SlideShare a Scribd company logo
1 of 26
MAKALAH PENDIDIKAN PANCASILA
SEJARAH MACAM-MACAM IDEOLOGI DUNIA
DISUSUN OLEH :
PUTRI PERMATASARI
TINGKAT1B
TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN
BANTEN
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan bimbinganya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat dan
sebaik mungkin.
Makalah ini kami susun untuk memenuhi nilai dan tugas di mata kuliahPendidikan Pancasila
yang membahas tentang “Macam-macam Ideologi di Dunia”
Harapan kami, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat yang berarti dalam pengajaran
Pendidikan Pancasila.Meskipun demikian, kami menyadari bahwa susunan dan materi yang
terkandung dalam makalah ini masih banyak kekurangannya.Untuk itu, segala saran dan kritik
sangat kami harapkan demi perbaikan makalah ini.Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita
semua.
i
DAFTAR ISI
Kata pengantar …………………………………………………...…………………………… i
Daftar isi ……………………………………………………………………………………… ii
Bab I Pendahuluan ……….…………………………………………………………………… 1
1.1 Latar Belakang ………………………………………….………………………… 1
1.2 Rumusan Masalah …………………………………………..…………………….. 1
1.3 Tujuan ……………………………….……………………………………………. 1
Bab II Pembahasan ………………………………………………………………………....... 2
2.2 Pengertian Idiologi ……………………………………………………………………. 2
2.3 Macam-macam ideologi ………………………………………………………………. 2
a. Kapitalisme …………………………………………………………………… 3
b. Marxisme …………………………………………………………...………… 3
c. Sosialisme ……………………………………………………………..……… 4
d. Kominisme ……………………………………………...…………………….. 5
e. Anarkisme ………………………………………………..…………………… 7
f. Fasisme …………………………….....................................…………………. 8
g. Liberalisme …………………………………………………………………… 8
h. Libertanianisme ………………………………………..…………………….. 11
i. Nasionalisme ………………………………………………………………… 19
j. Pancasila …………………………………………………………………….. 20
k. Konservatisme ……………………………………………………………….. 20
Bab III Penutup ……………………………………………………………………….……… 22
3.1 Kesimpulan ………………………………………………………………………. 22
3.2 Saran……………………………………………………………………………… 22
Daftar pustaka ………………………………………………………………………………... 23
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Banyak macam ideologi di dunia ini. Hampir masing-masing negara mempunyai ideologi
tersendiri yang sesuai dengan negaranya.Karena ideologi merupakan dasar atau ide atau cita-cita
negaratersebut untuk semakin berkembang dan maju. Namun, dengansemakinberkembangnya
zaman, ideologi negara tersebut tidak boleh hilang dan tetap menjadi pedoman dan tetap
tertanam pada setiap warganya.
Ideologi Negara Indonesia adalah Pancasila. Ideologi pancasila ini dijadikan sebagai
pandangan hidup bagi bangsa Indonesia dalam mengembangkan negara Indonesia dalam
berbagai aspek. Dengan ideologi inilah bangsa Indonesia bisa mencapai kemerdekaan dan
bertambah maju baik dari potensi sumber daya alam maupun sumberdaya manusianya. Namun,
dengan seiring berjalannya waktu, semakin maju zaman, dan semakin maju teknologi seolah-
olah ideologi pancasila hanya sebagai pelengkap negara agar tampak bahwa Indonesia
merupakan sebuah negara yang merdeka dan mandiri. Banyak tingkah laku baik kalangan
pejabat maupun rakyatnya bertindak tidak sesuai dengan ideologi pancasila. Ada beberapa faktor
mengapa bangsa kita sedikit melenceng dari ideologi pancasila. Selain berkembangnya ideologi-
ideologi luar atau selain pancasila tetapi juga bangsi Indonesia kurang mengerti ideologinya
bahkan tidak tahu sama sekali. Oleh karena itu penulis membuat makalah ini dengan judul
“Pancasila Sebagai Ideologi Nasional” agar kita mengenal ideologi kita dan bertindak sesuai
dengan ideologi kita.
1.2 Rumusan Masalah
1.Apa pengertian ideology?
2.Apa macam – macam ideologi Dunia?
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujua dari makalah ini adalah untuk
menjelaskan macam-macam ideologi yang ada di Dunia
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Ideologi
Ideologi adalah kumpulan ide atau gagasan. Kata ideologi sendiri diciptakan oleh Destus
de Tracypada akhir abad ke-18 untuk mendefinisikan “sains tentang ide“. Ideologi dapat
dianggap sebagai visi yang komprehensif, sebagai cara memandang segala sesuatu (bandingkan
Weltanschauung), secara umum (lihat Ideologi dalam kehidupan sehari hari) dan beberapa arah
filosofis (lihat Ideologi politis), atau sekelompok ide yang diajukan oleh kelas yang dominan
pada seluruh anggota masyarakat. Tujuan utama dibalik ideologi adalah untuk menawarkan
perubahan melalui proses pemikiran normatif. Ideologi adalah sistem pemikiran abstrak (tidak
hanya sekadar pembentukan ide) yang diterapkan pada masalah publik sehingga membuat
konsep ini menjadi inti politik. Secara implisit setiap pemikiran politik mengikuti sebuah
ideologi walaupun tidak diletakkan sebagai sistem berpikir yang
eksplisit.(definisi ideologi Marxisme).
Ideologi berasal dari kata idea (Inggris), yang artinya gagasan, pengertian. Kata kerja
Yunani oida = mengetahui, melihat dengan budi. Kata “logi” yang berasal dari bahasa Yunani
logos yang artinya pengetahuan. Jadi Ideologi mempunyai arti pengetahuan tentang gagasan-
gagasan, pengetahuan tentang ide-ide, science of ideas atau ajaran tentang pengertian-pengertian
dasar. Dalam pengertian sehari-hari menurut Kaelan ‘idea’ disamakan artinya dengan cita-cita.I
2.2 Macam-Macam Ideologi – ideologi di Dunia
Pada pembahasan ini dikemukakan tentang beberapa ideologi besar, yaitu ideology yang
mempunyai pengaruh dan dampak yang sangat kuat kepada masyarakat termasuk para
penganutnya. Sebetulnya tidak mutlak pembahasan ideologi besar, tetapi walaupun demikian
pertimbangannya secara eksistensi dalam kehidupan masyarakat menunjukkan eksis atau tidak
eksistennya suatu ideologi, pembahasan ini pula sebagai ilustrasi atau paparan historis ideologi-
ideologi di dunia.
Ideologi dalam hal inilah tidak dipandang secara abstrak tetapi harus mampu terukur
terhadap kiprah eksistensinya, sehingga tidak heran apabila Soekarno pernah mengatakan
tentang perseteruan ideologi besar dunia.
2
Beliau mengutif mengemukakan: “Bertrand Russel pernah menulis, bahwa di dalam
sejarah manusia adalah dua dokumen historis yang sampai
sekarang menguasai alam-hati dan alam-fikirannya bagian-bagian besar dari umat manusia, dan
yang bersaingan hebat satu sama lain. Dan dokumen historis itu ialah ‘declaration of
independence’ Amerika tulisan Thomas Jafferson, dan ‘Manifes Komunis’ tulisan Karl Marx.”
(Dibawah Bendera Revolusi. 1965. Hal: 329).
Untuk mengenal lebih lenjut tentang ideologi di dunia, berikut akan dikemukakan
beberapa faham di dunia, baik yang masih bertahan membasis di masyarakat dunia maupun yang
hanya tercatat dalam sejarah politik dunia.
1) Kapitalisme
Kapitalisme merupakan sebuah sistem yang mulai terinstitusi di Eropa sekitar abad ke-
16 sampai abad ke-19an, yaitu pada masa perkembangan perbankan komersial Eropa. Menurut
faham kapitalis, individu maupun kelompok dapat bertindak sebagai suatu badan tertentu yang
dapat memiliki maupun melakukan perdagangan benda milik pribadi, terutama barang modal
seperti tanah dan tenaga manusia, pada sebuah pasar bebas di mana harga ditentukan oleh
permintaan dan penawaran, demi menghasilkan keuntungan di mana statusnya dilindungi oleh
negara melalui hak pemilikan serta tunduk kepada hukum negara atau kepada pihak yang sudah
terikat kontrak yang telah disusun secara jelas kewajibannya baik eksplisit maupun implisit serta
tidak semata-mata tergantung pada kewajiban dan perlindungan yang diberikan oleh
kepenguasaan feodal.
Dengan demikian kapitalisme sangat berkeyakinan meraih keuntungan dengan kekuatan
kepemilikan modalnya dan menghegemoni para pekerja atau konsumen untuk selalu tunduk dan
memberikan keuntungan terhadap para kapitalis. Negara yang menganut paham kapitalisme
adalah Inggris, Belada, Spanyol, Australia, Portugis, dan Perancis.
2) Marxisme
Marx memandang suatu masyarakat komunis memiliki segala sesuatunya untuk suatu
kehidupan yang produktivitas dasarnya maksimal. Yang utama, kebutuhan dasar untuk makan,
tempat tinggal, dan pakaian akan disediakan oleh masyarakat.
3
Barang dan jasa akan diproduksi dengan cara tidak menggunakan semua energi produktif
orang-orang atau merusak motivasi mereka untuk menjadi kreatif. Marx juga menyebutkan
kenapa perilaku akan merubah sesuatu, sehingga orang-orang akan berpartisipasi dengan
sukarela dalam suatu sistem: setiap orang akan bekerja bersama-sama untuk bagian dalam hari
kerja sekarang ini.
Marx meyakini bahwa organisasi produksi yang rasional dalam suatu sistem komunis akan
mengatasi penurunan dan akan mengijinkan pemenuhan potensi sosial orang-orang. Namun,
dalam perkembangannya ajaran Marx atau Marxisme telah menjadi pembenaran untuk
sentralisasi kekuasaan negara ditangan penganut Partai Komunis.
3) Sosialisme
Sosialisme merupakan merupakan reaksi terhadap revolusi industri dan akibat-
akibatnya.Awal sosialisme yang muncul pada bagian pertama abad ke-19 dikenal sebagai sosialis
utopia. Sosialisme ini lebih didasarkan pada pandangan kemanusiaan (humanitarian). Paham
sosialis berkeyakinan perubahan dapat dan seyogyanya dilakukan dengan cara-cara damai dan
demokratis. Paham sosialis juga lebih luwes dalam hal perjuangan perbaikan nasib buruh secara
bertahap.
Istilah sosialisme mencakup berbagai jenis teori ekonomi dan sosial, mulai dari teori
yang menyerukan pemilikan publik dari monopoli kekayaan alam tertentu sampai teori
sepenuhnya Marxis. Banyak jenis sosialisme yang mempunyai kesamaan dalam seruan mereka
akan kepemilikan dan kontrol bersama, paling tidak terhadap beberapa alat produksi tertentu.
Orang-orang sosialis berpendapat bahwa keperluan bersama akan terpenuhi dengan baik melalui
pembagian kerja dan pembagian yang adil dari hasil kerja tersebut. Mereka menambahkan
gagasan tentang pembagian ekonomis dalam konsep politis yang sederajat. Mereka yang kecewa
dengan kondisi sosial yang diakibatkan oleh revolusi industri, seperti dapat ditemukan dalam
beberapa tulisan penulis perancis dan inggris abad ke-19 mulai yang mempertanyakan keadilan
dan validitas sistem kapitalis. Di Perancis kembali pada revolusi tahun 1781 dan pada Francois
Babeuf (1760-1797) yang berpendapat bahwa semua orang mempunyai hak yang sama pada
kekayaan diatas bumi ini.
4
Gagasan bahwa persamaan politik tidak mencukupi bahwa paling tidak harus ada tingkat
persamaan ekonomi tertentu menyebar alam pemikiran perancis ketika dampak teknologi
dirasakan di Benua Eropa. Henri Saint Simon (1760-1825), aristokrat yang bertempur dengan
Lafayette di Amerika, menyarankan bahwa hak waris seharusnya dihapuskan, bahwa setiap
orang seharusnya bekerja, dan bahwa resep bagi distribusi hasil-hasil produksi adalah “dari tiap-
tiap orang menurut kemampuannya, untuk setiap orang menurut kebutuhannya”
Ajaran tentang Ideologi Sosialisme yaitu :
1. Menciptakan masyarakat sosialis yang dicita-citakan dengan kejernihan dan kejelasan
argument, bukan dengan cara-cara kekerasan dan revolusi.
2. Permasalahan seyogyanya diselesaikan dengan cara demokratis.
Adapun tokoh dan pemikir kaum sosialisme, diantaranya: Francois-Noel Babeuf (1760-
1797), seorang inspirator bagi kaum sosialis aliran keras, Saint-Simon, Robert Owen
(1771-1858), Charles Fourier (1772-1837), seorang sosialis yang paling utopis, dan
seorang feminisme radikal, Etienne Cabet (1788-1856), seorang pengacara, Louis-Auguste
Blanqui (1805-1881), seorang revolusioner yang hendak mencapai sosialisme melalui
pemberontakan kaum buruh. Negara yang menganut Ideologi Sosialisme adalah negara-
negara di Eropa Barat seperti Kuba dan Venezuela.
4) Komunisme
Komunisme adalah salah satu ideologi di dunia, selain kapitalisme dan ideologi lainnya.
Komunisme lahir sebagai reaksi terhadap kapitalisme di abad ke-19, yang mana mereka itu
mementingkan individu pemilik dan mengesampingkan buruh. Secara umum komunisme sangat
membatasi agama pada rakyatnya, dengan prinsip agama dianggap candu yang membuat orang
berangan-angan yang membatasi rakyatnya dari pemikiran yang rasional dan nyata Komunisme
merupakan faham dari perkembangan pemikiran Marxisme. Dalam pandangan Marx terdapat
beberapa yang menandai transisi dari Kapitalisme menuju Komunisme yang sebenarnya
pencapaian dan konsolidasi supremasi politik oleh kaum proletariat, sosialisasi alat-alat produksi,
dan akhirnya masyarakat Komunis. Langkah pertama adalah membawa kaum proletariat pada
posisi kelas yang berkuasa dengan merampas kontrol negara.
5
Pemerintahan oleh proletariat harus menggantikan pemerintahan Borjuis. Paham komunis
lahir sebagai bentuk reaksi atas perkembangan masyarakat kapitalis.
Masyarakat kapitalis merupakan hasil dari suatu ideologi ideologi liberal. Berkembangnya
liberalisme sebagai awal munculnya kapitalisme, mengakibatkan penderitaan rakyat kecil
sehingga komunisme muncul sebagai reaksi atas penindasan terhadap rakyat kecil oleh kalangan
kapitalis yang didukung oleh pemerintah. Memandang bahwa hakikat, kebebasan dan hak
individu itu tidak ada. Ideologi komunisme mendasarkan pada sebuah keyakinan bahwa manusia
pada hakikatnya adalah makhluk sosial saja. Manusia pada hakikatnya adalah sekumpulan relasi
sehingga yang mutlak adalah komunitas dan bukan individualitas. Dalam kaitannya dengan
negara, bahwa negara dianggap sebagai manifestasi dari manusia sebagai makhluk sosial.
Mengubah masyarakat secara revolusioner (perubahan secara cepat) harus berakhir dengan
kemenangan kaum proletar. Sehingga pada gilirannya pemerintahan negara harus dipegang oleh
orang-orang yang meletakan kepentingannya pada kelas proletar.
Demikian juga dengan hak asasi manusia dalam negara hanya berpusat pada hak kolektif
sehingga hak individual pada hakikanya tidak ada. Atas dasar pamahaman ini sebenarnya
komunisme adalah anti demokrasi dan hak asasi manusia. Komunisme: manusia pada hakikatnya
adalah hanya sebagai makhluk sosial, manusia pada hakikatnya adalah merupakan sekumpulan
relasi, sehingga yang mutlak adalah komunitas dan bukannya individualitas, hak milik pribadi
tidak ada, karena hal itu akan menimbulkan kapitalisme. Dengan demikian hak milik individu
harus diganti dengan hak milik kolektif, individualisme diganti dengan sosialisme komunis,
suatu kebaikan hanya pada kepentingan demi keuntungan kelas masyarakat secara keseluruhan
dan negara adalah manifestasi dari manusia sebagai makhluk sosial, mengubah masyarakat
secara revolusioner harus berakhir dengan kemenangan proletar. Pemerintah negara harus
dipegang oleh orang-orang yang meletakan kepentingan pada kelas proletar. Selain itu negara
yang menganut komunisme bersifat atheis bahkan bersifat antitheis, sehingga melarang dan
menekan kehidupan agama.
Adapun ciri pokok pertama ajaran komunisme adalah sifatnya yang ateis, tidak mengimani
Allah. Orang komunis menganggap Tuhan tidak ada, kalau ia berpikir Tuhan tidak ada. Akan
tetapi, kalau ia berpikir Tuhan ada, jadilah Tuhan ada.
6
Maka, keberadaan Tuhan terserah kepada manusia.
Ciri pokok kedua adalah sifatnya yang kurang menghargai manusia sebagai individu.
Manusia itu seperti mesin. Kalau sudah tua, rusak, jadilah ia rongsokan tidak berguna seperti
rongsokan mesin. Komunisme juga kurang menghargai individu, terbukti dari ajarannya yang
tidak memperbolehkan ia menguasai alat-alat produksi.
Negara yang masih menganut komunisme adalah Tiongkok, Vietnam, Korea Utara, Kuba dan
Laos.
5) Anarkisme
Istilah anarkisme berasal dari bahasa Yunani an-archos yang artinya tanpa pemimpin. Orang-
orang anarkis percaya bahwa pengesahan atas penggunaan pemaksaan oleh negara adalah bukan
solusi tetapi masalah dalam masyarakat. (Hendry J. Schmandt. 2005. hal 76). Sedangkan Anarkis
berarti orang yang mempercayai dan menganut anarki. Sedangkan isme sendiri berarti faham
atau ajarannya Jadi, secara keseluruhan Anarkisme yaitu sesuatu faham yang mempercayai
bahwa segala bentuk negara, pemerintahan, dengan kekuasaannya adalah lembaga-lembaga yang
menumbuh suburkan penindasan terhadap kehidupan, oleh karena itu negara, pemerintahan,
beserta perangkatnya harus dihilangkan/dihancurkan. Anarkisme adalah sebuah sistem sosialis
tanpa pemerintahan.
Anarkis adalah teori politik yang bertujuan untuk menciptakan masyarakat tanpa hirarkis
(baik dalam politik, ekonomi, maupun sosial). Para anarkis berusaha mempertahankan bahwa
anarki, ketiadaan aturan-aturan, adalah sebuah format yang dapat diterapkan dalam sistem sosial
dan dapat menciptakan kebebasan individu dan kebersamaan sosial. Anarkis melihat bahwa
tujuan akhir dari kebebasan dan kebersamaan sebagai sebuah kerjasama yang saling membangun
antara satu dengan yang lainnya. Orang-orang anarkis memperluas pemberontakan mereka
terhadap dominasi dari bidang teknologi. Orang-orang anarkis yang modern tidak menolak
teknologi, tetapi mereka melihat teknologi sebagai suatu fenomena yang berbahaya yang harus
digunakan dengan hati-hati pada tingkat pengijinan kontrol individu dan pemeliharaan nilai-nilai
kemanusiaan.
7
6) Fasisme
Istilah fasisme membangkitkan kenangan tentang Adolf Hitler dan Benito Mussolini dan
gambaran tentang kediktatoran totaliter di negara Jerman, Italia dan Jepang selama Perang Dunia
II. Fasisme merupakan gabungan dari rasisme, nasionalisme, dan otoritarisme yang berpusat
pada suatu keyakinan mistis terhadap superioritas sekelompok orang tertentu. Definisi ini
diilustrasikan dengan fasisme di negara Jerman dengan doktrinnya tentang superioritas bangsa
Arya dan keyakinan pada prinsip kediktatoran Fuhrer yang absolut, (hal 168).
Orang-orang fasis percaya bahwa setiap orang mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda-
beda. Intinya yaitu bahwa setiap orang harus melakukan usaha yang terbaik untuk setiap tugas
yang diberikan oleh negara kepadanya.
Fasisme berusaha menggabungkan suatu seruan terhadap persatuan dengan otoritarianisme.
Dalam impian orang-orang fasis hanya terdapat solidaritas tetapi tidak terdapat persamaan,
Fascis ini merupakan simbol daripada kekuasaan pejabat pemerintah.
Negara yang menganut paham faiisme adalah Italia, Jerman dan Jerman.
7) Liberalisme
Kedua tokoh ini berangkat dari sebuah konsep sama. Yakni sebuah konsep yang
dinamakan konsep negara alamaiah" atau yang lebih dikenal dengan konsep State of Nature.
Namun dalam perkembangannya, kedua pemikir ini memiliki pemikiran yang sama sekali
bertolak belakang satu sama lainnya. Jika ditinjau dari awal, konsepsi State of Nature yang
mereka pahami itu sesungguhnya berbeda. Hobbes (1588 – 1679) berpandangan bahwa dalam
‘’State of Nature’’, individu itu pada dasarnya jelek (egois) – sesuai dengan fitrahnya. Namun,
manusia ingin hidup damai. Oleh karena itu mereka membentuk suatu masyarakat baru – suatu
masyarakat politik yang terkumpul untuk membuat perjanjian demi melindungi hak-haknya dari
individu lain di mana perjanjian ini memerlukan pihak ketiga (penguasa).
Sedangkan John Locke (1632 – 1704) berpendapat bahwa individu pada State of Nature
adalah baik, namun karena adanya kesenjangan akibat harta atau kekayaan, maka khawatir jika
hak individu akan diambil oleh orang lain sehingga mereka membuat perjanjian yang diserahkan
oleh penguasa sebagai pihak penengah namun harus ada syarat bagi penguasa sehingga tidak
seperti ‘membeli kucing dalam karung’.
8
Sehingga, mereka memiliki bentuk akhir dari sebuah penguasa/ pihak ketiga (Negara), di
mana Hobbes berpendapat akan timbul Negara Monarkhi Absolute sedangkan Locke, Monarkhi
Konstitusional. Bertolak dari kesemua hal tersebut, kedua pemikir ini sama-sama
menyumbangkan pemikiran mereka dalam konsepsi individualisme. Inti dari terbentuknya
Negara, menurut Hobbes adalah demi kepentingan umum (masing-masing individu) meskipun
baik atau tidaknya Negara itu kedepannya tergantung pemimpin negara. Sedangkan Locke
berpendapat, keberadaan Negara itu akan dibatasi oleh individu sehingga kekuasaan Negara
menjadi terbatas – hanya sebagai “penjaga malam” atau hanya bertindak sebagai penetralisasi
konflik.
Para ahli ekonomi dunia menilai bahwa pemikiran mahzab ekonomi klasik merupakan dasar
sistem ekonomi kapitalis. Menurut Sumitro Djojohadikusumo, haluan pandangan yang
mendasari seluruh pemikiran mahzab klasik mengenai masalah ekonomi dan politik bersumber
pada falsafah tentang tata susunan masyarakat yang sebaiknya dan seyogyanya didasarkan atas
hukum alam yang secara wajar berlaku dalam kehidupan masyarakat. Salah satu pemikir
ekonomi klasik adalah Adam Smith (1723-1790).
Pemikiran Adam Smith mengenai politik dan ekonomi yang sangat luas, oleh Sumitro
Djojohadikusumo dirangkum menjadi tiga kelompok pemikiran. Pertama, haluan pandangan
Adam Smith tidak terlepas dari falsafah politik, kedua, perhatian yang ditujukan pada identifikasi
tentang faktor-faktor apa dan kekuatan-kekuatan yang manakah yang menentukan nilai dan
harga barang. Ketiga, pola, sifat, dan arah kebijaksanaan negara yang mendukung kegiatan
ekonomi ke arah kemajuan dan kesejahteraan mesyarakat. Singkatnya, segala kekuatan ekonomi
seharusnya diatur oleh kekuatan pasar di mana kedudukan manusia sebagai individulah yang
diutamakan, begitu pula dalam politik.
Liberalisme tumbuh dari konstek masyarakat Eropa pada abad pertengahan feudal,
dimana sistem sosial ekonomi dikuasai oleh kaum aristrokasi feodal dan menindas hak-hak
individu. Liberalisme tidak diciptakan oleh golongan pedagang dan industri, melainkan
diciptakan oleh golongan intelektual yang digerakan oleh keresahan ilmiah (rasa ingin tahu
dan keinginan untuk mencari pengetahuan yang baru) dan artistik umum pada zaman itu.
9
Ciri-ciri Ideologi Liberalisme sebagai berikut :
a. Demokrasi merupakan bentuk pemerintahan yang lebih baik,
b. Anggota masyarakat memiliki kebebasan intelektual penuh, termasuk kebebasan
berbicara
c. Pemerintah hanya mengatur kehidupan masyarakat secara terbatas. Keputusan yang
dibuat hanya sedikit untuk rakyat sehingga rakyat dapat belajar membuat keputusan
untuk diri sendiri.
d. Kekuasaan dari seseorang terhadap orang lain merupakan hal yang buruk. Oleh
karena itu pemerintahan dijalankan sedemikian rupa sehingga penyalahgunaan
kekuasaan dapat dicegah.
e. Suatu masyarakat dikatakan berbahagia apabila setiap individu atau sebagian terbesar
individu berbahagia, kalau masyarakat secara keseluruhan berbahagia, kebahagiaan
sebagian besar individu belum tentu maksimal.
8) konservatisme
Konservatisme adalah sebuah filsafat politik yang mendukung nilai-nilai tradisional. Istilah
ini berasal dari kata dalam bahasa Latin, conservāre, melestarikan; "menjaga, memelihara,
mengamalkan". Karena berbagai budaya memiliki nilai-nilai yang mapan dan berbeda-beda,
kaum konservatif di berbagai kebudayaan mempunyai tujuan yang berbeda-beda pula. Sebagian
pihak konservatif berusaha melestarikan status quo, sementara yang lainnya berusaha kembali
kepada nilai-nilai dari zaman yang lampau, Orang-orang konservatif memusatkan konsentrasi
mereka pada pembentukan institusi-institusi sosial dan politis yang akan menghasilkan kekuatan
dan meminimalkan kelemahan yang terdapat pada setiap kepribadian yang berbeda. Mereka
memandang masyarakat sebagai suatu jaringan rencana, otoritas dan keyakinan tertentu yang
timbul dari kebiasaan, perbedaan kemampuan, dan pembatasan pada rasionalitas manusia.
Daripada memandang individu-individu sebagai alat pemikiran kepentingan pribadi, orang-
orang konservatif lebih berpendapat bahwa orang-orang telah menghabiskan hidupnya untuk
berjuang karena adanya dorongan kemauan yang besar. Kebebasan akademis merupakan konsep
yang relatif untuk orang-orang konservatif, dan kebenaran yang utama tentang kebudayaan tidak
boleh disangkal dengan pengajaran “yang salah”.
10
9) Libertarianisme
Libertarianisme adalah “neologi” bagi pemikiran liberalisme klasik. Atribut “klasik” pada
liberalisme-libertarian menegaskan posisi libertarianisme sebagai pembela kebebasan pada satu
sisi, tetapi, pada sisi lain, membedakannya dari liberalisme yang dikenal secara luas, khususnya
dalam konteks politik Amerika Serikat (AS) kontemporer. Kaum libertarian mengidentifikasi diri
sebagai penerus liberalisme yang tercermin dalam dua konsep utama, yaitu “negara minimal”
dalam filsafat politik John Locke (1632-1704) dan “kapitalisme pasar bebas” dalam teori
ekonomi Adam Smith (1723-1790). Ironisnya, dalam pandangan kaum libertarian, banyak
pemikir kontemporer mengatasnamakan liberalisme untuk pandangan mereka yang non-liberal.
Para pemikir “liberal” tersebut—antara lain John M. Keynes, John Rawls, dan Catherine
McKinnon—mendukung “pemerintahan besar” dan intervensi pasar. Kooptasi makna
“liberalisme” oleh kelompok “non-liberal” ini memaksa pengikut-pengikut John Locke dan
Adam Smith menggunakan berbagai nama lain seperti “kapitalis radikal” (Aynd Rand), “liberal
pasar” (Edward H. Crane), dan “sosialis” (Thomas Paine). Sementara, Milton Friedman dan
Friedrich Hayek bersikukuh dengan nama liberalisme sambil berusaha meyakinkan publik bahwa
“liberalisme” dewasa ini telah dikooptasi oleh gagasan-gagasan yang bertentangan dengan
liberalisme. Pada 1950, Leonard Reed menyebut dirinya sebagai “libertarian” dan libertarianisme
secara perlahan mencapai puncak popularitas pada dekade 1970-an.
Dalam Contemporary Political Philosophy, Kymlicka memasukkan libertarianisme
dalam kategori teori politik “sayap kanan” yang ditandai dengan dukungan kaum libertarian
terhadap pasar bebas dan penolakan terhadap skema pajak redistributif dalam teori liberal
tentang kesetaraan (liberal theory of equality) yang diajukan oleh teoretisi egalitarianisme
liberal, John Rawls. Namun, menurut Kymlicka, tidak semua pendukung pasar bebas dapat
disebut libertarian. Hanya kaum libertarian yang membela pasar bebas karena keyakinan bahwa
pasar bebas adalah adil secara inheren. Kelompok sayap kanan lain, utilitarianisme, misalnya,
mendukung pasar bebas karena efisiensi dan produktivitas, di mana pasar bebas diyakini dapat
merealisasikan kebahagiaan bagi kelompok masyarakat terbesar.
11
Menurut Kymlicka, perbedaan kaum libertarian dari kelompok sayap kanan lain juga
tercermin pada pandangan mereka bahwa pajak redistributif bersifat salah secara inheren—
pelanggaran atas hak-hak warga.
Setiap individu warga berhak untuk mengalihkan secara bebas barang dan jasa yang ia
miliki, terlepas apakah cara yang digunakannya meningkatkan atau mengurangi produktivitas.
Intervensi pemerintah terhadap distribusi barang dan jasa—termasuk pajak redistributif—
sebangun maknanya dengan kerja paksa yang melanggar hak-hak moral yang mendasar.
Dari sudut pandang kaum libertarian, kebebasan (liberty) adalah sesuatu yang harus
diimplementasikan. Kebebasan merupakan situasi tanpa-agresi dalam relasi interpersonal.
Terdapat banyak bentuk relasi interpersonal, yang mana “pasar” adalah satu di antaranya.
Dukungan libertarianisme terhadap pasar bebas yang disebutkan Kymlicka, dari perspektif
libertarianisme, adalah sebuah bentuk implementasi kebebasan interpersonal dalam konteks
ekonomi.
Kebebasan, bagi sebagian libertarian, bersifat niscaya karena setiap individu secara
alamiah memiliki hak-hak yang tak boleh dilanggar oleh pihak manapun. Pandangan ini
ditemukan di kalangan filsuf libertarian, mulai dari Locke dan Hume hingga Rothbard dan
Nozick. Sebagian libertarian lain tidak mendasarkan kebebasan pada argumentasi tentang hak-
hak alamiah individu, tetapi lebih pada manfaat yang timbul dari kebebasan, khususnya
kebebasan ekonomi. Mereka umumnya adalah kalangan ekonom yang melanjutkan gagasan
pasar bebas dari Adam Smith seperti Ludwig von Misses, Milton Friedman, David Friedman,
dan Friedrich von Hayek. Apapun argumentasi yang mendasarinya, kedua kubu libertarian ini
melihat dua hal penting untuk mengimplementasikan kebebasan: negara minimal dan pasar
bebas.
Kaum libertarian mengkritik perspektif dalam pemetaan filsafat politik kontemporer.
Semua istilah yang lazim digunakan dalam peta filsafat politik kontemporer—konservatif,
liberal, kiri, kanan—memiliki makna yang cenderung tumpang tindih dalam realitas politik
kontemporer.
12
Dalam The American Heritage Dictionary disebutkan bahwa “kaum liberal” adalah
mereka yang “mendukung kemajuan dan reforma”, sedangkan “kaum konservatif” adalah
mereka yang mendukung “pemeliharaan tatanan yang berjalan dan melihat segala usulan
perubahan dengan kecurigaan”. The Random House Dictionary menyebutkan bahwa “kaum kiri”
membela “reforma liberal … biasanya dengan berpihak pada kebebasan pribadi yang lebih besar
atau kemajuan kondisi sosial”, sedangkan “kaum kanan” adalah mereka yang “membela tatanan
sosial, politik, dan ekonomi yang berjalan, sering kali dengan cara-cara otoritarian.” Berbeda dari
Kymlicka yang cenderung menempatkan libertarianisme di jajaran teori-teori politik “sayap
kanan”, David Boaz, tokoh libertarian dari Cato Institute, mengemukakan, “Seandainya pilihan-
pilihan ini yang tersedia bagi saya, saya akan memilih ‘kiri’”.
Menurut libertarian, berbagai teori politik sesungguhnya selalu dapat dilihat dalam dua
orientasi filsafat: kekuasaan dan kebebasan. Filsafat kekuasaan memiliki banyak nama sepanjang
sejarah—kaisarisme, despotisme, fasisme, komunisme, dan welfare-statisme. Semuanya
mengizinkan sekelompok orang menggunakan paksaan terhadap orang lain agar melakukan hal-
hal yang tidak mereka inginkan. Filsafat kebebasan juga memiliki banyak nama, meskipun
sekarang situasinya menjadi lebih sulit dipahami karena banyak pembela statisme menyebut diri
mereka sebagai kaum liberal. Satu hal yang pasti, filsafat kebebasan meyakini bahwa setiap
orang memiliki kebebasan untuk menjalani kehidupan dengan cara yang ia pilih sendiri sejauh
cara tersebut tidak melanggar kebebasan yang sama pada orang lain.
Pandangan libertarian lebih mudah dipahami dalam realitas politik kontemporer,
khususnya di AS. Secara populer, kekuatan-kekuatan politik utama cenderung dipetakan ke
dalam dua kelompok: kubu konservatif yang diwakili oleh Partai Republik dan kubu liberal yang
diwakili oleh Partai Demokrat. Namun, dengan menggunakan perspektif libertarian, baik Partai
Republik maupun Partai Demokrat masing-masing sulit diposisikan sebagai sepenuhnya
konservatif atau liberal. Partai Republik, di satu sisi, menunjukkan komitmen terhadap pasar
bebas, sehingga membuat Partai Republik—yang secara populer dianggap konservatif—
memiliki karakteristik liberal dalam ekonomi. Namun, Partai Republik, di sisi lain, bersikap
konservatif dalam banyak isu kebebasan personal seperti homoseksualitas dan aborsi.
13
Karakteristik sebaliknya ditemukan dalam Partai Demokrat yang bersikap liberal dalam
banyak isu kebebasan personal, tetapi cenderung konservatif dalam ekonomi dengan
membenarkan intervensi negara dalam ekonomi dan bahkan mendorong negara sebagai penyedia
barang dan jasa bagi publik dengan welfare-statisme-nya Baik Partai Republik maupun Partai
Demokrat, menurut kaum libertarian, tidak dapat dilihat sebagai pembela kebebasan, karena
keduanya mendorong perluasan kontrol negara terhadap masyarakat: Partai Republik dalam
konteks kebebasan personal dan Partai Demokrat dalam konteks kebebasan ekonomi. Bagi
libertarian, kebebasan personal dan kebebasan ekonomi adalah kesatuan tak terpisahkan.
Kebebasan, Hak, dan Keadilan
Seberapa relevan mendiskusikan keadilan dari sudut pandang libertarianisme yang
memuja kebebasan? Keadilan (justice), dalam rumusan Aristoteles, adalah “memberikan orang
apa yang layak baginya”. Keadilan, dalam perkataan lain, adalah bagaimana setiap orang
mendapat perlakuan semustinya. Tidak perlu diragukan bahwa libertarianisme adalah filsafat
politik yang membela kebebasan. Mungkinkah kebebasan memberikan garansi atas keadilan?
Bagi libertarian, jika sistem tersebut memberikan kebebasan seluas-luasnya bagi individu, maka
sistem itu adalah sistem yang adil. Kebebasan, dalam libertarianisme, selalu dipahami sebagai
interpersonal liberty: kebebasan satu orang dibatasi oleh kebebasan orang lain. Dengan
memahami kebebasan secara interpersonal, libertarianisme sesungguhnya, namun secara tak
langsung, membuka ruang bagi pembicaraan tentang keadilan. Kebebasan adalah situasi tanpa-
agresi, yang mana setiap orang diperlakukan sesuai haknya. Keadilan, dalam wacana libertarian,
adalah keadilan yang didasarkan pada pengakuan atas hak-hak individu.
Teori Hak Robert Nozick
Teori hak libertarian dirumuskan secara memikat oleh Nozick dalam Anarchy, State, and
Utopia (1974). Setelah mengkritisi pandangan kaum anarkis yang menolak eksistensi Negara
Nozick menguraikan secara panjang lebar pandangannya tentang hak-hak individu sebagai basis
bagi keadilan. Menurut Nozick, keadilan mengandaikan adanya hak. Mustahil membayangkan
keadilan tanpa hak.
14
Adil bersesuaian dengan hak-hak yang terdapat pada setiap orang. Nozick mengritik
pendekatan normatif yang berorientasi pada tujuan (goals) dan menawarkan pendekatan normatif
berbasis kekangan (constraints). Menurut Nozick, hak bukanlah tujuan yang harus direalisasikan
oleh suatu tatanan sosial, tetapi aksioma dari tatanan sosial yang bersifat aktif dan mengekang
berbagai bentuk tindakan yang hendak melanggarnya.
Nozick mengawali teori haknya dengan kritik terhadap konsep “keadilan distributif”
(distributive justice). Dalam pandangan Nozick, konsep keadilan distributif cenderung tidak
dimaknai secara netral, yang mana kata “distribusi” diasosiasikan dengan adanya “sesuatu” atau
“mekanisme” yang berdasarkan kriteria tertentu segala hal dibagikan. Keadilan, dalam perkataan
lain, dibayangkan sebagai unit-unit yang dibagi-bagi secara sentralistik oleh suatu agen
berdasarkan kriteria-kriteria tertentu. Bagi Nozick, konsep distribusi ini tidak dapat diterima.
Dalam keadaan alamiah, keadilan terwujud dalam proses distribusi yang tidak tersentralisasi
pada suatu agen—“tidak ada seseorang atau kelompok yang memiliki hak mengontrol seluruh
sumber daya.” Dalam masyarakat yang bebas, setiap orang, menurut Nozick, memiliki sesuatu
karena mendapatkannya dari orang lain, apakah melalui proses pertukaran ataukah sebagai
hadiah. Ini terjadi karena berbagai sumber daya dikuasai oleh orang-orang yang berbeda (diverse
persons control different resources), yang mana pemilik-pemilik baru bermunculan melalui
proses pertukaran dan tindakan orang per orang yang bersifat sukarela.
Berdasarkan pengandaian tersebut, Nozick melihat bahwa keadilan harus didasarkan pada
tiga prinsip: pertama, asal-usul kepemilikan (original acquisition of holdings); kedua, peralihan
kepemilikan (transfer of holdings); dan ketiga, pembetulan atas ketidakadilan atau pelanggaran
atas prinsip pertama dan kedua (rectification of injustice). Berdasarkan tiga prinsip ini, Nozick
merumuskan sebuah kerangka umum tentang keadilan yang berciri transitif dan sekaligus
evaluatif. Disebut transitif karena apapun yang muncul dari sebuah situasi yang adil, melalui
langkah yang adil, adalah juga adil. Disebut evaluatif karena, dalam kerangka umum tersebut,
terjadi evaluasi yang bersifat historis, di mana adil atau tidaknya suatu situasi kepemilikan
didasarkan pada proses kesejarahan yang memunculkan situasi tersebut, mulai dari proses awal
hingga peralihan kepemilikan.
15
Nozick menyebut historisitas ini sebagai “asas historis” dan ia perlawankan dengan “asas
hasil-akhir” yang menjadi ciri pendekatan welfare economics, yang mengevaluasi adil atau
tidaknya distribusi kepemilikan dalam masyarakat dengan mengabaikan faktor sejarah dan
mematok terlebih dulu model keadilan yang diidealkan.
Lebih lanjut lagi, Nozick membedakan dua model teori hak: teori hak yang terpola (patterned)
dan yang tak terpola. Dalam masyarakat tradisional, misalnya, seorang tetua adat atau dukun
kampung memiliki hak yang lebih besar daripada orang lain karena distribusi hak dalam
masyarakat itu ditentukan ‘berdasarkan pada kontribusi moral’ dari agen yang terlibat. Teori hak
yang terpola selalu berlandaskan pada kriteria kontribusi sosial tertentu, entah itu moral, kerja,
kebutuhan dalam masyarakat, dst. Sementara teori hak yang diajukan Nozick tidak terpola. Tidak
ada kriteria formal yang menstruktur proses distribusi kepemilikan dalam masyarakat.
Kebebasan menjadi situasi yang memungkinkan keadilan berbasis hak: “Dari masing-masing
sesuai yang mereka pilih, bagi mereka yang dipilih.”
Nozick mengilustrasikan teori hak tak terpolanya dengan eksperimen-pikiran yang
terkenal. Andaikan terdapat sebuah masyarakat yang memiliki sistem distribusi yang adil (D1).
Dalam masyarakat itu, terdapat seorang pemain basket yang amat populer bernama Wilt
Chamberlain. Ia mempunyai kontrak dengan penyelenggara pertandingan bahwa 25 sen dari
setiap pembelian tiket akan masuk ke kantongnya. Andaikan dalam pertandingan tersebut
terdapat sejuta orang yang ingin menontonnya sehingga ia mengantongi $250.000. Sejuta orang
itu sesungguhnya memiliki kebebasan untuk memilih dan sangat mungkin tidak menonton
Chamberlain, tetapi membelanjakan uang 25 sen mereka masing-masing untuk keperluan lain,
membeli Monthly Review, misalnya. Akan tetapi, faktanya (setidaknya diasumsikan begitu),
sejuta orang itu rela meluangkan 25 sen untuk menonton Chamberlain bermain basket. Dengan
demikian tercipta sistem distribusi baru (D2). Pertanyaan Nozick: “Apakah Chamberlain berhak
atas pendapatan itu? Apakah D2 adil?” Sesuai dengan prinsip dasarnya—“Apapun yang muncul
dari sebuah situasi yang adil, melalui langkah yang adil, adalah juga adil”—semestinya D2 adil.
Mengapa demikian? Karena diandaikan bahwa D1 adil dan peralihan ke D2 melibatkan
kesepakatan tanpa paksakan yang melanggar hak orang lain, sehingga D2 tak mungkin tidak adil.
16
Ilustrasi lain: Andaikan terdapat sebuah masyarakat sosialis dengan sistem distribusi yang
adil (D1). Di sana terdapat seseorang yang melebur barang miliknya untuk membangun sebuah
mesin dan ia menawarkan kuliah filsafat bagi setiap orang yang bersedia memberikan satu
komponen mesin miliknya demi kuliah filsafat tersebut. Diandaikan ada 100 orang yang
berminat menukarkan komponen mesin miliknya dengan kuliah filsafat, maka tercipta sistem
distribusi baru (D2). Apakah D2 ini juga adil? Semestinya demikian.
Meski demikian, sebagaimana para penonton Wilt Chamberlain bisa saja membentuk
sebuah serikat yang menolak membayar 25 sen sambil tetap menuntut haknya untuk menonton
permainan Chamberlain, pemerintah sosialis dalam ilustrasi kedua dapat saja melarang
pertukaran antara enterpreneur mesin yang membuka kelas filsafat dengan orang-orang yang
mau mendengarkan kuliahnya. Kesimpulannya, menurut Nozick, “tidak ada asas hasil-akhir atau
asas keadilan distribusional yang terpola yang dapat direalisasikan secara sinambung tanpa
pelanggaran yang terus-menerus terhadap hidup orang lain.”. Dalam perkataan lain, teori hak
yang terpola hanya mungkin dalam sebuah tatanan sosial yang mengizinkan pelanggaran atas
hak individu demi kepentingan redistribusi yang lebih luas sebagai hasil-akhir. Teori keadilan
distributif yang mempertahankan hak masing-masing orang adalah teori hak yang tidak terpola
dalam suasana transaksi yang bebas: liberty upsets patterns.
Sesuai dengan teori hak yang tak terpola, negara seharusnya hanya menyediakan
kepastian hukum dan jaminan keamanan bagi transaksi bebas antar individu warga. Lebih dari
itu, niscaya ada hak individu yang terinjak setiap hari. Nozick juga menyampaikan dua
argumentasi menarik lain untuk menolak perluasan model negara melampui visi negara
minimalnya.
Pertama, argumen tentang partisipasi. Banyak orang mengatakan bahwa seharusnya
negara memiliki wewenang yang lebih luas karena melaluinya setiap warga akan punya kendali
atas segala yang berkenaan dengan kehidupannya. Dengan demikian, negara dapat memastikan
terpenuhinya kemaslahatan bagi banyak warga. Nozick menanggapi argumen ini dengan
beberapa ilustrasi. Ilustrasi pertama. Andaikan empat lelaki meminang seorang perempuan.
17
Tentu saja, dalam kondisi ini, keputusan sang perempuan akan berdampak terhadap
kehidupan keempat lelaki. Apakah lantas kelimanya mesti melakukan pemungutan suara untuk
menentukan pilihan sang perempuan? Ilustrasi yang lain. Arturo Toscanini adalah seorang
konduktor orkestra terkenal yang mendirikan sebuah kelompok orkestra. Secara finansial,
pendapatan kelompok tersebut ditentukan sepenuhnya oleh popularitas Toscanini. Jika Toscanini
hendak pensiun, apakah semua anggota kelompok orkestranya memiliki hak untuk melawan
keputusan sang konduktor? Ilustrasi ketiga. Andaikan suatu koloni kutu hidup di tanduk seekor
rusa, apakah kutu-kutu tersebut memiliki hak untuk memaksa agar si rusa tidak menyeberangi
sungai demi mencari rumput? Menurut Nozick, jawabannya adalah tidak.
Kedua, argumen tentang oligarki. Orang kerap berargumen bahwa ketaksetaraan
ekonomis cenderung mengarah ke ketaksetaraan politis—misalnya, orang kaya cenderung
membentuk rantai oligarki dengan para politisi—maka kesetaraan ekonomi diperlukan untuk
menghindari ketaksetaraan politik. Negara mesti mengintervensi perekonomian demi
mewujudkan kesetaraan ekonomis sehingga rantai oligarki antara si kaya dan si politisi terputus.
Terhadap argumen ini, Nozick mengajukan bantahan berikut. Justru dalam negara yang non-
minimal, yang punya kuasa intervensi luas, terbuka kemungkinan yang lebih besar untuk tumbuh
suburnya oligarki. Orang-orang punya motivasi untuk memburu rente dari politik persis karena
kekuasaan negara yang ekstensif memungkinkan hal tersebut. Anjuran Nozick: hapuskanlah
kuasa tidak legitim yang dimiliki negara dalam redistribusi ekonomis dan hilang juga motivasi
orang untuk mengejar pengaruh politik demi laba, hilanglah raison d’être dari oligarki. Menurut
Nozick, memperkuat peran negara atas alasan menghalangi penyalahgunaan kewenangannya
adalah “strategi buruk” karena membuat para pemburu rente semakin tergiur untuk
memanfaatkan potensi kewenangan yang dimiliki para pejabat negara.
10) indivisualisme
Kaum individualis dikenal sejak jaman konservatif. Dalam masyarakat yang ideal dari
konservatif individualis, terdapat pajak yang kecil, kesejahteraan yang minimal dan tidak ada
wajib militer. Tidak ada keyakinan atau agama yang dipaksakan. Milik pribadi tidak dapat
diganggu gugat.
18
Mereka para konservatif individualis meyakini akan kebebasan secara individual.
Alasannya didasarkan karena menurutnya setiap individu sangat berbeda dan unik. Karena
pemahaman yang menempatkan kepentingan individu sebagai yang utama, maka mereka
cenderung menginginkan minimalisasi peran pemerintahan, sebagai tujuan politik utama.
Dengan demikian konservatif individualis lebih memandang pemindahan bahwa kekuasaan
pemerintahan harus memberikan bantuan yang riil terhadap kepentingan pribadi sifat manusia.
Para Individualis akan benar-benar membatasi kemampuan pemerintah dalam
menggunakan kekuasaan politiknya. Mereka memandang pemerintah sebagai sarana dimana
bisnis yang besar bisa memperoleh suatu posisi. Mereka akan memperkenalkan kompetisi
kedalam sistem sekolah tingkat dasar dan menengah. Mendorong kompetisi antara sekolah-
sekolah akan menghasilkan kualitas yang lebih tinggi. Konservatif individualis percaya pada
ketidaksempurnaan. Dan mereka percaya bahwa harapan terbaik untuk kehidupan manusia
terletak pada kebebasan individual.
11) Nasionalisme
Nasionalisme adalah satu paham yang menciptakan dan mempertahankan kedaulatan
sebuah negara (“nation”) dengan mewujudkan satu konsep identitas bersama untuk sekelompok
manusia. Para kaum nasionalis berasumsi bahwa negara adalah berdasarkan beberapa
“kebenaran politik” (political legitimacy). Bersumber dari teori romantisme yaitu “identitas
budaya”, debat liberalisme yang menganggap kebenaran politik adalah bersumber dari kehendak
rakyat, atau gabungan kedua teori itu.
Ikatan nasionalisme tumbuh di tengah masyarakat saat pola pikirnya mulai merosot.
Perasaan nasionalistik adalah kuat sehingga diberi lebih keutamaan mengatasi hak universal dan
kebebasan. Penyelenggaraan sebuah “national state” adalah suatu argumen yang ulung, seolah-
olah membentuk kerajaan yang lebih baik dengan tersendiri. Contohnya nasionalisme Turki dan
Belgia.
19
12) Pancasila
Negara berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, Manusia pada hakikatnya adalah
makhluk individu dan makhluk sosial, Manusia merupakan bagian dari seluruh anggota
masyarakat organis, Mengutamakan kepentingan masyarakat sebagai suatu kesatuan, Semua
golongan berada dalam kesatuan masyarakat yang integral dalam naungan negara, Negara tidak
memihak satu golongan atau kelas yang kuat, kepentingan dan keselamatan hidup bangsa
seluruhnya sebagai suatu kesatuan yang tidak dapat dipisah-pisahkan perlu diutamakan
13) Konsevatisme
Konservatisme merupakan paham politik yang ingin mempertahankan tradisi dan
stabilitas sosial, melestarikan pranata yang sudah ada, menghendaki perkembangan setapak demi
setapak, serta menentang perubahan yang radikal.
Definisi lain mengatakan, konservatisme adalah sebuah filsafat politik yang mendukung nilai-
nilai tradisional. Istilah ini berasal dari bahasa Latin, conservāre, melestarikan; “menjaga,
memelihara, mengamalkan“.
Di lain sumber, konservatisme diartikan sebagai ideologi dan filsafat yang menjunjung tinggi
nilai-nilai tradisional.
Samuel Francis mendefinisikan konservatisme yang otentik sebagai “bertahannya dan penguatan
orang-orang tertentu dan ungkapan-ungkapan kebudayaannya yang dilembagakan”.
Sejarah Konservatisme
Konservatisme adalah sebuah filsafat politik yang koheren, merupakan respon dari revolusi
perancis, revolusi yang melawan tradisi, ancien rejime, kekuasaan yang telah lama mapan.
konservatisme berkembang di berbagai negara yaitu negara yang mengalami revolusi dan yang
terancam oleh revolusi terutama di negeri seperti jerman, perancis dan inggris.
Dalam, konservatisme terdapat istilah sayap kanan atau kelompok kanan adalah istilah yang
mengacu kepada segmen spektrum politik yang berhubungan dengan konservatisme, liberalisme,
kelompok kanan agama, atau sekedar lawan dari politik sayap kiri. Ciri menonjol yang
membedakan kiri dan kanan adalah kebijakan ekonomi. pihak kanan menganjurkan kapitalisme,
sementara kiri menganjurkan sosialisme (seringkali sosialisme demokrat) atau komunisme.
20
Dan ciri dominan dari sayap kanan adalah melestarikan nilai-nilai tradisional (sering
berkaitan dengan agama).
Filsafat Konservatisme
Perubahan tidak selalu berarti kemajuan. Oleh karena itu, perubahan sebaiknya
berlangsung tahap demi tahap, tanpa menggoncang suatu struktur politik dalam negara atau
masyarakat yang bersangkutan.Namun, biasanya ideologi ini, hanya diterapkan sebagai dasar
golongan tertentu, tidak sebagai dasar negara. Politik konservatif dinilai cenderung “kolot” oleh
para liberalis, karena konservatif selalu menjunjung tinggi nilai-nilai tradisional tanpa satupun
dilewatkan, akibatnya banyak ketidakseragamnya dengan hukum di zaman sekarang, bagi kaum
konservatif, konservatisme merupakan bentuk skeptis dari kritik atas pemerintahan .
Ciri-ciri ajaran ideologi konservatisme
1. Lebih mementingkan lembaga-lembaga kerajaan dan gereja
2. Agama dipandang sebagai kekuatan utama disamping upaya pelestarian tradisi dan kebiasaan
dalam tata kehidupan masyarakat.
3. Lembaga-lembaga yang sudah mapan seperti keluarga, gereja, dan negara semuanya dianggap
suci.
4. Konservatisme juga menentang radikalisme dan skeptisme
Gejala-gejala konservatisme
a. Masyarakat terbaik adalah masyarakat yang tertata.
b. Agar tertata, maka diperlukan pemerintah & memiliki kekuasaan yang mengikat tapi
bertanggung jawab.
c. Penguasa hrs bertanggung jawab membantu yang lemah.
21
BAB III
PENUTUP
3.1 KeSimpulan
ideologi berarti ide-ide atau gagasan yang menjadi akar atau pondasi suatu kegiatan yang
dilakukan oleh masyarakat luas di berbagai bidang kehidupan. Bisa diartikan juga ideologi
sebagai arah dasar suatu sistem atau aturan yang ada atau berlaku. Dan ada beberap macam
ideologi dunia, diantaranya; Kapitalisme, Marxisme, Sosialisme, Komunisme,
Anarkisme,Fasisme, Liberalisme, Konservatsme, Individualisme, Nasionalisme, dan Pancasila.
3.2 Saran
Saat ini banyak sekali orang menyalahgunakan ideologi. Banyak ideologi yang
digunakan untuk menghasut masyarakat luas agar mendukung seseorang untuk menjadi
pemimpin atau penguasa. Maka dari itu janganlah begitu mudah menerima sebuah ideologi,
namun berpikirlah terlebih dahulu apakah ideologi itu sesuai dengan keadaan masyarakat saat itu
atau tidak.
22
DAFTAR PUSTAKA
http://afifahallutfiah.blogspot.com/2015/12/macam-macam-ideologi-dunia-pendidikan.html
https://supardan103.blogspot.com/2014/02/makalah-macam-macam-idiologi.html
http://www.berbagaireviews.com/2016/10/liberalisme-dan-sejarah-lahirnya.html
https://indeks.or.id/2016/12/09/libertarianisme-kebebasan-hak-dan-keadilan/
23

More Related Content

What's hot

Nilai-nilai Dari Macam-macam Ideologi di Dunia Yang Menjadi Dasar Berkesinamb...
Nilai-nilai Dari Macam-macam Ideologi di Dunia Yang Menjadi Dasar Berkesinamb...Nilai-nilai Dari Macam-macam Ideologi di Dunia Yang Menjadi Dasar Berkesinamb...
Nilai-nilai Dari Macam-macam Ideologi di Dunia Yang Menjadi Dasar Berkesinamb...norma 28
 
Macam-macam Ideologi Dunia Sebagai Etika Politik
Macam-macam Ideologi Dunia Sebagai Etika PolitikMacam-macam Ideologi Dunia Sebagai Etika Politik
Macam-macam Ideologi Dunia Sebagai Etika Politiknorma 28
 
Macam-macam Ideologi Dunia Sebagai Sistem Etika
Macam-macam Ideologi Dunia Sebagai Sistem EtikaMacam-macam Ideologi Dunia Sebagai Sistem Etika
Macam-macam Ideologi Dunia Sebagai Sistem Etikanorma 28
 
Macam-macam Ideologi Dunia Sebagai Etika Politik
Macam-macam Ideologi Dunia Sebagai Etika Politik Macam-macam Ideologi Dunia Sebagai Etika Politik
Macam-macam Ideologi Dunia Sebagai Etika Politik norma 28
 
Sejarah Perumusan Macam-macam Ideologi di Dunia
Sejarah Perumusan Macam-macam Ideologi di Dunia  Sejarah Perumusan Macam-macam Ideologi di Dunia
Sejarah Perumusan Macam-macam Ideologi di Dunia norma 28
 
Makalah ideologi-komunis1
Makalah ideologi-komunis1Makalah ideologi-komunis1
Makalah ideologi-komunis1rizki indah
 
Mengenal ideologi besar dunia oleh saddam cahyo
Mengenal ideologi besar dunia oleh saddam cahyoMengenal ideologi besar dunia oleh saddam cahyo
Mengenal ideologi besar dunia oleh saddam cahyoSaddam Tjahyo
 
Pengertian Macam-macam Ideologi Dunia Secara Filsafat
Pengertian Macam-macam Ideologi Dunia Secara FilsafatPengertian Macam-macam Ideologi Dunia Secara Filsafat
Pengertian Macam-macam Ideologi Dunia Secara Filsafatnorma 28
 
Makalah Bahasa Indonesia (Jenis-jenis Ideologi)
Makalah Bahasa Indonesia (Jenis-jenis Ideologi)Makalah Bahasa Indonesia (Jenis-jenis Ideologi)
Makalah Bahasa Indonesia (Jenis-jenis Ideologi)Agnes Yodo
 
Macam-macam Ideologi Dunia Sebagai Etika Politik
Macam-macam Ideologi Dunia Sebagai Etika PolitikMacam-macam Ideologi Dunia Sebagai Etika Politik
Macam-macam Ideologi Dunia Sebagai Etika Politiknorma 28
 
Nilai-nilai Dari Macam-macam Ideologi di Dunia Yang Menjadi Dasar Berkesinamb...
Nilai-nilai Dari Macam-macam Ideologi di Dunia Yang Menjadi Dasar Berkesinamb...Nilai-nilai Dari Macam-macam Ideologi di Dunia Yang Menjadi Dasar Berkesinamb...
Nilai-nilai Dari Macam-macam Ideologi di Dunia Yang Menjadi Dasar Berkesinamb...norma 28
 
Macam-macam Ideologi Dunia Sebagai Sistem Etika
Macam-macam Ideologi Dunia Sebagai Sistem EtikaMacam-macam Ideologi Dunia Sebagai Sistem Etika
Macam-macam Ideologi Dunia Sebagai Sistem Etikanorma 28
 
Nilai-nilai Dari Macam-macam Ideologi di Dunia Yang Menjadi Dasar Berkesinamb...
Nilai-nilai Dari Macam-macam Ideologi di Dunia Yang Menjadi Dasar Berkesinamb...Nilai-nilai Dari Macam-macam Ideologi di Dunia Yang Menjadi Dasar Berkesinamb...
Nilai-nilai Dari Macam-macam Ideologi di Dunia Yang Menjadi Dasar Berkesinamb...norma 28
 
Ideologi sosialisme
Ideologi sosialismeIdeologi sosialisme
Ideologi sosialismelutortiffd
 
Sejarah Perumusan Macam-macam Ideologi di Dunia
Sejarah Perumusan Macam-macam Ideologi di DuniaSejarah Perumusan Macam-macam Ideologi di Dunia
Sejarah Perumusan Macam-macam Ideologi di Dunianorma 28
 
Makalah bisnis sosialisme dan komunisme
Makalah bisnis   sosialisme dan komunismeMakalah bisnis   sosialisme dan komunisme
Makalah bisnis sosialisme dan komunismeErwin Sugito
 

What's hot (20)

Nilai-nilai Dari Macam-macam Ideologi di Dunia Yang Menjadi Dasar Berkesinamb...
Nilai-nilai Dari Macam-macam Ideologi di Dunia Yang Menjadi Dasar Berkesinamb...Nilai-nilai Dari Macam-macam Ideologi di Dunia Yang Menjadi Dasar Berkesinamb...
Nilai-nilai Dari Macam-macam Ideologi di Dunia Yang Menjadi Dasar Berkesinamb...
 
Macam-macam Ideologi Dunia Sebagai Etika Politik
Macam-macam Ideologi Dunia Sebagai Etika PolitikMacam-macam Ideologi Dunia Sebagai Etika Politik
Macam-macam Ideologi Dunia Sebagai Etika Politik
 
Macam-macam Ideologi Dunia Sebagai Sistem Etika
Macam-macam Ideologi Dunia Sebagai Sistem EtikaMacam-macam Ideologi Dunia Sebagai Sistem Etika
Macam-macam Ideologi Dunia Sebagai Sistem Etika
 
Macam-macam Ideologi Dunia Sebagai Etika Politik
Macam-macam Ideologi Dunia Sebagai Etika Politik Macam-macam Ideologi Dunia Sebagai Etika Politik
Macam-macam Ideologi Dunia Sebagai Etika Politik
 
Sejarah Perumusan Macam-macam Ideologi di Dunia
Sejarah Perumusan Macam-macam Ideologi di Dunia  Sejarah Perumusan Macam-macam Ideologi di Dunia
Sejarah Perumusan Macam-macam Ideologi di Dunia
 
Makalah ideologi-komunis1
Makalah ideologi-komunis1Makalah ideologi-komunis1
Makalah ideologi-komunis1
 
Mengenal ideologi besar dunia oleh saddam cahyo
Mengenal ideologi besar dunia oleh saddam cahyoMengenal ideologi besar dunia oleh saddam cahyo
Mengenal ideologi besar dunia oleh saddam cahyo
 
Pengertian Macam-macam Ideologi Dunia Secara Filsafat
Pengertian Macam-macam Ideologi Dunia Secara FilsafatPengertian Macam-macam Ideologi Dunia Secara Filsafat
Pengertian Macam-macam Ideologi Dunia Secara Filsafat
 
Makalah Bahasa Indonesia (Jenis-jenis Ideologi)
Makalah Bahasa Indonesia (Jenis-jenis Ideologi)Makalah Bahasa Indonesia (Jenis-jenis Ideologi)
Makalah Bahasa Indonesia (Jenis-jenis Ideologi)
 
Macam-macam Ideologi Dunia Sebagai Etika Politik
Macam-macam Ideologi Dunia Sebagai Etika PolitikMacam-macam Ideologi Dunia Sebagai Etika Politik
Macam-macam Ideologi Dunia Sebagai Etika Politik
 
Nilai-nilai Dari Macam-macam Ideologi di Dunia Yang Menjadi Dasar Berkesinamb...
Nilai-nilai Dari Macam-macam Ideologi di Dunia Yang Menjadi Dasar Berkesinamb...Nilai-nilai Dari Macam-macam Ideologi di Dunia Yang Menjadi Dasar Berkesinamb...
Nilai-nilai Dari Macam-macam Ideologi di Dunia Yang Menjadi Dasar Berkesinamb...
 
Bab 8 ideologi
Bab 8 ideologiBab 8 ideologi
Bab 8 ideologi
 
Macam-macam Ideologi Dunia Sebagai Sistem Etika
Macam-macam Ideologi Dunia Sebagai Sistem EtikaMacam-macam Ideologi Dunia Sebagai Sistem Etika
Macam-macam Ideologi Dunia Sebagai Sistem Etika
 
Nilai-nilai Dari Macam-macam Ideologi di Dunia Yang Menjadi Dasar Berkesinamb...
Nilai-nilai Dari Macam-macam Ideologi di Dunia Yang Menjadi Dasar Berkesinamb...Nilai-nilai Dari Macam-macam Ideologi di Dunia Yang Menjadi Dasar Berkesinamb...
Nilai-nilai Dari Macam-macam Ideologi di Dunia Yang Menjadi Dasar Berkesinamb...
 
Mengenal mabda sosialisme komunisme
Mengenal mabda sosialisme komunismeMengenal mabda sosialisme komunisme
Mengenal mabda sosialisme komunisme
 
Ideologi Komunis
Ideologi KomunisIdeologi Komunis
Ideologi Komunis
 
Ideologi sosialisme
Ideologi sosialismeIdeologi sosialisme
Ideologi sosialisme
 
Sejarah Perumusan Macam-macam Ideologi di Dunia
Sejarah Perumusan Macam-macam Ideologi di DuniaSejarah Perumusan Macam-macam Ideologi di Dunia
Sejarah Perumusan Macam-macam Ideologi di Dunia
 
Sosialisme
SosialismeSosialisme
Sosialisme
 
Makalah bisnis sosialisme dan komunisme
Makalah bisnis   sosialisme dan komunismeMakalah bisnis   sosialisme dan komunisme
Makalah bisnis sosialisme dan komunisme
 

Similar to Ideologi Dunia

Macam-macam Ideologi Dunia Sebagai Sistem Etika
Macam-macam Ideologi Dunia Sebagai Sistem EtikaMacam-macam Ideologi Dunia Sebagai Sistem Etika
Macam-macam Ideologi Dunia Sebagai Sistem Etikanorma 28
 
Nilai-nilai Dari Macam-macam Ideologi di Dunia Yang Menjadi Dasar Berkesinamb...
Nilai-nilai Dari Macam-macam Ideologi di Dunia Yang Menjadi Dasar Berkesinamb...Nilai-nilai Dari Macam-macam Ideologi di Dunia Yang Menjadi Dasar Berkesinamb...
Nilai-nilai Dari Macam-macam Ideologi di Dunia Yang Menjadi Dasar Berkesinamb...norma 28
 
Macam-macam Ideologi Dunia Sebagai Etika Politik
Macam-macam Ideologi Dunia Sebagai Etika PolitikMacam-macam Ideologi Dunia Sebagai Etika Politik
Macam-macam Ideologi Dunia Sebagai Etika Politiknorma 28
 
Macam-macam Ideologi Dunia Sebagai Filsafat
Macam-macam Ideologi Dunia Sebagai FilsafatMacam-macam Ideologi Dunia Sebagai Filsafat
Macam-macam Ideologi Dunia Sebagai Filsafatnorma 28
 
Pancasila Sebagai Ideologi Nasional
Pancasila Sebagai Ideologi NasionalPancasila Sebagai Ideologi Nasional
Pancasila Sebagai Ideologi Nasionaldionteguhpratomo
 
Pancasila Sebagai Ideologi
Pancasila Sebagai IdeologiPancasila Sebagai Ideologi
Pancasila Sebagai IdeologiMuhammad Ridwan
 
Pengertian Macam-macam Ideologi Dunia Secara Filsafat
Pengertian Macam-macam Ideologi Dunia Secara FilsafatPengertian Macam-macam Ideologi Dunia Secara Filsafat
Pengertian Macam-macam Ideologi Dunia Secara Filsafatnorma 28
 
Nilai-nilai Dari Macam-macam Ideologi di Dunia Yang Menjadi Dasar Berkesinamb...
Nilai-nilai Dari Macam-macam Ideologi di Dunia Yang Menjadi Dasar Berkesinamb...Nilai-nilai Dari Macam-macam Ideologi di Dunia Yang Menjadi Dasar Berkesinamb...
Nilai-nilai Dari Macam-macam Ideologi di Dunia Yang Menjadi Dasar Berkesinamb...norma 28
 
PPT_Pendidikan_Pancasila_Kel2.pptx
PPT_Pendidikan_Pancasila_Kel2.pptxPPT_Pendidikan_Pancasila_Kel2.pptx
PPT_Pendidikan_Pancasila_Kel2.pptxFarhanRamadan2
 
Materi p kn kelas xii
Materi p kn kelas xiiMateri p kn kelas xii
Materi p kn kelas xiifhnx
 
Pancasila sebagai ideologi nasional
Pancasila sebagai ideologi nasionalPancasila sebagai ideologi nasional
Pancasila sebagai ideologi nasionalأحمد ربانى
 
Ideologi ideologi besar
Ideologi ideologi besarIdeologi ideologi besar
Ideologi ideologi besaridbloginfo
 
2017 d jusita_idamara
2017 d jusita_idamara2017 d jusita_idamara
2017 d jusita_idamaranugrohodwic7
 
pancasila sebagai ideologi bangsa dan negara
pancasila sebagai ideologi bangsa dan negarapancasila sebagai ideologi bangsa dan negara
pancasila sebagai ideologi bangsa dan negaraAbd Taj Khalwatiyah
 
Modul pancasila sbg ideologi terbuka
Modul pancasila sbg ideologi terbukaModul pancasila sbg ideologi terbuka
Modul pancasila sbg ideologi terbukaLukman Priasmoro
 

Similar to Ideologi Dunia (19)

Macam-macam Ideologi Dunia Sebagai Sistem Etika
Macam-macam Ideologi Dunia Sebagai Sistem EtikaMacam-macam Ideologi Dunia Sebagai Sistem Etika
Macam-macam Ideologi Dunia Sebagai Sistem Etika
 
Nilai-nilai Dari Macam-macam Ideologi di Dunia Yang Menjadi Dasar Berkesinamb...
Nilai-nilai Dari Macam-macam Ideologi di Dunia Yang Menjadi Dasar Berkesinamb...Nilai-nilai Dari Macam-macam Ideologi di Dunia Yang Menjadi Dasar Berkesinamb...
Nilai-nilai Dari Macam-macam Ideologi di Dunia Yang Menjadi Dasar Berkesinamb...
 
Pancasila sebagai Ideologi Negara
Pancasila sebagai Ideologi NegaraPancasila sebagai Ideologi Negara
Pancasila sebagai Ideologi Negara
 
Macam-macam Ideologi Dunia Sebagai Etika Politik
Macam-macam Ideologi Dunia Sebagai Etika PolitikMacam-macam Ideologi Dunia Sebagai Etika Politik
Macam-macam Ideologi Dunia Sebagai Etika Politik
 
Macam-macam Ideologi Dunia Sebagai Filsafat
Macam-macam Ideologi Dunia Sebagai FilsafatMacam-macam Ideologi Dunia Sebagai Filsafat
Macam-macam Ideologi Dunia Sebagai Filsafat
 
Pancasila Sebagai Ideologi Nasional
Pancasila Sebagai Ideologi NasionalPancasila Sebagai Ideologi Nasional
Pancasila Sebagai Ideologi Nasional
 
Pancasila Sebagai Ideologi
Pancasila Sebagai IdeologiPancasila Sebagai Ideologi
Pancasila Sebagai Ideologi
 
Pengertian Macam-macam Ideologi Dunia Secara Filsafat
Pengertian Macam-macam Ideologi Dunia Secara FilsafatPengertian Macam-macam Ideologi Dunia Secara Filsafat
Pengertian Macam-macam Ideologi Dunia Secara Filsafat
 
Nilai-nilai Dari Macam-macam Ideologi di Dunia Yang Menjadi Dasar Berkesinamb...
Nilai-nilai Dari Macam-macam Ideologi di Dunia Yang Menjadi Dasar Berkesinamb...Nilai-nilai Dari Macam-macam Ideologi di Dunia Yang Menjadi Dasar Berkesinamb...
Nilai-nilai Dari Macam-macam Ideologi di Dunia Yang Menjadi Dasar Berkesinamb...
 
PPT_Pendidikan_Pancasila_Kel2.pptx
PPT_Pendidikan_Pancasila_Kel2.pptxPPT_Pendidikan_Pancasila_Kel2.pptx
PPT_Pendidikan_Pancasila_Kel2.pptx
 
Materi p kn kelas xii
Materi p kn kelas xiiMateri p kn kelas xii
Materi p kn kelas xii
 
Pancasila sebagai ideologi nasional
Pancasila sebagai ideologi nasionalPancasila sebagai ideologi nasional
Pancasila sebagai ideologi nasional
 
Bab 1 kelas 3
Bab 1 kelas 3Bab 1 kelas 3
Bab 1 kelas 3
 
Ideologi ideologi besar
Ideologi ideologi besarIdeologi ideologi besar
Ideologi ideologi besar
 
2017 d jusita_idamara
2017 d jusita_idamara2017 d jusita_idamara
2017 d jusita_idamara
 
pancasila sebagai ideologi bangsa dan negara
pancasila sebagai ideologi bangsa dan negarapancasila sebagai ideologi bangsa dan negara
pancasila sebagai ideologi bangsa dan negara
 
Modul pancasila sbg ideologi terbuka
Modul pancasila sbg ideologi terbukaModul pancasila sbg ideologi terbuka
Modul pancasila sbg ideologi terbuka
 
Ideologi dan jenis
Ideologi dan jenisIdeologi dan jenis
Ideologi dan jenis
 
poin 1.docx
poin 1.docxpoin 1.docx
poin 1.docx
 

More from norma 28

Strategi penyimpanan larutan
Strategi penyimpanan larutan Strategi penyimpanan larutan
Strategi penyimpanan larutan norma 28
 
Sejarah Perumusan Macam-macam Ideologi di Dunia
Sejarah Perumusan Macam-macam Ideologi di DuniaSejarah Perumusan Macam-macam Ideologi di Dunia
Sejarah Perumusan Macam-macam Ideologi di Dunianorma 28
 
Macam-macam Ideologi Dunia Sebagai Filsafat
Macam-macam Ideologi Dunia Sebagai FilsafatMacam-macam Ideologi Dunia Sebagai Filsafat
Macam-macam Ideologi Dunia Sebagai Filsafatnorma 28
 
Macam-macam Ideologi Dunia Sebagai Filsafat
Macam-macam Ideologi Dunia Sebagai FilsafatMacam-macam Ideologi Dunia Sebagai Filsafat
Macam-macam Ideologi Dunia Sebagai Filsafatnorma 28
 
Macam-macam Ideologi Dunia Sebagai Sistem Etika
Macam-macam Ideologi Dunia Sebagai Sistem EtikaMacam-macam Ideologi Dunia Sebagai Sistem Etika
Macam-macam Ideologi Dunia Sebagai Sistem Etikanorma 28
 
Macam-macam Ideologi Dunia Sebagai Etika Politik
Macam-macam Ideologi Dunia Sebagai Etika PolitikMacam-macam Ideologi Dunia Sebagai Etika Politik
Macam-macam Ideologi Dunia Sebagai Etika Politiknorma 28
 
Pengertian Macam-macam Ideologi Dunia Secara Filsafat
Pengertian Macam-macam Ideologi Dunia Secara FilsafatPengertian Macam-macam Ideologi Dunia Secara Filsafat
Pengertian Macam-macam Ideologi Dunia Secara Filsafatnorma 28
 
Macam-macam Ideologi Dunia Sebagai Etika Politik
Macam-macam Ideologi Dunia Sebagai Etika PolitikMacam-macam Ideologi Dunia Sebagai Etika Politik
Macam-macam Ideologi Dunia Sebagai Etika Politiknorma 28
 
Ideologi di Dunia Yang Menjadi Dasar Kesinambungan Antara Hak Dan Kewajiban
Ideologi di Dunia Yang Menjadi Dasar Kesinambungan Antara Hak Dan KewajibanIdeologi di Dunia Yang Menjadi Dasar Kesinambungan Antara Hak Dan Kewajiban
Ideologi di Dunia Yang Menjadi Dasar Kesinambungan Antara Hak Dan Kewajibannorma 28
 
Macam-macam Ideologi Dunia Sebagai Filsafat
Macam-macam Ideologi Dunia Sebagai FilsafatMacam-macam Ideologi Dunia Sebagai Filsafat
Macam-macam Ideologi Dunia Sebagai Filsafatnorma 28
 
Macam-macam Ideologi Dunia Sebagai Sistem Etika
Macam-macam Ideologi Dunia Sebagai Sistem EtikaMacam-macam Ideologi Dunia Sebagai Sistem Etika
Macam-macam Ideologi Dunia Sebagai Sistem Etikanorma 28
 
Sejarah Perumusan Macam-macam Ideologi di Dunia
Sejarah Perumusan Macam-macam Ideologi di DuniaSejarah Perumusan Macam-macam Ideologi di Dunia
Sejarah Perumusan Macam-macam Ideologi di Dunianorma 28
 

More from norma 28 (12)

Strategi penyimpanan larutan
Strategi penyimpanan larutan Strategi penyimpanan larutan
Strategi penyimpanan larutan
 
Sejarah Perumusan Macam-macam Ideologi di Dunia
Sejarah Perumusan Macam-macam Ideologi di DuniaSejarah Perumusan Macam-macam Ideologi di Dunia
Sejarah Perumusan Macam-macam Ideologi di Dunia
 
Macam-macam Ideologi Dunia Sebagai Filsafat
Macam-macam Ideologi Dunia Sebagai FilsafatMacam-macam Ideologi Dunia Sebagai Filsafat
Macam-macam Ideologi Dunia Sebagai Filsafat
 
Macam-macam Ideologi Dunia Sebagai Filsafat
Macam-macam Ideologi Dunia Sebagai FilsafatMacam-macam Ideologi Dunia Sebagai Filsafat
Macam-macam Ideologi Dunia Sebagai Filsafat
 
Macam-macam Ideologi Dunia Sebagai Sistem Etika
Macam-macam Ideologi Dunia Sebagai Sistem EtikaMacam-macam Ideologi Dunia Sebagai Sistem Etika
Macam-macam Ideologi Dunia Sebagai Sistem Etika
 
Macam-macam Ideologi Dunia Sebagai Etika Politik
Macam-macam Ideologi Dunia Sebagai Etika PolitikMacam-macam Ideologi Dunia Sebagai Etika Politik
Macam-macam Ideologi Dunia Sebagai Etika Politik
 
Pengertian Macam-macam Ideologi Dunia Secara Filsafat
Pengertian Macam-macam Ideologi Dunia Secara FilsafatPengertian Macam-macam Ideologi Dunia Secara Filsafat
Pengertian Macam-macam Ideologi Dunia Secara Filsafat
 
Macam-macam Ideologi Dunia Sebagai Etika Politik
Macam-macam Ideologi Dunia Sebagai Etika PolitikMacam-macam Ideologi Dunia Sebagai Etika Politik
Macam-macam Ideologi Dunia Sebagai Etika Politik
 
Ideologi di Dunia Yang Menjadi Dasar Kesinambungan Antara Hak Dan Kewajiban
Ideologi di Dunia Yang Menjadi Dasar Kesinambungan Antara Hak Dan KewajibanIdeologi di Dunia Yang Menjadi Dasar Kesinambungan Antara Hak Dan Kewajiban
Ideologi di Dunia Yang Menjadi Dasar Kesinambungan Antara Hak Dan Kewajiban
 
Macam-macam Ideologi Dunia Sebagai Filsafat
Macam-macam Ideologi Dunia Sebagai FilsafatMacam-macam Ideologi Dunia Sebagai Filsafat
Macam-macam Ideologi Dunia Sebagai Filsafat
 
Macam-macam Ideologi Dunia Sebagai Sistem Etika
Macam-macam Ideologi Dunia Sebagai Sistem EtikaMacam-macam Ideologi Dunia Sebagai Sistem Etika
Macam-macam Ideologi Dunia Sebagai Sistem Etika
 
Sejarah Perumusan Macam-macam Ideologi di Dunia
Sejarah Perumusan Macam-macam Ideologi di DuniaSejarah Perumusan Macam-macam Ideologi di Dunia
Sejarah Perumusan Macam-macam Ideologi di Dunia
 

Recently uploaded

TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfElaAditya
 
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptxMiftahunnajahTVIBS
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BAbdiera
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptxGiftaJewela
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Abdiera
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASreskosatrio1
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5ssuserd52993
 
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxsdn3jatiblora
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxIrfanAudah1
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CAbdiera
 

Recently uploaded (20)

TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
 
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
 
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 

Ideologi Dunia

  • 1. MAKALAH PENDIDIKAN PANCASILA SEJARAH MACAM-MACAM IDEOLOGI DUNIA DISUSUN OLEH : PUTRI PERMATASARI TINGKAT1B TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN BANTEN
  • 2. KATA PENGANTAR Segala puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan bimbinganya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat dan sebaik mungkin. Makalah ini kami susun untuk memenuhi nilai dan tugas di mata kuliahPendidikan Pancasila yang membahas tentang “Macam-macam Ideologi di Dunia” Harapan kami, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat yang berarti dalam pengajaran Pendidikan Pancasila.Meskipun demikian, kami menyadari bahwa susunan dan materi yang terkandung dalam makalah ini masih banyak kekurangannya.Untuk itu, segala saran dan kritik sangat kami harapkan demi perbaikan makalah ini.Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. i
  • 3. DAFTAR ISI Kata pengantar …………………………………………………...…………………………… i Daftar isi ……………………………………………………………………………………… ii Bab I Pendahuluan ……….…………………………………………………………………… 1 1.1 Latar Belakang ………………………………………….………………………… 1 1.2 Rumusan Masalah …………………………………………..…………………….. 1 1.3 Tujuan ……………………………….……………………………………………. 1 Bab II Pembahasan ………………………………………………………………………....... 2 2.2 Pengertian Idiologi ……………………………………………………………………. 2 2.3 Macam-macam ideologi ………………………………………………………………. 2 a. Kapitalisme …………………………………………………………………… 3 b. Marxisme …………………………………………………………...………… 3 c. Sosialisme ……………………………………………………………..……… 4 d. Kominisme ……………………………………………...…………………….. 5 e. Anarkisme ………………………………………………..…………………… 7 f. Fasisme …………………………….....................................…………………. 8 g. Liberalisme …………………………………………………………………… 8 h. Libertanianisme ………………………………………..…………………….. 11 i. Nasionalisme ………………………………………………………………… 19 j. Pancasila …………………………………………………………………….. 20 k. Konservatisme ……………………………………………………………….. 20 Bab III Penutup ……………………………………………………………………….……… 22 3.1 Kesimpulan ………………………………………………………………………. 22 3.2 Saran……………………………………………………………………………… 22 Daftar pustaka ………………………………………………………………………………... 23 ii
  • 4. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Banyak macam ideologi di dunia ini. Hampir masing-masing negara mempunyai ideologi tersendiri yang sesuai dengan negaranya.Karena ideologi merupakan dasar atau ide atau cita-cita negaratersebut untuk semakin berkembang dan maju. Namun, dengansemakinberkembangnya zaman, ideologi negara tersebut tidak boleh hilang dan tetap menjadi pedoman dan tetap tertanam pada setiap warganya. Ideologi Negara Indonesia adalah Pancasila. Ideologi pancasila ini dijadikan sebagai pandangan hidup bagi bangsa Indonesia dalam mengembangkan negara Indonesia dalam berbagai aspek. Dengan ideologi inilah bangsa Indonesia bisa mencapai kemerdekaan dan bertambah maju baik dari potensi sumber daya alam maupun sumberdaya manusianya. Namun, dengan seiring berjalannya waktu, semakin maju zaman, dan semakin maju teknologi seolah- olah ideologi pancasila hanya sebagai pelengkap negara agar tampak bahwa Indonesia merupakan sebuah negara yang merdeka dan mandiri. Banyak tingkah laku baik kalangan pejabat maupun rakyatnya bertindak tidak sesuai dengan ideologi pancasila. Ada beberapa faktor mengapa bangsa kita sedikit melenceng dari ideologi pancasila. Selain berkembangnya ideologi- ideologi luar atau selain pancasila tetapi juga bangsi Indonesia kurang mengerti ideologinya bahkan tidak tahu sama sekali. Oleh karena itu penulis membuat makalah ini dengan judul “Pancasila Sebagai Ideologi Nasional” agar kita mengenal ideologi kita dan bertindak sesuai dengan ideologi kita. 1.2 Rumusan Masalah 1.Apa pengertian ideology? 2.Apa macam – macam ideologi Dunia? 1.3 Tujuan Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujua dari makalah ini adalah untuk menjelaskan macam-macam ideologi yang ada di Dunia 1
  • 5. BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Ideologi Ideologi adalah kumpulan ide atau gagasan. Kata ideologi sendiri diciptakan oleh Destus de Tracypada akhir abad ke-18 untuk mendefinisikan “sains tentang ide“. Ideologi dapat dianggap sebagai visi yang komprehensif, sebagai cara memandang segala sesuatu (bandingkan Weltanschauung), secara umum (lihat Ideologi dalam kehidupan sehari hari) dan beberapa arah filosofis (lihat Ideologi politis), atau sekelompok ide yang diajukan oleh kelas yang dominan pada seluruh anggota masyarakat. Tujuan utama dibalik ideologi adalah untuk menawarkan perubahan melalui proses pemikiran normatif. Ideologi adalah sistem pemikiran abstrak (tidak hanya sekadar pembentukan ide) yang diterapkan pada masalah publik sehingga membuat konsep ini menjadi inti politik. Secara implisit setiap pemikiran politik mengikuti sebuah ideologi walaupun tidak diletakkan sebagai sistem berpikir yang eksplisit.(definisi ideologi Marxisme). Ideologi berasal dari kata idea (Inggris), yang artinya gagasan, pengertian. Kata kerja Yunani oida = mengetahui, melihat dengan budi. Kata “logi” yang berasal dari bahasa Yunani logos yang artinya pengetahuan. Jadi Ideologi mempunyai arti pengetahuan tentang gagasan- gagasan, pengetahuan tentang ide-ide, science of ideas atau ajaran tentang pengertian-pengertian dasar. Dalam pengertian sehari-hari menurut Kaelan ‘idea’ disamakan artinya dengan cita-cita.I 2.2 Macam-Macam Ideologi – ideologi di Dunia Pada pembahasan ini dikemukakan tentang beberapa ideologi besar, yaitu ideology yang mempunyai pengaruh dan dampak yang sangat kuat kepada masyarakat termasuk para penganutnya. Sebetulnya tidak mutlak pembahasan ideologi besar, tetapi walaupun demikian pertimbangannya secara eksistensi dalam kehidupan masyarakat menunjukkan eksis atau tidak eksistennya suatu ideologi, pembahasan ini pula sebagai ilustrasi atau paparan historis ideologi- ideologi di dunia. Ideologi dalam hal inilah tidak dipandang secara abstrak tetapi harus mampu terukur terhadap kiprah eksistensinya, sehingga tidak heran apabila Soekarno pernah mengatakan tentang perseteruan ideologi besar dunia. 2
  • 6. Beliau mengutif mengemukakan: “Bertrand Russel pernah menulis, bahwa di dalam sejarah manusia adalah dua dokumen historis yang sampai sekarang menguasai alam-hati dan alam-fikirannya bagian-bagian besar dari umat manusia, dan yang bersaingan hebat satu sama lain. Dan dokumen historis itu ialah ‘declaration of independence’ Amerika tulisan Thomas Jafferson, dan ‘Manifes Komunis’ tulisan Karl Marx.” (Dibawah Bendera Revolusi. 1965. Hal: 329). Untuk mengenal lebih lenjut tentang ideologi di dunia, berikut akan dikemukakan beberapa faham di dunia, baik yang masih bertahan membasis di masyarakat dunia maupun yang hanya tercatat dalam sejarah politik dunia. 1) Kapitalisme Kapitalisme merupakan sebuah sistem yang mulai terinstitusi di Eropa sekitar abad ke- 16 sampai abad ke-19an, yaitu pada masa perkembangan perbankan komersial Eropa. Menurut faham kapitalis, individu maupun kelompok dapat bertindak sebagai suatu badan tertentu yang dapat memiliki maupun melakukan perdagangan benda milik pribadi, terutama barang modal seperti tanah dan tenaga manusia, pada sebuah pasar bebas di mana harga ditentukan oleh permintaan dan penawaran, demi menghasilkan keuntungan di mana statusnya dilindungi oleh negara melalui hak pemilikan serta tunduk kepada hukum negara atau kepada pihak yang sudah terikat kontrak yang telah disusun secara jelas kewajibannya baik eksplisit maupun implisit serta tidak semata-mata tergantung pada kewajiban dan perlindungan yang diberikan oleh kepenguasaan feodal. Dengan demikian kapitalisme sangat berkeyakinan meraih keuntungan dengan kekuatan kepemilikan modalnya dan menghegemoni para pekerja atau konsumen untuk selalu tunduk dan memberikan keuntungan terhadap para kapitalis. Negara yang menganut paham kapitalisme adalah Inggris, Belada, Spanyol, Australia, Portugis, dan Perancis. 2) Marxisme Marx memandang suatu masyarakat komunis memiliki segala sesuatunya untuk suatu kehidupan yang produktivitas dasarnya maksimal. Yang utama, kebutuhan dasar untuk makan, tempat tinggal, dan pakaian akan disediakan oleh masyarakat. 3
  • 7. Barang dan jasa akan diproduksi dengan cara tidak menggunakan semua energi produktif orang-orang atau merusak motivasi mereka untuk menjadi kreatif. Marx juga menyebutkan kenapa perilaku akan merubah sesuatu, sehingga orang-orang akan berpartisipasi dengan sukarela dalam suatu sistem: setiap orang akan bekerja bersama-sama untuk bagian dalam hari kerja sekarang ini. Marx meyakini bahwa organisasi produksi yang rasional dalam suatu sistem komunis akan mengatasi penurunan dan akan mengijinkan pemenuhan potensi sosial orang-orang. Namun, dalam perkembangannya ajaran Marx atau Marxisme telah menjadi pembenaran untuk sentralisasi kekuasaan negara ditangan penganut Partai Komunis. 3) Sosialisme Sosialisme merupakan merupakan reaksi terhadap revolusi industri dan akibat- akibatnya.Awal sosialisme yang muncul pada bagian pertama abad ke-19 dikenal sebagai sosialis utopia. Sosialisme ini lebih didasarkan pada pandangan kemanusiaan (humanitarian). Paham sosialis berkeyakinan perubahan dapat dan seyogyanya dilakukan dengan cara-cara damai dan demokratis. Paham sosialis juga lebih luwes dalam hal perjuangan perbaikan nasib buruh secara bertahap. Istilah sosialisme mencakup berbagai jenis teori ekonomi dan sosial, mulai dari teori yang menyerukan pemilikan publik dari monopoli kekayaan alam tertentu sampai teori sepenuhnya Marxis. Banyak jenis sosialisme yang mempunyai kesamaan dalam seruan mereka akan kepemilikan dan kontrol bersama, paling tidak terhadap beberapa alat produksi tertentu. Orang-orang sosialis berpendapat bahwa keperluan bersama akan terpenuhi dengan baik melalui pembagian kerja dan pembagian yang adil dari hasil kerja tersebut. Mereka menambahkan gagasan tentang pembagian ekonomis dalam konsep politis yang sederajat. Mereka yang kecewa dengan kondisi sosial yang diakibatkan oleh revolusi industri, seperti dapat ditemukan dalam beberapa tulisan penulis perancis dan inggris abad ke-19 mulai yang mempertanyakan keadilan dan validitas sistem kapitalis. Di Perancis kembali pada revolusi tahun 1781 dan pada Francois Babeuf (1760-1797) yang berpendapat bahwa semua orang mempunyai hak yang sama pada kekayaan diatas bumi ini. 4
  • 8. Gagasan bahwa persamaan politik tidak mencukupi bahwa paling tidak harus ada tingkat persamaan ekonomi tertentu menyebar alam pemikiran perancis ketika dampak teknologi dirasakan di Benua Eropa. Henri Saint Simon (1760-1825), aristokrat yang bertempur dengan Lafayette di Amerika, menyarankan bahwa hak waris seharusnya dihapuskan, bahwa setiap orang seharusnya bekerja, dan bahwa resep bagi distribusi hasil-hasil produksi adalah “dari tiap- tiap orang menurut kemampuannya, untuk setiap orang menurut kebutuhannya” Ajaran tentang Ideologi Sosialisme yaitu : 1. Menciptakan masyarakat sosialis yang dicita-citakan dengan kejernihan dan kejelasan argument, bukan dengan cara-cara kekerasan dan revolusi. 2. Permasalahan seyogyanya diselesaikan dengan cara demokratis. Adapun tokoh dan pemikir kaum sosialisme, diantaranya: Francois-Noel Babeuf (1760- 1797), seorang inspirator bagi kaum sosialis aliran keras, Saint-Simon, Robert Owen (1771-1858), Charles Fourier (1772-1837), seorang sosialis yang paling utopis, dan seorang feminisme radikal, Etienne Cabet (1788-1856), seorang pengacara, Louis-Auguste Blanqui (1805-1881), seorang revolusioner yang hendak mencapai sosialisme melalui pemberontakan kaum buruh. Negara yang menganut Ideologi Sosialisme adalah negara- negara di Eropa Barat seperti Kuba dan Venezuela. 4) Komunisme Komunisme adalah salah satu ideologi di dunia, selain kapitalisme dan ideologi lainnya. Komunisme lahir sebagai reaksi terhadap kapitalisme di abad ke-19, yang mana mereka itu mementingkan individu pemilik dan mengesampingkan buruh. Secara umum komunisme sangat membatasi agama pada rakyatnya, dengan prinsip agama dianggap candu yang membuat orang berangan-angan yang membatasi rakyatnya dari pemikiran yang rasional dan nyata Komunisme merupakan faham dari perkembangan pemikiran Marxisme. Dalam pandangan Marx terdapat beberapa yang menandai transisi dari Kapitalisme menuju Komunisme yang sebenarnya pencapaian dan konsolidasi supremasi politik oleh kaum proletariat, sosialisasi alat-alat produksi, dan akhirnya masyarakat Komunis. Langkah pertama adalah membawa kaum proletariat pada posisi kelas yang berkuasa dengan merampas kontrol negara. 5
  • 9. Pemerintahan oleh proletariat harus menggantikan pemerintahan Borjuis. Paham komunis lahir sebagai bentuk reaksi atas perkembangan masyarakat kapitalis. Masyarakat kapitalis merupakan hasil dari suatu ideologi ideologi liberal. Berkembangnya liberalisme sebagai awal munculnya kapitalisme, mengakibatkan penderitaan rakyat kecil sehingga komunisme muncul sebagai reaksi atas penindasan terhadap rakyat kecil oleh kalangan kapitalis yang didukung oleh pemerintah. Memandang bahwa hakikat, kebebasan dan hak individu itu tidak ada. Ideologi komunisme mendasarkan pada sebuah keyakinan bahwa manusia pada hakikatnya adalah makhluk sosial saja. Manusia pada hakikatnya adalah sekumpulan relasi sehingga yang mutlak adalah komunitas dan bukan individualitas. Dalam kaitannya dengan negara, bahwa negara dianggap sebagai manifestasi dari manusia sebagai makhluk sosial. Mengubah masyarakat secara revolusioner (perubahan secara cepat) harus berakhir dengan kemenangan kaum proletar. Sehingga pada gilirannya pemerintahan negara harus dipegang oleh orang-orang yang meletakan kepentingannya pada kelas proletar. Demikian juga dengan hak asasi manusia dalam negara hanya berpusat pada hak kolektif sehingga hak individual pada hakikanya tidak ada. Atas dasar pamahaman ini sebenarnya komunisme adalah anti demokrasi dan hak asasi manusia. Komunisme: manusia pada hakikatnya adalah hanya sebagai makhluk sosial, manusia pada hakikatnya adalah merupakan sekumpulan relasi, sehingga yang mutlak adalah komunitas dan bukannya individualitas, hak milik pribadi tidak ada, karena hal itu akan menimbulkan kapitalisme. Dengan demikian hak milik individu harus diganti dengan hak milik kolektif, individualisme diganti dengan sosialisme komunis, suatu kebaikan hanya pada kepentingan demi keuntungan kelas masyarakat secara keseluruhan dan negara adalah manifestasi dari manusia sebagai makhluk sosial, mengubah masyarakat secara revolusioner harus berakhir dengan kemenangan proletar. Pemerintah negara harus dipegang oleh orang-orang yang meletakan kepentingan pada kelas proletar. Selain itu negara yang menganut komunisme bersifat atheis bahkan bersifat antitheis, sehingga melarang dan menekan kehidupan agama. Adapun ciri pokok pertama ajaran komunisme adalah sifatnya yang ateis, tidak mengimani Allah. Orang komunis menganggap Tuhan tidak ada, kalau ia berpikir Tuhan tidak ada. Akan tetapi, kalau ia berpikir Tuhan ada, jadilah Tuhan ada. 6
  • 10. Maka, keberadaan Tuhan terserah kepada manusia. Ciri pokok kedua adalah sifatnya yang kurang menghargai manusia sebagai individu. Manusia itu seperti mesin. Kalau sudah tua, rusak, jadilah ia rongsokan tidak berguna seperti rongsokan mesin. Komunisme juga kurang menghargai individu, terbukti dari ajarannya yang tidak memperbolehkan ia menguasai alat-alat produksi. Negara yang masih menganut komunisme adalah Tiongkok, Vietnam, Korea Utara, Kuba dan Laos. 5) Anarkisme Istilah anarkisme berasal dari bahasa Yunani an-archos yang artinya tanpa pemimpin. Orang- orang anarkis percaya bahwa pengesahan atas penggunaan pemaksaan oleh negara adalah bukan solusi tetapi masalah dalam masyarakat. (Hendry J. Schmandt. 2005. hal 76). Sedangkan Anarkis berarti orang yang mempercayai dan menganut anarki. Sedangkan isme sendiri berarti faham atau ajarannya Jadi, secara keseluruhan Anarkisme yaitu sesuatu faham yang mempercayai bahwa segala bentuk negara, pemerintahan, dengan kekuasaannya adalah lembaga-lembaga yang menumbuh suburkan penindasan terhadap kehidupan, oleh karena itu negara, pemerintahan, beserta perangkatnya harus dihilangkan/dihancurkan. Anarkisme adalah sebuah sistem sosialis tanpa pemerintahan. Anarkis adalah teori politik yang bertujuan untuk menciptakan masyarakat tanpa hirarkis (baik dalam politik, ekonomi, maupun sosial). Para anarkis berusaha mempertahankan bahwa anarki, ketiadaan aturan-aturan, adalah sebuah format yang dapat diterapkan dalam sistem sosial dan dapat menciptakan kebebasan individu dan kebersamaan sosial. Anarkis melihat bahwa tujuan akhir dari kebebasan dan kebersamaan sebagai sebuah kerjasama yang saling membangun antara satu dengan yang lainnya. Orang-orang anarkis memperluas pemberontakan mereka terhadap dominasi dari bidang teknologi. Orang-orang anarkis yang modern tidak menolak teknologi, tetapi mereka melihat teknologi sebagai suatu fenomena yang berbahaya yang harus digunakan dengan hati-hati pada tingkat pengijinan kontrol individu dan pemeliharaan nilai-nilai kemanusiaan. 7
  • 11. 6) Fasisme Istilah fasisme membangkitkan kenangan tentang Adolf Hitler dan Benito Mussolini dan gambaran tentang kediktatoran totaliter di negara Jerman, Italia dan Jepang selama Perang Dunia II. Fasisme merupakan gabungan dari rasisme, nasionalisme, dan otoritarisme yang berpusat pada suatu keyakinan mistis terhadap superioritas sekelompok orang tertentu. Definisi ini diilustrasikan dengan fasisme di negara Jerman dengan doktrinnya tentang superioritas bangsa Arya dan keyakinan pada prinsip kediktatoran Fuhrer yang absolut, (hal 168). Orang-orang fasis percaya bahwa setiap orang mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda- beda. Intinya yaitu bahwa setiap orang harus melakukan usaha yang terbaik untuk setiap tugas yang diberikan oleh negara kepadanya. Fasisme berusaha menggabungkan suatu seruan terhadap persatuan dengan otoritarianisme. Dalam impian orang-orang fasis hanya terdapat solidaritas tetapi tidak terdapat persamaan, Fascis ini merupakan simbol daripada kekuasaan pejabat pemerintah. Negara yang menganut paham faiisme adalah Italia, Jerman dan Jerman. 7) Liberalisme Kedua tokoh ini berangkat dari sebuah konsep sama. Yakni sebuah konsep yang dinamakan konsep negara alamaiah" atau yang lebih dikenal dengan konsep State of Nature. Namun dalam perkembangannya, kedua pemikir ini memiliki pemikiran yang sama sekali bertolak belakang satu sama lainnya. Jika ditinjau dari awal, konsepsi State of Nature yang mereka pahami itu sesungguhnya berbeda. Hobbes (1588 – 1679) berpandangan bahwa dalam ‘’State of Nature’’, individu itu pada dasarnya jelek (egois) – sesuai dengan fitrahnya. Namun, manusia ingin hidup damai. Oleh karena itu mereka membentuk suatu masyarakat baru – suatu masyarakat politik yang terkumpul untuk membuat perjanjian demi melindungi hak-haknya dari individu lain di mana perjanjian ini memerlukan pihak ketiga (penguasa). Sedangkan John Locke (1632 – 1704) berpendapat bahwa individu pada State of Nature adalah baik, namun karena adanya kesenjangan akibat harta atau kekayaan, maka khawatir jika hak individu akan diambil oleh orang lain sehingga mereka membuat perjanjian yang diserahkan oleh penguasa sebagai pihak penengah namun harus ada syarat bagi penguasa sehingga tidak seperti ‘membeli kucing dalam karung’. 8
  • 12. Sehingga, mereka memiliki bentuk akhir dari sebuah penguasa/ pihak ketiga (Negara), di mana Hobbes berpendapat akan timbul Negara Monarkhi Absolute sedangkan Locke, Monarkhi Konstitusional. Bertolak dari kesemua hal tersebut, kedua pemikir ini sama-sama menyumbangkan pemikiran mereka dalam konsepsi individualisme. Inti dari terbentuknya Negara, menurut Hobbes adalah demi kepentingan umum (masing-masing individu) meskipun baik atau tidaknya Negara itu kedepannya tergantung pemimpin negara. Sedangkan Locke berpendapat, keberadaan Negara itu akan dibatasi oleh individu sehingga kekuasaan Negara menjadi terbatas – hanya sebagai “penjaga malam” atau hanya bertindak sebagai penetralisasi konflik. Para ahli ekonomi dunia menilai bahwa pemikiran mahzab ekonomi klasik merupakan dasar sistem ekonomi kapitalis. Menurut Sumitro Djojohadikusumo, haluan pandangan yang mendasari seluruh pemikiran mahzab klasik mengenai masalah ekonomi dan politik bersumber pada falsafah tentang tata susunan masyarakat yang sebaiknya dan seyogyanya didasarkan atas hukum alam yang secara wajar berlaku dalam kehidupan masyarakat. Salah satu pemikir ekonomi klasik adalah Adam Smith (1723-1790). Pemikiran Adam Smith mengenai politik dan ekonomi yang sangat luas, oleh Sumitro Djojohadikusumo dirangkum menjadi tiga kelompok pemikiran. Pertama, haluan pandangan Adam Smith tidak terlepas dari falsafah politik, kedua, perhatian yang ditujukan pada identifikasi tentang faktor-faktor apa dan kekuatan-kekuatan yang manakah yang menentukan nilai dan harga barang. Ketiga, pola, sifat, dan arah kebijaksanaan negara yang mendukung kegiatan ekonomi ke arah kemajuan dan kesejahteraan mesyarakat. Singkatnya, segala kekuatan ekonomi seharusnya diatur oleh kekuatan pasar di mana kedudukan manusia sebagai individulah yang diutamakan, begitu pula dalam politik. Liberalisme tumbuh dari konstek masyarakat Eropa pada abad pertengahan feudal, dimana sistem sosial ekonomi dikuasai oleh kaum aristrokasi feodal dan menindas hak-hak individu. Liberalisme tidak diciptakan oleh golongan pedagang dan industri, melainkan diciptakan oleh golongan intelektual yang digerakan oleh keresahan ilmiah (rasa ingin tahu dan keinginan untuk mencari pengetahuan yang baru) dan artistik umum pada zaman itu. 9
  • 13. Ciri-ciri Ideologi Liberalisme sebagai berikut : a. Demokrasi merupakan bentuk pemerintahan yang lebih baik, b. Anggota masyarakat memiliki kebebasan intelektual penuh, termasuk kebebasan berbicara c. Pemerintah hanya mengatur kehidupan masyarakat secara terbatas. Keputusan yang dibuat hanya sedikit untuk rakyat sehingga rakyat dapat belajar membuat keputusan untuk diri sendiri. d. Kekuasaan dari seseorang terhadap orang lain merupakan hal yang buruk. Oleh karena itu pemerintahan dijalankan sedemikian rupa sehingga penyalahgunaan kekuasaan dapat dicegah. e. Suatu masyarakat dikatakan berbahagia apabila setiap individu atau sebagian terbesar individu berbahagia, kalau masyarakat secara keseluruhan berbahagia, kebahagiaan sebagian besar individu belum tentu maksimal. 8) konservatisme Konservatisme adalah sebuah filsafat politik yang mendukung nilai-nilai tradisional. Istilah ini berasal dari kata dalam bahasa Latin, conservāre, melestarikan; "menjaga, memelihara, mengamalkan". Karena berbagai budaya memiliki nilai-nilai yang mapan dan berbeda-beda, kaum konservatif di berbagai kebudayaan mempunyai tujuan yang berbeda-beda pula. Sebagian pihak konservatif berusaha melestarikan status quo, sementara yang lainnya berusaha kembali kepada nilai-nilai dari zaman yang lampau, Orang-orang konservatif memusatkan konsentrasi mereka pada pembentukan institusi-institusi sosial dan politis yang akan menghasilkan kekuatan dan meminimalkan kelemahan yang terdapat pada setiap kepribadian yang berbeda. Mereka memandang masyarakat sebagai suatu jaringan rencana, otoritas dan keyakinan tertentu yang timbul dari kebiasaan, perbedaan kemampuan, dan pembatasan pada rasionalitas manusia. Daripada memandang individu-individu sebagai alat pemikiran kepentingan pribadi, orang- orang konservatif lebih berpendapat bahwa orang-orang telah menghabiskan hidupnya untuk berjuang karena adanya dorongan kemauan yang besar. Kebebasan akademis merupakan konsep yang relatif untuk orang-orang konservatif, dan kebenaran yang utama tentang kebudayaan tidak boleh disangkal dengan pengajaran “yang salah”. 10
  • 14. 9) Libertarianisme Libertarianisme adalah “neologi” bagi pemikiran liberalisme klasik. Atribut “klasik” pada liberalisme-libertarian menegaskan posisi libertarianisme sebagai pembela kebebasan pada satu sisi, tetapi, pada sisi lain, membedakannya dari liberalisme yang dikenal secara luas, khususnya dalam konteks politik Amerika Serikat (AS) kontemporer. Kaum libertarian mengidentifikasi diri sebagai penerus liberalisme yang tercermin dalam dua konsep utama, yaitu “negara minimal” dalam filsafat politik John Locke (1632-1704) dan “kapitalisme pasar bebas” dalam teori ekonomi Adam Smith (1723-1790). Ironisnya, dalam pandangan kaum libertarian, banyak pemikir kontemporer mengatasnamakan liberalisme untuk pandangan mereka yang non-liberal. Para pemikir “liberal” tersebut—antara lain John M. Keynes, John Rawls, dan Catherine McKinnon—mendukung “pemerintahan besar” dan intervensi pasar. Kooptasi makna “liberalisme” oleh kelompok “non-liberal” ini memaksa pengikut-pengikut John Locke dan Adam Smith menggunakan berbagai nama lain seperti “kapitalis radikal” (Aynd Rand), “liberal pasar” (Edward H. Crane), dan “sosialis” (Thomas Paine). Sementara, Milton Friedman dan Friedrich Hayek bersikukuh dengan nama liberalisme sambil berusaha meyakinkan publik bahwa “liberalisme” dewasa ini telah dikooptasi oleh gagasan-gagasan yang bertentangan dengan liberalisme. Pada 1950, Leonard Reed menyebut dirinya sebagai “libertarian” dan libertarianisme secara perlahan mencapai puncak popularitas pada dekade 1970-an. Dalam Contemporary Political Philosophy, Kymlicka memasukkan libertarianisme dalam kategori teori politik “sayap kanan” yang ditandai dengan dukungan kaum libertarian terhadap pasar bebas dan penolakan terhadap skema pajak redistributif dalam teori liberal tentang kesetaraan (liberal theory of equality) yang diajukan oleh teoretisi egalitarianisme liberal, John Rawls. Namun, menurut Kymlicka, tidak semua pendukung pasar bebas dapat disebut libertarian. Hanya kaum libertarian yang membela pasar bebas karena keyakinan bahwa pasar bebas adalah adil secara inheren. Kelompok sayap kanan lain, utilitarianisme, misalnya, mendukung pasar bebas karena efisiensi dan produktivitas, di mana pasar bebas diyakini dapat merealisasikan kebahagiaan bagi kelompok masyarakat terbesar. 11
  • 15. Menurut Kymlicka, perbedaan kaum libertarian dari kelompok sayap kanan lain juga tercermin pada pandangan mereka bahwa pajak redistributif bersifat salah secara inheren— pelanggaran atas hak-hak warga. Setiap individu warga berhak untuk mengalihkan secara bebas barang dan jasa yang ia miliki, terlepas apakah cara yang digunakannya meningkatkan atau mengurangi produktivitas. Intervensi pemerintah terhadap distribusi barang dan jasa—termasuk pajak redistributif— sebangun maknanya dengan kerja paksa yang melanggar hak-hak moral yang mendasar. Dari sudut pandang kaum libertarian, kebebasan (liberty) adalah sesuatu yang harus diimplementasikan. Kebebasan merupakan situasi tanpa-agresi dalam relasi interpersonal. Terdapat banyak bentuk relasi interpersonal, yang mana “pasar” adalah satu di antaranya. Dukungan libertarianisme terhadap pasar bebas yang disebutkan Kymlicka, dari perspektif libertarianisme, adalah sebuah bentuk implementasi kebebasan interpersonal dalam konteks ekonomi. Kebebasan, bagi sebagian libertarian, bersifat niscaya karena setiap individu secara alamiah memiliki hak-hak yang tak boleh dilanggar oleh pihak manapun. Pandangan ini ditemukan di kalangan filsuf libertarian, mulai dari Locke dan Hume hingga Rothbard dan Nozick. Sebagian libertarian lain tidak mendasarkan kebebasan pada argumentasi tentang hak- hak alamiah individu, tetapi lebih pada manfaat yang timbul dari kebebasan, khususnya kebebasan ekonomi. Mereka umumnya adalah kalangan ekonom yang melanjutkan gagasan pasar bebas dari Adam Smith seperti Ludwig von Misses, Milton Friedman, David Friedman, dan Friedrich von Hayek. Apapun argumentasi yang mendasarinya, kedua kubu libertarian ini melihat dua hal penting untuk mengimplementasikan kebebasan: negara minimal dan pasar bebas. Kaum libertarian mengkritik perspektif dalam pemetaan filsafat politik kontemporer. Semua istilah yang lazim digunakan dalam peta filsafat politik kontemporer—konservatif, liberal, kiri, kanan—memiliki makna yang cenderung tumpang tindih dalam realitas politik kontemporer. 12
  • 16. Dalam The American Heritage Dictionary disebutkan bahwa “kaum liberal” adalah mereka yang “mendukung kemajuan dan reforma”, sedangkan “kaum konservatif” adalah mereka yang mendukung “pemeliharaan tatanan yang berjalan dan melihat segala usulan perubahan dengan kecurigaan”. The Random House Dictionary menyebutkan bahwa “kaum kiri” membela “reforma liberal … biasanya dengan berpihak pada kebebasan pribadi yang lebih besar atau kemajuan kondisi sosial”, sedangkan “kaum kanan” adalah mereka yang “membela tatanan sosial, politik, dan ekonomi yang berjalan, sering kali dengan cara-cara otoritarian.” Berbeda dari Kymlicka yang cenderung menempatkan libertarianisme di jajaran teori-teori politik “sayap kanan”, David Boaz, tokoh libertarian dari Cato Institute, mengemukakan, “Seandainya pilihan- pilihan ini yang tersedia bagi saya, saya akan memilih ‘kiri’”. Menurut libertarian, berbagai teori politik sesungguhnya selalu dapat dilihat dalam dua orientasi filsafat: kekuasaan dan kebebasan. Filsafat kekuasaan memiliki banyak nama sepanjang sejarah—kaisarisme, despotisme, fasisme, komunisme, dan welfare-statisme. Semuanya mengizinkan sekelompok orang menggunakan paksaan terhadap orang lain agar melakukan hal- hal yang tidak mereka inginkan. Filsafat kebebasan juga memiliki banyak nama, meskipun sekarang situasinya menjadi lebih sulit dipahami karena banyak pembela statisme menyebut diri mereka sebagai kaum liberal. Satu hal yang pasti, filsafat kebebasan meyakini bahwa setiap orang memiliki kebebasan untuk menjalani kehidupan dengan cara yang ia pilih sendiri sejauh cara tersebut tidak melanggar kebebasan yang sama pada orang lain. Pandangan libertarian lebih mudah dipahami dalam realitas politik kontemporer, khususnya di AS. Secara populer, kekuatan-kekuatan politik utama cenderung dipetakan ke dalam dua kelompok: kubu konservatif yang diwakili oleh Partai Republik dan kubu liberal yang diwakili oleh Partai Demokrat. Namun, dengan menggunakan perspektif libertarian, baik Partai Republik maupun Partai Demokrat masing-masing sulit diposisikan sebagai sepenuhnya konservatif atau liberal. Partai Republik, di satu sisi, menunjukkan komitmen terhadap pasar bebas, sehingga membuat Partai Republik—yang secara populer dianggap konservatif— memiliki karakteristik liberal dalam ekonomi. Namun, Partai Republik, di sisi lain, bersikap konservatif dalam banyak isu kebebasan personal seperti homoseksualitas dan aborsi. 13
  • 17. Karakteristik sebaliknya ditemukan dalam Partai Demokrat yang bersikap liberal dalam banyak isu kebebasan personal, tetapi cenderung konservatif dalam ekonomi dengan membenarkan intervensi negara dalam ekonomi dan bahkan mendorong negara sebagai penyedia barang dan jasa bagi publik dengan welfare-statisme-nya Baik Partai Republik maupun Partai Demokrat, menurut kaum libertarian, tidak dapat dilihat sebagai pembela kebebasan, karena keduanya mendorong perluasan kontrol negara terhadap masyarakat: Partai Republik dalam konteks kebebasan personal dan Partai Demokrat dalam konteks kebebasan ekonomi. Bagi libertarian, kebebasan personal dan kebebasan ekonomi adalah kesatuan tak terpisahkan. Kebebasan, Hak, dan Keadilan Seberapa relevan mendiskusikan keadilan dari sudut pandang libertarianisme yang memuja kebebasan? Keadilan (justice), dalam rumusan Aristoteles, adalah “memberikan orang apa yang layak baginya”. Keadilan, dalam perkataan lain, adalah bagaimana setiap orang mendapat perlakuan semustinya. Tidak perlu diragukan bahwa libertarianisme adalah filsafat politik yang membela kebebasan. Mungkinkah kebebasan memberikan garansi atas keadilan? Bagi libertarian, jika sistem tersebut memberikan kebebasan seluas-luasnya bagi individu, maka sistem itu adalah sistem yang adil. Kebebasan, dalam libertarianisme, selalu dipahami sebagai interpersonal liberty: kebebasan satu orang dibatasi oleh kebebasan orang lain. Dengan memahami kebebasan secara interpersonal, libertarianisme sesungguhnya, namun secara tak langsung, membuka ruang bagi pembicaraan tentang keadilan. Kebebasan adalah situasi tanpa- agresi, yang mana setiap orang diperlakukan sesuai haknya. Keadilan, dalam wacana libertarian, adalah keadilan yang didasarkan pada pengakuan atas hak-hak individu. Teori Hak Robert Nozick Teori hak libertarian dirumuskan secara memikat oleh Nozick dalam Anarchy, State, and Utopia (1974). Setelah mengkritisi pandangan kaum anarkis yang menolak eksistensi Negara Nozick menguraikan secara panjang lebar pandangannya tentang hak-hak individu sebagai basis bagi keadilan. Menurut Nozick, keadilan mengandaikan adanya hak. Mustahil membayangkan keadilan tanpa hak. 14
  • 18. Adil bersesuaian dengan hak-hak yang terdapat pada setiap orang. Nozick mengritik pendekatan normatif yang berorientasi pada tujuan (goals) dan menawarkan pendekatan normatif berbasis kekangan (constraints). Menurut Nozick, hak bukanlah tujuan yang harus direalisasikan oleh suatu tatanan sosial, tetapi aksioma dari tatanan sosial yang bersifat aktif dan mengekang berbagai bentuk tindakan yang hendak melanggarnya. Nozick mengawali teori haknya dengan kritik terhadap konsep “keadilan distributif” (distributive justice). Dalam pandangan Nozick, konsep keadilan distributif cenderung tidak dimaknai secara netral, yang mana kata “distribusi” diasosiasikan dengan adanya “sesuatu” atau “mekanisme” yang berdasarkan kriteria tertentu segala hal dibagikan. Keadilan, dalam perkataan lain, dibayangkan sebagai unit-unit yang dibagi-bagi secara sentralistik oleh suatu agen berdasarkan kriteria-kriteria tertentu. Bagi Nozick, konsep distribusi ini tidak dapat diterima. Dalam keadaan alamiah, keadilan terwujud dalam proses distribusi yang tidak tersentralisasi pada suatu agen—“tidak ada seseorang atau kelompok yang memiliki hak mengontrol seluruh sumber daya.” Dalam masyarakat yang bebas, setiap orang, menurut Nozick, memiliki sesuatu karena mendapatkannya dari orang lain, apakah melalui proses pertukaran ataukah sebagai hadiah. Ini terjadi karena berbagai sumber daya dikuasai oleh orang-orang yang berbeda (diverse persons control different resources), yang mana pemilik-pemilik baru bermunculan melalui proses pertukaran dan tindakan orang per orang yang bersifat sukarela. Berdasarkan pengandaian tersebut, Nozick melihat bahwa keadilan harus didasarkan pada tiga prinsip: pertama, asal-usul kepemilikan (original acquisition of holdings); kedua, peralihan kepemilikan (transfer of holdings); dan ketiga, pembetulan atas ketidakadilan atau pelanggaran atas prinsip pertama dan kedua (rectification of injustice). Berdasarkan tiga prinsip ini, Nozick merumuskan sebuah kerangka umum tentang keadilan yang berciri transitif dan sekaligus evaluatif. Disebut transitif karena apapun yang muncul dari sebuah situasi yang adil, melalui langkah yang adil, adalah juga adil. Disebut evaluatif karena, dalam kerangka umum tersebut, terjadi evaluasi yang bersifat historis, di mana adil atau tidaknya suatu situasi kepemilikan didasarkan pada proses kesejarahan yang memunculkan situasi tersebut, mulai dari proses awal hingga peralihan kepemilikan. 15
  • 19. Nozick menyebut historisitas ini sebagai “asas historis” dan ia perlawankan dengan “asas hasil-akhir” yang menjadi ciri pendekatan welfare economics, yang mengevaluasi adil atau tidaknya distribusi kepemilikan dalam masyarakat dengan mengabaikan faktor sejarah dan mematok terlebih dulu model keadilan yang diidealkan. Lebih lanjut lagi, Nozick membedakan dua model teori hak: teori hak yang terpola (patterned) dan yang tak terpola. Dalam masyarakat tradisional, misalnya, seorang tetua adat atau dukun kampung memiliki hak yang lebih besar daripada orang lain karena distribusi hak dalam masyarakat itu ditentukan ‘berdasarkan pada kontribusi moral’ dari agen yang terlibat. Teori hak yang terpola selalu berlandaskan pada kriteria kontribusi sosial tertentu, entah itu moral, kerja, kebutuhan dalam masyarakat, dst. Sementara teori hak yang diajukan Nozick tidak terpola. Tidak ada kriteria formal yang menstruktur proses distribusi kepemilikan dalam masyarakat. Kebebasan menjadi situasi yang memungkinkan keadilan berbasis hak: “Dari masing-masing sesuai yang mereka pilih, bagi mereka yang dipilih.” Nozick mengilustrasikan teori hak tak terpolanya dengan eksperimen-pikiran yang terkenal. Andaikan terdapat sebuah masyarakat yang memiliki sistem distribusi yang adil (D1). Dalam masyarakat itu, terdapat seorang pemain basket yang amat populer bernama Wilt Chamberlain. Ia mempunyai kontrak dengan penyelenggara pertandingan bahwa 25 sen dari setiap pembelian tiket akan masuk ke kantongnya. Andaikan dalam pertandingan tersebut terdapat sejuta orang yang ingin menontonnya sehingga ia mengantongi $250.000. Sejuta orang itu sesungguhnya memiliki kebebasan untuk memilih dan sangat mungkin tidak menonton Chamberlain, tetapi membelanjakan uang 25 sen mereka masing-masing untuk keperluan lain, membeli Monthly Review, misalnya. Akan tetapi, faktanya (setidaknya diasumsikan begitu), sejuta orang itu rela meluangkan 25 sen untuk menonton Chamberlain bermain basket. Dengan demikian tercipta sistem distribusi baru (D2). Pertanyaan Nozick: “Apakah Chamberlain berhak atas pendapatan itu? Apakah D2 adil?” Sesuai dengan prinsip dasarnya—“Apapun yang muncul dari sebuah situasi yang adil, melalui langkah yang adil, adalah juga adil”—semestinya D2 adil. Mengapa demikian? Karena diandaikan bahwa D1 adil dan peralihan ke D2 melibatkan kesepakatan tanpa paksakan yang melanggar hak orang lain, sehingga D2 tak mungkin tidak adil. 16
  • 20. Ilustrasi lain: Andaikan terdapat sebuah masyarakat sosialis dengan sistem distribusi yang adil (D1). Di sana terdapat seseorang yang melebur barang miliknya untuk membangun sebuah mesin dan ia menawarkan kuliah filsafat bagi setiap orang yang bersedia memberikan satu komponen mesin miliknya demi kuliah filsafat tersebut. Diandaikan ada 100 orang yang berminat menukarkan komponen mesin miliknya dengan kuliah filsafat, maka tercipta sistem distribusi baru (D2). Apakah D2 ini juga adil? Semestinya demikian. Meski demikian, sebagaimana para penonton Wilt Chamberlain bisa saja membentuk sebuah serikat yang menolak membayar 25 sen sambil tetap menuntut haknya untuk menonton permainan Chamberlain, pemerintah sosialis dalam ilustrasi kedua dapat saja melarang pertukaran antara enterpreneur mesin yang membuka kelas filsafat dengan orang-orang yang mau mendengarkan kuliahnya. Kesimpulannya, menurut Nozick, “tidak ada asas hasil-akhir atau asas keadilan distribusional yang terpola yang dapat direalisasikan secara sinambung tanpa pelanggaran yang terus-menerus terhadap hidup orang lain.”. Dalam perkataan lain, teori hak yang terpola hanya mungkin dalam sebuah tatanan sosial yang mengizinkan pelanggaran atas hak individu demi kepentingan redistribusi yang lebih luas sebagai hasil-akhir. Teori keadilan distributif yang mempertahankan hak masing-masing orang adalah teori hak yang tidak terpola dalam suasana transaksi yang bebas: liberty upsets patterns. Sesuai dengan teori hak yang tak terpola, negara seharusnya hanya menyediakan kepastian hukum dan jaminan keamanan bagi transaksi bebas antar individu warga. Lebih dari itu, niscaya ada hak individu yang terinjak setiap hari. Nozick juga menyampaikan dua argumentasi menarik lain untuk menolak perluasan model negara melampui visi negara minimalnya. Pertama, argumen tentang partisipasi. Banyak orang mengatakan bahwa seharusnya negara memiliki wewenang yang lebih luas karena melaluinya setiap warga akan punya kendali atas segala yang berkenaan dengan kehidupannya. Dengan demikian, negara dapat memastikan terpenuhinya kemaslahatan bagi banyak warga. Nozick menanggapi argumen ini dengan beberapa ilustrasi. Ilustrasi pertama. Andaikan empat lelaki meminang seorang perempuan. 17
  • 21. Tentu saja, dalam kondisi ini, keputusan sang perempuan akan berdampak terhadap kehidupan keempat lelaki. Apakah lantas kelimanya mesti melakukan pemungutan suara untuk menentukan pilihan sang perempuan? Ilustrasi yang lain. Arturo Toscanini adalah seorang konduktor orkestra terkenal yang mendirikan sebuah kelompok orkestra. Secara finansial, pendapatan kelompok tersebut ditentukan sepenuhnya oleh popularitas Toscanini. Jika Toscanini hendak pensiun, apakah semua anggota kelompok orkestranya memiliki hak untuk melawan keputusan sang konduktor? Ilustrasi ketiga. Andaikan suatu koloni kutu hidup di tanduk seekor rusa, apakah kutu-kutu tersebut memiliki hak untuk memaksa agar si rusa tidak menyeberangi sungai demi mencari rumput? Menurut Nozick, jawabannya adalah tidak. Kedua, argumen tentang oligarki. Orang kerap berargumen bahwa ketaksetaraan ekonomis cenderung mengarah ke ketaksetaraan politis—misalnya, orang kaya cenderung membentuk rantai oligarki dengan para politisi—maka kesetaraan ekonomi diperlukan untuk menghindari ketaksetaraan politik. Negara mesti mengintervensi perekonomian demi mewujudkan kesetaraan ekonomis sehingga rantai oligarki antara si kaya dan si politisi terputus. Terhadap argumen ini, Nozick mengajukan bantahan berikut. Justru dalam negara yang non- minimal, yang punya kuasa intervensi luas, terbuka kemungkinan yang lebih besar untuk tumbuh suburnya oligarki. Orang-orang punya motivasi untuk memburu rente dari politik persis karena kekuasaan negara yang ekstensif memungkinkan hal tersebut. Anjuran Nozick: hapuskanlah kuasa tidak legitim yang dimiliki negara dalam redistribusi ekonomis dan hilang juga motivasi orang untuk mengejar pengaruh politik demi laba, hilanglah raison d’être dari oligarki. Menurut Nozick, memperkuat peran negara atas alasan menghalangi penyalahgunaan kewenangannya adalah “strategi buruk” karena membuat para pemburu rente semakin tergiur untuk memanfaatkan potensi kewenangan yang dimiliki para pejabat negara. 10) indivisualisme Kaum individualis dikenal sejak jaman konservatif. Dalam masyarakat yang ideal dari konservatif individualis, terdapat pajak yang kecil, kesejahteraan yang minimal dan tidak ada wajib militer. Tidak ada keyakinan atau agama yang dipaksakan. Milik pribadi tidak dapat diganggu gugat. 18
  • 22. Mereka para konservatif individualis meyakini akan kebebasan secara individual. Alasannya didasarkan karena menurutnya setiap individu sangat berbeda dan unik. Karena pemahaman yang menempatkan kepentingan individu sebagai yang utama, maka mereka cenderung menginginkan minimalisasi peran pemerintahan, sebagai tujuan politik utama. Dengan demikian konservatif individualis lebih memandang pemindahan bahwa kekuasaan pemerintahan harus memberikan bantuan yang riil terhadap kepentingan pribadi sifat manusia. Para Individualis akan benar-benar membatasi kemampuan pemerintah dalam menggunakan kekuasaan politiknya. Mereka memandang pemerintah sebagai sarana dimana bisnis yang besar bisa memperoleh suatu posisi. Mereka akan memperkenalkan kompetisi kedalam sistem sekolah tingkat dasar dan menengah. Mendorong kompetisi antara sekolah- sekolah akan menghasilkan kualitas yang lebih tinggi. Konservatif individualis percaya pada ketidaksempurnaan. Dan mereka percaya bahwa harapan terbaik untuk kehidupan manusia terletak pada kebebasan individual. 11) Nasionalisme Nasionalisme adalah satu paham yang menciptakan dan mempertahankan kedaulatan sebuah negara (“nation”) dengan mewujudkan satu konsep identitas bersama untuk sekelompok manusia. Para kaum nasionalis berasumsi bahwa negara adalah berdasarkan beberapa “kebenaran politik” (political legitimacy). Bersumber dari teori romantisme yaitu “identitas budaya”, debat liberalisme yang menganggap kebenaran politik adalah bersumber dari kehendak rakyat, atau gabungan kedua teori itu. Ikatan nasionalisme tumbuh di tengah masyarakat saat pola pikirnya mulai merosot. Perasaan nasionalistik adalah kuat sehingga diberi lebih keutamaan mengatasi hak universal dan kebebasan. Penyelenggaraan sebuah “national state” adalah suatu argumen yang ulung, seolah- olah membentuk kerajaan yang lebih baik dengan tersendiri. Contohnya nasionalisme Turki dan Belgia. 19
  • 23. 12) Pancasila Negara berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, Manusia pada hakikatnya adalah makhluk individu dan makhluk sosial, Manusia merupakan bagian dari seluruh anggota masyarakat organis, Mengutamakan kepentingan masyarakat sebagai suatu kesatuan, Semua golongan berada dalam kesatuan masyarakat yang integral dalam naungan negara, Negara tidak memihak satu golongan atau kelas yang kuat, kepentingan dan keselamatan hidup bangsa seluruhnya sebagai suatu kesatuan yang tidak dapat dipisah-pisahkan perlu diutamakan 13) Konsevatisme Konservatisme merupakan paham politik yang ingin mempertahankan tradisi dan stabilitas sosial, melestarikan pranata yang sudah ada, menghendaki perkembangan setapak demi setapak, serta menentang perubahan yang radikal. Definisi lain mengatakan, konservatisme adalah sebuah filsafat politik yang mendukung nilai- nilai tradisional. Istilah ini berasal dari bahasa Latin, conservāre, melestarikan; “menjaga, memelihara, mengamalkan“. Di lain sumber, konservatisme diartikan sebagai ideologi dan filsafat yang menjunjung tinggi nilai-nilai tradisional. Samuel Francis mendefinisikan konservatisme yang otentik sebagai “bertahannya dan penguatan orang-orang tertentu dan ungkapan-ungkapan kebudayaannya yang dilembagakan”. Sejarah Konservatisme Konservatisme adalah sebuah filsafat politik yang koheren, merupakan respon dari revolusi perancis, revolusi yang melawan tradisi, ancien rejime, kekuasaan yang telah lama mapan. konservatisme berkembang di berbagai negara yaitu negara yang mengalami revolusi dan yang terancam oleh revolusi terutama di negeri seperti jerman, perancis dan inggris. Dalam, konservatisme terdapat istilah sayap kanan atau kelompok kanan adalah istilah yang mengacu kepada segmen spektrum politik yang berhubungan dengan konservatisme, liberalisme, kelompok kanan agama, atau sekedar lawan dari politik sayap kiri. Ciri menonjol yang membedakan kiri dan kanan adalah kebijakan ekonomi. pihak kanan menganjurkan kapitalisme, sementara kiri menganjurkan sosialisme (seringkali sosialisme demokrat) atau komunisme. 20
  • 24. Dan ciri dominan dari sayap kanan adalah melestarikan nilai-nilai tradisional (sering berkaitan dengan agama). Filsafat Konservatisme Perubahan tidak selalu berarti kemajuan. Oleh karena itu, perubahan sebaiknya berlangsung tahap demi tahap, tanpa menggoncang suatu struktur politik dalam negara atau masyarakat yang bersangkutan.Namun, biasanya ideologi ini, hanya diterapkan sebagai dasar golongan tertentu, tidak sebagai dasar negara. Politik konservatif dinilai cenderung “kolot” oleh para liberalis, karena konservatif selalu menjunjung tinggi nilai-nilai tradisional tanpa satupun dilewatkan, akibatnya banyak ketidakseragamnya dengan hukum di zaman sekarang, bagi kaum konservatif, konservatisme merupakan bentuk skeptis dari kritik atas pemerintahan . Ciri-ciri ajaran ideologi konservatisme 1. Lebih mementingkan lembaga-lembaga kerajaan dan gereja 2. Agama dipandang sebagai kekuatan utama disamping upaya pelestarian tradisi dan kebiasaan dalam tata kehidupan masyarakat. 3. Lembaga-lembaga yang sudah mapan seperti keluarga, gereja, dan negara semuanya dianggap suci. 4. Konservatisme juga menentang radikalisme dan skeptisme Gejala-gejala konservatisme a. Masyarakat terbaik adalah masyarakat yang tertata. b. Agar tertata, maka diperlukan pemerintah & memiliki kekuasaan yang mengikat tapi bertanggung jawab. c. Penguasa hrs bertanggung jawab membantu yang lemah. 21
  • 25. BAB III PENUTUP 3.1 KeSimpulan ideologi berarti ide-ide atau gagasan yang menjadi akar atau pondasi suatu kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat luas di berbagai bidang kehidupan. Bisa diartikan juga ideologi sebagai arah dasar suatu sistem atau aturan yang ada atau berlaku. Dan ada beberap macam ideologi dunia, diantaranya; Kapitalisme, Marxisme, Sosialisme, Komunisme, Anarkisme,Fasisme, Liberalisme, Konservatsme, Individualisme, Nasionalisme, dan Pancasila. 3.2 Saran Saat ini banyak sekali orang menyalahgunakan ideologi. Banyak ideologi yang digunakan untuk menghasut masyarakat luas agar mendukung seseorang untuk menjadi pemimpin atau penguasa. Maka dari itu janganlah begitu mudah menerima sebuah ideologi, namun berpikirlah terlebih dahulu apakah ideologi itu sesuai dengan keadaan masyarakat saat itu atau tidak. 22