Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Budidaya mentimun menggunakan arang sekam
1. MAKALAH HIDROPONIK
BUDIDAYA TANAMAN MENTIMUN (Cucumis sativa L) PADA MEDIA
ARANG SEKAM
Disusun oleh :
Putri Wulansari (1310401005)
Puji Rahayu (1410401012)
Mashfufatul Zulaikha (1410401031)
Wahid Fatkhurohman (1410401064)
Inayatul Fitria Dewi (1510401057)
Nurus Sofwan (1510401085)
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TIDAR
2017
2. BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanaman mentimun (Cucumis sativa L) termasuk dalam tanaman merambat
yang merupakan salah satu jenis tanaman sayuran dari keluarga Cucurbitaceae.
Pembudidayaan mentimun meluas ke seluruh dunia, baik di daerah beriklim panas
(tropis) maupun sedang (sub-tropis). Di Indonesia tanaman mentimun banyak
ditanam di dataran rendah (Wijoyo, 2012).
Prospek budidaya mentimun (Cucumis sativus L) di Indonesia sangat baik
karena mentimun banyak digemari oleh masyarakat. Permintaan terhadap komoditas
ini dalam jumlah besar dan berkesinambungan. Kebutuhan buah mentimun ini akan
meningkat terus sejalan dengan kenaikan jumlah penduduk, kenaikan taraf hidup 2
masyarakat, tingkat pendidikan masyarakat dan semakin tingginya kesadaran
masyarakat terhadap pentingnya nilai gizi (Wijoyo, 2012).
Salah satu penyebab permintaan mentimun meningkat seiring dengan
pertambahan penduduk. Hal ini juga menjadikan lahan pertanian Indonesia menjadi
sempit. Sehingga harus ada inisiatif bahwasanya budidaya mentimun masih bisa
dilakukan yaitu dengan hidroponik. Hidroponik meruapakn teknik dari budidaya
tanpa menggunakan selain media tanah, sehingga tidak menjadi hambatan bahwa
budidaya suatu tanaman harus menggunakan tanah.
Oleh karena itu untuk meningkatkan produksi mentimun sebagai pemenuhan
kebutuhan masyarakat maka dilakukanlah hidroponik tanaman mentimun.
Diharapkan dengan adanya budidaya ini permintaan masyarkat dapat terpenuhi
1.2 Tujuan
a. Memberikan informasi tentang budidaya tanaman mentimun secara hidroponik.
b. Mahasiswa mampu memahami dan menerapkan teknik budidaya tanaman
mentimun yang benar secara hidroponik.
c. Mahasiswa mampu memahami keunggulan dan kekurangan budidaya tanaman
mentimun secara hidroponik.
3. BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman Mentimun
Menurut sejarah para ahli tanaman memastikan daerah asal tanaman
mentimun adalah India, tepatnya di lereng Gunung Himalaya. Daerah penyebaran
mentimun di Indonesia adalah propinsi Jawa Barat, Daerah Istimewa Aceh,
Bengkulu, Jawa Timur, dan Jawa Tengah. Prospek bisnis mentimun terbilang cerah,
karena pemasaran hasilnya tidak hanya dilakukan di dalam negeri (domestik), tetapi
juga ke luar negeri (ekspor). Pasar yang potensial untuk ekspor sayuran Indonesia
antara lain: Malaysia, Singapura, Taiwan, Hongkong, Pakistan, Perancis, Inggris,
Jepang, Belanda, dan Thailand. Khusus untuk sasaran pasar ekspor mentimun saat ini
yang potensial adalah Jepang (Wijoyo, 2012).
2.1.1 Klasifikasi Tanaman Mentimun
Menurut Sharma (2002), tanaman mentimun dalam taksonomi tanaman,
dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Cucurbitales
Famili : Cucurbitaceae
Genus : Cucumis
Spesies : Cucumis sativus L.
2.1.2 Morfologi Tanaman Mentimun
Mentimun termasuk tanaman semusim (annual) yang bersifat menjalar atau
memanjat dengan perantaraan pemegang yang berbentuk pilin (spiral). Batang
mentimun berupa batang lunak dan berair, berbentuk pipih, berambut halus,
berbuku-buku, dan berwarna hijau segar. Panjang atau tinggi tanaman dapat
mencapai 50 ―250 cm, bercabang dan bersulur yang tumbuh di sisi tangkai daun.
4. Batang utama dapat menumbuhkan cabang anakan, ruas batang atau buku-buku
batang berukuran 7―10 cm dan berdiameter 10―15 mm. Diameter cabang
anakan lebih kecil dari batang utama, pucuk batang aktif memanjang (Imdad dan
Nawangsih, 2001).
Mentimun memiliki daun tunggal, letaknya berseling, bertangkai panjang
dan berwarna hijau. Bentuk daun bulat lebar, bersegi mirip jantung, dan bagian
ujungnya meruncing tepi bergerigi. Panjang 7―18 cm dan lebar 7―15 cm. Daun
ini tumbuh berselang-seking keluar dari buku-buku (ruas) batang.
Perakaran mentimun yaitu akar tunggang dan memiliki rambu-rambut akar,
tetapi daya tembus relatif dangkal, pada kedalaman sekitar 30―60 cm. Oleh
karena itu, 11 tanaman mentimun termasuk peka terhadap kekurangan dan
kelebihan air. Tanaman mentimun membutuhkan banyak air, terutama waktu
berbunga, tetapi tidak sampai menggenang (Sunarjono, 2005).
Bunga mentimun berwarna kuning dan berbentuk terompet, tanaman ini
berumah satu artinya, bunga jantan dan bunga betina terpisah, tetapi masih dalam
satu pohon. Bunga betina mempunyai bakal buah berbentuk lonjong yang 3
membengkok, sedangkan pada bunga jantan tidak mempunyai bakal buah yang
membengkok. Letak bakal buah tersebut di bawah mahkota bunga (Sunarjono,
2007).
Buah mentimun muda berwarna hijau, hijau gelap, hijau muda dan hijau
keputihan sampai putih, tergantung kultivar. Sementara buah mentimun tua
berwarna coklat, coklat tua bersisik, dan kuning tua. Diameter buah mentimun
antara 12-25 cm (Sumpena, 2001).
Biji mentimun, berwarna putih, krem, berbentuk bulat lonjong (oval) dan
pipih. Biji mentimun diselaputi oleh lendir yang saling melekat pada ruang-ruang
tempat biji tersusun dan jumlahnya sangat banyak. Biji-biji itu dapat digunakan
untuk perbanyakan atau pembiakan (Cahyono, 2003).
5. 2.1.3 Syarat tumbuh tanaman mentimun
a. Kecocokan tanah dan ketinggian tempat
Pada dasarnya mentimun dapat tumbuh dan beradaptasi di hampir
semua jenis tanah. Kemasaman tanah yang optimal untuk mentimun adalah
antara 5,5―6,5. Tanah yang banayak mengandung air, terutama pada waktu
berbunga, merupakan jenis tanah yang cocok untuk penanaman mentimun di
antaranya alluvial, latosal, dan andosol. Tanaman mentimun dapat tumbuh
baik di ketinggian 0―1000 m di atas permukaan air laut.
b. Iklim yang Sesuai
1. Suhu
Untuk tumbuh dengan baik, tanaman mentimun cocok pada suhu
tanah antara 18―300 C. Dengan suhu di bawah atau di atas kisaran
tersebut, pertumbuhan tanaman mentimun kurang optimal. Namun, untuk
perkecambahan benih, suhu optimal yang dibutuhkan antara 25―35° C.
2. Cahaya
Cahaya merupakan faktor yang sangat penting dalam
pertumbuhan tanaman mentimun. Penyerapan unsur hara akan
berlangsung dengan optimal jika pencahayaan berlangsung antara 8―12
jam/hari.
3. Kelembapan dan Curah Hujan
Kelembapan relatif udara yang di kehendaki oleh tanaman
mentimun untuk pertumbuhannya antara 50―85%. Sementara curah
hujan optimal yang diinginkan tanaman sayur ini antara 200―400
mm/bulan. Curah hujan yang terlalu tinggi tidak baik untuk pertumbuhan
tanaman ini, terlebih pada saat mulai berbunga karena curah hujan yang
tinggi banyak menggugurkan bunga (Sumpena, 2008).
Tanaman mentimun kurang tahan terhadap curah hujan yang tinggi.
Hal ini mengakibatkan bunga-bunga yang terbentuk berguguran, sehingga
gagal membentuk buah. Demikian pula, pada daerah yang temperatur siang
dan malam harinya berbeda sangat menyolok, sering memudahkan serangan
6. penyakit tepung (Powdery Mildew) maupun busuk daun (Downy Mildew)
(Wijoyo, 2012).
2.2 Pengertian Hidroponik
Hidroponik atau istilah asingnya hydroponics, berasal dari bahasa Yunani.
Kata tersebut berasal dari gabungan dua kata yaitu hydro yang artinya air dan ponos
yang artinya bekerja, budidaya hidroponik artinya bekerja dengan air yang lebih
dikenal dengan sistem bercocok tanam tanpa tanah. Dalam hidroponik hanya
dibutuhkan air yang ditambahkan nutrien sebagai sumber makanan bagi tanaman
(Irawan, 2003).
Prinsip dasar dalam budidaya hidroponik yaitu upaya merekayasa alam
dengan menciptakan dan mengatur suatu kondisi lingkungan yang ideal bagi
perkembangan dan pertumbuhan sehingga tidak terjadi ketergantungan tanaman
terhadap alam. Kebutuhan tanaman terhadap hara dipasok dari luar dengan membuat
formulasi nutrisi (Noor, 2006).
Harjadi (1989) menyatakan hidroponik merupakan budidaya tanaman dengan
menggunakan larutan hara dan atau tanpa penambahan medium inert (seperti pasir,
rockwool, arang sekam atau vermikulit) sebagai dukungan mekanis. Hidroponik
umumnya dilaksanakan dalam lingkungan terkendali, seperti greenhouse.
Tanaman hidroponik ini pertama kali diperkenalkan oleh seorang peneliti dari
Universitas California bernama Dr. W. F. Gericke pada 1930-an. Tanaman yang
menjadi percobaannya saat itu adalah tomat, semenjak itu temuannya mengenai
tanaman “praktis” tersebut terkenal hingga lintas benua. Tanaman hidroponik pun
banyak berkembang dan dibudidayakan di negara Jepang, India, Israel, dan Hawaii
(Ahira, 2012).
2.3 Metode Hidroponik
Berdasarkan media tanam yang digunakan, maka hidroponik dapat dilakukan
dengan tiga metode, yakni:
1. Metode kultur air, dilakukan dengan menumbuhkan tanaman dengan air,
namun cara ini masih tergolong mahal dalam budidaya hidroponik.
7. 2. Kultur pasir, merupakan metode yang paling praktis dan lebih mudah
dilakukan terutama untuk lahan yang luas. Dalam metode ini pasir bertindak
sebagai media tumbuh tanaman, suplai makanan berasal dari pupuk yang
dilarutkan dalam air.
3. Metode kultur bahan porrus, metode ini media yang digunakan seperti arang
sekam, sekam padi, dan media lainnya.
Sistem pemberian larutan nutrisi pada budidaya hidroponik ada berbagai
macam, beberapa sistem pemberian larutan nutrisi yang sering digunakan dalam
sistem hidroponik antara lain:
1. Sistem rendam, pemberian larutan nutrien ditempatkan di dasar pot yang
kedap air, sehingga larutan merendam akar tanaman.
2. Sistem tetes, pemberian larutan dilakukan dengan mengalirkan larutan ke
dalam selang irigasi dengan bantuan pompa. Pada selang dipasang alat tetes
yang dapat menyalurkan nutrisi pada setiap tanaman. Keunggulan sistem tetes
yaitu volume larutan yang akan diberikan dapat diatur.
3. Sistem siram, tanaman disiram seperti pada budidaya konvensional.
4. Sistem semprot, sistem semprot baik dilakukan di tempat luas dalam suatu
rumah kaca yang dilengkapi dengan pengaturan suhu dan kelembaban.
5. Sistem air mengalir, sistem air mengalir disebut juga NFT (Nutrient Film
Technique) yaitu dengan cara mengaliri larutan dengan pipa-pipa dengan
bantuan pompa, pipa-pipa tersebut langsung dijadikan sebagai media tumbuh
tanaman.
2.4 Media Tanam Hidroponik
Media hidroponik yang baik memiliki pH yang netral atau antara 5.5―6.5.
Selain itu media harus porous dan dapat mempertahankan kelembaban. Media
tanaman adalah media tumbuh bagi tanaman yang dapat memasok sebagian unsur-
unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman. Media tanaman merupakan salah satu
unsur penting dalam menunjang pertumbuhan tanaman secara baik. Sebagian besar
unsur-unsur hara yang dibutuhkan tanaman dipasok melalui media tanaman.
8. Selanjutnya diserap oleh perakaran dan digunakan untuk proses fisiologis tanaman
(Prihmantoro, 2001).
Media (substrat) ada dua macam, yaitu substrat organik dan substrat
anorganik. Substrat organik berupa pakis, sekam bakar, debog pisang, cocopeat dan
sebagainya. Sedangkan yang bersifat anorganik meliputi pecahan batu bata, kerikil,
gabus dan sebagainya. Media/substrat yang biasa digunakan adalah sekam bakar,
rockwool-grodan atau cocopeat. Media tanam juga dapat dikombinasikan antara
media yang satu dengan media yang lain dengan perbandingan tertentu atau yang
telah direkomendasikan. Misalnya pasir dengan cocopeat dengan perbandingan 1:1,
pecahan batu bata dengan debog pisang dan sebagainya (Setyaningsih 2009).
2.5 Teknik Perawatan Hidroponik
Kunci keberlanjutan sistem hidroponik adalah pada perawatan media dan
tempat penampung media atau instalasi hidroponik. Secara sederhana, sistem Wick
cukup mudah digunakan dan mudah perawatannya karena hanya perlu membersihkan
tempat/pot untuk berdirinya tanaman. Tempat/pot dapat memanfaatkan barang bekas
yang tidak terpakai seperti kaleng cat atau botol minuman bersoda. Media tanam pasir
dan arang sekam tidak perlu diganti total karena dapat bertahan untuk beberapa tahun,
cukup ditambah jika telah banyak berkurang karena tercuci.
9. BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Budidaya Tanaman Mentimun Secara Hidroponik
Dengan cara hidroponik, tanaman mentimun mampu menghasilkan banyak
buah dan relatif lebih jarang terserang hama penyakit. Menanam mentimun secara
hidroponik ternyata sederhana dan tidak membutuhkan pengetahuan pertanian yang
canggih. Yang diperlukan hanya ketelitian dalam merawat tanamannya. Berikut
proses penanaman timun hidroponik :
A. Persemaian Benih dan Penyeleksian Bibit
Persemaian benih merupakan tahap awal yang perlu dilakukan untuk
mendapatkan bibit mentimun yang baik sebagai bahan tanam selanjutnya.
Benih mentimun direndam dalam air hangat selama kurang lebih satu jam.
Tujuannya agar benih tersebut menjadi cepat berkecambah. Benih ditanam
dalam bak plastik kecil yang telah diisi pasir sebagai medianya, dengan
kedalaman cukup satu cm saja.
Persemaian disiram setiap hari hari atau tergantung kepada kondisi
kelembapan medianya. Bila ada yang layu atau mati, sebaiknya bibit itu dicabut
dan dibuang . Dalam waktu satu minggu biasanya benih sudah berkecambah
dan keluar dua buah daun.
Penyeleksian bibit sangat penting sebelum membudidayakan tanaman
mentimun. Penyeleksian bibit atau benih yang berkualitas akan menentukan
hasil yang maksimal. Benih yang di pilih berupa sehat, bebas dari hama, berasal
dari indukan yang banyak menghasilkan buah serta pertumbuhan yang cepat.
Selanjutnya bibit yang sudah diseleksi langsung di pindahkan kedalam media
hidroponik.
B. Pengelolahan Media Tanam
Dalam proses pengelolahan media tanam dengan cara hidroponik ini
terdapat beberapa yang wajib di ketahui berupa arang sekam, pasir, gambut,
10. gabus ( steropom ) dan lainnya tergantung dengan petani memakai sistem
hidroponik yang mana. Namun yang lebih mudah dan sangat baik di gunakan
dengan memakai abu sekam atau arang sekam dengan media ini bisa
memberikan kemudahan untuk membuat hidroponik.
Pengerjaan media tanam ini membutuhkan alat bahan berupa pot plastik
kecik, pipa paralon, air secukupnya larutan nutrisi, ajir sebagai pelindung,
kertas sebagai menganjal dan gunting atau pembolong. Berikut cara membuat
media tanam dengan hidroponik:
Pembuatan media pot plastik hidroponik : Langkah pertama siapkan
terlebih dahulu pot plastik kecil yang di lubangi pucuknya sedikit dengan
diameter 1-2 mm, atau lebih.
Selanjutnya masukkan arang sekam kededalam pot plastik kecil, dan
diganjalkan kertas yang mudah larut, supaya abu sekam tidak tumpa.
Sisihkan.
Pembuatan media air hidroponik : Langkah berikutnya siapkan pipa
paralon panjang 1-2 meter atau tergantung dengan pemilik, selanjutnya
lubangi di setiap bagian dengan jarak 10-15 cm dengan besar lubang sesuai
dengan pot plastik kecil.
Selanjutnya, lakukan penutupan ujung kanan dan ujung kiri pipa paralon
dan berikan larutan nutrisi yang telah disiapkan kedalam pipa paralon.
Setelah itu pembuatan ajir dapat di lakukan dengan menggunakan besi,
bambu maupun almunium. Pembuatan ini banyak sekali tipe dan ragam,
namun mempunyai tujuan yang sama. Bentuk ajir ini bisa berbentuk
vertikal ataupun horizontal yang menyokong tanaman.
Lakukan ini di tempat yang terkena cahaya matahari, sebab tanaman
mentimun sangat memerlukan fotosintesis untuk pertumbuhannya.
C. Penanaman Tanaman
Penanaman tanaman mentimun dengan hidroponik ini memanglah
mudah dan sederhana yaitu sebagai berikut.
11. Carilah bibit yang telah disemaikan tersebut yang berkualitas atau yang
telah memiliki akar yang sangat banyak.
Selanjutnya bibit atau benih di masukan kedalam media pot plastik yang
telah di masukkan abu sekam dengan kedalaman 1-2 cm.
Setelah itu, pot plastik kecil di letakan kedalam lubang yang telah
disiapkan di pipa paralon.
Dalam penempatan lubang sebaiknya pot mengenai air atau larutan yang
sudah diisi di pipa paralon.
Setelah itu lakukan perawatan media ini dengan sangat baik.
D. Pemeliharaan Tanaman
Pemeliharaan tanaman hidroponik yakni berupa penyulaman,
penyiangan, penyiraman, pemupukan, pengajiran serta pengendalian hama dan
penyakit.
Penyulaman ini dikerjakan saat tanaman sudah di tanam tidak tumbuh dan
mengantikan tanaman yang baru.
Pemangkasan dilakukan untuk membuang cabang yang tidak dikehendaki,
tunas air, atau cabang yang terkena serangan penyakit. Pemangkasan
dilakukan untuk meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman.
Penyiangan dikerjakan dengan membersihkan gulma atau tanaman lainnya
di sekitar tanaman.
Pemupukan dengan memberikan pupuk yang telah di cairkan kedalam pipa
paralon.
Penyiraman bisa dilakukan juga bisa tidak dilakukan, dengan
menggunakan sistem tetes pada tanaman.
Pengajiran ini dikerjakan dengan menggunakan besi, bambu, kayu,
alumunium atau lainnya dengan panjang 1-2 meter atau lebih.
Penjarangan bunga perlu dilakukan agar pertumbuhan buah sama besar.
Namun hasil penelitian penjarangan bunga pada ketimun Gherkin tidak
12. menunjukkan hasil yang berbeda dengan perlakuan tanpa penjarangan
bunga.
Pengendalian hama dan penyakit bisa dikerjakan dengan penyemprotan
herbisida, fungisida dan insektisida sesuai dengan petunjuk.
E. Pemanenan Tanaman
Tanaman mentimun secara hidroponik bisa di panen saat berumur 2- 3
bulan tergantung dengan pertumbuhan dan varietesnya. Pemanenan ini
dikerjakan dengan memetik buah secara langsung atau juga bisa dengan alat
bantuan berupa gunting atau pisau pada tangkai buah. Pemanenan ini lebih
baik dilakukan pada sore dan pagi hari, dengan tujuan agar dapat menjaga
kualitas pada tanaman dan buah mentimun.
F. Pasca Panen
Tujuan kegiatan ini adalah agar mentimun yang telah dipanen
terlindungi dari kerusakan fisik dan kebusukan sehingga mentimun sampai ke
konsumen tetap baik. Agar kualitas hasil panen dari budidaya mentimun ini
tetap terjaga, perlu dilakukan penanganan pascapanen dengan baik. Diantaranya
penyortiran buah mentimun berdasarkan kualitas serta ukuran serta
pengepakan/pengemasan yang baik. Selanjutnya buah mentimun siap diangkat
untuk dipasarkan.
Timun dapat dipanen setelah tanaman berumur 38 – 40 hari sejak
tanam. Buah yang dipanen berukuran panjang sekitar 18 – 20 cm dengan berat
antara 80- 120 gram. Buah yang berbentuk lurus berdiameter 1,5 – 2,5 cm
dengan berat 20 gram adalah buah kualitas super. Saat panen yang baik adalah
pagi hari antara pukul 06.00-10.00 dan sore hari antara pukul 15.00-17.00.
Sortasi
Kegiatan ini dilakukan memisahkan buah yang kurang baik bentuknya
atau bengkok, busuk atau rusak dari buah yang baik. Untuk mentimun jepang
13. dilakukan sortasi kualitas untuk sasaran pasaran swalayan, buah mentimum
diklasifikasikan sesuai dengan kriteria kualitas yang diminta konsumen.
-Kelas A: panjang 16-20cm, diameter 1,5 cm, bentuk buah bagus, lurus bulat dan
mulus.
-Kelas B: panjang 20-23cm, diameter 2,0 cm bentuk buah bagus, lurus, bulas dan
Mulus
-Kelas C: buah afkiran yang panjangnya lebih dari 23 cm.
Pengemasan
Pengemasan bertujuan untuk memudahkan dalam pengangkutan. Untuk
memenuhi permintaan pasar swalayan, mentimun biasanya dikemas
menggunakan plastik wraping. Posisi buah diatur sedemikian rupa, baik secara
berdiri maupun ditidurkan bersusun agar buah tidak patah pada saat pengangkutan
ke pasar. Kritera di luar grade mentimun acar dan mentimun besar termasuk ke
grade C dengan spesifikasi bentuk bengkok, kulit kurang mulus, tetapi performa
buah segar. Buah yang termasuk grade C bisa langsung dikemas ke dalam karung
jaring untuk dijual ke pasar tradisional.
14. BAB IV
KESIMPULAN
1. Hidroponik adalah suatu metode bercocok tanam tanpa menggunakan media tanah,
melainkan dengan menggunakan larutan mineral bernutrisi atau bahan lainnya
yang mengandung unsur hara seperti sabut kelapa,arang sekam, serat mineral,
pasir, pecahan batubata, serbuk kayu, dan lain-lain sebagai pengganti media tanah.
2. Budidaya tanaman metimun secara hidroponik merupakan alternatif yang baik
dengan banyak keunggulan diantaranya menghasilkan tanaman dengan kuantitas
dan kualitas tinggi dengan mudah, praktis, dan sederhana sehingga dapat dilakukan
oleh semua masyarakat.
3. Budidaya tanaman mentimun secara hidroponik perlu dilakukan dengan baik dan
benar supaya tercapai tercapai hasil yang maksimal.
15. DAFTAR PUSTAKA
Ahira, A. 2012. Tanaman Hidroponik: Menanam Tanpa Tanah.
http://anne.blogspot.com . Diakses pada tanggal 14 Juni 2017.
Cahyono. 2003. Timun Aneka Ilmu. Semaramg.
Harjadi, S.S. 1990. Dasar-dasar Hortikultura. IPB. Bogor.
Imdad, Heri Purwanto dan Nawangsih, Abdjad Asih. 2001. Sayuran Jepang. Jakarta.
Irawan. 2003. Hidroponik Bercocok Tanam Tanpa Media Tanah. M2S. Bandung.
Noor Z. 2006. Produktivitas dan Mutu Paprika (Capsicum annum L) Dalam Sistem
Hidroponik Di Dataran Rendah Pulau Batam Pada Berbagai Tingkat
Naungan dan Pemupukan. (Disertasi). Bogor: Sekolah Pascasarjana Institut
Pertanian Bogor.
Prihmantoro dan Yovita. 2001. Hidroponik Tanaman Sayuran Semusim untuk Bisnis
dan Hobi. Penebar Swadaya. Jakarta
Setyaningsih, R. 2009. Kajian Pemanfaatan Pupuk Organik Cair Mikroorganisme
Lokal (Mol) Dalam Priming, Umur Bibit Dan Peningkatan Daya Hasil
Tanaman Padi (Oryza Sativa L.) (Uji Coba Penerapan System Of Rice
Intensification”. Tesis. Jurusan Biologi UNS
Sharma. 2002. Plant Taxonomy. Tata Mc GRaw Hill Publishing Company Limited.
New Delhi.
Sumpena, U. 2001. Budidaya Mentimun Intensif. Penebar Swadaya. Jakarta
Sumpena, U. 2008. Budidaya Mentimun Intensif, dengan Mulsa, secara Tumpang
Gilir. Jakarta: Penebar Swadaya
Sunarjono, H. 2005. Bertanam 30 Jenis Sayuran. Jakarta: Penebar Swadaya.
Wijoyo, P.M. 2012. Budidaya Mentimun yang Lebih Menguntungkan. Jakarta: PT
Pustaka Agro Indonesia.