Evapotranspirasi merupakan penguapan air oleh tanaman dan media. Laporan ini mengkaji evapotranspirasi pada gulma eceng gondok dengan variasi penutupan 25%, 50%, 75%, dan 100%. Hasilnya menunjukkan bahwa evapotranspirasi meningkat seiring penutupan yang lebih besar namun tidak berbeda nyata antara semua perlakuan.
1. LAPORAN PRAKTIKUM
ILMU GULMA
ACARA VI EVAPOTRANSPIRASI
Oleh:
Nama
NIM
Asisten
: Inayatul Fitria Dewi
:1510401057
: Eka Nuryani
PROGAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TIDAR
2017
2. BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Pendahuluan
Air menjadi kebutuhan mutlak yang dibutuhkan oleh tanaman. Oleh tanaman
air berfungsi sebagai pelarut unsur hara sehingga membantu dalam penyerapan unsur
menjadi lebih cepat karena tanpa adanya air maka tumbuhan tidak akan dapattumbuh.
Akan tetapi keberadaan air tidak selamanya tersedia oleh tanaman dikarenakan air
dapat menguap kapan saja selama dalam ruang yang terbuka.
Air bersama dengan unsur hara didalamnya akan diserap oleh tanaman unutk
dapat melakukan metabolismnya mensintesis cadangan makanan yang aka disimpan
oleh tanamn. Ketika air terserap oleh tanaman yang maka akan juga diiringi dengan
adanya penguapan dari tanaman untuk tetap menjaga suhu tanaman tetap stabil.
Karena ketika tanaman tidak melakukan penguapan maka akan terjadi gutasi.
Penguapan pada tanaman inilah dinamakan dengan transpirasi.
Selain adanya transpirasi yang dilakukan oleh tanaman, media pun akan
melakukan penguapan yang disebabkan oleh adanya kondisi lingkungan sehingga
penguapan ini dinamakan evaporasi. Ketika tanaman dan media bersama-sama
melakukan penguapan pada bisang dan waktu yang sama maka disebut dengan
evapotranspirasi. Penguapan inilah yang akan menyebabakan ketersediaan air di
dalam tanah akan semkin berkurang ditambah lagi adanya pertumbuhan gulma akan
membantu dalam kehilangan air secara cepat. Oleh karena itu dilakukanlah percobaan
tentang evapotranspirasi pada gulma guna mengetahui berapa besar penguapan yang
pada gulma air dibandingkan tanpa adanya gulma
1.2 Tujuan
1. Mengukur besarnya penguapan yang disebabkan oleh gulma Pistia stratiotes
atau Eichornia crassipes, Azolla pinnata
3. 2. Membandingkan besarnya penguapan dari masing - masing species dengan
besarnya penguapan dari permukaan air.
1.3 Manfaat
Manfaat yang dapat diambil dari percobaan ini adalah dapat memperkirakan
pengendalian gulma air pada areal pertanaman sehingga dapat meminmalisir
kehlangan air yang terdapat pada lahan.
4. BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Air sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidup
tumbuhan, airmenyusun 70%-80% dari berat tumbuhan ketika tanaman masih hidup.
Air juga berfungsi sebagai media transportasi unsur hara dan terlibat dalam reaksi
biokimia dalam sel tumbuhan. Dibidang pertanian, air diperoleh dari hujan atau
irigasi, Sebagian air juga berasal dari bawah tanah yang bergerak ke atas secara
lambat sebagai pengganti kehilangan air pada tanaman (Satrodarsono dan Takeda,
2003).
Evapotranspirasi adalah proses penguapan air yang berasal dari permukaan
bentangan air atau dari bahan padat yang mengandung air dan penguapan melalui
jaringan tumbuhan melalui stomata. Secara global air yang di uapkan melalui proses
evapotranspirasi dari daratan ( termasuk permukaan air danau, waduk dan sungai )
adalah sebesar 0.6 geogram. Uap air yang dihasilkan dari proses ini dari berbagai
sumber di permukaan bumi akan bergerak ke lapisan troposfer bumi (Lakitan, 1994).
Evapotranspirasi merupakan faktor utama yang mempengaruhi produksi
bahan kering karena itu merupakan penentu produksi pertanian untuk suatu wilayah.
Taksiran mengenai besarnya evapotranspirasi yang mendekati kenyataan sangat
penting bagi para ahli teknik irigasi, ahli agronomi dan pihak lain yang berecimpung
dalam bidang perencanaan pertanian (Pasandaran dan Donald, 1984).
Usman (2004) menyatakan bahwa evapotransiprasi dalam bidang pertanian
dapat disebut sebagai ET. ET merupakan kebutuhan air pada tanaman. Kebutuhan air
pada tanaman dapat didefinisikan sebagai jumlah air yang diperlukan untuk
memenuhi kehilangan air melalui evapotranspirasi (ET)dari tanaman yang sehat,
tumbuh pada sebidang lahan yang luas dengan kondisi tanah yang tidak mempun¬yai
kendala (kendala lengas tanah dan kesuburan tanah) dan mencapai potensi produksi
penuh pada kondisi lingkungan tumbuh tertentu (Usman, 2004).
5. Faktor-faktor yang mempengaruhi evapotranspirasi diantaranya adalah
temperatur, proses pemberian air, panjangnya musim tanam, presipitasi dan faktor-
faktor lainnya. Banyaknya air pada proses transpirasi pada tanaman bergantung pada
temperatur, kelembaban udara, gerakan angin, intesitas cahaya dan lamanya sinar
matahari, proses pertumbuhan tanaman serta jenis dari tanaman itu sendiri (Hansen,
dkk.,1992).
Faktor yang mempengaruhi evapotranspirasi yang diutarakan Allen et. al,.
antara lain :
a) Parameter cuaca
Parameter cuaca utama yang mempengaruhi evapotranspirasi adalah
radiasi, suhu udara, kelembaban dan kecepatan angin. Penguapan ke atmosfer
ditunjukkan oleh evapotranspirasi standar (ET)
b) Faktor tanaman
Jenis tanaman, varietas dan fase pertumbuhan harus dipertimbangkan
ketika menilai evapotranspirasi dari tanaman yang tumbuh dalam jumlah besar.
Perbedaan ketahanan terhadap transpirasi, tinggi tanaman, kekasaran tanaman,
refleksi, penutup tanah dan karakteristik perakaran 15 tanaman menghasilkan
tingkat ET yang berbeda dalam berbagai jenis tanaman di bawah kondisi
lingkungan yang identik. c.
c) Kondisi lingkungan
Faktor-faktor seperti salinitas tanah, tanah yang tidak subur, pemupukan
yang terbatas, tidak adanya pengendalian penyakit dan hama serta pengelolaan
tanah yang buruk dapat membatasi pertumbuhan tanaman dan mengurangi
evapotranspirasi. Faktor-faktor lain yang harus dipertimbangkan ketika menilai
ET adalah penutup tanah, kerapatan tanaman dan kadar air tanah. Pengaruh kadar
air tanah terhadap ET terutama oleh besarnya defisit air dan jenis tanah. Di sisi
6. lain, terlalu banyak air akan menghasilkan genangan air yang dapat merusak akar
dan membatasi penyerapan air akar dengan menghambat respirasi.
7. BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan tempat percobaan
Praktikum Evapotranspirasi ini dilaksanakan di Laboratorium Fakultas
Teknik Universitas Tidar bertepatan pada tanggal 15 Desember 2017.
3.2 Alat dan bahan yang digunakan
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan ini meliputi, eceng
gondok, kayu apu, azolla, air, gelas ukur, toples
3.4 Langkah Kerja
1. Menyiapkan toples kecil yang diisi oleh air sebanyak 1000 ml
2. Menumbuhkan gulma air yang terdiri dari Eichornia crassipes, Pistia
stratiotes, dan Azolla pinnata dengan perlakuan 25%, 50%, 75% dan 100%
penutupannya
3. Pada perlakuan diulang 3 kali
4. Meletakkan toples ditempat yang mendapat cahaya matahari
5. Mengukur air yang hilang setiap dua hari sekali.
8. BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
A. Berikut merupakan hasil pengamatan evapotraspirasi pada gulma eceng gondok
(Eichornia crassipes).
Evapotranspirasi merupakan penguapan yang dihaslkan oleh tanaman dan air
dalam waktu dan pada lahan yang sama. Penguapan ini disebabkan oleh factor
lingkungan yang mendukug dari proses penguapan bias berlangsung. Diantaranya
intensitas cahaya matahari, suhu, kecapatan angin, lebar tajuk tanaman dan yang
lainnya. Percobaan pada kali ini dengan menggunakan gulma eceng gondok
dengan lebar penutupan yang berbeda-beda. Diantaranya penutupan 25%, 50%,
75% dan 100%. Dari hasil pengamatan membuktikan bahwa dengan dengan
semakin besar penutupan pada suatu media maka akan semakin besar pula air yang
diuapkan.
Tabel Anava Evapotrasnpirasi
SV JK DB KT F Hitung
F Tabel
5% 1%
JKT 3654.63 11
JKP 3202.778 3 1067.593 15.37333 4.76 9.78 **
JKK 35.18519 2 17.59259 0.253333 5.14 10.92 Ns
JKG 416.6667 6 69.44444
Sesuai dengan table anava diatas bahwa perlakuan memberikan pengaruh
yang sangat nyata. Dari hasil percobaan ini membuktikan bahwa dengan
penutupan 100% maka akan lebih banyak air yang akan digunakan oleh tanaman
untuk melangsungkan metabolism dalam tubuhnya, selain itu lebar volume
perakaran yang lebih besar dan banyak membuat eceng gondok lebih leluasa untuk
menyerap air lebih banyak dibandingkan dengan penutupan yang lebih kecil dari
100% (25%, 50% dan 75%).
9. Dari table diatas memberikan gambaran bahwa adanya perlakuan dengan
penutupan yang berbeda, 100%, 75%, 50% dan 25% memberikan pengaruh yang
sangat nyata terhadap besarnya air yang dievapotranspirasikan oleh eceng gondok.
Perlakuan Rata-Rata Notasi
100% 115.5556 a
75% 93.33333 a
50% 86.66667 a
25% 70 a
Namun pada akhirnya besarnya antara penutupan 100%, 75%, 50% dan
25% tidak berbeda nyata antara satu sama lain. Pada table diatas dapat dilihat
bahwa besarnya air yang hilang antara perlakuan satu dengan yang lainnya diikuti
dengan huruf yang sama yang berarti semua air yang hilang tidak beda jauh.
Karena besarnya air yang hilang antara pelakuan 100% ke 75%, 75% ke 50% dan
50% ke 25% tidak terlampau jauh sehingga memiliki besaran yang tidak jauh
berbeda.
10. BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil percobaan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa
1. Evapotranspirasi adalah banyakanya air yang diuapkan oleg tanaman maupun
air/tanah pada lahan dan waktu yang sama.
2. Besarnya evapotranspirasi adalah intensitas cahay, suhu, lebar tajuk,
banyaknya akar, kecepatan angina dan lain-lain
3. Semakin besar lebar tajuk dan akar dari suatu tanaman maka besarnya
evapotranspirasi yang dikeluarkan juga akan semakin tinggi
4. Besarnya evapotranspirasi pada percobaan di atas memberikan pengaruh yang
berbeda sangat nyata pada perlakuannya
5. Hasil uji LSD memberikan gambaran bahwa besarnya air yang diuapkan
dengan penutupan 100%, 75%, 50% dan 25% tidak berbeda nyata.
11. DAFTAR PUSTAKA
Allen, R.G., L.S. Pereira, D. Raes, dan M. Smith. 1998. Crop Evapotranspiration:
Guidelines for computing crop water requirements. Irrigation and Drainage
Paper 56, Food and Agriculture Organization of the United Nations, Rome, 300
hlm.
Lakitan, Benyamin. 1994. Dasar-Dasar Klimatologi. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Pasandaran, Effendi dan Donald C.T. 1984. Irigasi Perencanaan dan Pengelolaan.
Gramedia. Jakarta.
Satrodarsono, dan Takeda, K.2003. Hidrologi untuk pengairan. Pradnya Paramitha :
Jakarta
Usman, 2004. Klimatologi: Pengaruh Iklim terhadap Tanah dan Tanaman. Jakarta.
Bumi Aksara. 101 hal.