SOP budidaya tanaman kentang menurut Dinas Pertanian meliputi pemilihan lokasi, persiapan lahan dan benih, penanaman, pemupukan, panen, hingga pasca panen untuk mendapatkan hasil yang optimal sesuai standar mutu.
1. i
MAKALAH TEKNIK BERTANAM TANAMAN SAYUR
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR TANAMAN
KENTANG
Disusun Oleh:
Ami Haniva (1510401048)
Na, Christian Teddy Setiawan (1510401049)
Septian Aji Priyanto (1510401055)
Inayatul Fitria Dewi (1510401057)
Septiyani (1510401064)
PROGAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TIDAR
2017
2. ii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL....................................................................................... i
DAFTAR ISI....................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1
A. Latar Belakang ...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................. 2
C.Tujuan..................................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 3
A. Botani Tanaman Kentang...................................................................... 3
B. Syarat Tumbuh ..................................................................................... 4
BAB III SOP TANAMAN KENTAG MENURUT DINAS PERTANIAN ...... 7
A. Pemilihan Lokasi................................................................................... 7
B. Penentuan Waktu Tanam....................................................................... 8
C. Penyiapan Lahan ................................................................................... 8
D. Penyiapan Benih ................................................................................... 11
E. Pemupukan Dasar dan Penanaman........................................................ 11
F. Pengairan ............................................................................................... 12
G. Pemasangan Ajir ................................................................................... 12
H. Pemupukan Susulan dan Pembumbunan .............................................. 13
I. Penyiangan.............................................................................................. 14
I. Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT)...................... 14
J. Penentuan Saat Panen............................................................................. 15
K. Panen..................................................................................................... 15
L. Pasca Panen ........................................................................................... 16
M. Distribusi .............................................................................................. 18
BAB IV BUDIDAYA TANAMAN KENTANG YANG DILAKUKAN
PETANI .................................................................................................. 19
A. Persiapan Lahan .................................................................................... 19
B. Pembibitan Kentang .............................................................................. 19
3. iii
C. Penanaman Kentang.............................................................................. 19
D. Pemupukan dan Penyiangan ................................................................. 20
E. Pemanenan............................................................................................. 20
BAB V PERBANDINGAN ANTARA SOP KENTANG MENURUT
KEMENTRIAN DENGAN PETANI..................................................... 21
BAB V PENUTUP ............................................................................................. 24
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 25
4. 1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Standard Operating Procedure (SOP) adalah satu set instruksi tertulis
yang digunakan untuk kegiatan rutin atau aktivitas yang berulang kali
dilakukan oleh sebuah organisasi (Hartatik, 2014). Setiap bagaimanapun
bentuk dan apapun jenisnya, membutuhkan sebuah panduan untuk
menjalankan tugas dan fungsinya. Panduan tersebut berpedoman pada SOP
sebagai intruksi dalam menjalankan rutinitasnya para petani dalam melakukan
budidaya dalam hal ini adalah di bidang pertanian.
Kentang (Solanum tuberosum L.) merupakan komoditas pertanian
holtikultura penting di Indonesia. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik,
tercatat kenaikan produksi kentang di Indonesia. Produksi kentang tahun 2013
sebesar 1,1 juta ton meningkat pada tahun 2014 menjadi 1,3 juta ton. Usaha
peningkatan produksi kentang perlu dilakukan untuk memenuhi permintaan
pasar (BPS, 2014; Litbang, 2014). Dalam memenuhi kebutuhan kentang di
Indonesia maka perlu adanya budidaya untuk mengoptimalkan jumlah
konsumsi kentang utuk masyarakat. Supaya akan adanya optimalisasi hasil
tanaman kentang yang tinggi maka harus diberlakukan aturna dalam budidaya
kentang. Karena kentang sendiri sangat digemari bagi sebagian masyarakat
Indonesia.
Kentang di Indonesia adalah tanaman hortikultura yang penting, tetapi
produksinya belum cukup baik, begitu juga dengan kualitas dan kuantitas.
Dapat di lihat dari rata-rata produksi di Indonesia sayuran ini masih cukup
rendah yaitu 4,1 ton/ha, dibandingkan dengan negara-negara di Eropa seperti
Spanyol (19,7 ton/ha dan Protugis 16,2 ton/ha (Dimango,J,2015).
Setelah mengetahui belum optimalnya produksi tanaman kentang di
Indonesia maka dibentuklah SOP (Standar Operating Prosedure) sebagai
panduan para petani dalam melakukan budidaya. Dengan adanya SOP ini
maka diharapkan para petani mampu mengikuti melakukan budidaya secara
baik melalui panduan tersebut. Oleh karena itu makalah ini akan membahas
bagaimana SOP tanaman kentang yang baik untuk diikuti oleh para petani.
5. 2
B. Rumusan masalah
1. Bagaimana budidaya kentang yang sesuai dengan SOP Dinas
Pertanian?
2. Bagaimana budidaya kentang menurut SOP Petani
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana budidaya kentang yang sesuai dengan
SOP
2. Untuk mengetahui cata budidaya kentang menurut Petani
6. 3
BAB II
TANAMAN KENTANG
Berikut ini akan diutarakan mengenai Botani tanaman kentang dan
syarat tumbuhnya berdasarkan Zulkarnain (2013):
A. Botani kentang
Kentang merupakan tanaman semusim berbentuk perdu. Pada
umunya perbanyakan tanaman ini secara vegetative menggunakan umbi.
Dewasa ini telah dikembangkan perbanyakan kentang melalui kultur
jaringan, yaitu dengan pembentukan umbi mikro secara in vitro, untuk
selanjutnya digunakan sebagai bahan perbanyakan di lapangan.
Perbanyakan secara generative menggunakan biji dilkukan hanya untuk
keperluan pemuliaan tanaman karena tingginya keragaman genetic pada
populasi tanaman anak.
Di dalam sistematika botani, klasifikasi tanaman kentang sebagai berikut:
Divisi : Spermatofita
Subdivisi : Angiospermae
Classis : Dicotiledoneae
Familia : Solanaceae
Genus : Solanum
Spesies : Solanum tuberosum L.
Tanaman kentang yang kini banyak dibududayakan adalah
tetraploid (2n=2x=48), sedangkan kentang liar pada umumnya adalah
diploid (2n=2x=24) dan adapula yang heksaploid (2n=2x=72).
Umbi kentang terbetuk pada bagian ujung batang di bawah tanah
disebut stolon (yang secara botani disebut rizom atau rimpang) sehingga
umbi kentang termasuk kelmpok umbi batang. Bunga kentang berukuran
kecil berwarna putih, merah atau ungu dan menghasilkan Bunga berwarna
hijau atau hijau keputihan, berlendir dan banyak mengandung biji,
berdiameter 1,3-2 cm. buah kentang mengandung solanin, suatu senyawa
dengan kadar racun cukup tinggi sehingga tidak dianjurkan untuk
dikonsumsi. Satu-satunya bagian tanaman yang dapat dikonsumsi adalah
umbi. Secara morfologis umbi kentang adalah batang berdaging dengan
tunas dan mata. Untuk itu, kentang digolongkan sebagai sayuran batang.
Menurut Sunaryono (2004) berdasarkan warna umbinya, kentang
digolongkan atas kentang kuning, kentang putih, dan kentang merah.
7. 4
Kentang kuning memiliki kulit dan daging umbi berwarna kuning.
Beberapa kultivar yang termasuk kentang kuning adalah Eigenheimer,
Patrones, Rapan-106 dan Thung 151-C. sementara itu, kentang putih
memiliki kulit dan daging umbi berwarna putih. Beberapa kultivar kentang
putih adalah Donata, Radosa,dan Sebago. Kentang merah adalah kentang
yang kulit umbinya berwarna merah, sedangkan dagingnya berwarna
kuning. Contoh varietas yang termasuk kentang merah adalah Desire,
Arka dan Red Pontiac
B. Syarat tumbuh
Produksi yang maksimal dengan mutu produk yang baik hanya
akan diperoleh apabila tanaman kentang diusahakan di lingkungan
yangmendukung pertumbuhannya secara optimal. Untuk itu, faktor-faktor
ekologi berupa tanah dan iklim yang sesuai untuk pengusahaan tanaman
kentang perlu perhatian guna menghindari kerugian akibat ketidaksesuaian
lingkungan dengan syarat tumbuh yang dikehendaki.
1. Tanah
Kentang menghendaki tanah-tanah lempung berpasir,
lempung,lempung liat berpasir atau tanah-tanah gambut dengan
kedalaman 60-100 cm, untuk berproduksi dengan kuantitas tinggi.
Tanah-tanah gembur dengan drainase yang baik dengan pH 5,0-6,5
sangat cocok untuk budidaya tanaman kentang. Pengusahaan kentang
pada tanah-tanah dengan draenase yang kurang baik dan tanah liat
hendaknya dihindarkan. Pada kondisi kelembaban tanah yang tinggi,
umbi kentang memilki lenticel (lenticel) yang membesar, dan pada
tanah-tanah berat (misalnya tanah liat) bentuk umbinya tidak normal.
Perkecambahan pada umbi kentang sangat dipengaruhi oleh
suhu tanah. Apabila suhu tanah kurang dari 12ºC maka pertumbuhan
kecambah akan sangat lambat. Pada suhu 12ºC dibutuhkan waktu 30-
35 hari untuk penyelesaian perkecambahan. Suhu optimum untuk
perkecambahan umbi kira-kira 22ºC dan perkecambahan umbi akan
kembali terhambat pada suhu di atas 22ºC.
Di samping mempengauhi perkecambahan, suhu tanah juga
berpengaruh terhadap pembentukan umbi pada kentang. Pembentukan
umbi akan berkurang bila suhu tanah berada di atas 20ºC, bahkan umbi
tidak akan terbentuk sama sekali bila suhu tanha di atas 29 ºC.
Meskipun demikian, pengaruh suhu tanah terhadap produksi kentang
tampaknya tergantung pada kultivar yang diusahakan. Menurut
Yamaguchi (1983), pada kultivar Russet Burbank, suhu tanah 16ºC
pada malam hari, dan 18ºC pada siang hari memberikan hasil tertinggi
8. 5
dengan kandungan pati yang juga tinggi. Sementara itu pada kultivar
White Rose,produksi tertinggi dicapai pada suhu tanah yang lebih
tinggi, yaitu 21ºC pada malam hari, dan 24ºC pada sian hari. Akan
tetapi, kandungan pati tertinggi dicapai pada suhu tanah 16-18ºC. Suhu
tanah yang terlampaui tinggi (ekstrim tinggi) dapat meningkatkan
peluang terjadinya penyakit kutil (kobbines) dan bentuk umbi yang
abnormal, seringkali satu stolon yang sama dapat terbentuk beberapa
umbi (yang seharusnya satu stolon membentuk satu umbi)
2. Iklim
Berdasarkan akan kebutuhan keadaan iklim, kentang
termasuk tanaman sub-tropis. Di daerah tropis, seperti Indonesia
kentang diusahakan didataran tinggi dengan ikli yang identic dengan
kondisi subtropics yaitu ketinggian paling tidak 500 m dpl (ketinggian
optimum 1000-2000 m dpl).
Tanaman ini menghendaki suhu harian optimum 16-18ºC,
untuk tumbuh dan berproduksi dengan baik. Suhu yang terlalu rendah
dapat menurunkan produksi, bahkan dapat membunuh tanaman. Selain
itu, pembentukan umbi pada kentang sangat dipengaruhi oleh suhu
malam hari karena jumlah umbi akan menurun seiring dengan
meningkatnya suhu. Di bawah kondisi suhu malam yang tinggi,
pertumbuhan tanaman pada bagian atas tanah (daun, cabang, bunga,
dan stolon) lebih dominan daripada bagian bawah tanah (umbi). Suhu
siang hari yang dikehendaki untuk pembentukan umbi adalah 17-22ºC
dan suhu malam hari 6-12ºC.
Inisiasi pembentukan umbi tidak saja dipengaruhi oleh
suhu, tetapi juga dipengaruhi oleh fotoperiodesitas. Di daerah berhari
panjang, pembentukan umbi masih dapat terjadi pada suhu malam hari
20ºC, namun suhu optimalnya adalah 12ºC. bagian tanaman yang peka
terhadap fotoperiodesitas adalah bagian atas, bukannya stolon.
Daerah yang ideal untuk budidaya kentang adalah daerah
subtropics karena penanaman di mulai awal musim semi dan bagian
atas tanaman berkembang selama cuaca dingin. Dengan semakin
hangatnya cuaca dan semakin panjangnya fotoperiodesitas, karbohidrat
dengan cepat ditranslokasikan ke bagian umbi untuk mendapatkan
hasil yang maksimum. Di daerah tropis (dataran tinggi), kentang
ditanam pada akhir musim hujan, atau pada awal musi hujan dengan
perkiraan umbi sudah cukup besar (berumur kira-kira 2bulan) ketika
periode hujan lebat tiba. Kebutuhan air tanaman kentang berkisar
antara 500-750 mm selama musim tumbuhnya, yang dapat berasal dari
9. 6
curah hujan atau air irigasi. Kadar nitrogen yang rendah di dalam
tanaman, dapat membantu meningkatkan pembentukan umbi terlebih
lagi bila disertai dengan intensitas cahaya yang tinggi..
10. 7
BAB III
SOP TANAMAN KENTANG MENURUT DINAS PERTANIAN
Berikut ini adalah Standar Operating Prosedure yang harus dilewati
menurut Dinas Pertanian Perikanan dan Peternakan Kabupaten Banjarnegara,
sebagai berikut:
A. PEMILIHAN LOKASI
A.Definisi :
Memilih lokasi tanam yang sesuai dengan persyaratan tumbuh
kentang untuk mencegah kegagalan proses produksi dan dapat
menghasilkan kentang yang sesuai dengan standar mutu yang telah
ditetapkan serta ramah lingkungan.
B. Tujuan :
Agar diperoleh lahan yang dapat mendukung produktivitas tanaman
kentang yang optimal, seperti : tanah yang subur dengan lapisan top soil
yang cukup, ketersediaan sumber air yang cukup, bukan sumber penyakit
tular tanah dan drainase baik.
C. Validasi :
a. Pengalaman petani kentang di Dataran Tinggi Dieng Kabupaten
Banjarnegara.
b. Pengalaman Petugas Lingkup Pertanian.
D.Prosedur Pelaksanaan :
a. Mengukur tinggi lokasi.
b. Mengukur pH tanah
c. Melakukan pemetaan lokasi lahan.
d. Mengukur kemiringan lahan.
E. Sasaran :
Diperoleh lokasi dengan kondisi :
a. Ketinggian tempat tumbuh tanaman > 1000 m dpl.
b. Suhu berkisar antara 15 - 25 derajat Celcius
c. Curah hujan berkisar 1.500 – 5.000 mm/tahun
d. Kemiringan lahan kurang dari 30 derajat
e. Tanah berstruktur gembur dan subur dengan pH 5,5 – 6,5 serta
berdrainase baik
f. Lahan yang digunakan bukan bekas tanaman sejenis atau sefamili
minimal 1 (satu) musim tanam.
g. Lahan bukan sumber penyakit tular tanah terutama Nematoda Sista
Kentang
h. Apabila lahan sudah terindikasi NSK harus ada perlakuan khusus
i. Lahan terbuka, tidak ternaungi sehingga matahari dapat langsung
menyinari tanaman
11. 8
j. Lokasi lahan cukup sumber airnya.
F. Prosedur Kerja Pemilihan Lokasi :
a. Mencari informasi mengenai tinggi (altimeter), pH tanah dan
b. kemiringan lahan
c. Lakukan diskusi dengan pengelola lahan sebelumnya atau
masyarakat
d. sekitar lokasi lahan mengenai kebiasaan menanam di lokasi
tersebut.
e. Melakukan pemetaan lokasi lahan
B. PENENTUAN WAKTU TANAM
A.Definisi
Penentuan waktu tanam adalah menentukan waktu yang tepat untuk
penanaman kentang.
B. Tujuan :
Agar diperoleh waktu tanam yang tepat sehingga pertumbuhan tanaman
kentang optimal.
C. Standar tentang penentuan waktu tanam.
Waktu tanam ditentukan berdasarkan perkiraan datangnya musim hujan
atau tersedianya air irigasi.
D.Prosedur Pelaksanaan :
a. Lakukan pengkajian untuk mengetahui saat-saat ketersediaan air
pada waktu akan melakukan tanam.
b. Tentukan waktu tanam yang tepat.
c. Tentukan waktu tanam berdasarkan musyawarah kelompok.
C. PENYIAPAN LAHAN
1) Sub Kegiatan : Pembersihan lahan
A.Definisi :
Pembersihan lahan adalah membersihkan lahan dari segala sesuatu
yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman.
B.Tujuan :
Agar diperoleh lahan yang siap ditanami dan terbebas dari gangguan
fisik (batu-batuan, sampah dll) maupun biologis (gulma atau sisa-sisa
tanaman).
C.Standar tentang Pembersihan Lahan :
1. Lahan bersih dari batu-batuan dan bekas kemasan pestisida yang
dapat mengganggu pertumbuhan tanaman kentang hingga lahan siap
olah.
12. 9
2. Sisa-sisa tanaman, gulma, semak dikumpulkan untuk bahan
pembuatan pupuk organik (tanaman yang tidak sefamili dengan
kentang) di luar areal tanam.
3. Bebatuan dikumpulkan dan ditempatkan pada tempat tertentu yang
aman diluar areal tanam.
D. Prosedur Kerja Pembersihan Lahan :
1. Bersihkan lahan dari batu-batuan, bekas kemasan pestisida yang dapat
menghalangi pertumbuhan tanaman muda
2. Kumpulkan sisa-sisa tanaman gulma, semak bagian tanaman yang
telah dibersihkan pada tempat tertentu yang aman atau digunakan
sebagai bahan pembuatan pupuk organik.
3. Bongkar sisa tanaman atau bagian sisa tanaman yang dapat menjadi
sumber penyakit.
2) Sub kegiatan : Pengolahan Tanah, Pembuatan Parit, Garitan ataupun
Guludan
A. Definisi :
Pengolahan tanah, pembuatan parit, garitan atau guludan adalah
membuat lahan pertanaman menjadi siap tanam, dengan cara mengolah
tanah sampai gembur dan diratakan, membuat parit, garitan ataupun
guludan dengan bentuk membujur atau disesuaikan dengan denah/ letak
lahan (bila tidak persegi) sesuai anjuran konservasi lahan dan dengan arah
datangnya sinar matahari.
B. Tujuan :
Agar diperoleh media tanam yang optimal bagi pertumbuhan tanaman
kentang dan tidak menyalahi kaidah konservasi lahan.
C. Standar Tentang Pengolahan Tanah, Pembuatan Parit dan Garitan
a. Mencangkul atau membajak tanah sedalam 30 cm sampai gembur,
kemudian dibiarkan selama 10 - 20 hari untuk memperbaiki keadaan
tata udara dan aerasi tanah serta menghilangkan gas-gas beracun dan
panas hasil dekomposisi sisa-sisa tanaman yang masih ada,
kemudian tanah diratakan.
b. Sistem garitan dibuat dengan kedalaman ±7 – 10 cm. Jarak antar
garitan 65 - 80 cm. Pada areal yang miring garitan dibuat melintang
dengan arah kemiringan lahan (terasering)
c. Pada sistem Guludan, tinggi guludan ±5 – 10 cm dengan lebar
guludan 65 – 80 cm untuk single row (1 baris) atau 90 cm untuk
double row (2 baris), dengan lebar parit ±25 cm.
D. Prosedur Pelaksanaan :
a. Mencangkul atau membajak tanah sedalam 30 cm sampai gembur
kemudian dibiarkan selama 10 - 20 hari untuk memperbaiki keadaan
tata udara dan aerasi tanah serta menghilangkan gas-gas beracun dan
13. 10
panas hasil dekomposisi sisa-sisa tanaman, kemudian diratakan.
Garitan dibuat dengan kedalaman ±7 – 10 cm. Jarak antar garitan 65
-80 cm. Pada sistem Guludan, tinggi guludan ±5 – 10 cm dengan
lebar guludan 65 – 80 cm untuk single row (1 baris) atau 90 cm
untuk double rows (2 baris), dengan lebar parit ±25 cm. Pada areal
yang miring garitan/ guludan dibuat melintang dengan arah
kemiringan lahan.
3) Sub kegiatan : Penetapan Jarak Tanam
A. Definisi :
Penentuan jarak tanam adalah membuat tanda jarak tanam yang
memungkinkan untuk pertumbuhan perakaran dan umbi agar berkembang
secara normal dan optimal.
B. Tujuan :
Agar diperoleh tempat benih dan pupuk dengan jarak yang sama pada
seluruh garitan
C. Standar Tentang Penetapan Jarak Tanam :
a. Jarak tanam yang ditetapkan harus sesuai dengan ukuran benih, tipe
tanah, kemiringan lahan, kemampuan tanah menyimpan air dan arah
datangnya sinar matahari.
b. Jarak tanam dapat menggunakan belahan bambu yang ditandai
dengan jarak tanam 30 – 40 cm.
c. Jarak tanam antar baris untuk single row 65 – 80 cm, sedangkan
yang double row 90 cm.
D. Prosedur Pelaksanaan :
a. Ukur belahan bambu/ tali, menggunakan meteran dengan jarak 30 –
40 cm (sesuai ukuran benih, disesuaikan dengan kondisi tanah,
kemiringan, kemampuan tanah menyimpan air dan arah datangnya
sinar matahari) untuk menentukan titik tanam.
b. Pada jarak-jarak tertentu (sesuai kebutuhan) tandai belahan bambu
dengan spidol/ tali rafia/ cat.
c. Bila menggunakan belahan bambu/ tali, letakan bambu tali dalam
garitan, tandai garitan dengan tugal sesuai tanda yang terdapat pada
belahan bambu/ tali. Juga bisa dengan langsung meletakan bibit pada
garitan sesuai dengan tanda pada belahan bambu/ tali.
d. Pada sistem guludan yang menggunakan mulsa perak, penentuan
jarak tanamnya lebih mudah dikarenakan pelubangan mulsa biasanya
dilakukan sebelum mulsa dipasang dengan jarak tanam yang sudah
diatur pada saat pelubangan.
14. 11
D. PENYIAPAN BENIH
A. Definisi :
Penyiapan benih adalah menyiapkan benih bermutu dari varietas
unggul
B. Tujuan :
Menjamin benih yang ditanam jelas varietasnya, memiliki tingkat
keseragaman yang tinggi, berprodukivitas tinggi dan sehat.
C. Standar tentang penyiapan benih :
Benih yang digunakan adalah benih sebar (G4) bersertifikat dan
berlabel biru yang tumbuh tunas 1 - 2 cm atau siap tanam dari penangkar
yang diawasi dan dibina oleh Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih
(BPSB Jateng)
D. Prosedur Pelaksanaan :
a. Siapkan benih unggul kelas benih sebar yang bermutu, bersertifikat
dan berlabel biru dari penangkar yang diawasi dan dibina oleh Balai
Pengawasan dan Sertifikasi Benih (BPSB Jateng)
b. Pilih benih yang telah bertunas sepanjang 1 – 2 cm
E. PEMUPUKAN DASAR DAN PENANAMAN
A. Definisi :
Penanaman dan pemupukan dasar adalah memberikan hara dasar di
dalam tanah dan meletakan benih dengan posisi tunas menghadap ke atas
diantara pupuk pada garitan (sistem garitan) atau di atas pupuk organik
(pupuk kandang) dan diletakkan pada lubang guludan (sistem guludan)
yang disiapkan.
B. Tujuan :
Agar tersedia unsur hara yang dapat diserap oleh tanaman secara
optimal dan benih diletakkan dengan benar.
C. Prosedur Pelaksanaan :
a. Sistem Garitan
1. Pupuk organik ditebarkan merata dalam garitan atau
ditempatkan antara benih yang telah diletakkan di dalam garitan.
2. Pupuk kimia diletakkan di atas pupuk organik diantara benih.
3. Selanjutnya benih dan pupuk ditimbun dengan tanah sehingga
membentuk guludan dengan tinggi ±10 cm dari permukaan
tanah.
b. Sistem Guludan
1. Buat garitan sedalam 5 – 10 cm dari permukaan tanah.
2. Sebar pupuk organik dan pupuk kimia secara merata di atas
garitan.
15. 12
3. Tutup garitan dengan tanah setinggi 20 cm dari permukaan
tanah.
4. Apabila akan menggunakan mulsa plastik maka lebar mulsa
disesuaikan dengan lebar guludan (single row atau double
rows).
5. Setelah guludan siap kemudian dilubangi dengan menggunakan
tugal/panja dengan kedalaman 10 cm, dengan jarak tanam
disesuaikan dengan besar umbi.
6. Selanjutnya masukan benih ke dalam lubang dengan posisi
tunas menghadap ke atas kemudian tutup dengan tanah dan
ratakan.
F. PENGAIRAN (Dilaksanakan pada musim kemarau)
A. Definisi :
Pengairan adalah memberikan air untuk pertumbuhan dan
perkembangan tanaman.
B. Tujuan :
Memenuhi kebutuhan air bagi tanaman dan membantu penyerapan
unsur hara oleh tanaman.
C. Standar Tentang Pengairan
Air irigasi diberikan pada lahan pertanaman bila pertanaman dilakukan
pada musim kemarau. Pada prinsipnya air irigasi diberikan hanya untuk
menjaga kelembaban tanah, terutama dalam proses penyerapan unsur hara.
D. Prosedur Pelaksanaan :
a. Air dari sumber air dipompa dengan menggunakan pompa air dan
dialirkan dengan menggunakan selang atau paralon ke areal
pertanaman (sistem leb) .
b. Pengairan dilakukan secara rutin sesuai kebutuhan tanaman
c. Lakukan pencatatan sebagaimana format yang digunakan (Tabel 8).
G. PEMASANGAN AJIR (Bila Diperlukan)
A. Definisi :
Pemasangan ajir adalah memasang ajir sebagai penyangga tanaman.
B. Tujuan :
Agar pertanaman mendapat sinar matahari yang optimal dan tidak
rebah
C. Standar Pemasangan ajir
Ajir dipasang tanpa melukai/mengganggu pertumbuhan umbi, yang
fungsi utamanya sebagai penyangga tanaman agar tidak rebah.
D. Prosedur Pelaksanaan :
a. Membuat ajir dari bambu yang dibelah dengan ukuran panjang 70 –
80 cm dan lebar 2-3 cm.
16. 13
b. Untuk pemasangan satu tanaman satu ajir dilakukan dengan cara
ditancapkan berjarak 5 cm dari tanaman (pemasangan ajir lebih
baik pada saat selesai tanam) dan tanaman diikat dengan tali plastik
apabila sudah memungkinkan untuk diikat.
c. Untuk pemasangan ajir sistem jepit dilakukan dengan memasang
beberapa pasang ajir pada sisi guludan yang dihubungkan dengan
tali plastik.
d. Lakukan pencatatan sebagaimana format yang digunakan (Tabel 9).
H. PEMUPUKAN SUSULAN DAN PEMBUMBUNAN
A. Definisi :
Pemupukan susulan dan pembumbunan adalah memberikan pupuk
sebagai nutrisi tambahan sesuai dengan kondisi pertumbuhan tanaman dan
meninggikan guludan di lokasi pertanaman.
B. Tujuan :
Menambah kebutuhan hara yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan
perkembangan tanaman serta membentuk/meninggikan guludan supaya
perakaran dan umbi kentang dapat tumbuh optimal.
C. Standar Pemupukan Susulan dan Pembumbunan :
1. Pemupukan susulan harus mengacu pada empat (4) TEPAT, yaitu :
a. Tepat dosis
b. Tepat cara
c. Tepat waktu dan
d. Tepat jenis yang sesuai dengan kebutuhan unsur hara.
2. Pembumbunan dilakukan untuk menjaga agar umbi tetap tertutup
tanah sehingga ruang pertumbuhan dan perkembangan umbi tidak
terbatas serta untuk menghindari umbi dari infeksi hama PTM (Potato
Tubber Moth)/ penggerek umbi.
D. Prosedur Pelaksanaan :
a. Persiapan pupuk sesuai jenis, waktu dan dosis yang dibutuhkan
dalam wadah
b. Taburkan pupuk susulan di sekitar tanaman setelah berumur 25 –
30 HST setelah penyiangan dan dilanjutkan dengan pembumbunan
I
c. Pembumbunan II dilakukan pada saat tanaman berumur 35 – 40
HST
d. Pembumbunan dilakukan dengan mencangkul tanah di antara
guludan (parit) kemudian dinaikan ke atas guludan sebelah kiri dan
kanan parit
e. Lakukan pencatatan sebagaimana format yang digunakan
17. 14
I. PENYIANGAN DAN SANITASI
A. Definisi :
Penyiangan dan sanitasi adalah melakukan pemeliharaan dan
membersihkan guludan dari gulma, tanaman pengganggu lainnya dan
tanaman sakit.
B. Tujuan :
Menjaga kebersihan kebun dan kesehatan tanaman.
C. Prosedur Pelaksanaan :
a. Penyiangan dilakukan dengan membersihkan areal pertanaman dari
gulma, tanaman pengganggu lainnya dan tanaman sakit.
b. Penyiangan dilakukan pada saat tanaman berumur 25 – 30 HST
dan atau saat tanaman pada umur 35 – 40 HST.
c. Kumpulkan gulma atau tanaman pengganggu hasil siangan dan
sanitasi di luar areal lahan. Untuk sisa tanaman sakit dimusnahkan
dengan cara dibakar atau dibenamkan pada tempat terpisah.
d. Lakukan pencatatan sebagaimana format yang digunakan.
J. PENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN
(OPT)
A. Definisi :
Pengendalian organisme pengganggu tumbuhan adalah tindakan
untuk menekan serangan OPT guna mempertahankan produksi dengan
sistem Pengendalian Hama Terpadu (PHT).
B. Tujuan :
Agar OPT terkendali tanpa merusak lingkungan dan secara ekonomi
tidak merugikan.
C. Standar :
Sistem Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan dengan
menggunakan strategi PHT
a. Budidaya tanaman sehat
b. Pelestarian dan pemberdayaan musuh alami
c. Pengamatan rutin
d. Petani sebagai ahli PHT
D. Prosedur Pelaksanaan :
a. Lakukan pengamatan dan identifikasi terhadap OPT di pertanaman
secara rutin.
b. Lakukan pengendalian OPT bila serangan atau populasi sudah
mencapai ambang kendali sesuai dengan teknik yang dianjurkan.
c. Tentukan tindakan yang perlu segera dilakukan sesuai dengan jenis
OPT
d. Lakukan pencatatan sebagaimana format yang digunakan.
18. 15
K. PENENTUAN SAAT PANEN
A. Definisi :
Penentuan saat panen adalah memantau/melihat keadaan fisik
tanaman untuk menentukan saat panen yang tepat.
B. Tujuan :
Agar diperoleh mutu dan produksi umbi yang optimal.
C. Standar Penentuan Saat Panen :
a. Penentuan saat panen dilakukan dengan melihat perkembangan
fisik tanaman maupun dokumentasi/catatan kebun lain.
b. Panen dilakukan setelah tanaman berumur 100 – 120 HST dengan
ciri-ciri fisik/perubahan warna daun dari hijau menjadi
kekuningan dan umbi kentang tidak mudah lecet atau terkelupas.
D. Prosedur Pelaksanaan :
a. Lakukan pengamatan secara periodik terhadap perkembangan fisik
tanaman. Saat panen yang tepat pada tanaman kentang ditandai
dengan perubahan warna daun dari hijau menjadi kekuningan
yang bukan disebabkan oleh penyakit atau gejala lainnya.
b. Melakukan pengujian tingkat ketuaan dengan cara menggesekan
kulit umbi kentang dengan kentang lainnya atau dengan
menggunakan ibu jari.
c. Kentang biasanya mulai dipanen pada umur 100 -120 HST.
d. Lakukan pencatatan sebagaimana format yang digunakan.
L. PANEN
A. Definisi :
Panen adalah proses pengambilan umbi kentang yang sudah
menunjukkan ciri (sifat khusus) untuk dilakukan pemanenan.
B. Tujuan :
Untuk menggali dan mengambil umbi dari dalam tanah
C. Standar Penentuan Saat Panen :
a. Panen dilakukan setelah tanaman berumur 90 – 120 HST dengan
ciri-ciri perubahan warna daun dari hijau menjadi kekuning-
kuningan dan umbi kentang sudah tidak mudah lecet.
b. Sebelum panen dilakukan pemangkasan/pencabutan tanaman
kentang yang berada di atas permukaan tanah, panen dilakukan
dengan hati-hati ter9utama saat membongkar guludan.
c. Panen dilakukan pada cuaca cerah dan tidak pada saat turun atau
menjelang hujan.
19. 16
D. Prosedur Pelaksanaan :
a. Sebelum panen, dilakukan pemangkasan/pencabutan tanaman
kentang
b. Pemanenan dilakukan pada cuaca yang cerah.
c. Bongkar guludan dengan cara mencangkul tanah di sekitar umbi
secara hati-hati, lalu mengangkatnya sehingga umbi ke luar dari
dalam tanah dan diletakkan dipermukaan tanah agar terjemur
matahari (dikering anginkan)
d. Umbi yang terkumpul dilakukan sortasi awal kemudian
dimasukkan ke dalam keranjang/ krat/ waring.
e. Umbi kentang yang telah dipanen dibawa ke tempat pengumpulan
hasil panen.
M. PASCA PANEN
1) Sub kegiatan : Pembersihan
A. Definisi :
Pembersihan adalah proses menghilangkan kotoran yang menempel
pada umbi.
B. Tujuan :
Menghilangkan kotoran dan OPT yang menempel pada umbi supaya
kualitas tetap terjaga dengan baik
C. Standar Pembersihan :
Umbi kentang bebas dari kotoran dan OPT yang menempel pada
umbi
D. Prosedur Pelaksanaan :
a. Persiapkan alat dan bahan yang akan digunakan sebagai sarana
pembersih umbi.
b. Letakkan umbi yang sudah dibersihkan pada terpal/keranjang yang
telah dipersiapkan untuk dikering anginkan (hindari sinar matahari
langsung)
c. Lakukan pencatatan sebagaimana format yang digunakan (Tabel 15).
2) Sub kegiatan : Sortasi dan Grading
A. Definisi :
Proses pemilihan dan pemisahan umbi berdasarkan kualitas dan
ukuran.
B. Tujuan :
Memisahkan umbi yang baik dengan yang tidak baik, untuk
memperoleh umbi yang seragam dalam kualitas dan ukuran.
20. 17
C. Standar Sortasi dan Grading
a. Berdasarkan ukuran umbi kelas AL (lebih dari 200 gr/umbi), A (120 –
200 gr/umbi), B (80 – 119 gr/umbi) dan C/DN (50-79 gr/umbi)
b. Dilakukan oleh tenaga kerja yang berpengalaman
D. Prosedur Pelaksanaan :
a. Persiapkan sejumlah keranjang/ wadah terpisah untuk masing-masing
kelas umbi.
b. Pilih umbi yang sudah dibersihkan dan letakkan di tempat yang
terpisah antara umbi baik dengan yang jelek berdasarkan :
1. Ada tidaknya cacat pada umbi.
2. Normal tidaknya bentuk dan ukuran umbi.
3. Ada tidaknya serangan hama atau penyakit pada umbi.
c. Grading (Pengkelasan) umbi dilakukan berdasarkan ukuran umbi.
kelas AL (lebih dari 200 gr/umbi), A (120 – 200 gr/umbi), B (80 – 119
gr/umbi) dan C/DN (50-79 gr/umbi).
3) Sub Kegiatan : Penyimpanan
A.Definisi :
Penyimpanan adalah proses menyimpan hasil panen sebelum
dipasarkan.
B. Tujuan :
Untuk menunggu saat pemasaran yang tepat.
C. Standar Penyimpanan :
Penyimpanan di gudang, ventilasi harus memadai agar sirkulasi
udara lancar dan kelembaban sekitar 65 – 70%, sinar matahari cukup dan
tempat penyimpanan harus bersih.
D.Prosedur Pelaksanaan :
a. Persiapkan kotak kayu/krat/keranjang/waring digunakan sebagai
wadah umbi kentang yang akan disimpan dalam gudang.
b. Masukkan wadah berisi umbi kentang ke dalam ruang penyimpanan
dan disusun secara rapi.
4) Sub Kegiatan : Pengemasan
A.Definisi :
Proses mengemas umbi kentang yang dilakukan dengan mengunakan
bahan pengemas sesuai tujuan pasar.
B. Tujuan :
Untuk memudahkan distribusi dan melindungi umbi dari kerusakan
mekanis maupun kerusakan fisiologis serta memperbaiki penampilan.
C. Prosedur Pelaksanaan :
a. Persiapkan peralatan yang akan digunakan.
21. 18
b. Pastikan bahwa karung jaring plastik/waring dalam keadaan bersih dan
tidak ada sisa bahan kimia dan kotoran lainnya.
c. Pengemasan dilakukan dengan dua (2) alternatif yaitu :
1. Apabila langsung dijual ke pasar bisa menggunakn waring dengan
kapasitas ±50 - 70 kg.
2. Untuk pasar khusus, kapasitas dan jenis kemasan disesuaikan
dengan permintaan pasar.
N. DISTRIBUSI
A. Definisi :
Definisi : Proses memindahkan umbi kentang dari produsen ke pasar.
B. Tujuan :
Untuk mendistribusikan umbi kentang sampai ke pasar dengan aman.
C. Standar Pendistribusian :
Dalam pendistribusian harus diketahui tujuan, waktu dan tanggal
pengiriman. Alat transportasi yang digunakan dalam pendistribusian harus
layak dan aman.
D. Prosedur Pelaksanaan :
a. Lakukan pengecekan tanggal, lokasi dan jumlah yang hendak dikirim.
b. Lakukan penimbangan umbi kentang yang akan didistribusikan.
c. Siapkan alat transportasi yang memadai.
d. Pindahkan umbi kentang yang telah ditimbang ke alat transportasi
secara hati-hati.
22. 19
BAB IV
BUDIDAYA TANAMAN KENTANG YANG DILAKUKAN PETANI
Seperti halnya berbudidaya jenis tanaman pangan lainnya, ada beberapa
tahapan teknik budidaya kentang yang harus diperhatikan. Berikut ini adalah
tahap budidaya kentang menurut Suryana (2013):
A. Persiapan Lahan
Kentang merupakan jenis tanaman yang membutuhkan lahan subur,
gembur dan berhumus. Hal ini penting untuk diingat agar hasil panen kentang
nantinya bisa optimal. Untuk itu persiapan lahan untuk kentang agak berbeda
dengan jenis tanaman lainnya. Letak perbedaannya ada pada dua hal :
1. Pembajakan dilakukan sebanyak dua kali untuk menciptakan tanah yang
kaya humus dan gembur. Perlakuan membajak diimbangi dengan
mencangkul agar tanah benar-benar sesuai dengan harapan. Membajak dan
mencangkul kembali dilakukan setelah proses pembajakan dan
pencangkulan pertama selesai dilakukan beberapa hari.
2. Tanah yang akan ditanami kentang perlu ditambah ketinggiannya. Hal ini
bukanlah tanpa alasan, karena meninggikan lahan ini bertujuan agar tanah
kaya akan udara. Selain itu proses peninggian ini tidak sulit dilakukan
karena dapat dilakukan sambil membajak dan mencangkul.
B. Pembibitan Kentang
Proses pembibitan kentang dapat dilakukan sendiri yakni dengan
menyimpan kentang hingga bertunas di gudang selama 4 bulan. Ciri fisik bibit
kentang yang berkualitas dan sehat adalah seukuran telur bebek atau telur
ayam dengan berat bibit seberat 30-80 gram. Untuk tunasnya, tunas yang baik
untuk ditanam adalah tunas yang berukuran 2-3 cm dan berjumlah 3-5 tunas
tiap bibit kentang.
C. Penanaman Kentang
Penanaman kentang idealnya dilakukan kira-kira satu minggu setelah
lahan disiapkan. Berikut panduan penanaman yang biasa dilakukan petani:
1. Kubur bibit kentang sedalam kurang lebih 8 cm. Jangan sampai terkubur
terlalu dalam.
2. Pilih tunas bibit yang paling baik dan letakkan tunas tersebut
menjulang ke atas permukaan tanah, sehingga yang terlihat dari permukaan
tanah adalah tunasnya saja.
3. Semprotkan pestisida ke tunas dengan dosis 500 L/Ha agar tanaman
kentang tidak terserang hama pada awal masa pertumbuhannya.
23. 20
D. Pemupukan dan Penyiangan
Tahapan pemupukan kentang dilakukan selama 20 hari sekali untuk
menghasilkan panen kentang yang optimal. Pemberian pupuk NPK dilakukan saat
umbi mulai tumbuh yakni sekitar 30 hari setelah penanaman. Kemudian pada fase
40 hari setelah tanam kentang dipupuk dengan HP tinggi. Kemudian pada fase 60
hari setelah tanam kembali dengan pupuk ber-PK tinggi dan pada hari ke 90
kentang diberikan pupuk dengan HP tinggi.
Selain memupuk, penyiangan juga sangat dibutuhkan. Gulma dan berbagai
hama harus disingkirkan dari tanaman kentang agar dapat tumbuh maksimal.
Selain itu, upayakan agar umbi terus berada didalam tanah dan tidak terkena sinar
matahari agar kentang tidak beracun.
E. Pemanenan
Pemanenan dilakukan saat tanaman kentang bagian atas telah mengering,
yaitu sekitar 85 hari setelah tanam.
24. 21
BAB V
PERBANDINGAN ANTARA SOP KENTANG MENURUT
KEMENTRIAN DENGAN PETANI
Berdasarkan penjelasan Bab III dan BAB IV ,maka dapat diperolehan
perbedaan sebagai berikut :
Perbedaan SOP Kentang Dinas
Pertanian
SOP Kentang Menurut
Suryana (Petani)
Pemilihan lokasi Kemiringan tempat
<30º
Tidak memerhatikan
kemiringan lahan
Tidak memerhatikan
pH tanah
Penentuan waktu
tanam
Sama Sama
Penyiapan lahan
1. Pembersihan
lahan
2. Pengolahn tanah,
pembuatan parit
dan garitan
3. Penetapam jarak
tanam
4.
1. Gulma dari
rerumputan
dikumpulkan dan
dijadikan sebagai
pupuk organic
2. Setelah tanah
diolah dibiarkan
10-20 hari
3. Jarak tanam
ditentukan oleh
kemiringan lahan
tanah menyimpan
air.
1. Gulma hanya
dibersihkan
2. Setelah diolah
tanah tidak
dibiarkan
selama 10-20
hari,
3. Jarak tanam
tidak ditentukan
oleh
kemiringan
lahan mapun
menyimpan air,
hanya dikira-
kira
Penyiapa benih Benih yang digunakan
harus yang
bersertifikasi
Menggunakan hasil
panen sebelumnya
yang diseleksi.
Pemupukan Pemberian pupuk dasar
maupun susulan
dilakukan sesuai aturan
yang tepat baik tepat
waktu,dosis,cara
maupun jenis
kebutuhan unsur hara.
Pemberian pupuk 20
hari sekali tanpa
memperhatikan
ketepatan.
25. 22
Pengairan Sama Sama
Pemasangan Ajir Sama Sama
Pemupukan Susulan
dan Pembumbunan
Sama Sama
Penyiangan dan
Sanitasi
Tanaman yang sakit
dihilangkan
Tanaman yang sakit
tetap dibiarkan tetapi
diobati
Pengendalian OPT Sistem PHT dengan
melakukan
pengamatan dan
identifikasi terhadap
OPT di pertanaman
secara rutin.
Dengan cara yang
masih tradisional.
Penentuan saat Panen Sama Sama
Panen Dipanen saat umur 90-
120 hari, dengan ciri
fisik perubahan warna
daun dari hijau menjadi
kekuningan, dan umbi
kentang sudah tidak
mudah lecet
Dipanen saat umur 85
hari saat kentang mulai
muncul dan mengering
Pasca Panen
1. Pembersihan
2. Sortasi dan
grading
3. Penyimpanan
4. Pengemasan
1. Pembersihan
kentang setelah
pasca panen
2. Sama
3. Disimpan di
gudang dan
berventilasi
4. Menggunakan
waring yang
bersih dan tidak
tersisa bahan
kimia maupun
kotorannya.
1. Tidak ada
pembersihan
kentang dari
tanah
2. Sama
3. Terkadang
tidak
berventilasi dan
kurang dijaga
kebersihannya
4. Menggunakan
wadah
seadanya yang
dimiliki
petani,yang
sesuai dengan
kapasitas
26. 23
tampung dari
kentang.
Distribusi Memperhatikan waktu
dan tanggal
pengiriman, dengan
alat transportasi yang
layak dan aman
Tidak memperhatikan
waktu dan tanggal
pengiriman, biasanya
transportasi yang
digunakan seringkali
tidak memperhatikan
keamanan.
Berdasarkan SOP tabel perbedaan SOP budidaya kentang antara Dinas
Pertanian dengan petani menunjukan perbedaan yang signifikan. Dengan adanya
SOP dapat membantu meminimalisir terjadinya kegagalan ketika melakukan
proses budidaya dalam bidang pertanian,terutama SOP dari Mentan karena SOP
ini sesuai dengan pengertiaanya yaitu yang sudah dipaparkan diatas biasanya
sesuai dengan fungsi dan alat penilaian kinerja instansi pemerintah berdasarkan
indikator-indikator teknis, administrasi dan prosedural sesuai tata kerja, prosedur
kerja dan sistem kerja pada unit.Sehingga biasanya daerah yang menggunakan
SOP pemeritah pusat maupun daerah produksinya lebih maksimal dibandingkan
dengan prosedur budidaya dari petani.
Sesuai dengan Kementrian Pertanian RI (2015) , Mengingat
pengembangan agribisnis kentang yang akhir-akhir ini meningkat cukup pesat,
maka perlu dilakukan upaya pembinaan secara intensif sehingga seluruh sentra
produksi yang ada di kawasan sentra dapat ditingkatkan produksi dan mutunya
guna memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri dan ekspor dengan kualitas dan
kuantitas yang memadai. Untuk itu, petani kentang perlu melakukan produksi
kentang sesuai dengan norma budidaya yang baik dan benar sesuai dengan
panduan Standar Operasional Prosedur (SOP). Sehingga dengan adanya SOP
maka target yang akan dicapai.Salah satu tujuan penerapan SOP Budidaya
Kentang di lahan petani yaitu tercapainya produktivitas yang lebih besar dari 20
ton/ha (tahun 2013 produktivitas rata-rata sebesar 16,02 ton/ha dan tahun 2014
meningkat menjadi 17,30 ton/ha).
27. 24
BAB VI
PENUTUP
Kentang merupakan tanaman sayuran jenis umbi yang digemari
masyarakat. Akan tetapi semaik bertambahnya kebutuhan akan kentang
produksinya tidak begitu cepat mengalami pertumbuhan. Sehingga untuk
meningkatkan produksi perlu dilakukan penerapan Standar Operasional Prosedur
(SOP) yang sesuai dengan fungsi dan alat penilaian kinerja instansi pemerintah
berdasarkan indikator-indikator teknis, administrati dan prosedural sesuai tata
kerja, prosedur kerja dan sistem kerja pada unit pra maupun pasca panen. Dengan
adanya perbedaan SOP dari Dinas maupun petani seperti yang sudah dipaparkan
di bab V dapat disimpulkan bahwa SOP dari Dinas Pertanian Kabupaten
Banjarnegara merupakan upaya yang sangat bagus untuk meminimalisir dan
meningkatkan produksi kentang baik untuk kebutuhan dalam negeri maupun
ekspor. Oleh karena itu, para petani diharapkan mengikuti standar operanal
prosedur dari pemerintah yang diharapkan untuk lebih meningkatkan
produktivitas dari tanaman kentang.
28. 25
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2011. Standar Operasional Prosedur (Sop) Budidaya Kentang. Dinas
Pertanian Perikanan Dan Peternakan Kabupaten Banjarnegara Jawa
Tengah.
Anonym. 2014. Badan Pusat Statistik. https://www.bps.go.id/ diunduh pada
tanggal 10 Maret 2017
Anonim. 2014. Badan Litbang Pertanian. http://www.litbang.pertanian.go.id/
diunduh pada tanggal 10 Maret 2017
Demango, J. 2015. Perkembangan Sayuran Kentang Lokal dan Dunia.
http://Perkembangan-sayuran-kentang-lokal-dan-dunia diunduh pada
tanggal 6 Maret 2017.
Hartatik, Indah Puji.2014. Buku Pintar Membuat S.O.P (Standard Operating
Procedure), Flashbooks. Jogjakarta.
Suryana, D. 2013. Menanam Kentang.
https://books.google.co.id/books?id=ReFzUjOtgSAC&printsec=frontcov
er&dq=menanam+kentang&hl=en&sa=X&redir_esc=y#v=onepage&q=
menanam%20kentang&f=false diunduh pada tanggal 06 Maret 2017.
Zulkarnanin. 2013. Budidaya Sayur Tropis. PT Bumi Aksara. Jakarta.