Pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam membuat peta tematik dan SIG. Model ini melibatkan siswa belajar secara kelompok dengan anggota yang beragam kemampuan sambil saling membantu untuk memahami materi. Penggunaan sumber belajar dan media yang tepat juga dapat memotivasi siswa dan meningkatkan penguasaan konsep geografi.
1. PEMBELAJARAN KOOPERATIF LEARNING DAN KEBUTUHAN
SUMBER SERTA MEDIA PEMBELAJARAN UNTUK MENINGKATKAN
KOMPETENSI PESERTA DIDIK DALAM MEMBUAT DAN MENYAJIKAN
PETA TEMATIK DAN SIG
Oleh : Rosmalia Eva
Abstrak
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, ahlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa dan Negara.
Model belajar kooperatif learning merupakan suatu model pembelajaran yang
membantu siswa dalam pengembangan pemahaman dan sikapnya sesuai dengan
kehidupan nyata di masyarakat. Sehingga dengan bekerja bersama-sama diantara
sesama kelompok akan meningkatkan produktifitas dan perolehan belajar, serta
mendorong siswa dalam memecahkan berbagai masalah yang ditemui selama proses
pembelajaran.
Tujuan penulisan artikel ini adalah mengetahui penerapan model cooperative
learning pada materi pembuatan peta. Selain itu proses pembelajaran secara kognitif
menekankan pada pemberian pengalaman langsung, sehingga dapat membantu siswa
memperoleh pemahaman lebih mendalam tentang pembuatan peta tematik, dan siswa
mampu menganalisis penempatan suatu lokasi yang tepat dengan menggunakan SIG.
Media sangat penting dalam suatu pembelajaran karena dapat membantu pendidik
dalam melakukan proses pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Dengan sumber belajar adalah segala sesuatu yang dapat dimanfaatkan oleh siswa
untuk mempelajari bahan dan pengalaman belajar sesuai dengan tujuan yang hendak
dicapai.
Pemanfaatan pembelajaran kooperatif learning untuk ,eningkatkan hasil belajar
peserta didik, meningkatkan hubungan antar kelompok, belajar kooperatif memberi
kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi dan beradaptasi dengan teman satu tim
untuk mencerna materi pembelajaran, meningkatkan rasa percaya diri dan
memotivasi belajar, belajar kooperatif dapat membina kebersamaan, peduli satu sama
lain dan tenggang rasa, serta mempunyai andil terhadap keberhasilan tim,
menumbuhkan realisasi kebutuhan peserta didik untuk belajar berpikir, belajar
kooperatif dapat diterapkan untuk berbagai materi ajar, seperti pemahaman yang
rumit, pelaksanaan kaijian proyek, dan latihan memecahkan masalah, danmemadukan
dan menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam membuat peta tematik dan
SIG.
Model pembelajaran kooperatif learning dapat diterapkan pada kompetensi dasar
pembuatan peta tematik dan SIG. Pembelajaran kooperatif pada standar kompetensi
2. ini lebih bermakna dengan menggunakan media peta yang cocok yang menghasilkan
ingatan siswa dan mampu meningkatkan motivasi belajar siswa terhadap geografi.
Kata Kunci: Pendidikan, kooperatif learning, media pembelajaran dan
pemanfaatan model
A. Pembelajaran Kooperatif Learning dalam pembelajaran Geografi
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, ahlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa dan Negara. Sehingga dalam melaksanakan prinsip penyelenggaraan
pendidikan harus sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yaitu; mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Seperti diketahui di era globalisasi pendidikan merupakan salah satu kebutuhan
sehingga tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sehari-hari. Ketertinggalan bangsa
Indonesia di bidang pendidikan dibandingkan negara-negara tetangga menyebabkan
pemerintah terdorong untuk memacu diri untuk memiliki standar internasional.
Dorongan tersebut bahkan dicantumkan di dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang
Sisdiknas pasal 50 ayat (3) yang berbunyi, "Pemerintah dan/atau pemerintah daerah
menyelenggarakan sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan pada semua jenjang
pendidikan, untuk dikembangkan menjadi satuan pendidikan yang bertaraf
internasional”(http://cfbe.grouply.com).
Strategi pembelajaran di samping ditafsirkan sebagai urutan kegiatan
pembelajaran, sering pula dikaitkan dengan metode pembelajaran bahkan ada yang
menyamakan keduanya. Sedangkan metode pembelajaran sering pula dikaitkan
dengan penggunaan media pembelajaran. Strategi pembelajaran adalah penetapan
komponen-komponen pembelajaran utama agar penyampaian isi pelajaran dapat
mencapai sasaran belajar dan dapat dipahami oleh peserta didik secara efektif dan
efisien. Dick and Carey (1985), mengatakan bahwa suatu strategi intruksional
menjelaskan komponen-komponen umum dari suatu set bahan intruksional dan
prosedur-prosedur yang akan digunakan bersama bahan-bahan tersebut untuk
menghasilkan hasil belajar tertentu pada peserta didik. Ia menyebutkan lima
komponen umum dari strategi pembelajaran sebagai berikut: 1) kegiatan pra
pembelajaran, 2) penyajian informasi, 3) partisipasi mahasiswa dan 4) tes.
Selanjutnya Soekartawi, dkk (1995), juga mengemukakan komponen-komponen
3. pembelajaran tersebut terdiri dari empat komponen, yaitu 1) urutan penyajian, 2)
metode penyampaian, 3) media pembelajaran dan 4) waktu pembelajaran.
Salah satu komponen utama pada strategi pembelajaran di luar urutan kegiatan
pembelajaran adalah metode pembelajaran. Pada uraian sebelumnya telah
diungkapkan bahwa tidak setiap metode pembelajaran sesuai untuk digunakan dalam
mencapai tujuan pembelajaran tertentu. Karena itu, guru harus memilih metode yang
sesuai untuk setiap tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
Metode pembelajaran berfungsi sebagai cara dalam menyampaikan
(menguraikan, member contoh dan member latihan) bahkan ajaran kepada peserta
didik untuk mencapai tujuan tertentu. Di samping metode yang dapat dimanfaatkan
sebagai penyalur bahan ajaran, media juga dapat digunakan sebagai penyalur isi
bahan ajaran dalam kegiatan pembelajaran yang beraneka ragam. Guru dapat memilih
salah satu atau beberapa di antaranya untuk digunakan dalam menyusun strategi
pembelajarannya. Media yang digunakan kegiatan pembelajaran karena memiliki
kemampuan yang bermanfaat seperti yang dikemukakan oleh Soekartawi, dkk
(1995:73).
Berbagai hasil penelitian telah membuktikan adanya perkembangan dan
peningkatan hasil belajar melalui pembelajaran kooperatif. Diantaranya adalah
meningkatnya prestasi akademis, perbaikan perilaku, peningkatan kehadiran siswa,
peningkatan rasa percaya diri dan motivasi belajar siswa, serta bertambahnya rasa
suka terhadap sekolah dan teman-teman sekelas. Disamping itu, pembelajaran
kooperatif relatif mudah diterapkan dan tidak membutuhkan biaya besar.
Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidaktidaknya
tiga tujuan penting pembelajaran, yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap
keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial (Ibrahim, dkk, 2000:7).Menurut
Slavin (1997), pembelajaran kooperatif, merupakan model pembelajaran dengan
siswa bekerja dalam kelompok yang memiliki kemampuan heterogen. Pembelajaran
kooperatif atau cooperative learning mengacu pada model pengajaran, siswa bekerja
bersama dalam kelompok kecil saling membantu dalam belajar (Nur dan Wikandari,
2000:25). Eggen dan Kauchak (1993: 319) mendefinisikan pembelajaran kooperatif
sebagai sekumpulan strategi mengajar yang digunakan guru agar siswa saling
membantu dalam mempelajari sesuatu.
Model belajar kooperatif learning merupakan suatu model pembelajaran yang
membantu siswa dalam pengembangan pemahaman dan sikapnya sesuai dengan
kehidupan nyata di masyarakat. Sehingga dengan bekerja bersama-sama diantara
sesama kelompok akan meningkatkan produktifitas dan perolehan belajar, serta
mendorong siswa dalam memecahkan berbagai masalah yang ditemui selama proses
pembelajaran.
Berdasarkan pengertian tersebut, maka pembelajaran dengan kooperatif learning
akan dapat mengembangkan kualitas diri siswa terutama aspek efektivitas siswa dapat
dilakukan secara bersama-sama. Belajar dalam kelompok kecil dengan prinsip
kooperatif sangat baik digunakan untuk tujuan belajar, baik yang sifatnya kognitif,
afektif maupun konatif.
4. Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) adalah suatu strategi
pembelajaran berdasarkan paham konstruktivis dimana siswa dikelompokkan dalam
kelompok-kelompok kecil beranggotakan 4-5 siswa dengan tingkat kemampuan yang
berbeda, melakukan berbagai macam kegiatan belajar untuk memudahkan siswa
dalam menguasai suatu mata pelajaran. Masing-masing anggota tim tidak hanya
memiliki tanggung-jawab untuk belajar dan mempelajari apa yang sedang diajarkan,
tapi juga harus membantu rekan sekelompok dalam belajar. Suatu kelompok bisa
dikatakan belum tuntas menguasai suatu materi jika masih ada salah satu anggota
belum menguasai materi tersebut.
Unsur-unsur dasar dalam pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut
(Lungdren, 1994):
Adanya persepsi bahwa keberhasilan atau kegagalan kelompok berarti
keberhasilan atau kegagalan bersama.
Rasa tanggung-jawab terhadap siswa lain dalam kelompoknya, dan tanggung-jawab
terhadap diri sendiri.
Pandangan bahwa semua memiliki tujuan yang sama.
Adanya pembagian tugas dan tanggung-jawab antara para anggota kelompok.
Evaluasi siswa berpengaruh terhadap evaluasi kelompok.
Kesempatan berbagi kepemimpinan antar anggota kelompok.
Ketrampilan bekerja-sama selama proses pembelajaran.
Setiap siswa akan diminta untuk mempertanggung-jawabkan secara individual
materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
Menurut Thomson, et al. (1995), dalam kelompok kooperatif siswa belajar
bersama dalam kelompok-kelompok kecil yang saling membantu satu dengan yang
lain. Kelompok-kelompok kecil tersebut beranggotakan 4-6 siswa dengan
kemampuan yang heterogen, juga jenis kelamin, dan suku. Heterogenitas ini
bermanfaat untuk melatih siswa dalam menerima perbedaan serta bekerja sama
dengan teman yang memiliki latar belakang berbeda.
Pembelajaran kooperatif mengajarkan ketrampilan-ketrampilan khusus agar siswa
dapat bekerja sama dengan baik di dalam kelompoknya, seperti menjadi pendengar
yang baik. Selama kerja kelompok, siswa mendapat lembar kegiatan berisi
pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk diajarkan, dan tugas anggota
kelompok adalah mencapai ketuntasan belajar. (Slavin, 1995)
1. Macam-Macam Model Pembelajaran Kooperatif
Ada 4 macam model pembelajaran kooperatif yang dikemukakan oleh Arends (2001),
yaitu;
a. Student Teams Achievement Division (STAD)
b. Group Investigation
c. Jigsaw
d. Structural Approach
Sedangkan dua pendekatan lain yang dirancang untuk kelas-kelas rendah adalah;
5. a. Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) digunakan pada
pembelajaran membaca dan menulis pada tingkatan 2-8 (setingkat TK sampai
SD), dan
b. Team Accelerated Instruction (TAI) digunakan pada pembelajaran matematika
untuk tingkat 3-6 (setingkat TK).
Model pembelajaran kooperatif ditandai dengan adanya struktur tugas, struktur
tujuan, dan struktur penghargaan (Arends, 1997: 110-111).
a. Struktur tugas mengacu pada cara pengaturan pembelajaran dan jenis kegiatan
siswa dalam kelas
b. Struktur tujuan, yaitu sejumlah kebutuhan yang ingin dicapai oleh siswa dan guru
pada akhir pembelajaran atau saat siswa menyelesaikan pekerjaannya. Ada tiga
macam struktur tujuan, yaitu:
Struktur tujuan individualistik
Struktur tujuan kompetitif
Struktur tujuan kooperatif
c. Struktur penghargaan kooperatif, yaitu penghargaan yang diberikan pada
kelompok jika keberhasilan kelompok sebagai akibat keberhasilan bersama
anggota kelompok.
2. Ciri-Ciri dan Tahapan pada Model Kooperatif
Menurut Arends (1997: 111), pembelajaran yang menggunakan model kooperatif
memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menyelesaikan materi
belajar,
b. kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan
rendah,
c. jika mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin
yang berbeda-beda,
d. penghargaan lebih berorientasi pada kelompok dari pada individu.
Pembelajaran kooperatif dilaksanakan mengikuti tahapan-tahapan sebagai berikut
(Ibrahim, M., dkk., 2000: 10)
a. Menyampaikan tujuan pembelajaran dan perlengkapan pembelajaran
b. Menyampaikan informasi
c. Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar
d. Membantu siswa belajar dan bekerja dalam kelompok
e. Evaluasi atau memberikan umpan balik.
f. Memberikan penghargaan
3. Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidaktidaknya
tiga tujuan pembelajaran yang disarikan dalam Ibrahim, dkk (2000:7-8) sebagai
6. berikut:
a. Meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik. Beberapa ahli
berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep
yang sulit.
b. Penerimaan yang luas terhadap orang yang berbeda menurut ras, budaya, kelas
sosial, kemampuan, maupun ketidakmampuan. Mengajarkan untuk saling
menghargai satu sama lain.
c. Mengajarkan kepada siswa keterampilan kerjasama dan kolaborasi. Keterampilan
ini penting karena banyak anak muda dan orang dewasa masih kurang dalam
keterampilan sosial.
4. Ketrampilan Pembelajaran Kooperatif
Melalui model ini diharapkan tidak cuma kemampuan akademik yang dimiliki
siswa tetapi juga ketrampilan yang lain. Keterampilan-keterampilan itu menurut
Ibrahim, dkk. (2000:47-55), antara lain:
a. Keterampilan-keterampilan Sosial
b. Keterampilan Berbagi
c. Keterampilan Berperan Serta
d. Keterampilan-keterampilan Komunikasi
e. Pembangunan Tim
f. Keterampilan-keterampilan Kelompok
5. Konsep Dasar Kooperatif Learning
Dalam menggunakan model belajar kooperati learning di kelas, ada berbagai
konsep mendasar yang perlu diperhatikan dan diupayakan oleh guru. Konsep tersebut
meliputi:
a. Perumusan tujuan belajar siswa harus jelas
b. Penerimaan yang menyeluruh oleh siswa tentang tujuan belajar
c. Ketergantungan yang bersifat positif
d. Interaktif yang bersifat terbuka
e. Tanggung jawab individu
f. Kelompok bersifat heterogen
g. Interaksi sikap dan perilaku sosial positif
h. Tindak lanjut (follow up)
i. Kepuasan dalam belajar
6. Langkah-langkah Dalam Pembelajaran Kooperatif Learning
Langkah-langkah dalam penggunaan model kooperatif learning secara umum (Stahl,
1994, Slavin, 1983) dapat dijelaskan secara operasional sebagai berikut:
a. Langkah pertama yang dilakukan guru adalah merancang rencana program
7. pembelajaran. Pada langkah ini guru mempertimbangkan dan menetapkan target
pembelajaran yang ingin dicapai dalam pembelajaran. Guru juga menetapkan
sikap dan keterampilan sosial. Guru harus mengorganisasikan materi dan tugas-tugas
siswa yang mencerminkan sistem kerja dalam kelompok kecil. Untuk
memulai pembelajaran, guru harus menjelaskan tujuan dan sikap serta
keterampilan sosial yang ingin dicapai dan diperlihatkan oleh siswa selama
pembelajaran. Hal ini mutlak harus guru, karena dengan demikian siswa bisa
mengetahui dan memahami apa yang harus dilakukannya selama proses belajar
mengajar berlangsung.
b. Langkah kedua, dalam aplikasi pembelajaran di kelas, guru merancang lembar
observasi yang akan digunakan untuk mengobservasi kegiatan siswa dalam
belajar secara bersama dalam kelompok-kelompok kecil. Guru menjelaskan
pokok-pokok materi dengan tujuan agar siswa mempunyai wawasan dan orientasi
yang memadai tentang materi yang diajarkan. Langkah berikutnya yang harus
dilakukan adalah menggali pengetahuan dan pemahaman siswa tentang materi
pelajaran berdasarkan apa yang telah dipelajari. Berikutnya guru membimbing
siswa untuk membuat kelompok pemahaman dan konsepsi guru terhadap siswa
secara individual untuk menemukan kebersamaan dari kelompok yang terbentuk.
Kegiatan ini dilaksanakan sambil menjelaskan tugas yang harus dilakukan
mahasiswa dalam kelompoknya masing-masing. Dan pada saat mahasiswa belajar
secara kelompok, maka guru mulai melakukan monitoring dan mengobservasi
kegiatan belajar siswa berdasarkan lembar observasi yang telah dirancang
sebelumnya.
c. Langkah ketiga, dalam melakukan observasi terhadap kegiatan siswa, guru
mengarahkan dan membimbing siswa baik secara individual maupun kelompok
dari segi memahami materi maupun mengenai sikap dan perilaku siswa selama
kegiatan belajar berlangsung. Pemberian pilihan dan kritik membangun dari guru
kepada siswa merupakan aspek penting yang harus diperhatikan oleh guru pada
saat siswa bekerja dalam kelompoknya. Di sampng itu, pada saat kegiatan
berlangsung siswa terlibaht dalam diskusi dalam kelompoknya masing-masing,
guru secara periodik memberikan layanan kepada siswa baik secara individual
maupun klasikal.
d. Langkah keempat, guru memberikan kesempatan kepada siswa dari masing-masing
kelompok untuk mempresentasikan hasil kerjanya. Pada saat diskusi kelas
ini, guru bertindak sebagai moderator. Hal ini dimaksudkan untuk mengarahkan
dan megkoreksi pengertian dan pemahaman siswa terhadap materi atau hasil kerja
yang telah ditampilkannya.
7. Tujuan Pembelajaran Kooperatif Learning
Tujuan pembelajaran kooperatif berbeda dengan kelompok tradisional yang
menerapkan sistem kompetisi, di mana keberhasilan individu diorientasikan pada
kegagalan orang lain. Sedangkan tujuan dari pembelajaran kooperatif adalah
8. menciptakan situasi di mana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh
keberhasilan kelompoknya. Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk
mencapai setidak- tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting, yaitu:
a. Hasil belajar akademik
Dalam belajar kooperatif meskipun mencakup beragam tujuan sosial, juga
memperbaiki prestasi siswa atau tugas-tugas akademis penting lainnya. Beberapa
ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami
konsep-konsep sulit. Para pengembang model ini telah menunjukkan bahwa
model struktur penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan nilai siswa pada
belajar akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar.
Di samping mengubah norma yang berhubungan dengan hasil belajar,
pembelajaran kooperatif dapat memberi keuntungan baik pada siswa kelompok
bawah maupun kelompok atas yang bekerja bersama menyelesaikan tugas-tugas
akademik.
b. Penerimaan terhadap perbedaan individu
Tujuan lain model pembelajaran kooperatif adalah penerimaan secara luas
dari orang-orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas sosial, kemampuan,
dan ketidakmampuannya. Pembelajaran kooperatif memberi peluang bagi siswa
dari berbagai latar belakang dan kondisi untuk bekerja dengan saling bergantung
pada tugas-tugas akademik dan melalui struktur penghargaan kooperatif akan
belajar saling menghargai satu sama lain.
c. Pengembangan keterampilan sosial
Tujuan penting ketiga pembelajaran kooperatif adalah, mengajarkan kepada
siswa keterampilan bekerja sama dan kolaborasi. Keterampilan-keterampilan
sosial, penting dimiliki oleh siswa sebab saat ini banyak anak muda masih kurang
dalam keterampilan sosial.
8. Elemen-Elemen Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran yang dilaksanakan secara berkelompok belum tentu mencerminkan
pembelajaran kooperatif. Secara teknis memang tampak proses belajar bersama,
namun terkadang hanya merupakan belajar yang dilakukan secara bersama dalam
waktu yang sama, namun tidak mencerminkan kerjasama antar anggota kelompok.
Untuk itu agar benar-benar mencerminkan pembelajaran kooperatif, maka perlu
diperhatikan elemen-elemen pembelajaran kooperatif sebagai berikut :
a. Saling Ketergantungan Positif
Keberhasilan suatu karya sangat bergantung pada usaha setiap anggotanya.
Wartawan mencari dan menulis berita, redaksi mengedit, dan tukang ketik
mengetik tulisan tersebut. Rantai kerja sama ini berlanjut terus sampai dengan
mereka yang di bagian percetakan dan loper surat kabar. Semua orang ini bekerja
demi tercapainya satu tujuan yang sama, yaitu terbitnya sebuah surat kabar dan
sampainya surat kabar tersebut di tangan pembaca.Untuk menciptakan kelompok
9. kerja yang efektif, pengajar perlu menyusun tugas sedemikian rupa sehingga
setiap anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain
bisa mencapai tujuan mereka. Dalam metode
Jigsaw, disarankan jumlah anggota kelompok dibatasi sampai dengan empat
orang saja dan keempat anggota ini ditugaskan membaca bagian yang berlainan.
Keempat anggota ini lalu berkumpul don bertukar informasi. Selanjutnya,
pengajar akan mengevaluasi mereka mengenai seluruh bagian. Dengan cara ini,
mau tidak mau setiap anggota merasa bertanggung jawab untuk menyelesaikan
tugasnya agar yang lain bisa berhasil.Penilaian juga dilakukan dengan cara yang
unik. Setiap siswa mendapat nilainya sendiri dan nilai kelompok. Nilai kelompok
dibentuk dari “sumbangan” setiap anggota. Untuk menjaga keadilan, setiap
anggota menyumbangkan poin di atas nilai rata-rata mereka. Misalnya, nilai rata-rata
si A adalah 65 don kali ini dia mendapat 72, dia akan menyumbangkan 7
poin untuk nilai kelompok mereka. Dengan demikian, setiap siswa akan bisa
mempunyai kesempatan untuk memberikan sumbangan nilai kelompok. Selain itu
beberapa siswa yang kurang mampu tidak akan merasa minder terhadap rekan-rekan
mereka karena mereka juga memberikan sumbangan
b. Tanggung Jawab Perseorangan
Unsur ini merupakan akibat langsung dari unsur yang pertama. Jika tugas dan
pola penilaian dibuat menurut prosedur model pembelajaran Cooperative
Learning, setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang
terbaik. Kunci keberhasilan metode kerja kelompok adalah persiapan guru dalam
penyusunan tugasnya.Pengajar yang efektif dalam model pembelajaran
Cooperative Learning membuat persiapan dan menyusun tugas sedemikian rupa
sehingga masing-masing anggota kelompok harus melaksanakan tanggung
jawabnya sendiri agar tugas selanjutnya dalam kelompok bisa dilaksanakan.
Dalam teknik Jigsaw yang dikembangkan Aronson misalnya, bahan bacaan dibagi
menjadi empat bagian dan masing-masing siswa mendapat dan membaca satu
bagian. Dengan cara demikian, siswa yang tidak melaksanakan tugasnya akan
diketahui dengan jelas clan mudah. Rekan-rekan dalam satu kelompok akan
menuntutnya untuk melaksanakan tugas agar tidak menghambat yang lainnya.
c. Tatap Muka
Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertemu muka dan
berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan para pembelajar untuk
membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota. Hasil pemikiran
beberapa kepala akan lebih kaya daripada hasil pemikiran dari satu kepala saja.
Lebih jauh lagi, hasil kerja sama ini jauh lebih besar daripada jumlah hasil
masing-masing anggota.Inti dari sinergi ini adalah menghargai perbedaan,
meman-faatkan kelebihan, dan mengisi kekurangan masing-masing. Setiap
anggota kelompok mempunyai latar belakang pengalaman, keluarga, don sosial-ekonomi
yang berbeda satu dengan yang lainnya. Perbedaan ini akan menjadi
10. modal utama dalam proses saling memperkaya antaranggota kelompok. Sinergi
tidak didapatkan begitu saja dalam sekejap, tetapi merupakan proses kelompok
yang cukup ponjang. Para anggota kelompok perlu diberi kesempatan untuk
saling mengenal dan menerima satu sama lain dalam kegiatan tatap muka don
interaksi pribadi.
d. Komunikasi Antar Anggota
Unsur ini juga menghendaki agar para pembelaiar dibekali dengan berbagai
keterampilan berkomunikasi. Sebelum menugaskan siswa dalam kelompok,
pengajar perlu mengajarkan cara-cara berkomunikasi. Tidak setiap siswa
mempunyai keahlian mendengarkan don berbicara. Keberhasilan suatu kelompok
juga bergantung pada kesediaon para anggotanya untuk saling mendengarkan don
kemampuan mereka untuk mengutarakan pendapat mereka.
Ada kalanya pembelajar perlu diberi tahu secara eksplisit mengenai cara-cara
berkomunikasi secara efektif seperti bagaimana caranya menyanggah pendapat
orang lain tanpa harus menyinggung perasaan orang tersebut. Masih banyak orang
yang kurang sensitif dan kurang bijaksana dalam menyatakan pendapat mereka.
Tidak ada salahnya mengajar siswa beberapa ungkapan positif atau sanggahan
dalam ungkapan yang lebih halus. Keterampilan berkomunikasi dalam kelompok
ini jugs merupakan proses panjang. Pembelajar tidak bisa diharapkan langsung
menjadi komunikator yang handal dalam waktu sekejap. Namun, proses ini
merupakan proses yang sangat bermanfaat dan perlu ditempuh untuk memperkaya
pengalaman belajar serta membina perkembangan mental emosional para siswa.
e. Evaluasi
Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk
mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar
selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif. Waktu evaluasi ini tidak perlu
diadakan setiap kali ada kerja kelompok, tetapi bisa diadakan selang beberapa
waktu setelah beberapa kali pembelaiar terlibat dalam kegiatan pembelajaran
Cooperative Learning.
9. Implikasi dalam pembelajaran Geografi
Ada beberapa elemen dasar yang digunakan untuk mengangkat permasalahan
dalam pembelajaran Geografi, diantaranya :
a. Bentuk – bentuk bumi
1) Bagaimana menggunakan peta dan kenampakan – kenampakan geografis
untuk menginterpretasi dan menganalisis peristiwa peristiwa di dunia
2) Bagaimana menggunakan peta pikiran untuk mengorganisasikan informasi
3) Bagaimana mengorganisasikan analisis dan interaksi spasial, serta
bagaimana menggunakan ide tersebut untuk mengambil keputusan
11. b. Wilayah dan Region
1) Karakteristik fisik manusia di suatu wilayah
2) Kreativitas penduduk dan variasi yang kompleks di muka bumi
3) Bagaimana budaya dan pengalaman penduduk dalam mempersepsikan
wilayah dan region
c. Sistem Fisik
1) Bentuk dan proses fisik, siklus – siklus di permukaan bumi
2) Karakteristik, distribusi ekosistem, produktivitasnya, dan keragamannya
d. Sistem Manusia
1) Karakteristik, distribusi, migrasi penduduk, serta dampak terhadap fisik
dan manusianya
2) Karakteristik budaya, bagaimana perubahan budaya, bagaimana
teknologinya mempunyai dampak terhadap standar kehidupan
3) Bentuk dan fungsi pemukiman penduduk, lokasi dan struktur kota, serta hal
– hal yang menyebabkan perubahan settlement
4) Bentuk – bentuk dan jaringan ekonomi, dan bagaimana penduduk hidup
dalam isu ekonomi lokal dan global
5) Konflik atau kerjasama, bagaimana kekuatan konflik internal dan eksternal
e. Lingkungan dan Masyarakat
1) Bagaimana kegiatan manusia dapat mempengaruhi lingkungan fisik?
Bagaimana masyarakat membuat devisa dari perubahan lingkungan?
2) Bagaimana pengaruh sistem fisik teradap sistem manusia? Bagaimana
bencana alam berpengaruh pada kehidupan manusia?
3) Perubahan dalam memahami dan menggunakan sumberdaya, kebijakan
terhadap sumberdaya, dan bagaimana mendaur ulang sumberdaya
tersebut
f. Kegunaan Geografi
1) Bagaimana menginterpretasi masa lampau? Bagaimana proses – proses
geografi kesejarahan?
2) Bagaimana menginterpretasi dan merencanakan sesuatu ke depan untuk
memecahkan permasalahan dan membuat keputusan (Gersmehl,2008
dalam sumarmi, 2012)
Topik – topik yang menarik untuk diangkat sebagai permasalahan bisa berupa
:Earth subsystems,The carbon cycle,Rocks and minerals,Fossils resources,The
soil,Gas hydrates,The sea,Drinking water,Earthquake,Climate changes dan
Biodiversity changes.
Hakikatnya, pembelajaran merupakan suatu usaha sadar guru/pengajar untuk
membantu sisiwa atau anak didiknya agar mereka dapat belajar sesuai dengan
kebutuhan dan minatnya. Dengan kata lain pembelajaran adalah usaha – usaha yang
terencana dalam memanipulasi sumber – sumber belajar agar terjadi proses belajar
dalam diri siswa (Sadiman dalam Kustandi dan sutjipto, 2011).
10. Implikasi dalam Media Pembelajaran
12. Dalam suatu proses belajar mengajar,dua unsur yang amat penting adalah metode
mengajar dan media pembelajaran. Media berfungsi untuk tujuan pembelajaran,
dimana informasi yang terdapat dalam media pembelajaran harus melibatkan siswa,
baik dalam benak atau mental, maupun dalam bentuk aktifitas yang nyata, sehingga
pembelajaran dapat terjadi. Untuk dapat memperjelas makna pesan yang
disampaikan sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran yang lebih baik dan
sempurna maka diperlukan alat yang dapat membantu. Alat tersebut dikatakan
sebagai media Pembelajaran.
Kedudukan media pembelajaran dalam sistem pembelajaran adalah : alat bantu,
alat penyalur pesan, alat penguatan, dan dapat mewakili guru menyampaikan
informasi secara lebih teliti, jelas dan menarik. Menurut Kemp dan Dayton (dalam
Kustandi dan Sutjipto,2012), media pembelajaran dapat memenuhi tiga fungsi utama
apabila media itu digunakan untuk perorangan, kelompok, atau kelompok pendenga
yang besar jumlahnya, yaitu (1) memotivasi minat dan tindakan, (2) menyajikan
informasi, (3) memberi intruksi.
Dalam perkembangannya,media pembelajaran mengikuti arus perkembangan
teknologi. Teknologi paling tua yang dimanfaatkan dalam proses belajar adalah
sistem percetakan yang bekerja atas dasar prnsip mekanistik. Kemudian lahir
teknologi audio visual, yang menggabungkan penemuan mekanistik dan elektronik
untuk tujuan pembelajaran. Teknologi yang muncul terakhir adalah teknologi mikro –
processor yang melahirkan pemakaian komputer dan kediatan interaktif (Kustandi
dan Sutjipto, 2012). Berdasarkan perkembangan teknologi tersebut, maka media
pembelajaran dapat dikelompokkan kealam empat kelompok, yaitu (1) media hasil
teknologi dan cetak, (2) media hasil teknologi audi visual, (3) media hasil teknologi
yang berdasarkan komputer, (4) media hasil gabungan teknologi cetak dan komputer
Berdasarkan pada pengklasifikasian para ahli, maka karakteristik atau ciri – ciri
khas suatu media berbeda, berdasarkan tujuan dan maksud pengelompokannya.
Untuk itu, sebenarnya media dipilih dan dignakan, disesuaikan dengan tujuan
pembelajaran dalam rangka mempermudah proses belajar, sehingga peseta didik
dapat memahami materi yang disampaikan. Ada beberapa benda yang digunakan
sebagai alat bantu dan dikatakan sebagai kelompokmedia sederhana, diantaranya :
gambar atau foto, sketsa, diagram, bagan (chart), grafik, poster, peta, globe, papan
tulis, papan flanel, papanbuletin, flip chart, akuarium, bangun ruang, diorama dan
herbarium. Ada pula ragam media pembelajaran lain yang dapat digunakan untuk
membantu dalam proses belajar mengajar antara lain : media audio, media proyeksi,
film dan video, komputer dan multimedia.
Kustandi dan Sutjipto (2012) menjelaskan beberapa tips atau pertimbangan –
pertimbangan yang dapat digunakan guru dalam melakukan seleksi terhadap media
pembelajaran, yaitu :
Menyesuaikan jenis media dengan kurikulum
Keterjangkauan dalam pembiayaan
Ketersediaan perangkat keras untuk pemanfaatan media pembelajaran
Ketersediaan mediapembelajaran di pasaran
13. Kemudahan memanfaatkan media pembelajaran.
Menurut taksonomi Leshin (dalamKustandi dan Sutjipto,2012) media
pembelajaran meliputi: media berbasis manusia, media berbasis cetakan, media
berbasis visual, media berbasis audio visual dan media berbasis komputer.Dalam
pembelajaran berbasis masalah, penggunaan media pembelajaran yang paling tepat
adalah penggunaan media berbasis manusia. Karena media berbasis manusia
mengajukan dua teknik yang efektif, yaitu rancangan yang berpusat pada masalah dan
bertanya ala socrates. Rancangan pembelajaran yang berpusat pada masalaha,
dibangun berdasarkan masalah yang harus dipecahkan oleh pelajar.
Langkah – langkah yang bisa dilakukan dalam proses pembelajaran adalah
sebagai berikut :
Mengidentifikasi pokok – pokok bahasan
Mengembangkan sajian pembelajaran mencakup semua informasi yang
diharapkan siswa jharus dikuasai
Menetapkan jenis informasi yang diinginkan dari siswa; kembangkan pertanyaan
atau strategi lain yang memerlukan keikutsertaan siswa menganalisis,
mensintesis, mengevaluasi, atau membuat keputusan
Menentukan pesan – pesan yang ingin disampaikan
Menetapkan butir – butir diskusi penting.
Beberapa cara yang dapat digunakan untuk menarik perhatian adalah : (a)
memulai pembelajaran dengan memusatkan pada aplikasi isi berbagai isu yang
relevan dengan siswa, abagaimana siswa akan menggunakan atau menerapkan
informasi baru ini, (b) menginformasikan kepada siswa apa yang diharapkan dapat
mereka kerjakan, dan (c) memulai dengan mengajukan pertanyaan atau mengajukan
masalah yang memusatkan perhatian terhadap informasi yang harus dipelajari oleh
siswa.
11. Lingkungan belajar
Geografi sebagi ilmu yang mempelajari tentang gejala – gejala dipermukaan bumi
secara keseluruhan dalam hubungan interaksi dan keruangan, tanpa mengabaikan
setiap gejala yang merupakan bagian dari keseluruhan ini sangat cocok untuk
memanfaatkan alam sekitar sebagai lingkungan belajarnya.
Gerakan pendidikan yang mendekatkan anak dengan alam disekitarnya adalah
gerakan pengajaran alam sekitar. Perintis gerakan ini antara lain adalah Fr.Finger
(1808 – 1888) disebut dengan “heimatkunde” (pengajaran alam sekitar) dan
J.Ligthart (1815-1916) di Belanda dengan “het volle leven”(kehidupan senyatanya)
(Sagala, 2010). Beberapa prinsip gerakan “heimatkunde” :
a. Guru dapat memperagakan secara langsung sesuai dengan sifat – sifat atau dasar
– dasar pengajaran
b. Pengajaran di alam sekitar memberikan kesempatan sebanyak – banyaknya agar
anak aktif atau giat tidak hanya duduk, dengar, dan catat saja,dan;
c. Pengajaran alam sekitar memungkinkan untuk memberikan pengajaran totalitas.
14. Alam sekitar tidak berbeda untuk anak maupun orang dewasa, segala kejadian di
alam merupakan sebagian dari hidupnya sendiri. Kaitannya dengan Pembelajaran
berbasis masalah adalah bagaimana lingkungan sekitar memberikan pembelajaran
bagi siswa bahwa yang terjadi tidaklah terlepas dari masalah. Bagaimana siswa
melihat krisis – krisis signifikan yang melanda dunia : perang, depresi, ekonomi,
terorisme internasional, kelaparan, inflasi, dan percepatan peningkatan ekonomi.
Setelah melihat hal tersebut, siswa membawa kedalam kelas, siswa dituntut untuk
mmapu menganalisis dan memecahkan masalah terjadi dengan kacamatanya sendiri
dan kapasitasnya sebagai peserta didik dan sebagai anggota masyarakat sesuai dengan
tingkat usianya.
B. Kebutuhan Media dan Sumber dalam Pembelajaran Kooperatif Learning
1. Media dalam Pembelajaran Kooperatif Learning
Media sangat penting dalam suatu pembelajaran karena dapat membantu pendidik
dalam melakukan proses pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Misalnya untuk mempelajari bagaimana kehidupan makhluk hidup di dasar laut, tidak
mungkin guru membimbing siswa langsung menyelam ke dasar lautan, atau
membelah dada manusia hanya umtuk mempelajari cara kerja organ tubuh manusia,
seperti cara kerja jantung ketika memompakan darah. Jadi media disini dapat
dikatakan sebagai alat peraga pembelajaran yang membantu proses belajar.
Untuk memahami peranan media dalam proses mendapatkan pengalaman belajar
bagi siswa, Edgard Dale melukiskannya dalam sebuah kerucut kemudian dinamakan
kerucut pengalaman cone of experiment.
Kerucut pengalaman yang dikemukakan oleh Edgar Dale memberikan gambaraqn
bahwa pengalaman belajar yang diperoleh siswa dapat melalui proses perbuatan atau
mengalami sendiri apa yang dipelajari, proses mengamati dan mendengarkan melalui
media tertentu dan proses mendengarkan melalui bahasa.
Pengetahuan akan semakin abstrak apabila hanya disampaikan melalui bahasa
verval. Hal ini di gambarkan oleh Edgar Dale, hal tersebut dapat memungkinkan
terjadinya verbalisme. Artinya siswa hanya mengetahui tentang kata tanpa memahami
dan mengerti makna yang terkandung dalam kata tersebut sehingga dapat
menimbulkan kesalahan persepsi siswa. Olehnya itu sebaiknya diusahakan agar
pengalaman siswa menjadi lebih kongkret, pesan yang ingin di capai, dilakukan
melalui kegiatan yang dapat mendekatkan siswa.
Penyampaian informasi yang hanya melalui bahasa verbal selain dapat
menimbulkan verbalisme dan kesalahan persepsi, juga gairah siswa untuk menangkap
pesan akan semakin berkurang, karena siswa kurang di ajak berpikir dan menghayati
pesan yang disampaikan, padahal untuk memahami sesuatu perlu keterlibatan siswa
baik fisik maupun psikis.
Media pembelajaran memiliki fungsi dan berperan untuk :
a) Menangkap suatu objek atau peristiwa-peristiwa tertentu
15. Peristiwa-peristiwa penting atau objek yang langka dapat di abadikan dengan
foto, film, atau direkam melalui video atau radio. Kemudian peristiwa tersebut
disimpan dan dapat digunakan manakala diperlukan. Misalnya guru dapat
menjelaskan gerhana matahari yang langka melalui hasil rekaman video.
b) Memanipulasi keadaan, peristiwa, atau objek tertentu
Dengan media pembelajaran bahan pelajaran yang bersifat abstrak akan
menjadi kongkret sehingga mudah dipahami dan dapat menghilangkan
verbalisme.
Media pembelajaran juga dapat membantu menampilkan objek yang terlalu
besar dan objek yang terlalu kecil. Untuk menampilkan objek tersebut, pendidik
atau guru dapat memanfaatkan film slide, foto-foto, atau gambar. Benda-benda
kecil dapat ditampilkan pula dengan memanfaatkan mikroskop dan
microprojector.
Untuk memanipulasi keadaan, juga media pembelajaran dapat menampilkan
suatu proses atau gerakan yang terlalu cepat yang sulit diikuti seperti gerakan
mobil, gerakan kapal terbang, atau sebaliknya dapat mempercepat gerakan-gerakan
yang lambat seperti gerakan pertumbuhan tanaman.
c) Menambah gairah dan motivasi belajar siswa
Penggunaan media dapat menambah motivasi belajar siswa sehingga
perhatian siswa terhadap materi pembelajaran meningkat.
Dari beberapa fungsi di atas maka media pembelajaran memiliki nilai praktis
sebagai berikut:
a) Media dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki siswa
b) Media dapat mengatasi batas ruang kelas
c) Media dapat memungkinkan terjadinya interaksi langsung antara peserta dengan
lingkungan
d) Media dapat menghasilkan keseragaman pengamatan
e) Media dapat menanamkan konsep dasar yang benar, nyata dan tepat
f) Media dapat membangkitkan motivasi dan merangsang peserta untuk belajar
dengan baik
g) Media dapat membangkitkan keinginan dan minat baru
h) Media dapat mengontrol kecepatan belaajar siswa
i) Media dapat memberikan pengalaman yang menyeluruh dari hal-hal yang
kongkret sampai yang abstrak.
Media pembelajaran benar-benar digunakan untuk membelajarkan siswa, maka
ada sejumlah prinsip yang harus diperhatikan, diantaranya :
a) Media yang digunakan oleh guru harus sesuai dan diarahkan untuk mencapai
tujuan pembelajaran.
b) Media yang digunakan harus sesuai dengan materi pembelajaran
c) Media pembelajaran harus sesuai dengan minat, kebutuhan dan kondisi siswa.
d) Media yang digunakan memerhatikan efektivitas dan efesien.
16. e) Media yang digunakan harus sesuai dengan kemampuan guru dalam
mengoperasikannya.
2. Sumber dalam Pembelajaran Kooperatif Learning
Yang dimaksud dengan sumber belajar adalah segala sesuatu yang dapat
dimanfaatkan oleh siswa untuk mempelajari bahan dan pengalaman belajar sesuai
dengan tujuan yang hendak dicapai.
Dalam pengajaran tradisional, guru sering hanya menetapkan buku sebagai
sumber belajar. Dalam proses pembelajaran yang dianggap modern sesuai tuntutan
standar proses pendidikan dan sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
khususnya teknologi informasi, maka sebaiknya guru memanfaatkan sumber lainnya
selain buku.
Beberapa sumber balajar yang bias dimanfaatkan oleh guru khsusunya dalam
setting proses pembelajaran didalam kelas diantaranya adalah :
a) Manusia sumber
b) Alat dan bahan pengajaran
c) Berbagai aktivitas dan kegiatan
d) Lingkungan atau setting
C. Pemanfaatan model Pembelajaran Kooperatif Learning untuk
Meningkatkan Kompetensi Peserta Didik Dalam Membuat Dan Menyajikan
Peta Tematik Dan SIG
Pembelajaran Kooperatif sangat tepat untuk mengaktifkan siswa di dalam kelas
sehingga pemilihan metode ini yang diharapkan pembelajaran tidak membosankan
dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Adapun manfaat pembelajaran
kooperatif dalam meningkatkan kompetensi siswa diantaranya:
1. Meningkatkan hasil belajar peserta didik.
2. Meningkatkan hubungan antar kelompok, belajar kooperatif memberi kesempatan
kepada siswa untuk berinteraksi dan beradaptasi dengan teman satu tim untuk
mencerna materi pembelajaran.
3. Meningkatkan rasa percaya diri dan memotivasi belajar, belajar kooperatif dapat
membina kebersamaan, peduli satu sama lain dan tenggang rasa, serta mempunyai
andil terhadap keberhasilan tim.
4. Menumbuhkan realisasi kebutuhan peserta didik untuk belajar berpikir, belajar
kooperatif dapat diterapkan untuk berbagai materi ajar, seperti pemahaman yang
rumit, pelaksanaan kaijian proyek, dan latihan memecahkan masalah.
5. Memadukan dan menerapkan pengetahuan dan keterampilan.
6. Meningkatkan perilaku dan kehadiran di kelas.
7. Relatif murah karena tidak memerlukan biaya khusus untuk menerapkannya.
Materi pembuatan peta tematik dan SIG terdapat pada materi SMA kelas XII pada
program IPS. Tercantum pada kurikulum 2013 dengan kompetensi inti 4. mengolah,
menalar, menyaji, dan mencipta dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait
17. dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri serta
bertindak secara efektif dan kreatif, dan mampu menggunakan metodasesuai kaidah
keilmuan. Dengan kompetensi dasar membuat dan menyajikan peta tematik dan SIG.
Secara afektif, akan berpengaruh terhadap pembentukan karakter yaitu siswa
dapat menunjukkan sikap kerjasama memiliki tanggung jawab, terbuka dan
mendengarkan pendapat orang lain yang menyampaikan pendapat selama
pembelajaran berlangsung. Selain itu siswa mampu mengapresiasikan kemampuan
siswa dalam menggambar dan mengembangkan nilai estetisnya. Hal ini dapat pula
mengembangkan keterampilan sosial. Selama proses pembelajaran siswa dapat
menunjukkan keterampilan sosial seperti bertanya, mendengarkan pendapat orang
lain, menerima kritik dan saran serta berkomunikasi dengan baik.
Hal ini tentunya tidak lepas dari indikator yang akan dicapai oleh siswa yang
meliputi indikator kognitif, afektif dan psikomotor. Indikator afektif dan psikomotor
yang harus siswa pahami yaitu membuat peta tematik dan menganalisis penempatan
suatu lokasi yang tepat dengan menggunakan SIG. Sedangkan indikator afektifnya
meliputi karakter dan keterampilan sosial dimana siswa mematuhi aturan
pembelajaran, bertanggung jawab mengerjakan tugas dan jujur selama kegiatan
berlangsung. Bertanya, memberikan pendapat dan berkomunikasi dalam
pembelajaran dalam pembuatan peta tematik dan SIG.
Media yang diperlukan yaitu buku Geografi XII, LKS siswa kelas XII, peta, 5
lembar Plastik transparan ukuran A4, spidol warna permanen dan penggaris.
Dalam membuat dan menyajikan peta tematik dan SIG, hal yang paling utama
dilaksanakan adalah pembuatan skenario pembelajaran. Skenario pembelajaran ini
didasarkan oleh pembuatan skenario praktek dan pembuatan peta tematik dan SIG.
Langkah-langkah pembuatan ini dengan cara: (1) menyiapkan bahan-bahan untuk
praktek, (2) interpretasi citra yang ditugaskan, (3) menentukan judul peta tematik
yang siswa buat, (4) menentukan warna spidol yang tepat untuk menandakan simbol
pada peta, misalnya: merah (jalan), coklat (pemukiman), hutan (hijau tua),
kebun/tegalan (hijau muda), biru (sungai) dan lain sebagainya, (5) tumpang susun
citra dan plastik transparan untuk menjiplak peta yang akan dibuat, (6) mengingatkan
siswa untuk mencantumkan komponen-komponen dalam peta, (7) memastikan peta
yang siswa buat telah memenuhi syarat, (8) melakukan uji kelengkapan komponen
peta dan nilai keindahan, (9) menganalisis penentuan lokasi yang tepat pada peta
penggunaan lahan yang telah di tumpang susun dan tahap terakhir (10)
mempresentasikan hasil praktek.
Langkah-langkah kegiatan pembelajaran dalam satu pertemuan (3 x 45 menit)
meliputi kegiatan awal, kegiatan inti dan penutup. Tentunya guru telah merancang
dan menuangkannya dalam bentuk desain pembelajaran berupa RPP dan Silabus.
Pembuatan peta tematik dan SIG ini menggunakan metode kooperatif learning
metode diskusi dengan kegiatan awal (15 menit) sebagai berikut:
a. Guru memasuki kelas dan mengucapkan salam kepada siswa.
b. Guru mengecek presensi siswa.
c. Guru memberikan apersepsi:
18. Meminta siswa untuk menjawab pertanyaan prasyarat yang berkaitan dengan
materi yang dibahas.
Menyampaikan kegunaan materi yang akan dipelajari dalam kehidupan
sehari-hari (khususnya yang berkaitan dengan kompetensi dasar).
d. Guru memberikan motivasi dengan menayangkan google earth.
Kegiatan Inti (90 menit) sebagai berikut:
a. Guru mengecek tugas kelompok siswa pada pertemuan sebelumnya.
b. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok dengan beranggotakan 5 orang.
c. Setiap kelompok ditugaskan untuk membawa 3 peta daerah tertentu dengan
dilengkapi dengan unsur-unsur peta dari internet.
d. Siswa diminta untuk mengidentifikasi peta yang mereka bawa.
e. Setelah itu, setiap kelompok diminta untuk menjiplak peta daerah tersebut di atas
plastik tranparan dengan ketentuan satu tema.
f. Misalnya, kelompok 1 membawa 3 peta daerah X, setiap siswa dalam kelompok
ditugaskan untuk membuat salah satu peta, misalnya:
Siswa 1, membuat peta sungai daerah X.
Siswa 2, membuat peta jalan daerah X.
Siswa 3, membuat peta pemukiman daerah X.
g. Setelah pembuatan peta dilakukan, siswa diminta tumpang susun peta tersebut
dan menjadikannya sebuah peta penggunaan lahan daerah X.
h. Siswa berdiskusi mengenai penempatan lokasi tertentu(misalnya, lokasi industri,
pasar, menempatan poster, penempatan atm dan lain-lain) pada daerah X
tersebut.
i. Siswa diminta untuk mempresentasikan hasil diskusi dan analisisnya.
Penutup (15 menit)
a. Guru memberikan refleksi terhadap materi pembelajaran yang telah dibahas.
b. Guru menginformasikan materi yang akan dibahas pada pertemuan selanjutnya.
c. Guru menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam kepada siswa.
Penilaian yang dilakukan dapat berupa jenis tagihan tugas kelompok yaitu
mengumpulkan peta yang diperoleh dari internet. Selain itu instrument penilaian
dilakukan sebelum, selama dan sesudah pembelajaran dengan memperhatikan diskusi
dan hasil presentasi siswa. Adapun rubik penilaian peta yang dibuat siswa dilihat dari
aspek keindahan/estetis, komponen kelengkapan peta, kerapihan dan ketelitian,
keuletan ketika mengerjakan, sikap dalam kelompok dan kerjasama.
Rubrik penilaian diskusi model kooperatif ini yaitu pemahaman materi
pembahasan, kemampuan melakukan analisis, kemampuan menyampaikan pendapat,
partisipasi dalam kelas dan kemampuan penggunaan bahasa yang baik dalam diskusi.
Kriteria penilaian meliputi nilai kualitatif dan kuantitatif yaitu memuaskan (100), baik
(90-80), cukup (70-65) dan kurang (<65).
19. Daftar Pustaka
Anang.(2010). One Minute Before Teaching – Strategi Membangun Atmosfer
Pembelajaran yang Dinamis dan Sarat Makna. Bandung : Alfabeta.
Dick, W. and Carey, L. 1985. The Systematic Design of Instruction (2nd Ed,),
Glecview, Illinois: Scot, Foresman and Company.
Ibrahim, Muslimin. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: University
Press.
Rancangan Intruksional (Intructional Design): Untuk Memperbaiki Kualitas
Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafinda Persada.
Sadiman, Arif S, dkk. (2011). Media Pendidikan, Pengertian, Pengambangan
dan Pemanfaatannya. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Sanjaya, Wina. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses. Kencana,
Jakarta: 2010.
Solihatin, Enting dan Raharja. Cooperative Learning. Jakarta: Bumi Aksara,tt.
Soekartawi, Suhardjono, T. Hartono Dan A. Ansharullah. 1995. Meningkatkan
http://cfbe.grouply.com. Diunduh pada tanggal 05 Juni 2013. Pukul 20.15.