AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
Pembibitan kelapa sawit (elaeis guineensis jacq)
1. MAKALAH TEKNIK BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN
PEMBIBITAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq)
Oleh
Nuzulul Madiasto Susetyo
Inayatul Fitria Dewi
1410401057
1510401057
PROGAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TIDAR
2017
2. BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanaman kelapa sawit adalah tanaman penghasil minyak nabati yang dapat
menjadi andalan dimasa depan karena berbagai kegunaannya bagi kebutuhan
manusia. Kelapa sawit memiliki arti penting bagi pembangunan nasional Indonesia.
Selain menciptakan kesempatan kerja yang mengarah pada kesejahteraan masyarakat,
juga sebagai sumberdevisa negara. Penyebaran perkebunan kelapa sawit di Indonesia
saat ini sudah berkembang di 22 daerah propinsi. Luas perkebunan kelapa sawit pada
tahun 1968 seluas 105.808 ha dengan produksi 167.669 ton, pada tahun 2007 telah
meningkat menjadi 6.6 juta ha dengan produksi sekitar 17.3 juta ton CPO
(Sastrosayono, 2003)
Dalam perekonomian Indonesia komoditas kelapa sawit memegang peranan
yang cukup strategis karena komoditas ini mempunyai prospek yang cerah sebagai
sumber devisa. Disamping itu, minyak sawit merupakan bahan baku minyak utama
minyak goreng yang banyak di pakai di seluruh dunia, sehingga secara terus menerus
dapat menjaga stabilitas harga minyak sawit. Komoditas ini pun mampu menciptakan
kesempatan kerja yang luas dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat
(Mangoensoekarjo dan Semangun, 2003).
Data dari Direktorat Jendral Perkebunan (2008) menunjukkan bahwa terjadi
peningkatan luas areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia, dari 4.713.435 ha pada
tahun 2001 menjadi 7.363.847 ha pada tahun 2008 dan luas areal perkebunan kelapa
sawit ini terus mengalami peningkatan. Peningkatan luas areal tersebut juga
diimbangi dengan peningkatan produktifitas. Produktivitas kelapa sawit adalah 1.78
ton/ha pada tahun 2001 dan meningkat menjadi 2.17 ton/ha pada tahun 2005. Hal ini
merupakan kecenderungan yang positif dan harus dipertahankan.
Salah satu aspek yang perlu mendapatkan perhatian secara khusus dalam
menunjang program pengembangan areal tanaman kelapa sawit adalah penyediaan
bibit yang sehat, potensinya unggul dan tepat waktu. Faktor bibit memegang peranan
penting dalam menentukan keberhasilan penanaman kelapa sawit. Kesehatan tanaman
3. masa pembibitan mempengaruhi pertumbuhan dan tingginya produksi selanjutnya,
setelah ditanam di lapangan. Oleh karena itu, teknis pelaksanaan pembibitan perlu
mendapat perhatian besar dan khusus (Anonim, 2006).
1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui sistem pembibitan pada kelapa sawit
2. Mengetahui pemeliharaan yang tepat pada sistem pembibitan kelapa sawit
4. BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Klasifikasi Kelapa Sawit
Menurut Mangoensoekarjo dan Semangun (2003), taksonomi kelapa sawit
secara umum sebagai berikut:
Kingdom
Divisio
Subdivisio
Kelas
Ordo
Family
Genus
Spesies
: Plantae
: Spermatophyta
: Angiospermae
: Monocotyledoneae
: Palmales
: Palmaceae
: Elaeis
: Elaeis guineensis Jacq.
2.2 Morfologi Kelapa Sawit
Kelapa sawit termasuk tanaman monokotil. Batangnya lurus, tidak bercabang
dan tidak mempunyai kambium, tingginya dapat mencapai 15 - 20 m. Tanaman ini
berumah satu atau monocious, bunga jantan dan bunga betina berada pada satu
pohon. Bagian vegetatif terdiri atas akar, batang, dan daun, sedangkan bagian
generatifnya yakni bunga dan buah (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2003).
a) Akar
Tanaman Kelapa sawit berakar serabut yang terdiri atas akar primer,
sekunder, tertier dan kuartier. Akar-akar primer pada umumnya tumbuh ke bawah,
sedangkan akar sekunder, tertier dan kuartier arah tumbuhnya mendatar dan ke
bawah. Akar kuartier berfungsi menyerap unsur hara dan air dari dalam tanah.
Akar-akar kelapa sawit banyak berkembang di lapisan tanah atas sampai
kedalaman sekitar 1 meter dan semakin ke bawah semakin sedikit (Setyamidjaja,
1991).
Calon akar muncul dari biji kelapa sawit yang dikecambahkan disebut
radikula, panjangnya dapat mencapai 15 cm dan mampu bertahan sampai 6 bulan.
5. Akar primer yang tumbuh dari pangkal batang (bole) ribuan jumlahnya,
diameternya berkisar antara 8 dan 10 mm. Panjangnya dapat mencapai 18 cm.
Akar sekunder tumbuh dari akar primer, diameternya 2-4 mm. Dari akar sekunder
tumbuh akar tersier berdiameter 0.7-1.5 mm dan panjangnya dapat mencapai 15
cm (Pahan, 2010).
b) Batang
Batang membengkak pada pangkal (bongkol), bongkol ini dapat
memperkokoh posisi pohon pada tanah agar dapat berdiri tegak. Dalam satu
sampai dua tahun pertama pertumbuhan batang lebih mengarah kesamping,
diameter batang dapat mencapai 60 cm. Setelah itu perkembangan ke atas dapat
mencapai 10 – 11 m dengan diameter 40 cm. Pertumbuhan meninggi ini berbeda-
beda untuk setiap varietas (Sastrosayono, 2003).
Tanaman kelapa sawit umumnya memiliki batang yang tidak bercabang.
Pada pertumbuhan awal setelah fase muda (seedling) terjadi pembentukan batang
yang melebar tanpa terjadi pemanjangan internodia (ruas). Titik tumbuh batang
kelapa sawit terletak di pucuk batang, terbenam di dalam tajuk daun. Di batang
terdapat pangkal pelepah-pelepah daun yang melekat kukuh (Sunarko, 2008).
c) Daun
Tanaman dewasa dapat menghasilkan 40 – 60 daun dengan laju dua daun
/bulan dan satu helai daun hidup fungsional dua tahun. Panjang daun bisa
mencapai 5-7 m terdiri dari satu tulang daun (rachis), 100 - 160 pasang anak daun
linear dan satu tangkai daun (petiole) yang berduri (Mangoensoekarjo dan
Semangun, 2003).
d) Bunga
Tanaman kelapa sawit mulai berbunga pada umur 12 - 14 bulan, tetapi baru
ekonomis untuk di panen pada umur 2.5 tahun. Bunga kelapa sawit merupakan
monoecious, bunga jantan dan bunga betina dalam satu pohon. Satu inflor
dibentuk dari ketiak setiap daun setelah diferensisasi dari pucuk batang. Jenis
kelamin jantan atau betina ditentukan 9 bulan setelah inisiasi dan selang 24 bulan
6. baru inflor bunga berkembang sempurna. Bunga-bunga betina dalam satu inflor
membuka dalam tiga hari dan siap dibuahi selama 3 - 4 hari, sedangkan bunga-
bunga yang berasal dari inflor jantan melepaskan serbuk sarinya dalam lima hari.
Penyerbukan yang umum terjadi biasanya penyerbukan silang namun kadang juga
sendiri (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2003).
Bunga jantan pada tanaman kelapa sawit berbentuk lonjong memanjang,
sedangkan bunga betina agak bulat. Tanaman kelapa sawit mengadakan
penyerbukan bersilang (cross pollination). Artinya bunga betina dari pohon yang
satu dibuahi oleh bunga jantan dari pohon yang lainnya dengan perantaan angin
dan atau serangga penyerbuk (Sunarko, 2008).
e) Buah
Buah kelapa sawit adalah buah batu yang sessile (sessile drup), menempel
dan menggerombol pada tandan buah. Jumlah buah per tandan dapat mencapai
1600 buah, berbentuk lonjong membulat. Panjang buah 2 - 3 cm, beratnya 30
gram. Bagian-bagian buah terdiri atas eksokarp (kulit buah) dan mesokarp (sabut
dan biji). Eksokarp dan mesokarp disebut perikarp. Biji terdiri atas endocarp
(cangkang) dan inti (kernel), sedangkan inti tersebut terdiri dari endosperma dan
embrio (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2003).
f) Biji
Biji merupakan bagian buah yang telah terpisah dari daging buah dan
sering disebut noten atau nut yang memiliki berbagai ukuran tergantung tipe
tanaman. Biji kelapa sawit terdiri atas cangkang, embryo dan inti atau endosperm.
Embrio panjangnya 3 mm berdiameter 1.2 mm berbentuk silindris seperti peluru
dan memiliki dua bagian utama. Bagian yang tumpul permukaannya berwarna
kuning dan bagian lain agak berwarna kuning. Endosperm merupakan cadangan
makanan bagi pertumbuhan embrio. Pada perkecambahan embrio berkembang dan
akan keluar melalui lubang cangkang. Bagian pertama yang muncul adalah
radikula (akar) dan menyusul plumula (batang) (Sastrosayono, 2003).
7. 2.3 Syarat tumbuh
a) Iklim
Kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada daerah tropika basah di
sekitar Lintang Utara-Lintang Selatan 12° pada ketinggian 0-600 m dari atas
permukaan laut. Jumlah curah hujan yang baik adalah 2000-2500 mm per tahun,
tidak memiliki defisit air hujan agak merata sepanjang tahun. Temperatur yang
optimal 24°-28 °C, terendah 18 °C dan tertinggi 32°C. Kelembaban 80% dan
penyinaran matahari 5-7 jam per hari. Kecepatan angin 5-6 km/jam sangat baik
untuk membantu proses penyerbukan. Angin yang terlalu kencang akan
menyebabkan tanaman baru goyang atau miring (Lubis, 1992).
Curah hujan optimum yang diperlukan tanaman kelapa sawit rata-rata
2000-2500 mm/tahun dengan distribusi merata sepanjang tahun tanpa bulan kering
yang berkepanjangan. Kelembaban optimum bagi pertumbuhan kelapa sawit
antara 80-90%. Faktor-faktor yang memepengaruhi kelembaban ini adalah suhu,
sinar matahari, lama penyinaran, curah hujan, dan evapotranspirasi (Anonim,
1997).
Lama penyinaran rata-rata 5 jam dan naik menjadi 7 jam per hari untuk
beberapa bulan tertentu akan berpengaruh baik terhadap kelapa sawit. Lama
penyinaran ini terutama berpengaruh terhadap pertumbuhan dan tingkat asimilasi,
pembentukan bunga (sex-ratio) dan produksi buah (Setyamidjaja, 1991).
b) Tanah
Kelapa sawit tumbuh pada beberapa jenis tanah seperti Podsolik, Latosol,
Hidromorfik kelabu, Regosol, Andosol dan Alluvial. Sifat fisik tanah antara lain:
1. Solum yang dalam, lebih dari 80 cm. Solum yang tebal akan merupakan
media yang baik bagi perkembangan akar sehingga efisiensi penyerapan
hara tanaman akan lebih baik,
2. Tekstur lempung atau lempung berpasir dengan komposisi 20-60% pasir,
10-40% lempung dan 20-50% liat,
8. 3. Struktur, perkembangannya kuat; konsistensi gembur sampai agak teguh
dan permeabilitas sedang,
4. Gambut, kedalamannya 0-0,6 m,
5. Laterite, tidak dijumpai (Anonim, 1996).
Sifat fisik tanah yang baik lebih dikehendaki tanaman kelapa sawit
daripada sifat kimianya. Beberapa hal yang menentukan sifat fisik tanah adalah
tekstur, struktur, konsistensi, kemiringan tanah, permeabilitas, ketebalan lapisan
tanah dan kedalaman permukaan air tanah. Secara ideal tanaman kelapa sawit
menghendaki tanah yang gembur, subur, mempunyai solum yang dalam tanpa
lapisan padas, teksturnya mengandung liat dan debu 25-30%, datar serta
berdrainase baik (Anonim, 1997).
Kemasaman tanah idealnya adalah pH 5,5 yang baik adalah pH 4,0-6,0,
tetapi boleh juga digunakan pH 6,5-7. Tanah harus gembur dan drainase baik
sehingga aerasi juga baik (Sianturi, 1991).
9. BAB III
PEMBAHASAN
Bibit merupakan produk yang dihasilkan dari suatu proses pengadaan
bahan tanaman yang dapat berpengaruh terhadap pencapaian hasil produksi pada
masa selanjutnya. Pembibitan merupakan langkah awal dari seluruh rangkaian
kegiatan budidaya tanaman kelapa sawit. Melalui tahap pembibitan sesuai standar
teknis diharapkan dapat dihasilkan bibit yang baik dan berkualitas. Bibit kelapa
sawit yang baik adalah bibit yang memiliki kekuatan dan penampilan tumbuh yang
optimal serta berkemampuan dalam menghadapi kondisi cekaman lingkungan
pada saat pelaksanaan penanaman (transplanting).
Menurut Setyamidjaja, (1991), untuk menghasilkan bibit yang baik dan
berkualitas seperti tersebut di atas, diperlukan pedoman kerja yang dapat menjadi
acuan, sekaligus kontrol selama pelaksanaan di lapang. Untuk itu berikut ini
disampaikan tahapan pembibitan, mulai dari persiapan, pembibitan awal dan
pembibitan utama.
a) Pemilihan Lokasi
Penentuan lokasi pembibitan perlu memperhatikan beberapa persyaratan
sebagai berikut:
1. Lokasi Pembibitan mempunyai jalan yang mudah dijangkau dan
mempunyai kondisi baik.
2. Areal harus jauh dari sumber hama dan penyakit, serta mempunyai sanitasi
yang baik.
3. Dekat dengan tenaga kerja lapangan sehingga memudahkan dalam
pengawasan.
4. Dekat dengan tempat pengambilan media tanam untuk pembibitan.
Drainase baik, sehingga pada musim hujan tidak tergenang air.
5. Dekat dengan sumber air dan air tersedia cukup untuk penyiraman, dengan
kualitas yang memenuhi syarat.
6. Areal diusahakan mempunyai topografi datar dan berada di tengah-tengah
Kebun
10. 7. Areal pembibitan harus terletak sedekat mungkin dengan daerah yang
direncanakan untuk ditanami dengan memperhitungkan biaya
pengangkutan bibit
b) Bahan tanam
Bahan tanaman yang digunakan harus dapat dipastikan berasal dari
pusat sumber benih yang telah memiliki legalitas dari pemerintah dan
mempunyai reputasi baik, seperti Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS)
Medan. Pada saat ini bahan tanaman yang dianjurkan adalah Tenera yang
merupakan hasil dari persilangan Dura x Pisifera (D x P). Bahan tanaman yang
dihasilkan oleh PPKS merupakan hasil seleksi yang ketat dan telah teruji di
berbagai lokasi, sehingga kualitasnya terjamin (Anonim, 2003).
Bahan tanaman kelapa sawit di pembibitan disediakan dalam bentuk
kecambah (germinated seed). Untuk kerapatan tanam 143 pohon di lapangan
diperlukan 200 kecambah/ha. Pemesanan kecambah sebaiknya dilakukan 3 – 6
bulan sebelum pembibitan dimulai. Persiapan lapangan agar disesuaikan
dengan jadwal kedatangan kecambah (Pahan, 2010).
c) Media Tanam
Media tanam yang digunakan seharusnya adalah tanah yang berkualitas
baik, misalnya tanah bagian atas (top soil) pada ketebalan 10-20 cm. Tanah
yang digunakan harus memiliki struktur yang baik, gembur, serta bebas
kontaminasi (hama dan penyakit, pelarut, residu dan bahan kimia). Bila tanah
yang akan digunakan kurang gembur dapat dicampur pasir dengan
perbandingan pasir : tanah = 3 : 1 (kadar pasir tidak melebihi 60%). Sebelum
dimasukkan ke dalam polybag, campuran tanah dan pasir diayak dengan ayakan
kasar berdiameter 2 cm. Proses pengayakan bertujuan untuk membebaskan
media tanam dari sisa-sisa kayu, batuan kecil dan material lainnya.
d) Sistem Pembibitan
Pembibitan kelapa sawit dapat dilakukan dengan menggunakan satu
atau dua tahapan pekerjaan, tergantung kepada persiapan yang dimiliki sebelum
kecambah dikirim ke lokasi pembibitan. Untuk pembibitan yang menggunakan
11. satu tahap (single stage), berarti penanaman kecambah kelapa sawit langsung
dilakukan ke pembibitan utama (Main Nursery). Sedangkan pada sistem
pembibitan dua tahap (double stage), dilakukan pembibitan awal (Pre Nursery)
terlebih dahulu selama ± 3 bulan pada polybag berukuran kecil dan selanjutnya
dipindah ke pembibitan utama (Main Nursery) dengan polybag berukuran lebih
besar. Sistem pembibitan dua tahap banyak dilaksanakan oleh perusahaan
perkebunan, karena memiliki beberapa keuntungan, antara lain:
1. Terjaminnya bibit yang akan ditanam ke lapangan, karena telah melalui
beberapa tahapan seleksi, baik di pembibitan awal maupun di pembibitan
utama.
2. Seleksi yang ketat (10%) di pembibitan awal dapat mengurangi keperluan
tanah dan polybag besar di pembibitan utama.
3. Kemudahan dalam pengawasan dan pemeliharaan serta tersedianya waktu
persiapan pembibitan utama pada tiga bulan pertama.
1) Pembibitan Awal (Pre-Nursery)
Pre nursery atau pembibitan awal dapat dilakukan pada bedengan-
bedengan yang tanahnya ditinggikan sampai mencapai 35 cm atau bibit di
tanam dalam polibag kecil berupa tanah bagian atas (top soil) yang sudah
dibersihkan (Sastrosayono, 2008).
Ciri utama pembibitan tahap awal;
1. Penggunaan kantong plastik berukuran kecil sehingga jumlah bibit per
ha areal pembibitan menjadi banyak
2. Areal pembibitan dipilih lahan yang rata dan datar (tidak miring)
3. Berdrainase lancar
4. Dekat dengan sumber air, tetapi tidak rawan banjir (Mangoensoekarjo
dan Semangun, 2003).
Pada pre nursery bibit ditanam dan disusun rapat sampai berumur
3-4 bulan. Dalam waktu 3 - 4 bulan pertama dari pertumbuhan bibit
diperlukan naungan agar intensitas cahaya yang diterima bibit sekitar 40%
(Mangoensoekarjo dan Semangun, 2003). Bibit ditanam pada kantong
12. plastik kecil berukuran 14 x 22 cm rata dengan tebal 0.07 mm. Tanah yang
diisikan adalah tanah atas (top soil) yang disaring. Kecambah yang ditanam
dengan plumula menghadap keatas dan radikula ke bawah sedalam 2 - 3
cm. Pembibitan awal merupakan tahap yang menentukan keberhasilan
dalam pengelolaan bahan tanaman selanjutnya (Anonim, 2003).
Pemeliharaan bibit di pembibitan awal dilakukan dengan pengisian dan
penyusunan polibag, alih tanam, penyiraman, pengendalian gulma,
pemupukan, pengendalian hama dan penyakit dan seleksi bibit (Pahan,
2010). Setelah pembibitan awal bibit dipindahkan ke pembibitan utama
(main nursery).
Selama pembibitan keadaan tanah di polybag harus selalu dijaga
agar tetap lembab tapi tidak becek. Pemberian air pada lapisan atas tanah
polybag dapt menjaga kelembaban yang dibutuhkan oleh bibit. Penyiraman
dengan sistem springkel irrigation sangat membantu dalam usaha
memperoleh kelembaban yang diinginkan dan dapat melindungi bibit
terhadap kerusakan karena siraman.
Adapun pemeliharaan yang dilakukan menurut Pusat Penelitian
Kelapa Sawit Medan di pre-nursery diantaranya sebagai berikut:
1. Penyiraman, dilakukan 2 kali sehari dengan setiap penyiraman
bibit memerlukan 0.1-0.25 litr air
2. Penyiangan gulma, dengan dilakukan secara manual yang
dilakukan selama 2 minggu sekali. Dan pada penyiangan ini
tidak dianjurkan dengan menggunakan herbisida
3. Pemupukan dengan menggunakan pupuk urea 2 gram/liter
untuk 100 bibit dengan frekuensi seminggu sekali. Selain itu
dengan pupuk majemuk 2.5 gram/polybag dan tidak dianjurkan
mengaplikasikan pupuk daun pada saat kondisi udra panas atau
kering dan pada bibit yang mengalami stress air.
13. 4. Seleksi bibit 5-10% dengan menghindari terangkutnya bibit
abnormal ke tahap selanjutnya. Biasanya bibit nomal sudah
berumur 3 bulan dengan memiliki 3-4 daun.
2) Pembibitan Utama (Main-Nursery)
Untuk penanaman bibit pindahan dari dederan dibutuhkan polybag
yang lebih besar, berukuran 40 cm x 50 cm atau 45 cm x 60 cm (lay flat),
tebal 0,11 mm dan diberi lubang pada bagian bawahnya untuk drainase.
Polybag diisi dengan tanah atas yang telah diayak sebanyak 15 – 30 kg per
polybag, disesuaikan dengan lamanya bibit yang akan dipelihara (sebelum
dipindahkan) di pesemaian bibit (Setyamidjaja, 1991). Pada main nursery
bibit diletakkan dengan jarak tanam 90 cm x 90 cm x 90 cm atau dalam 1
ha berisi sebanyak 12.000 bibit. Pemeliharaan bibit di pembibitan utama
hampir sama dengan pembibitan awal dilakukan dengan pengisian dan
penyusunan polibag, alih tanam, penyiraman, pengendalian gulma,
pemupukan, pengendalian hama dan penyakit dan seleksi bibit (Pahan,
2010).
e) Pemeliharaan di main nursery
Bibit yang yang telah ditanam nursery perlu dipelihara dengan baik agar
pertumbuhannya sehat dan subur, sehingga bibit akan dapat dipindahkan ke
lapang sesuai dengan umur dan saat tanam yang tepat. Pemeliharaan bibit
meliputi :
1. Penyiraman
a) Penyiraman bibit dilakukan dua kali sehari, kecuali apabila jatuh
hujan lebih dari 7 – 8 mm pada hari yang bersangkutan.
b) Air untuk menyiram bibit harus bersih dan cara menyiramnya
harus dengan semprotan halus agar bibit dalam polybag tidak
rusak dan tanah tempat tumbuhnya tidak padat.
c) Kebutuhan air siraman ± 2 liter per polybag per hari, disesuaikan
dengan umur bibit.
14. 2. Penyiangan
a) Gulma yang tumbuh dalam polybag dan di tanah antara polybag harus
dibersihkan, dikored atau dengan herbisida
b) Penyiangan gulma harus dilakukan 2-3 kali dalam sebulan atau
disesuaikan dengan pertumbuhan gulma.
3. Pengawasan dan seleksi
a) Pengawasan bibit ditujukan terhadap pertumbuhan bibit dan
perkembangan gangguan hama dan penyakit
b) Bibit yang tumbuh kerdil, abnormal, berpenyakit dan mempunyai
kelainan genetis harus dibuang.
c) Pembuangan bibit (thinning out) dilakukan pada saat pemindahan ke
main nursery, yaitu pada saat bibit berumur 4 bulan dan 9 bulan, serta
pada saat pemindahan bibit ke lapangan. Menurut (Setyamidjaja,
1991), seleksi dilakukan sebanyak tiga kali. Seleksi pertama dilakukan
pada waktu pemindahan bibit ke pembibitan utama. Seleksi kedua
dilakukan setelah bibit berumur empat bulan di pembibitan utama.
Seleksi terakhir dilakukan sebelum bibit dipindahkan ke lapangan.
Bibit dapat dipindahkan ke lapangan setelah berumur 12-14 bulan.
4. Pemupukan
a) Pemupukan bibit sangat penting untuk memperoleh bibit yang sehat,
tumbuh cepat dan subur.
b) Pupuk yang diberikan adalah Urea dalam bentuk larutan dan pupuk
majemuk.
15. BAB IV
PENUTUP
5.5 Kesimpulan
1. Pembibitan merupakan serangkaian proses utama yang dibutuhkan dalam
suatu praktik budidaya
2. Pembibitan kelapa sawit dibedakan atas dua macam yaitu: pembibitan awal
(pre-nursery) dan pembibitan utama (main nursery)
3. Pembibitan Awal (Pre Nursery) merupakan tempat kecambah tanamanan
kelapan sawit (Germinated seeds) ditanam dan dipelihara hingga berumur 3
bulan yang nantinya akan dipindahkan ke main nursery
4. Pembibitan utama (main nursery) merupakan penanaman kecambah kelapa
sawit langsung dilakukan ke pembibitan utama
5. Pemelihaarn pada pembibitan kelapa sawit terdiri dari: penyiraman,
penyiangan, pengawasan dan seleksi, dan pemupukan
16. DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1997. Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Penebar Swadaya, Jakarta.
Anonim. 2003. Budidaya Kelapa Sawit. dalam L. Buana, D. Siahaan, dan S. Adiputra
(Eds.). Kultur Teknis Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan.
Anonim. 2006. Potensi dan Peluang Investasi Industri Kelapa Sawit di Indonesia.
dalam Latif, S (Ed). Potensi dan Peluang Investasi Industri Kelapa Sawit di
Indonesia. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan
Anonim., 1996. Vademecum Kelapa Sawit. PT Perkebunan Nusantara IV Bah Jambi.
Pematang Siantar.
Lubis, A. U., 1992. Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Indonesia. Pusat
Penelitian Perkebunan Marihat Bandar Kuala. Pematang Siantar.
Mangoensoekerjo, S. Dan H. Semangun. 2008. Manajemen Agribisnis Kelapa Sawit.
Universitas Gajah Mada press. Yogyakarta.
Pahan, I. 2010. Kelapa Sawit: Manajemen Agribisnis dari Hulu Hingga Hilir.
Penebar Swadaya. Jakarta
Sastrosayono, S., 2003. Budidaya Kelapa Sawit. Agromedia Pustaka, Jakarta.
Sastrosayono, S., 2008. Budidaya Kelapa Sawit. Edisi kedua belas. Agromedia
Pustaka. Jakarta.
Setyamidjaja, D., 1991. Budidaya Kelapa Sawit. Kanisius, Yogyakarta.
Sianturi, H. S. D., 1991. Budidaya Tanaman Kelapa Sawit. USU Press, Medan.
Sunarko, 2008. Petunjuk Praktis Budidaya dan Pengolahan Kelapa Sawit.
Agromedia Pustaka. Jakarta.