Laporan praktikum ilmu gulma mendiskusikan percobaan dormansi biji gulma pada berbagai jenis tanah. Percobaan menunjukkan bahwa jenis gulma yang mengalami pematahan dormansi berbeda di setiap tanah. Tanah pekarangan memiliki jumlah gulma terbanyak sedangkan tanah sawah tidak menunjukkan pematahan dormansi. Secara umum, tidak ada pengaruh nyata jenis tanah terhadap pematahan dormansi biji gulma.
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
DORMANSI BIJIGULMA
1. LAPORAN PRAKTIKUM
ILMU GULMA
ACARA V DORMANSI BIJI GULMA
Oleh:
Nama
NIM
Asisten
: Inayatul Fitria Dewi
:1510401057
: Eka Nuryani
PROGAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TIDAR
2017
2. BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Pendahuluan
Gulma merupakan pertanaman yang tidak dikehendaki.tumbuhnya gulma
akan menimbulkan kerugian secara kualitas maupun kuantitas dari tanaman budidaya.
Karena adanya competitor bagi tanaman pertanian. Adanya gulma yang tumbuh di
lapang produksi maka akan mengurangi serapan hara bagi tanaman pokok,
mengurangi cahaya matahari yang dapat diserap, mengurangi oksigen yang
dibutuhkan tanaman dan yang lainnya baik kebutuhan tanaman yang ada didalam
tanah maupun yang berada di atas tanah.
Sering kita melihat ketika lahan yang akan ditanami tanaman belum tumbuh
gulmanya, namun ketika tanaman tersebut telah memasuki pada fase pertumbuhan
tertentu maka gulma tumbuh. Hal ini dimungkinkan gulma bersifat dormansi yang
akan hanya tumbuh ketika lingkungan tumbunya telah memenuhi sarat yang sesuai
dengan gulmanya. Ketika gulma tumbuh maka akan menjadi pesaing bagi tanaman
budidaya.
Tingkat dormansi suatu biji gulma berbeda beda dalam spesiesnya. Karena
tingkat dormansi biji sangat beragam. Dan dormansi biji ini akan segera berakhir
ketika lingkungan pertumbuhannya telah sesuai. Maka dari itu dilakukanlah
percobaan mengenai dormansi biji gulma untuk mengetahui sifat-sifat dormansi pada
biji gulma dengan spesies yang berbeda supaya kita tahu kapan kita akan membuat
biji bulma untuk tetap dorman.
1.2 Tujuan
Mahasiswa memahami berbagai sifat dormansi pada biji gulma
1.3 Manfaat
Dengan mengetahui sifat dormansi pada biji, maka kita dapat memprediksikan
kapan suatu pertanaman aan dimulai dan kapan pengendalian tepat dilakukan supaya
tidak mengganggu tanaman budidaya
3. BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dormansi merupakan terhambatnya proses metabolisme dalam biji dan
merupakan masa istirahat biji sehingga proses perkecambahan tidak dapat terjadi,
yang disebabkan karena adanya pengaruh dari dalam dan luar biji. Dapat berlangsung
dalam waktu yang sangat bervariasi (harian-tahunan) tergantung oleh jenis tanaman
dan pengaruh lingkungannya. Dormansi pada benih dapat disebabkan oleh keadaan
fisik dari kulit, keadaan fisiologis dari embrio, atau kombinasi dari kedua keadaan
tersebut. Dormansi benih berhubungan dengan usaha benih untuk menunda
perkecambahannya, hingga waktu dan kondisi lingkungan memungkinkan untuk
melangsungkan proses tersebut. Pretreatment skarifikasi digunakan untuk
mematahkan dormansi kulit biji, sedangkan stratifikasi digunakan untuk mengatasi
dormansi embryo (Salisbury, 1995).
Dormansi juga merupakan mekanisme pertahanan diri dalam suhu yang
sangat rendah pada musim dingin atau kering di musim panas yang merupakan
bagian paling penting dalam perjalanan hidup tanaman. Dormansi harus berjalan pada
saat yang tepat dan membebaskan diri apabila kondisi memungkinkan untuk memulai
pertumbuhan (Guritno & Sitompul, 1995).
Terdapat berbagai penyebab dormansi benih yang pada garis besarnya dapat
digolongkan kedalam adanya hambatan dari kulit benih (misalnya pada benih lamtoro
karena kulit benih yang impermeabel terhadap air) atau bagian dalam benihnya
(misalnya pada benih melinjo karena embrio yang belum dewasa). Benih yang
mengalami dormansi organik ini tidak dapat berkecambah dalam kondisi lingkungan
perkecambahan yang optimum (Sadjad, 1993).
Secara umum tipe-tipe dormansi dapat dikelompokan menjadi (Schmidth
2002)
a) Embrio yang belum berkembang Benih dengan pertumbuhan embrio yang belum
berkembang pada saat penyebaran tidak akan dapat berkecambah pada kondisi
4. perkecambahan normal dan karenanya tergolong kategori dorman. Fenomena ini
seringkali dimasukkan ke dalam kategori dormansi fisiologis, dengan
memperhatikan kondisi morfologis embrio yang belum matang.
b) Dormansi mekanis Dormansi mekanis dapat terlihat ketika pertumbuhan embrio
secara fisik dihalangi struktur kulit benih yang keras. Imbibisi dapat terjadi tetapi
radicle tidak dapat membelah atau menembus kulitnya. Pada dasarnya hampir
semua benih yang mempunyai dormansi mekanis mengalami keterbatasan dalam
penyerapan air
c) Dormansi fisik Dormansi fisik disebabkan oleh kulit buah yang keras dan
impermeable atau penutup buah yang menghalangi imbibisi dan pertukaran gas.
Fenomena ini sering disebut sebagai benih keras, meskipun istilah ini sering
digunakan untuk benih legum yang kedap air.
d) Zat-zat penghambat Beberapa jenis benih mengandung zat-zat penghambat
dalam buah atau benih yang mencegah perkecambahan, misalnya dengan
menghalangi proses metabolisme yang diperlukan untuk perkecambahan. Zat-zat
penghambat yang paling sering dijumpai ditemukan dalam daging buah. Gula,
coumarin dan zat-zat lain dalam buah berdaging mencegah perkecambahan
karena tekanan osmose yang menghalangi penyerapan.
e) Dormansi cahaya Sebagian besar benih dengan dormansi cahaya hanya
berkecambah pada kondisi terang. Sehingga benih tersebut disebut dengan peka
cahaya. Dormansi cahaya umumnya dijumpai pada pohon-pohon pioner.
f) Dormansi suhu Istilah dormansi suhu digunakan secara luas mencakup semua
tipe dormansi, suhu berperan dalam perkembangan atau pelepasan dari dormansi.
Benih dengan dormansi suhu seringkali memerlukan suhu yang berbeda dari
yang diperlukan untuk proses perkecambahan. Dormansi suhu rendah ditemui
pada kebanyakan jenis beriklim sedang
5. g) Dormansi gabungan Apabila dua atau lebih tipe dormansi ada dalam jenis yang
sama, dormansi harus dipatahkan baik melalui metode beruntun yang bekerja
pada tipe dormansi yang berbeda, atau melalui metode dengan pengaruh ganda.
6. BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan tempat percobaan
Praktikum Dormansi Biji Gulma ini dilaksanakan di Fakultas Pertanian
Universitas Tidar bertepatan pada tanggal 08 Desember 2017.
3.2 Alat dan bahan yang digunakan
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan ini meliputi, tanah
sawah, tanah tegal dan tanah pekarangan, bak perkecambahan, cetok dan sekat.
3.3 Langkah Kerja
1. Megambil tanah secukupnya dar lahan berupa tanah sawah, tanah pekarangan
dan tanah tegalan.
2. Kemudian ditaruh dalam bak perkecambahan dimana dalam 1 bak terdiri dari
3 jenis tanah.
3. Perlakuan ini diulang 3 kali dengan rangkaian percobaan RAL
4. Menjaga kelembaban tanah agar biji gulma yang terkandung dalam tanah bisa
berkecambah
5. Mencatat biji gulma yang berkecambah setiap hari, nama spesies gulma dan
jumlah individu setiap spesiesnya
6. Melakukan pengamatan selama 1 minggu
3.4 Bentuk Layout
Pekarangan 3 Sawah 3 Sawah 1
Tegal 1 Tegal 3 Pekarangan 2
Sawah 2 Pekarangan 1 Tegal 2
7. BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Berikut hasil percobaan dormansi pada berbagai macam jenis tanah
1. Jumlah gulma pada berbagai macam tanah
Perlakuan Jumlah Gulma Total
Pekarangan 1 11
37Pekarangan 2 21
Pekarangan 3 5
Tegal 1 0
3Tegal 2 2
Tegal 3 1
Sawah 1 0
0Sawah 2 0
Sawah 3 0
2. Spesies gulma yang ditemukan
Pekarangan Jumlah Tegal Jumlah
Portulaca oleracea 6 Imperata cylindrica 2
Striga asiatica 10 Mimosa pudica 1
Cynodon dactilon 4
Cyperus rotundus 17
3. Anava dormansi dari berbagai macam tanah
SV JK DB KT F HITUNG
F TABEL
0.05 0.01
JKT 414.2222 8 51.77778 5.14 10.92 NS
JKP 19.55556 2 9.777778 0.148649
JKG 394.6667 6 65.77778
8. B. Pembahasan
Dormansi merupakan masa dimana suatu biji, baik biji tanaman maupun
gulma tidak dapat bekecambah karena keadaan lingkungan yang kurang
menguntungkan. Dormansi akan patah atau akan berakhir ketikan biji gulma atau
tanaman terpenuhi kedaan lingkungan yang sesuai dengan perkambangannya. Dari
percoabaan yang telah dilakukan bahwasanya pada tanah yang berbeda juga
terdapat perbedaan gulma yang mendominasinya. Percobaan ini dilakukan dengan
beragai macam tanah yang berbeda yaitu pada tanah pekarangan tanah tegalan dan
tanah sawah.
Dari hasil pengamatan selama 2 minggu pada tanah sawah tidak mengamali
patah dormansi pada biji gulmanya. Hal ini dapat terjadi karena pada tekstur tanah
sawah sendiri seperti tanah lelumpuran yang banyak airnya sehingga aerasi pada
tanahnya menjadi kurang sehingga kurang cocok untuk pertumbuhan biji
gulmanya. Sedangkan pematahan dormansi tertinggi di tanah pekarangan dengan
berbagai macam jenis spesies gulma yang dimilikinya yaitu, Portulaca oleracea,
Striga asiatica, Cynodon dactilon dan Cyperus rotundus. Pada tanah ini memang pada
awalnya banyak seresah-seresah kotoran daun ataupun akar yang dimungkinkan ini
merupakan calon-calon gulma yang dapat tumbuh. Pada tanah ini didominasi dengan
Cyperus rotundus karena gulma ini sangat mudah untuk tumbuh. Bahkan dilingkungan
yang sedikit air pun dia masih mampu bertahan hidup.
Pada tanah tegalan dengan tekstur tanah yang kasar berupa bongkahan-bongkahan
membuat pematahan dormansi hanya sedikit sekali. Gulma yang dapat dipatahkan
dormansinya adalah Imperata cylindrica dan Mimosa pudica. Gulma ini mampu tumbuh
dalam keadaan ekstrim sekalipun sehingga tidak heran jika dapat tumbuh pada tanah
tegalan.
Menurut analisa variable bahwa dengan adanya berbagai jenis macam tanah
ternyata tidak memberikan pengaruh secara nyata pada pematahan dormansi. Hal ini
dinyatakan hasilnya bahwa jumlah dari pematahan dormansi tidak ada beda nyata antara
ketiga tanah, yaitu tanah tegalan, tanah pekaranagn dan tanah sawah. Perbedaan hanya
dapat dilihat secara nyata pada jenis gulma yang tumbuh saja dengan spesies yang
berbeda.
9. BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari percobaan yang dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Adanya berbagai macam tanah terdapat jenis gulma yang berbeda-beda yang dapat
mengalami pematahan dormansi
2. Pada tanah sawah tidak terdapat pematahan dormansi biji gulma dikarenakan kondisi
tanha yang seperti lumpur
3. Pada tanah pekarangan banyak sekali gulma yang mengalami pematahan dormansi
diantaranya, Portulaca oleracea, Striga asiatica, Cynodon dactilon dan Cyperus
rotundus.
4. pada tanah tegalan hanya terdapat 2 macam gulma yang mengalami pematahan
dormansi yaitu, Imperata cylindrica dan Mimosa pudica.
10. DAFTAR PUSTAKA
Sadjad, S., 1993. Dari Benih Kepada Benih. Grasindo, Jakarta
Salisbury, F. B and Ross, C. W. 1995. Plant Physiology. CBS Publishers and
Distributors. India.
Schmidt, L. 2002. Pedoman Penanganan Benih Tanaman Hutan Tropis dan Sub
Tropis (terjemahan). Dr. Mohammad Na’iem dkk. Bandung.
Sitompul, S. M. dan Guritno. B. 1995. Pertumbuhan Tanaman. UGM Press.
Yogyakarta