Pengujian daya kecambah adalah mengecambahkan benih pada kondisi yang sesuai untuk kebutuhan perkecambahan benih tersebut, lalu menghitung presentase daya berkecambahnya
1. LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH DAN BIBIT
ACARA 2
PENGUJIAN DAYA TUMBUH BENIH
Disusun Oleh :
Nama : Inayatul Fitria Dewi
NPM : 1510401057
Kelompok : B3
Asisten : Siti Hadiyanti A.
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TIDAR
2017
2. ACARA 2
PENGUJIAN DAYA TUMBUH BENIH
I. TUJUAN
1. Menguji daya tumbuh beberapa benih tanaman dan mengidentifikasi
bibit/kecambah normal dan abnormal
II. TINJAUAN PUSTAKA
Benih yang digunakan dalam budidaya tanaman dituntut yang bermutu
tinggi, yaitu sehat dan bersih, sebab benih harus mampu menghasilkan tanaman
yang berproduksi optimum dengan sarana teknologi yang maju. Petani sering
mengalami kerugian baik biaya maupun waktu akibat penggunaan benih yang
kurang baik. Karena kita beritikad hendak melindungi petani dari kegagalan benih
maka pengujian benih perlu dilakukan. Salah satu faktor yang mengukur kualitas
benih adalah persentase perkecambahan (Halmer, 1987).
Perkecambahan merupakan proses metobolisme biji hingga dapat
menghasilkan pertumbuhan dari komponen kecambah (plumula dan radikula).
Definisi perkecambahan adalah jika sudah dapat dilihat atribut perkecambahannya,
yaitu plumula dan rdikula dan keduanya tumbuh normal dalam jangka waktu
tertentu sesuai dengan ketentuan ISTA (International Seed Testing Association)
(Purnobasuki, 2011).
Pengujian daya kecambah adalah mengecambahkan benih pada kondisi
yang sesuai untuk kebutuhan perkecambahan benih tersebut, lalu menghitung
presentase daya berkecambahnya. Persentase daya berkecambah merupakan
jumlah proporsi benih-benih yang telah menghasilkan perkecambahan dalam
kondisi dan periode tertentu. Tujuan dari pengujian daya berkecambah adalah
memperoleh informasi nilai penanaman benih dilapangan, membandingkan
kualitas benih antar seed lot (kelompok benih), menduga storabilitas (daya
simpan) benih, dan memenuhi apakah nilai daya berkecambah benih telah
memenuhi peraturan yang berlaku (Siregar dan Utami, 2004).
3. Tujuan dari pengujian daya berkecambah adalah memperoleh informasi
nilai penanaman benih dilapangan, membandingkan kualitas benih
antar seedlot (kelompok benih), menduga storabilitas (daya simpan) benih, dan
memenuhi apakah nilai daya berkecambah benih telah memenuhi peraturan yang
berlaku (Siregar dan Utami, 2004)
Katagori perkecambahan benih secara kuantitatif dan kualitatif diantaranya
diterangkan oleh Petunjuk Teknis Pengujian Mutu Fisik dan Fisiologis Benih
Direktorat Perbenihan Tanaman Hutan (2002), yaitu kecambah normal dan
kecambah abnormal. Kecambah normal adalah kecambah yang memiliki semua
struktur kecambah penting (sistem perakaran, tunas aksial, kotiledon dan kuncup
terminal) yang berkembang baik, panjang kecambah harus paling tidak dua kali
panjang benihnya, kecambah harus dalam keadaan sehat.
Kecambah abnormal adalah kecambah yang tidak memperlihatkan potensi
untuk berkembang menjadi kecambah normal. Kecambah di bawah ini
digolongkan ke dalam kecambah abnormal adalah kecambah rusak (kecambah
yang struktur pentingnya hilang atau rusak berat. Plumula atau radikula patah atau
tidak tumbuh). Kecambah cacat atau tidak seimbang adalah kecambah dengan
pertumbuhan lemah atau kecambah yang struktur pentingnya cacat atau tidak
proporsional. Plumula atau radikula tumbuh tidak semestinya yaitu plumula
tumbuh membengkok atau tumbuh kebawah, sedangkan radikula tumbuh
sebaliknya. Kecambah lambat adalah kecambah yang pada akhir pengujian belum
mencapai ukuran normal. Jika dibandingkan dengan pertumbuhan kecambah benih
normal kecambah pada benih abnormal ukurannya lebih kecil (Rejesus,
2008). Benih ada yang belum berkecambah karena dormansi. Peristiwa dormansi
menimbulkan beberapa kerugian seperti pertumbuhan yang tidak serempak dan
mengganggu ketepatan ketersediaan benih saat musim tanam (Nurissintani dkk,
2013)
4. III. METODE PRAKTIKUM
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Selasa 12 Desember 2018 bertempat
di Laboratorium Fakultas Teknik Universitas Tidar. Adapun alat dan bahan yang
digunakan diantaranya, benih padi, benih jagung, benih kedelai, aquadest, alcohol,
petridish, plat kaca, pinset, dan kertas saring.
Adapun langkah kerja untuk pengujian daya tumbuh benih dengan
menyiapkan contoh benih 100 biji pada media kertas saring yang diulang 3 kali
ulangan. Kemudian mengitung daya kecambah/ daya tumbuh benih selama 1
minggu (7 hari). Mengamati identifikasi kecambah yang normal dan abnormal lalu
membandigkan bentuknya serta menyebutkan ketidaknormalannya tersebut.
Membuang benih-benih yang berpenyakit agar tidak menular pada
benih/kecambah yang lainnya.
5. IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil pengamatan daya kecambah
Nama & ukuran
benih
Jumlah
kecambah
Daya
kecambah
Gambar kecambah
Normal Abnormal
Jagung kecil 93 93
Padi kecil 51 51
Kedelai kecil 93 93
Jagung besar 79 79 -
Padi besar 93 93 -
Kedelai besar 33 33
B. Pembahasan
Daya tumbuh benih sangat penting untuk diketahui karena dengan
mengetahui daya tumbuh suatu benih maka kita sebagai konsumen benih dapat
memperkirakan berapa jumlah benih yang harus digunakan atau dibeli sesuai
dengan kebutuhan pertanaman kita. Kebutuhan benih secara mendasar perlu
pengetahuan daya tumbuh agar dalam melakukan pembelian tidak terjadi
kelebihan saat penyebaran benih sehingga benih tidak sia-sia terbuang karena tidak
mengetahui daya tumbuh dari suatu benih itu sendiri.
6. Dari percobaan di atas dapat dilihat bahwa jumlah kecambah jagung kecil
dan kedelai kecil lebih tinggi yaitu, 93 dan daya kecambahnya 93% sedangkan
padi kecil memiliki jumlah kecambah lebih sedikit yaitu 51 dengan daya
kecambanhnya 51%. Walapun dengan kurang yang lebih kecil ternyata pada benih
jagung dan kedelai mampu berkecambah dengan baik. Walapun pada sebaian
benih ditemukan munculnya benih yang tidak normal seperti pada bentuk jagung
kecil dengan bentuk plumule dan radikel tumbuh secara bersamaan, selai itu
tumbunya radikel tidak lurus. Sedangkan yang seharusnya benih jagung yang
normal harus memiliki radikel yang lurus. Begitupun pada benih kedelai,
keabnormalan benih ini ditandai dengan tumbuhnya radicle yang bengkok atau
tidak lurus. Sedangkan pada padi ditemukan dengan keadaan terdapat kehitam-
hitaman atau terdapat jamurnya sehingga tidak mampu berkecambah.
Pada benih besar jumlah benih berkecambah pada jagung, padi dan kedelai
besar 79, 93dan 33 dengan daya kecambah 79%, 93% dan 33%. Pada benih
kedelai besar memiliki daya tumbuh yang lebih kecil daripada benih kecil
diarenakan banyaknya benih yang terkena jamur sehingga tidak mampu
berkecambah. Ketidaknormalan ini membuat jumah benih yang berkecambah
menajdi sedikiti sehingga daya tumbuhnya juga rendah. Abnormal pada benih
kedelai ditandai dengan tumbuhnya jamur dengan spora kehitaman. Sedangkan
pada benih besar padi dan jagung memiliki bentuk kecambah yang lebih baik
dibandingkan dengan benih yang berukuran kecil. Hal ini bias dilihat pada gambar
diatas bahwa bentuk kecambah pada benih ukuran kecil memiliki ukuran yang
kecil dan benih dengan ukuran yang lebih besar memiliki bentuk kecambah yang
lebih besar. Namun jumlah benih yang berkecambah lebih banyak pada benih yang
berukuran kecil
V. KESIMPULAN
1. Benih jagung dan kedelai dengan ukuran yang lebih kecil memiliki jumlah
kecambah dan daya tumbuh lebih besar dibandingkan dengan benih ukuran
7. besar. Sedangkan jumlah kecmbah dan daya kecambah padi jauh lebih
sedikit
2. Jumlah kecambah jagung, kedelai dan padi kecil yaitu 93, 93 dan 51 dengan
daya tumbuh 93%, 93% dan 51%
3. Benih jagung dan padi memiliki jumlah kecambah yang lebih banyak
dibandingkan dengan kedelai. Jumlah benih yang berkecambah yaitu, pada
jagung 79, padi 93dan dan kedelai sebesar 33 dengan daya tumbuh 79%,
93% dan 33%
4. Benih normal ditandai dengan munculnya plumule terlebih dahulu jika
benih yang seharusnya memunculkan plumul dahulu, munculnya radikel
terlebih dahulu apabila seharusnya memunculkan radikel terlebih dahulu,
tumbuhnya radikel lrus dan tidak terserang oleh pathogen
5. Benih abnormal ditandai dengan munculnya plumul secara bersamaa dengan
radikel yang benngkok, maupun terserang oleh pathogen penyebab penyakit.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2002. Petunjuk Teknis Pengujian Mutu Fisik dan Fisiologis Benih.
Direktorat Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial. Jakarta.
Halmer, P. 1987. Technical and Commercial Aspects of Seed Pelleting and Film
Coating. British Crop Protection Council, Thorton Heath.
Nurussintani, W., Damanhuri, dan S.L. Purnamaningsih. 2013. Perlakuan pematahan
dormansi terhadap daya tumbuh benih 3 varietas kacang tanah (Arachis
hypogaea). Jurnal Produksi Tanaman 1(1) : 86-93.
Purnobasuki, Hery. 2011. Perkecambahan. Jakarta: Grafindo
Rejesus, B.M. 2008. Stored Product Pest Problems and Research Needs in the
Philippines. Proceeding of Biotrop Symposium on Pest of Stored Procuct,
Bogor.
Siregar, H. dan N.W. Utami. 2004. Perkecambahan biji Kenari Babi (Canarium
decumanumGaertn.). Jurnal Kebun Raya Indonesia 1 :25-29.
8. Lampiran
Nama, Ukuran
Benih Ulangan
Jumlah Kecambah hari
ke
Jumlah
Daya
Kecambah
Rata
Kecambah1 2 3 4 5
Jagung Kecil 1 0 71 18 5 0 94 94
932 0 61 25 8 1 95 95
3 0 58 30 2 0 90 90
Padi Kecil 1 0 11 15 17 4 47 47
512 0 7 40 7 3 57 57
3 0 9 22 11 6 48 48
Kedelai Kecil 1 0 86 1 4 2 93 93
932 0 83 7 1 1 92 92
3 0 90 2 1 0 93 93