Teori belajar Kognitivisme, Behaviorisme, Humanisme, Dan Konstruktivisme
1. 1
`
PENDAHULUAN
Teori belajar merupakan landasan terjadinya suatu proses belajar yang
menuntun terbentuknya kondisi untuk belajar. Teori belajar dapat
didefenisikan sebagai integrasi prinsip-prinsip yang menuntun di dalam
merancang kondisi demi tercapainya tujuan pendidikan. Oleh karena itu
dengan adanya teori belajar akan memberikan kemudahan bagi guru dalam
menjalankan model-model pembelajaran yang akan dilaksanakan.
Teori belajar dimunculkan oleh para psikolog pendidikan setelah
mereka mengalami kesulitan untuk menjelaskan proses belajar secara
menyeluruh. Sebagian psikolog menghaluskan kesulitan ini dengan istilah
“memperjelas pengertian dan proses belajar”. Belajar merupakan proses
dimana seseorang dari tidak tahu menjadi tahu. Proses belajar ini dimulai
sejak manusia masih bayi sampai sepanjang hayatnya. Kapasitas manusia
untuk belajar merupakan karakteristik penting yang membedakan manusia
dari makhluk hidup lainnya.
2. 2
TEORI BELAJAR KOGNITIVISME
Teori ini bertitik tolak dari pada teori pembelajaran Behaviorisme
yang di dukung oleh B.F Skinner yang mementingkan perubahan
tingkah laku pada pelajar. Pembelajaran dianggap berlaku
apabila terdapat perubahan tingkah laku kepada peserta didik.
Hal ini kemudian beralih kepada teori kognitivisme yang diperkenalkan
oleh Jean Piaget di mana ide utama pada pandangan ini adalah mental.
Semua yang ada di dalam diri individu diwakili melalui struktur mental yang
dikenal sebagai skema yang akan menentukan bagaimana data dan
informasi yang diterima, dipahami oleh menusia.
Pembelajaran bagi aliran kognitif dipandang bukan hanya sekedar
mendapatkan stimulus dan menghasilkan respon yang mekanistik, tetapi
pembelajaran juga melibatkan kondisi mental di dalam individu pembelajar
yang berhubungan dengan persepsi, perhatian, motivasi dan lain-lain.
Sehingga pembelajaran dapat dipahami sebagai suatu proses mental yang
aktif dalam memperoleh, mengingat, dan menunjukkan ke dalam perilaku.
Perilaku yang nampak tidak dapat diamati dan diukur apabila tidak
CAPAIAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari konsep dasar belajar pembelajaran mahasiswa
semester 6 dapat memilih konsep teori pembelajaran untuk diterapkan
dalam proses pembelajaran
Sub Capaian Pembelajaran
1. Menjelaskan Konsep Kognitivisme,
Behaviorisme, Humanistik, dan
Konstruktivisme
2. Menjelaskan Prinsip Kognitivsme,
Behaviorisme, Humanistik, dan
Konstruktivisme dalam Belajar dan
Pembelajaran
3. Menentukan Penerapan Teori
Kognitivisme, Behaviorisme, Humanistik,
dan Konstruktivisme.
Pokok Materi
1. Konsep Dasar Kognitivsme,
Behaviorisme, Humanistik,
dan Konstruktivisme
2. Prinsip Kognitivsme,
Behaviorisme, Humanistik,
dan Konstruktivisme dalam
belajar dan pembelajaran
3. Contoh penerapan teori
Kognitivsme, Behaviorisme,
Humanistik, dan
Konstruktivisme
3. 3
melibatkan proses mental seperti kesadaran, motivasi, keyakinan, dan proses
mental lainnya.
KONSEP DASAR
Teori belajar Kognitivsme adalah teori yang menjelaskan proses
pemikiran dan perbedaan kondisi mental serta pengaruh faktor
internal dan eksternal dalam menghasilkan belajarnya seorang
individu.
Apabila proses kognitif bekerja secara normal, maka perolehan
informasi dan penyimpanan pengetahuan akan bekerja dengan baik pula,
namun apabila proses kognitif bekerja tidak sebagaimana mestinya, maka
terjadilah masalah dalam belajar. Teori belajar kognitif menjelaskan belajar
dengan memfokuskan pada perubahan proses mental dan struktur yang
terjadi sebagai hasil dari upaya untuk memahami dunia. Teori belajar kognitif
yang digunakan untuk menjelaskan tugas yang sederhana seperti mengingat
nomor telepon dan kompleks seperti pemecahan masalah yang tidak jelas.
Teori ini mengkaji dua bagian terkait dengan hasil belajar, yaitu:
1. Belajar tidak hanya melibatkan rangsangan dan respon tetapi juga
melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks.
2. Ilmu pengetahuan dibangun dalam diri seseorang melalui proses
interaksi yang berkesinambungan dengan lingkungan.
Menurut psikolog kognitivisme, belajar dapat dilihat sebagai suatu
usaha untuk mengerti sesuatu dengan jalan mengaitkan pengetahuan baru
dan kedalam struktur berfikir yang sudah ada. Usaha tersebut dilakukan
secara aktif oleh siswa. Keaktifan tersebut dapat berupa mencari
pengalaman, mencari informasi, memecahkan masalah, mencermati
lingkungan, mempraktekkan sesuatu untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
Sehingga pengetahuan yang dimiliki sebelumnya sangat menentukan
keberhasilan dalam mempelajari informasi pengetahuan yang baru.
Teori ini juga menganggap bahwa belajar adalah pengorganisasian
aspek kognitif dan persepsi untuk memperoleh pemahaman. Dalam model ini,
4. 4
tingkah laku seseorang ditentukan oleh persepsi dan pemahamannya.
Sedangkan situasi yang berhubungan dengan tujuan dan perubahan tingkah
laku sangat ditentukan oleh proses berfikir internal yang terjadi selama proses
beajar. Pada prinsipnya, belajar adalah perubahan persepsi dan pemaham
yang tidak selalu dapat dilihat sebagai tingkah laku dan tidak selalu dapat
diamati.
Adapun ciri – ciri aliran kognitivisme dapat dilihat adalah sebagai berikut:
1. Mementingkan apa yang ada dalam diri manusia
2. Mementingkan keseluruhan dari pada bagian-bagian
3. Mementingkan peranan kognitif
4. Mementingkan kondisi waktu sekarang
5. Mementingkan pembentukan struktur kognitif
PRINSIP DASAR
Teori belajar kognitif didasarkan pada empat prinsip dasar:
1. Pembelajar aktif dalam upaya untuk memahami pengalaman.
2. Pemahaman bahwa pelajar mengembangkan tergantung pada apa
yang telah mereka ketahui.
3. Belajar membangun pemahaman dari pada catatan.
4. Belajar adalah perubahan dalam struktur mental seseorang.
Teori menyiratkan bahwa proses yang berbeda mengenai pembelajaran dapat
dijelaskan dengan menganalisis proses mental terlebih dahulu. Ini
mengemukakan bahwa dengan proses kognitif yang efektif, pembelajaran
akan mejadi lebih mudah dan informasi baru data disimpan dalam memori
untuk jangka waktu yang lama. Di sisi lain, proses kognitif yang tidak efektif
akan mengakibatkan kesulitan belajar yang dapat dilihat kapan saja selama
masa hidup seseorang.
TOKOH DALAM TEORI PEMBELAJARAN
KOGNITIVISME
5. 5
Robert M. Gagne: Salah satu teori yang berasal dari
psikolog kognitiv adalah teori pemrosesan informasi yang
dikemukakan oleh Robert M. Gagne. Menurut teori ini
belajar dipandang sebagai proses pengolahan informasi
dalam otak manusia. Sedangkan pengolahan otak
manusia sendiri dapat dijelaskan sebagai berikut.
Reseptor (alat indera) berperan menerima rangsangan dari lingkungan dan
mengubahnya menjadi rangsaangan neural, memberikan simbol informasi
yang diterimanya dan kemudian di teruskan. Sensory register (penempungan
kesan-kesan sensoris) terdapat pada syaraf pusat, fungsinya menampung
kesan-kesan sensoris dan mengadakan seleksi sehingga terbentuk suatu
kebulatan perseptual. Informasi yang masuk sebagian masuk ke dalam
memori jangka pendek dan sebagian hilang dalam sistem.
Memory jangka pendek (Short term memory) berperan menampung
hasil pengolahan perseptual dan menyimpannya. Informasi tertentu disimpan
untuk menentukan maknanya. Memori jangka pendek dikenal juga dengan
informasi memori kerja, kapasitasnya sangat terbatas, waktu penyimpananya
juga pendek. Informasi dalam memori ini dapat di transformasi dalam bentuk
kode-kode dan selanjutnya diteruskan ke memori jangka panjang. Memori
jangka panjang (Long Term memory) berperan menampung hasil pengolahan
yang ada di memori jangka pendek. Informasi yang disimpan dalam jangka
panjang, bertahan lama, dan siap untuk dipakai kapan saja.
Jean Piaget: Piaget juga mengemukakan bahwa
proses belajar harus disesuaikan dengan tahap
perkembangan kognitif yang dilalui siswa. Proses
belajar yang dialami seorang anak berbeda pada
tahap satu dengan tahap lainnya yang secara
umum semakin tinggi tingkat kognitif seseorang
maka semakin teratur dan juga semakin abstrak
cara berpikirnya. Oleh karena itu guru seharusnya memahami tahap-tahap
perkembangan kognitif anak didiknya serta memberikan isi, metode, media
6. 6
pembelajaran yang sesuai dengan tahapannya.
Menurut Piaget proses belajar sebenarnya terdiri atas tiga tahapan yaitu :
1. Asimilasi: proses pengintegrasian informasi baru ke struktur kognitif yang
sudah ada.
2. Akomodasi: proses penyesuaian struktur kognitif ke dalam situasi baru.
3. Equilibrasi: penyesuaian yang berkesinambungan antara asimilasi dan
akomodasi.
Ausubel: Menurut Ausubel siswa akan belajar
dengan baik jika isi pelajarannya didefinisikan
dan kemudian dipresentasikan dengan baik dan
tepat kepada siswa (advanced organizer),
dengan demikian akan mempengaruhi
pengaturan kemampuan belajar siswa. Advanced
organizer adalah konsep atau informasi umum yang mewadahi seluruh isi
pelajaran yang akan dipelajari oleh siswa. Advanced organizer memberikan
tiga manfaat yaitu Menyediakan suatu kerangka konseptual untuk materi
yang akan dipelajari. Berfungsi sebagai jembatan yang menghubungkan
antara yang sedang dipelajari dan yang akan dipelajari. Dapat membantu
siswa untuk memahami bahan belajar secara lebih mudah.
Bruner: Sementara Bruner mengusulkan teori
yang disebutnya free discovery learning. Teori ini
menjelaskan bahwa proses belajar akan berjalan
dengan baik dan kreatif jika guru memberikan
kesempatan kepada siswa untuk menemukan
suatu aturan termasuk konsep, teori, ide, definisi
dan sebagainya melalui contoh-contoh yang
menggambarkan atau mewakili aturan yang menjadi sumbernya. Keuntungan
belajar menemukan ini diantaranya :
1. Menimbulkan rasa ingin tahu siswa sehingga dapat memotivasi siswa
untuk menemukan jawabannya.
7. 7
2. Menimbulkan keterampilan memecahkan masalahnya secara mandiri dan
mengharuskan siswa untuk menganalisis dan memanipulasi informasi.
Teori-teori kognitif ini juga sarat akan kritik terutama konsep Piaget
karena sulit di terapkan ditingkat lanjut. Selain itu beberapa konsep tertentu,
seperti intelegensi, belajar dan pengetahuan yang mendasari teori ini sukar
dipahami dan pemahaman itu sendiri pun belum tuntas.
PENERAPAN TEORI PEMBELAJARAN
KOGNITIVISTIK
Ada sejumlah cara untuk menggunakan model belajar kognitif dalam kelas.
1. Kita akan melihat strategi mengajar pada umumnya, terutama yang
menyangkut rencana pembelajaran, kemudian yang ke dua kita akan
memusatkan perhatian untuk membantu siswa dalam mengingat
informasi baru. Strategi belajar sangatlah penting dalam mencapai suatu
keberhasailan pengajaran, dalam hal ini ada beberapa faktor yang
mendasari strategi mengajar yaitu, memusatkan perhatian, banyak faktor
yang mempengaruhi perhatian siswa dalam pemulaan pembelajaran,
guru dapat membuat kontak mata, atau membuat sesuatu yang
mengejutkan siswa dengan maksud untuk menarik perhatian siswa,
mengidentifikasi apa yang penting, sulit, dan tidak bisa, belajar dapat
dipertinggi jika guru membantu siswa merasa betapa pentingnya
informasi baru, suatu strategi untuk melakukan ini adalah membuat
tujuan pembelajaran sejelas mungkin.
2. Membantu siswa mengingat kembali informasi yang telah dipelajari
sebelumnya, membantu siswa memahami, dan menggabungkan
informasi. Mungkin satu-satunya metode terbaik untuk membantu siswa
dalam memahami pelajaran dan mengombinasikan informasi yang telah
ada dengan informasi baru adalah membuat setiap pelajaran sedapat
mungkin bermakna.
3. Strategi selanjutnya yaitu, strategi untuk membantu siswa dalam
8. 8
mengingat informasi baru. Lindsy dan Norman menyampaikan tiga aturan
umum untuk memperbaiki ingatan, pertama, menghafal memerlukan
usaha. Kedua materi yang harus dihafal atau diingat seharusnya
berhubungan dengan hal-hal lain. Ketiga materi dapat dibagi dalam
kelompok atau bagian kecil dan kemudian diletakkan kembali bersama
dengan pola yang berarti.
TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK
Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan
respon (Slavin, 2000). Seseorang dianggap telah belajar apabila
dapat menunjukan perubahan perilakunya. Menurut teori ini
dalam belajar yang penting adah input yang berupa stimulus dan
output yang berupa respon.
Stimulus adalah sesuatu yang diberikan guru kepada siswa, sedangkan
respon berupa reaksi atau tanggapan bahwa terhadap stimulus yang
diberikan oleh guru tersebut. Proses yang terjadi antara stimulus dan respon
tidak penting untuk diperhatikan karena tiidak dapat diamati dan tidak dapat
diukur. Yang dapat diamati dan stimulus dan respon, oleh karena itu, apa
yang diberikan oleh guru dan apa yang diterima oleh siswa harus dapat
diamati dan diterima oleh siswa (respons) harus dapat diamati dan diukur.
Teori belajar behaviorisme adalah sebuah teori yang mempelajari
tingkah laku manusia. Teori behaviorisme merupakan teori belajar memahami
tingkah laku manusia yang menggunakan pendekatan objektif, mekanistik,
9. 9
dan materialistik, sehingga perubahan tingkah laku pada diri seseorang dapat
dilakukan melalui upaya pengkondisian. Dengan kata lain, mempelajari
tingkah laku seseorang seharusnya dilakukan melalui pengujian dan
pengamatan atas tingkah laku yang terlihat, bukan dengan mengamati
kegiatan bagian-bagian dalam tubuh. Teori ini mengutamakan pengamatan,
sebab pengamatan merupakan suatu hal penting untuk melihat terjadi atau
tidaknya perubahan tingkah laku tersebut.
Teori belajar behavioristik adalah sebuah aliran dalam teori belajar yang
sangat menekanlan pada perlunya tingkah laku yang dapat diamati. Menurut
aliran behavioristik, belajar pada hakikatnya adalah pembentukan asosiasi
antara kesan yang ditangkap pasca indera dengan kecenderungan untuk
bertindak atau hubungan antara stimulus dan respon. Oleh karena itu, teori
ini juga dinamakan teori stimulus-respon. Belajar adalah upaya untuk
membentuk hubungan stimulus dan respon sebanyak-banyaknya.
Behaviorisme merupakan aliran psikologi yang memandang individu
lebih kepada sisi fenomena jasmaniah dan mengabaikan aspek-aspek mental
seperti kecerdasan, bakat, minat, dan perasaan individu dalam kegiatan
belajar. Peristiwa belajar semata-mata dilakukan dengan melatih refleks-
refleks sedemikian rupa sehingga menjadi kebiasaan yang dikuasai individu.
Para ahli behaviorisme berpendapat bahwa belajar adalah perubahan tingkah
laku sebagai hasil dari pengalaman. Belajar merupakan akibat adanya
interaksi antara stimulus (S) dengan respons (R). Menurut teori ini, dalam
belajar yang penting adalah adanya input berupa stimulus dan output yang
berupa respon.
Menurut teori behavioristik tingkah laku manusia dikendalikan oleh
ganjaran atau penguatan dari lingkungan. Dengan demikian dalam tingkah
laku belajar terdapat jalinan yang erat antara reaksi-reaksi behavioristik
dengan stimulusnya. Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah
input yang berupa stimulus dan output yang berupa respons. Proses terjadi
antara stimulus dan respons tidak penting untuk diperhatikan karena tidak
dapat diamati dan tidak dapat diukur. Oleh karena itu apa yang diberikan oleh
10. 10
guru dan apa yang diterima harus dapat diamati dan diukur. Teori belajar
behaviorisme objek ilmu jiwa harus terlihat, dapat di indera, dan dapat
diobservasi. Metode yang dipakai yaitu mengamati serta menyimpulkan. Teori
belajar behavioristik mempunyai ciri-ciri, yaitu.
1. Aliran ini mempelajari perbuatan manusia bukan dari kesadarannya,
melainkan mengamati perbuatan dan tingkah laku yang berdasarkan
kenyataan. Pengalaman- pengalaman batin di kesampingkan serta gerak-
gerak pada badan yang dipelajari. Oleh sebab itu, behaviorisme adalah
ilmu jiwa tanpa jiwa.
2. Segala perbuatan dikembalikan kepada refleks. Behaviorisme mencari
unsur-unsur yang paling sederhana yakni perbuatan-perbuatan bukan
kesadaran yang dinamakan refleks. Refleks adalah reaksi yang tidak
disadari terhadap suatu pengarang. Manusia dianggap sesuatu yang
kompleks refleks atau suatu mesin.
3. Behaviorisme berpendapat bahwa pada waktu dilahirkan semua orang
adalah sama. Menurut behaviorisme pendidikan adalah maha kuasa,
manusia hanya makhluk yang berkembang karena kebiasaan-kebiasaan,
dan pendidikan dapat mempengaruhi reflek keinginan hati.
PRINSIP DASAR
Teori belajar behaviorisme didasarkan pada tiga prinsip dasar:
1. Obyek psikologi adalah tingkah laku
2. Semua bentuk tingkah laku di kembalikan pada reflek
3. Mementingkan pembentukan kebiasaan
Teori belajar behavioristik melihat semua tingkah laku manusia dapat
ditelusuri dari bentuk refleks. Dalam psikologi teori belajar behavioristik
disebut juga dengan teori pembelajaran yang didasarkan pada tingkah laku
yang diperoleh dari pengkondisian lingkungan. Pengkondisian terjadi melalui
interaksi dengan lingkungan. Hal ini dilihat secara sistematis dapat diamati
dengan tidak mempertimbangkan keseluruhan keadaan mental.
11. 11
TOKOH DALAM TEORI PEMBELAJARAN
BEHAVIORISTIK
John B. Watson: Behavioristik adalah sebuah aliran
dalam pemahaman tingkah laku manusia yang
dikembangkan oleh John B. Watson (1878- 1958),
seorang ahli psikologi Amerika pada tahun 1930,
sebagai reaksi atas teori psikodinamika. Perspektif
behavioristik berfokus pada peran dari belajar dan
menjelaskan tingkah laku manusia. Asumsi dasar
mengenai tingkah laku menurut teori ini bahwa
tingkah laku sepenuhnya ditentukan oleh aturan-aturan yang diramalkan
dan dikendalikan. Menurut Watson dan para ahli lainnya meyakini bahwa
tingkah laku manusia merupakan hasil dari pembawaan genetis dan pengaruh
lingkungan atau situasional. Tingkah laku dikendalikan oleh kekuatan-
kekuatan yang tidak rasional. Hal ini didasari dari hasil pengaruh lingkungan
yang membentuk dan memanipulasi tingkah laku.
Menurut teori ini, orang terlibat di dalam tingkah laku karena telah
mempelajarinya melalui pengalaman-pengalaman terdahulu, menghubungkan
tingkah laku tersebut dengan hadiah-hadiah. Orang menghentikan tingkah
laku, karena belum diberi hadiah atau telah mendapatkan hukuman. Semua
tingkah laku, baik bermanfaat atau merusak merupakan tingkah laku yang
12. 12
dipelajari oleh manusia. Menurut Watson belajar sebagai proses interaksi
antara stimulus dan respons, stimulus dan respons yang dimaksud harus
dapat diamati dan dapat diukur. Oleh sebab itu seseorang mengakui adanya
perubahan-perubahan mental dalam diri selama proses belajar. Seseorang
menganggap faktor tersebut sebagai hal yang tidak perlu diperhitungkan
karena tidak dapat diamati. Watson adalah seorang behavioris murni,
kajiannya tentang belajar disejajarkan dengan ilmu-ilmu lain seperi fisika atau
biologi yang sangat berorientasi pada pengalaman empirik semata, yaitu
sejauh dapat diamati dan diukur. Watson berasumsi bahwa hanya dengan
cara demikianlah akan dapat diramalkan perubahan-perubahan yang terjadi
setelah seseorang melakukan tindak belajar.
Ivan P. Pavlov: Paradigma kondisioning klasik
merupakan karya besar Ivan P. Pavlov (1849-1936),
ilmuan Rusia yang mengembangkan teori perilaku
melalui percobaan tentang anjing dan air liurnya. Proses
yang ditemukan oleh Pavlov, karena perangsang yang
asli dan netral atau rangsangan biasanya secara
berulang-ulang dipasangkan dengan unsur penguat yang
menyebabkan suatu reaksi. Perangsang netral disebut perangsang bersyarat
atau terkondisionir, yang disingkat dengan CS (conditioned stimulus).
Penguatnya adalah perangsang tidak bersyarat atau US (unconditioned
stimulus).
Reaksi alami atau reaksi yang tidak dipelajari disebut reaksi bersyarat
atau CR (conditioned response). Pavlov mengaplikasikan istilah-istilah
tersebut sebagai suatu penguat. Maksudnya setiap agen seperti makanan,
yang mengurangi sebagaian dari suatu kebutuhan. Dengan demikian dari
mulut anjing akan keluar air liur (UR) sebagai reaksi terhadap makanan (US).
Apabila suatu rangsangan netral, seperti sebuah bel atau genta (CS)
dibunyikan bersamaan dengan waktu penyajian maka peristiwa ini akan
memunculkan air liur (CR). Melalui paradigma kondisioning klasiknya, Pavlov
memperlihatkan anjing dapat dilatih mengeluarkan air liur bukan terhadap
13. 13
rangsang semula (makanan), melainkan terhadap rangsang bunyi.
Hal ini terjadi pada waktu memperlihatkan makanan kepada anjing
sebagai rangsang yang menimbulkan air liur, dilanjutkan dengan
membunyikan lonceng atau bel berkali-kali, akhirnya anjing akan
mengeluarkan air liur apabila mendengar bunyi lonceng atau bel, walaupun
makanan tidak diperlihatkan atau diberikan. Disini terlihat bahwa rangsang
makanan telah berpindah ke rangsang bunyi untuk memperlihatkan jawaban
yang sama yakni pengeluaran air liur. Paradigma kondioning klasik ini
menjadi paradigma bermacam-macam pembentukan tingkah laku yang
merupakan rangkaian dari satu kepada yang lain. Kondisoning klasik ini
berhubungan pula dengan susunan syaraf tak sadar serta otot-ototnya.
B.F. Skinner: Skinner adalah seorang psikolog dari
Harvard yang telah berjasa mengembangkan teori
perilaku Watson. Pandangannya tentang kepribadian
disebut dengan behaviorisme radikal. Behaviorisme
menekankan studi ilmiah tentang respon perilaku
yang dapat diamati dan determinan lingkungan.
Dalam behaviorisme Skinner, pikiran, sadar atau
tidak sadar, tidak diperlukan untuk menjelaskan perilaku dan perkembangan.
Menurut Skinner, perkembangan adalah perilaku. Oleh karena itu para
behavioris yakin bahwa perkembangan dipelajari dan sering berubah sesuai
dengan pengalaman-pengalaman lingkungan.
Untuk mendemontrasikan pengkondisian operan di laboratorium,
Skinner meletakkan seekor tikus yang lapar dalam sebuah kotak, yang
disebut kotak Skinner. Di dalam kotak tersebut, tikus dibiarkan melakukan
aktivitas, berjalan dan menjelajahi keadaan sekitar. Dalam aktivitas itu, tikus
tanpa sengaja menyentuh suatu tuas dan menyebabkan keluarnya makanan.
Tikus akan melakukan lagi aktivitas yang sama untuk memperoleh makanan,
yakni dengan menekan tuas. Semakin lama semakin sedikit aktivitas yang
dilakukan untuk menyentuh tuas dan memperoleh makanan. Disini tikus
mempelajari hubungan antara tuas dan makanan. Hubungan ini akan
14. 14
terbentuk apabila makanan tetap merupakan hadiah bagi kegiatan yang
dilakukan tikus.
Condisioning operan juga melibatkan proses-proses belajar dengan
menggunakan otot-otot secara sadar yang memunculkan respons yang diikuti
oleh pengulangan untuk penguatan. Tetapi hal ini masih dipengaruhi oleh
rangsangan-rangsangan yang ada dalam lingkungan, yakni kondisi dan
kualitas serta penguatan terhadap rangsangnya mempengaruhi jawaban-
jawaban yang akan diperlihatkan. Oleh sebab itu, penguatan pengulangan
rangsangan-rangsangan diperlihatkan sesuatu jawaban tingkah laku yang
diharapkan merupakan hal penting pada kondisioning operan. Agar suatu
jawaban atau tingkah laku yang baru dapat terus diperlihatkan, diperlukan
penguatan rangsangan sekunder atau melalui penguatan rangsangan yang
terencana.
Menurut Skinner hubungan antara stimulus dan respons yang terjadi
melalui interaksi dengan lingkungannya, kemudian menimbulkan perubahan
tingkah laku yang tidak sesederhana yang dikemukakan oleh tokoh-tokoh
sebelumnya. Menurutnya respons yang diterima seseorang tidak sesederhana
demikian, karena stimulus-stimulus yang diberikan akan saling berinteraksi
dan interaksi antar stimulus tersebut yang mempengaruhi respons yang
dihasilkan. Respons yang diberikan ini memiliki konsekuensi-konsekuensi.
Konsekuensi-konsekuensi tersebut nantinya mempengaruhi munculnya
perilaku (Slavin, 2000).
PENERAPAN TEORI PEMBELAJARAN
BEHAVIORISTIK
Ada sejumlah cara untuk menggunakan model belajar behavioristik
dalam kelas. Penerapan teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran
tergantung dari beberapa komponen seperti: tujuan pembelajaran, materi
pelajaran, karakteristik siswa, media, fasilitas pembelajaran, lingkungan, dan
15. 15
penguatan. Teori belajar behavioristik cenderung mengarahkan siswa untuk
berfikir. Pandangan teori belajar behavioristik merupakan proses
pembentukan, yaitu membawa siswa untuk mencapai target tertentu,
sehingga menjadikan siswa tidak bebas berkreasi dan berimajinasi.
Pembelajaran yang dirancang pada teori belajar behavioristik memandang
pengetahuan adalah objektif, sehingga belajar merupakan perolehan
pengetahuan, sedangkan mengajar adalah memindahkan pengetahuan
kepada siswa.
Oleh sebab itu siswa diharapkan memiliki pemahaman yang sama
terhadap pengetahuan yang diajarkan. Artinya, apa yang diterangkan oleh
guru itulah yang harus dipahami oleh siswa. Hal yang paling penting dalam
teori belajar behavioristik adalah masukan dan keluaran yang berupa
respons. Menurut teori ini, antara stimulus dan respons dianggap tidak
penting diperhatikan karena tidak dapat diamati dan diukur. Dengan
demikian yang dapat diamati hanyalah stimulus dan respons. Oleh sebab itu,
apa saja yang diberikan oleh guru dan apa saja yang dihasilkan oleh siswa
semuanya harus dapat diamati dan diukur yang bertujuan untuk melihat
terjadinya perubahan tingkah laku. Faktor lain yang penting dalam teori
belajar behavioristik adalah faktor penguatan.
Di lihat dari pengertiannya penguatan adalah segala sesuatu yang
dapat memperkuat timbulnya respons. Pandangan behavioristik kurang dapat
menjelaskan adanya variasi tingkat emosi siswa, walaupun siswa memiliki
pengalaman penguatan yang sama. Pandangan behavioristik tidak dapat
menjelaskan dua anak yang mempunyai kemampuan dan pengalaman
penguatan yang relative sama. Di lihat dari kemampuannya, kedua anak
tersebut mempunyai perilaku dan tanggapan berbeda dalam memahami
suatu pelajaran. Oleh sebab itu teori belajar behavioristik hanya mengakui
adanya stimulus dan respons yang dapat diamati. Teori belajar behavioristik
tidak memperhatikan adanya pengaruh pikiran atau perasaan yang
mempertemukan unsur-unsur yang diamati.
16. 16
TEORI BELAJAR HUMANISME
Humanisme lebih melihat pada sisi perkembangan kepribadian
manusia. Pendekatan ini melihat kejadian yaitu bagaimana
manusia membangun dirinya untuk melakukan hal-hal yang
positif.
Kemampuan bertindak positif ini yang disebut sebagai potensi manusia
dan para pendidik yang beraliran humanisme biasanya memfokuskan
pengajarannya pada pembangunan kemampuan positif ini. Kemampuan
positif disini erat kaitannya dengan pengembangan emosi positif yang
terdapat dalam domain afektif. Emosi adalah karakterisitik yang sangat kuat
yang nampak dari para pendidik beraliran humanisme.
Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut
pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya. Tujuan utama
para pendidik adalah membantu peserta didik untuk mengembangkan dirinya,
yaitu membantu masing-masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri
sebagai manusia yang unik dan membantu dalam mewujudkan potensi-
potensi yang ada dalam diri mereka. Dalam teori belajar humanistik proses
belajar harus berhulu dan bermuara pada manusia itu sendiri. Meskipun teori
ini sangat menekankan pentingya isi dari proses belajar, dalam kenyataan
teori ini lebih banyak berbicara tentang pendidikan dan proses belajar dalam
bentuknya yang paling ideal.
Dengan kata lain, teori ini lebih tertarik pada ide belajar dalam
bentuknya yang paling ideal dari pada belajar seperti apa adanya, seperti apa
yang bisa kita amati dalam dunia keseharian. Teori apapun dapat
dimanfaatkan asal tujuan untuk “memanusiakan manusia” (mencapai
17. 17
aktualisasi diri dan sebagainya) dapat tercapai. Dalam teori belajar
humanistik, belajar dianggap berhasil jika si pelajar memahami lingkungannya
dan dirinya sendiri. Peserta didik dalam proses belajarnya harus berusaha
agar lambat laun ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya.
Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang
pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya. Menurut aliran
humanistik, para pendidik sebaiknya melihat kebutuhan yang lebih tinggi dan
merencanakan pendidikan dan kurikukum untuk memenuhi kebutuhan-
kebutuhan ini.
Secara singkatnya, pendekatan humanistik dalam pendidikan
menekankan pada perkembangan positif. Pendekatan yang berfokus pada
potensi manusia untuk mencari dan menemukan kemampuan yang mereka
punya dan mengembangkan kemampuan tersebut. Hal ini mencakup
kemampuan interpersonal sosial dan metode untuk pengembangan diri yang
ditujukan untuk memperkaya diri, menikmati keberadaan hidup dan juga
masyarakat. Ketrampilan atau kemampuan membangun diri secara positif ini
menjadi sangat penting dalam pendidikan karena keterkaitannya dengan
keberhasilan akademik.
Ciri dari teori belajar humanisme:
a. Pendekatan humanisme dalam pendidikan menekankan pada
perkembangan positif. Pendekatan yang berfokus pada potensi manusia
untuk mencari dan menemukan kemampuan yang mereka punya dan
mengembangkan kemampuan tersebut. Hal ini mencakup kemampuan
interpersonal sosial dan metode untuk pengembangan diri yang
ditujukan untuk memperkaya diri, menikmati keberadaan hidup dan juga
masyarakat. Keterampilan atau kemampuan membangun diri secara
positif ini menjadi sangat penting dalam pendidikan karena
keterkaitannya dengan keberhasilan akademik.
b. Dalam teori belajar humanistik, belajar dianggap berhasil jika siswa
memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Siswa dalam proses
belajarnya harus berusaha agar lambat laun ia mampu mencapai
18. 18
aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya.
c. Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut
pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya. Tujuan
utama para pendidik adalah membantu si siswa untuk mengembangkan
dirinya, yaitu membantu masing-masing individu untuk mengenal diri
mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan membantu dalam
mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam diri mereka.
d. Ada salah satu ide penting dalam teori belajar humanisme yaitu siswa
harus mampu untuk mengarahkan dirinya sendiri dalam kegiatan belajar
mengajar, sehingga siswa mengetahui apa yang dipelajarinya serta tahu
seberapa besar siswa tersebut dapat memahaminya. Dan juga siswa
dapat mengetahui mana, kapan, dan bagaimana mereka akan belajar.
Dengan demikian maka siswa diharapkan mendapat manfaat dan
kegunaan dari hasil belajar bagi dirinya sendiri.
Aliran humanisme memandang belajar sebagai sebuah proses yang
terjadi dalam individu yang meliputi bagian/domain yang ada yaitu dapat
meliputi domain kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dengan kata lain,
pendekatan humanisme menekankan pentingnya emosi atau perasaan,
komunikasi terbuka, dan nilai-nilai yang dimiliki oleh setiap siswa. Untuk itu,
metode pembelajaran humanistik mengarah pada upaya untuk mengasah
nilai-nilai kemanusiaan siswa. Sehingga para pendidik/guru diharapkan dalam
pembelajaran lebih menekankan nilai-nilai kerjasama, saling membantu, dan
menguntungkan, kejujuran dan kreativitas untuk diaplikasikan dalam proses
pembelajaran sehingga menghasilkan suatu proses pembelajaran yang
diharapkan sesuai dengan tujuan dan hasil belajar yang dicapai siswa.
PRINSIP DASAR
Teori belajar Humanisme didasarkan pada beberapa prinsip dasar:
1. Manusia mempunyai belajar alami
2. Belajar signifikan terjadi apabila materi plajaran dirasakan murid
mempuyai relevansi dengan maksud tertentu.
19. 19
3. Belajar yang menyangkut perubahan di dalam persepsi mengenai dirinya.
4. Tugas belajar yang mengancam diri ialah lebih mudah dirasarkan bila
ancaman itu kecil.
5. Bila ancaman itu rendah terdapat pangalaman peserta didik dalam
memperoleh cara.
6. Belajar yang bermakna diperoleh jika peserta didik melakukannya.
7. Belajar lancar jika peserta didik dilibatkan dalam proses belajar.
8. Belajar yang melibatkan peserta didik seutuhnya dapat memberi hasil
yang mendalam.
9. Kepercayaan pada diri pada peserta didik ditumbuhkan dengan
membiasakan untuk mawas diri.
10. Belajar sosial adalah belajar mengenai proses belajar.
TOKOH DALAM TEORI PEMBELAJARAN
HUMANISME
Arthur Combs (1912-1999)
Bersama dengan Donald Snygg (1904-1967), mereka
mencurahkan banyak perhatian pada dunia pendidikan.
Meaning (makna atau arti) adalah konsep dasar yang
sering digunakan. Belajar terjadi bila mempunyai arti
bagi individu. Guru tidak bisa memaksakan materi yang
tidak disukai atau tidak relevan dengan kehidupan
mereka. Anak tidak bisa matematika atau sejarah bukan karena bodoh tetapi
karena mereka enggan dan terpaksa dan merasa sebenarnya tidak ada alasan
penting mereka harus mempelajarinya. Perilaku buruk itu sebenarnya tak lain
hanyalah dari ketidakmampuan seseorang untuk melakukan sesuatu yang
tidak akan memberikan kepuasan baginya.
Untuk itu guru harus memahami perlaku siswa dengan mencoba
memahami dunia persepsi siswa tersebut sehingga apabila ingin merubah
perilakunya, guru harus berusaha merubah keyakinan atau pandangan siswa
20. 20
yang ada. Perilaku internal membedakan seseorang dari yang lain. Combs
berpendapat bahwa banyak guru membuat kesalahan dengan berasumsi
bahwa siswa mau belajar apabila materi pelajarannya disusun dan disajikan
sebagaimana mestinya.
Maslow: Teori Maslow didasarkan pada asumsi bahwa
di dalam diri individu ada dua hal : 1) suatu usaha yang
positif untuk berkembang. 2) kekuatan untuk melawan
atau menolak perkembangan itu.
Maslow mengemukakan bahwa individu berperilaku
dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan yang bersifat
hirarkis. Pada diri masing-masing orang mempunyai
berbagai perasaan takut seperti rasa takut untuk berusaha atau berkembang,
takut untuk mengambil kesempatan, takut membahayakan apa yang sudah ia
miliki dan sebagainya, tetapi di sisi lain seseorang juga memiliki dorongan
untuk lebih maju ke arah keutuhan, keunikan diri, ke arah berfungsinya
semua kemampuan, ke arah kepercayaan diri menghadapi dunia luar dan
pada saat itu juga ia dapat menerima diri sendiri (self).
Maslow membagi kebutuhan-kebutuhan (needs) manusia menjadi tujuh
hirarki. Bila seseorang telah dapat memenuhi kebutuhan pertama, seperti
kebutuhan fisiologis, barulah ia dapat menginginkan kebutuhan yang terletak
di atasnya, ialah kebutuhan mendapatkan rasa aman dan seterusnya. Hierarki
kebutuhan manusia menurut Maslow ini mempunyai implikasi yang penting
yang harus diperharikan oleh guru pada waktu ia mengajar anak- anak. Ia
mengatakan bahwa perhatian dan motivasi belajar ini mungkin berkembang
kalau kebutuhan dasar si siswa belum terpenuhi.
Carl Ransom Rogers :
21. 21
Tahun 1927, Rogers bekerja di Institute for Child Guindance dan mengunakan
psikoanalisa Freud dalam terapinya meskipun ia sendiri tidak menyetujui teori
Freud. Pada masa ini, Rogers juga banyak dipengaruhi oleh Otto Rank dan
John Dewey yang memperkenalkan terapi klinis. Perbedaan teori yang
didapatkannya justru membuatnya menemukang benang merah yang
kemudian dipakai untuk mengembangkan teorinya kelak.
PENERAPAN TEORI PEMBELAJARAN
HUMANISTIK
Ada sejumlah cara untuk menggunakan model belajar humanistik dalam
kelas.
1. Penerapan teori humanistik lebih menunjuk pada ruh atau spirit selama
proses pembelajaran yang mewarnai metode-metode yang diterapkan.
Peran guru dalam pembelajaran humanistik adalah menjadi fasilitator
bagi para peserta didik sedangkan guru memberikan motivasi, kesadaran
mengenai makna belajar dalam kehidupan peserta didik.
2. Guru memfasilitasi pengalaman belajar kepada peserta didik dan
mendampingi peserta didik untuk memperoleh tujuan pembelajaran
Peserta didik berperan sebagai pelaku utama (student center) yang
memaknai proses pengalaman belajarnya sendiri. Diharapkan peserta
didik memahami potensi diri, mengembangkan potensi dirinya secara
positif dan meminimalkan potensi diri yang bersifat negatif.
3. Pembelajaran berdasarkan teori humanistik ini tepat untuk diterapkan.
Keberhasilan aplikasi ini adalah peserta didik merasa senang bergairah,
berinisiatif dalam belajar dan terjaadi perubahan pola pikir, perilaku dan
sikap atas kemauan sendiri. Peserta didik diharapkan menjadi manusia
yang bebas, berani, tidak terikat oleh pendapat orang lain dan mengatur
pribadinya sendiri secara bertanggungjawab tanpa mengurangi hak-hak
orang lain atau melanggar aturan , norma , disiplin atau etika yang
berlaku.
22. 22
TEORI BELAJAR KONSTRUKTIVISME
Konstruktivisme berasal dari kata konstruktiv dan isme.
Konstruktiv berarti bersifat membina, memperbaiki, dan
membangun. Sedangkan Isme dalam kamus Bahasa Inonesia
berarti paham atau aliran. Konstruktivisme merupakan aliran
23. 23
filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita
merupakan hasil konstruksi kita sendiri.
Pandangan konstruktivis dalam pembelajaran mengatakan bahwa anak-
anak diberi kesempatan agar menggunakan strateginya sendiri dalam belajar
secara sadar, sedangkan guru yang membimbing siswa ke tingkat
pengetahuan yang lebih tinggi.
Kontruktivisme adalah proses membangun atau menyusun pengetahuan
baru dalam stuktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman. Pengetahuan itu
terbentuk bukan dari objek semata, akan tetapi juga dari kemampuan
individu sebagai subjek yang menangkap setiap objek yang di amatinya.
Menurut konstruktivisme, pengetahuan itu memang berasal dari luar akan
tetapi dikontruksi dalam diri seseorang. Oleh sebab itu tidak bersifat statis
akan tetapi bersifat dinamis. Tergantung individu yang melihat dan
mengkontruksinya. Teori yang melandasi pembelajaran kooperatif adalah
teori konstruktivisme. Pada dasarnya pendekatan teori konstruktivisme dalam
belajar adalah suatu pendekatan di mana siswa harus secara individual
menemukan dan menstransformasikan informasi yang kompleks, memeriksa
informasi dengan aturan yang ada dan merevisinya bila perlu.
Teori konstruktivisme didefinisikan sebagai pembelajaran yang bersifat
generatif, yaitu tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang dipelajari.
Beda dengan aliran behavioristik yang memahami hakikat belajar sebagai
kegiatan yang bersifat mekanistik antara stimulus respon, konstruktivisme
lebih memahami belajar sebagai kegiatan manusia membangun atau
menciptakan pengetahuan dengan memberi makna pada pengetahuannya
sesuai dengan pengalamanya. Konstruktivisme sebenarnya bukan merupakan
gagasan yang baru, apa yang dilalui dalam kehidupan kita selama ini
merupakan himpunan dan pembinaan pengalaman demi pengalaman.
Demikian ini menyebabkan seseorang mempunyai pengetahuan dan menjadi
lebih dinamis. Model pembelajaran ini dikembangkan dari teori belajar
konstruktivisme yang lahir dari gagasan Pieget dan vigotsky.
24. 24
Ciri dari teori belajar konstruktivisme : Ada sejumlah ciri-ciri proses
pembelajaran yang sangat ditekankan oleh teori konstruktivisme, yaitu: 1)
Menekankan pada proses belajar, bukan proses mengajar, 2) Mendorong
terjadinya kemandirian dan inisiatif belajara pada siswa, 3) Memandang siswa
sebagai pencipta kemauan dan tujuan yang ingin dicapai, 4) Berpandangan
bahwa belajar merupakan suatu proses, bukan menekan pada hasil, 5)
Mendorong siswa untuk melakukan penyelidikan 6) Menghargai peranan
pengalaman kritis dalam belajar 7) Mendorong berkembangnya rasa ingin
tahu secara alami pada siswa 8) Penilaian belajar lebih menekankan pada
kinerja dan pemahaman siswa 9) Berdasarkan proses belajarnya pada prinsip-
prinsip toeri kognitif 10) Banyak menggunakan terminologi kognitif untuk
menjelaskan proses pembelajaran, seperti prediksi, infernsi, kreasi, dan
analisis. 11) Menekankan bagaimana siswa belajar. 12) Mendorong siswa
untuk berpartisipasi aktif dalam dialog atau diskusi dengan siswa lain dan
guru. 13) Sangat mendukung terjadinya belajar kooperatif. 14) Melibatkan
siswa dalam situasi dunia nyata. 16) Menekankan pentingnya konteks siswa
dalam belajar. 17) Memperhatikan keyakinan dan sikap siswa dalam belajar.
18) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk membangun pengetahuan
dan pemahaman baru yang didasarkan pada pengalaman nyata.
PRINSIP DASAR
Secara garis besar, prinsip-prinsip konstruktivisme yang diterapkan dalam
proses belajar mengajar adalah sebagai berikut:
1. Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri.
2. Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru ke murid, kecuali hanya
dengan keaktifan murid sendiri untuk menalar.
3. Murid aktif megkonstruksi secara terus menerus, sehingga selalu terjadi
perubahan konsep ilmiah.
25. 25
4. Guru sekedar membantu menyediakan saran dan situasi agar proses
kontruksi berjalan lancar.
5. Struktur pembelajaran seputar konsep diutamakan pada pentingnya
sebuah pertanyaan.
6. Mencari dan menilai pendapat siswa.
7. Menyesuaikan bahan pengajaran untuk menanggapi anggapan siswa.
Aliran Dasar Konstruktivisme memandang siswa dari sebagai:
Siswa Sebagai Individu yang Unik: Teori konstruktivisme berpandangan
bahwa pembelajar merupakan individu yang unik dengan kebutuhan dan latar
belakang yang unik pula. Dalam teori ini tidak hanya memperkenalkan
keunikan dan kompleksitas pembelajar tetapi juga secara nyata mendorong,
memotivasi dan memberi penghargaan kepada siswa sebagai integral dari
proses pembelajaran.
Self Regulated Leaner (Pembelajar yang dapat mengelola diri
sendiri): Siswa dikembangkan menjadi seorang yang memiliki pengetahuan
tentang strategi belajar yang efektif, yang sesuai dengan gaya belajarnya dan
tahu bagaimana serta kapan menggunakan pengetahuan itu dalam situasi
pembelajaran yang berbeda. Self Regulated Leaner termotivasi untuk belajar
oleh dirinya sendiri, bukan dari nilai yang diperolehnya sebagai hasil belajar
atau karena motivasi eksternal yang lain, misalnya dari guru atau orang
tuanya.
Tanggung jawab Pembelajaran: Dalam konstruktivisme ini berpandangan
bahwa tanggung jawab belajar bertumpu kepada siswa. Teori ini menekankan
bahwa siswa harus aktif dalam proses pembelajaran, dan berbeda pendapat
dengan pandangan pendidikan sebelumnya yang menyatakan tanggung
jawab pembelajaran lebih kepada guru, sedangkan siswa berperan secara
pasif dan reseptif. Disini para pembelajar mencari makna dan akan mencoba
mencari keteraturan dari berbagai kejadian yang ada di dunia, bahkan
seandainya informasi yang tersedia tidak lengkap.
26. 26
Motivasi Pembelajaran: Motivasi belajar secara kuat bergantung kepada
kepercayaan siswa terhadap potensi belajarnya sendiri. Perasaan kompeten
dan kepercayaan terhadap potensi untuk memecahkan masalah baru,
diturunkan dari pengalaman langsung di dalam menguasai masalah pada
masa lalu. Maka dari itu belajar dari pengalaman akan memperoleh
kepercayaan diri, serta motivasi untuk menyelesaikan masalah yang lebih
kompleks lagi.
Peran Guru Sebagai Fasilitator: Jika seorang guru menyampaikan
kuliah/ceramah yang menyangkut pokok bahasan, maka fasilitator membantu
siswa untuk memperoleh pemahamannya sendiri terhadap pokok
bahasan/konten kurikulum.
Kolaborasi Antar Pembelajar: Pembelajar dengan keterampilan dan latar
belakang yang berbeda diakomodasi untuk melakukan kolaborasi dalam
penyelesaian tugas dan diskusi-diskusi agar mencapai pemahaman yang
sama tentang kebenaran dalam suatu wilayah bahasan yang spesifik.
Proses dari Atas ke Bawah (Proses Top-Down): Dalam proses ini siswa
diperkenalkan dulu dengan masalah-masalah yang kompleks untuk
dipecahkan dengan bantuan guru menemukan keterampilan-keterampilan
dasar yang diperlukan untuk memecahkan masalah. Pada prinsipnya
pembelajaran dimulai dengan pemberian dan pelatihan keterampilan-
keterampilan dasar dan secara bertahap diberikan keterampilan-keterampilan
yang lebih kompleks.
PENERAPAN TEORI PEMBELAJARAN
HUMANISTIK
Berdasarkan ciri-ciri pembelajaran konstruktivisme tersebut di atas, berikut ini
dipaparka tentang penerapan di kelas.
Mendorong kemandirian dan inisiatif siswa dalam belajar: Dengan
menghargai gagasan-gagasan atau pemikiran siswa serta mendorong siswa
berpikir mandiri, berarti guru membantu siswa menemukan identitas
intelektual mereka. Para siswa yang merumuskan pertanyaan-pertanyaan dan
27. 27
kemudian menganalisis serta menjawabnya berarti telah mengembangkan
tanggung jawab terhadap proses belajar mereka sendiri serta menjadi
pemecah masalah (problem solver).
Guru mengajukan pertanyaan terbuka dan memberikan kesempatan
beberapa waktu kepada siswa untuk merespon: Berfikir reflektif
memerlukan waktu yang cukup dan seringkali atas dasar gagasan-gagasan
dan komentar orang lain. Cara-cara guru mengajukan pertanyaan dan cara
siswa merespon atau menjawabnya akan mendorong siswa mampu
membangun keberhasilan dalam melakukan penyelidikan.
Mendorong siswa berpikir tingkat tinggi: Guru yang menerapkan proses
pembelajaran konstruktivisme akan menantang para siswa untuk mampu
menjangkau hal-hal yang berada di balik respon-respon faktual yang
sederhana. Guru mendorong siswa untuk menghubungkan dan merangkum
konsep-konsep melalui analisis, prediksi, justifikasi, dan mempertahankan
gagasan-gagasan atau pemikirannya.
Siswa terlibat secara aktif dalam dialog atau diskusi dengan guru
dan siswa lainnya: Dialog dan diskusi yang merupakan interaksi sosial
dalam kelas yang bersifat intensif sangat membantu siswa untuk mampu
mengubah atau menguatkan gagasan-gagasannya. Jika mereka memiliki
kesempatan untuk megemukakan apa yang mereka pikirkan dan
mendengarkan gagasan-gagasan orang lain, maka mereka akan mampu
membangun pengetahuannya sendiri yang didasarkan atas pemahaman
mereka sendiri. Jika mereka merasa aman dan nyaman untuk mengemukakan
gagasannya maka dialog yang sangat bermakna akan terjadi di kelas.
Siswa terlibat dalam pengalaman yang menantang dan mendorong
terjadinya diskusi: Jika diberi kesempatan untuk membuat berbagai
macam prediksi, seringkali siswa menghasilkan berbagai hipotesis tentang
fenomena alam ini. Guru yang menerapkan konstruktivisme dalam belajar
memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk menguji
hipotesis yang mereka buat, terutama melalui diskusi kelompok dan
28. 28
pengalaman nyata.
CONTOH: Satu contoh yang disarankan adalah memulai dari apa yang
menurut siswa hal yang biasa, padahal sesungguhnya tidak demikian. Perlu
diupayakan terjadinya situasi konfik pada struktur kognitif siswa.
Contohnya mengenai cecak atau cacing tanah. Mereka menduga cecak atau
cacing tanah hanya satu macam, padahal keduanya terdiri lebih dari satu
genus (bukan hanya berbeda species). Berikut ini akan dicontohkan model
untuk pembelajaran mengenai cacing tanah melalui ketiga tahap dalam
pembelajaran konstruktivisme (ekplorasi, klarifikasi, dan aplikasi)
1. Fase Eksplorasi
a. Diperlihatkan tanah berisi cacing dan diajukan pertanyaan: “Apa
yang kau ketahui tentang cacing tanah?”.
b. Semua jawaban siswa ditampung (ditulis dipapan tulis jika perlu).
c. Siswa diberi kesempatan untuk memeriksa keadaan yang
sesungguhnya, dan diberi kesempatan untuk merumuskan hal-hal
yang tidak sesuai dengan jawaban mereka semula.
2. Fase Klarifikasi
a. Guru memperkealkan macam-macam cacing dan spesifikasinya.
b. Siswa merumuskan kembali pengetahuan mereka tentang cacing
tanah.
c. Guru memberikan masalah berupa pemilihan cacing yang cocok
untuk dikembangbiakkan.
d. Siswa mendiskusikannya secara berkelompok dan merencanakan
penyelidikan.
e. Secara berkelompok siswa melakukan penyelidikan untuk menguji
rencananya.
f. Siswa mencari tambahan rujukan tentang manfaat cacing tanah dulu
dan sekarang.
3. Fase Aplikasi
29. 29
a. Secara berkelompok siswa melaporkan hasilnya, dilanjutkan dengan
penyajian oleh wakil kelompok dalam diskusi kelas.
b. Secara bersama-sama siswa merumuskan rekomendasi untuk para
pemula yang ingin ber-“ternak cacing” tanah.
c. Secara perorangan siswa membuat tulisan tentang perkehidupan
jenis cacing tanah tertentu sesuai hasil pengamatannya.
RANGKUMAN
Teori belajar Kognitivisme adalah teori yang menjelaskan proses
pemikiran dan perbedaan kondisi mental serta pengaruh faktor internal dan
eksternal dalam menghasilkan belajrnya seorang individu. Apabila proses
kognitif bekerja secara normal, maka perolehan infirmasi dan penyimpanan
pengetahuan akan bekerja dengan baik pula, namun apabila proses kognitif
bekerja tidak sebagaimana mestinya, maka terjadilah masalah dalam belajar.
Teori belajar behavioristik adalah sebuah aliran dalam teori belajar
yang sangat menekanlan pada perlunya tingkah laku yang dapat diamati.
Menurut aliran behavioristik, belajar pada hakikatnya adalah pembentukan
asosiasi antara kesan yang ditangkap pasca indera dengan kecenderungan
untuk bertindak atau hubungan antara stimulus dan respon. Oleh karena itu,
teori ini juga dinamakan teori stimulus-respon. Belajar adalah upaya untuk
membentuk hubungan stimulus dan respon sebanyak- banyaknya.
Dalam teori belajar humanistik proses belajar harus berhulu dan
bermuara pada manusia itu sendiri. Meskipun teori ini sangat menekankan
pentingya isi dari proses belajar, dalam kenyataan teori ini lebih banyak
berbicara tentang pendidikan dan proses belajar dalam bentuknya yang
paling ideal. Dengan kata lain, teori ini lebih tertarik pada ide belajar dalam
bentuknya yang paling ideal dari pada belajar seperti apa adanya, seperti
apa yang bisa kita amati dalam dunia keseharian. Teori apapun dapat
dimanfaatkan asal tujuan untuk “memanusiakan manusia” (mencapai
aktualisasi diri dan sebagainya) dapat tercapai. Dalam teori belajar
30. 30
humanistik, belajar dianggap berhasil jika si pelajar memahami
lingkungannya dan dirinya sendiri.
LATIHAN
Untuk memperdalam pemahaman anda mengenai materi
diatas, kerjakanlah latihan berikut:
1. Jelaskan perbedaan teori belajar pembelajaran, kognitiveisme,
behaviorisme, humanisme dan konstruktivisme.
2. Jelaskan prinsip teori belajar pembelajaran, kognitiveisme, behaviorisme,
humanisme dan konstruktivisme.
3. Kemungkakan bentuk implementasi teori belajar pembelajaran,
kognitiveisme, behaviorisme, humanisme dan konstruktivisme pada
pelaksanaan pembelajaran.
31. 31
DAFTAR PUSTAKA
Sugandi, Ahmad. 2007.Teori Pembelajaran. Semarang: UPT MKK UNNES.
Mukinan.1997.Teori Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: P3G IKIP
Zulhammi. 2015. Teori Belajar Behavioristik dan Humanistik dalam Perspektif
Pendidikan Islam.(Jurnal Darul Ilmi) Vol. 3 No. 1 Hal.105-127.
http://perpustakaan-online.blogspot.com/2008/04/teori-belajar-
humanistik.html
Hall, Calvin S., & Lindzey, Gardner (2000), Teori-Teori Holistik (Organismik-
Fenomenologis), Dr. A. Supratiknya (ed.), Jogjakarta: Kanisius.