Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
Laporan praktikum besar benih
1. LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH DAN BIBIT
ACARA 4
PENGARUH BESAR BENIH TERHADAP KECEPATAN BERKECAMBAH
DAN PEMUNCULAN BENIH
Disusun Oleh :
Nama : Inayatul Fitria Dewi
NPM : 1510401057
Kelompok : B3
Asisten : Siti Hadiyanti A.
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TIDAR
2017
2. ACARA 4
PENGARUH BESAR BENIH TERHADAP KECEPATAN BERKECAMBAH
DAN PEMUNCULAN BENIH
I. TUJUAN
1. Mengetahui kemampuan benih untuk berkecambah dan muncul ke permukaan
tanah pada benih yang berada besarnya atau ukurannya
II. TINJAUAN PUSTAKA
Benih merupakan salah satu komponen yang sangat menentukan dalam
peningkatan produksi pertanian. Oleh sebab itu mutu dan jumlahnya perlu
mendapatkan perhatian dari semua pihak yang terkait terutama pada saat musim
tanam (pemakaian). Mutu benih yang sering dijadikan ukuran adalah meliputi bentuk
dan ukuran benih, daya tumbuh, vigor, serta kemurnian benih. Mutu dan kualitas
benih sangat ditentukan oleh kondisi tanaman pada waktu dilapangan, saat panen
serta saat proses setelah panen. Selain itu mutu benih sering juga dinilai berdasarkan
mutu genetik dan ciri - ciri fisiologis yang dibawa oleh benih (Salomao, 2002).
Perkecambahan benih merupakan proses pertumbuhan yang dimulai dari
benih sampai menjadi kecambah. Kamil (1980) menyatakan bahwa secara visual dan
morfologi suatu benih yang berkecambah umumnya ditandai dengan terlihatnya akar
atau daun yang menonjol keluar dari benih. Byrd (1983), mendefinisikan
perkecambahan sebagai mekar dan berkembangnya stukturstruktur penting dari
embrio benih yang menunjukkan kemampuannya untuk menghasilkan tanaman
normal pada keadaan yang menguntungkan.
Di saat faktor lingkungan seperti kelembaban dan suhu mengkin menekan pen
garuh terbesar dari perkecambahan benih, kemunculan dan penampilan awal persema
ian, faktor seperti besr benih, berat, dan berat jenis juga sangat penting. Banyak penel
itian mengindikasikan bahwa semakin besar suatu benih, semakin bagus perkecamba
hannya dan semakin tinggi angka pertumbuhannya (Crocker dan Barton, 1957).
3. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran biji berpengaruh
terhadap daya simpan. Untuk beberapa spesies, biji-biji yang lebih kecil dalam suatu
lot benih pada kultivar yang sama mempunyai masa hidup yang lebih pendek. Ukuran
biji biasa dikaitkan dengan kandungan cadangan makanan dan ukuran embrio (Arief
et al., 2004).
Benih dengan ukuran yang lebih kecil memberi hasil biji yang lebih rendah
10– 45%. Biji yang lebih besar menghasilkan luas kotiledon dua kali lipat dan potensi
fotosintetiknya lebih tinggi dibandingkan dengan biji kecil. Laju pertumbuhan
kecambah jagung meningkat dengan semakin besarnya ukuran biji dan benih yang
berbentuk bulat lebih tinggi laju pertumbuhannya daripada yang berbentuk pipih. Biji
yang berbentuk bulat besar biasanya terdapat di dasar tongkol dan bulat kecil pada
ujung tongkol. Sekitar 75% dari biji di antara kedua tipe tersebut di atas berbentuk
pipih. Biji yang berbentuk pipih ini berbeda-beda ukurannya dari kecil sampai besar
(Gusta et al.,2003).
Benih tanaman dengan ukuran yang lebih besar akan memiliki cadangan
makanan yang lebih banyak daripada benih dengan ukuran yang lebih kecil sehingga
kemampuan berkecambah juga akan lebih tinggi karena cadangan makanan yang
dirubah menjadi energi juga semakin banyak. Walaupun benih berasal dari varietas
yang sama, ukuran yang lebih besar akan mampu tumbuh relatif cepat dibandingkan
dengan ukuran benih yang lebih kecil (Thomson, 1979).
Kandungan cadangan makanan akan mempengaruhi berat suatu benih. Hal ini
tentu akan mempengaruhi besar produksi dan kecepatan tumbuh benih, karena benih
yang berat dengan kandungan cadangan makanan yang banyak akan menghasilkan
energi yang lebih besar saat mengalami proses perkecambahan. Hal ini akan
mempengaruhi besarnya kecambah yang keluar dan berat tanaman saat panen.
Kecepatan tumbuh kecambah juga akan meningkat dengan meningkatnya besar benih
(Sadjad et. al.,1974).
Di dalam jaringan penyimpanannya benih memiliki karbohidrat, protein,
lemak dan mineral. Dimana bahan-bahan ini diperlukan sebagai bahan baku dan
4. energi bagi embrio pada saat perkecambahan. Diduga bahwa benih yang berukuran
besar dan berat mengandung cadangan makanan lebih banyak dibandingkan dengan
benih berukuran kecil, mungkin pula embrionya lebih besar. Ukuran benih
menunjukkan korelasi positif terhadap kandungan protein pada benih sorgum
(Sorghum vulgare), makin besar/berat ukuran benih maka kandungan proteinnya
makin meningkat pula (Sutopo, 2002).
III. METODE PRAKTIKUM
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Selasa 05 Desember 2018 bertempat di
Laboratorium Fakultas Pertanian P.02.02 Universitas Tidar. Adapun alat dan bahan
yang digunakan diantaranya, benih padi, benih jagung, benih kedelai, petridish steril,
plat kaca, pinset, polybag cetok dan tanah.
Adapun langkah kerja untuk perkecambahan benih dilakukan dengan
mengecambahkan benih besar maupun kecil yang telah dipilih untuk dikecambahkan
di petridish. Benih ditata rapi sedemikian rupa untuk mempermudah dalam mengukur
panjang kecambah. Pengamatan dilakukan selama 2 minggu dengan tetap menjaga
kelembaban pada benih. Sedangkan untuk penanaman di polibeg dengan cara
menanam di media tanah kemudian menanam benih yang telah ditandai. Pengamatan
dilakukan selama 2 minggu untuk mengukur tinggi tanamannya. Media selalau dijaga
kelembabannya agar tetap cocok untuk pertumbuhan benih.
5. IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil pengamatan perkecambahan benih
No Benih
Kemunculan Benih Kec Berkecambah
(100%)Umur 7 Hari
1 Padi Besar 10.0 100.00
2 Kedelai Besar 10.0 100.00
3 Jagung Besar 10.0 100.00
4 Padi Kecil 10.0 100.00
5 Jagung 10.0 100.00
6 Kedelai Kecil 8.0 80.00
Benih merupakan komponen terpenting sebagai salah satu bahan tanam. Di
dalam benih terdapat komponen terpenting yaitu embri dan cadanga makanan. Hal ini
dapat dilihat dari ukuran benih itu sendiri. Semakin besar bentuk dari suatu benih
maka semakin besar pula cadangan makanan yang dimilikinya. Begitupun sebaliknya
semakin kecil suatu benih maka semakin kecil pula cadangan makanan yang
dimilikinya. Dengan cadangan makanan yang besar maka dimungkinkan kemampuan
benih untuk berkecambah akan semakin tinggi dikarenakan benih tersebut dapat
merombak cadangan makanannya sehingga dapat melakukan perkecambahan dengan
lebih cepat dibandingkan dengan cadangan makanan yang kecil.
Dari hasil pengamatan perkecambahan di atas maka dapat dilihat bahwa
kemampuan benih besar memiliki kemunculan benih sangat tinggi sejajar dengan
kecepatan berkecambahnya. Pada beih padi, jagung dan kedelai mengalami
perkecambahan 100 %. Hal ini memungkinkan bahwa cadangan makanan dapat
dirombak dan digunanakan dengan baik untuk pertumbuhan kecambahnya.
Sedangkan pada benih kecil, benih padi dan jagung juga mengalami perkecambahan
100%. Hal ini membuktikan bahwa dengan benih yang kecil pun dapat melakukan
perkecambaha dengan baik. Artinya cadangan makanan yang ada dalam biji
6. mencukupi untuk memenuhi kebutuhannya untuk bias melakukan perkecambahan.
Namun pada benih kedelai, kamunculan perkecambahannya hanya 8 sehingga
kecepatan perkecambahannya hanya 80%. Ketidak munculnya perkecambahan ini
dikarenakan pada benih kedelai terserang oleh jamur sehingg akan terhambat
metabolism dalam merombak cadangan makanan sebagi energi. Maka benih pada
kedelai tidak mampu berkecambah hingga 100%.
B. Hasil pengamatan tinggi bibit di polibeg
No Benih Tinggi Bibit (cm)
Kemunculan benih
(100%)
1 Jagung Kecil 26.26 93%
2 Kedelai Kecil 8.83 27%
3 Padi Kecil 14.90 93%
4 Jagung Besar 30.47 100%
5 Kedelai Besar 5.45 20%
6 Padi Besar 16.53 87%
Perkecambahan benih pada area pembibitan akan mengahasilkan bibit dengan
komponen utama daun akar dan batang. Dari data diatas dapat dilihat bahwa
kemunculan benih besar dari jagung dan padi lebih tinggi. Dengan cadangan
makanan yang lebih banyak maka perkecambahan akan cepat tumbuh untuk
memunculkan daun, batang dan akarnya sehingga kemunculan benih pada padi dan
jagung untuk membentuk bibit lebih besar disbanding dengan kedelai. Dari percobaan
di atas dapat dilihat bahwa jagung memiliki tinggi bibit 30.47 cm, dan padi 16.53 cm.
sedangkan pada kedelai memiliki kemunculan bibit yang lebih rendah dengan yang
lainnya hal ini dimungkinkan karena benih terkena jamur sebelum mampu tumbuh
secara normal. Dari rata-rata pertumbuhan bibit yang tumbuh memiliki tinggi 5.45
cm.
Pada benih dengan ukuran yang lebih kecil yaitu benih padi jagung, padi dan
kedelai memiliki kemunculan bibit yang lebih rendah dibandingkan dengan bibit
besar lainnya. Dengan kemunculan yang lebih sedikit maka benih yang tumbuh pun
juga lebih rendah hal ini dikarenakan ukuran benih yang terlalu kecil sehingga hanya
7. memilki cadangan makanan yang lebih sedikit dibandingkan dengan benih besar.
Dengan cadangan makanan yang lebih sedikit maka makanan yang dibutuhkan oleh
embrio juga sedikit sehingga pembentukan metabolismenya pun juga sedikit
dibandingkan dengan benih yang memiliki ukuran yang lebih besar.
V. KESIMPULAN
1. Semakin besar ukuran dari suatu benih maka semakin banyak pula cadangan
makanan yang dimilikinya begitun sebaliknya
2. Pada benih padi, jagung dan kedelai besar memiliki kemunculan benih dalam
persemaian 100% dengan daya tumbuh yang tinggi.
3. Pada benih ukuran kecil padi, jagung dan kedelai, juga memiliki rata-rata daya
tumbuh yang tinggi namun pada kedelai hanya 80% dikarenakan adanya
jamur yang menyerang pada benih kedelai
4. Pada pembibitan jagung, kemunculan tertinggi dan tinggi bibit tertinggi
terdapat pada jagung dengan ukurang yang lebih besar
5. Pada padi tinggi bibit yang tinggi pada ukuran padi yang kecil 93%
dibandinkan dengan padi ukuran besa
6. Ada pembibitan kedelai mengalami pembusukan dan terkena jamur pada
pembibitan kecil maupun ukuran besar.
DAFTAR PUSTAKA
Arief, R., E. Syam’un, dan S. Saenong. 2004. Evaluasi Mutu Fisik dan Fisiologis
Benih Jagung cv Lamuru Dari Ukran Biji dan Umur yang Berbeda. Jurnal
Sains dan Teknologi 4 (2): 54-64.
Byrd, H. W. 1983. Pedoman Teknologi Benih. Pembimbing Masa. Bandung.
Crocker, W. and L.V. Barton. 1957. Physiology of Seeds. Chronica Botanica Co., Wa
ltham.
Gusta, L. V., E. N. Johnson, N. T. Nesbit, K. J. Kirkland. 2003. Effect of Seeding
Date on Canola Seed Vigor. Can. J. Plant Sci. 45 : 32-39.
Kamil J. 1980. Teknologi Benih I. Universitas Andalas. Angkasa Raya. Padang. 224
hal.
8. Sadjad, S., M. Poernomohadi, Z. Jusup, dan Z. A. Pian. 1974. Penuntun Praktikum
Teknologi Benih. Institut Pertanian Bogor. Bogor
Salomao, A. N. 2002. Tropical Seeds Species Responces to Liquid Nitrogen
Exposure. Braz J. Plant Physiol. 14 : 133-138.
Sutopo, L. 2002. Teknologi Benih. Raja Grafindo Persada. Jakarta
Thomson, J. R. 1979. Seed Quality, Seed Multiplication Systems, Agronomy of Seed
Production and Seed Storage. Dalam Seed Technology for Genebank
LBPGR. Rome.
9. Lampiran
1. Kemunculan dan kecepatan berkecambah bak persemaian
No Benih
Kemunculan Benih
Kec Berkecambah (100%)
Umur 7 Hari
1 Padi Besar 10.0 100.00
2 Kedelai Besar 10.0 100.00
3 Jagung Besar 10.0 100.00
4 Padi Kecil 10.0 100.00
5 Kedelai Kecil 8.0 80.00
6 Jagung Kecil 10.0 100.00
2. Tinggi bibit ukuran besar
Perlakuan Biji Besar
Ulangan
1 2 3
Jagung 31 31.14 29.28
Kedelai 0 11.34 5
Padi 10.6 19.2 19.8
3. Tinggi bibit ukuran kecil
Perlakuan Biji Kecil
Ulangan
1 2 3
Jagung 29.36 28.2 21.22
Kedelai 0 5.6 20.88
Padi 12.7 18.4 13.6
4. Prosentase kemunculan bibit ukuran besar
Perlakuan Biji Besar
Ulangan
1 2 3
Jagung 100% 100% 100%
Kedelai 0% 40% 20%
Padi 60% 100% 100%
5. Prosentase kemunculan bibit ukuran kecil
Perlakuan Biji Kecil
Ulangan
1 2 3
Jagung 100% 100% 80%
Kedelai 0% 20% 60%
Padi 80% 100% 100%