SlideShare a Scribd company logo
1 of 11
Download to read offline
LAPORAN PRAKTIKUM
ILMU GULMA
ACARA V DORMANSI BIJI GULMA
Oleh:
Nama
NIM
Asisten
: Inayatul Fitria Dewi
:1510401057
: Eka Nuryani
PROGAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TIDAR
2017
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Pendahuluan
Gulma merupakan pertanaman yang tidak dikehendaki.tumbuhnya gulma
akan menimbulkan kerugian secara kualitas maupun kuantitas dari tanaman budidaya.
Karena adanya competitor bagi tanaman pertanian. Adanya gulma yang tumbuh di
lapang produksi maka akan mengurangi serapan hara bagi tanaman pokok,
mengurangi cahaya matahari yang dapat diserap, mengurangi oksigen yang
dibutuhkan tanaman dan yang lainnya baik kebutuhan tanaman yang ada didalam
tanah maupun yang berada di atas tanah.
Sering kita melihat ketika lahan yang akan ditanami tanaman belum tumbuh
gulmanya, namun ketika tanaman tersebut telah memasuki pada fase pertumbuhan
tertentu maka gulma tumbuh. Hal ini dimungkinkan gulma bersifat dormansi yang
akan hanya tumbuh ketika lingkungan tumbunya telah memenuhi sarat yang sesuai
dengan gulmanya. Ketika gulma tumbuh maka akan menjadi pesaing bagi tanaman
budidaya.
Tingkat dormansi suatu biji gulma berbeda beda dalam spesiesnya. Karena
tingkat dormansi biji sangat beragam. Dan dormansi biji ini akan segera berakhir
ketika lingkungan pertumbuhannya telah sesuai. Maka dari itu dilakukanlah
percobaan mengenai dormansi biji gulma untuk mengetahui sifat-sifat dormansi pada
biji gulma dengan spesies yang berbeda supaya kita tahu kapan kita akan membuat
biji bulma untuk tetap dorman.
1.2 Tujuan
Mahasiswa memahami berbagai sifat dormansi pada biji gulma
1.3 Manfaat
Dengan mengetahui sifat dormansi pada biji, maka kita dapat memprediksikan
kapan suatu pertanaman aan dimulai dan kapan pengendalian tepat dilakukan supaya
tidak mengganggu tanaman budidaya
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dormansi merupakan terhambatnya proses metabolisme dalam biji dan
merupakan masa istirahat biji sehingga proses perkecambahan tidak dapat terjadi,
yang disebabkan karena adanya pengaruh dari dalam dan luar biji. Dapat berlangsung
dalam waktu yang sangat bervariasi (harian-tahunan) tergantung oleh jenis tanaman
dan pengaruh lingkungannya. Dormansi pada benih dapat disebabkan oleh keadaan
fisik dari kulit, keadaan fisiologis dari embrio, atau kombinasi dari kedua keadaan
tersebut. Dormansi benih berhubungan dengan usaha benih untuk menunda
perkecambahannya, hingga waktu dan kondisi lingkungan memungkinkan untuk
melangsungkan proses tersebut. Pretreatment skarifikasi digunakan untuk
mematahkan dormansi kulit biji, sedangkan stratifikasi digunakan untuk mengatasi
dormansi embryo (Salisbury, 1995).
Dormansi juga merupakan mekanisme pertahanan diri dalam suhu yang
sangat rendah pada musim dingin atau kering di musim panas yang merupakan
bagian paling penting dalam perjalanan hidup tanaman. Dormansi harus berjalan pada
saat yang tepat dan membebaskan diri apabila kondisi memungkinkan untuk memulai
pertumbuhan (Guritno & Sitompul, 1995).
Terdapat berbagai penyebab dormansi benih yang pada garis besarnya dapat
digolongkan kedalam adanya hambatan dari kulit benih (misalnya pada benih lamtoro
karena kulit benih yang impermeabel terhadap air) atau bagian dalam benihnya
(misalnya pada benih melinjo karena embrio yang belum dewasa). Benih yang
mengalami dormansi organik ini tidak dapat berkecambah dalam kondisi lingkungan
perkecambahan yang optimum (Sadjad, 1993).
Secara umum tipe-tipe dormansi dapat dikelompokan menjadi (Schmidth
2002)
a) Embrio yang belum berkembang Benih dengan pertumbuhan embrio yang belum
berkembang pada saat penyebaran tidak akan dapat berkecambah pada kondisi
perkecambahan normal dan karenanya tergolong kategori dorman. Fenomena ini
seringkali dimasukkan ke dalam kategori dormansi fisiologis, dengan
memperhatikan kondisi morfologis embrio yang belum matang.
b) Dormansi mekanis Dormansi mekanis dapat terlihat ketika pertumbuhan embrio
secara fisik dihalangi struktur kulit benih yang keras. Imbibisi dapat terjadi tetapi
radicle tidak dapat membelah atau menembus kulitnya. Pada dasarnya hampir
semua benih yang mempunyai dormansi mekanis mengalami keterbatasan dalam
penyerapan air
c) Dormansi fisik Dormansi fisik disebabkan oleh kulit buah yang keras dan
impermeable atau penutup buah yang menghalangi imbibisi dan pertukaran gas.
Fenomena ini sering disebut sebagai benih keras, meskipun istilah ini sering
digunakan untuk benih legum yang kedap air.
d) Zat-zat penghambat Beberapa jenis benih mengandung zat-zat penghambat
dalam buah atau benih yang mencegah perkecambahan, misalnya dengan
menghalangi proses metabolisme yang diperlukan untuk perkecambahan. Zat-zat
penghambat yang paling sering dijumpai ditemukan dalam daging buah. Gula,
coumarin dan zat-zat lain dalam buah berdaging mencegah perkecambahan
karena tekanan osmose yang menghalangi penyerapan.
e) Dormansi cahaya Sebagian besar benih dengan dormansi cahaya hanya
berkecambah pada kondisi terang. Sehingga benih tersebut disebut dengan peka
cahaya. Dormansi cahaya umumnya dijumpai pada pohon-pohon pioner.
f) Dormansi suhu Istilah dormansi suhu digunakan secara luas mencakup semua
tipe dormansi, suhu berperan dalam perkembangan atau pelepasan dari dormansi.
Benih dengan dormansi suhu seringkali memerlukan suhu yang berbeda dari
yang diperlukan untuk proses perkecambahan. Dormansi suhu rendah ditemui
pada kebanyakan jenis beriklim sedang
g) Dormansi gabungan Apabila dua atau lebih tipe dormansi ada dalam jenis yang
sama, dormansi harus dipatahkan baik melalui metode beruntun yang bekerja
pada tipe dormansi yang berbeda, atau melalui metode dengan pengaruh ganda.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan tempat percobaan
Praktikum Dormansi Biji Gulma ini dilaksanakan di Fakultas Pertanian
Universitas Tidar bertepatan pada tanggal 08 Desember 2017.
3.2 Alat dan bahan yang digunakan
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan ini meliputi, tanah
sawah, tanah tegal dan tanah pekarangan, bak perkecambahan, cetok dan sekat.
3.3 Langkah Kerja
1. Megambil tanah secukupnya dar lahan berupa tanah sawah, tanah pekarangan
dan tanah tegalan.
2. Kemudian ditaruh dalam bak perkecambahan dimana dalam 1 bak terdiri dari
3 jenis tanah.
3. Perlakuan ini diulang 3 kali dengan rangkaian percobaan RAL
4. Menjaga kelembaban tanah agar biji gulma yang terkandung dalam tanah bisa
berkecambah
5. Mencatat biji gulma yang berkecambah setiap hari, nama spesies gulma dan
jumlah individu setiap spesiesnya
6. Melakukan pengamatan selama 1 minggu
3.4 Bentuk Layout
Pekarangan 3 Sawah 3 Sawah 1
Tegal 1 Tegal 3 Pekarangan 2
Sawah 2 Pekarangan 1 Tegal 2
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Berikut hasil percobaan dormansi pada berbagai macam jenis tanah
1. Jumlah gulma pada berbagai macam tanah
Perlakuan Jumlah Gulma Total
Pekarangan 1 11
37Pekarangan 2 21
Pekarangan 3 5
Tegal 1 0
3Tegal 2 2
Tegal 3 1
Sawah 1 0
0Sawah 2 0
Sawah 3 0
2. Spesies gulma yang ditemukan
Pekarangan Jumlah Tegal Jumlah
Portulaca oleracea 6 Imperata cylindrica 2
Striga asiatica 10 Mimosa pudica 1
Cynodon dactilon 4
Cyperus rotundus 17
3. Anava dormansi dari berbagai macam tanah
SV JK DB KT F HITUNG
F TABEL
0.05 0.01
JKT 414.2222 8 51.77778 5.14 10.92 NS
JKP 19.55556 2 9.777778 0.148649
JKG 394.6667 6 65.77778
B. Pembahasan
Dormansi merupakan masa dimana suatu biji, baik biji tanaman maupun
gulma tidak dapat bekecambah karena keadaan lingkungan yang kurang
menguntungkan. Dormansi akan patah atau akan berakhir ketikan biji gulma atau
tanaman terpenuhi kedaan lingkungan yang sesuai dengan perkambangannya. Dari
percoabaan yang telah dilakukan bahwasanya pada tanah yang berbeda juga
terdapat perbedaan gulma yang mendominasinya. Percobaan ini dilakukan dengan
beragai macam tanah yang berbeda yaitu pada tanah pekarangan tanah tegalan dan
tanah sawah.
Dari hasil pengamatan selama 2 minggu pada tanah sawah tidak mengamali
patah dormansi pada biji gulmanya. Hal ini dapat terjadi karena pada tekstur tanah
sawah sendiri seperti tanah lelumpuran yang banyak airnya sehingga aerasi pada
tanahnya menjadi kurang sehingga kurang cocok untuk pertumbuhan biji
gulmanya. Sedangkan pematahan dormansi tertinggi di tanah pekarangan dengan
berbagai macam jenis spesies gulma yang dimilikinya yaitu, Portulaca oleracea,
Striga asiatica, Cynodon dactilon dan Cyperus rotundus. Pada tanah ini memang pada
awalnya banyak seresah-seresah kotoran daun ataupun akar yang dimungkinkan ini
merupakan calon-calon gulma yang dapat tumbuh. Pada tanah ini didominasi dengan
Cyperus rotundus karena gulma ini sangat mudah untuk tumbuh. Bahkan dilingkungan
yang sedikit air pun dia masih mampu bertahan hidup.
Pada tanah tegalan dengan tekstur tanah yang kasar berupa bongkahan-bongkahan
membuat pematahan dormansi hanya sedikit sekali. Gulma yang dapat dipatahkan
dormansinya adalah Imperata cylindrica dan Mimosa pudica. Gulma ini mampu tumbuh
dalam keadaan ekstrim sekalipun sehingga tidak heran jika dapat tumbuh pada tanah
tegalan.
Menurut analisa variable bahwa dengan adanya berbagai jenis macam tanah
ternyata tidak memberikan pengaruh secara nyata pada pematahan dormansi. Hal ini
dinyatakan hasilnya bahwa jumlah dari pematahan dormansi tidak ada beda nyata antara
ketiga tanah, yaitu tanah tegalan, tanah pekaranagn dan tanah sawah. Perbedaan hanya
dapat dilihat secara nyata pada jenis gulma yang tumbuh saja dengan spesies yang
berbeda.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari percobaan yang dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Adanya berbagai macam tanah terdapat jenis gulma yang berbeda-beda yang dapat
mengalami pematahan dormansi
2. Pada tanah sawah tidak terdapat pematahan dormansi biji gulma dikarenakan kondisi
tanha yang seperti lumpur
3. Pada tanah pekarangan banyak sekali gulma yang mengalami pematahan dormansi
diantaranya, Portulaca oleracea, Striga asiatica, Cynodon dactilon dan Cyperus
rotundus.
4. pada tanah tegalan hanya terdapat 2 macam gulma yang mengalami pematahan
dormansi yaitu, Imperata cylindrica dan Mimosa pudica.
DAFTAR PUSTAKA
Sadjad, S., 1993. Dari Benih Kepada Benih. Grasindo, Jakarta
Salisbury, F. B and Ross, C. W. 1995. Plant Physiology. CBS Publishers and
Distributors. India.
Schmidt, L. 2002. Pedoman Penanganan Benih Tanaman Hutan Tropis dan Sub
Tropis (terjemahan). Dr. Mohammad Na’iem dkk. Bandung.
Sitompul, S. M. dan Guritno. B. 1995. Pertumbuhan Tanaman. UGM Press.
Yogyakarta
Lampiran
1) Layout
PEKARANGAN 3 SAWAH 3 SAWAH 1
TEGAL 1 TEGAL 3 PEKARANGAN 2
SAWAH 2 PEKARANGAN 1 TEGAL 2

More Related Content

What's hot

Laporan jaringan pengankut air(LIMITED EDITION)
Laporan jaringan pengankut air(LIMITED EDITION)Laporan jaringan pengankut air(LIMITED EDITION)
Laporan jaringan pengankut air(LIMITED EDITION)Malikul Mulki
 
Laporan praktikum pengujian daya tumbuh benih
Laporan praktikum pengujian daya tumbuh benihLaporan praktikum pengujian daya tumbuh benih
Laporan praktikum pengujian daya tumbuh benihTidar University
 
laporan praktikum agroklimatologi
laporan praktikum agroklimatologilaporan praktikum agroklimatologi
laporan praktikum agroklimatologiedhie noegroho
 
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN ABSORBSI DAN TRANSPIRASI
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN ABSORBSI DAN TRANSPIRASI  LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN ABSORBSI DAN TRANSPIRASI
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN ABSORBSI DAN TRANSPIRASI RiaAnggun
 
LAPORAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR GENETIKA DAN PEMULIAAN TANAMAN PERSILANGAN MONO...
LAPORAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR GENETIKA DAN PEMULIAAN TANAMAN PERSILANGAN MONO...LAPORAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR GENETIKA DAN PEMULIAAN TANAMAN PERSILANGAN MONO...
LAPORAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR GENETIKA DAN PEMULIAAN TANAMAN PERSILANGAN MONO...Feri Chandra
 
Hubungan tumbuhan dengan air
Hubungan tumbuhan dengan airHubungan tumbuhan dengan air
Hubungan tumbuhan dengan airHidayatul Annisa
 
LAPORAN PRAKTIKUM PENYAKIT TANAMAN
LAPORAN PRAKTIKUM PENYAKIT TANAMANLAPORAN PRAKTIKUM PENYAKIT TANAMAN
LAPORAN PRAKTIKUM PENYAKIT TANAMANdyahpuspita73
 
Laporan praktikum fisiologi tanaman respirasi
Laporan praktikum fisiologi tanaman respirasiLaporan praktikum fisiologi tanaman respirasi
Laporan praktikum fisiologi tanaman respirasifahmiganteng
 
Laporan praktikum c3, c4 dan cam
Laporan praktikum c3, c4 dan camLaporan praktikum c3, c4 dan cam
Laporan praktikum c3, c4 dan camfahmiganteng
 
Makalah unsur hara
Makalah unsur haraMakalah unsur hara
Makalah unsur haraf' yagami
 
TEKNIK PERSILANGA,N BUATAN
TEKNIK PERSILANGA,N BUATANTEKNIK PERSILANGA,N BUATAN
TEKNIK PERSILANGA,N BUATANRepository Ipb
 
Laporan potensial osmotik dan plasmolisis f
Laporan potensial osmotik dan plasmolisis fLaporan potensial osmotik dan plasmolisis f
Laporan potensial osmotik dan plasmolisis fRiaAnggun
 
Hubungan tanah air dan tanaman
Hubungan tanah air dan tanamanHubungan tanah air dan tanaman
Hubungan tanah air dan tanamanmuhammadirfhan
 
Laporan Fisologi Tumbuhan X Pengaruh AIA Terhadap Proses Absisi Daun Coleus sp.
Laporan Fisologi Tumbuhan X Pengaruh AIA Terhadap Proses Absisi Daun Coleus sp.Laporan Fisologi Tumbuhan X Pengaruh AIA Terhadap Proses Absisi Daun Coleus sp.
Laporan Fisologi Tumbuhan X Pengaruh AIA Terhadap Proses Absisi Daun Coleus sp.UNESA
 
Laporan praktikum 10 buah dan biji (morfologi tumbuhan)
Laporan praktikum 10 buah dan biji (morfologi tumbuhan)Laporan praktikum 10 buah dan biji (morfologi tumbuhan)
Laporan praktikum 10 buah dan biji (morfologi tumbuhan)Maedy Ripani
 
Laporan praktikum 4 bentuk batang arah tumbuh permukaan dan modifikasi batang...
Laporan praktikum 4 bentuk batang arah tumbuh permukaan dan modifikasi batang...Laporan praktikum 4 bentuk batang arah tumbuh permukaan dan modifikasi batang...
Laporan praktikum 4 bentuk batang arah tumbuh permukaan dan modifikasi batang...Maedy Ripani
 
Laporan Praktikum Kesuburan Tanah
Laporan Praktikum Kesuburan TanahLaporan Praktikum Kesuburan Tanah
Laporan Praktikum Kesuburan Tanahedhie noegroho
 
Laporan Fisiologi Tumbuhan VII Pengaruh Perendaman Biji Timun Dalam Air Terha...
Laporan Fisiologi Tumbuhan VII Pengaruh Perendaman Biji Timun Dalam Air Terha...Laporan Fisiologi Tumbuhan VII Pengaruh Perendaman Biji Timun Dalam Air Terha...
Laporan Fisiologi Tumbuhan VII Pengaruh Perendaman Biji Timun Dalam Air Terha...UNESA
 

What's hot (20)

Laporan jaringan pengankut air(LIMITED EDITION)
Laporan jaringan pengankut air(LIMITED EDITION)Laporan jaringan pengankut air(LIMITED EDITION)
Laporan jaringan pengankut air(LIMITED EDITION)
 
Laporan praktikum pengujian daya tumbuh benih
Laporan praktikum pengujian daya tumbuh benihLaporan praktikum pengujian daya tumbuh benih
Laporan praktikum pengujian daya tumbuh benih
 
laporan praktikum agroklimatologi
laporan praktikum agroklimatologilaporan praktikum agroklimatologi
laporan praktikum agroklimatologi
 
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN ABSORBSI DAN TRANSPIRASI
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN ABSORBSI DAN TRANSPIRASI  LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN ABSORBSI DAN TRANSPIRASI
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN ABSORBSI DAN TRANSPIRASI
 
LAPORAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR GENETIKA DAN PEMULIAAN TANAMAN PERSILANGAN MONO...
LAPORAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR GENETIKA DAN PEMULIAAN TANAMAN PERSILANGAN MONO...LAPORAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR GENETIKA DAN PEMULIAAN TANAMAN PERSILANGAN MONO...
LAPORAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR GENETIKA DAN PEMULIAAN TANAMAN PERSILANGAN MONO...
 
Hubungan tumbuhan dengan air
Hubungan tumbuhan dengan airHubungan tumbuhan dengan air
Hubungan tumbuhan dengan air
 
LAPORAN PRAKTIKUM PENYAKIT TANAMAN
LAPORAN PRAKTIKUM PENYAKIT TANAMANLAPORAN PRAKTIKUM PENYAKIT TANAMAN
LAPORAN PRAKTIKUM PENYAKIT TANAMAN
 
Laporan praktikum fisiologi tanaman respirasi
Laporan praktikum fisiologi tanaman respirasiLaporan praktikum fisiologi tanaman respirasi
Laporan praktikum fisiologi tanaman respirasi
 
Laporan praktikum c3, c4 dan cam
Laporan praktikum c3, c4 dan camLaporan praktikum c3, c4 dan cam
Laporan praktikum c3, c4 dan cam
 
Makalah unsur hara
Makalah unsur haraMakalah unsur hara
Makalah unsur hara
 
TEKNIK PERSILANGA,N BUATAN
TEKNIK PERSILANGA,N BUATANTEKNIK PERSILANGA,N BUATAN
TEKNIK PERSILANGA,N BUATAN
 
4. Morfologi Bunga
4. Morfologi Bunga4. Morfologi Bunga
4. Morfologi Bunga
 
Laporan potensial osmotik dan plasmolisis f
Laporan potensial osmotik dan plasmolisis fLaporan potensial osmotik dan plasmolisis f
Laporan potensial osmotik dan plasmolisis f
 
Hubungan tanah air dan tanaman
Hubungan tanah air dan tanamanHubungan tanah air dan tanaman
Hubungan tanah air dan tanaman
 
Laporan Fisologi Tumbuhan X Pengaruh AIA Terhadap Proses Absisi Daun Coleus sp.
Laporan Fisologi Tumbuhan X Pengaruh AIA Terhadap Proses Absisi Daun Coleus sp.Laporan Fisologi Tumbuhan X Pengaruh AIA Terhadap Proses Absisi Daun Coleus sp.
Laporan Fisologi Tumbuhan X Pengaruh AIA Terhadap Proses Absisi Daun Coleus sp.
 
Laporan praktikum 10 buah dan biji (morfologi tumbuhan)
Laporan praktikum 10 buah dan biji (morfologi tumbuhan)Laporan praktikum 10 buah dan biji (morfologi tumbuhan)
Laporan praktikum 10 buah dan biji (morfologi tumbuhan)
 
Laporan praktikum 4 bentuk batang arah tumbuh permukaan dan modifikasi batang...
Laporan praktikum 4 bentuk batang arah tumbuh permukaan dan modifikasi batang...Laporan praktikum 4 bentuk batang arah tumbuh permukaan dan modifikasi batang...
Laporan praktikum 4 bentuk batang arah tumbuh permukaan dan modifikasi batang...
 
Laporan praktikum isolasi
Laporan praktikum isolasiLaporan praktikum isolasi
Laporan praktikum isolasi
 
Laporan Praktikum Kesuburan Tanah
Laporan Praktikum Kesuburan TanahLaporan Praktikum Kesuburan Tanah
Laporan Praktikum Kesuburan Tanah
 
Laporan Fisiologi Tumbuhan VII Pengaruh Perendaman Biji Timun Dalam Air Terha...
Laporan Fisiologi Tumbuhan VII Pengaruh Perendaman Biji Timun Dalam Air Terha...Laporan Fisiologi Tumbuhan VII Pengaruh Perendaman Biji Timun Dalam Air Terha...
Laporan Fisiologi Tumbuhan VII Pengaruh Perendaman Biji Timun Dalam Air Terha...
 

Similar to DORMANSI BIJIGULMA

Dormansi biji
Dormansi bijiDormansi biji
Dormansi bijiAlvadoc
 
pemecahan dan zat penghambat perkecambahan biji
pemecahan dan zat penghambat perkecambahan bijipemecahan dan zat penghambat perkecambahan biji
pemecahan dan zat penghambat perkecambahan bijiMelati Pambudi
 
Modul2 kb3, tumbuhan hama_(gulma)
Modul2 kb3, tumbuhan hama_(gulma)Modul2 kb3, tumbuhan hama_(gulma)
Modul2 kb3, tumbuhan hama_(gulma)muditateach
 
Pengaruh media tanam pada perkembangan kacang hijau
Pengaruh media tanam pada perkembangan kacang hijauPengaruh media tanam pada perkembangan kacang hijau
Pengaruh media tanam pada perkembangan kacang hijauAyik Novitasari
 
hamapenyakittanamanpadi-161204123330.pptx
hamapenyakittanamanpadi-161204123330.pptxhamapenyakittanamanpadi-161204123330.pptx
hamapenyakittanamanpadi-161204123330.pptxAriffatchurFauzi3
 
Bahan Ajar/ Modul Pembuatan Simplisia dari Tanaman Obat
Bahan Ajar/ Modul Pembuatan Simplisia dari Tanaman ObatBahan Ajar/ Modul Pembuatan Simplisia dari Tanaman Obat
Bahan Ajar/ Modul Pembuatan Simplisia dari Tanaman ObatWulung Gono
 
Hama Penyakit Tanaman Padi
Hama Penyakit Tanaman PadiHama Penyakit Tanaman Padi
Hama Penyakit Tanaman PadiSupianto Anto
 
PERBANDINGAN PRODUKTIVITAS MELON (Cucumis Melo L.) PADA MUSIM KEMARAU DAN PE...
PERBANDINGAN  PRODUKTIVITAS MELON (Cucumis Melo L.) PADA MUSIM KEMARAU DAN PE...PERBANDINGAN  PRODUKTIVITAS MELON (Cucumis Melo L.) PADA MUSIM KEMARAU DAN PE...
PERBANDINGAN PRODUKTIVITAS MELON (Cucumis Melo L.) PADA MUSIM KEMARAU DAN PE...Hanifah Nurhayati
 
Makalah kacang hijau1
Makalah kacang hijau1Makalah kacang hijau1
Makalah kacang hijau1Yadhi Muqsith
 
Kel 3_Kacang Merah dan Jeruk.pdf
Kel 3_Kacang Merah dan Jeruk.pdfKel 3_Kacang Merah dan Jeruk.pdf
Kel 3_Kacang Merah dan Jeruk.pdfTantriRatnasari
 
Luas persinggungan antara benih dan air tanah prodben mkalah fix
Luas persinggungan antara benih dan air tanah prodben mkalah fixLuas persinggungan antara benih dan air tanah prodben mkalah fix
Luas persinggungan antara benih dan air tanah prodben mkalah fixUnzila Illa Ika
 

Similar to DORMANSI BIJIGULMA (20)

Dormansi biji gulma
Dormansi biji gulmaDormansi biji gulma
Dormansi biji gulma
 
Dormansi biji
Dormansi bijiDormansi biji
Dormansi biji
 
dormansi biji
dormansi bijidormansi biji
dormansi biji
 
pemecahan dan zat penghambat perkecambahan biji
pemecahan dan zat penghambat perkecambahan bijipemecahan dan zat penghambat perkecambahan biji
pemecahan dan zat penghambat perkecambahan biji
 
11703256
1170325611703256
11703256
 
Modul2 kb3, tumbuhan hama_(gulma)
Modul2 kb3, tumbuhan hama_(gulma)Modul2 kb3, tumbuhan hama_(gulma)
Modul2 kb3, tumbuhan hama_(gulma)
 
Pengaruh media tanam pada perkembangan kacang hijau
Pengaruh media tanam pada perkembangan kacang hijauPengaruh media tanam pada perkembangan kacang hijau
Pengaruh media tanam pada perkembangan kacang hijau
 
hamapenyakittanamanpadi-161204123330.pptx
hamapenyakittanamanpadi-161204123330.pptxhamapenyakittanamanpadi-161204123330.pptx
hamapenyakittanamanpadi-161204123330.pptx
 
Ilmu Gulma kelompok 2.pptx
Ilmu Gulma kelompok 2.pptxIlmu Gulma kelompok 2.pptx
Ilmu Gulma kelompok 2.pptx
 
Bahan Ajar/ Modul Pembuatan Simplisia dari Tanaman Obat
Bahan Ajar/ Modul Pembuatan Simplisia dari Tanaman ObatBahan Ajar/ Modul Pembuatan Simplisia dari Tanaman Obat
Bahan Ajar/ Modul Pembuatan Simplisia dari Tanaman Obat
 
Hama Penyakit Tanaman Padi
Hama Penyakit Tanaman PadiHama Penyakit Tanaman Padi
Hama Penyakit Tanaman Padi
 
Penelitian tanaman rambutan
Penelitian tanaman rambutanPenelitian tanaman rambutan
Penelitian tanaman rambutan
 
Acara 7 fix tekben
Acara 7 fix tekbenAcara 7 fix tekben
Acara 7 fix tekben
 
Proposal singkong
Proposal singkongProposal singkong
Proposal singkong
 
Proposal singkong
Proposal singkongProposal singkong
Proposal singkong
 
PERBANDINGAN PRODUKTIVITAS MELON (Cucumis Melo L.) PADA MUSIM KEMARAU DAN PE...
PERBANDINGAN  PRODUKTIVITAS MELON (Cucumis Melo L.) PADA MUSIM KEMARAU DAN PE...PERBANDINGAN  PRODUKTIVITAS MELON (Cucumis Melo L.) PADA MUSIM KEMARAU DAN PE...
PERBANDINGAN PRODUKTIVITAS MELON (Cucumis Melo L.) PADA MUSIM KEMARAU DAN PE...
 
Makalah kacang hijau1
Makalah kacang hijau1Makalah kacang hijau1
Makalah kacang hijau1
 
Kel 3_Kacang Merah dan Jeruk.pdf
Kel 3_Kacang Merah dan Jeruk.pdfKel 3_Kacang Merah dan Jeruk.pdf
Kel 3_Kacang Merah dan Jeruk.pdf
 
Kumis kucing
Kumis kucingKumis kucing
Kumis kucing
 
Luas persinggungan antara benih dan air tanah prodben mkalah fix
Luas persinggungan antara benih dan air tanah prodben mkalah fixLuas persinggungan antara benih dan air tanah prodben mkalah fix
Luas persinggungan antara benih dan air tanah prodben mkalah fix
 

More from Tidar University

Pengikatan n oleh bakteri simbiosis
Pengikatan n oleh bakteri simbiosisPengikatan n oleh bakteri simbiosis
Pengikatan n oleh bakteri simbiosisTidar University
 
Pengecatan bakteri secara sederhana
Pengecatan bakteri secara sederhanaPengecatan bakteri secara sederhana
Pengecatan bakteri secara sederhanaTidar University
 
Pengecatan bakteri secara negatif
Pengecatan bakteri secara negatifPengecatan bakteri secara negatif
Pengecatan bakteri secara negatifTidar University
 
Penanaman bakteri pada nutrien agar miring
Penanaman bakteri pada nutrien agar miringPenanaman bakteri pada nutrien agar miring
Penanaman bakteri pada nutrien agar miringTidar University
 
Pembuatan medium nutrient cair
Pembuatan medium nutrient cairPembuatan medium nutrient cair
Pembuatan medium nutrient cairTidar University
 
Makalah bioteknologi pertanian australia
Makalah bioteknologi pertanian australiaMakalah bioteknologi pertanian australia
Makalah bioteknologi pertanian australiaTidar University
 
Kualitas plastik dan berbagai macam bahannya
Kualitas plastik dan berbagai macam bahannyaKualitas plastik dan berbagai macam bahannya
Kualitas plastik dan berbagai macam bahannyaTidar University
 
Budidaya mentimun menggunakan arang sekam
Budidaya mentimun menggunakan arang sekamBudidaya mentimun menggunakan arang sekam
Budidaya mentimun menggunakan arang sekamTidar University
 
Bakteri pengikat n secara non simbiosis
Bakteri pengikat n secara  non simbiosisBakteri pengikat n secara  non simbiosis
Bakteri pengikat n secara non simbiosisTidar University
 
Pembibitan kelapa sawit (elaeis guineensis jacq)
Pembibitan kelapa sawit (elaeis guineensis jacq)Pembibitan kelapa sawit (elaeis guineensis jacq)
Pembibitan kelapa sawit (elaeis guineensis jacq)Tidar University
 
Teknik panen dan penanganan pasca panen benih padi
Teknik panen dan penanganan pasca panen benih padiTeknik panen dan penanganan pasca panen benih padi
Teknik panen dan penanganan pasca panen benih padiTidar University
 
Proposal bidang kewirausahaan
Proposal bidang kewirausahaanProposal bidang kewirausahaan
Proposal bidang kewirausahaanTidar University
 
Laporan praktikum kadar air
Laporan praktikum kadar airLaporan praktikum kadar air
Laporan praktikum kadar airTidar University
 
Laporan pengujian indeks vigor
Laporan pengujian indeks vigorLaporan pengujian indeks vigor
Laporan pengujian indeks vigorTidar University
 
Laporan praktikum inokulasi
Laporan praktikum inokulasiLaporan praktikum inokulasi
Laporan praktikum inokulasiTidar University
 
Laporan praktikum evapotranspirasi
Laporan praktikum evapotranspirasiLaporan praktikum evapotranspirasi
Laporan praktikum evapotranspirasiTidar University
 

More from Tidar University (20)

Sop tanaman kentang
Sop tanaman kentangSop tanaman kentang
Sop tanaman kentang
 
Pengikatan n oleh bakteri simbiosis
Pengikatan n oleh bakteri simbiosisPengikatan n oleh bakteri simbiosis
Pengikatan n oleh bakteri simbiosis
 
Pengecatan bakteri secara sederhana
Pengecatan bakteri secara sederhanaPengecatan bakteri secara sederhana
Pengecatan bakteri secara sederhana
 
Pengecatan bakteri secara negatif
Pengecatan bakteri secara negatifPengecatan bakteri secara negatif
Pengecatan bakteri secara negatif
 
Penanaman bakteri pada nutrien agar miring
Penanaman bakteri pada nutrien agar miringPenanaman bakteri pada nutrien agar miring
Penanaman bakteri pada nutrien agar miring
 
Pembuatan medium nutrient cair
Pembuatan medium nutrient cairPembuatan medium nutrient cair
Pembuatan medium nutrient cair
 
Makalah dasar padi
Makalah dasar padiMakalah dasar padi
Makalah dasar padi
 
Makalah bioteknologi pertanian australia
Makalah bioteknologi pertanian australiaMakalah bioteknologi pertanian australia
Makalah bioteknologi pertanian australia
 
Kualitas plastik dan berbagai macam bahannya
Kualitas plastik dan berbagai macam bahannyaKualitas plastik dan berbagai macam bahannya
Kualitas plastik dan berbagai macam bahannya
 
Gasohol be 10
Gasohol be 10Gasohol be 10
Gasohol be 10
 
Budidaya mentimun menggunakan arang sekam
Budidaya mentimun menggunakan arang sekamBudidaya mentimun menggunakan arang sekam
Budidaya mentimun menggunakan arang sekam
 
Bakteri pengikat n secara non simbiosis
Bakteri pengikat n secara  non simbiosisBakteri pengikat n secara  non simbiosis
Bakteri pengikat n secara non simbiosis
 
Pengendalian gulma
Pengendalian gulmaPengendalian gulma
Pengendalian gulma
 
Pembibitan kelapa sawit (elaeis guineensis jacq)
Pembibitan kelapa sawit (elaeis guineensis jacq)Pembibitan kelapa sawit (elaeis guineensis jacq)
Pembibitan kelapa sawit (elaeis guineensis jacq)
 
Teknik panen dan penanganan pasca panen benih padi
Teknik panen dan penanganan pasca panen benih padiTeknik panen dan penanganan pasca panen benih padi
Teknik panen dan penanganan pasca panen benih padi
 
Proposal bidang kewirausahaan
Proposal bidang kewirausahaanProposal bidang kewirausahaan
Proposal bidang kewirausahaan
 
Laporan praktikum kadar air
Laporan praktikum kadar airLaporan praktikum kadar air
Laporan praktikum kadar air
 
Laporan pengujian indeks vigor
Laporan pengujian indeks vigorLaporan pengujian indeks vigor
Laporan pengujian indeks vigor
 
Laporan praktikum inokulasi
Laporan praktikum inokulasiLaporan praktikum inokulasi
Laporan praktikum inokulasi
 
Laporan praktikum evapotranspirasi
Laporan praktikum evapotranspirasiLaporan praktikum evapotranspirasi
Laporan praktikum evapotranspirasi
 

Recently uploaded

PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2noviamaiyanti
 
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxMATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxrofikpriyanto2
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptx
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptxPRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptx
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptxPCMBANDUNGANKabSemar
 
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaMateri Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaSABDA
 
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikanTPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikanNiKomangRaiVerawati
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxarnisariningsih98
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxmtsmampunbarub4
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxSyaimarChandra1
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdfvebronialite32
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxherisriwahyuni
 
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmmaksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmmeunikekambe10
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxErikaPuspita10
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...MarwanAnugrah
 
Materi Lingkaran kelas 6 terlengkap.pptx
Materi Lingkaran kelas 6 terlengkap.pptxMateri Lingkaran kelas 6 terlengkap.pptx
Materi Lingkaran kelas 6 terlengkap.pptxshafiraramadhani9
 
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxRioNahak1
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxsudianaade137
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 

Recently uploaded (20)

PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
 
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxMATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptx
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptxPRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptx
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptx
 
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaMateri Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
 
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikanTPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
 
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmmaksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
 
Materi Lingkaran kelas 6 terlengkap.pptx
Materi Lingkaran kelas 6 terlengkap.pptxMateri Lingkaran kelas 6 terlengkap.pptx
Materi Lingkaran kelas 6 terlengkap.pptx
 
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 

DORMANSI BIJIGULMA

  • 1. LAPORAN PRAKTIKUM ILMU GULMA ACARA V DORMANSI BIJI GULMA Oleh: Nama NIM Asisten : Inayatul Fitria Dewi :1510401057 : Eka Nuryani PROGAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS TIDAR 2017
  • 2. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pendahuluan Gulma merupakan pertanaman yang tidak dikehendaki.tumbuhnya gulma akan menimbulkan kerugian secara kualitas maupun kuantitas dari tanaman budidaya. Karena adanya competitor bagi tanaman pertanian. Adanya gulma yang tumbuh di lapang produksi maka akan mengurangi serapan hara bagi tanaman pokok, mengurangi cahaya matahari yang dapat diserap, mengurangi oksigen yang dibutuhkan tanaman dan yang lainnya baik kebutuhan tanaman yang ada didalam tanah maupun yang berada di atas tanah. Sering kita melihat ketika lahan yang akan ditanami tanaman belum tumbuh gulmanya, namun ketika tanaman tersebut telah memasuki pada fase pertumbuhan tertentu maka gulma tumbuh. Hal ini dimungkinkan gulma bersifat dormansi yang akan hanya tumbuh ketika lingkungan tumbunya telah memenuhi sarat yang sesuai dengan gulmanya. Ketika gulma tumbuh maka akan menjadi pesaing bagi tanaman budidaya. Tingkat dormansi suatu biji gulma berbeda beda dalam spesiesnya. Karena tingkat dormansi biji sangat beragam. Dan dormansi biji ini akan segera berakhir ketika lingkungan pertumbuhannya telah sesuai. Maka dari itu dilakukanlah percobaan mengenai dormansi biji gulma untuk mengetahui sifat-sifat dormansi pada biji gulma dengan spesies yang berbeda supaya kita tahu kapan kita akan membuat biji bulma untuk tetap dorman. 1.2 Tujuan Mahasiswa memahami berbagai sifat dormansi pada biji gulma 1.3 Manfaat Dengan mengetahui sifat dormansi pada biji, maka kita dapat memprediksikan kapan suatu pertanaman aan dimulai dan kapan pengendalian tepat dilakukan supaya tidak mengganggu tanaman budidaya
  • 3. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dormansi merupakan terhambatnya proses metabolisme dalam biji dan merupakan masa istirahat biji sehingga proses perkecambahan tidak dapat terjadi, yang disebabkan karena adanya pengaruh dari dalam dan luar biji. Dapat berlangsung dalam waktu yang sangat bervariasi (harian-tahunan) tergantung oleh jenis tanaman dan pengaruh lingkungannya. Dormansi pada benih dapat disebabkan oleh keadaan fisik dari kulit, keadaan fisiologis dari embrio, atau kombinasi dari kedua keadaan tersebut. Dormansi benih berhubungan dengan usaha benih untuk menunda perkecambahannya, hingga waktu dan kondisi lingkungan memungkinkan untuk melangsungkan proses tersebut. Pretreatment skarifikasi digunakan untuk mematahkan dormansi kulit biji, sedangkan stratifikasi digunakan untuk mengatasi dormansi embryo (Salisbury, 1995). Dormansi juga merupakan mekanisme pertahanan diri dalam suhu yang sangat rendah pada musim dingin atau kering di musim panas yang merupakan bagian paling penting dalam perjalanan hidup tanaman. Dormansi harus berjalan pada saat yang tepat dan membebaskan diri apabila kondisi memungkinkan untuk memulai pertumbuhan (Guritno & Sitompul, 1995). Terdapat berbagai penyebab dormansi benih yang pada garis besarnya dapat digolongkan kedalam adanya hambatan dari kulit benih (misalnya pada benih lamtoro karena kulit benih yang impermeabel terhadap air) atau bagian dalam benihnya (misalnya pada benih melinjo karena embrio yang belum dewasa). Benih yang mengalami dormansi organik ini tidak dapat berkecambah dalam kondisi lingkungan perkecambahan yang optimum (Sadjad, 1993). Secara umum tipe-tipe dormansi dapat dikelompokan menjadi (Schmidth 2002) a) Embrio yang belum berkembang Benih dengan pertumbuhan embrio yang belum berkembang pada saat penyebaran tidak akan dapat berkecambah pada kondisi
  • 4. perkecambahan normal dan karenanya tergolong kategori dorman. Fenomena ini seringkali dimasukkan ke dalam kategori dormansi fisiologis, dengan memperhatikan kondisi morfologis embrio yang belum matang. b) Dormansi mekanis Dormansi mekanis dapat terlihat ketika pertumbuhan embrio secara fisik dihalangi struktur kulit benih yang keras. Imbibisi dapat terjadi tetapi radicle tidak dapat membelah atau menembus kulitnya. Pada dasarnya hampir semua benih yang mempunyai dormansi mekanis mengalami keterbatasan dalam penyerapan air c) Dormansi fisik Dormansi fisik disebabkan oleh kulit buah yang keras dan impermeable atau penutup buah yang menghalangi imbibisi dan pertukaran gas. Fenomena ini sering disebut sebagai benih keras, meskipun istilah ini sering digunakan untuk benih legum yang kedap air. d) Zat-zat penghambat Beberapa jenis benih mengandung zat-zat penghambat dalam buah atau benih yang mencegah perkecambahan, misalnya dengan menghalangi proses metabolisme yang diperlukan untuk perkecambahan. Zat-zat penghambat yang paling sering dijumpai ditemukan dalam daging buah. Gula, coumarin dan zat-zat lain dalam buah berdaging mencegah perkecambahan karena tekanan osmose yang menghalangi penyerapan. e) Dormansi cahaya Sebagian besar benih dengan dormansi cahaya hanya berkecambah pada kondisi terang. Sehingga benih tersebut disebut dengan peka cahaya. Dormansi cahaya umumnya dijumpai pada pohon-pohon pioner. f) Dormansi suhu Istilah dormansi suhu digunakan secara luas mencakup semua tipe dormansi, suhu berperan dalam perkembangan atau pelepasan dari dormansi. Benih dengan dormansi suhu seringkali memerlukan suhu yang berbeda dari yang diperlukan untuk proses perkecambahan. Dormansi suhu rendah ditemui pada kebanyakan jenis beriklim sedang
  • 5. g) Dormansi gabungan Apabila dua atau lebih tipe dormansi ada dalam jenis yang sama, dormansi harus dipatahkan baik melalui metode beruntun yang bekerja pada tipe dormansi yang berbeda, atau melalui metode dengan pengaruh ganda.
  • 6. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan tempat percobaan Praktikum Dormansi Biji Gulma ini dilaksanakan di Fakultas Pertanian Universitas Tidar bertepatan pada tanggal 08 Desember 2017. 3.2 Alat dan bahan yang digunakan Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan ini meliputi, tanah sawah, tanah tegal dan tanah pekarangan, bak perkecambahan, cetok dan sekat. 3.3 Langkah Kerja 1. Megambil tanah secukupnya dar lahan berupa tanah sawah, tanah pekarangan dan tanah tegalan. 2. Kemudian ditaruh dalam bak perkecambahan dimana dalam 1 bak terdiri dari 3 jenis tanah. 3. Perlakuan ini diulang 3 kali dengan rangkaian percobaan RAL 4. Menjaga kelembaban tanah agar biji gulma yang terkandung dalam tanah bisa berkecambah 5. Mencatat biji gulma yang berkecambah setiap hari, nama spesies gulma dan jumlah individu setiap spesiesnya 6. Melakukan pengamatan selama 1 minggu 3.4 Bentuk Layout Pekarangan 3 Sawah 3 Sawah 1 Tegal 1 Tegal 3 Pekarangan 2 Sawah 2 Pekarangan 1 Tegal 2
  • 7. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Berikut hasil percobaan dormansi pada berbagai macam jenis tanah 1. Jumlah gulma pada berbagai macam tanah Perlakuan Jumlah Gulma Total Pekarangan 1 11 37Pekarangan 2 21 Pekarangan 3 5 Tegal 1 0 3Tegal 2 2 Tegal 3 1 Sawah 1 0 0Sawah 2 0 Sawah 3 0 2. Spesies gulma yang ditemukan Pekarangan Jumlah Tegal Jumlah Portulaca oleracea 6 Imperata cylindrica 2 Striga asiatica 10 Mimosa pudica 1 Cynodon dactilon 4 Cyperus rotundus 17 3. Anava dormansi dari berbagai macam tanah SV JK DB KT F HITUNG F TABEL 0.05 0.01 JKT 414.2222 8 51.77778 5.14 10.92 NS JKP 19.55556 2 9.777778 0.148649 JKG 394.6667 6 65.77778
  • 8. B. Pembahasan Dormansi merupakan masa dimana suatu biji, baik biji tanaman maupun gulma tidak dapat bekecambah karena keadaan lingkungan yang kurang menguntungkan. Dormansi akan patah atau akan berakhir ketikan biji gulma atau tanaman terpenuhi kedaan lingkungan yang sesuai dengan perkambangannya. Dari percoabaan yang telah dilakukan bahwasanya pada tanah yang berbeda juga terdapat perbedaan gulma yang mendominasinya. Percobaan ini dilakukan dengan beragai macam tanah yang berbeda yaitu pada tanah pekarangan tanah tegalan dan tanah sawah. Dari hasil pengamatan selama 2 minggu pada tanah sawah tidak mengamali patah dormansi pada biji gulmanya. Hal ini dapat terjadi karena pada tekstur tanah sawah sendiri seperti tanah lelumpuran yang banyak airnya sehingga aerasi pada tanahnya menjadi kurang sehingga kurang cocok untuk pertumbuhan biji gulmanya. Sedangkan pematahan dormansi tertinggi di tanah pekarangan dengan berbagai macam jenis spesies gulma yang dimilikinya yaitu, Portulaca oleracea, Striga asiatica, Cynodon dactilon dan Cyperus rotundus. Pada tanah ini memang pada awalnya banyak seresah-seresah kotoran daun ataupun akar yang dimungkinkan ini merupakan calon-calon gulma yang dapat tumbuh. Pada tanah ini didominasi dengan Cyperus rotundus karena gulma ini sangat mudah untuk tumbuh. Bahkan dilingkungan yang sedikit air pun dia masih mampu bertahan hidup. Pada tanah tegalan dengan tekstur tanah yang kasar berupa bongkahan-bongkahan membuat pematahan dormansi hanya sedikit sekali. Gulma yang dapat dipatahkan dormansinya adalah Imperata cylindrica dan Mimosa pudica. Gulma ini mampu tumbuh dalam keadaan ekstrim sekalipun sehingga tidak heran jika dapat tumbuh pada tanah tegalan. Menurut analisa variable bahwa dengan adanya berbagai jenis macam tanah ternyata tidak memberikan pengaruh secara nyata pada pematahan dormansi. Hal ini dinyatakan hasilnya bahwa jumlah dari pematahan dormansi tidak ada beda nyata antara ketiga tanah, yaitu tanah tegalan, tanah pekaranagn dan tanah sawah. Perbedaan hanya dapat dilihat secara nyata pada jenis gulma yang tumbuh saja dengan spesies yang berbeda.
  • 9. BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Dari percobaan yang dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Adanya berbagai macam tanah terdapat jenis gulma yang berbeda-beda yang dapat mengalami pematahan dormansi 2. Pada tanah sawah tidak terdapat pematahan dormansi biji gulma dikarenakan kondisi tanha yang seperti lumpur 3. Pada tanah pekarangan banyak sekali gulma yang mengalami pematahan dormansi diantaranya, Portulaca oleracea, Striga asiatica, Cynodon dactilon dan Cyperus rotundus. 4. pada tanah tegalan hanya terdapat 2 macam gulma yang mengalami pematahan dormansi yaitu, Imperata cylindrica dan Mimosa pudica.
  • 10. DAFTAR PUSTAKA Sadjad, S., 1993. Dari Benih Kepada Benih. Grasindo, Jakarta Salisbury, F. B and Ross, C. W. 1995. Plant Physiology. CBS Publishers and Distributors. India. Schmidt, L. 2002. Pedoman Penanganan Benih Tanaman Hutan Tropis dan Sub Tropis (terjemahan). Dr. Mohammad Na’iem dkk. Bandung. Sitompul, S. M. dan Guritno. B. 1995. Pertumbuhan Tanaman. UGM Press. Yogyakarta
  • 11. Lampiran 1) Layout PEKARANGAN 3 SAWAH 3 SAWAH 1 TEGAL 1 TEGAL 3 PEKARANGAN 2 SAWAH 2 PEKARANGAN 1 TEGAL 2