka mendapatlkan pengetahuan yang
mendalam tentang sebuah bidang tertentu.
LANGKAH-LANGKAH
STRATEGI PEMBELAJARAN KOLABORATIF
Dalam mengaplikasikan pembelajaran kolaboratif di kelas, ada beberapa
prosedur yang harus dilaksanakan dalam kegiatan belajar mengajar secara
umum sebagai berikut:
1) Membagi kelompok, setiap kelompok diberikan bahan materi
2) Menjelaskan materi pembelajaran, setiap kelompok diberikan LKS,
Semua siswa dalam kelompok, membaca, diskusi, dan menulis
3) Kelompok kolaboratif bekerja sama mengidentifikasi, menganalisis,
dan memformulasikan jawaban-jawaban tugas atau masalah yang
terdapat
4) Setelah kelompok kolaboratif mnyepakati hasil pemecahan masalah,
dan setiap kelompok menuliskan laporan secara lengkap
5) Guru menunjuk salah satu kelompok secara acak untuk melakukan
presentasi hasil diskusi kelompok kolaboratifnya di depan kelas,
siswa pada kelompok lain mengamati, mencermati, membandingkan
hasil presentasi tersebut, dan menaggapi.
Masing-masing siswa dalam kelompok kolaboratif membuat laporan hasil
diskusi yang akan dikumpulkan. Laporan siswa dikoreksi dan dikomentari,
dinilai, dan dikembalikan kepada pertemuan berikutnya
dijelaskan/didiskusikan dan menyimpulkan pembelajaran.
9. 9
PRINSIP-PRINSIP
STRATEGI PEMBELAJARAN KOLABORATIF
Hari Srinivas menyatakan terdapat lima prinsip yang berbasis
konstruktivisme sosial dalam pembelajaran kolaboratif, yaitu sebagai
berikut:
1) Belajar adalah suatu proses aktif di mana para siswa
mengasimilasikan informasi dan mengaitkan pengetahuan baru ini
dalam bingkai kerangka pengetahuan terdahulu yang dimilikinya
(prior knowledge).
2) Belajar memerlukan tantangan yang membuka pintu bagi peserta
didik agar terikat secara aktif dengan kelompoknya, serta memproses
dan melakukan sintesis berbagai informasi daripada sekadar
mengingat dan menelannya mentah-mentah.
3) Belajar akan berkembang baik dalam lingkungan sosial di mana
terjadi percakapan yang aktif antar para siswa.
4) Para siswa akan meraih manfaat yang besar dari pembelajaran
karena mendapatkan informasi yang luas dari berbagai sudut
pandang yang berbeda dengan pandangannya sendiri.
5) Dalam lingkungan pembelajaran kolaboratif setiap siswa akan merasa
tertantang, baik secara sosial maupun emosional karena
mendengarkan berbagai perspektif yang berbeda, yang kemudian
mempersyaratkan adanya pemberian artikulasi terhadap
gagasannya, maupun berbagai upaya untuk mempertahankan
gagasannya.
10. 10
FAKTA EMPIRIK KEBERHASILAN
STRATEGI PEMBELAJARAN KOLABORATIF
Pembelajaran kolaboratif bertujuan untuk
membangun dan mengembangkan pengetahuan
siswa agar siswa pandai dalam mengaktualisasikan
pemikirannya dan meningkatkan kemampuan
mentalnya sehingga siswa dapat aktif bekerja sama
dalam kelompok sehingga tercipta lingkungan
pembelajaran yang berpusat pada siswa.
KELEBIHAN: Adapun Kelebihan yang diungkapkan
oleh Gokhale sebagai berikut :
1) Helped understanding, membantu peserta didik dalam menemukan
suatu pemahaman dalam pembelajaran;
2) Pooled knowledge and experience, pembelajaran kolaboratif
memberikan pengetahuan dan pengalaman belajar bersama-sama
bagi peserta didik;
3) Got helpful feedback, membantu peserta didik menemukan umpan
balik atau stimulus dalam belajar;
4) Stimulated thingking, pembelajaran kolaboratif dapat merangsang
pemikiran peserta didik agar dapat berpikir kritis;
5) Got new perspectives, peserta didik mendapatkan perspektif baru
dalam pembelajaran;
6) More relaxed atmosphere, makes problem solving easy, suasana
yang nyaman dalam pembelajaran akan membuat pemecahan
masalah menjadi lebih mudah;
7) Fun learning, memberikan pembelajaran yang menyenangkan bagi
peserta didik;
8) Greater responsibility for my self and the group, peserta didik akan
memiliki rasa tanggung jawab yang besar terhadap diri sendiri
maupun kelompok;
9) Made new friends, peserta didik mendapatkan teman yang baru,
karena pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok.
KELEMAHAN: sementara itu kekurangan pembelajaran ini :
1) Pendapat serta pertanyaan siswa dapat menyimpang dari pokok
persoalan.
2) Membutuhkan waktu cukup banyak.
3) Adanya sifat-sifat pribadi yang ingin menonjolkan diri atau
sebaliknya yang lemah merasa rendah diri dan selalu tergantung
pada orang lain.
11. 11
TEKNIK PENILAIAN
STRATEGI PEMBELAJARAN KOLABORATIF
Evaluasi pembelajaran kolaboratif dapat dilakukan terhadap banyak
aspek, tidak hanya pada hasil belajar kognitif. Sebagai contoh,
evaluasi dapat dilakukan terhadap kemampuan siswa berdikusi.
Karena memiliki keterbatasan pengamatan, guru dapat memilih peer
evaluation (penilaian teman sebaya). Setiap siswa harus menilai
teman sekelompoknya terhadap beberapa aspek. Berikut adalah
contoh lembar evaluasi yang dapat digunakan untuk menilai
kemampuan siswa berdiskusi.
tambahkan format (makalah murni)
RANGKUMAN: Pembelajaran kolaboratif adalah
metode pembelajaran yang membentuk siswa menjadi
kelompok kecil, dengan adanya kelompok kecil siswa
diharapkan mampu bekerja sama dan saling membantu
dalam menyelesaikan tugas, guru hanya membimbing
siswa selama menyelesaikan tugas sehingga mampu
meningkatkan pemahaman dan konsep yang sama
untuk mencapai tujuan bersama.
Scan Disini
LATIHAN: Untuk memperdalam pemahaman anda
mengenai materi diatas, kerjakanlah latihan berikut:
1. Pilihlah satu tema dalam pembelajaran di Sekolah
Dasar
2. Buatlah rancangan pelaksanaan pembelajaran
berdasarkan tema yang sudah dipilh menggunakan
tahapan-tahapan strategi pembelajaran kolaboratif
12. 12
DAFTAR PUSTAKA:
Amiruddin. 2019. “Pembelajaran Kooperatif dan Kolaboratif”. Journal of
Education Science (JES), 5(1), 24.
Husein, Rusmin. “Pengembangan Model Pembelajaran Kolaboratif Dalam
Meningkatkan Hasil Belajar Warga Belajar Paket C (Studi Di Skb Kota
Gorontalo)”. PGSD Universitas Negeri Gorontalo.
Mahmudi, Ali. 2006. “Pembelajaran Kolaboratif”. Jogjakarta: Seminar
Nasional MIPA.
Maula, Nikmatul dkk. 2013. “Keefektifan Pembelajaran Model TAPPS
Berbantuan Worksheet Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah
Materi Lingkaran”. Unnes Journal Of Mathematics Education, 2 (1).
M. Warsono dan Hariyanto M.S. “Pembelajaran Aktif”. 2013. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Nurfiatin, Titin dkk. 2016. “Penerapan Model Pembelajaran Kolaboratif
Disertai Strategi Quantum Teaching Untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Siswa Kelas X PM 1 SMK Negeri 6 Surakarta”. Surakarta: Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Rasib, Abdul. 2016. “Pendekatan Kolaboratif Dalam Pembelajaran Tematik
Terpadu di Kelas III Sekolah Dasar Negeri 21 Kuala Mandor B”. Pontianak:
Pogram Magister PGSD FKIP UNTAN.
Nurfiatin, Titin dkk. 2016. “Penerapan Model Pembelajaran Kolaboratif
Disertai Strategi Quantum Teaching Untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Siswa Kelas X PM 1 SMK Negeri 6 Surakarta”. Surakarta: Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Susanti, S dkk. 2017: Model Pembelajaran Kolaboratif Sebagai Alternatif
Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Didaktika Tauhidi, Vol 4 (No 1), 19.
and Inquiry Learning Skills, Vol 35 (Egitim ArastirmalariEurasian Journal of
Educational, 2009), 1-20