SlideShare a Scribd company logo
1 of 23
LAPORAN PRAKTIKUM KULTUR JARINGAN TUMBUHAN
Aklimatisasi Anggrek Dendrobium sp. dan Penyilangan Anggrek Dendrobium
melintir dengan Dendrobium sp.
Disusun oleh:
Kelompok 7
Fauziah Khoirun Nisa /17030244003
Selvira Dwi Adha /17030244007
Suci Yuliana Puspita Sari /17030244012
Abrori Amin /17030244026
Biologi D 2017
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2019
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang luar biasa,
salahsatunya adalah anggrek, diperkirakan sekitar 5000 jenis spesies anggrek
tersebar di wilayah Indonesia, khususnya potensi genetis untuk menghasilkan
anggrek silangan yang memiliki nilai komersial tinggi (Wardani et al., 2013).
Anggrek merupakan salah satu komoditas tanaman hortikultura yang
mempunyai peranan penting dalam pertanian, khususnya tanaman hias.
Warna bunganya yang beragam, bentuk dan ukurannya yang unik serta vase
life yang panjang membuat anggrek memiliki nilai estetika tinggi dan daya
tarik tersendiri (Gustin, 2010).
Dalam perbanyakan tanaman secara in vitro salah satu tahapan yang
paling menentukan keberhasilan adalah aklimatisasi. Aklimatisasi adalah
masa penyesuaian planlet in vitro dari lingkungan heterotrof ke lingkungan
autrotrof. Menurut Gunawan (1992) dalam masa aklimatisasi merupakan
masa yang kritis dalam rangkaian perbanyakan tanaman. Planlet hasil in vitro
sangat peka terhadap evapotranspirasi, serangan cendawan dan bakteri,
maupun cahaya dengan intensitas berlebih yang berpengaruh terhadap
pertumbuhan vegetatif. Pertumbuhan vegetatif tanaman angggrek selama fase
aklimatisasi dipengaruhi oleh kondisi lingkungan seperti cahaya, suhu dan
kelembaban serta faktor lain seperti macam media yang diberikan (Puput,
2012).
Usaha untuk meningkatkan mutu bunga anggrek atau mendapatkan
kultivar baru adalah dengan menyilangkan antar tetua yang mempunyai
karakter-karakter tertentu. Pemuliaan anggrek diupayakan untuk memperluas
keragaman genetik pada bentuk dan warna yang unik, disenangi konsumen,
frekuensi berbunga tinggidan tahan terhadap patogen penyebab penyakit serta
cekaman lingkungan(Soedjono, 1997). Persilangan interspesifik maupun
intergenerik tanaman anggrek sering kurang berhasil karena terdapat kendala,
seperti abnormalitas pada meiosis,rendahnya fertilitas (Tanaka &
Kamaemoto, 1961) dan sterilitas tepungsari (Lee et al., 1990).
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara dan teknik aklimatisasi anggrek Dendrobium sp.?
2. Bagaimana cara dan teknik penyilangan anggrek Dendrobium melintir dan
anggrek Dendrobium sp.?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui cara dan teknik aklimatisasi anggrek Dendrobium sp..
2. Untuk mengetahui cara dan teknik penyilangan anggrek Dendrobium
melintir dan anggrek Dendrobium sp..
BAB II
DASAR TEORI
A. Anggrek (Dendrobium sp.)
Anggrek adalah anggota dari famili Orchidaceae yang merupakan salah satu
famili terbesar selain Asteraceae dan Poaceae. Famili ini merupakan salah satu
famili bunga-bungaan yang paling besar, memiliki kurang lebih 43,000 spesies
dari 750 genus yang berbeda, dan kurang lebih 5,000 spesiesnya terdapat di
Indonesia (Iswanto, 2002), sedangkan Yusnita (2010) menuliskan bahwa anggrek
terdiri dari 750 genera dengan 25,000 hingga 30,000 spesies yang 5,000 spesies di
antaranya ada di Indonesia. Iswanto (2002) menyatakan bahwa penyebaran famili
Orchidaceae hampir meliputi seluruh dunia, kecuali Benua Antartika. Anggrek
dapat tumbuh di hutan hutan gelap, di lereng-lereng terbuka, di batu-batu karang
terjal, di batu-batu daerah pantai dengan garis pasang surut tinggi, atau tepi gurun
pasir (Erick Raynalta, 2013).
Umumnya, tanaman anggrek monokotil dan tulang daun sejajar dengan
helaian daun dengan bentuk daun bervariasi. Daun dari tipis sampai tebal
berdaging (sekulen), melekat pada batang dengan kedudukan satu helai tiap buku,
dan berhadapan atau berpasangan, artinya setiap buku terdapat dua helai daun
yang berhadapan (Gunawan, 1986). Batang tunggal, pangkal batang akhirnya mati,
tetapi bagian yang ke ujung (monopodial), biasanya dapat di-stek asal cukup
panjangnya untuk menjadi tanaman baru. Tunasnya tidak langsung menjadi umbi
semu, melainkan menjalar dan menjadi batang (Latif, 1960). Sedangkan akar
anggrek menurut Gunadi (1985), menyatakan bahwa akar anggrek menempel
pada substratum (bagian media yang dipakai sebagai tempat tumbuh), tetapi
apabila menempel bentuknya seperti belahan bambu dengan bagian datar melekat
pada permukaan medium.
Banyaknya permintaan tehadap anggrek tidak diimbangi dengan produksi
bibit yang memadai. Keterbatasan ini disiasati dengan dilakukan
perkembangbiakan secara masal yaitu salah satunya dengan cara perbanyakan
tanaman secara in vitro. Dengan kultur in vitro, selain dapat dilakukan
perbanyakan anggrek yang sulit maupun yang mudah dikembangkan secara
konvensional, juga dapat memperoleh anakan dalam jumlah banyak dan dalam
waktu yang relatif singkat (Rosdiana 2010).
Bibit anggrek yang dikembangkan menggunakan metode kultur jaringan telah
banyak diproduksi dan dipasarkan dalam kemasan botol. Pemeliharaan bibit ini
menjadi tanaman dewasa masih menemukan banyak permasalahan terutama pada
fase aklimatisasi, yaitu pemindahan bibit dari lingkungan aseptik dalam botol ke
lingkungan non aseptik. Disamping kemungkinan tanaman sangat sensitif
terhadap serangan hama dan penyakit, tanaman ini masih memiliki aktifitas
autotrofik yang masih rendah, sulit mensintes senyawa organik dari unsur hara
anorganik (Adiputra, 2007).
B. Aklimatisasi Anggrek
Aklimatisasi adalah masa adaptasi tanaman hasil pembiakan pada kultur
jaringan yang semula kondisinya terkendali kemudian berubah pada kondisi
lapangan yang kondisinya tidak terkendali lagi, disamping itu tanaman juga harus
mengubah pola hidupnya dari tanaman heterotrof ke tanaman autotrof. Planlet
dikelompokkan berdasarkan ukurannya dalam melakukan aklimatisasi untuk
memperoleh bibit yang seragam. Planlet sebaiknya diseleksi dahulu berdasarkan
kelengkapan organ, warna, ukuran pertumbuhan, dan ukuran sebelum ditanam.
Planlet yang baik adalah yang organnya lengkap, mempunyai pucuk dan akar,
warna pucuknya hijau mantap artinya tidak tembus pandang dan pertumbuhan
akar bagus (Lesar et al., 2012).
Aklimatisasi bertujuan untuk mempersiapkan planlet agar siap ditanam di
lapangan. Tahap aklimatisasi mutlak dilakukan pada tanaman hasil perbanyakan
secara in vitro karena planlet akan mengalami perubahan fisiologis yang
disebabkan oleh faktor lingkungan. Hal ini bisa dipahami karena pembiakan in
vitro (dalam botol) semua faktor lingkungan terkontrol sedangkan di lapangan
faktor lingkungan sulit terkontrol (Widiastoety & Bahar, 1995).
Planlet (tanaman hasil kultur) membutuhkan kondisi lingkungan yang hampir
sama dengan lingkungan tumbuh sebelumnya yang telah tersedia hara lengkap
dan kelembaban udara optimal. Perubahan lingkungan heterotrof (in vitro)
menjadi autotrof (lapang) menyebabkan bibit harus mendapatkan karbohidrat
melalui fotosintesis. Media yang cocok pada aklimatisasi akan mengurangi
cekaman berat pada bibit saat dipindahkan ke lapang. Masa aklimatisasi ini
memerlukan media beraerasi dan draenasi baik serta kelembaban yang cukup,
bebas organisme pengganggu dan bahan berbahaya, cukup hara mineral dan
memiliki bobot yang ringan (Pranata, 2005).
Dalam perbanyakan tanaman secara in vitro salah satu tahapan yang paling
menentukan keberhasilan adalah aklimatisasi. Aklimatisasi adalah masa
penyesuaian planlet in vitro dari lingkungan heterotrof ke lingkungan autrotrof.
Aklimatisasi merupakan tahapan akhir yang menentukan dalam perbanyakan in
vitro. Menurut Gunawan (1992) dalam masa aklimatisasi merupakan masa yang
kritis dalam rangkaian perbanyakan tanaman. Planlet hasil in vitro sangat peka
terhadap evapotranspirasi, serangan cendawan dan bakteri, maupun cahaya
dengan intensitas berlebih yang berpengaruh terhadap pertumbuhan vegetatif.
Pertumbuhan vegetatif tanaman angggrek bulan selama fase aklimatisasi
dipengaruhi oleh kondisi lingkungan seperti cahaya, suhu dan kelembaban serta
faktor lain seperti macam media yang diberikan (Puput 2012).
Tahap aklimatisasi sesudah dipindahkan dari botol, bibit sangat rentan
sehingga memerlukan perlindungan dari kekeringan, temperatur yang kurang baik,
dan serangan dari predator atau patogen. Perawatan dilakukan dengan baik selama
beberapa minggu awal, bibit tersebut akan beradaptasi pada kondisi baru dan
memperlihatkan ketegaran dan ketahanan yang lebih baik dibandingkan bibit yang
diperbanyak secara vegetatif. Proses selanjutnya setelah aklimatisasi anggrek
adalah compotting, seedling, overpot (pemindahan bibit), dan repotting
(pengepotan ulang) (Wetherell, 1982).
Menurut Widiastoety & Bahar (1995), media tumbuh yang baik untuk
aklimatisasi harus memenuhi beberapa persyaratan, yaitu tidak lekas melapuk,
tidak menjadi sumber penyakit, mempunyai aerasi baik, mampu mengikat air
dan zat-zat hara secara baik, mudah didapat dalam jumlah yang diinginkan
dan relatif murah harganya. Kemasaman media (pH) yang baik untuk
pertumbuhan tanaman anggrek berkisar antara 5–6. Media tumbuh sangat
penting untuk pertumbuhan dan produksi bunga optimal, sehingga perlu
adanya suatu usaha mencari media tumbuh yang sesuai. Media tumbuh
yang sering digunakan di Indonesia antara lain: moss, pakis, serutan kayu,
potongan kayu, serabut kelapa, arang dan kulit pinus. Praktikum aklimatisasi
ini menggunakan media moss. Media moss ini mengandung 2–3% unsur N dan
mempunyai daya mengikat air yang baik, serta mempunyai aerasi dan drainase
yang baik. Media yang lain yang biasanya dipakai untuk aklimatisasi adalah
pakis, karena memiliki daya mengikat air, aerasi dan drainase yang baik,
melapuk secara perlahan-lahan, serta mengandung unsur-unsur hara yang
dibutuhkan anggrek untuk pertumbuhannya.
C. Persilangan Anggrek
Persilangan adalah teknik mengawinkan bunga dengan meletakkan polen
(serbuk sari) pada stigma (kepala putik). Persilangan bunga anggrek biasanya
dilakukan oleh serangga atau dengan bantuan manusia. Penyilangan dapat
dilakukan pada beberapa genus yang mudah melakukan persilangan antar genus.
Penyilangan akan menghasilkan keturunan yang disebut hibrida interspesifik,
hibrida intraspesifik, hibrida intergenetik, atau hibrida multigenetik (Widiastoety,
2010). Metode pemuliaan konvensional melalui persilangan dan seleksi telah
membuka jalan bagi pemulia untuk menciptakan varietas-varietas baru yang
memiliki karakter yang diharapkan seperti warna, bentuk, aroma, bentuk tanaman,
umur simpan (shelf-life) dan ketahanan terhadap hama dan penyakit, tetapi
kemajuannya dibatasi oleh ketersediaan gene pool dari spesies yang bersangkutan
(Widiarsih dan Dwimahyani, 2013).
Usaha untuk meningkatkan mutu bunga anggrek atau mendapatkan
kultivar baru adalah dengan menyilangkan antar tetua yang mempunyai karakter-
karakter tertentu. Pemuliaan anggrek diupayakan untuk memperluas keragaman
genetik pada bentuk dan warna yang unik, disenangi konsumen, frekuensi
berbunga tinggi, dan tahan terhadap patogen penyebab penyakit serta cekaman
lingkungan (Soedjono, 1997). Persilangan interspesifik maupun intergenerik
tanaman anggrek sering kurang berhasil karena terdapat kendala, seperti
abnormalitas pada meiosis, rendahnya fertilitas (Tanaka dan Kamaetomo, 1961)
dan sterilitas tepung sari (Lee et al., 1990).
Persilangan bertujuan untuk mendapatkan varietas baru dengan warna dan
bentuk yang menarik, mahkota bunga kompak dan bertekstur tebal sehingga dapat
tahan lama sebagai bunga potong. Jumlah kuntum yang banyak dan tidak ada
kuntum bunga yang gugur sebelum mekar adalah akibat kelainan genetis serta
produksi bunga tinggi. Keberhasilan persilangan ini dapat dipengaruhi oleh
kedekatan dalam hubungan kekerabatan. Faktor lain yang perlu diperhatikan
dalam persilangan adalah mengetahui sifat-sifat yang dimiliki oleh tanaman
induknya. Sifat-sifat ini ada yang bersifat dominan (sifat yang kuat dan menonjol)
dan sifat-sifat yang tidak nampak (resesif, misalnya keawetan bunga dan proses
pembungaannya). Sifat-sifat yang diturunkan oleh induk dari hasil persilangan F1
(keturunan pertama) dapat bersifat dominan, resesif ataupun dominan tidak
sempurna, yaitu mempunyai sifat antara kedua induk (Walker dan Burke, 1988).
Persilangan menghasilkan biji anggrek yang viabel, yang diperoleh ketika
polinia suatu jenis anggrek yang ditransfer kepada stigma yang kompatibel. Biji
yang dihasilkan oleh anggrek di alam telah beradaptasi dengan pola persilangan
“outbreeding” (serbuk silang antar bunga dari individu tanaman yang berbeda)
dengan bantuan serangga. Kasus seperti self pollination (penyerbukan sendiri)
ditemukan pada jenis Epidendrum cochleatum, Bletilla sriata, Ophrys apifera,
serta pada beberapa jenis anggrek Indonesia seperti Phaius tankervilleae dan
Dendrobium stuartii. Anggrek-anggrek self pollination tersebut tanpa bantuan
serangga bisa berbuah dan menghasilkan keturunan (Walker dan Burke, 1988).
Bunga anggrek yang telah mengalami penyerbukan, bagian perhiasan
bunganya akan layu. Setelah terjadi pembuahan, zigot yang terbentuk akan
tumbuh dan berkembang menjadi embrio di dalam biji. Bila zigot telah terbentuk,
pada saat itu pula dapat dikecambahkan atau ditumbuhkan secara in vitro. Waktu
terjadinya pembuahan sangat bervariasi, bergantung pada jenis dan varietasnya,
dihitung sejak mulai dilakukan penyerbukan sampai terjadi pembuahan. Pada
anggrek Dendrobium, pembuahan terjadi 2-2,5 bulan (Withner, 1959).
Puspitaningtyas et al. (2006) menyatakan bahwa ciri-ciri anggrek yang
berhasil disilangkan adalah pada beberapa hari kemudian setelah penyilangan,
bunga yang diserbuki akan layu. Penyerbukan berhasil apabila bakal buah
membengkak dan berkembang menjadi buah. Buah anggrek sebagian besar masal
setelah 3-6 bulan atau lebih tergantung pada jenis anggrek seperti contohnya pada
anggrek Dendrobium sp., anggrek ini akan berbuah setelah 3-4 bulan.
BAB III
METODE
A. Waktu dan Tempat
Praktikum aklimatisasi anggrek dilaksanakan pada hari Rabu, 27 Februari
2019 bertempat di Laboratorium Kultur Jaringan Jurusan Biologi, Gedung C9,
FMIPA, Unesa. Sedangkan, untuk praktikum penyilangan anggrek Dendrobium
melintir dengan anggrek Dendrobium sp. dilaksanakan pada hari Senin, 25 Maret
2019 bertempat di green house Jurusan Biologi, FMIPA, Unesa.
B. Alat dan Bahan Aklimatisasi Anggrek
Alat:
- Nampan plastik
- Pinset, Pengaduk kawat/kaca
- Pot komunitas, diameter 20 cm
- Baskom
Bahan:
- Bibit anggrek/planlet 3 botol untuk satu gelas
- Arang, sabut kelapa
- Fungisida
- Kertas label
- Kantong plastik gula
C. Alat dan Bahan Persilangan Anggrek
Alat :
- Tusuk gigi
- Pinset
- Kawat
- Pensil
Bahan :
- Tanaman Anggrek yang berbunga 3 jenis setiap kelas
- Kertas Label
D. Prosedur Kerja
Aklimatisasi Anggrek
1. Bahan dan alat yang akan digunakan seperti arang yang telah dihancurkan
kecil-kecil serabut kelapa yang telah disisir dan pot direndam dalam
larutan fungisida ( 2 sendok dalam 1 liter air) selam kurang lebih 2 jam
dan diletakkan pada nampan.
2. Planlet yang ada di botol kultur dikeluarkan dengan cara memasukkan air
dan mengguncang perlahan sehingga palnlet terpisah dari agar, dengan
menggunakan kawat yang ujungnya telah dibengkokkan mengambil
planlet satu persatu pada bagian batang sehingga daun tidak rusak, planlet
dibersihkan dari mediu, dan daun maupun akar yang telah rusak didalam
baskom berisi air.
3. Setelah planlet bersih dari kotoran planlet direndam dalam larutan
pestisida selama kurang lebih 1 jam kemudian ditiriskan diatas kertas
koran.
4. Menyiapkan pot komunitas yang diisi dengan arang dan sabut kelapa.
5. Menata satu persatu planlet yang bagian bawahnya telah dibalut dengan
serabut kelapa dan ditata serapat mungkin
6. Pot komunitas yang berisi planlet penuh ditutup menggunakan palstik gula
dengan tujuan menjaga kelembapan eksplan yang terbiasa dalam lembab
dan diaklimatisasi sehingga eksplan dapat hidup pada lingkungan biasa
7. Lakukan perawatan, penyiraman dan pengamatan dan hitung berapa
persen keberhasilan aklimatisasi yang telah dilakukan.
Persilangan Anggrek
1. Bunga anggrek yang sudah mekar selama +/ 4 hari, diambil serbuk sarinya
dengan menguunakan tusuk gigi atau pinset, kemudian serbuk sarinya
diletakkan di putik.
2. Proses penyilangan ini dapat dilakukan pada tanaman sendiri, pada
anggrek yang sama jenisnya ,maupun pada anggrek yang berbeda jenisnya.
3. Anggrek yang telah disilangkan diberi label yang ditulis menggunakan
pensil dan label digantung dengan kawat pada tangkai bunga, penulisan
dilakukan dengan menuliskan jenis anggrek putik berasal kemudian tanda
silang dan jenis serbuk sari berasal dan tanggal persilangan
4. Lakukan pengamatan terhadap bunga yang disilangkan.
BAB VI
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil dan Analisis
Tabel 1. Aklimatisasi Anggrek Dendrobium sp.
No
Jenis
Anggrek
Jumlah Anggrek
28 Feb 19 4 Mar 19 11 Mar 19 25 Mar 19 1 April 19
1.
Dendrobium
sp.
73 73 73 73 73
Pada tanggal 27 Februari 2019 dilakukan praktikum aklimatisasi anggrek
Dendrobium sp. Jumlah individu anggrek pada hari saat aklimatisasi adalah 73.
Hingga tanggal 1 April 2019 jumlah anggrek yang masih hidup tetap yakni
sebanyak 73.
Tabel 2. Persilangan Anggrek ( Anggrek Dendrobium melintir >< Anggrek
Dendrobium sp.)
No Persilangan
Tanggal Pengamantan
26 Mar 19 27 Mar 19 28 Mar19 1 Apr 19 2 Apr 19
1.
Anggrek
Dendrobium
melintir ><
Anggrek
Dendrobium
sp.
Belum ada
perubahan
Belum ada
perubahan
Belum ada
perubahan
Belum ada
perubahan
Belum
ada
perubahan
Pada tanggal 25 Maret 2019 dilakukan praktikum persilangan anggrek, yakni
anggrek Dendrobium melintir >< anggrek Dendrobium sp. Pengamatan yang
dilakukan hingga tanggal 2 April 2019 belum menunjukkan adanya perubahan
pada bunga anggrek.
B. Pembahasan
1. Aklimatisasi Anggrek
Aklimatisasi merupakan kegiatan memindahkan eksplan keluar dari
ruangan aseptik ke lingkungan luar. Hasil penelitian menunjukkan tanaman
setelah diaklimatisasi mengalami penambahan jumlah akar dan daun. Pada
penelitian Hutami (2008), tanaman yang telah memiliki akar pada saat in vitro
sangat baik untuk diaklimatisasi tanaman temu mangga yang diaklimatisasi
pada media tanah dan pupuk kandang (1:1) lebih bagus daripada pada media
tanah dan sekam (1:1). Pada media tanah dan sekam memberikan tinggi
tanaman yang baik namun rendah pada jumlah tunas.
Menurut Pierik (1987), tanaman hasil kultur in vitro dapat beradaptasi
dengan perubahan lingkungan baik suhu, kelembapan maupun cahaya.
Tanaman hasil kultur in vitro memiliki lapisan lilin (kutikula), jaringan
pengangkut, akar, dan stomata yang belum berkembang sempurna. Hal ini
dapat mengakibatkan bagian pucuk bibit anggrek peka terhadap transpirasi,
serangan cendawan, dan bakteri. Saat pemindahan tanaman ke kondisi normal
atau dalam media community pot, harus dilakukan secara bertahap untuk
menghindari infeksi dari jamur dan bakteri, karena tanaman hasil in vitro
belum bisa beradaptasi dengan baik terhadap patogen-patogen yang berada di
lingkungan luar.
Menurut Dwiati (2014), arang kayu pada community pot digunakan
sebagai sumber karbon, antibakteri, antioksidan yang dianalogikan sebagai
media tanah untuk merangsang pembentukan dan pertumbuhan akar serta
menegakkan batang tubuh anggrek. Penambahan mos atau pakis yang
dikeringkan berfungsi sebagai pengikat air sehingga dapat menjaga
kelembapan air pada media pertumbuhannya.
Jumlah planlet yang diaklimatisasi sebanyak 73 planlet dan tidak ada
planlet yang mengalami browning atau layu. Hal ini dikarenakan intensitas
penyemprotan air untuk kelembaban air dan penyinaran sinar matahari yang
cukup untuk fotosintesis serta pelubangan plastik yang bertahap membuat
planlet tumbuh dengan baik.
2. Persilangan Anggrek (Anggrek Dendrobium melintir >< Anggrek
Dendrobium sp.)
Berdasarkan hasil dan analisis data di atas diketahui bahwa persilangan
anggrek yang dilakukan tidak berhasil karena hingga pengamatan hari ketujuh
yakni tanggal 2 April 2019 belum ada perubahan pada bunga anggrek.
Kegagalan dalam melakukan persilangan anggrek dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor, salah satunya waktu pelaksaan persilangan. Persilangan
anggrek dapat berhasil secara optimal apabila dilaksanakan ketika musim
panas atau cuaca kering, sedangkan praktikum persilangan anggrek yang kami
lakukan bertepatan dengan musim hujan sehingga cuaca basah. Hal tersebut
dapat menjadi faktor kegagalan persilangan anggrek mengingat keberhasilan
penyerbukan pada anggrek menurut Henuhili (2012) tergantung pada:
1. Pertumbuhan tanaman induk jantan maupun tanaman induk betina yang
sehat akan menghasilkan gamet yang sehat juga.
2. Penyimpanan pollinia/pollinaria yang terlalu lama akan menyebabkan
kegagalan penyerbukan.
3. Anggrek yang berpollinia sebaiknya dikawinkan dengan yang berpollinia
juga, demikian juga yang berpollinaria dengan yang berpollinaria.
4. Bunga anggrek yang gynosteniumnya panjang sebaiknya dipakai untuk
induk jantan, yang pendek untuk induk betina.
5. Pada musim hujan, bunga yang sudah dikawinkan sebaiknya diselubungi
dengan plastik transparan.
6. Temperatur yang terlalu tinggi atau terlalu rendah menyebabkan kegagalan
penyerbukan.
7. Penyerbukan sebaiknya dilakukan pada siang bila cuaca agak kering.
Menurut Widiastoety (2001) dalam pemilihan induk jantan dan betina
yang akan disilangkan harus disertai dengan penguasaan sifat-sifat kedua induk
tersebut, termasuk sifat yang dominan, seperti ukuran bunga, warna dan bentuk
bunga, yang akan muncul kembali pada turunannya. Agar penyilangan berhasil,
sebaiknya dipilih induk betina yang mempunyai kuntum bunga yang kuat, tidak
cepat layu atau gugur, mempunyai tangkai putik dan bakal buah yang lebih
pendek agar tabung polen (pollen tube) dapat dengan mudah mencapai kantong
embrio yang terdapat pada bagian bawah bakal buah. Pencatatan nama kedua
induk yang disilangkan sangat penting agar tidak merusak tata namanya. Polen
dari bunga yang berukuran kecil, jika diserbukkan pada kepala putik bunga yang
berukuran besar biasanya akan mengalami kegagalan karena tabung polen tidak
dapat mencapai kantong embrio. Akibatnya pembuahan tidak terjadi dan biji tidak
terbentuk. Penyilangan perlu dilakukan secara resiprokal atau bolak-balik untuk
mengetahui daya kompatibilitas silangan dan daya fertilisasinya. Persilangan akan
berhasil apabila dilakukan sehari atau dua hari setelah bunga mekar. Setiap jenis
anggrek memiliki masa subur yang berbeda-beda, oleh karena itu perlu diketahui
waktu yang tepat untuk melakukan persilangan pada anggrek jenis Dendrobium
agar diperoleh tingkat keberhasilan yang tinggi.
Menurut Andayani (2007) persilangan pada anggrek ini dapat dilakukan
melalui perlakuan penyerbukan sendiri atau perlakuan penyerbukan silang. Pada
perlakuan penyerbukan sendiri artinya putik satu bunga diserbuki dengan
benangsari (pollen) berasal dari bunga yang sama. Sedangkan penyerbukan silang
artinya putik pada satu bunga diserbuki dengan menggunakan serbuk sari yang
berasal dari bunga pada tanaman lain tetapi masih satu jenis tanaman. Perlakuan
penyerbukan tersebut dilakukan secara acak pada setiap bunga dalam 1 pot.
Sepuluh hari setelah pelaksanaan penyerbukan dilakukan pengamatan untuk
mengetahui keberhasilan penyerbukan. Penyerbukan dikatakan berhasil apabila
tangkai bunga masih tetap segar dan berwarna hijau. Dilakukan penghitungan
jumlah bunga yang berhasil diserbuki dan jumlah bunga yang tidak berhasil
diserbuki. Pengamatan dilanjutkan sampai 2 bulan untuk mengetahui perkem-
bangan buah. Dari bunga-bunga yang berhasil diserbuki dihitung jumlah buah
yang berkembang sempurna dan jumlah buah yang gugur.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:
1. Aklimatisasi anggrek dari in vitro ke in vivo dilakukan secara bertahap
menggunakan community pot dengan media arang dan sabut kelapa,
kemudian ditutup dengan plastik. Sebelum diaklimatisasi, planlet
anggrek dikeluarkan dari botol dan dicuci hingga bersih sampai tidak
ada media agar yang masih menempel pada akar.
2. Pada penyilangan (Anggrek Dendrobium melintir >< Anggrek
Dendrobium sp.) anggrek disilangkan dengan sesamanya dengan
menempelkan serbuk sari pada putik bunga anggrek dengan
menggunakan tusuk gigi, kemudian diberi label yang berisi nama
spesies jantan dan betina anggrek yang disilangkan dengan tanggal saat
melakukan penyilangan.
B. Saran
Pada saat aklimatisasi tahap pengambilan akar pada botol, diperlukan
perlakuan secara hati-hati agar akar tanaman anggrek tidak rusak dan dalm
pembersihan akar dari media harus bersih. Persilangan pada tanaman anggrek
lebih baik dilakukan pada musim kemarau karena peluang keberhasilan lebih
banyak.
DAFTAR PUSTAKA
Andayani, N. 2007. Pengaruh Waktu Pollinasi terhadap Keberhasilan Persilangan
Anggrek Dendrobium. Buletin Ilmiah Instiper. 14 (2):14-21.
Adiputra I G.K., AA. Suardana, I Md Sumarya, I. Sitepu, P. Sudiartawan. 2007.
Perubahan Biosintesis Sukrosa Sebelum Pertumbuhan Kuncup Ketiak
pada Pan (Vanilla planifolia). Denpasar: Laporan hibah bersaing I,
Program studi Biologi, Fak MIPA, Universitas Hindu Indonesia.
Dwiati, Murni. 2014. Aklimatisasi Bibit Anggrek Menggunakan Kompot. Jurnal
Fakultas Biologi Universitas Soedirman.
Erick Raynalta. 2013. Pengaruh Komposisi Media Dalam Pertumbuhan
Protocorm Like Bodies, Planlet, dan Aklimatisasi Phalaenopsis Amabilis.
Bogor: Departemen Agronomi Dan Hortikultura Fakultas Pertanian
Institut Pertanian Bogor.
Gunadi, T. 1985. Anggrek Untuk Pemula. Bandung: Penerbit Angkasa
Gunawan, L.W. 1992. Teknik Kultur Jaringan Tumbuhan. Bogor: Pusat Antar
Universitas Bioteknologi Institut Pertanian Bogor.
Gunawan, Winata L. 1986. Budidaya Anggrek. Jakarta: Penebar Swadaya.
Gustin, Agus Purwito, Dewi Sukma. 2010. Budidaya Anggrel Phalaenopsis:
Produksi Anggrek Phalaenopsis untuk Ekspor Di PT Ekakarya Graha
Flora, Cikampek, Jawa Barat. Makalah Seminar. Departemen Agronomi
an Holtikultura, IPB.
Henuhili, Victoria. 2012. Persilangan dan Aklimatisasi pada Bibit Anggrek.
Pelatihan Siswa dan Guru SMP. Yogyakarta.
Hutami, S. 2008. Ulasan masalah pencoklatan pada kultur jaringan. Jurnal
Agrobiogen. 4(2): 83-88.
Iswanto, Hadi. 2002. Petunjuk Perawatan Anggrek. Jakarta : AgroMedia Pustaka.
Latif, S. M. 1960. Bunga Anggrek Permata Belantara Indonesia. Bandung:
Sumur Bandung.
Lee, Y. H., C. Kannagi, and K. W. Tan. 1990. Trends in Mokara Breeding. Proc.
Of the13th World Orchid Conference. World Orchid Conference Trust.
Auckland. New Zealand. Pp: 221.
Lesar, Helena,. B, Hlebec,. N, Ceranic,. D, Damijana, & Z, luthar,. 2012.
Acclimatization of Terrestrial Orchid Bletilla striata Rchb.f.
(Orchidaceae) Propagated Under in vitro Conditions. Acta Agriculturae
Slovenica, 99 (1):69 – 75.
Pierik, R. L. M. 1987. In Vitro Culture of Higher Plants. Dorcrecht: Martinus
Nijhoff Publishers. 344 p.
Pranata, S. A. 2005. Anggrek Bunga Menawan yang Banyak Pengemarnya.
Jakarta: Agro Media Pustaka.
Puput, Purwati. 2012. Pengaruh Macam Media Dalam Keberhasilan Aklimatisasi
Anggrek Phalaenopsis Amabilis (Anggrek Bulan). Program Studi
Hortikultura Jurusan Budidaya Tanaman Pangan Politeknik Negeri
Lampung.
Puspitaningtyas, Dwi Murti, Sofi Mursidawati dan Suprih Wijayanti. 2006. Studi
Fertilitas Anggrek Paraphalenopsis serpentilingua (J.J.Sm.) A.D. Hawkes.
Pusat Konservasi Tumbuhan-Kebun Raya Bogor, Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia (LIPI), Bogor, Volume 7(3): 237-241.
Rosdiana. 2010. Pertumbuhan Anggrek Bulan (Phalaenopsis Amboinensis)
Endemik Sulawesi, Pada Beberapa Jenis dan Konsentrasi Zat Pengatur
Tumbuh Secara In Vitro. Jurnal Agrisistem, Desember 2010, Vol. 6 No. 2
Soedjono, S. 1997. Pemuliaan Tanaman Anggrek. Jakarta: Puslit Holtikultura
Badan Litbang Pertanian.
Tanaka, R. & Kamaemoto, H. 1961. Meiotic Chromosome Behavior in Some
Intergeneric Hybrids of the Vanda alliance. Am. J. Bot. 48:573-583.
Walker, B. and J. Burke. 1988. The Fertility of Species Orchids in Self and
Interclonal Pollination. In: Adams. P. B. (ed.). Reproductive Biology of
Species Orchids: Principles and Practice. Melbourne: School of Botany,
The University of Melbourne – Orchid Species Society of Victoria.
Wardani, Sri., H. Setiadodan, & S. Ilyas. 2013. Pengaruh Media Tanam dan
Pupuk Daun terhadap Aklimatisasi Anggrek Dendrobium (Dendrobium sp.)
Jurnal Ilmu Pertanian KULTIVAR: 11-18
Wetherell, W. F. 1982. Introduction In Vitro Propagation. New Jersey: Avery
Publishing Group.
Widiarsih, S. dan Dwimahyani, I. 2013. Aplikasi Iradiasi Gamma untuk
Pemuliaan Mutasi Anggrek Bulan (Phalaenopsis amabilis) Umur Genjah.
Jurnal Ilmiah Aplikasi Isotop dan Radiasi, Vol. 9 (1). Pp: 59-66.
Widiastoety, D. & F. A. Bahar. 1995. Pengaruh Berbagai Sumber dan Karbohidrat
Terhadap Plantet Anggrek Dendrobium. Jurnal Hortikultura 5 (3): 76-
80.Yusnita. 2010. Perbanyakan In Vitro Tanaman Anggrek. Lampung:
Penerbit Universitas Lampung.
Widiastoety. 2001. Peningkatan Produktivitas dan Mutu Bunga Anggrek. Balai
Penelitian Tanaman Hias. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Hortikultura. Badan Litbang Pertanian. Jakarta.
Withner, C. L. 1959. The Orchids: A Scientific Survey. John Wiley and Sons, New
York. 648 pp.
LAMPIRAN
Aklimatisasi
No Gambar Keterangan
1. Sabut kelapa
2. Sabut kelapa difungisida
3.
Bibit anggrek difungisida
sebelum ditanam di sabut
No Gambar Keterangan
4.
Akar anggrek dibalut
dengan mosh (lumut yang
dikeringkan)
5.
Tanaman anggrek yang
sudah ditata dalam pot
Penyilangan Anggrek
No Gambar Keterangan
1.
Anggrek Dendrobium
melintir
2. Mengambil benang sari
No Gambar Keterangan
3.
Serbuk sari diletakkan
pada putik
4.
Anggrek yang sudah
disilangkan diberi
etiket/label
Laporan Praktikum Kultur Jaringan Tumbuhan: Aklimatisasi Anggrek Dendrobium sp. dan Penyilangan Anggre Dendrobium sp. melintir degan Dendrobium sp.

More Related Content

What's hot

Laporan praktikum kultur jaringan andria unib
Laporan praktikum kultur jaringan andria unibLaporan praktikum kultur jaringan andria unib
Laporan praktikum kultur jaringan andria unib
Andria Bin Muhayat
 
Laporan Fisiologi Tumbuhan VIII Pengaruh Hormon Auksin Terhadap Pemanjangan J...
Laporan Fisiologi Tumbuhan VIII Pengaruh Hormon Auksin Terhadap Pemanjangan J...Laporan Fisiologi Tumbuhan VIII Pengaruh Hormon Auksin Terhadap Pemanjangan J...
Laporan Fisiologi Tumbuhan VIII Pengaruh Hormon Auksin Terhadap Pemanjangan J...
UNESA
 
Laporan praktikum fotosintesis fotosintesis
Laporan praktikum fotosintesis fotosintesisLaporan praktikum fotosintesis fotosintesis
Laporan praktikum fotosintesis fotosintesis
fahmiganteng
 
Laporan teknologi pupuk dan pemupukan
Laporan teknologi pupuk dan pemupukanLaporan teknologi pupuk dan pemupukan
Laporan teknologi pupuk dan pemupukan
fahmiganteng
 
Laporan praktikum manajemen agroekosistem
Laporan praktikum manajemen agroekosistemLaporan praktikum manajemen agroekosistem
Laporan praktikum manajemen agroekosistem
fahmiganteng
 
Laporan Fisiologi Tumbuhan II Difusi dan Osmosis (Penentuan Potensial Air Jar...
Laporan Fisiologi Tumbuhan II Difusi dan Osmosis (Penentuan Potensial Air Jar...Laporan Fisiologi Tumbuhan II Difusi dan Osmosis (Penentuan Potensial Air Jar...
Laporan Fisiologi Tumbuhan II Difusi dan Osmosis (Penentuan Potensial Air Jar...
UNESA
 
Laporan Praktikum Kesuburan Tanah
Laporan Praktikum Kesuburan TanahLaporan Praktikum Kesuburan Tanah
Laporan Praktikum Kesuburan Tanah
edhie noegroho
 
Laporan Produksi Tanaman Kedelai
Laporan Produksi Tanaman KedelaiLaporan Produksi Tanaman Kedelai
Laporan Produksi Tanaman Kedelai
AGROTEKNOLOGI
 

What's hot (20)

Laporan identifikasi benih dan kecambah
Laporan identifikasi benih dan kecambahLaporan identifikasi benih dan kecambah
Laporan identifikasi benih dan kecambah
 
Laporan praktikum kultur jaringan andria unib
Laporan praktikum kultur jaringan andria unibLaporan praktikum kultur jaringan andria unib
Laporan praktikum kultur jaringan andria unib
 
Laporan Praktikum Kultur Jaringan: Pembuatan Media Sederhana, Isolasi, dan In...
Laporan Praktikum Kultur Jaringan: Pembuatan Media Sederhana, Isolasi, dan In...Laporan Praktikum Kultur Jaringan: Pembuatan Media Sederhana, Isolasi, dan In...
Laporan Praktikum Kultur Jaringan: Pembuatan Media Sederhana, Isolasi, dan In...
 
Laporan praktikum pengujian daya tumbuh benih
Laporan praktikum pengujian daya tumbuh benihLaporan praktikum pengujian daya tumbuh benih
Laporan praktikum pengujian daya tumbuh benih
 
Laporan Fisiologi Tumbuhan VIII Pengaruh Hormon Auksin Terhadap Pemanjangan J...
Laporan Fisiologi Tumbuhan VIII Pengaruh Hormon Auksin Terhadap Pemanjangan J...Laporan Fisiologi Tumbuhan VIII Pengaruh Hormon Auksin Terhadap Pemanjangan J...
Laporan Fisiologi Tumbuhan VIII Pengaruh Hormon Auksin Terhadap Pemanjangan J...
 
Dormansi biji
Dormansi bijiDormansi biji
Dormansi biji
 
dormansi biji
dormansi bijidormansi biji
dormansi biji
 
LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sa...
LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sa...LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sa...
LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sa...
 
Laporan praktikum isolasi
Laporan praktikum isolasiLaporan praktikum isolasi
Laporan praktikum isolasi
 
Laporan praktikum fotosintesis fotosintesis
Laporan praktikum fotosintesis fotosintesisLaporan praktikum fotosintesis fotosintesis
Laporan praktikum fotosintesis fotosintesis
 
Laporan teknologi pupuk dan pemupukan
Laporan teknologi pupuk dan pemupukanLaporan teknologi pupuk dan pemupukan
Laporan teknologi pupuk dan pemupukan
 
Laporan praktikum besar benih
Laporan praktikum besar benihLaporan praktikum besar benih
Laporan praktikum besar benih
 
Laporan praktikum manajemen agroekosistem
Laporan praktikum manajemen agroekosistemLaporan praktikum manajemen agroekosistem
Laporan praktikum manajemen agroekosistem
 
Laporan praktikum pembiakan vegetatif
Laporan praktikum pembiakan vegetatif Laporan praktikum pembiakan vegetatif
Laporan praktikum pembiakan vegetatif
 
Faktor faktor yang mempengaruhi unsur hara dalam tanah
Faktor faktor yang mempengaruhi unsur hara dalam tanahFaktor faktor yang mempengaruhi unsur hara dalam tanah
Faktor faktor yang mempengaruhi unsur hara dalam tanah
 
Laporan Fisiologi Tumbuhan II Difusi dan Osmosis (Penentuan Potensial Air Jar...
Laporan Fisiologi Tumbuhan II Difusi dan Osmosis (Penentuan Potensial Air Jar...Laporan Fisiologi Tumbuhan II Difusi dan Osmosis (Penentuan Potensial Air Jar...
Laporan Fisiologi Tumbuhan II Difusi dan Osmosis (Penentuan Potensial Air Jar...
 
Laporan Praktikum Kesuburan Tanah
Laporan Praktikum Kesuburan TanahLaporan Praktikum Kesuburan Tanah
Laporan Praktikum Kesuburan Tanah
 
Laporan Produksi Tanaman Kedelai
Laporan Produksi Tanaman KedelaiLaporan Produksi Tanaman Kedelai
Laporan Produksi Tanaman Kedelai
 
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BUDIDAYA TANAMAN DI PERSEMAIAN PERMANEN BALAI PEN...
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BUDIDAYA TANAMAN DI PERSEMAIAN PERMANEN BALAI PEN...LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BUDIDAYA TANAMAN DI PERSEMAIAN PERMANEN BALAI PEN...
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BUDIDAYA TANAMAN DI PERSEMAIAN PERMANEN BALAI PEN...
 
Penyerapan dan Transpor Zat Hara
Penyerapan dan Transpor Zat HaraPenyerapan dan Transpor Zat Hara
Penyerapan dan Transpor Zat Hara
 

Similar to Laporan Praktikum Kultur Jaringan Tumbuhan: Aklimatisasi Anggrek Dendrobium sp. dan Penyilangan Anggre Dendrobium sp. melintir degan Dendrobium sp.

LAPORAN RESMI TANAMAN PAKAN (ISI)
LAPORAN RESMI TANAMAN PAKAN (ISI)LAPORAN RESMI TANAMAN PAKAN (ISI)
LAPORAN RESMI TANAMAN PAKAN (ISI)
Dewi Purwati
 
Makalah teknologi benih lanjutan
Makalah teknologi benih lanjutanMakalah teknologi benih lanjutan
Makalah teknologi benih lanjutan
agronomy
 
Laporan Biogul
Laporan Biogul Laporan Biogul
Laporan Biogul
Ardianti
 
Laporan teknologi benih aspek hpt
Laporan teknologi benih aspek hptLaporan teknologi benih aspek hpt
Laporan teknologi benih aspek hpt
fahmiganteng
 
Makalah kacang hijau1
Makalah kacang hijau1Makalah kacang hijau1
Makalah kacang hijau1
Yadhi Muqsith
 

Similar to Laporan Praktikum Kultur Jaringan Tumbuhan: Aklimatisasi Anggrek Dendrobium sp. dan Penyilangan Anggre Dendrobium sp. melintir degan Dendrobium sp. (20)

Laporan kjt
Laporan kjtLaporan kjt
Laporan kjt
 
Budidaya mentimun menggunakan arang sekam
Budidaya mentimun menggunakan arang sekamBudidaya mentimun menggunakan arang sekam
Budidaya mentimun menggunakan arang sekam
 
Paper Kultur
Paper KulturPaper Kultur
Paper Kultur
 
LAPORAN RESMI TANAMAN PAKAN (ISI)
LAPORAN RESMI TANAMAN PAKAN (ISI)LAPORAN RESMI TANAMAN PAKAN (ISI)
LAPORAN RESMI TANAMAN PAKAN (ISI)
 
Makalah teknologi benih lanjutan
Makalah teknologi benih lanjutanMakalah teknologi benih lanjutan
Makalah teknologi benih lanjutan
 
Tugas makalah
Tugas makalahTugas makalah
Tugas makalah
 
Penyemaian benih
Penyemaian benihPenyemaian benih
Penyemaian benih
 
Faeida0 15-21
Faeida0 15-21Faeida0 15-21
Faeida0 15-21
 
Tugas makalah
Tugas makalahTugas makalah
Tugas makalah
 
331347360 laporan-slpht
331347360 laporan-slpht331347360 laporan-slpht
331347360 laporan-slpht
 
Modul media pembelajaran di sd perkembangbiakan tumbuhan
Modul media pembelajaran di sd perkembangbiakan tumbuhanModul media pembelajaran di sd perkembangbiakan tumbuhan
Modul media pembelajaran di sd perkembangbiakan tumbuhan
 
PESTISIDA nabati pada hama gudang
PESTISIDA nabati pada hama gudangPESTISIDA nabati pada hama gudang
PESTISIDA nabati pada hama gudang
 
Laporan Biogul
Laporan Biogul Laporan Biogul
Laporan Biogul
 
Tugas kultur in vitro tumbuhan
Tugas kultur in vitro tumbuhanTugas kultur in vitro tumbuhan
Tugas kultur in vitro tumbuhan
 
Laporan teknologi benih aspek hpt
Laporan teknologi benih aspek hptLaporan teknologi benih aspek hpt
Laporan teknologi benih aspek hpt
 
Makalah kacang hijau1
Makalah kacang hijau1Makalah kacang hijau1
Makalah kacang hijau1
 
Papaer agt tan pangan ii
Papaer agt tan pangan iiPapaer agt tan pangan ii
Papaer agt tan pangan ii
 
Laporan vegetatif tanaman katuk
Laporan vegetatif tanaman katukLaporan vegetatif tanaman katuk
Laporan vegetatif tanaman katuk
 
contoh Laporan praktikum ekologi
 contoh Laporan praktikum ekologi  contoh Laporan praktikum ekologi
contoh Laporan praktikum ekologi
 
Sistem Produksi Tanaman Hias
Sistem Produksi Tanaman HiasSistem Produksi Tanaman Hias
Sistem Produksi Tanaman Hias
 

More from UNESA

PKM: Efektivitas Teripang Hitam (Holothuria atra) Sebagai Suplemen Pakan Ikan...
PKM: Efektivitas Teripang Hitam (Holothuria atra) Sebagai Suplemen Pakan Ikan...PKM: Efektivitas Teripang Hitam (Holothuria atra) Sebagai Suplemen Pakan Ikan...
PKM: Efektivitas Teripang Hitam (Holothuria atra) Sebagai Suplemen Pakan Ikan...
UNESA
 

More from UNESA (20)

PPT Genetika: Isolasi DNA Secara Sederhana
PPT Genetika: Isolasi DNA Secara SederhanaPPT Genetika: Isolasi DNA Secara Sederhana
PPT Genetika: Isolasi DNA Secara Sederhana
 
PPT Manajemen Quality Control: PT. Campina Ice Cream Industry
PPT Manajemen Quality Control: PT. Campina Ice Cream IndustryPPT Manajemen Quality Control: PT. Campina Ice Cream Industry
PPT Manajemen Quality Control: PT. Campina Ice Cream Industry
 
PPT Manajemen Quality Control: ISO 17025
PPT Manajemen Quality Control: ISO 17025PPT Manajemen Quality Control: ISO 17025
PPT Manajemen Quality Control: ISO 17025
 
PPT Manajemen Quality Control: K3 dan SMK3
PPT Manajemen Quality Control: K3 dan SMK3PPT Manajemen Quality Control: K3 dan SMK3
PPT Manajemen Quality Control: K3 dan SMK3
 
Makalah Manajemen Quality Control: Laboratorium Quality Control Yang Ideal
Makalah Manajemen Quality Control: Laboratorium Quality Control Yang IdealMakalah Manajemen Quality Control: Laboratorium Quality Control Yang Ideal
Makalah Manajemen Quality Control: Laboratorium Quality Control Yang Ideal
 
PPT Genetika: Mutasi Bakteri
PPT Genetika: Mutasi BakteriPPT Genetika: Mutasi Bakteri
PPT Genetika: Mutasi Bakteri
 
Laporan Praktikum Genetika: Mutasi Pada Bakteri
Laporan Praktikum Genetika: Mutasi Pada BakteriLaporan Praktikum Genetika: Mutasi Pada Bakteri
Laporan Praktikum Genetika: Mutasi Pada Bakteri
 
Laporan Praktikum Kultur Jaringan Hewan: Kultur Sel Embrio Ayam Menggunakan M...
Laporan Praktikum Kultur Jaringan Hewan: Kultur Sel Embrio Ayam Menggunakan M...Laporan Praktikum Kultur Jaringan Hewan: Kultur Sel Embrio Ayam Menggunakan M...
Laporan Praktikum Kultur Jaringan Hewan: Kultur Sel Embrio Ayam Menggunakan M...
 
PPT Genetika: Poliploid
PPT Genetika: PoliploidPPT Genetika: Poliploid
PPT Genetika: Poliploid
 
PPT Genetika: Hukum Hardy Weinberg
PPT Genetika: Hukum Hardy WeinbergPPT Genetika: Hukum Hardy Weinberg
PPT Genetika: Hukum Hardy Weinberg
 
Laporan Praktikum Fisiologi Hewan: Pengaruh Suhu Lingkungan Terhadap Denyut J...
Laporan Praktikum Fisiologi Hewan: Pengaruh Suhu Lingkungan Terhadap Denyut J...Laporan Praktikum Fisiologi Hewan: Pengaruh Suhu Lingkungan Terhadap Denyut J...
Laporan Praktikum Fisiologi Hewan: Pengaruh Suhu Lingkungan Terhadap Denyut J...
 
Laporan Praktikum Fisiologi Hewan: Pembuluh Darah Pada Ekor Ikan Kepala Timah
Laporan Praktikum Fisiologi Hewan: Pembuluh Darah Pada Ekor Ikan Kepala TimahLaporan Praktikum Fisiologi Hewan: Pembuluh Darah Pada Ekor Ikan Kepala Timah
Laporan Praktikum Fisiologi Hewan: Pembuluh Darah Pada Ekor Ikan Kepala Timah
 
Laporan Praktikum Fisiologi Hewan: Refleks Pupil dan Bintik Buta Pada Mamalia
Laporan Praktikum Fisiologi Hewan: Refleks Pupil dan Bintik Buta Pada MamaliaLaporan Praktikum Fisiologi Hewan: Refleks Pupil dan Bintik Buta Pada Mamalia
Laporan Praktikum Fisiologi Hewan: Refleks Pupil dan Bintik Buta Pada Mamalia
 
Makalah Fisiologi Hewan: Asam Amino, Vitamin, dan Mineral
Makalah Fisiologi Hewan: Asam Amino, Vitamin, dan MineralMakalah Fisiologi Hewan: Asam Amino, Vitamin, dan Mineral
Makalah Fisiologi Hewan: Asam Amino, Vitamin, dan Mineral
 
PKM: Efektivitas Teripang Hitam (Holothuria atra) Sebagai Suplemen Pakan Ikan...
PKM: Efektivitas Teripang Hitam (Holothuria atra) Sebagai Suplemen Pakan Ikan...PKM: Efektivitas Teripang Hitam (Holothuria atra) Sebagai Suplemen Pakan Ikan...
PKM: Efektivitas Teripang Hitam (Holothuria atra) Sebagai Suplemen Pakan Ikan...
 
Makalah Filsafat IPA: Hubungan IPA Dengan Kebudayaan Serta IPA dan Pengembang...
Makalah Filsafat IPA: Hubungan IPA Dengan Kebudayaan Serta IPA dan Pengembang...Makalah Filsafat IPA: Hubungan IPA Dengan Kebudayaan Serta IPA dan Pengembang...
Makalah Filsafat IPA: Hubungan IPA Dengan Kebudayaan Serta IPA dan Pengembang...
 
Makalah Ekologi: Komunitas Klimaks
Makalah Ekologi: Komunitas KlimaksMakalah Ekologi: Komunitas Klimaks
Makalah Ekologi: Komunitas Klimaks
 
Laporan Praktikum Ekologi: Produktivitas Primer
Laporan Praktikum Ekologi: Produktivitas PrimerLaporan Praktikum Ekologi: Produktivitas Primer
Laporan Praktikum Ekologi: Produktivitas Primer
 
Laporan Praktikum Ekologi: Padatan Terlarut
Laporan Praktikum Ekologi: Padatan TerlarutLaporan Praktikum Ekologi: Padatan Terlarut
Laporan Praktikum Ekologi: Padatan Terlarut
 
PPT Ekologi: Fauna Tanah
PPT Ekologi: Fauna TanahPPT Ekologi: Fauna Tanah
PPT Ekologi: Fauna Tanah
 

Recently uploaded

IPS - karakteristik geografis, sosial, budaya, dan ekonomi di ASEAN
IPS - karakteristik geografis, sosial, budaya, dan ekonomi di ASEANIPS - karakteristik geografis, sosial, budaya, dan ekonomi di ASEAN
IPS - karakteristik geografis, sosial, budaya, dan ekonomi di ASEAN
GilangNandiaputri1
 
AKSI NYATA DISIPLIN POSITIF MEMBUAT KEYAKINAN KELAS_11zon.pptx
AKSI NYATA DISIPLIN POSITIF MEMBUAT KEYAKINAN KELAS_11zon.pptxAKSI NYATA DISIPLIN POSITIF MEMBUAT KEYAKINAN KELAS_11zon.pptx
AKSI NYATA DISIPLIN POSITIF MEMBUAT KEYAKINAN KELAS_11zon.pptx
cupulin
 
konsep pidato Bahaya Merokok bagi kesehatan
konsep pidato Bahaya Merokok bagi kesehatankonsep pidato Bahaya Merokok bagi kesehatan
konsep pidato Bahaya Merokok bagi kesehatan
SuzanDwiPutra
 
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docxKISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
DewiUmbar
 
Surat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdf
Surat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdfSurat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdf
Surat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdf
EirinELS
 

Recently uploaded (20)

IPS - karakteristik geografis, sosial, budaya, dan ekonomi di ASEAN
IPS - karakteristik geografis, sosial, budaya, dan ekonomi di ASEANIPS - karakteristik geografis, sosial, budaya, dan ekonomi di ASEAN
IPS - karakteristik geografis, sosial, budaya, dan ekonomi di ASEAN
 
Skenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru Penggerak
Skenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru PenggerakSkenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru Penggerak
Skenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru Penggerak
 
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptxAKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
 
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
AKSI NYATA DISIPLIN POSITIF MEMBUAT KEYAKINAN KELAS_11zon.pptx
AKSI NYATA DISIPLIN POSITIF MEMBUAT KEYAKINAN KELAS_11zon.pptxAKSI NYATA DISIPLIN POSITIF MEMBUAT KEYAKINAN KELAS_11zon.pptx
AKSI NYATA DISIPLIN POSITIF MEMBUAT KEYAKINAN KELAS_11zon.pptx
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
SISTEM SARAF OTONOM_.SISTEM SARAF OTONOM
SISTEM SARAF OTONOM_.SISTEM SARAF OTONOMSISTEM SARAF OTONOM_.SISTEM SARAF OTONOM
SISTEM SARAF OTONOM_.SISTEM SARAF OTONOM
 
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
 
konsep pidato Bahaya Merokok bagi kesehatan
konsep pidato Bahaya Merokok bagi kesehatankonsep pidato Bahaya Merokok bagi kesehatan
konsep pidato Bahaya Merokok bagi kesehatan
 
RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".
RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".
RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".
 
Materi Bab 6 Algoritma dan bahasa Pemrograman
Materi Bab 6 Algoritma dan bahasa  PemrogramanMateri Bab 6 Algoritma dan bahasa  Pemrograman
Materi Bab 6 Algoritma dan bahasa Pemrograman
 
Penyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.ppt
Penyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.pptPenyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.ppt
Penyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.ppt
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR IPAS KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
PPT kerajaan islam Maluku Utara PPT sejarah kelas XI
PPT kerajaan islam Maluku Utara PPT sejarah kelas XIPPT kerajaan islam Maluku Utara PPT sejarah kelas XI
PPT kerajaan islam Maluku Utara PPT sejarah kelas XI
 
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docxKISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
 
Webinar 1_Pendidikan Berjenjang Pendidikan Inklusif.pdf
Webinar 1_Pendidikan Berjenjang Pendidikan Inklusif.pdfWebinar 1_Pendidikan Berjenjang Pendidikan Inklusif.pdf
Webinar 1_Pendidikan Berjenjang Pendidikan Inklusif.pdf
 
Lokakarya tentang Kepemimpinan Sekolah 1.pptx
Lokakarya tentang Kepemimpinan Sekolah 1.pptxLokakarya tentang Kepemimpinan Sekolah 1.pptx
Lokakarya tentang Kepemimpinan Sekolah 1.pptx
 
Materi Asuransi Kesehatan di Indonesia ppt
Materi Asuransi Kesehatan di Indonesia pptMateri Asuransi Kesehatan di Indonesia ppt
Materi Asuransi Kesehatan di Indonesia ppt
 
Surat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdf
Surat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdfSurat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdf
Surat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdf
 
Bioteknologi Konvensional dan Modern kelas 9 SMP
Bioteknologi Konvensional dan Modern  kelas 9 SMPBioteknologi Konvensional dan Modern  kelas 9 SMP
Bioteknologi Konvensional dan Modern kelas 9 SMP
 

Laporan Praktikum Kultur Jaringan Tumbuhan: Aklimatisasi Anggrek Dendrobium sp. dan Penyilangan Anggre Dendrobium sp. melintir degan Dendrobium sp.

  • 1. LAPORAN PRAKTIKUM KULTUR JARINGAN TUMBUHAN Aklimatisasi Anggrek Dendrobium sp. dan Penyilangan Anggrek Dendrobium melintir dengan Dendrobium sp. Disusun oleh: Kelompok 7 Fauziah Khoirun Nisa /17030244003 Selvira Dwi Adha /17030244007 Suci Yuliana Puspita Sari /17030244012 Abrori Amin /17030244026 Biologi D 2017 JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA 2019
  • 2. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang luar biasa, salahsatunya adalah anggrek, diperkirakan sekitar 5000 jenis spesies anggrek tersebar di wilayah Indonesia, khususnya potensi genetis untuk menghasilkan anggrek silangan yang memiliki nilai komersial tinggi (Wardani et al., 2013). Anggrek merupakan salah satu komoditas tanaman hortikultura yang mempunyai peranan penting dalam pertanian, khususnya tanaman hias. Warna bunganya yang beragam, bentuk dan ukurannya yang unik serta vase life yang panjang membuat anggrek memiliki nilai estetika tinggi dan daya tarik tersendiri (Gustin, 2010). Dalam perbanyakan tanaman secara in vitro salah satu tahapan yang paling menentukan keberhasilan adalah aklimatisasi. Aklimatisasi adalah masa penyesuaian planlet in vitro dari lingkungan heterotrof ke lingkungan autrotrof. Menurut Gunawan (1992) dalam masa aklimatisasi merupakan masa yang kritis dalam rangkaian perbanyakan tanaman. Planlet hasil in vitro sangat peka terhadap evapotranspirasi, serangan cendawan dan bakteri, maupun cahaya dengan intensitas berlebih yang berpengaruh terhadap pertumbuhan vegetatif. Pertumbuhan vegetatif tanaman angggrek selama fase aklimatisasi dipengaruhi oleh kondisi lingkungan seperti cahaya, suhu dan kelembaban serta faktor lain seperti macam media yang diberikan (Puput, 2012). Usaha untuk meningkatkan mutu bunga anggrek atau mendapatkan kultivar baru adalah dengan menyilangkan antar tetua yang mempunyai karakter-karakter tertentu. Pemuliaan anggrek diupayakan untuk memperluas keragaman genetik pada bentuk dan warna yang unik, disenangi konsumen, frekuensi berbunga tinggidan tahan terhadap patogen penyebab penyakit serta cekaman lingkungan(Soedjono, 1997). Persilangan interspesifik maupun intergenerik tanaman anggrek sering kurang berhasil karena terdapat kendala, seperti abnormalitas pada meiosis,rendahnya fertilitas (Tanaka & Kamaemoto, 1961) dan sterilitas tepungsari (Lee et al., 1990).
  • 3. 1.2 Rumusan Masalah 1. Bagaimana cara dan teknik aklimatisasi anggrek Dendrobium sp.? 2. Bagaimana cara dan teknik penyilangan anggrek Dendrobium melintir dan anggrek Dendrobium sp.? 1.3 Tujuan 1. Untuk mengetahui cara dan teknik aklimatisasi anggrek Dendrobium sp.. 2. Untuk mengetahui cara dan teknik penyilangan anggrek Dendrobium melintir dan anggrek Dendrobium sp..
  • 4. BAB II DASAR TEORI A. Anggrek (Dendrobium sp.) Anggrek adalah anggota dari famili Orchidaceae yang merupakan salah satu famili terbesar selain Asteraceae dan Poaceae. Famili ini merupakan salah satu famili bunga-bungaan yang paling besar, memiliki kurang lebih 43,000 spesies dari 750 genus yang berbeda, dan kurang lebih 5,000 spesiesnya terdapat di Indonesia (Iswanto, 2002), sedangkan Yusnita (2010) menuliskan bahwa anggrek terdiri dari 750 genera dengan 25,000 hingga 30,000 spesies yang 5,000 spesies di antaranya ada di Indonesia. Iswanto (2002) menyatakan bahwa penyebaran famili Orchidaceae hampir meliputi seluruh dunia, kecuali Benua Antartika. Anggrek dapat tumbuh di hutan hutan gelap, di lereng-lereng terbuka, di batu-batu karang terjal, di batu-batu daerah pantai dengan garis pasang surut tinggi, atau tepi gurun pasir (Erick Raynalta, 2013). Umumnya, tanaman anggrek monokotil dan tulang daun sejajar dengan helaian daun dengan bentuk daun bervariasi. Daun dari tipis sampai tebal berdaging (sekulen), melekat pada batang dengan kedudukan satu helai tiap buku, dan berhadapan atau berpasangan, artinya setiap buku terdapat dua helai daun yang berhadapan (Gunawan, 1986). Batang tunggal, pangkal batang akhirnya mati, tetapi bagian yang ke ujung (monopodial), biasanya dapat di-stek asal cukup panjangnya untuk menjadi tanaman baru. Tunasnya tidak langsung menjadi umbi semu, melainkan menjalar dan menjadi batang (Latif, 1960). Sedangkan akar anggrek menurut Gunadi (1985), menyatakan bahwa akar anggrek menempel pada substratum (bagian media yang dipakai sebagai tempat tumbuh), tetapi apabila menempel bentuknya seperti belahan bambu dengan bagian datar melekat pada permukaan medium. Banyaknya permintaan tehadap anggrek tidak diimbangi dengan produksi bibit yang memadai. Keterbatasan ini disiasati dengan dilakukan perkembangbiakan secara masal yaitu salah satunya dengan cara perbanyakan tanaman secara in vitro. Dengan kultur in vitro, selain dapat dilakukan perbanyakan anggrek yang sulit maupun yang mudah dikembangkan secara
  • 5. konvensional, juga dapat memperoleh anakan dalam jumlah banyak dan dalam waktu yang relatif singkat (Rosdiana 2010). Bibit anggrek yang dikembangkan menggunakan metode kultur jaringan telah banyak diproduksi dan dipasarkan dalam kemasan botol. Pemeliharaan bibit ini menjadi tanaman dewasa masih menemukan banyak permasalahan terutama pada fase aklimatisasi, yaitu pemindahan bibit dari lingkungan aseptik dalam botol ke lingkungan non aseptik. Disamping kemungkinan tanaman sangat sensitif terhadap serangan hama dan penyakit, tanaman ini masih memiliki aktifitas autotrofik yang masih rendah, sulit mensintes senyawa organik dari unsur hara anorganik (Adiputra, 2007). B. Aklimatisasi Anggrek Aklimatisasi adalah masa adaptasi tanaman hasil pembiakan pada kultur jaringan yang semula kondisinya terkendali kemudian berubah pada kondisi lapangan yang kondisinya tidak terkendali lagi, disamping itu tanaman juga harus mengubah pola hidupnya dari tanaman heterotrof ke tanaman autotrof. Planlet dikelompokkan berdasarkan ukurannya dalam melakukan aklimatisasi untuk memperoleh bibit yang seragam. Planlet sebaiknya diseleksi dahulu berdasarkan kelengkapan organ, warna, ukuran pertumbuhan, dan ukuran sebelum ditanam. Planlet yang baik adalah yang organnya lengkap, mempunyai pucuk dan akar, warna pucuknya hijau mantap artinya tidak tembus pandang dan pertumbuhan akar bagus (Lesar et al., 2012). Aklimatisasi bertujuan untuk mempersiapkan planlet agar siap ditanam di lapangan. Tahap aklimatisasi mutlak dilakukan pada tanaman hasil perbanyakan secara in vitro karena planlet akan mengalami perubahan fisiologis yang disebabkan oleh faktor lingkungan. Hal ini bisa dipahami karena pembiakan in vitro (dalam botol) semua faktor lingkungan terkontrol sedangkan di lapangan faktor lingkungan sulit terkontrol (Widiastoety & Bahar, 1995). Planlet (tanaman hasil kultur) membutuhkan kondisi lingkungan yang hampir sama dengan lingkungan tumbuh sebelumnya yang telah tersedia hara lengkap dan kelembaban udara optimal. Perubahan lingkungan heterotrof (in vitro) menjadi autotrof (lapang) menyebabkan bibit harus mendapatkan karbohidrat melalui fotosintesis. Media yang cocok pada aklimatisasi akan mengurangi
  • 6. cekaman berat pada bibit saat dipindahkan ke lapang. Masa aklimatisasi ini memerlukan media beraerasi dan draenasi baik serta kelembaban yang cukup, bebas organisme pengganggu dan bahan berbahaya, cukup hara mineral dan memiliki bobot yang ringan (Pranata, 2005). Dalam perbanyakan tanaman secara in vitro salah satu tahapan yang paling menentukan keberhasilan adalah aklimatisasi. Aklimatisasi adalah masa penyesuaian planlet in vitro dari lingkungan heterotrof ke lingkungan autrotrof. Aklimatisasi merupakan tahapan akhir yang menentukan dalam perbanyakan in vitro. Menurut Gunawan (1992) dalam masa aklimatisasi merupakan masa yang kritis dalam rangkaian perbanyakan tanaman. Planlet hasil in vitro sangat peka terhadap evapotranspirasi, serangan cendawan dan bakteri, maupun cahaya dengan intensitas berlebih yang berpengaruh terhadap pertumbuhan vegetatif. Pertumbuhan vegetatif tanaman angggrek bulan selama fase aklimatisasi dipengaruhi oleh kondisi lingkungan seperti cahaya, suhu dan kelembaban serta faktor lain seperti macam media yang diberikan (Puput 2012). Tahap aklimatisasi sesudah dipindahkan dari botol, bibit sangat rentan sehingga memerlukan perlindungan dari kekeringan, temperatur yang kurang baik, dan serangan dari predator atau patogen. Perawatan dilakukan dengan baik selama beberapa minggu awal, bibit tersebut akan beradaptasi pada kondisi baru dan memperlihatkan ketegaran dan ketahanan yang lebih baik dibandingkan bibit yang diperbanyak secara vegetatif. Proses selanjutnya setelah aklimatisasi anggrek adalah compotting, seedling, overpot (pemindahan bibit), dan repotting (pengepotan ulang) (Wetherell, 1982). Menurut Widiastoety & Bahar (1995), media tumbuh yang baik untuk aklimatisasi harus memenuhi beberapa persyaratan, yaitu tidak lekas melapuk, tidak menjadi sumber penyakit, mempunyai aerasi baik, mampu mengikat air dan zat-zat hara secara baik, mudah didapat dalam jumlah yang diinginkan dan relatif murah harganya. Kemasaman media (pH) yang baik untuk pertumbuhan tanaman anggrek berkisar antara 5–6. Media tumbuh sangat penting untuk pertumbuhan dan produksi bunga optimal, sehingga perlu adanya suatu usaha mencari media tumbuh yang sesuai. Media tumbuh yang sering digunakan di Indonesia antara lain: moss, pakis, serutan kayu,
  • 7. potongan kayu, serabut kelapa, arang dan kulit pinus. Praktikum aklimatisasi ini menggunakan media moss. Media moss ini mengandung 2–3% unsur N dan mempunyai daya mengikat air yang baik, serta mempunyai aerasi dan drainase yang baik. Media yang lain yang biasanya dipakai untuk aklimatisasi adalah pakis, karena memiliki daya mengikat air, aerasi dan drainase yang baik, melapuk secara perlahan-lahan, serta mengandung unsur-unsur hara yang dibutuhkan anggrek untuk pertumbuhannya. C. Persilangan Anggrek Persilangan adalah teknik mengawinkan bunga dengan meletakkan polen (serbuk sari) pada stigma (kepala putik). Persilangan bunga anggrek biasanya dilakukan oleh serangga atau dengan bantuan manusia. Penyilangan dapat dilakukan pada beberapa genus yang mudah melakukan persilangan antar genus. Penyilangan akan menghasilkan keturunan yang disebut hibrida interspesifik, hibrida intraspesifik, hibrida intergenetik, atau hibrida multigenetik (Widiastoety, 2010). Metode pemuliaan konvensional melalui persilangan dan seleksi telah membuka jalan bagi pemulia untuk menciptakan varietas-varietas baru yang memiliki karakter yang diharapkan seperti warna, bentuk, aroma, bentuk tanaman, umur simpan (shelf-life) dan ketahanan terhadap hama dan penyakit, tetapi kemajuannya dibatasi oleh ketersediaan gene pool dari spesies yang bersangkutan (Widiarsih dan Dwimahyani, 2013). Usaha untuk meningkatkan mutu bunga anggrek atau mendapatkan kultivar baru adalah dengan menyilangkan antar tetua yang mempunyai karakter- karakter tertentu. Pemuliaan anggrek diupayakan untuk memperluas keragaman genetik pada bentuk dan warna yang unik, disenangi konsumen, frekuensi berbunga tinggi, dan tahan terhadap patogen penyebab penyakit serta cekaman lingkungan (Soedjono, 1997). Persilangan interspesifik maupun intergenerik tanaman anggrek sering kurang berhasil karena terdapat kendala, seperti abnormalitas pada meiosis, rendahnya fertilitas (Tanaka dan Kamaetomo, 1961) dan sterilitas tepung sari (Lee et al., 1990). Persilangan bertujuan untuk mendapatkan varietas baru dengan warna dan bentuk yang menarik, mahkota bunga kompak dan bertekstur tebal sehingga dapat tahan lama sebagai bunga potong. Jumlah kuntum yang banyak dan tidak ada
  • 8. kuntum bunga yang gugur sebelum mekar adalah akibat kelainan genetis serta produksi bunga tinggi. Keberhasilan persilangan ini dapat dipengaruhi oleh kedekatan dalam hubungan kekerabatan. Faktor lain yang perlu diperhatikan dalam persilangan adalah mengetahui sifat-sifat yang dimiliki oleh tanaman induknya. Sifat-sifat ini ada yang bersifat dominan (sifat yang kuat dan menonjol) dan sifat-sifat yang tidak nampak (resesif, misalnya keawetan bunga dan proses pembungaannya). Sifat-sifat yang diturunkan oleh induk dari hasil persilangan F1 (keturunan pertama) dapat bersifat dominan, resesif ataupun dominan tidak sempurna, yaitu mempunyai sifat antara kedua induk (Walker dan Burke, 1988). Persilangan menghasilkan biji anggrek yang viabel, yang diperoleh ketika polinia suatu jenis anggrek yang ditransfer kepada stigma yang kompatibel. Biji yang dihasilkan oleh anggrek di alam telah beradaptasi dengan pola persilangan “outbreeding” (serbuk silang antar bunga dari individu tanaman yang berbeda) dengan bantuan serangga. Kasus seperti self pollination (penyerbukan sendiri) ditemukan pada jenis Epidendrum cochleatum, Bletilla sriata, Ophrys apifera, serta pada beberapa jenis anggrek Indonesia seperti Phaius tankervilleae dan Dendrobium stuartii. Anggrek-anggrek self pollination tersebut tanpa bantuan serangga bisa berbuah dan menghasilkan keturunan (Walker dan Burke, 1988). Bunga anggrek yang telah mengalami penyerbukan, bagian perhiasan bunganya akan layu. Setelah terjadi pembuahan, zigot yang terbentuk akan tumbuh dan berkembang menjadi embrio di dalam biji. Bila zigot telah terbentuk, pada saat itu pula dapat dikecambahkan atau ditumbuhkan secara in vitro. Waktu terjadinya pembuahan sangat bervariasi, bergantung pada jenis dan varietasnya, dihitung sejak mulai dilakukan penyerbukan sampai terjadi pembuahan. Pada anggrek Dendrobium, pembuahan terjadi 2-2,5 bulan (Withner, 1959). Puspitaningtyas et al. (2006) menyatakan bahwa ciri-ciri anggrek yang berhasil disilangkan adalah pada beberapa hari kemudian setelah penyilangan, bunga yang diserbuki akan layu. Penyerbukan berhasil apabila bakal buah membengkak dan berkembang menjadi buah. Buah anggrek sebagian besar masal setelah 3-6 bulan atau lebih tergantung pada jenis anggrek seperti contohnya pada anggrek Dendrobium sp., anggrek ini akan berbuah setelah 3-4 bulan.
  • 9. BAB III METODE A. Waktu dan Tempat Praktikum aklimatisasi anggrek dilaksanakan pada hari Rabu, 27 Februari 2019 bertempat di Laboratorium Kultur Jaringan Jurusan Biologi, Gedung C9, FMIPA, Unesa. Sedangkan, untuk praktikum penyilangan anggrek Dendrobium melintir dengan anggrek Dendrobium sp. dilaksanakan pada hari Senin, 25 Maret 2019 bertempat di green house Jurusan Biologi, FMIPA, Unesa. B. Alat dan Bahan Aklimatisasi Anggrek Alat: - Nampan plastik - Pinset, Pengaduk kawat/kaca - Pot komunitas, diameter 20 cm - Baskom Bahan: - Bibit anggrek/planlet 3 botol untuk satu gelas - Arang, sabut kelapa - Fungisida - Kertas label - Kantong plastik gula C. Alat dan Bahan Persilangan Anggrek Alat : - Tusuk gigi - Pinset - Kawat - Pensil Bahan : - Tanaman Anggrek yang berbunga 3 jenis setiap kelas - Kertas Label
  • 10. D. Prosedur Kerja Aklimatisasi Anggrek 1. Bahan dan alat yang akan digunakan seperti arang yang telah dihancurkan kecil-kecil serabut kelapa yang telah disisir dan pot direndam dalam larutan fungisida ( 2 sendok dalam 1 liter air) selam kurang lebih 2 jam dan diletakkan pada nampan. 2. Planlet yang ada di botol kultur dikeluarkan dengan cara memasukkan air dan mengguncang perlahan sehingga palnlet terpisah dari agar, dengan menggunakan kawat yang ujungnya telah dibengkokkan mengambil planlet satu persatu pada bagian batang sehingga daun tidak rusak, planlet dibersihkan dari mediu, dan daun maupun akar yang telah rusak didalam baskom berisi air. 3. Setelah planlet bersih dari kotoran planlet direndam dalam larutan pestisida selama kurang lebih 1 jam kemudian ditiriskan diatas kertas koran. 4. Menyiapkan pot komunitas yang diisi dengan arang dan sabut kelapa. 5. Menata satu persatu planlet yang bagian bawahnya telah dibalut dengan serabut kelapa dan ditata serapat mungkin 6. Pot komunitas yang berisi planlet penuh ditutup menggunakan palstik gula dengan tujuan menjaga kelembapan eksplan yang terbiasa dalam lembab dan diaklimatisasi sehingga eksplan dapat hidup pada lingkungan biasa 7. Lakukan perawatan, penyiraman dan pengamatan dan hitung berapa persen keberhasilan aklimatisasi yang telah dilakukan. Persilangan Anggrek 1. Bunga anggrek yang sudah mekar selama +/ 4 hari, diambil serbuk sarinya dengan menguunakan tusuk gigi atau pinset, kemudian serbuk sarinya diletakkan di putik. 2. Proses penyilangan ini dapat dilakukan pada tanaman sendiri, pada anggrek yang sama jenisnya ,maupun pada anggrek yang berbeda jenisnya. 3. Anggrek yang telah disilangkan diberi label yang ditulis menggunakan pensil dan label digantung dengan kawat pada tangkai bunga, penulisan
  • 11. dilakukan dengan menuliskan jenis anggrek putik berasal kemudian tanda silang dan jenis serbuk sari berasal dan tanggal persilangan 4. Lakukan pengamatan terhadap bunga yang disilangkan.
  • 12. BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil dan Analisis Tabel 1. Aklimatisasi Anggrek Dendrobium sp. No Jenis Anggrek Jumlah Anggrek 28 Feb 19 4 Mar 19 11 Mar 19 25 Mar 19 1 April 19 1. Dendrobium sp. 73 73 73 73 73 Pada tanggal 27 Februari 2019 dilakukan praktikum aklimatisasi anggrek Dendrobium sp. Jumlah individu anggrek pada hari saat aklimatisasi adalah 73. Hingga tanggal 1 April 2019 jumlah anggrek yang masih hidup tetap yakni sebanyak 73. Tabel 2. Persilangan Anggrek ( Anggrek Dendrobium melintir >< Anggrek Dendrobium sp.) No Persilangan Tanggal Pengamantan 26 Mar 19 27 Mar 19 28 Mar19 1 Apr 19 2 Apr 19 1. Anggrek Dendrobium melintir >< Anggrek Dendrobium sp. Belum ada perubahan Belum ada perubahan Belum ada perubahan Belum ada perubahan Belum ada perubahan Pada tanggal 25 Maret 2019 dilakukan praktikum persilangan anggrek, yakni anggrek Dendrobium melintir >< anggrek Dendrobium sp. Pengamatan yang dilakukan hingga tanggal 2 April 2019 belum menunjukkan adanya perubahan pada bunga anggrek.
  • 13. B. Pembahasan 1. Aklimatisasi Anggrek Aklimatisasi merupakan kegiatan memindahkan eksplan keluar dari ruangan aseptik ke lingkungan luar. Hasil penelitian menunjukkan tanaman setelah diaklimatisasi mengalami penambahan jumlah akar dan daun. Pada penelitian Hutami (2008), tanaman yang telah memiliki akar pada saat in vitro sangat baik untuk diaklimatisasi tanaman temu mangga yang diaklimatisasi pada media tanah dan pupuk kandang (1:1) lebih bagus daripada pada media tanah dan sekam (1:1). Pada media tanah dan sekam memberikan tinggi tanaman yang baik namun rendah pada jumlah tunas. Menurut Pierik (1987), tanaman hasil kultur in vitro dapat beradaptasi dengan perubahan lingkungan baik suhu, kelembapan maupun cahaya. Tanaman hasil kultur in vitro memiliki lapisan lilin (kutikula), jaringan pengangkut, akar, dan stomata yang belum berkembang sempurna. Hal ini dapat mengakibatkan bagian pucuk bibit anggrek peka terhadap transpirasi, serangan cendawan, dan bakteri. Saat pemindahan tanaman ke kondisi normal atau dalam media community pot, harus dilakukan secara bertahap untuk menghindari infeksi dari jamur dan bakteri, karena tanaman hasil in vitro belum bisa beradaptasi dengan baik terhadap patogen-patogen yang berada di lingkungan luar. Menurut Dwiati (2014), arang kayu pada community pot digunakan sebagai sumber karbon, antibakteri, antioksidan yang dianalogikan sebagai media tanah untuk merangsang pembentukan dan pertumbuhan akar serta menegakkan batang tubuh anggrek. Penambahan mos atau pakis yang dikeringkan berfungsi sebagai pengikat air sehingga dapat menjaga kelembapan air pada media pertumbuhannya. Jumlah planlet yang diaklimatisasi sebanyak 73 planlet dan tidak ada planlet yang mengalami browning atau layu. Hal ini dikarenakan intensitas penyemprotan air untuk kelembaban air dan penyinaran sinar matahari yang cukup untuk fotosintesis serta pelubangan plastik yang bertahap membuat planlet tumbuh dengan baik.
  • 14. 2. Persilangan Anggrek (Anggrek Dendrobium melintir >< Anggrek Dendrobium sp.) Berdasarkan hasil dan analisis data di atas diketahui bahwa persilangan anggrek yang dilakukan tidak berhasil karena hingga pengamatan hari ketujuh yakni tanggal 2 April 2019 belum ada perubahan pada bunga anggrek. Kegagalan dalam melakukan persilangan anggrek dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya waktu pelaksaan persilangan. Persilangan anggrek dapat berhasil secara optimal apabila dilaksanakan ketika musim panas atau cuaca kering, sedangkan praktikum persilangan anggrek yang kami lakukan bertepatan dengan musim hujan sehingga cuaca basah. Hal tersebut dapat menjadi faktor kegagalan persilangan anggrek mengingat keberhasilan penyerbukan pada anggrek menurut Henuhili (2012) tergantung pada: 1. Pertumbuhan tanaman induk jantan maupun tanaman induk betina yang sehat akan menghasilkan gamet yang sehat juga. 2. Penyimpanan pollinia/pollinaria yang terlalu lama akan menyebabkan kegagalan penyerbukan. 3. Anggrek yang berpollinia sebaiknya dikawinkan dengan yang berpollinia juga, demikian juga yang berpollinaria dengan yang berpollinaria. 4. Bunga anggrek yang gynosteniumnya panjang sebaiknya dipakai untuk induk jantan, yang pendek untuk induk betina. 5. Pada musim hujan, bunga yang sudah dikawinkan sebaiknya diselubungi dengan plastik transparan. 6. Temperatur yang terlalu tinggi atau terlalu rendah menyebabkan kegagalan penyerbukan. 7. Penyerbukan sebaiknya dilakukan pada siang bila cuaca agak kering. Menurut Widiastoety (2001) dalam pemilihan induk jantan dan betina yang akan disilangkan harus disertai dengan penguasaan sifat-sifat kedua induk tersebut, termasuk sifat yang dominan, seperti ukuran bunga, warna dan bentuk bunga, yang akan muncul kembali pada turunannya. Agar penyilangan berhasil, sebaiknya dipilih induk betina yang mempunyai kuntum bunga yang kuat, tidak cepat layu atau gugur, mempunyai tangkai putik dan bakal buah yang lebih pendek agar tabung polen (pollen tube) dapat dengan mudah mencapai kantong
  • 15. embrio yang terdapat pada bagian bawah bakal buah. Pencatatan nama kedua induk yang disilangkan sangat penting agar tidak merusak tata namanya. Polen dari bunga yang berukuran kecil, jika diserbukkan pada kepala putik bunga yang berukuran besar biasanya akan mengalami kegagalan karena tabung polen tidak dapat mencapai kantong embrio. Akibatnya pembuahan tidak terjadi dan biji tidak terbentuk. Penyilangan perlu dilakukan secara resiprokal atau bolak-balik untuk mengetahui daya kompatibilitas silangan dan daya fertilisasinya. Persilangan akan berhasil apabila dilakukan sehari atau dua hari setelah bunga mekar. Setiap jenis anggrek memiliki masa subur yang berbeda-beda, oleh karena itu perlu diketahui waktu yang tepat untuk melakukan persilangan pada anggrek jenis Dendrobium agar diperoleh tingkat keberhasilan yang tinggi. Menurut Andayani (2007) persilangan pada anggrek ini dapat dilakukan melalui perlakuan penyerbukan sendiri atau perlakuan penyerbukan silang. Pada perlakuan penyerbukan sendiri artinya putik satu bunga diserbuki dengan benangsari (pollen) berasal dari bunga yang sama. Sedangkan penyerbukan silang artinya putik pada satu bunga diserbuki dengan menggunakan serbuk sari yang berasal dari bunga pada tanaman lain tetapi masih satu jenis tanaman. Perlakuan penyerbukan tersebut dilakukan secara acak pada setiap bunga dalam 1 pot. Sepuluh hari setelah pelaksanaan penyerbukan dilakukan pengamatan untuk mengetahui keberhasilan penyerbukan. Penyerbukan dikatakan berhasil apabila tangkai bunga masih tetap segar dan berwarna hijau. Dilakukan penghitungan jumlah bunga yang berhasil diserbuki dan jumlah bunga yang tidak berhasil diserbuki. Pengamatan dilanjutkan sampai 2 bulan untuk mengetahui perkem- bangan buah. Dari bunga-bunga yang berhasil diserbuki dihitung jumlah buah yang berkembang sempurna dan jumlah buah yang gugur.
  • 16. BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa: 1. Aklimatisasi anggrek dari in vitro ke in vivo dilakukan secara bertahap menggunakan community pot dengan media arang dan sabut kelapa, kemudian ditutup dengan plastik. Sebelum diaklimatisasi, planlet anggrek dikeluarkan dari botol dan dicuci hingga bersih sampai tidak ada media agar yang masih menempel pada akar. 2. Pada penyilangan (Anggrek Dendrobium melintir >< Anggrek Dendrobium sp.) anggrek disilangkan dengan sesamanya dengan menempelkan serbuk sari pada putik bunga anggrek dengan menggunakan tusuk gigi, kemudian diberi label yang berisi nama spesies jantan dan betina anggrek yang disilangkan dengan tanggal saat melakukan penyilangan. B. Saran Pada saat aklimatisasi tahap pengambilan akar pada botol, diperlukan perlakuan secara hati-hati agar akar tanaman anggrek tidak rusak dan dalm pembersihan akar dari media harus bersih. Persilangan pada tanaman anggrek lebih baik dilakukan pada musim kemarau karena peluang keberhasilan lebih banyak.
  • 17. DAFTAR PUSTAKA Andayani, N. 2007. Pengaruh Waktu Pollinasi terhadap Keberhasilan Persilangan Anggrek Dendrobium. Buletin Ilmiah Instiper. 14 (2):14-21. Adiputra I G.K., AA. Suardana, I Md Sumarya, I. Sitepu, P. Sudiartawan. 2007. Perubahan Biosintesis Sukrosa Sebelum Pertumbuhan Kuncup Ketiak pada Pan (Vanilla planifolia). Denpasar: Laporan hibah bersaing I, Program studi Biologi, Fak MIPA, Universitas Hindu Indonesia. Dwiati, Murni. 2014. Aklimatisasi Bibit Anggrek Menggunakan Kompot. Jurnal Fakultas Biologi Universitas Soedirman. Erick Raynalta. 2013. Pengaruh Komposisi Media Dalam Pertumbuhan Protocorm Like Bodies, Planlet, dan Aklimatisasi Phalaenopsis Amabilis. Bogor: Departemen Agronomi Dan Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Gunadi, T. 1985. Anggrek Untuk Pemula. Bandung: Penerbit Angkasa Gunawan, L.W. 1992. Teknik Kultur Jaringan Tumbuhan. Bogor: Pusat Antar Universitas Bioteknologi Institut Pertanian Bogor. Gunawan, Winata L. 1986. Budidaya Anggrek. Jakarta: Penebar Swadaya. Gustin, Agus Purwito, Dewi Sukma. 2010. Budidaya Anggrel Phalaenopsis: Produksi Anggrek Phalaenopsis untuk Ekspor Di PT Ekakarya Graha Flora, Cikampek, Jawa Barat. Makalah Seminar. Departemen Agronomi an Holtikultura, IPB. Henuhili, Victoria. 2012. Persilangan dan Aklimatisasi pada Bibit Anggrek. Pelatihan Siswa dan Guru SMP. Yogyakarta. Hutami, S. 2008. Ulasan masalah pencoklatan pada kultur jaringan. Jurnal Agrobiogen. 4(2): 83-88. Iswanto, Hadi. 2002. Petunjuk Perawatan Anggrek. Jakarta : AgroMedia Pustaka. Latif, S. M. 1960. Bunga Anggrek Permata Belantara Indonesia. Bandung: Sumur Bandung. Lee, Y. H., C. Kannagi, and K. W. Tan. 1990. Trends in Mokara Breeding. Proc. Of the13th World Orchid Conference. World Orchid Conference Trust. Auckland. New Zealand. Pp: 221.
  • 18. Lesar, Helena,. B, Hlebec,. N, Ceranic,. D, Damijana, & Z, luthar,. 2012. Acclimatization of Terrestrial Orchid Bletilla striata Rchb.f. (Orchidaceae) Propagated Under in vitro Conditions. Acta Agriculturae Slovenica, 99 (1):69 – 75. Pierik, R. L. M. 1987. In Vitro Culture of Higher Plants. Dorcrecht: Martinus Nijhoff Publishers. 344 p. Pranata, S. A. 2005. Anggrek Bunga Menawan yang Banyak Pengemarnya. Jakarta: Agro Media Pustaka. Puput, Purwati. 2012. Pengaruh Macam Media Dalam Keberhasilan Aklimatisasi Anggrek Phalaenopsis Amabilis (Anggrek Bulan). Program Studi Hortikultura Jurusan Budidaya Tanaman Pangan Politeknik Negeri Lampung. Puspitaningtyas, Dwi Murti, Sofi Mursidawati dan Suprih Wijayanti. 2006. Studi Fertilitas Anggrek Paraphalenopsis serpentilingua (J.J.Sm.) A.D. Hawkes. Pusat Konservasi Tumbuhan-Kebun Raya Bogor, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Bogor, Volume 7(3): 237-241. Rosdiana. 2010. Pertumbuhan Anggrek Bulan (Phalaenopsis Amboinensis) Endemik Sulawesi, Pada Beberapa Jenis dan Konsentrasi Zat Pengatur Tumbuh Secara In Vitro. Jurnal Agrisistem, Desember 2010, Vol. 6 No. 2 Soedjono, S. 1997. Pemuliaan Tanaman Anggrek. Jakarta: Puslit Holtikultura Badan Litbang Pertanian. Tanaka, R. & Kamaemoto, H. 1961. Meiotic Chromosome Behavior in Some Intergeneric Hybrids of the Vanda alliance. Am. J. Bot. 48:573-583. Walker, B. and J. Burke. 1988. The Fertility of Species Orchids in Self and Interclonal Pollination. In: Adams. P. B. (ed.). Reproductive Biology of Species Orchids: Principles and Practice. Melbourne: School of Botany, The University of Melbourne – Orchid Species Society of Victoria. Wardani, Sri., H. Setiadodan, & S. Ilyas. 2013. Pengaruh Media Tanam dan Pupuk Daun terhadap Aklimatisasi Anggrek Dendrobium (Dendrobium sp.) Jurnal Ilmu Pertanian KULTIVAR: 11-18 Wetherell, W. F. 1982. Introduction In Vitro Propagation. New Jersey: Avery Publishing Group.
  • 19. Widiarsih, S. dan Dwimahyani, I. 2013. Aplikasi Iradiasi Gamma untuk Pemuliaan Mutasi Anggrek Bulan (Phalaenopsis amabilis) Umur Genjah. Jurnal Ilmiah Aplikasi Isotop dan Radiasi, Vol. 9 (1). Pp: 59-66. Widiastoety, D. & F. A. Bahar. 1995. Pengaruh Berbagai Sumber dan Karbohidrat Terhadap Plantet Anggrek Dendrobium. Jurnal Hortikultura 5 (3): 76- 80.Yusnita. 2010. Perbanyakan In Vitro Tanaman Anggrek. Lampung: Penerbit Universitas Lampung. Widiastoety. 2001. Peningkatan Produktivitas dan Mutu Bunga Anggrek. Balai Penelitian Tanaman Hias. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura. Badan Litbang Pertanian. Jakarta. Withner, C. L. 1959. The Orchids: A Scientific Survey. John Wiley and Sons, New York. 648 pp.
  • 20. LAMPIRAN Aklimatisasi No Gambar Keterangan 1. Sabut kelapa 2. Sabut kelapa difungisida 3. Bibit anggrek difungisida sebelum ditanam di sabut
  • 21. No Gambar Keterangan 4. Akar anggrek dibalut dengan mosh (lumut yang dikeringkan) 5. Tanaman anggrek yang sudah ditata dalam pot Penyilangan Anggrek No Gambar Keterangan 1. Anggrek Dendrobium melintir
  • 22. 2. Mengambil benang sari No Gambar Keterangan 3. Serbuk sari diletakkan pada putik 4. Anggrek yang sudah disilangkan diberi etiket/label