SlideShare a Scribd company logo
1 of 18
Download to read offline
247
Jurnal Mubtadiin, Vol. 7 No. 01 Januari-Juni 2021
PEMBELAJARAN KOOPERATIF (COOPERATIVE
LEARNING) DALAM PENGAJARAN PENDIDIKAN
AGAMA ISLAM
Oleh : Ismun Ali
IAI An Nur Lampung
Abstract:
Cooperative learning is a learning method that is carried out by
working together between students, so that later students will
not only achieve success individually or beat each other
between students. But they can also help their study friends
who are below the minimum standard. Thus the social spirit
grows in students. The description below offers to reconstruct
Islamic Religious Education (PAI) learning in schools which
originally used the lecture method to become cooperative
learning methods. With the aim that students do not feel bored
in learning PAI. However, in addition to having advantages,
cooperative learning is also inseparable from weaknesses.
However, its weaknesses are much more manageable or
minimized.
Key Word : Learning, Social, Islam.
Abstrak : Pembelajaran kooperatif merupakan
metode belajar yang dilaksanakan dengan bekerja
sama antar siswa, sehingga nantinya siswa tidak
semata mencapai kesuksesan secara individual atau
saling mngalahakan antar siswa. Namun mereka juga
bisa membantu teman belajarnya yang berkemampuan
di bawah standart minimum. Dengan demikian
tumbuhlah jiwa sosial dalam diri siswa. Uraian di
bawah ini menawarkan untuk merekonstruksi
pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di
248
Jurnal Mubtadiin, Vol. 7 No. 01 Januari-Juni 2021
sekolah yang semula memakai metode ceramah
menjadi metode pembelajaran kooperatif (cooperative
learning). Dengan tujuan agar para siswa tidak merasa
jenuh dalam mempelajari PAI. Sekalipun demikian,
disamping mempunyai kelebihan, pembelajaran
kooperatif juga tidak terlepas dari kelemahan. Namun
kelemahannya jauh lebih bisa diatasi atau
diminimalkan.
Key Word : Pembelajaran, Sosial, Islam.
A. Pendahuluan
Metode ceramah yang digunakan pada
pendidikan Agama Islam mengakibatkan pendidikan
agama Islam terasa mandul dalam mengkonstruk
insan yang ideal. Metode ceramah juga akan
berimplikasi negatif terhadap peserta didik dalam
menyimpan informasi yang didapatkan dari guru
ataupun dari berbagai sumber pembelajaran. Dalam
beberapa laporan penelitian mensinyalir bahwa
terdapat berberapa alasan yang kebanyakan orang
cederung melupakan apa yang mereka dengar. Salah
satu alasan yang paling menarik adalah perbedaan
tingkat kecepatan bicara pengajar dengan tingkat
kecepatan kemampuan siswa mendengarkan. Guru
berbicara kurang lebih 100-200 kata per menit.
Namun, beberapa banyak kata yang dapat siswa
dengar ?. Jika siswa betul-betul berkonsentrasi,
barangkali mereka dapat mendengar antara 50-100
kata permenit. Dan ketika siswa mendengarkan
secara terus menerus, siswa cenderung bosan dan
fikiran mereka akan melayang-layang kemana-
mana.2 Hasil penelitian lain mengungkapkan bahwa,
dengan metode ceramah perhatian siswa berkurang
bersamaan dengan berlalunya waktu, cenderung
mengarah pada tingkat belajar lebih rendah dari
informasi faktual, mengasumsikan bahwa siswa
249
Jurnal Mubtadiin, Vol. 7 No. 01 Januari-Juni 2021
cenderung tidak menyukainya. Oleh sebab itu,
seorang pendidik harus membimbing, mengarahkan
dan menciptakan kondisi belajar yang kondusif bagi
peserta didik sesuai dengan kemampuan potensi yang
mereka miliki. Untuk mencapai pembelajaran yang
aktif dan efektif, guru Pendidikan Agama Islam harus
mengurangi metode ceramah dan mulai
mengembangkan metode lain dengan melibatkan
siswa secara aktif. Salah satu metode pembelajaran
yang melibatkan siswa secara aktif adalah metode
Cooperative Learning. Metode Cooperative Learning
adalah kegiatan belajar mengajar dalam kelompok
kecil, siswa belajar dan bekerjasama untuk sampai
pada pengalaman belajar yang optimal baik
pengalaman individu maupun kelompok.4 Berbagai
hasil penelitian menyimpulkan manfaat Cooperative
Learning tidak hanya menghasilkan prestasi akademik
yang lebih tinggi untuk seluruh siswa namun juga
meningkatkan rasa percaya diri, kemampuan untuk
melakukan hubungan sosial serta mampu
mengembangkan saling kepercayaan sesamanya baik
secara individu maupun kelompok, dan kemampuan
saling membantu dan bekerjasama antar teman. Dan
pula terhindar dari persaiangan antar individu, dengan
kata lain tidak saling mengalahkan antar siswa. Ada
beberapa teknik dalam metode Cooperative learning
diantaranya: teknik mencari pasangan, bertukar
pasang, jigsaw, berfikir berpasangan berempat dan
lain-lain. Teknik Jigsaw dan berfikir berpasangan
berempat adalah metode yang memberikan
kesempatan pada siswa untuk bekerja bersama-sama
dalam kelompok yang beranggotakan 4-5 orang.
Metode Cooperative Learning dapat digunakan
sebagai salah satu alternatif strategi pembelajaran
Pendidikan Agama Islam untuk mencapai tujuan
Pendidikan Agama Islam di SMP yang antara lain
untuk memahami, menghayati, meyakini dan
mengamalkan ajaran Islam sehingga menjadi manusia
250
Jurnal Mubtadiin, Vol. 7 No. 01 Januari-Juni 2021
muslim yang beriman, bertaqwa kepada Allah SWT,
berakhlak mulia dan pada saat yang sama siswa
dapat bekerja sama dengan orang lain serta dapat
meningkatkan prestasi akademik.
B. Pengertian Metode Cooperative Learning
Menurut Johnson dalam B. Santoso Cooperative
Learning adalah kegiatan belajar mengajar secara
kelompok-kelompok kecil, siswa belajar dan
bekerjasama untuk sampai pada pengalaman belajar
yang optimal, baik pengalaman individu maupun
kelompok.5 Sedangkan Nurhadi mengartikan
Cooperative Learning sebagai pembelajaran yang
secara sadar dan sengaja mengembangkan interkasi
yang silih asuh untuk menghindari ketersinggungan
dan kesalahpahaman yang dapat menimbulkan
permasalahan.
Selanjutnya Davidson dan Kroll, sebagaimana
yang dikutip oleh Hamdun, Cooperative Learning
diartikan dengan kegiatan yang berlangsung dalam
lingkungan belajar sehingga siswa dalam kelompok
kecil saling berbagi ide-ide dan bekerja secara
kolaboratif untuk menyelesaikan tugas akademik.
Walhasil, Cooperative Learning adalah metode
pembelajaran yang didasarkan atas kerja kelompok
yang dilakukan untuk mencapai tujuan khusus. Selain
itu juga untuk memecahkan soal dalam memahami
suatu konsep yang didasari rasa tanggung jawab dan
berpandangan bahwa semua siswa memiliki tujuan
sama. Aktivitas belajar siswa yang komunikatif dan
interaktif, terjadi dalam kelompok-kelompok kecil.
Oleh sebab itu, menurut Melvin L. Silberman,
seperti yang dikutip oleh Sutrisno, mengatakan belajar
merupakan konsekuensi otomatis dari penyampaian
informasi kepada siswa. Belajar membutuhkan
keterlibatan mental dan tindakan sekaligus. Pada saat
kegiatan itu aktif, siswa melakukan sebagian besar
pekerjaan belajar. Siswa mempelajari gagasan-
251
Jurnal Mubtadiin, Vol. 7 No. 01 Januari-Juni 2021
gagasan, memecahkan berbagai masalah dan
menerapkan apa yang mereka pelajari. Dengan
mengunakan metode Cooperative Learning,
pembelajaran akan efektif dan berjalan sesuai dengan
fitrah peserta didik sebagai mahluk sosial yaitu
mahluk yang tidak bisa berdiri sendiri, namun selalu
membutuhkan kerjasama dengan orang lain untuk
mempelajari gagasan, memecahkan masalah dan
menerapkan apa yang mereka pelajari. Jelasnya belajar
kooperatif tidak hanya bertujuan menanamkan siswa
terhadap materi yang akan dipelajari namun lebih
menekankan pada melatih siswa untuk mempunyai
kemampuan sosial, yaitu kemampuan untuk saling
bekerjasama, berkelompok dan bertanggung jawab
terhadap sesama teman kelompok untuk mencapai
tujuan umum kelompok.
Metode Cooperative Learning dibangun atas dasar
Konstruktivis Sosial dari Vygotsky, teori
Konstruktivis Personal dari Piaget dan Teori Motivasi.
Menurut prinsip utama teori Vygotsky, perkembangan
pemikiran merupakan proses sosial sejak lahir. Anak
dibantu oleh orang lain (baik orang dewasa maupun
teman sebaya dalam kelompok) yang lebih kompeten
didalam ketrampilan dan teknologi dalam
kebudayaannya. Bagi Vigotsky, aktivitas kolaboratif
diantara anak-anak akan mendukung pertumbuhan
mereka, karena anak-anak yang sesuai lebih senang
bekerja dengan orang yang satu zone (Zone of
Proximal Development, ZPD) dengan yang lain. Pada
pandangan ini, bahwa kepribadian atau kejiwaan dari
pada peserta diteropong secara keseluruhan, artinya
bagian atau elemen kejiwaan tidak berdiri sendiri,
melainkan terorganisir menjadi suatu keseluruhan.
Oleh sebab itu, tidak mengherankan dalam
pembelajaran Cooperative Learning sangat
mengutamakan keseluruhan (holistik) dari pada bagian
kecil dalam proses pembelajaran yang mengutamakan
kerja kelompok.
252
Jurnal Mubtadiin, Vol. 7 No. 01 Januari-Juni 2021
Secara sederhana teori Konstruktivisme itu
beranggapan bahwa pengetahuan merupakan
konstruksi dari mengetahui sesuatu. Pengetahuan kita
bukanlah suatu fakta yang tinggal ditemukan,
melainkan suatu perumusan atau formulasi yang
diciptakan oleh seseorang yang mempelajarinya. Teori
Konstruktivisme tidak bertujuan mengerti tentang
realitas, tetapi lebih hendak melihat bagaimana suatu
proses, dalam hal ini adalah pembelajaran, dari tidak
mengetahui menjadi mengetahui sesuatu tersebut.
Maka dalam pandangan ini belajar merupakan suatu
proses aktif dari peserta didik untuk mengkonstruksi
makna, pengalaman fisik dan sebagainya. Sedangkan
Piaget juga melihat pentingnya hubungan sosial dalam
membentuk pengetahuan. Interaksi kelompok berbeda
secara kualitatif dan juga lebih kuat dari pada interaksi
orang dewasa dan anak-anak dalam mempermudah
perkembangan kognitif. Posisi teori Piaget dalam
belajar kooperatif ditujukan terutama kepada siswa
yang berkemampuan tinggi agar mampu membangun
pengetahuan sendiri melalui interaksi dengan
lingkungan. Sebab, lingkungan insani maupun
lingkungan physik merupakan sumber yang
berpengaruh terhadap perkembangan kepribadian dan
kemampuan peserta didik. Dengan demikian ia mampu
menjadi perancah (scaffolding) bagi teman-temannya
yang lain.
Menurut teori motivasi yang dikemukakan oleh
Slavin bahwa motivasi belajar pada pembelajaran
kooperatif terutama difokuskan pada penghargaan atas
struktur tujuan tempat peserta didik beraktivitas.
Menurut pandangan ini, memberikan penghargaan
kepada kelompok berdasarkan penampilan kelompok
akan menciptakan struktur penghargaan antar
perorangan di dalam suatu kelompok sedemikian
hingga anggota kelompok itu saling memberi
penguatan sosial sebagai respon terhadap upaya-upaya
berorientasi kepada tugas kelompok.
253
Jurnal Mubtadiin, Vol. 7 No. 01 Januari-Juni 2021
Metode Cooperative Learning diterapkan melalui
kelompok kecil pada semua mata pelajaran dan tingkat
umur disesuaikan dengan kondisi dan situasi
pembelajaran. Keanggotaan kelompok terdiri dari
siswa yang berbeda (heterogen) baik dalam
kemampuan akademik, jenis kelamin dan etnis, latar
belakang sosial dan ekonomi. Dalam hal kemampuan
akademis, kelompok pembelajaran Cooperative
Learning biasanya terdiri dari satu orang
berkemampuan tinggi, dua orang dengan kemampuan
sedang dan satu yang lainnya dari kelompok
kemampuan akademis kurang. Cooperative Learning
bertujuan untuk mengkomunikasikan siswa belajar,
menghindari sikap persaingan dan rasa individualitas
siswa, khususnya bagi siswa yang berprestasi rendah
dan tinggi.
C. Unsur-unsur Metode Cooperative Learning
Menurut Roger dan David Johnson dalam Anita
Lie, tidak semua kerja kelompok bisa dianggap
sebagai Cooperative Learning. Untuk memperoleh
manfaat yang diharapkan dari implementasi
pembelajaran kooperatif, Johnson dan Johnson
menganjurkan lima unsur penting yang harus dibangun
dalam aktivitas intruksional, mencakup:
a. Saling Ketergantungan Positif (Positif
Interdependence)
b. Interaksi Tatap Muka (Face to Face Interaction)
c. Tanggung Jawab Individual (Individual
Accountability)
d. Ketrampilan Sosial (Sosial skill), dan
e. Evaluasi Proses Kelompok (Group debrieving).
a. Saling Ketergantungan Positif (Positif
Interdependence)
Keberhasilan kelompok sangat tergantung pada usaha
setiap anggotanya. Untuk menciptakan kelompok
kerja yang efektif, pengajar perlu menyusun tugas
254
Jurnal Mubtadiin, Vol. 7 No. 01 Januari-Juni 2021
sedemikian rupa, sehingga setiap anggota kelompok
harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain
bisa mencapai tujuan mereka. Dalam metode
Jigsaw, Aronson menyarankan jumlah anggota
kelompok dibatasi sampai dengan empat orang saja
dan keempat anggota ini ditugaskan membaca bagian
yang berlainan. Keempat anggata ini lalu berkumpul
dan bertukar informasi. Selanjutnya, pengajar akan
mengevaluasi mereka mengenai seluruh bagian.
Dengan cara ini, maka setiap anggota merasa
bertanggung jawab untuk menyelesaikan tugasnya
agar yang lain dapat berhasil.
b. Interaktif Tatap Muka (Face to Face
Interaction)
Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk
bertemu muka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini
akan memberikan para pembelajar untuk membentuk
sinergi yang menguntungkan semua anggota. Hasil
pemikiran beberapa orang akan lebih kaya dari pada
hasil pemikiran dari satu orang saja. Lebih jauh lagi,
hasil kerja sama ini jauh lebih besar dari pada jumlah
hasil masing-masing anggota.
Dan kegiatan interaktif tatap muka ini juga
akan berimplikasi pada kecerdasan interpersonal antar
sesama anggota atau lawan tatap muka. Proses ini
bisa dipresentasikan dengan kerja kelompok atau
pembentukan kelompok kecil untuk mencapai tujuan
pembelajaran umum atau pendidikan agama Islam
pada khususnya. Inti dari sinergi ini adalah
menghargai perbedaan, memanfaatkan kelebihan dan
mengisi kekurangan masing-masing. (Thomas
Amstrong: 2004, 121)
c. Tanggung Jawab Individual (Individual
Accountability)
Unsur ini merupakan akibat langsung dari unsur
yang pertama. Jika tugas dan pola penilaian dibuat
menurut prosedur model Cooperative Learning setiap
255
Jurnal Mubtadiin, Vol. 7 No. 01 Januari-Juni 2021
siswa akan merasa bertanggung jawab untuk
melakukan yang terbaik. Kunci keberhasilan metode
kerja kelompok adalah persiapan guru dalam
menyusun tugas. Dalam tekhnik Jigsaw, bahan bacaan
dibagi menjadi empat bagian dan masing-masing
Pembelajar mendapat dan membaca satu bagian.
Dengan cara demikian, pembelajar yang tidak
melaksanakan tugasnya akan ketahui dengan jelas dan
mudah. Rekan- rekannya dalam satu kelompok dapat
membantu dan memberikan dorongan untuk
memahami dari materi serta akan menuntut untuk
melaksanakan tugasnya agar tidak menghambat yang
lain. Hal tersebut senada dengan perincian dari Imam
dan Taqwa oleh Djamaluddin dan Abdullah Aly dalam
bukunya “Kapita Selekta Pendidikan Islam”, yang
salah satunya adalah memiliki tanggung jawab
kemasyarakatan dan kebangsaan. (Djamaluddin dan
Abdulllah Aly: 1999, 41)
d. Ketrampilan social (Social skill)
Yang dimaksud dengan ketrampilan sosial adalah
ketrampilan dalam berkomunikasi dalam kelompok.
Sebelum menugaskan siswa dalam kelompok,
pengajar perlu mengajarkan cara-cara berkomunikasi.
Tidak setiap siswa mempunyai keahlian
mendengarkan dan kemampuan untuk mengutarakan
pendapat mereka. Adakalanya pembelajar perlu
diberitahu secara eksplisit mengenai cara-cara
berkomunikasi secara efektif seperti bagaimana cara
menyanggah pendapat orang lain tanpa harus
menyinggung perasaan orang tersebut.
e. Evaluasi proses kelompok (Group Debrieving)
Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi
kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok
dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya bisa
bekerja sama dengan lebih efektif. Waktu evaluasi ini
tidak perlu diadakan setiap kali ada belajar kelompok,
melainkan bisa diadakan selang beberapa waktu
setelah beberapa kali pembelajaran terlibat dalam
256
Jurnal Mubtadiin, Vol. 7 No. 01 Januari-Juni 2021
kegiatan pembelajaran.
Hal ini akan memunculkan kecakapan personal
(personal skill), yang mencakup kecakapan mengenai
diri (self awareness) dan kecakapan berfikir rasional
(thinking skill). Kecakapan diri itu pada dasarnya
merupakan penghayatan diri sebagai mahluk Tuhan
Yang Maha Esa, anggota masyarakat dan warga
negara, serta menyadari dan mensyukuri kelebihan dan
kekurangan yang dimiliki, sekaligus menjadikannya
sebagai individu yang bermanfaat bagi diri sendiri dan
lingkungannya. (Tim Broad Based Education: tt, 10)
D. Tehnik-Tehnik Dalam Cooperative Learning
Terdapat beberapa tehnik dalam metode
Cooperative Learning. Meski demikian guru tidak
harus terpaku pada satu strategi saja. Guru dapat
memilih dan memodifikasi sendiri teknik-teknik
dalam metode Cooperative Learning sesuai
dengan situasi kelas. Dalam satu jam/ sesi
pelajaran, guru juga bisa memakai lebih -dari satu
tekhnik.
Berikut beberapa tekhnik belajar dalam
Cooperative Learning:
a. STAD (Student Team Achievement
Devision)
STAD dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-
temannya di Universitas John Hopkin. Guru yang
menggunakan STAD, juga mengacu kepada belajar
kelompok siswa setiap minggu menggunakan
presentasi verbal dan teks. Dalam satu kelompok
siswa terdiri dari 4-5 orang yang heterogen. Anggota
team menggunakan lembar kegiatan atau perangkat
pembelajaran yang lain untuk menuntaskan materi
dan kemudian saling membantu satu sama lain
untuk memahami bahan pelajaran melalui tutorial,
kuis atau diskusi. Secara individu setiap minggu
siswa diberi kuis. Kuis diskor dan tiap individual
257
Jurnal Mubtadiin, Vol. 7 No. 01 Januari-Juni 2021
diberi skor perkembangan. (Muslimin Ibrohimin:
2000, 20)
b. Jigsaw
Strategi ini merupakan strategi yang menarik untuk
digunakan jika materi yang akan dipelajari dapat
dibagi menjadi beberapa bagian dan materi tersebut
tidak mengharuskan urutan penyampaian. Jigsaw
dikembangkan oleh Aronson. Teknik ini dapat
digunakan dalam pembelajaran membaca, menulis,
mendengarkan ataupun berbicara. Teknik ini
menggabungkan keempatnya. Teknik ini juga dapat
digunakan dalam beberapa mata pelajaran, seperti
Ilmu Pengerahuan Alam, Ilmu Pengetahuan Sosial,
Matematika, Agama dan Bahasa. Dalam satu
kelompok siswa memiliki latar belakang heterogen.
Dalam tekhnik ini siswa menjadi “tenaga ahli”
tentang sebuah topik dengan cara bekerjasama dengan
para anggota dari kelompok lain yang telah ditetapkan
sesuai dengan keahlian dengan topik tersebut. Setelah
kembali kepada kelompok mereka masing-masing
siswa mengajar kelompoknya. Pada akhirnya, semua
siswa akan dievaluasi pada semua aspek yang
berhubungan dengan topik tersebut. Kelebihan
strategi ini adalah dapat melibatkan seluruh siswa
dalam belajar dan sekaligus mengajarkan kepada
siswa lainnya. Dalam hal ini, siswa dapat bekerja
sama antar siswa lainnya untuk belajar lebih efektif
dan juga untuk memberikan kesempatan pada siswa
lainnyaberinteraksi lebih inten dengan yang lainnya.
c. Group Investigation (Investigasi Kelompok)
Strategi model ini merupakan suatu strategi yang
memberikan keleluasan pada siswa untuk
berkelompok dan berkomunikasi antar sesama
kelompok untuk memunculkan kreasi, ide-ide dan
juga solusi yang lebih mengena terhadap
permasalahan yang dihadapi kelompok tersebut.
258
Jurnal Mubtadiin, Vol. 7 No. 01 Januari-Juni 2021
Bahkan dengan metode ini juga memberikan pada
siswa untuk berinteraksi dengan kelompok yang
lainnya. Model ini pertama kali dicetuskan oleh John
Dewey, kemudian model ini lebih dipertajam dan
dikembangkan beberapa tahun kemudian oleh Shlomo
dan Yael Sharan dan Rachel Hertz-Lazarowitz di Israel.
Teknik ini memerlukan norma dan struktur kelas yang
lebih rumit serta mengajarkan siswa ketrampilan
komunikasi dan proses kelompok yang baik. Dalam
Investigasi kelompok guru membagi siswa dalam
beberapa kelompok yang anggotanya heterogen.
Selanjutnya siswa memilih topik untuk diselidiki dan
kemudian menyiapkan serta mempresentasikan
laporannya kepada seluruh kelas.
d. Numbered Head Together
Tehnik ini dikembangkan oleh Spenser Kagan untuk
melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi
yang tercakup dalam suatu pembelajaran dan
mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran
tersebut. Guru melempar pertanyaan, lalu para siswa
berkonsultasi sekedar untuk meyakinkan apakah setiap
siswa tersebut telah mengetahui jawaban dari soal
tersebut. Setelah itu, seorang siswa dipanggil untuk
menjawab pertanyaan.
e. Think-Pair-Share (Berfikir-Berpasangan-
Berempat)
Tehnik ini merupakan tekhnik yang sederhana,
namun sangat bermanfaat. Telah dikembangkan oleh
Frank Lyman di University of Maryland. Sesuai
dengan namanya, tekhnik ini dilakukan dalam tiga
tahapan. Guru memberikan pelajaran untuk seluruh
kelas, siswa berada pada teamnya masing-masing.
Kemudian guru mengajukan pertanyaan untuk seluruh
kelas, siswa memikirkan jawabannya sendiri- sendiri
(think). Kemudian siswa berpasangan dengan teman
sebayanya untuk saling mencocokkan jawabannya
(pair). Dan akhirnya, guru meminta siswa untuk
berbagi dengan seluruh kelas tentang apa yang telah
259
Jurnal Mubtadiin, Vol. 7 No. 01 Januari-Juni 2021
dibicarakan (share).
E. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran
Kooperatif
Belajar kooperatif mempunyai beberapa kelebihan.
Kelebihan belajar kooperati menurut Hill & Hill
(1993: 1-6) adalah (1) meningkatkan perestasi siswa, (2)
memperdalam pemahaman siswa, (3) menyenangkan
siswa, (4) mengembangkan sikap kepemimpinan, (5)
menembangkan sikap positif siswa, (6)
mengembangkan sikap menghargai diri sendiri, (7)
membuat belajan secara inklusif, (8) mengembangkan
rasa saling memiliki, dan (9) mengembangkan
keterampilan untuk masa depan. Selain mempunyai
kelebihan, belajar kooperatif juga mempunyai
beberapa kelemahan. Menurut Dess (1991: 411)
beberapa kelemahan belajar kooperatif adalah (1)
membutuhkan waktu yang lama bagi siswa, sehingga
sulit mencapai target kurikulum, (2) membutuhkan
waktu yamg lama untuk guru sehingga kebanyakan
guru tidak mau menggunakan strategi kooperatif, (3)
membutuhkan kemampuan khusus guru sehingga
tidak semua guru dapat melakukan atau menggunakan
strategi belajar kooperatif, dan (4) menuntut sifat
tertentu dari siswa, misalnya sifat suka bekerja sama.
F. Pendidikan Agama Islam
1. Pengertian Pendidikan Islam
Di dalam khazanah pemikiran pendidikan Islam
terutama karya-karya ilmiah berbahasa Arab, terdapat
berbagai istilah yang digunakan oleh ulama’ dalam
memberikan pengertian tentang “Pendidikan Islam”
dan sekaligus untuk diterapkan dalam konteks yang
berbeda-beda. Menurut Zakiyah Daradjat, pendidikan
Islam didefinisikan dengan suatu usaha untuk
membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa
dapat memahami ajaran Islam secara menyeluruh.
Lalu menghayati tujuan, yang pada akhirnya dapat
260
Jurnal Mubtadiin, Vol. 7 No. 01 Januari-Juni 2021
mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai
pandangan hidup. Definisi lain menyebutkan bahwa
pendidikan Islam merupakan proses yang
mengarahkan manusia pada kehidupan yang baik dan
mengangkat derajat kemanusiaannya sesuai dengan
kemampuan fitrah dan kemampuan ajarnya (pengaruh
dari luar). Pendidikan Islam itu menurut Hasan
Langgulung, seperti yang di kutip oleh Muhaimin
bahwa Pendidikan Islam setidaknya tercakup dalam
delapan pengertian yaitu: Al-tarbiyah al-diniyah
(pendidikan keagamaan), ta’lim al-din (pengajaran
agama), al-ta'lim al-diny (pengajaran keagamaan), a1-
ta'lim al-islamy (pengajaran keIslaman), tarbiyah al-
muslimin (pendidikan orang-orang islam), al- tarbiyah
fi al-islam (pendidikan dalam islam) al-tarbiyah inda'
al-muslimin (pendidikan dikalangan orang-orang
Islam) dan al-tarbiyah al-Islamy (pendidikan Islam).
Para ahli pendidikan Islam bisaanya telah menyoroti
istilah-istilah tersebut yaitu istilah At-Ta’diib, At-
Ta’liim dan At- tarbiyah dari aspek perbedaan antara
pendidikan dan pengajaran. Prof. DR. Muhammad
Athiyyah al-Abrasyi dan Prof. DR. Mahmud Yunus
menyatakan bahwa istilah Tarbiyah dan Ta’llim dari
segi makna istilah maupun aplikasinya memiliki
perbedaan mendasar, mengingat dari segi makna
istilah tarbiyah berarti mendidik, sementara ta’liim
berarti mengajar, dua istilah tersebut secara
substansial tidak bisa disamakan. Imam Baidawi
mengatakan bahwa istilah pendidikan (tarbiyah) lebih
cocok untuk digunakan dalam pendidikan lslam.
Sedangkan DR. Abdul Fattah Jalal dari hasil
kajiannya berkesimpulan bahwa istilah pengajaran
(ta’llim) lebih luas jangkauannya dan lebih umum
sifatnya dari pada pendidikan. Di kalangan penulis
Indonesia istilah pendidikan bisaanya lebih diarahkan
pada pembinaan watak, moral, sikap, dan
kepribadian, atau lebih mengarah pada afektif,
sementara pengajaran lebih diarahkan pada
261
Jurnal Mubtadiin, Vol. 7 No. 01 Januari-Juni 2021
penguasaan ilmu pengetahuan atau menonjolkan
dimensi kognitif dan psikomotor. Kajian lainnya
berusaha membandingkan dua istilah di atas dengan
istilah ta’dib, sebagaimana dikatakan oleh Syed
Naquib al-Attas, yang lahir di Bogor Jawa Barat pada
tanggal 5 September 1931 dan kini menjadi warga
negara Malaysia, seperti yang dikutip oleh Abd.
Halim Soebahar bahwa dari hasil kajiannya
ditemukan bahwa istilah ta’dib lebih tepat untuk di
gunakan dalam konteks pendidikan Islam, dan kurang
setuju terhadap penggunaan istilah tarbiyah dan
ta’lim. Terminologi di atas, terkesan belum
terlihatnya penekanan pada nilai-nilai religius sebagai
nilai yang tidak terlepaskan pada diri manusia dan
sebagai nilai kontrol. Untuk itu, para ahli ilmuan
muslim yang lain, mencoba untuk mendefinisikan
terminologi pendidikan dalam perspektif Islam yang
secara khusus pada beberapa visi antara lain: Prof. H.
M. Arifin, memandang bahwa, pendidikan Islam
adalah “suatu proses sistem pendidikan yang
mencakup seluruh aspek kehidupan yang dibutuhkan
oleh hamba Allah (anak didik) dengan berpedoman
pada ajaran Islam”. Dan pendidikan Islam merupakan
usaha dari orang dewasa (muslim) yang bertaqwa,
yang secara sadar mengarahkan dan membimbing
pertumbuhan dan perkembangan fitrah (potensi dasar)
anak didik melalui ajaran Islam kearah titik maksimal
pertumbuhan dan perkembangan. Sedangkan Burlian
Somad, seperti yang dikutip oleh Djamaluddid dalam
bukunya “Kapita Selekta Pendidikan Islam”,
mengatakan bahwa pendidikan Islam sebagai
pendidikan yang bertujuan membentuk individu
menjadi makhluk yang bercorak diri, berderajat tinggi
menurut ukuran Allah dan isi pendidikannya adalah
mewujudkan tujuan itu, yaitu ajaran Allah.
Sedangkan Ahmad D. Marimba, melihat bahwa
pendidikan Islam adalah suatu konsep yang berupa
bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum-
262
Jurnal Mubtadiin, Vol. 7 No. 01 Januari-Juni 2021
hukum agama Islam menuju terbentuknya kepribadian
utama menurut ukuran-ukuran Islam. Dengan
demikian, memungkinkan anak didik –baca peserta
didik- dapat hidup sesuai dengan perkembangan
lingkungan di mana iaberada.
Pengertian di atas juga sejalan dengan hasil seminar
Islam se-Indonesia tanggal 7 sampai dengan tanggal
11 Mei 1960 di Cipayung-Bogor” bahwa Pendidikan
Islam adalah bimbingan terhadap pertumbuhan
menurut ajaran Islam dengan hikmah mengarahkan,
mengajarkan, melatih, mengasuh dan mengawasi
berlakunya semua ajaran Islam”. Dari pengertian
yang dibangun oleh ilmuan muslim dalam
mendefinisikan pendidikan Islam tersebut di atas,
maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan Islam
adalah rangkaian proses sistematis, terencana dan
komprehensif dalam upaya mentransfer nilai-nilai
kepada peserta didik, mengembangkan potensi yang
ada pada diri anak didik sehinggga mampu
melaksanakan tugasnya di muka bumi dengan sebaik-
baiknya, sesuai dengan nilai-nilai Ilahiyah yang
didasarkan pada ajaran agama (Al-Qur’an dan Al-
Hadist) pada semua dimensi kehidupannya.
Dengan dimensi tersebut, akan berimplikasi pada
pendidikan itu sendiri, antara lain:
a. Pendidikan dilakukan oleh pendidik yang benar-
benar kompeten di bidangnya, tanpa
terkelupasnya nilai agama pada dirinya.
b. Pendidikan dilakukan dengan berdasarkan
normatif Ilahiyah.
c. Pendidikan di lakukan sesuai dengan potensi
anak didik.
d. Pendidikan tidak hanya sekedar berorientasi
pada kehidupan duniawi, akan tetapi juga
berorientasi pada kehidupan ukhrawi.
e. Pendidikan harus bertanggung jawab penuh pada
perkembangan anak didik, baik kepada
masyarakat maupun kepada Allah.
f. Pendidik harus merencanakan dan melaksanakan
263
Jurnal Mubtadiin, Vol. 7 No. 01 Januari-Juni 2021
kegiatan pendidikan sesuai dengan Sunnatullah.
g. Proses pendidikan harus melihat semua saluran,
baik saluran formal. Informal, maupun
nonformal, dalam upaya mengembangkan
pribadi anak didik sehingga mampu menangkal
nilai-nilai amoral.
Dari implikasi tersebut di atas, akan terciptalah suatu
interaksi yang komunikatif antara pendidik dan anak
didik dan masyarakat secara integral dalam upaya
meningkatkan generasi yang berkualitas, beriman dan
bertaqwa kepada khaliknya.
A. Penutup
Tulisan ini berupaya untuk menawarkan
pendekatan active learning dalam Pendidikan Agama
Islam di Sekolah. Demikian ini menjadi penting agar
metode pengajaran Pendidikan Islam hanya
melakukan pengulangan demi pengulangan yang tak
berkesudahan. Metode ini dirasakan menjadi bentuk
reformasi pengajaran pendidikan agama Islam di
sekolah agar sesuai dengan perubahan semangat
zaman di masa sekarang.
Tentunya, dengan segala kekurangannya,
metode ini perlu diapresiasi menjadi salah satu solusi
kebuntuan metode pendidikan di masa sekarang.
Daftar Pustaka
Aly, Djamaluddin dan Abdulllah. Kapita Selekta
Pendidikan Islam.
Bandung: CV. Pustaka Setia. 1999.
B Santos, Cooperative Learning: Penerapan
Tekhnik Jigsaw Dalam Pembelajaran Bahasa
Indonesia di SLTP. Buletin Pelangi
Pendidikan. Vol. 1. No. 1. 1999.
Lie, Anita. Cooperative Learning. Jakarta: PT.
264
Jurnal Mubtadiin, Vol. 7 No. 01 Januari-Juni 2021
Gramedia Widiasarana. 2002.
Majid, Abdul, S. Ag. Pendidikan Agama Islam
Berbasis Kompetensi: Konsep Dan
Implementasi Kurikulum 2004. Bandung: PT.
Rosda Karya. 2005.
Nurhadi, Pembelajaran Kontekstual dan
Penerapannya Dalam KBK.
Malang: Universitas Negeri Malang. 2003.
Sardiman A. M, Interaksi Dan Motivasi Belajar
Mengajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada. 2007.
Silberman, Malvin L, Active Learning Page: 101.
Strategi to Teach Any Subject. Terjemahan oleh
Sardjuli.dkk. Massachusetts: United States of
America. 1996.
Soebahar, Abd. Halim, Drs. H. MA. Wawasan
Baru Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam
Mulia. 2002.
Sutrisno, Revolusi Pendidikan di Indonesia:
Membedah Metode dan Tehnik Pendidikan
Berbasis Kompetensi. Yogjakarta: Ar-Ruzz.
2005.
Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan Dengan
Pendekatan Baru.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 2002.

More Related Content

Similar to Pembelajaran Kooperatif dalam Pendidikan Agama Islam

Makalah analisis koloid
Makalah analisis koloidMakalah analisis koloid
Makalah analisis koloidsanradamanik
 
Kepentingan Teori Pembelajaran Konstruktivisme dan Implikasi terhadap Pengaja...
Kepentingan Teori Pembelajaran Konstruktivisme dan Implikasi terhadap Pengaja...Kepentingan Teori Pembelajaran Konstruktivisme dan Implikasi terhadap Pengaja...
Kepentingan Teori Pembelajaran Konstruktivisme dan Implikasi terhadap Pengaja...Atifah Ruzana Abd Wahab
 
Strategi mengembangkan mutu pendidikan melalui pendekatan paikem
Strategi mengembangkan mutu pendidikan melalui pendekatan paikemStrategi mengembangkan mutu pendidikan melalui pendekatan paikem
Strategi mengembangkan mutu pendidikan melalui pendekatan paikemSyam Sheya
 
Pembelajaran aktif dalam pendidikan moral
Pembelajaran aktif dalam pendidikan moralPembelajaran aktif dalam pendidikan moral
Pembelajaran aktif dalam pendidikan moralNormarini Norzan
 
Peran Guru dalam Proses Belajar dan Pembelajaran
Peran Guru dalam Proses Belajar dan PembelajaranPeran Guru dalam Proses Belajar dan Pembelajaran
Peran Guru dalam Proses Belajar dan PembelajaranRosida Marasabessy
 
Upaya meningkatkan prestasi belajar siswa
Upaya meningkatkan prestasi belajar siswaUpaya meningkatkan prestasi belajar siswa
Upaya meningkatkan prestasi belajar siswaMar Tunis
 
REFLEKSI PROSES.docx
REFLEKSI PROSES.docxREFLEKSI PROSES.docx
REFLEKSI PROSES.docxAdhitSupardi
 
Model Pembelajaran Inovatif Tipe Jigsaw
Model Pembelajaran Inovatif Tipe JigsawModel Pembelajaran Inovatif Tipe Jigsaw
Model Pembelajaran Inovatif Tipe JigsawAdelia Ibrahim
 
Model pembelajaran inovatif tipe jigsaw
Model pembelajaran inovatif tipe jigsawModel pembelajaran inovatif tipe jigsaw
Model pembelajaran inovatif tipe jigsawRobiatul Bangkawiyah
 
01. sosialisai pendampingan belajar guru IPS.pdf
01. sosialisai pendampingan belajar guru IPS.pdf01. sosialisai pendampingan belajar guru IPS.pdf
01. sosialisai pendampingan belajar guru IPS.pdfZULPANSSi
 
Model pembelajaran kooperatif
Model pembelajaran kooperatifModel pembelajaran kooperatif
Model pembelajaran kooperatifSaleha Salleh
 
Strategi mengembangkan mutu pendidikan melalui pendekatan paikem
Strategi mengembangkan mutu pendidikan melalui pendekatan paikemStrategi mengembangkan mutu pendidikan melalui pendekatan paikem
Strategi mengembangkan mutu pendidikan melalui pendekatan paikemSyam Sheya
 
Cooperative learning fitri masturoh pai 3
Cooperative learning fitri masturoh pai 3Cooperative learning fitri masturoh pai 3
Cooperative learning fitri masturoh pai 3fitri masturoh
 
Pembelajaran kooperatif .....
Pembelajaran kooperatif .....Pembelajaran kooperatif .....
Pembelajaran kooperatif .....arif08
 
Model pembelajaran kolaborasi
Model pembelajaran kolaborasiModel pembelajaran kolaborasi
Model pembelajaran kolaborasiBebek007
 
Strategi pembelajaran kooperatif pak agus copy
Strategi pembelajaran kooperatif pak agus   copyStrategi pembelajaran kooperatif pak agus   copy
Strategi pembelajaran kooperatif pak agus copyanida juita
 
Strategi pembelajaran orang_dewasa-1
Strategi pembelajaran orang_dewasa-1Strategi pembelajaran orang_dewasa-1
Strategi pembelajaran orang_dewasa-1Rery Novio
 
Pendekatan strategi metode dan teknik pembelajaran yang diterapkan sebagai sc...
Pendekatan strategi metode dan teknik pembelajaran yang diterapkan sebagai sc...Pendekatan strategi metode dan teknik pembelajaran yang diterapkan sebagai sc...
Pendekatan strategi metode dan teknik pembelajaran yang diterapkan sebagai sc...dododdwi1
 

Similar to Pembelajaran Kooperatif dalam Pendidikan Agama Islam (20)

Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Makalah analisis koloid
Makalah analisis koloidMakalah analisis koloid
Makalah analisis koloid
 
Kepentingan Teori Pembelajaran Konstruktivisme dan Implikasi terhadap Pengaja...
Kepentingan Teori Pembelajaran Konstruktivisme dan Implikasi terhadap Pengaja...Kepentingan Teori Pembelajaran Konstruktivisme dan Implikasi terhadap Pengaja...
Kepentingan Teori Pembelajaran Konstruktivisme dan Implikasi terhadap Pengaja...
 
Strategi mengembangkan mutu pendidikan melalui pendekatan paikem
Strategi mengembangkan mutu pendidikan melalui pendekatan paikemStrategi mengembangkan mutu pendidikan melalui pendekatan paikem
Strategi mengembangkan mutu pendidikan melalui pendekatan paikem
 
Pembelajaran aktif dalam pendidikan moral
Pembelajaran aktif dalam pendidikan moralPembelajaran aktif dalam pendidikan moral
Pembelajaran aktif dalam pendidikan moral
 
Peran Guru dalam Proses Belajar dan Pembelajaran
Peran Guru dalam Proses Belajar dan PembelajaranPeran Guru dalam Proses Belajar dan Pembelajaran
Peran Guru dalam Proses Belajar dan Pembelajaran
 
Upaya meningkatkan prestasi belajar siswa
Upaya meningkatkan prestasi belajar siswaUpaya meningkatkan prestasi belajar siswa
Upaya meningkatkan prestasi belajar siswa
 
REFLEKSI PROSES.docx
REFLEKSI PROSES.docxREFLEKSI PROSES.docx
REFLEKSI PROSES.docx
 
Model Pembelajaran Inovatif Tipe Jigsaw
Model Pembelajaran Inovatif Tipe JigsawModel Pembelajaran Inovatif Tipe Jigsaw
Model Pembelajaran Inovatif Tipe Jigsaw
 
Model pembelajaran inovatif tipe jigsaw
Model pembelajaran inovatif tipe jigsawModel pembelajaran inovatif tipe jigsaw
Model pembelajaran inovatif tipe jigsaw
 
01. sosialisai pendampingan belajar guru IPS.pdf
01. sosialisai pendampingan belajar guru IPS.pdf01. sosialisai pendampingan belajar guru IPS.pdf
01. sosialisai pendampingan belajar guru IPS.pdf
 
Model pembelajaran kooperatif
Model pembelajaran kooperatifModel pembelajaran kooperatif
Model pembelajaran kooperatif
 
Strategi mengembangkan mutu pendidikan melalui pendekatan paikem
Strategi mengembangkan mutu pendidikan melalui pendekatan paikemStrategi mengembangkan mutu pendidikan melalui pendekatan paikem
Strategi mengembangkan mutu pendidikan melalui pendekatan paikem
 
Cooperative learning fitri masturoh pai 3
Cooperative learning fitri masturoh pai 3Cooperative learning fitri masturoh pai 3
Cooperative learning fitri masturoh pai 3
 
Pembelajaran kooperatif .....
Pembelajaran kooperatif .....Pembelajaran kooperatif .....
Pembelajaran kooperatif .....
 
Model pembelajaran kolaborasi
Model pembelajaran kolaborasiModel pembelajaran kolaborasi
Model pembelajaran kolaborasi
 
Strategi pembelajaran kooperatif pak agus copy
Strategi pembelajaran kooperatif pak agus   copyStrategi pembelajaran kooperatif pak agus   copy
Strategi pembelajaran kooperatif pak agus copy
 
Strategi pembelajaran orang_dewasa-1
Strategi pembelajaran orang_dewasa-1Strategi pembelajaran orang_dewasa-1
Strategi pembelajaran orang_dewasa-1
 
Pendekatan strategi metode dan teknik pembelajaran yang diterapkan sebagai sc...
Pendekatan strategi metode dan teknik pembelajaran yang diterapkan sebagai sc...Pendekatan strategi metode dan teknik pembelajaran yang diterapkan sebagai sc...
Pendekatan strategi metode dan teknik pembelajaran yang diterapkan sebagai sc...
 
3. bab i
3. bab i3. bab i
3. bab i
 

More from irwan prayogo

ModelPembelajaranDalamPendidikanJasmani.pdf
ModelPembelajaranDalamPendidikanJasmani.pdfModelPembelajaranDalamPendidikanJasmani.pdf
ModelPembelajaranDalamPendidikanJasmani.pdfirwan prayogo
 
LK. 2.2 Menentukan Solusi_Rika Rosikah.pdf
LK. 2.2 Menentukan Solusi_Rika Rosikah.pdfLK. 2.2 Menentukan Solusi_Rika Rosikah.pdf
LK. 2.2 Menentukan Solusi_Rika Rosikah.pdfirwan prayogo
 
adminpjk,+ARTIKEL+GST.+NGR.+RAI.pdf
adminpjk,+ARTIKEL+GST.+NGR.+RAI.pdfadminpjk,+ARTIKEL+GST.+NGR.+RAI.pdf
adminpjk,+ARTIKEL+GST.+NGR.+RAI.pdfirwan prayogo
 
gautama,+14.+Fikri+Nur+Syamsu+344-350.pdf
gautama,+14.+Fikri+Nur+Syamsu+344-350.pdfgautama,+14.+Fikri+Nur+Syamsu+344-350.pdf
gautama,+14.+Fikri+Nur+Syamsu+344-350.pdfirwan prayogo
 
1754-Article Text-4297-1-10-20220131.pdf
1754-Article Text-4297-1-10-20220131.pdf1754-Article Text-4297-1-10-20220131.pdf
1754-Article Text-4297-1-10-20220131.pdfirwan prayogo
 
Contoh Surat Undangan Karang Taruna(helpshared.com).docx
Contoh Surat Undangan Karang Taruna(helpshared.com).docxContoh Surat Undangan Karang Taruna(helpshared.com).docx
Contoh Surat Undangan Karang Taruna(helpshared.com).docxirwan prayogo
 
BG PJOK K4 K13 Revisi 2019 (datadikdasmen.com).pdf
BG PJOK K4 K13 Revisi 2019 (datadikdasmen.com).pdfBG PJOK K4 K13 Revisi 2019 (datadikdasmen.com).pdf
BG PJOK K4 K13 Revisi 2019 (datadikdasmen.com).pdfirwan prayogo
 
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran-Rencana Aksi I_Rika Rosikah.pdf
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran-Rencana Aksi I_Rika Rosikah.pdfRencana Pelaksanaan Pembelajaran-Rencana Aksi I_Rika Rosikah.pdf
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran-Rencana Aksi I_Rika Rosikah.pdfirwan prayogo
 
RPP ASktivitas Senam Lantai.docx
RPP ASktivitas Senam Lantai.docxRPP ASktivitas Senam Lantai.docx
RPP ASktivitas Senam Lantai.docxirwan prayogo
 
RPP SENAM KETANGKASAN (1).docx
RPP SENAM KETANGKASAN (1).docxRPP SENAM KETANGKASAN (1).docx
RPP SENAM KETANGKASAN (1).docxirwan prayogo
 
RPP SENAM KETANGKASAN.docx
RPP SENAM KETANGKASAN.docxRPP SENAM KETANGKASAN.docx
RPP SENAM KETANGKASAN.docxirwan prayogo
 
3db696f0-6533-47e1-b92a-fcabde25234c_signed.pdf
3db696f0-6533-47e1-b92a-fcabde25234c_signed.pdf3db696f0-6533-47e1-b92a-fcabde25234c_signed.pdf
3db696f0-6533-47e1-b92a-fcabde25234c_signed.pdfirwan prayogo
 

More from irwan prayogo (14)

ModelPembelajaranDalamPendidikanJasmani.pdf
ModelPembelajaranDalamPendidikanJasmani.pdfModelPembelajaranDalamPendidikanJasmani.pdf
ModelPembelajaranDalamPendidikanJasmani.pdf
 
LK. 2.2 Menentukan Solusi_Rika Rosikah.pdf
LK. 2.2 Menentukan Solusi_Rika Rosikah.pdfLK. 2.2 Menentukan Solusi_Rika Rosikah.pdf
LK. 2.2 Menentukan Solusi_Rika Rosikah.pdf
 
adminpjk,+ARTIKEL+GST.+NGR.+RAI.pdf
adminpjk,+ARTIKEL+GST.+NGR.+RAI.pdfadminpjk,+ARTIKEL+GST.+NGR.+RAI.pdf
adminpjk,+ARTIKEL+GST.+NGR.+RAI.pdf
 
gautama,+14.+Fikri+Nur+Syamsu+344-350.pdf
gautama,+14.+Fikri+Nur+Syamsu+344-350.pdfgautama,+14.+Fikri+Nur+Syamsu+344-350.pdf
gautama,+14.+Fikri+Nur+Syamsu+344-350.pdf
 
1754-Article Text-4297-1-10-20220131.pdf
1754-Article Text-4297-1-10-20220131.pdf1754-Article Text-4297-1-10-20220131.pdf
1754-Article Text-4297-1-10-20220131.pdf
 
Contoh Surat Undangan Karang Taruna(helpshared.com).docx
Contoh Surat Undangan Karang Taruna(helpshared.com).docxContoh Surat Undangan Karang Taruna(helpshared.com).docx
Contoh Surat Undangan Karang Taruna(helpshared.com).docx
 
BG PJOK K4 K13 Revisi 2019 (datadikdasmen.com).pdf
BG PJOK K4 K13 Revisi 2019 (datadikdasmen.com).pdfBG PJOK K4 K13 Revisi 2019 (datadikdasmen.com).pdf
BG PJOK K4 K13 Revisi 2019 (datadikdasmen.com).pdf
 
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran-Rencana Aksi I_Rika Rosikah.pdf
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran-Rencana Aksi I_Rika Rosikah.pdfRencana Pelaksanaan Pembelajaran-Rencana Aksi I_Rika Rosikah.pdf
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran-Rencana Aksi I_Rika Rosikah.pdf
 
RPP ASktivitas Senam Lantai.docx
RPP ASktivitas Senam Lantai.docxRPP ASktivitas Senam Lantai.docx
RPP ASktivitas Senam Lantai.docx
 
RPP SENAM KETANGKASAN (1).docx
RPP SENAM KETANGKASAN (1).docxRPP SENAM KETANGKASAN (1).docx
RPP SENAM KETANGKASAN (1).docx
 
RPP SENAM KETANGKASAN.docx
RPP SENAM KETANGKASAN.docxRPP SENAM KETANGKASAN.docx
RPP SENAM KETANGKASAN.docx
 
3db696f0-6533-47e1-b92a-fcabde25234c_signed.pdf
3db696f0-6533-47e1-b92a-fcabde25234c_signed.pdf3db696f0-6533-47e1-b92a-fcabde25234c_signed.pdf
3db696f0-6533-47e1-b92a-fcabde25234c_signed.pdf
 
196859.pdf.pdf
196859.pdf.pdf196859.pdf.pdf
196859.pdf.pdf
 
196859.pdf.docx
196859.pdf.docx196859.pdf.docx
196859.pdf.docx
 

Recently uploaded

MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxsdn3jatiblora
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5ssuserd52993
 
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarantugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarankeicapmaniez
 
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptxMiftahunnajahTVIBS
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxmawan5982
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxTugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxmawan5982
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikaAtiAnggiSupriyati
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfbibizaenab
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Abdiera
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDmawan5982
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxadimulianta1
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 

Recently uploaded (20)

MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
 
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarantugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
 
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxTugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 

Pembelajaran Kooperatif dalam Pendidikan Agama Islam

  • 1. 247 Jurnal Mubtadiin, Vol. 7 No. 01 Januari-Juni 2021 PEMBELAJARAN KOOPERATIF (COOPERATIVE LEARNING) DALAM PENGAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM Oleh : Ismun Ali IAI An Nur Lampung Abstract: Cooperative learning is a learning method that is carried out by working together between students, so that later students will not only achieve success individually or beat each other between students. But they can also help their study friends who are below the minimum standard. Thus the social spirit grows in students. The description below offers to reconstruct Islamic Religious Education (PAI) learning in schools which originally used the lecture method to become cooperative learning methods. With the aim that students do not feel bored in learning PAI. However, in addition to having advantages, cooperative learning is also inseparable from weaknesses. However, its weaknesses are much more manageable or minimized. Key Word : Learning, Social, Islam. Abstrak : Pembelajaran kooperatif merupakan metode belajar yang dilaksanakan dengan bekerja sama antar siswa, sehingga nantinya siswa tidak semata mencapai kesuksesan secara individual atau saling mngalahakan antar siswa. Namun mereka juga bisa membantu teman belajarnya yang berkemampuan di bawah standart minimum. Dengan demikian tumbuhlah jiwa sosial dalam diri siswa. Uraian di bawah ini menawarkan untuk merekonstruksi pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di
  • 2. 248 Jurnal Mubtadiin, Vol. 7 No. 01 Januari-Juni 2021 sekolah yang semula memakai metode ceramah menjadi metode pembelajaran kooperatif (cooperative learning). Dengan tujuan agar para siswa tidak merasa jenuh dalam mempelajari PAI. Sekalipun demikian, disamping mempunyai kelebihan, pembelajaran kooperatif juga tidak terlepas dari kelemahan. Namun kelemahannya jauh lebih bisa diatasi atau diminimalkan. Key Word : Pembelajaran, Sosial, Islam. A. Pendahuluan Metode ceramah yang digunakan pada pendidikan Agama Islam mengakibatkan pendidikan agama Islam terasa mandul dalam mengkonstruk insan yang ideal. Metode ceramah juga akan berimplikasi negatif terhadap peserta didik dalam menyimpan informasi yang didapatkan dari guru ataupun dari berbagai sumber pembelajaran. Dalam beberapa laporan penelitian mensinyalir bahwa terdapat berberapa alasan yang kebanyakan orang cederung melupakan apa yang mereka dengar. Salah satu alasan yang paling menarik adalah perbedaan tingkat kecepatan bicara pengajar dengan tingkat kecepatan kemampuan siswa mendengarkan. Guru berbicara kurang lebih 100-200 kata per menit. Namun, beberapa banyak kata yang dapat siswa dengar ?. Jika siswa betul-betul berkonsentrasi, barangkali mereka dapat mendengar antara 50-100 kata permenit. Dan ketika siswa mendengarkan secara terus menerus, siswa cenderung bosan dan fikiran mereka akan melayang-layang kemana- mana.2 Hasil penelitian lain mengungkapkan bahwa, dengan metode ceramah perhatian siswa berkurang bersamaan dengan berlalunya waktu, cenderung mengarah pada tingkat belajar lebih rendah dari informasi faktual, mengasumsikan bahwa siswa
  • 3. 249 Jurnal Mubtadiin, Vol. 7 No. 01 Januari-Juni 2021 cenderung tidak menyukainya. Oleh sebab itu, seorang pendidik harus membimbing, mengarahkan dan menciptakan kondisi belajar yang kondusif bagi peserta didik sesuai dengan kemampuan potensi yang mereka miliki. Untuk mencapai pembelajaran yang aktif dan efektif, guru Pendidikan Agama Islam harus mengurangi metode ceramah dan mulai mengembangkan metode lain dengan melibatkan siswa secara aktif. Salah satu metode pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif adalah metode Cooperative Learning. Metode Cooperative Learning adalah kegiatan belajar mengajar dalam kelompok kecil, siswa belajar dan bekerjasama untuk sampai pada pengalaman belajar yang optimal baik pengalaman individu maupun kelompok.4 Berbagai hasil penelitian menyimpulkan manfaat Cooperative Learning tidak hanya menghasilkan prestasi akademik yang lebih tinggi untuk seluruh siswa namun juga meningkatkan rasa percaya diri, kemampuan untuk melakukan hubungan sosial serta mampu mengembangkan saling kepercayaan sesamanya baik secara individu maupun kelompok, dan kemampuan saling membantu dan bekerjasama antar teman. Dan pula terhindar dari persaiangan antar individu, dengan kata lain tidak saling mengalahkan antar siswa. Ada beberapa teknik dalam metode Cooperative learning diantaranya: teknik mencari pasangan, bertukar pasang, jigsaw, berfikir berpasangan berempat dan lain-lain. Teknik Jigsaw dan berfikir berpasangan berempat adalah metode yang memberikan kesempatan pada siswa untuk bekerja bersama-sama dalam kelompok yang beranggotakan 4-5 orang. Metode Cooperative Learning dapat digunakan sebagai salah satu alternatif strategi pembelajaran Pendidikan Agama Islam untuk mencapai tujuan Pendidikan Agama Islam di SMP yang antara lain untuk memahami, menghayati, meyakini dan mengamalkan ajaran Islam sehingga menjadi manusia
  • 4. 250 Jurnal Mubtadiin, Vol. 7 No. 01 Januari-Juni 2021 muslim yang beriman, bertaqwa kepada Allah SWT, berakhlak mulia dan pada saat yang sama siswa dapat bekerja sama dengan orang lain serta dapat meningkatkan prestasi akademik. B. Pengertian Metode Cooperative Learning Menurut Johnson dalam B. Santoso Cooperative Learning adalah kegiatan belajar mengajar secara kelompok-kelompok kecil, siswa belajar dan bekerjasama untuk sampai pada pengalaman belajar yang optimal, baik pengalaman individu maupun kelompok.5 Sedangkan Nurhadi mengartikan Cooperative Learning sebagai pembelajaran yang secara sadar dan sengaja mengembangkan interkasi yang silih asuh untuk menghindari ketersinggungan dan kesalahpahaman yang dapat menimbulkan permasalahan. Selanjutnya Davidson dan Kroll, sebagaimana yang dikutip oleh Hamdun, Cooperative Learning diartikan dengan kegiatan yang berlangsung dalam lingkungan belajar sehingga siswa dalam kelompok kecil saling berbagi ide-ide dan bekerja secara kolaboratif untuk menyelesaikan tugas akademik. Walhasil, Cooperative Learning adalah metode pembelajaran yang didasarkan atas kerja kelompok yang dilakukan untuk mencapai tujuan khusus. Selain itu juga untuk memecahkan soal dalam memahami suatu konsep yang didasari rasa tanggung jawab dan berpandangan bahwa semua siswa memiliki tujuan sama. Aktivitas belajar siswa yang komunikatif dan interaktif, terjadi dalam kelompok-kelompok kecil. Oleh sebab itu, menurut Melvin L. Silberman, seperti yang dikutip oleh Sutrisno, mengatakan belajar merupakan konsekuensi otomatis dari penyampaian informasi kepada siswa. Belajar membutuhkan keterlibatan mental dan tindakan sekaligus. Pada saat kegiatan itu aktif, siswa melakukan sebagian besar pekerjaan belajar. Siswa mempelajari gagasan-
  • 5. 251 Jurnal Mubtadiin, Vol. 7 No. 01 Januari-Juni 2021 gagasan, memecahkan berbagai masalah dan menerapkan apa yang mereka pelajari. Dengan mengunakan metode Cooperative Learning, pembelajaran akan efektif dan berjalan sesuai dengan fitrah peserta didik sebagai mahluk sosial yaitu mahluk yang tidak bisa berdiri sendiri, namun selalu membutuhkan kerjasama dengan orang lain untuk mempelajari gagasan, memecahkan masalah dan menerapkan apa yang mereka pelajari. Jelasnya belajar kooperatif tidak hanya bertujuan menanamkan siswa terhadap materi yang akan dipelajari namun lebih menekankan pada melatih siswa untuk mempunyai kemampuan sosial, yaitu kemampuan untuk saling bekerjasama, berkelompok dan bertanggung jawab terhadap sesama teman kelompok untuk mencapai tujuan umum kelompok. Metode Cooperative Learning dibangun atas dasar Konstruktivis Sosial dari Vygotsky, teori Konstruktivis Personal dari Piaget dan Teori Motivasi. Menurut prinsip utama teori Vygotsky, perkembangan pemikiran merupakan proses sosial sejak lahir. Anak dibantu oleh orang lain (baik orang dewasa maupun teman sebaya dalam kelompok) yang lebih kompeten didalam ketrampilan dan teknologi dalam kebudayaannya. Bagi Vigotsky, aktivitas kolaboratif diantara anak-anak akan mendukung pertumbuhan mereka, karena anak-anak yang sesuai lebih senang bekerja dengan orang yang satu zone (Zone of Proximal Development, ZPD) dengan yang lain. Pada pandangan ini, bahwa kepribadian atau kejiwaan dari pada peserta diteropong secara keseluruhan, artinya bagian atau elemen kejiwaan tidak berdiri sendiri, melainkan terorganisir menjadi suatu keseluruhan. Oleh sebab itu, tidak mengherankan dalam pembelajaran Cooperative Learning sangat mengutamakan keseluruhan (holistik) dari pada bagian kecil dalam proses pembelajaran yang mengutamakan kerja kelompok.
  • 6. 252 Jurnal Mubtadiin, Vol. 7 No. 01 Januari-Juni 2021 Secara sederhana teori Konstruktivisme itu beranggapan bahwa pengetahuan merupakan konstruksi dari mengetahui sesuatu. Pengetahuan kita bukanlah suatu fakta yang tinggal ditemukan, melainkan suatu perumusan atau formulasi yang diciptakan oleh seseorang yang mempelajarinya. Teori Konstruktivisme tidak bertujuan mengerti tentang realitas, tetapi lebih hendak melihat bagaimana suatu proses, dalam hal ini adalah pembelajaran, dari tidak mengetahui menjadi mengetahui sesuatu tersebut. Maka dalam pandangan ini belajar merupakan suatu proses aktif dari peserta didik untuk mengkonstruksi makna, pengalaman fisik dan sebagainya. Sedangkan Piaget juga melihat pentingnya hubungan sosial dalam membentuk pengetahuan. Interaksi kelompok berbeda secara kualitatif dan juga lebih kuat dari pada interaksi orang dewasa dan anak-anak dalam mempermudah perkembangan kognitif. Posisi teori Piaget dalam belajar kooperatif ditujukan terutama kepada siswa yang berkemampuan tinggi agar mampu membangun pengetahuan sendiri melalui interaksi dengan lingkungan. Sebab, lingkungan insani maupun lingkungan physik merupakan sumber yang berpengaruh terhadap perkembangan kepribadian dan kemampuan peserta didik. Dengan demikian ia mampu menjadi perancah (scaffolding) bagi teman-temannya yang lain. Menurut teori motivasi yang dikemukakan oleh Slavin bahwa motivasi belajar pada pembelajaran kooperatif terutama difokuskan pada penghargaan atas struktur tujuan tempat peserta didik beraktivitas. Menurut pandangan ini, memberikan penghargaan kepada kelompok berdasarkan penampilan kelompok akan menciptakan struktur penghargaan antar perorangan di dalam suatu kelompok sedemikian hingga anggota kelompok itu saling memberi penguatan sosial sebagai respon terhadap upaya-upaya berorientasi kepada tugas kelompok.
  • 7. 253 Jurnal Mubtadiin, Vol. 7 No. 01 Januari-Juni 2021 Metode Cooperative Learning diterapkan melalui kelompok kecil pada semua mata pelajaran dan tingkat umur disesuaikan dengan kondisi dan situasi pembelajaran. Keanggotaan kelompok terdiri dari siswa yang berbeda (heterogen) baik dalam kemampuan akademik, jenis kelamin dan etnis, latar belakang sosial dan ekonomi. Dalam hal kemampuan akademis, kelompok pembelajaran Cooperative Learning biasanya terdiri dari satu orang berkemampuan tinggi, dua orang dengan kemampuan sedang dan satu yang lainnya dari kelompok kemampuan akademis kurang. Cooperative Learning bertujuan untuk mengkomunikasikan siswa belajar, menghindari sikap persaingan dan rasa individualitas siswa, khususnya bagi siswa yang berprestasi rendah dan tinggi. C. Unsur-unsur Metode Cooperative Learning Menurut Roger dan David Johnson dalam Anita Lie, tidak semua kerja kelompok bisa dianggap sebagai Cooperative Learning. Untuk memperoleh manfaat yang diharapkan dari implementasi pembelajaran kooperatif, Johnson dan Johnson menganjurkan lima unsur penting yang harus dibangun dalam aktivitas intruksional, mencakup: a. Saling Ketergantungan Positif (Positif Interdependence) b. Interaksi Tatap Muka (Face to Face Interaction) c. Tanggung Jawab Individual (Individual Accountability) d. Ketrampilan Sosial (Sosial skill), dan e. Evaluasi Proses Kelompok (Group debrieving). a. Saling Ketergantungan Positif (Positif Interdependence) Keberhasilan kelompok sangat tergantung pada usaha setiap anggotanya. Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu menyusun tugas
  • 8. 254 Jurnal Mubtadiin, Vol. 7 No. 01 Januari-Juni 2021 sedemikian rupa, sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain bisa mencapai tujuan mereka. Dalam metode Jigsaw, Aronson menyarankan jumlah anggota kelompok dibatasi sampai dengan empat orang saja dan keempat anggota ini ditugaskan membaca bagian yang berlainan. Keempat anggata ini lalu berkumpul dan bertukar informasi. Selanjutnya, pengajar akan mengevaluasi mereka mengenai seluruh bagian. Dengan cara ini, maka setiap anggota merasa bertanggung jawab untuk menyelesaikan tugasnya agar yang lain dapat berhasil. b. Interaktif Tatap Muka (Face to Face Interaction) Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertemu muka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan para pembelajar untuk membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota. Hasil pemikiran beberapa orang akan lebih kaya dari pada hasil pemikiran dari satu orang saja. Lebih jauh lagi, hasil kerja sama ini jauh lebih besar dari pada jumlah hasil masing-masing anggota. Dan kegiatan interaktif tatap muka ini juga akan berimplikasi pada kecerdasan interpersonal antar sesama anggota atau lawan tatap muka. Proses ini bisa dipresentasikan dengan kerja kelompok atau pembentukan kelompok kecil untuk mencapai tujuan pembelajaran umum atau pendidikan agama Islam pada khususnya. Inti dari sinergi ini adalah menghargai perbedaan, memanfaatkan kelebihan dan mengisi kekurangan masing-masing. (Thomas Amstrong: 2004, 121) c. Tanggung Jawab Individual (Individual Accountability) Unsur ini merupakan akibat langsung dari unsur yang pertama. Jika tugas dan pola penilaian dibuat menurut prosedur model Cooperative Learning setiap
  • 9. 255 Jurnal Mubtadiin, Vol. 7 No. 01 Januari-Juni 2021 siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik. Kunci keberhasilan metode kerja kelompok adalah persiapan guru dalam menyusun tugas. Dalam tekhnik Jigsaw, bahan bacaan dibagi menjadi empat bagian dan masing-masing Pembelajar mendapat dan membaca satu bagian. Dengan cara demikian, pembelajar yang tidak melaksanakan tugasnya akan ketahui dengan jelas dan mudah. Rekan- rekannya dalam satu kelompok dapat membantu dan memberikan dorongan untuk memahami dari materi serta akan menuntut untuk melaksanakan tugasnya agar tidak menghambat yang lain. Hal tersebut senada dengan perincian dari Imam dan Taqwa oleh Djamaluddin dan Abdullah Aly dalam bukunya “Kapita Selekta Pendidikan Islam”, yang salah satunya adalah memiliki tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. (Djamaluddin dan Abdulllah Aly: 1999, 41) d. Ketrampilan social (Social skill) Yang dimaksud dengan ketrampilan sosial adalah ketrampilan dalam berkomunikasi dalam kelompok. Sebelum menugaskan siswa dalam kelompok, pengajar perlu mengajarkan cara-cara berkomunikasi. Tidak setiap siswa mempunyai keahlian mendengarkan dan kemampuan untuk mengutarakan pendapat mereka. Adakalanya pembelajar perlu diberitahu secara eksplisit mengenai cara-cara berkomunikasi secara efektif seperti bagaimana cara menyanggah pendapat orang lain tanpa harus menyinggung perasaan orang tersebut. e. Evaluasi proses kelompok (Group Debrieving) Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif. Waktu evaluasi ini tidak perlu diadakan setiap kali ada belajar kelompok, melainkan bisa diadakan selang beberapa waktu setelah beberapa kali pembelajaran terlibat dalam
  • 10. 256 Jurnal Mubtadiin, Vol. 7 No. 01 Januari-Juni 2021 kegiatan pembelajaran. Hal ini akan memunculkan kecakapan personal (personal skill), yang mencakup kecakapan mengenai diri (self awareness) dan kecakapan berfikir rasional (thinking skill). Kecakapan diri itu pada dasarnya merupakan penghayatan diri sebagai mahluk Tuhan Yang Maha Esa, anggota masyarakat dan warga negara, serta menyadari dan mensyukuri kelebihan dan kekurangan yang dimiliki, sekaligus menjadikannya sebagai individu yang bermanfaat bagi diri sendiri dan lingkungannya. (Tim Broad Based Education: tt, 10) D. Tehnik-Tehnik Dalam Cooperative Learning Terdapat beberapa tehnik dalam metode Cooperative Learning. Meski demikian guru tidak harus terpaku pada satu strategi saja. Guru dapat memilih dan memodifikasi sendiri teknik-teknik dalam metode Cooperative Learning sesuai dengan situasi kelas. Dalam satu jam/ sesi pelajaran, guru juga bisa memakai lebih -dari satu tekhnik. Berikut beberapa tekhnik belajar dalam Cooperative Learning: a. STAD (Student Team Achievement Devision) STAD dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman- temannya di Universitas John Hopkin. Guru yang menggunakan STAD, juga mengacu kepada belajar kelompok siswa setiap minggu menggunakan presentasi verbal dan teks. Dalam satu kelompok siswa terdiri dari 4-5 orang yang heterogen. Anggota team menggunakan lembar kegiatan atau perangkat pembelajaran yang lain untuk menuntaskan materi dan kemudian saling membantu satu sama lain untuk memahami bahan pelajaran melalui tutorial, kuis atau diskusi. Secara individu setiap minggu siswa diberi kuis. Kuis diskor dan tiap individual
  • 11. 257 Jurnal Mubtadiin, Vol. 7 No. 01 Januari-Juni 2021 diberi skor perkembangan. (Muslimin Ibrohimin: 2000, 20) b. Jigsaw Strategi ini merupakan strategi yang menarik untuk digunakan jika materi yang akan dipelajari dapat dibagi menjadi beberapa bagian dan materi tersebut tidak mengharuskan urutan penyampaian. Jigsaw dikembangkan oleh Aronson. Teknik ini dapat digunakan dalam pembelajaran membaca, menulis, mendengarkan ataupun berbicara. Teknik ini menggabungkan keempatnya. Teknik ini juga dapat digunakan dalam beberapa mata pelajaran, seperti Ilmu Pengerahuan Alam, Ilmu Pengetahuan Sosial, Matematika, Agama dan Bahasa. Dalam satu kelompok siswa memiliki latar belakang heterogen. Dalam tekhnik ini siswa menjadi “tenaga ahli” tentang sebuah topik dengan cara bekerjasama dengan para anggota dari kelompok lain yang telah ditetapkan sesuai dengan keahlian dengan topik tersebut. Setelah kembali kepada kelompok mereka masing-masing siswa mengajar kelompoknya. Pada akhirnya, semua siswa akan dievaluasi pada semua aspek yang berhubungan dengan topik tersebut. Kelebihan strategi ini adalah dapat melibatkan seluruh siswa dalam belajar dan sekaligus mengajarkan kepada siswa lainnya. Dalam hal ini, siswa dapat bekerja sama antar siswa lainnya untuk belajar lebih efektif dan juga untuk memberikan kesempatan pada siswa lainnyaberinteraksi lebih inten dengan yang lainnya. c. Group Investigation (Investigasi Kelompok) Strategi model ini merupakan suatu strategi yang memberikan keleluasan pada siswa untuk berkelompok dan berkomunikasi antar sesama kelompok untuk memunculkan kreasi, ide-ide dan juga solusi yang lebih mengena terhadap permasalahan yang dihadapi kelompok tersebut.
  • 12. 258 Jurnal Mubtadiin, Vol. 7 No. 01 Januari-Juni 2021 Bahkan dengan metode ini juga memberikan pada siswa untuk berinteraksi dengan kelompok yang lainnya. Model ini pertama kali dicetuskan oleh John Dewey, kemudian model ini lebih dipertajam dan dikembangkan beberapa tahun kemudian oleh Shlomo dan Yael Sharan dan Rachel Hertz-Lazarowitz di Israel. Teknik ini memerlukan norma dan struktur kelas yang lebih rumit serta mengajarkan siswa ketrampilan komunikasi dan proses kelompok yang baik. Dalam Investigasi kelompok guru membagi siswa dalam beberapa kelompok yang anggotanya heterogen. Selanjutnya siswa memilih topik untuk diselidiki dan kemudian menyiapkan serta mempresentasikan laporannya kepada seluruh kelas. d. Numbered Head Together Tehnik ini dikembangkan oleh Spenser Kagan untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pembelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut. Guru melempar pertanyaan, lalu para siswa berkonsultasi sekedar untuk meyakinkan apakah setiap siswa tersebut telah mengetahui jawaban dari soal tersebut. Setelah itu, seorang siswa dipanggil untuk menjawab pertanyaan. e. Think-Pair-Share (Berfikir-Berpasangan- Berempat) Tehnik ini merupakan tekhnik yang sederhana, namun sangat bermanfaat. Telah dikembangkan oleh Frank Lyman di University of Maryland. Sesuai dengan namanya, tekhnik ini dilakukan dalam tiga tahapan. Guru memberikan pelajaran untuk seluruh kelas, siswa berada pada teamnya masing-masing. Kemudian guru mengajukan pertanyaan untuk seluruh kelas, siswa memikirkan jawabannya sendiri- sendiri (think). Kemudian siswa berpasangan dengan teman sebayanya untuk saling mencocokkan jawabannya (pair). Dan akhirnya, guru meminta siswa untuk berbagi dengan seluruh kelas tentang apa yang telah
  • 13. 259 Jurnal Mubtadiin, Vol. 7 No. 01 Januari-Juni 2021 dibicarakan (share). E. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif Belajar kooperatif mempunyai beberapa kelebihan. Kelebihan belajar kooperati menurut Hill & Hill (1993: 1-6) adalah (1) meningkatkan perestasi siswa, (2) memperdalam pemahaman siswa, (3) menyenangkan siswa, (4) mengembangkan sikap kepemimpinan, (5) menembangkan sikap positif siswa, (6) mengembangkan sikap menghargai diri sendiri, (7) membuat belajan secara inklusif, (8) mengembangkan rasa saling memiliki, dan (9) mengembangkan keterampilan untuk masa depan. Selain mempunyai kelebihan, belajar kooperatif juga mempunyai beberapa kelemahan. Menurut Dess (1991: 411) beberapa kelemahan belajar kooperatif adalah (1) membutuhkan waktu yang lama bagi siswa, sehingga sulit mencapai target kurikulum, (2) membutuhkan waktu yamg lama untuk guru sehingga kebanyakan guru tidak mau menggunakan strategi kooperatif, (3) membutuhkan kemampuan khusus guru sehingga tidak semua guru dapat melakukan atau menggunakan strategi belajar kooperatif, dan (4) menuntut sifat tertentu dari siswa, misalnya sifat suka bekerja sama. F. Pendidikan Agama Islam 1. Pengertian Pendidikan Islam Di dalam khazanah pemikiran pendidikan Islam terutama karya-karya ilmiah berbahasa Arab, terdapat berbagai istilah yang digunakan oleh ulama’ dalam memberikan pengertian tentang “Pendidikan Islam” dan sekaligus untuk diterapkan dalam konteks yang berbeda-beda. Menurut Zakiyah Daradjat, pendidikan Islam didefinisikan dengan suatu usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami ajaran Islam secara menyeluruh. Lalu menghayati tujuan, yang pada akhirnya dapat
  • 14. 260 Jurnal Mubtadiin, Vol. 7 No. 01 Januari-Juni 2021 mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai pandangan hidup. Definisi lain menyebutkan bahwa pendidikan Islam merupakan proses yang mengarahkan manusia pada kehidupan yang baik dan mengangkat derajat kemanusiaannya sesuai dengan kemampuan fitrah dan kemampuan ajarnya (pengaruh dari luar). Pendidikan Islam itu menurut Hasan Langgulung, seperti yang di kutip oleh Muhaimin bahwa Pendidikan Islam setidaknya tercakup dalam delapan pengertian yaitu: Al-tarbiyah al-diniyah (pendidikan keagamaan), ta’lim al-din (pengajaran agama), al-ta'lim al-diny (pengajaran keagamaan), a1- ta'lim al-islamy (pengajaran keIslaman), tarbiyah al- muslimin (pendidikan orang-orang islam), al- tarbiyah fi al-islam (pendidikan dalam islam) al-tarbiyah inda' al-muslimin (pendidikan dikalangan orang-orang Islam) dan al-tarbiyah al-Islamy (pendidikan Islam). Para ahli pendidikan Islam bisaanya telah menyoroti istilah-istilah tersebut yaitu istilah At-Ta’diib, At- Ta’liim dan At- tarbiyah dari aspek perbedaan antara pendidikan dan pengajaran. Prof. DR. Muhammad Athiyyah al-Abrasyi dan Prof. DR. Mahmud Yunus menyatakan bahwa istilah Tarbiyah dan Ta’llim dari segi makna istilah maupun aplikasinya memiliki perbedaan mendasar, mengingat dari segi makna istilah tarbiyah berarti mendidik, sementara ta’liim berarti mengajar, dua istilah tersebut secara substansial tidak bisa disamakan. Imam Baidawi mengatakan bahwa istilah pendidikan (tarbiyah) lebih cocok untuk digunakan dalam pendidikan lslam. Sedangkan DR. Abdul Fattah Jalal dari hasil kajiannya berkesimpulan bahwa istilah pengajaran (ta’llim) lebih luas jangkauannya dan lebih umum sifatnya dari pada pendidikan. Di kalangan penulis Indonesia istilah pendidikan bisaanya lebih diarahkan pada pembinaan watak, moral, sikap, dan kepribadian, atau lebih mengarah pada afektif, sementara pengajaran lebih diarahkan pada
  • 15. 261 Jurnal Mubtadiin, Vol. 7 No. 01 Januari-Juni 2021 penguasaan ilmu pengetahuan atau menonjolkan dimensi kognitif dan psikomotor. Kajian lainnya berusaha membandingkan dua istilah di atas dengan istilah ta’dib, sebagaimana dikatakan oleh Syed Naquib al-Attas, yang lahir di Bogor Jawa Barat pada tanggal 5 September 1931 dan kini menjadi warga negara Malaysia, seperti yang dikutip oleh Abd. Halim Soebahar bahwa dari hasil kajiannya ditemukan bahwa istilah ta’dib lebih tepat untuk di gunakan dalam konteks pendidikan Islam, dan kurang setuju terhadap penggunaan istilah tarbiyah dan ta’lim. Terminologi di atas, terkesan belum terlihatnya penekanan pada nilai-nilai religius sebagai nilai yang tidak terlepaskan pada diri manusia dan sebagai nilai kontrol. Untuk itu, para ahli ilmuan muslim yang lain, mencoba untuk mendefinisikan terminologi pendidikan dalam perspektif Islam yang secara khusus pada beberapa visi antara lain: Prof. H. M. Arifin, memandang bahwa, pendidikan Islam adalah “suatu proses sistem pendidikan yang mencakup seluruh aspek kehidupan yang dibutuhkan oleh hamba Allah (anak didik) dengan berpedoman pada ajaran Islam”. Dan pendidikan Islam merupakan usaha dari orang dewasa (muslim) yang bertaqwa, yang secara sadar mengarahkan dan membimbing pertumbuhan dan perkembangan fitrah (potensi dasar) anak didik melalui ajaran Islam kearah titik maksimal pertumbuhan dan perkembangan. Sedangkan Burlian Somad, seperti yang dikutip oleh Djamaluddid dalam bukunya “Kapita Selekta Pendidikan Islam”, mengatakan bahwa pendidikan Islam sebagai pendidikan yang bertujuan membentuk individu menjadi makhluk yang bercorak diri, berderajat tinggi menurut ukuran Allah dan isi pendidikannya adalah mewujudkan tujuan itu, yaitu ajaran Allah. Sedangkan Ahmad D. Marimba, melihat bahwa pendidikan Islam adalah suatu konsep yang berupa bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum-
  • 16. 262 Jurnal Mubtadiin, Vol. 7 No. 01 Januari-Juni 2021 hukum agama Islam menuju terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam. Dengan demikian, memungkinkan anak didik –baca peserta didik- dapat hidup sesuai dengan perkembangan lingkungan di mana iaberada. Pengertian di atas juga sejalan dengan hasil seminar Islam se-Indonesia tanggal 7 sampai dengan tanggal 11 Mei 1960 di Cipayung-Bogor” bahwa Pendidikan Islam adalah bimbingan terhadap pertumbuhan menurut ajaran Islam dengan hikmah mengarahkan, mengajarkan, melatih, mengasuh dan mengawasi berlakunya semua ajaran Islam”. Dari pengertian yang dibangun oleh ilmuan muslim dalam mendefinisikan pendidikan Islam tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan Islam adalah rangkaian proses sistematis, terencana dan komprehensif dalam upaya mentransfer nilai-nilai kepada peserta didik, mengembangkan potensi yang ada pada diri anak didik sehinggga mampu melaksanakan tugasnya di muka bumi dengan sebaik- baiknya, sesuai dengan nilai-nilai Ilahiyah yang didasarkan pada ajaran agama (Al-Qur’an dan Al- Hadist) pada semua dimensi kehidupannya. Dengan dimensi tersebut, akan berimplikasi pada pendidikan itu sendiri, antara lain: a. Pendidikan dilakukan oleh pendidik yang benar- benar kompeten di bidangnya, tanpa terkelupasnya nilai agama pada dirinya. b. Pendidikan dilakukan dengan berdasarkan normatif Ilahiyah. c. Pendidikan di lakukan sesuai dengan potensi anak didik. d. Pendidikan tidak hanya sekedar berorientasi pada kehidupan duniawi, akan tetapi juga berorientasi pada kehidupan ukhrawi. e. Pendidikan harus bertanggung jawab penuh pada perkembangan anak didik, baik kepada masyarakat maupun kepada Allah. f. Pendidik harus merencanakan dan melaksanakan
  • 17. 263 Jurnal Mubtadiin, Vol. 7 No. 01 Januari-Juni 2021 kegiatan pendidikan sesuai dengan Sunnatullah. g. Proses pendidikan harus melihat semua saluran, baik saluran formal. Informal, maupun nonformal, dalam upaya mengembangkan pribadi anak didik sehingga mampu menangkal nilai-nilai amoral. Dari implikasi tersebut di atas, akan terciptalah suatu interaksi yang komunikatif antara pendidik dan anak didik dan masyarakat secara integral dalam upaya meningkatkan generasi yang berkualitas, beriman dan bertaqwa kepada khaliknya. A. Penutup Tulisan ini berupaya untuk menawarkan pendekatan active learning dalam Pendidikan Agama Islam di Sekolah. Demikian ini menjadi penting agar metode pengajaran Pendidikan Islam hanya melakukan pengulangan demi pengulangan yang tak berkesudahan. Metode ini dirasakan menjadi bentuk reformasi pengajaran pendidikan agama Islam di sekolah agar sesuai dengan perubahan semangat zaman di masa sekarang. Tentunya, dengan segala kekurangannya, metode ini perlu diapresiasi menjadi salah satu solusi kebuntuan metode pendidikan di masa sekarang. Daftar Pustaka Aly, Djamaluddin dan Abdulllah. Kapita Selekta Pendidikan Islam. Bandung: CV. Pustaka Setia. 1999. B Santos, Cooperative Learning: Penerapan Tekhnik Jigsaw Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di SLTP. Buletin Pelangi Pendidikan. Vol. 1. No. 1. 1999. Lie, Anita. Cooperative Learning. Jakarta: PT.
  • 18. 264 Jurnal Mubtadiin, Vol. 7 No. 01 Januari-Juni 2021 Gramedia Widiasarana. 2002. Majid, Abdul, S. Ag. Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi: Konsep Dan Implementasi Kurikulum 2004. Bandung: PT. Rosda Karya. 2005. Nurhadi, Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya Dalam KBK. Malang: Universitas Negeri Malang. 2003. Sardiman A. M, Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 2007. Silberman, Malvin L, Active Learning Page: 101. Strategi to Teach Any Subject. Terjemahan oleh Sardjuli.dkk. Massachusetts: United States of America. 1996. Soebahar, Abd. Halim, Drs. H. MA. Wawasan Baru Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia. 2002. Sutrisno, Revolusi Pendidikan di Indonesia: Membedah Metode dan Tehnik Pendidikan Berbasis Kompetensi. Yogjakarta: Ar-Ruzz. 2005. Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 2002.