Dokumen tersebut membahas pendekatan pembelajaran kontekstual di mana peserta didik diajak untuk belajar secara aktif dengan menghubungkan materi pelajaran dengan konteks kehidupan nyata. Pendekatan ini bertujuan untuk membuat pembelajaran menjadi lebih bermakna bagi peserta didik."
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
Strategi Pembelajaran Kontextual
1. 126
PENDAHULUAN
Pada dunia pendidikan dan pengajaran, pembelajaran kontekstual
merupakan salah satu pendekatan pembelajaran yang mengandung strategi
yang dapat melibatkan aktif peserta didik dalam proses pembelajaran.
Peserta didorong aktif dalam mempelajari materi-materi pembelajaran sesuai
dengan topik yang akan dipelajarinya. Dalam hal ini, dapat membanguan
pemikiran kontruktivisme sehingga peserta didik dapat memecahkan
masalah-masalah yang terdapat pada kehidupan nyata. Selain itu, dengan
menggunakan pendekatan pembelajaran kontekstual tersebut mampu
menjadikan pembelajaran secara nyata sehingga peserta didik tidak lagi
hanya mengandalkan imajinasinya saja, akan tetapi melalui lingkungan
sekitar peserta didik juga dapat belajar.
Dengan adanya media tersebut, kegiatan belajar mengajar berbasis
kontekstual (contextual teaching and learning) yang akan membawa peserta
didik pada dunia nyata yang akan menggunakan konsep ini, diharapkan
pembelajaran peserta didik akan lebih bermakna dan berlangsung secara
alamiah dalam bentuk peserta didik bekerja (berpartisipasi aktif) dan
mengalami langsung dan pembelajaran bukan lagi guru mentransfer
pengetahuan kepada peserta didik.
3. 128
KONSEP DASAR
PENDEKATAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL
Pendekatan pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching And
Learning) adalah pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran
kontekstual, yaitu pembelajaran yang menggunakan pengetahuan
dan kemampuannya untuk memecahkan berbagai masalah yang
berkaitan dengan pelajaran lain di sekolah.
Situasi sekolah, maupun masalah di luar sekolah, termasuk masalah-
masalah di tempat tempat kerja yang relvan. Pembelajaran kontekstual
didasarkan pada hasil penelitian Dewey (1916) yang menyimpulkan bahwa
siswa akan belajar dengan baik jika apa yang dipelajari terkait dengan apa
yang telah diketahui dan dengan kegiatan atau peristiwa yang akan terjadi di
sekelilingya. Pembelajaran ini menekankan pada daya pikir yang tinggi,
transfer ilmu pengetahuan, mengumpulkan dan menganalisis data,
memecahkan masalah-msalah tertentu, baik secara individu maupun
kelompok.
CAPAIAN PEMBELAJARAN
Setelah Mempelajari Pendekatan Pembelajaran Kontekstual Mahasiswa
Semester 6 Dapat Menerapkan Pendekatan Pembelajaran Kontekstual
Dalam Proses Pembelajaran
Sub Capaian Pembelajaran
1. Menjelaskan Pendekatan Pembelajaran
Kontekstual
2. Menjelaskan Prinsip Pendekatan
Pembelajaran Kontekstual
3. Menerapkan Langkah-Langkah
Pendekatan Pembelajaran Kontekstual
4. Menentukan Teknik Penilaian Pada
Pendekatan Pembelajaran Kontekstual
Pokok Materi
1. Konsep Dasar Pendekatan
Pembelajaran Kontekstual
2. Prinsip Pendekatan
Pembelajaran Kontekstual
3. Langkah-Langkah
Pendekatan Pembelajaran
Kontekstual
4. Teknik Penilaian Pada
Pembelajaran Pendekatan
Pembelajaran Kontekstual
4. 129
Karweit (1993), menambahkan bahwa dalam pembelajaran kontekstual,
pembelajaran didesain sedemikian rupa agar siswa dapat memecahkan
persoalan melalui kegiatan yang merefleksikan kejadian sebenarnya dalam
kehidupan. Pendekatan kontekstual adalah pendekatan yang melibatkan
siswa secara penuh dalam proses pembelajaran dan didorong untuk
berkreativitas mempelajari materi pelajaran sesuai dengan topik yang akan
dipelajari.
Menurut Depdiknas (2002: 26), pendekatan kontekstual merupakan
konsep belajar yang membantu guru mengkaitkan antara materi yang
diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya
dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.
Pengetahuan dan keterampilan siswa diperoleh dari usaha siswa
mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan ketereampilan siswa diperoleh dari
usaha siswa mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan ketika ia
belajar.
CTL merupakan pembelajaran yang dikaitkan dengan konteks
kehidupan sehari-hari anak dan perkembangan psikologisnya. Apabila
dikaitkan dengan konteks hobi dan kebutuhannya, siswa akan mudah tertarik
untuk memerhatikan konsep yang sedang dipelajari. Akibatnya, dengan
konteks kehidupan sehari-hari dan perkembangan psikologisnya anak-anak
akan lebih mudah untuk memahaminya.
Pembelajaran kontekstual sebagai suatu model pembelajaran yang
memberikan fasilitas kegiatan belajar siswa untuk mencari, mengolah dan
menemukan pengalaman belajar yang lebih bersifat konkret melalui
keterlibatan aktivitas siswa dalam mencoba, melakukan dan mengalami
sendiri. Dengan demikian, pembelajaran tidak sekedar dilihat dari sisi produk,
akan tetapi yang terpenting adalah proses.
Menurut Johnson ada 8 komponen yang menjadi ciri dalam
pembelajaran kontekstual, yaitu sebagai berikut:
1) Melakukan hubungan yang bermakna (making meaningfull
5. 130
connection). Siswa dapat mengatur diri sendiri sebagai orang yang
belajar secara aktif dalam mengembangkan minatnya secara
individual, orang yang dapat bekerja sendiri atau bekerja dalam
kelompok, dan orang yang dapat belajar dengan melakukan sesuatu
(learning by doing).
2) Melakukan kegiatan-kegiatan yang signifikan (doing significant work).
Siswa membuat hubungan-hubungan antara sekolah dan berbagai
konteks yang ada dalam kehidupan nyata sebagai pelaku bisnis dan
sebagai anggota masayarakat.
3) Belajar yang diatur sendiri (self-regulated learning). Siswa melakukan
kegiatan yang signifikan: ada tujuannya, ada urusannya dengan
orang lain, ada hubungannya dengan penentuan pilihan, dan ada
produknya atau hasilnya yang sifatnya nyata.
4) Bekerja sama (collaborating). Siswa dapat bekerja sama. Guru dan
siswa bekerja secara efektif dalam kelompok, guru membantu siswa
memahami bagaimana mereka saling mempengaruhi dan saling
berkomunikasi.
5) Berpikir kritis dan kreatif (critical and creative thinking). Siswa dapat
menggunakan tingkat berpikir yang lebih tinggi secara kritis dan
kreatif: dapat menganalisis, membuat sintesis, memecahkan masalah,
membuat keputusan, dan menggunakan logika dan bukti-bukti.
6) Mengasuh atau memelihara pribadi siswa (nurturing the individual).
Siswa memelihara pribadinya: mengetahui, memberi perhatian,
memberi harapan-harapan yang tinggi, memotivasi dan memperkuat
diri sendiri. Siswa tidak dapat berhasil tanpa dukungan orang dewasa.
7) Mencapai standar yang tinggi (reaching high standard). Siswa
mengenal dan mencapai standar yang tinggi: mengidentifikasi tujuan
dan memotivasi siswa untuk mencapainya. Guru memperlihatkan
kepada siswa cara mencapai apa yang disebut “excellence”.
8) Menggunakan penilain autentik (using authentic assessment). Siswa
menggunakan pengetahuan akademis dalam konteks dunia nyata
6. 131
untuk suatu tujuan yang bermakna. Misalnya, siswa boleh
menggambarkan informasi akademis yang telah mereka pelajari
untuk dipublikasikan dalam kehidupan nyata (M. Idrus Hasibuan,
2014:5-6).
PRINSIP-PRINSIP
PENDEKATAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL
Pembelajaran dengan CTL menggunakan beberapa prinsip, yaitu prinsip
kesaling bergantungan, prinsip diferensiasi, dan prinsip pengaturan diri
(Jhonson, 2009: 68). Berikut ini adalah penjelasannya:
1) Prinsip kesaling bergantungan ini maksudnya ada keterkaitan antara
siswa dengan beberapa komponen sekolah seperti siswa lain, guru lain,
tukang kebun, tukang sapu, pegawai administrasi, sekertaris, orangtua,
dan masyarakat di lingkungan sekitar sekolah. Prinsip ini memungkinkan
para siswa untuk membuat hubungan yang bermakna, pemikiran kritis
dan kreatif menjadi mungkin. Prinsip kesaling bergantungan mendukung
kerja sama sehingga para siswa terbantu dalam menemukan persoalan,
merancang rencana, dan mencari bahwa saling mendengarkan akan
menuntun pada keberhasilan.
2) Prinsip diferensiasi memberi kesempatan kepada siswa untuk menggali
bakat dan memunculkan cara belajar mereka sendiri karena setiap
individu siswa itu unik. Komponen pembelajaran kontekstula mencangkup
pembelajaran aktif dan langsung (hands-on), kreatif ketika mereka
menggunakan pengetahuan akademik untuk meningkatkan kerja sama
dengan anggoya kelas mereka, ketika mereka merumuskan langkah-
langkah untuk menyelesiakan sebuah tugas sekolah, atau mengumpulkan
dan menilai informasi menganai suatu masalah masyarakat.
3) Prinsip pengaturan diri menurut guru untuk mendorong setiap siswa
7. 132
mengeluarkan seluruh potensainya. Sesuai prinsip ini, sasaran utama CTL
adalah menolong para siswa mencapai keunggulan akademik,
memperoleh keterampilan karier, dan mengembangkan karakter dengan
cara menghubungkan tugas sekolah dengan pengalaman serta
pengetahuan pribadinya.
LANGKAH-LANGKAH
PENDEKATAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL
Terdapat 7 (tujuh) tahapan pembelajaran kontekstual yaitu konstruktivisme,
penemuan, bertanya, masyarakat belajar, pemodelan, refleksi, dan penilaian
otentik.
Konstruktivisme (Constructivism): Konstruktivisme adalah
mengembangkan pemikiran siswa akan belajar lebih bermakna dengan cara
bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan
dan keterampilan barunya. Menurut Sardiman, teori atau aliran ini merupakan
landasan berfikir bagi pendekatan kontekstual (CTL). Pengetahuan riil bagi
para siswa adalah sesuatu yang dibangun atau ditemukan oleh siswa itu
sendiri. Jadi pengetahuan bukanlah seperangkat fakta, konsep atau kaidah
yang diingat siswa, tetapi siswa harus merekonstruksi pengetahuan itu
kemudian memberi makna melalui pengalaman nyata.
Menemukan (Inquiry): Menemukan atau inkuiri adalah proses
pembelajaran yang didasarkan pada proses pencarian penemuan melalui
proses berfikir secara sistematis, yaitu proses pemindahan dari pengamatan
menjadi pemahaman sehingga siswa belajar mengunakan keterampilan
berfikir kritis. Menurut Lukmanul Hakiim, guru harus merencanakan situasi
sedemikian rupa, sehingga para siswa bekerja menggunakan prosedur
mengenali masalah, menjawab pertanyaan, menggunakan prosedur
penelitian/investigasi, dan menyiapkan kerangka berfikir, hipotesis, dan
penjelasan yang relevan dengan pengalaman pada dunia nyata.
8. 133
Bertanya (questioning): Bertanya, yaitu mengembangkan sifat ingin tahu
siswa melalui dialog interaktif melalui tanya jawab oleh keseluruhan unsur
yang terlibat dalam komunitas belajar. Dengan penerapan bertanya,
pembelajaran akan lebih hidup, akan mendorong proses dan hasil
pembelajaran yang lebih luas dan mendalam. Dengan mengajukan
pertanyaan, mendorong siswa untuk selalu bersikap tidak menerima suatu
pendapat, ide atau teori secara mentah. Ini dapat mendorong sikap selalu
ingin mengetahui dan mendalami (curiosity) berbagai teori, dan dapat
mendorong untuk belajar lebih jauh.
Masyarakat Belajar (learning community): Konsep masyarakat belajar
(learning community) ialah hasil pembelajaran yang diperoleh dari kerjasama
dengan orang lain. Guru dalam pembelajaran kontekstual (CTL) selalu
melaksanakan pembelajaran dalam kelompok-kelompok yang anggotanya
heterogen. Siswa yang pandai mengajari yang lemah, yang sudah tahu
memberi tahu yang belum tahu, dan seterusnya. Dalam praktiknya
“masyarakat belajar” terwujud dalam pembentukan kelompok kecil, kelompok
besar, mendatangkan ahli ke kelas, bekerja sama dengan kelas paralel,
bekerja kelompok dengan kelas di atasnya, bekerja sama dengan masyarakat.
Pemodelan (modeling): Dalam pembelajaran keterampilan atau
pengetahuan tertentu, perlu ada model yang bisa ditiru oleh siswa. Model
dalam hal ini bisa berupa cara mengoperasikan, cara melempar atau
menendang bola dalam olah raga, cara melafalkan dalam bahasa asing, atau
guru memberi contoh cara mengerjakan sesuatu. Guru menjadi model dan
memberikan contoh untuk dilihat dan ditiru. Apapun yang dilakukan guru,
maka guru akan bertindak sebagai model bagi siswa. Ketika guru sanggup
melakukan sesuatu, maka siswapun akan berfikir sama bahwa dia bisa
melakukannya juga.
Refleksi (reflection): Refleksi merupakan upaya untuk melihat,
mengorganisir, menganalisis, mengklarifikasi, dan mengevaluasi hal-hal yang
telah dipelajari. Realisasi praktik di kelas dirancang pada setiap akhir
9. 134
pembelajaran, yaitu dengan cara guru menyisakan waktu untuk memberikan
kesempatan bagi para siswa melakukan refleksi berupa: pernyataan langsung
siswa tentang apa-apa yang diperoleh setelah melakukan pembelajaran,
catatan atau jurnal di buku siswa, kesan dan saran siswa mengenai
pembelajaran hari itu, diskusi, dan hasil karya.
FAKTA EMPIRIK KEBERHASILAN PENDEKATAN
PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL
KELEBIHAN: Beberapa kelebihan dari pembelajaran Contextual Teaching and
Learning (CTL) adalah :
1) Pembelajaran menjadi lebih bermakna dan nyata. Artinya siswa dituntut
untuk dapat menagkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah
dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan dapat
mengorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan
saja bagi siswa materi itu akan berfungsi secara fungsional, akan tetapi
materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa.
2) Pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan penguatan
konsep kepada siswa karena metode pembelajaran CTL menganut aliran
konstruktivisme, dimana seorang siswa dituntun untuk menemukan
pengetahuannya sendiri. Melalui landasan filosofis konstruktivisme siswa
diharapkan belajar melalui “mengalami” bukan “menghafal”.
3) Kontekstual adalah pembelajaran yang menekankan pada aktivitas siswa
secara penuh, baik fisik maupun mental.
4) Kelas dalam pembelajaran Kontekstual bukan sebagai tempat untuk
memperoleh informasi, akan tetapi sebagai tempat untuk menguji data
hasil temuan mereka di lapangan.
5) Materi pelajaran dapat ditemukan sendiri oleh siswa, bukan hasil
pemberian dari guru.
6) Penerapan pembelajaran Kontekstual dapat menciptakan suasana
10. 135
pembelajaran yang bermakna.
KELEMAHAN: Sedangkan kelemahan dari pembelajaran kontekstual adalah
sebagai berikut:
1) Diperlukan waktu yang cukup lama saat proses pembelajaran Kontekstual
berlangsung.
2) Jika guru tidak dapat mengendalikan kelas maka dapat menciptakan
situasi kelas yang kurang kondusif.
Guru lebih intensif dalam membimbing. Karena dalam CTL, guru tidak lagi
berperan sebagai pusat informasi. Tugas guru adalah mengelolah kelas
sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan pengetahuan
dan keterampilan yang baru bagi siswa. Siswa dipandang sebagai individu
yang sedang berkembang .
TEKNIK PENILAIAN
PENDEKATAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL
Penilaian yang autentik dilakukan secara terintegrasi dengan proses
pembelajaran. Penilaian ini dilakukan secraa tersu menerus selama kegiatan
pembelajaran berlangsung. Oleh sebab itu, tekananya diarahkan kepada
proses belajar bukan kepada hasil belajar.
Penilaian nyata (authentic assessment) adalah proses yang dilakukan
guru untuk mengumpulkan informasi tentang perkembangan belajar yang
dilakukan siswa. Penilaian ini diperlukan untuk mengetahui apakah siswa
benar-benar atau tidak; apakah pengalaman belajar siswa memiliki pengaruh
yang positif terhadap perkembangan baik intelektual maupun mental siswa.
Proses pembelajaran konvensional yang sering dilakukan guru pada saat ini,
biasanya ditekankan kepada perkembangan aspek intelektual sehingga alat
evaluasi yang digunakan terbatas pada penggunaan tes. Dengan tes dapat
diketahui seberapa jauh siswa telah menguasai materi pelajaran.
Dalam CTL, keberhasilan pembelajaran tidak hanya ditemukan oleh
perkembangan kemampuan intelektual saja, akan tetapi perkembangan
11. 136
seluruh aspek. Hasil belajar seperti hasil tes, akan tetapi juga proses belajar
melalui penilaiannya.
Setiap siswa mempunyai gaya yang berbeda dalam belajar. Perbedaan
yang dimiliki siswa tersebit oleh Bobi Deporter (1992) dinamakan unsur
modalitas belajar. Menurutnya, ada tiga tipe gaya belajar. Menurutnya, ada
tiga tipe gaya belajar siswa, yaitu tipe melihat, artinya siswa akan lebih cepat
belajar dengan cara menggunakan indra penglihatannya. Tipe auditorial
adalah tipe belajar dengan cara menggunakan alat pendengarannya,
sedangkan tipe kinestetis adalah tipe belajar dengan cara bergerak, bekerja
dan menyentuh (Chomaidi & Salamah, 2018:242).
RANGKUMAN
Menggunakan strategi pembelajaran contextual teaching and learning
ini peserta didik akan terlibat aktif dalam proses pembelajaran, sehingga
peserta didik akan dapat pembelajaran yang tidak terlupakan atau
bermakan. Selain itu, dengan mengkaitkan pembelajaran pada lingkungan
sekitar atau pada dunia nyata maka akan membangun kemampuan berpikri
konstruktif peserta didik, dengan begitu peserta didik dapat memecahkan
masalah-masalah yang terjadi dalam kehidupan nyata. Pada pembelajaran
menggunakan contextual taeching and learning ini guru juga dapat
memadukan strategi pembelajaran lainnya seperti, project based learing,
inquiry, problem based learning dan lain sebagainya yang dapat membangun
kemampuan peserta didik dalam berpikir kritis, kreatif dan konstruktif.
LATIHAN
Untuk memperdalam pemahaman anda mengenai materi
diatas, kerjakanlah latihan berikut:
12. 137
1. Pilihlah satu tema dalam pembelajaran di Sekolah Dasar
2. Buatlah rancangan pelaksanaan pembelajaran berdasarkan tema yang
sudah dipilh menggunakan tahapan-tahapan pendekatan pembelajaran
kontekstual
13. 138
DAFTAR PUSTAKA
Dek Ngurah, I Wayan. 2017. Bagaimana Melakukan Penilaian Proses Pada
Pembelajaran Berbasis Inkuiri. Vol. 1 No. (4) pp. 224-230.
(file:///C:/Users/TELPRO/Downloads/12858-15616-1-PB.pdf diakses pada
29 Maret 2020)
Dzikie Agung Prasetyo dan Dwi Widjanarko, “Penerapan Model Pembelajaran
Inkuiri Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Kompetensi
Memelihara Komponen Sistem Bahan Bakar Bensin”, Jurnal Pendidikan
Teknik Mesin, vol.15, no. 2, pp.82-86, Des.2015 .
Lahadisi, “Inkuiri: Sebuah Strategi Menuju Pembelajaran Bermakna”, Jurnal
Al-Ta’dib, vol.7, no.2, pp.87-96, Des.2014.
Kawuwung, Femmy Roosje. 2019. Implementasi Perangkat Pembelajaran
Inkuiri Terbuka Dipadu NHT Dan Kemampuan Akademik. Malang: CV.
Seribu Bintang.
Nurhamidah Nasution, “Pengaruh Penerapan Pembelajaran Inquiru
Terbimbing Menggunakan Macromedia Flash Player Untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Struktur Atom”, Jurnal Pendidikan
Kimia, pp.2-3, 2014.
Nurhani, Yusuf kendek Paluin, dan Dewi Tureni, “Penerapan Metode Inquiry
Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA di Kelas
IV SDN 3 Siwalempu”, Jurnal Kreatif Tadulako Online, vol.4, no.2, pp.91-
92.
Roida Eva Flora Siagan dan Maya Nurfitriyanti, “Metode Pembelajaran Inquiry
Dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Matematika Ditinjau Dari
Kreativitas Belajar”, Jurnal Formatif, pp. 39-40.