SlideShare a Scribd company logo
Pengajar :
Heni Widayani, M.Si
MataKuliah:MatematikaDiskrit
INDUKSI MATEMATIKA
& REKURSI
Kamis, 15 Februari 2018
TUJUAN
β€’ Mereview konsep induksi untuk pembuktian obyek-
obyek diskrit.
β€’ Mempelajari penggunaan induksi Matematika dan
mengapa induksi merupakan teknik pembuktian yang
valid
β€’ Dapat menggunakan rekursi untuk mendefinisikan
barisan, fungsi, dan himpunan
β€’ Mempelajari metoda induksi struktural untuk
membuktikan masalah rekursif
Definisi Rekursif Barisan
Penulisan barisan
1. Menuliskan beberapa suku pertama barisan
3, 5, 7,
3, 5, 7,
2. Menyatakan barisan dalam rumus eksplisit suku-sukunya
π‘Ž 𝑛 = 2𝑛 + 1 , dengan n β‰₯ 1, 𝑛 ∈ β„€) (barisan bilangan ganjil > 2)
Kelebihan :
β€’ Setiap suku barisan ditentukan secara tunggal
β€’ Penentuan nilai suku ke-n dapat dilakukan secara cepat
3. Secara rekursif
Untuk π‘˜ ∈ β„€, k β‰₯ 1, π‘Ž π‘˜ = π‘Ž π‘˜βˆ’1 + 2, π‘Ž0 = 3
β€’ Nilai barisan sangat dipengaruhi relasi rekurensi dan kondisi
awal.
9, 11, 13, 15, ...(barisan bilangan bil.ganjil lebih dari 2 )
11, 13, 17, 19,... (barisan bilangan prima lebih dari 2)
Relasi rekurensi Syarat awal
Barisan Fibonacci
Pada tahun 1202, Leonardo of Pisa (Fibonacci) mengemukakan masalah
sebagai berikut :
Misalkan mula-mula ada sepasang kelinci (jantan dan betina) yang baru
lahir. Setiap bulan, kelinci-kelinci yang sudah berumur lebih dari 1 bulan
akan beranak 2 ekor kelinci (jantan dan betina). Carilah banyaknya kelinci
setelah n bulan!
Jawab :
Pada bulan ke-0, kelinci yang ada adalah A (1 pasang)
Pada bulan ke-1, kelinci yang ada adalah A (1 pasang)
Pada bulan ke-2, kelinci yang ada adalah A,B (2 pasang)
Pada bulan ke-3, kelinci yang ada adalah A,B,C (3 pasang)
Pada bulan ke-4, kelinci yang ada adalah A,B,C,D,E (5 pasang)
Pada bulan ke-5, kelinci yang ada adalah A,B,C..,H (8 pasang)
Pada bulan ke-6, kelinci yang ada adalah A,...M (13 pasang)
...dst
Misalkan 𝐹𝑛 menyatakan banyaknya pasangan kelinci yang hidup pada
bulan ke-n (𝑛 β‰₯ 0, 𝑛 ∈ β„€). Maka
𝐹𝑛 = πΉπ‘›βˆ’1 + πΉπ‘›βˆ’2, 𝐹0 = 1, 𝐹1 = 1
Penyelesaian Relasi Rekursif Linier dgn
koefisien konstan
Salah satu metode yang digunakan adalah dengan persamaan
karakteristik. Bentuk umum relasi rekursif linier dgn koefisien
konstan berderajat π‘˜ adalah
π‘Ž 𝑛 + 𝑐1 π‘Ž π‘›βˆ’1 + β‹― + 𝑐 π‘˜ π‘Ž π‘›βˆ’π‘˜ = 𝑓 𝑛 , dengan 𝑛 β‰₯ π‘˜, 𝑛, π‘˜ ∈ β„€
1.Relasi rekurensi homogen (𝑓 𝑛 = 0)
2.Relasi rekurensi tak homogen (𝑓 𝑛 β‰  0)
1. π‘Ž 𝑛 βˆ’ 7π‘Ž π‘›βˆ’1 + 10π‘Ž π‘›βˆ’2 = 0
Homogen, linier, derajat 2
2. 𝑏 π‘˜ = 𝑏 π‘˜βˆ’1 + 𝑏 π‘˜βˆ’2 + 𝑏 π‘˜βˆ’3
Homogen, linier, derajat 3
3. 𝑐 π‘˜ = 2𝑐 π‘˜βˆ’2
Homogen, linier, derajat 2
4. 𝑑 π‘˜ = 𝑑 π‘˜βˆ’1
2
+ 𝑑 π‘˜βˆ’2
Homogen, Non Linier, derajat 2
6. π‘“π‘˜ = π‘“π‘˜βˆ’1 π‘“π‘˜βˆ’2
Homogen, Non Linier, derajat 2
7. β„Ž π‘˜ βˆ’ 2β„Ž π‘˜βˆ’1 + 1 = 0
Non homogen, Linier, derajat 1
8. 𝑗 π‘˜ = βˆ’π‘— π‘˜βˆ’1 + (π‘˜ βˆ’ 1)β„Ž π‘˜βˆ’2
Non homogen, linier, derejat 2
Solusi Rekurensi Homogen Linier
Misalkan diberikan suatu relasi rekurensi homogen linier :
π‘Ž 𝑛 + 𝑐1 π‘Ž π‘›βˆ’1 + β‹― + 𝑐 π‘˜ π‘Ž π‘›βˆ’π‘˜ = 0, dengan 𝑛 β‰₯ π‘˜, 𝑛, π‘˜ ∈ β„€
Persamaan karakteristik yang sesuai dengan rekurensi tersebut :
𝑑 π‘˜ + 𝑐1 𝑑 π‘˜βˆ’1 + β‹― + 𝑐 π‘˜ = 0 (*)
Misalkan 𝛼1, 𝛼2, … 𝛼 π‘˜ adalah akar-akar persamaan karakteristik (*). Ada
2 kemungkinan akar
1. Semua akar berbeda
Solusi berbentuk π‘Ž 𝑛 = 𝐢1 𝛼1
𝑛 + 𝐢2 𝛼2
𝑛 + β‹― + 𝐢 π‘˜ 𝛼 π‘˜
𝑛
2. Ada akar kembar
Misalkan terdapat akar yang sama 𝛼1 = 𝛼2 = β‹― = 𝛼 𝑝, 𝛼 𝑝+1, . . , 𝛼 π‘˜,
maka solusi berbentuk
π‘Ž 𝑛 = 𝐢1 + 𝐢2 𝑛 + β‹― + 𝐢 𝑝 𝑛 π‘βˆ’1 𝛼1
𝑛
+ 𝐢 𝑝+1 𝛼 𝑝+1
𝑛
+ ...+𝐢 π‘˜ 𝛼 π‘˜
𝑛
Solusi Rekurensi Non Homogen Linier
Solusi NonHomogen = Solusi Homogen + Solusi Khusus
𝒇(𝒏) Sifat Persamaan Karakteristik Bentuk Solusi Khusus
πΎπ‘Ž 𝑛 π‘Ž bukan akar persamaan
karakteristik 𝑐(𝑑)
π‘ƒπ‘Ž 𝑛
πΎπ‘Ž 𝑛
π‘Ž adalah akar persamaan
karekteristik 𝑐 (𝑑) kelipatan π‘š
𝑃𝑛 π‘š
π‘Ž 𝑛
𝐾𝑛 𝑠 π‘Ž 𝑛 π‘Ž bukan akar persamaan
karakteristik 𝑐(𝑑) (𝑐(π‘Ž) β‰  0)
𝑃0 + 𝑃1 𝑛+. . +𝑃𝑠 𝑛 𝑠 π‘Ž 𝑛
𝐾𝑛 𝑠 π‘Ž 𝑛 π‘Ž adalah akar persamaan
karakteristik 𝑐 (𝑑) kelipatan π‘š
𝑃0 + 𝑃1 𝑛+. . +𝑃𝑠 𝑛 𝑠 𝑛 π‘š π‘Ž 𝑛
𝐾𝑛 𝑠 1 bukan akar persamaan
karakteristik 𝑐(𝑑) (𝑐(1) β‰  0)
𝑃0 + 𝑃1 𝑛+. . +𝑃𝑠 𝑛 𝑠
𝐾𝑛 𝑠 1 adalah akar oersamaan
karakteristik 𝑐 (𝑑) kelipatan π‘š
𝑃0 + 𝑃1 𝑛+. . +𝑃𝑠 𝑛 𝑠 𝑛 π‘š
Latihan Soal
Selesaikan relasi rekurensi berikut
1. π‘Ž 𝑛 = 3π‘Ž π‘›βˆ’1 + 4π‘Ž π‘›βˆ’2, π‘Ž0 = 1 dan π‘Ž1 = 3
2. π‘Ž 𝑛 βˆ’ 3π‘Ž π‘›βˆ’1 + 3π‘Ž π‘›βˆ’2 βˆ’ π‘Ž π‘›βˆ’3 = 0, π‘Ž0 = 1, π‘Ž1 = 2, dan π‘Ž2 = 4
3. π‘Ž 𝑛 βˆ’ 7π‘Ž π‘›βˆ’1 + 16π‘Ž π‘›βˆ’2 βˆ’ 12π‘Ž π‘›βˆ’3 = 0, π‘Ž0 = 1, π‘Ž1 = 4, dan π‘Ž2 = 8
4. π‘Ž 𝑛 βˆ’ 7π‘Ž π‘›βˆ’1 + 10π‘Ž π‘›βˆ’2 = 4 𝑛, π‘Ž0 = 8, π‘Ž1 = 36
5. π‘Ž 𝑛 βˆ’ 7π‘Ž π‘›βˆ’1 + 10π‘Ž π‘›βˆ’3 = 7. 3 𝑛
+ 4 𝑛
, π‘Ž0 = 1, π‘Ž1 = 2, dan π‘Ž2 = 4
6. π‘Ž 𝑛 βˆ’ 4π‘Ž π‘›βˆ’1 + 4π‘Ž π‘›βˆ’2 = 2 𝑛
7. π‘Ž 𝑛 βˆ’ 5π‘Ž π‘›βˆ’1 + 6π‘Ž π‘›βˆ’2 = 𝑛24 𝑛
8. π‘Ž 𝑛 βˆ’ 2π‘Ž π‘›βˆ’1 + π‘Ž π‘›βˆ’2 = 5 + 3𝑛
Induksi Matematika
β€’ Metode pembuktian untuk proposisi perihal bilangan
bulat adalah induksi matematika.
β€’ Berawal pada akhir abad ke-19. Dua orang
matematikawan yang mempelopori perkembangan
induksi matematika adalah R. Dedekind dan G. Peano.
Dedekind mengembangkan sekumpulan aksioma yang
menggambarkan bilangan bulat positif. Peano
memperbaiki aksioma tersebut dan memberikannya
interpretasi logis. Keseluruhan aksioma tersebut
dinamakan Postulat Peano.
β€’ Induksi matematika adalah salah satu cara pembuktian.
Efek Domino
Misalkan beberapa balok tipis diletakkan dalam posisi berdiri
dan berdampingan satu dengan yang lain. Apabila balok ke-1
jatuh ke kanan dan menimpa balok ke-2, maka balok ke-2 akan
jatuh ke kanan dan menimpa balok ke-3, sehingga balok ke-3
jatuh kanan,...dan seterusnya sehingga semua balok akan jatuh.
Misalkan 𝑝(π‘˜) adalah pernyataan, β€œBalok ke-k jatuh ke kanan”,
maka untuk menunjukkan bahwa semua balok ke-n (𝑛 β‰₯ π‘Ž)
jatuh ke kanan diperlukan pembuktian dua hal :
1. Tunjukkan bahwa balok ke-a jatuh ke kanan (𝑝(π‘Ž) benar)
2. Tunjukkan bahwa jika balok ke-k jatuh ke kanan, maka balok
ke –(k+1) juga jatuh ke kanan. (Jika 𝑝(π‘˜) benar, maka 𝑝(π‘˜ +
1) benar)
Dengan terbuktinya kedua hal di atas, maka terbukti bahwa
𝑝(𝑛) benar untuk 𝑛 β‰₯ π‘Ž.
Prinsip Induksi sederhana
Misalkan 𝒑(𝒏) adalah proposisi perihal bilangan bulat positif
dan kita ingin membuktikan bahwa 𝒑 𝒏 benar untuk semua
bilangan bulat positif 𝒏. Untuk membuktikan proposisi ini, kita
hanya perlu menunjukkan bahwa :
1. 𝒑(𝟏) benar,
2. Jika 𝒑(𝒏) benar, maka 𝒑(𝒏 + 𝟏) juga benar untuk setiap 𝒏 β‰₯ 𝟏
sehingga 𝒑(𝒏) benar untuk semua bilangan bulat positif 𝒏.
Basis Induksi
Langkah Induksi :
β€’ berisi asumsi (andaian) yang menyatakan bahwa 𝑝(𝑛) benar.
β€’ Asumsi tersebut dinamakan β„Žπ‘–π‘π‘œπ‘‘π‘’π‘ π‘–π‘  π‘–π‘›π‘‘π‘’π‘˜π‘ π‘–.
β€’ Bila kita sudah menunjukkan kedua langkah tersebut benar, maka
kita sudah membuktikan bahwa 𝑝(𝑛) benar untuk semua bilangan
bulat positif 𝑛.
Contoh Soal
Tunjukkan bahwa untuk 𝑛 β‰₯ 1, 1 + 2 + 3 + β‹― + 𝑛 =
𝑛(𝑛+1)
2
melalui induksi matematika!
Penyelesaian :
Andaikan bahwa 𝑝(𝑛) menyatakan proposisi bahwa untuk 𝑛 β‰₯ 1, jumlah 𝑛 bilangan
bulat positif pertama adalah
𝑛(𝑛+1)
2
.
i. Basis induksi : p(1) benar, karena untuk 𝑛 = 1 kita peroleh 1 =
1.2
2
.
ii. Langkah induksi : Misalkan 𝑝(𝑛) benar, yaitu mengasumsikan bahwa
1 + 2 + 3 + β‹― + 𝑛 =
𝑛(𝑛 + 1)
2
adalah benar (hipotesis induksi). Kita harus memperlihatkan bahwa 𝑝(𝑛 + 1) juga
benar, yaitu
1 + 2 + 3 + β‹― + 𝑛 + 𝑛 + 1 =
𝑛 + 1 (𝑛 + 2)
2
Untuk membuktikan ini, tunjukkan bahwa
1 + 2 + 3 + β‹― + 𝑛 + 𝑛 + 1 =
𝑛 𝑛 + 1
2
+ 𝑛 + 1 =
𝑛 + 1 (𝑛 + 2)
2
= 𝑛 + 1
( 𝑛 + 1 + 1)
2
Karena langkah (i) an (ii) telah dibuktikan benar, maka untuk semua bilangan bulat
positif 𝑛, terbukti bahwa untuk semua 𝑛 β‰₯ 1, 1 + 2 + 3 + β‹― + 𝑛 =
𝑛(𝑛+1)
2
. ∎
Latihan Soal 1
1. Gunakan induksi matematika untuk membuktikan bahwa
jumlah 𝑛 buah bilangan ganjil positif pertama adalah 𝑛2.
2. Untuk semua 𝑛 β‰₯ 1, buktikan dengan induksi matematika
bahwa 𝑛3 + 2𝑛 adalah kelipatan 3.
Prinsip induksi yang dirampatkan
Misalkan 𝒑(𝒏) adalah pernyataan perihal bilangan bulat dan
kita ingin membuktikan bahwa 𝒑(𝒏) benar untuk semua
bilangan bulat 𝒏 β‰₯ 𝒏 𝟎. Untuk membuktikan ini, kita hanya
perlu menunjukkan bahwa :
1. 𝒑(𝒏 𝟎) benar
2. Jika 𝒑(𝒏) benar, maka 𝒑(𝒏 + 𝟏) benar untuk setiap 𝒏 β‰₯ 𝒏 𝟎
sehingga 𝒑(𝒏) benar untuk semua bilangan bulat 𝒏 β‰₯ 𝒏 𝟎.
Prinsip Induksi Kuat
Misalkan 𝒑(𝒏) adalah pernyataan perihal bilangan bulat dan kita
ingin membuktikan bahwa 𝒑(𝒏) benar untuk semua bilangan bulat
𝒏 β‰₯ 𝒏 𝟎. Untuk membuktikan ini, kita hanya perlu menunjukkan
bahwa :
1. 𝒑(𝒏 𝟎) benar, dan
2. Jika 𝒑 𝒏 𝟎 , 𝒑 𝒏 𝟎 + 𝟏 , … , 𝒑 𝒏 benar, maka 𝒑(𝒏 + 𝟏) juga benar
untuk setiap bilangan bulat 𝒏 β‰₯ 𝒏 𝟎.
sehingga 𝒑(𝒏) benar untuk semua bilangan bulat 𝒏 β‰₯ 𝒏 𝟎.
β€’ Mirip dengan prinsip induksi sederhana
β€’ Pada langkah 2, diambil hipotesis induksi yang lebih kuat bahwa
semua pernyataan 𝑝 1 , 𝑝 2 , … , 𝑝 𝑛 adalah benar daripada hipotesis
yang menyatakan bahwa 𝑝 𝑛 benar (induksi sederhana).
Latihan Soal 2
1. Buktikan dengan induksi matematik bahwa 3 𝑛
< 𝑛! Untuk 𝑛
bilangan bulat positif yang lebih besar dari 6.
2. Jika 𝐴1, 𝐴2, 𝐴3,..., 𝐴 𝑛 masing-masing adalah himpunan, buktikan
dengan induksi matematik hukum De Morgan rampatan berikut :
𝐴1 ∩ 𝐴2 ∩ ... ∩ 𝐴 𝑛 = 𝐴1 βˆͺ 𝐴2 βˆͺ β‹― βˆͺ 𝐴 𝑛
3. Buktikan dengan induksi matematik bahwa pada sebuah
himpunan beranggotakan 𝑛 elemn, banyaknya himpunan bagian
yang dapat dibentuk dari himpunan tersebut adalah 2 𝑛
!
4. Buktikan pernyataan β€œUntuk membayar biaya pos sebesar 𝑛 sen
(𝑛 β‰₯ 8) selalu dapat digunakan hanya perangko 3 sen dan
perangko 5 sen” benar !
5. Sebuah mesin ATM (Anjungan Tunai Mandiri) hanya
menyediakan pecahan uang Rp20.000 dan Rp50.000. Kelipatan
uang berapakah yang dapat dikeluarkan oleh Atm tersebut?
Buktikan jawaban Anda dengan induksi matematik !
Contoh Soal
Bilangan bulat positif disebut prima jika dan hanya jika bilangan bulat tersebut habis dibagi
dengan 1 dan dirinya sendiri. Kita ingin membuktikan bahwa setiap bilangan bulat positif 𝑛
(𝑛 β‰₯ 2) dapat dinyatakan sebagai perkalian dari (satu atau lebih) bilangan prima. Buktikan
dengan prinsip induksi kuat !
Jawab :
Misalkan 𝑝(𝑛) adalah proposisi bahwa setiap bilangan bulat positif 𝑛 (𝑛 β‰₯ 2) dapat dinyatakan
sebagai perkalian dari (satu atau lebih) bilangan prima.
i.Basis induksi : 𝑝(2) benar, karena 2 sendiri adalah bilangan prima dan di sini 2 dapat
dinyatakan sebagai perkalian dari satu buah bilangan prima, yaitu dirinya sendiri.
ii.Langkah induksi : Misalkan 𝑝(𝑛) benar, yaitu asumsikan bahwa bilangan 2,3,..𝑛 dapat
dinyatakan sebagai perkalian (satu atau lebih) bilangan prima (hipotesis induksi). Kita perlu
menunjukkan bahwa 𝑝(𝑛 + 1) benar, yaitu 𝑛 + 1 juga dapat dinyatakan sebagai perkalian
bilangan prima. Hal ini ditunjukkan sebagai berikut : jika 𝑛 + 1 sendiri bilangan prima, maka
jelas ia dapat dinyatakan sebagai perkalian satu atau lebih bilangan prima. Jika 𝑛 + 1 bukan
bilangan prima, maka terdapat bilangan bulat positif π‘Ž yang membagi habis 𝑛 + 1 tanpa sisa.
Dengan kata lain,
𝑛 + 1 = π‘Žπ‘
yang dalam hal ini, 2 ≀ π‘Ž ≀ 𝑏 ≀ 𝑛. Menurut hipotesis induksi, π‘Ž dan 𝑏 dapat dinyatakan
sebagai perkalian satu atau lebih bilangan prima. Ini berarti, 𝑛 + 1 jelas dapat dinyatakan
sebagai perkalian bilangan prima, karena 𝑛 + 1 = π‘Žπ‘.
Karena langkah (i) dan (ii) sudah ditunjukkan benar, maka terbukti bahwa setiap bilangan bulat
positif 𝑛 (𝑛 β‰₯ 2) dapat dinyatakan sebagai perkalian dari (satu atau lebih) bilangan prima.
Bentuk induksi secara umum
β€’ Prinsip induksi dapat diterapkan tidak hanya untuk
pembuktian proposisi yang menyangkut himpunan bilangan
bulat positif, tetapi juga untuk himpunan objek yang lebih
umum asalkan himpunan tersebut mempunyai keterurutan
dan mempunyai elemen terkecil.
Misalkan 𝑋 terurut dengan baik oleh β€œ<” dan p(x) adalah
pernyataan perihal elemen x dari X. Kita ingin membuktikan
bahwa p(x) benar untuk semua π‘₯ ∈ 𝑋. Untuk membuktikan ini,
kita hanya perlu menunjukkan bahwa :
i. 𝑝(π‘₯0) benar, yang dalam hal ini π‘₯0 adalah elemen terkecil di
dalam 𝑋
ii. Jika 𝑝(𝑦) benar untuk 𝑦 < π‘₯, maka 𝑝(π‘₯) juga benar untuk
setiap π‘₯ > π‘₯0 di dalam 𝑋
sehingga 𝑝(π‘₯) benar untuk semua π‘₯ ∈ 𝑋
Latihan Soal 3
1. Tentukan rumus untuk menghitung
1
2
+
1
4
+
1
8
+ β‹― +
1
2
𝑛
dengan
memeriksa nilai-nilai ekpresi untuk 𝑛 yang kecil, lalu gunakan
induksi matematik untuk membuktikan rumus itu !
2. Buktikan dengan induksi matematika bahwa 𝑛5 βˆ’ 𝑛 habis
dibagi 5 untuk 𝑛 bilangan bulat positif !
3. Untuk biaya pos berapa saja yang dapat menggunakan
perangko senilai 5 sen dan 6 sen? Buktikan jawaban Anda
dengan induksi matematika !
4. Di dalam sebuah pesta, setiap tamu berjabat tangan dengan
tamu lainnya hanya sekali saja. Buktikan dengan induksi
matematika bahwa jika ada 𝑛 orang tamu maka jumlah jabat
tangan yang terjadi adalah
𝑛(π‘›βˆ’1)
2
!
5. Gunakan induksi matematika untuk membuktikan bahwa
suatu himpunan dengan 𝑛 elemen (𝑛 β‰₯ 2) mempunyai
𝑛(π‘›βˆ’1)
2
himpunan bagian yang mengandung tepat 2 elemen.
Tugas
Pilih 2 soal yang belum dibahas di kelas dari slide 9
Dan 3 soal dr induksi matematika (pilih dr slide 18 dan 24)

More Related Content

What's hot

Teori bilangan bab ii
Teori bilangan bab iiTeori bilangan bab ii
Teori bilangan bab ii
Septian Amri
Β 
Struktur aljabar-2
Struktur aljabar-2Struktur aljabar-2
Struktur aljabar-2
Safran Nasoha
Β 
Contoh soal dan pembahasan subgrup
Contoh soal dan pembahasan subgrupContoh soal dan pembahasan subgrup
Contoh soal dan pembahasan subgrup
Kabhi Na Kehna
Β 
Aljabar boolean MK matematika diskrit
Aljabar boolean MK matematika diskritAljabar boolean MK matematika diskrit
Aljabar boolean MK matematika diskrit
riyana fairuz kholisa
Β 
Aljabar linear:Kebebasan Linear, Basis, dan Dimensi.ppt
Aljabar linear:Kebebasan Linear, Basis, dan Dimensi.pptAljabar linear:Kebebasan Linear, Basis, dan Dimensi.ppt
Aljabar linear:Kebebasan Linear, Basis, dan Dimensi.ppt
rahmawarni
Β 
Geometri datar dra. kusni- m.si
Geometri datar   dra. kusni- m.siGeometri datar   dra. kusni- m.si
Geometri datar dra. kusni- m.si
Kiki Ni
Β 

What's hot (20)

Relasi dan Hasil Kali Cartesius
Relasi dan Hasil Kali CartesiusRelasi dan Hasil Kali Cartesius
Relasi dan Hasil Kali Cartesius
Β 
Teori bilangan bab ii
Teori bilangan bab iiTeori bilangan bab ii
Teori bilangan bab ii
Β 
PEMETAAN STRUKTUR ALJABAR
PEMETAAN STRUKTUR ALJABARPEMETAAN STRUKTUR ALJABAR
PEMETAAN STRUKTUR ALJABAR
Β 
Fungsi Pembangkit
Fungsi PembangkitFungsi Pembangkit
Fungsi Pembangkit
Β 
Relasi rekursi (2) : Menentukan solusi relasi Rekursi Linier Homogen Berkoefi...
Relasi rekursi (2) : Menentukan solusi relasi Rekursi Linier Homogen Berkoefi...Relasi rekursi (2) : Menentukan solusi relasi Rekursi Linier Homogen Berkoefi...
Relasi rekursi (2) : Menentukan solusi relasi Rekursi Linier Homogen Berkoefi...
Β 
Struktur aljabar-2
Struktur aljabar-2Struktur aljabar-2
Struktur aljabar-2
Β 
Relasi Rekurensi
Relasi RekurensiRelasi Rekurensi
Relasi Rekurensi
Β 
Contoh soal dan pembahasan subgrup
Contoh soal dan pembahasan subgrupContoh soal dan pembahasan subgrup
Contoh soal dan pembahasan subgrup
Β 
ANALISIS REAL
ANALISIS REALANALISIS REAL
ANALISIS REAL
Β 
Aljabar boolean MK matematika diskrit
Aljabar boolean MK matematika diskritAljabar boolean MK matematika diskrit
Aljabar boolean MK matematika diskrit
Β 
Defenisi dan sifat kekongruenan Teobil
Defenisi dan sifat kekongruenan TeobilDefenisi dan sifat kekongruenan Teobil
Defenisi dan sifat kekongruenan Teobil
Β 
Ring
RingRing
Ring
Β 
Basis dan Dimensi
Basis dan DimensiBasis dan Dimensi
Basis dan Dimensi
Β 
Modul 4 kongruensi linier
Modul 4   kongruensi linierModul 4   kongruensi linier
Modul 4 kongruensi linier
Β 
Teori Group
Teori GroupTeori Group
Teori Group
Β 
Aljabar linear:Kebebasan Linear, Basis, dan Dimensi.ppt
Aljabar linear:Kebebasan Linear, Basis, dan Dimensi.pptAljabar linear:Kebebasan Linear, Basis, dan Dimensi.ppt
Aljabar linear:Kebebasan Linear, Basis, dan Dimensi.ppt
Β 
Geometri datar dra. kusni- m.si
Geometri datar   dra. kusni- m.siGeometri datar   dra. kusni- m.si
Geometri datar dra. kusni- m.si
Β 
Kelipatan persekutuan terkecil KPK teobil
Kelipatan persekutuan terkecil KPK teobilKelipatan persekutuan terkecil KPK teobil
Kelipatan persekutuan terkecil KPK teobil
Β 
Matematika Diskrit - 03 himpunan - 02
Matematika Diskrit - 03 himpunan - 02Matematika Diskrit - 03 himpunan - 02
Matematika Diskrit - 03 himpunan - 02
Β 
Analisis real-lengkap-a1c
Analisis real-lengkap-a1cAnalisis real-lengkap-a1c
Analisis real-lengkap-a1c
Β 

Similar to Rekursi dan Induksi Matematika

Bab 1 Bilangan Berpangkat dan Akar Bilangan.pptx
Bab 1 Bilangan Berpangkat dan Akar Bilangan.pptxBab 1 Bilangan Berpangkat dan Akar Bilangan.pptx
Bab 1 Bilangan Berpangkat dan Akar Bilangan.pptx
aulia486903
Β 
DERET PANGKAT & METODE DERET PANGKAT
DERET PANGKAT & METODE DERET PANGKATDERET PANGKAT & METODE DERET PANGKAT
DERET PANGKAT & METODE DERET PANGKAT
yuni dwinovika
Β 

Similar to Rekursi dan Induksi Matematika (20)

5 permutasi dan kombinasi
5 permutasi dan kombinasi5 permutasi dan kombinasi
5 permutasi dan kombinasi
Β 
Binomial dan Multinomial
Binomial dan MultinomialBinomial dan Multinomial
Binomial dan Multinomial
Β 
Metode dan Strategi Pembuktian
Metode dan Strategi PembuktianMetode dan Strategi Pembuktian
Metode dan Strategi Pembuktian
Β 
Relasi rekursif
Relasi rekursifRelasi rekursif
Relasi rekursif
Β 
Teori bilangan
Teori bilanganTeori bilangan
Teori bilangan
Β 
STD BAB 1 EKSPONEN DAN LOGARITMA.pptx
STD BAB 1 EKSPONEN DAN LOGARITMA.pptxSTD BAB 1 EKSPONEN DAN LOGARITMA.pptx
STD BAB 1 EKSPONEN DAN LOGARITMA.pptx
Β 
STD BAB 1 EKSPONEN DAN LOGARITMA.pptx
STD BAB 1 EKSPONEN DAN LOGARITMA.pptxSTD BAB 1 EKSPONEN DAN LOGARITMA.pptx
STD BAB 1 EKSPONEN DAN LOGARITMA.pptx
Β 
STD BAB 1 EKSPONEN DAN LOGARITMA.pptx
STD BAB 1 EKSPONEN DAN LOGARITMA.pptxSTD BAB 1 EKSPONEN DAN LOGARITMA.pptx
STD BAB 1 EKSPONEN DAN LOGARITMA.pptx
Β 
STD BAB 1 EKSPONEN DAN LOGARITMA.pptx
STD BAB 1 EKSPONEN DAN LOGARITMA.pptxSTD BAB 1 EKSPONEN DAN LOGARITMA.pptx
STD BAB 1 EKSPONEN DAN LOGARITMA.pptx
Β 
barisan dan deret bilangan kompleks
barisan dan deret bilangan kompleksbarisan dan deret bilangan kompleks
barisan dan deret bilangan kompleks
Β 
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.2
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.2Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.2
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.2
Β 
BAB 1 EKSPONEN.pptx
BAB 1 EKSPONEN.pptxBAB 1 EKSPONEN.pptx
BAB 1 EKSPONEN.pptx
Β 
Nilai mutlak intoduction and definition
Nilai mutlak   intoduction and definitionNilai mutlak   intoduction and definition
Nilai mutlak intoduction and definition
Β 
Fungsi transenden
Fungsi transendenFungsi transenden
Fungsi transenden
Β 
Bab 1 Bilangan Berpangkat dan Akar Bilangan.pptx
Bab 1 Bilangan Berpangkat dan Akar Bilangan.pptxBab 1 Bilangan Berpangkat dan Akar Bilangan.pptx
Bab 1 Bilangan Berpangkat dan Akar Bilangan.pptx
Β 
Induksi Matematika
Induksi MatematikaInduksi Matematika
Induksi Matematika
Β 
11841986
1184198611841986
11841986
Β 
DERET PANGKAT & METODE DERET PANGKAT
DERET PANGKAT & METODE DERET PANGKATDERET PANGKAT & METODE DERET PANGKAT
DERET PANGKAT & METODE DERET PANGKAT
Β 
Bab 1 Bilangan Berpangkat dan Akar Bilangan.pptx
Bab 1 Bilangan Berpangkat dan Akar Bilangan.pptxBab 1 Bilangan Berpangkat dan Akar Bilangan.pptx
Bab 1 Bilangan Berpangkat dan Akar Bilangan.pptx
Β 
Induksi matematika
Induksi matematikaInduksi matematika
Induksi matematika
Β 

More from Heni Widayani

More from Heni Widayani (15)

Fungsi Pembangkit
Fungsi PembangkitFungsi Pembangkit
Fungsi Pembangkit
Β 
Permutasi dan kombinasi
Permutasi dan kombinasiPermutasi dan kombinasi
Permutasi dan kombinasi
Β 
Deret Fourier
Deret FourierDeret Fourier
Deret Fourier
Β 
Standing Waves
Standing WavesStanding Waves
Standing Waves
Β 
Pers. KdV dan Sine-Gordon
Pers. KdV dan Sine-GordonPers. KdV dan Sine-Gordon
Pers. KdV dan Sine-Gordon
Β 
Gelombang Berjalan
Gelombang BerjalanGelombang Berjalan
Gelombang Berjalan
Β 
Solusi D'Alembert Pers. Gelombang 1D
Solusi D'Alembert Pers. Gelombang 1DSolusi D'Alembert Pers. Gelombang 1D
Solusi D'Alembert Pers. Gelombang 1D
Β 
Transformasi laplace (bag. kedua)
Transformasi laplace (bag. kedua)Transformasi laplace (bag. kedua)
Transformasi laplace (bag. kedua)
Β 
Transformasi Laplace (bag.1)
Transformasi Laplace (bag.1)Transformasi Laplace (bag.1)
Transformasi Laplace (bag.1)
Β 
Interacting Population Models
Interacting Population ModelsInteracting Population Models
Interacting Population Models
Β 
Single Population Model
Single Population ModelSingle Population Model
Single Population Model
Β 
Compartmental model
Compartmental modelCompartmental model
Compartmental model
Β 
An Introduction to Mathematical Modelling
An Introduction to Mathematical ModellingAn Introduction to Mathematical Modelling
An Introduction to Mathematical Modelling
Β 
Counting 1
Counting 1Counting 1
Counting 1
Β 
Review Mathematical Reasoning
Review Mathematical ReasoningReview Mathematical Reasoning
Review Mathematical Reasoning
Β 

Recently uploaded

PETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdf
PETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdfPETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdf
PETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdf
Hernowo Subiantoro
Β 
PRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptx
PRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptxPRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptx
PRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptx
muhammadyudiyanto55
Β 
Solusi dan Strategi ATHG yang di hadapi Indonesia (Kelas 11).pptx
Solusi dan Strategi ATHG yang di hadapi Indonesia (Kelas 11).pptxSolusi dan Strategi ATHG yang di hadapi Indonesia (Kelas 11).pptx
Solusi dan Strategi ATHG yang di hadapi Indonesia (Kelas 11).pptx
AgungRomadhon3
Β 
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdfPaparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
SEMUELSAMBOKARAENG
Β 

Recently uploaded (20)

Repi jayanti_2021 B_Analsis Kritis Jurnal
Repi jayanti_2021 B_Analsis Kritis JurnalRepi jayanti_2021 B_Analsis Kritis Jurnal
Repi jayanti_2021 B_Analsis Kritis Jurnal
Β 
PETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdf
PETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdfPETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdf
PETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdf
Β 
Najwa Qarina_2021 B_Analisis Kritis Jurnal.pdf
Najwa Qarina_2021 B_Analisis Kritis Jurnal.pdfNajwa Qarina_2021 B_Analisis Kritis Jurnal.pdf
Najwa Qarina_2021 B_Analisis Kritis Jurnal.pdf
Β 
PRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptx
PRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptxPRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptx
PRESENTASI OBSERVASI PENGELOLAAN KINERJA KEPALA SEKOLAH.pptx
Β 
ALUR TUJUAN PEMBELAJARAN (ATP) B. Inggris kelas 7.pdf
ALUR TUJUAN PEMBELAJARAN (ATP) B. Inggris kelas 7.pdfALUR TUJUAN PEMBELAJARAN (ATP) B. Inggris kelas 7.pdf
ALUR TUJUAN PEMBELAJARAN (ATP) B. Inggris kelas 7.pdf
Β 
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdfProgram Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
Β 
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt x
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt           xKoneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt           x
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt x
Β 
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.pptKOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
Β 
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docxForm B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Β 
AKSI NYATA PENYEBARAN PEMAHAMAN MERDEKA BELAJAR
AKSI NYATA PENYEBARAN PEMAHAMAN MERDEKA BELAJARAKSI NYATA PENYEBARAN PEMAHAMAN MERDEKA BELAJAR
AKSI NYATA PENYEBARAN PEMAHAMAN MERDEKA BELAJAR
Β 
Solusi Masalah Pendidikan Kelompok 9 Wawasan Pendidikan.pptx
Solusi Masalah Pendidikan Kelompok 9 Wawasan Pendidikan.pptxSolusi Masalah Pendidikan Kelompok 9 Wawasan Pendidikan.pptx
Solusi Masalah Pendidikan Kelompok 9 Wawasan Pendidikan.pptx
Β 
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docxRUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
Β 
Solusi dan Strategi ATHG yang di hadapi Indonesia (Kelas 11).pptx
Solusi dan Strategi ATHG yang di hadapi Indonesia (Kelas 11).pptxSolusi dan Strategi ATHG yang di hadapi Indonesia (Kelas 11).pptx
Solusi dan Strategi ATHG yang di hadapi Indonesia (Kelas 11).pptx
Β 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka - abdiera.com
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka - abdiera.comModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka - abdiera.com
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka - abdiera.com
Β 
Bukti dukung E kinerja kepala sekolah.pdf
Bukti dukung E kinerja  kepala sekolah.pdfBukti dukung E kinerja  kepala sekolah.pdf
Bukti dukung E kinerja kepala sekolah.pdf
Β 
Modul P5 Berekayasa dan Berteknologi untuk Membangun NKRI.pptx
Modul P5 Berekayasa dan Berteknologi untuk Membangun NKRI.pptxModul P5 Berekayasa dan Berteknologi untuk Membangun NKRI.pptx
Modul P5 Berekayasa dan Berteknologi untuk Membangun NKRI.pptx
Β 
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdfLaporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
Β 
Lidia_Lidia_2021B_Analisis Kritis Jurnal
Lidia_Lidia_2021B_Analisis Kritis JurnalLidia_Lidia_2021B_Analisis Kritis Jurnal
Lidia_Lidia_2021B_Analisis Kritis Jurnal
Β 
CONTOH LAPORAN PARTISIPAN OBSERVASI.docx
CONTOH LAPORAN PARTISIPAN OBSERVASI.docxCONTOH LAPORAN PARTISIPAN OBSERVASI.docx
CONTOH LAPORAN PARTISIPAN OBSERVASI.docx
Β 
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdfPaparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
Β 

Rekursi dan Induksi Matematika

  • 1. Pengajar : Heni Widayani, M.Si MataKuliah:MatematikaDiskrit INDUKSI MATEMATIKA & REKURSI Kamis, 15 Februari 2018
  • 2. TUJUAN β€’ Mereview konsep induksi untuk pembuktian obyek- obyek diskrit. β€’ Mempelajari penggunaan induksi Matematika dan mengapa induksi merupakan teknik pembuktian yang valid β€’ Dapat menggunakan rekursi untuk mendefinisikan barisan, fungsi, dan himpunan β€’ Mempelajari metoda induksi struktural untuk membuktikan masalah rekursif
  • 3. Definisi Rekursif Barisan Penulisan barisan 1. Menuliskan beberapa suku pertama barisan 3, 5, 7, 3, 5, 7, 2. Menyatakan barisan dalam rumus eksplisit suku-sukunya π‘Ž 𝑛 = 2𝑛 + 1 , dengan n β‰₯ 1, 𝑛 ∈ β„€) (barisan bilangan ganjil > 2) Kelebihan : β€’ Setiap suku barisan ditentukan secara tunggal β€’ Penentuan nilai suku ke-n dapat dilakukan secara cepat 3. Secara rekursif Untuk π‘˜ ∈ β„€, k β‰₯ 1, π‘Ž π‘˜ = π‘Ž π‘˜βˆ’1 + 2, π‘Ž0 = 3 β€’ Nilai barisan sangat dipengaruhi relasi rekurensi dan kondisi awal. 9, 11, 13, 15, ...(barisan bilangan bil.ganjil lebih dari 2 ) 11, 13, 17, 19,... (barisan bilangan prima lebih dari 2) Relasi rekurensi Syarat awal
  • 4. Barisan Fibonacci Pada tahun 1202, Leonardo of Pisa (Fibonacci) mengemukakan masalah sebagai berikut : Misalkan mula-mula ada sepasang kelinci (jantan dan betina) yang baru lahir. Setiap bulan, kelinci-kelinci yang sudah berumur lebih dari 1 bulan akan beranak 2 ekor kelinci (jantan dan betina). Carilah banyaknya kelinci setelah n bulan! Jawab : Pada bulan ke-0, kelinci yang ada adalah A (1 pasang) Pada bulan ke-1, kelinci yang ada adalah A (1 pasang) Pada bulan ke-2, kelinci yang ada adalah A,B (2 pasang) Pada bulan ke-3, kelinci yang ada adalah A,B,C (3 pasang) Pada bulan ke-4, kelinci yang ada adalah A,B,C,D,E (5 pasang) Pada bulan ke-5, kelinci yang ada adalah A,B,C..,H (8 pasang) Pada bulan ke-6, kelinci yang ada adalah A,...M (13 pasang) ...dst Misalkan 𝐹𝑛 menyatakan banyaknya pasangan kelinci yang hidup pada bulan ke-n (𝑛 β‰₯ 0, 𝑛 ∈ β„€). Maka 𝐹𝑛 = πΉπ‘›βˆ’1 + πΉπ‘›βˆ’2, 𝐹0 = 1, 𝐹1 = 1
  • 5. Penyelesaian Relasi Rekursif Linier dgn koefisien konstan Salah satu metode yang digunakan adalah dengan persamaan karakteristik. Bentuk umum relasi rekursif linier dgn koefisien konstan berderajat π‘˜ adalah π‘Ž 𝑛 + 𝑐1 π‘Ž π‘›βˆ’1 + β‹― + 𝑐 π‘˜ π‘Ž π‘›βˆ’π‘˜ = 𝑓 𝑛 , dengan 𝑛 β‰₯ π‘˜, 𝑛, π‘˜ ∈ β„€ 1.Relasi rekurensi homogen (𝑓 𝑛 = 0) 2.Relasi rekurensi tak homogen (𝑓 𝑛 β‰  0)
  • 6. 1. π‘Ž 𝑛 βˆ’ 7π‘Ž π‘›βˆ’1 + 10π‘Ž π‘›βˆ’2 = 0 Homogen, linier, derajat 2 2. 𝑏 π‘˜ = 𝑏 π‘˜βˆ’1 + 𝑏 π‘˜βˆ’2 + 𝑏 π‘˜βˆ’3 Homogen, linier, derajat 3 3. 𝑐 π‘˜ = 2𝑐 π‘˜βˆ’2 Homogen, linier, derajat 2 4. 𝑑 π‘˜ = 𝑑 π‘˜βˆ’1 2 + 𝑑 π‘˜βˆ’2 Homogen, Non Linier, derajat 2 6. π‘“π‘˜ = π‘“π‘˜βˆ’1 π‘“π‘˜βˆ’2 Homogen, Non Linier, derajat 2 7. β„Ž π‘˜ βˆ’ 2β„Ž π‘˜βˆ’1 + 1 = 0 Non homogen, Linier, derajat 1 8. 𝑗 π‘˜ = βˆ’π‘— π‘˜βˆ’1 + (π‘˜ βˆ’ 1)β„Ž π‘˜βˆ’2 Non homogen, linier, derejat 2
  • 7. Solusi Rekurensi Homogen Linier Misalkan diberikan suatu relasi rekurensi homogen linier : π‘Ž 𝑛 + 𝑐1 π‘Ž π‘›βˆ’1 + β‹― + 𝑐 π‘˜ π‘Ž π‘›βˆ’π‘˜ = 0, dengan 𝑛 β‰₯ π‘˜, 𝑛, π‘˜ ∈ β„€ Persamaan karakteristik yang sesuai dengan rekurensi tersebut : 𝑑 π‘˜ + 𝑐1 𝑑 π‘˜βˆ’1 + β‹― + 𝑐 π‘˜ = 0 (*) Misalkan 𝛼1, 𝛼2, … 𝛼 π‘˜ adalah akar-akar persamaan karakteristik (*). Ada 2 kemungkinan akar 1. Semua akar berbeda Solusi berbentuk π‘Ž 𝑛 = 𝐢1 𝛼1 𝑛 + 𝐢2 𝛼2 𝑛 + β‹― + 𝐢 π‘˜ 𝛼 π‘˜ 𝑛 2. Ada akar kembar Misalkan terdapat akar yang sama 𝛼1 = 𝛼2 = β‹― = 𝛼 𝑝, 𝛼 𝑝+1, . . , 𝛼 π‘˜, maka solusi berbentuk π‘Ž 𝑛 = 𝐢1 + 𝐢2 𝑛 + β‹― + 𝐢 𝑝 𝑛 π‘βˆ’1 𝛼1 𝑛 + 𝐢 𝑝+1 𝛼 𝑝+1 𝑛 + ...+𝐢 π‘˜ 𝛼 π‘˜ 𝑛
  • 8. Solusi Rekurensi Non Homogen Linier Solusi NonHomogen = Solusi Homogen + Solusi Khusus 𝒇(𝒏) Sifat Persamaan Karakteristik Bentuk Solusi Khusus πΎπ‘Ž 𝑛 π‘Ž bukan akar persamaan karakteristik 𝑐(𝑑) π‘ƒπ‘Ž 𝑛 πΎπ‘Ž 𝑛 π‘Ž adalah akar persamaan karekteristik 𝑐 (𝑑) kelipatan π‘š 𝑃𝑛 π‘š π‘Ž 𝑛 𝐾𝑛 𝑠 π‘Ž 𝑛 π‘Ž bukan akar persamaan karakteristik 𝑐(𝑑) (𝑐(π‘Ž) β‰  0) 𝑃0 + 𝑃1 𝑛+. . +𝑃𝑠 𝑛 𝑠 π‘Ž 𝑛 𝐾𝑛 𝑠 π‘Ž 𝑛 π‘Ž adalah akar persamaan karakteristik 𝑐 (𝑑) kelipatan π‘š 𝑃0 + 𝑃1 𝑛+. . +𝑃𝑠 𝑛 𝑠 𝑛 π‘š π‘Ž 𝑛 𝐾𝑛 𝑠 1 bukan akar persamaan karakteristik 𝑐(𝑑) (𝑐(1) β‰  0) 𝑃0 + 𝑃1 𝑛+. . +𝑃𝑠 𝑛 𝑠 𝐾𝑛 𝑠 1 adalah akar oersamaan karakteristik 𝑐 (𝑑) kelipatan π‘š 𝑃0 + 𝑃1 𝑛+. . +𝑃𝑠 𝑛 𝑠 𝑛 π‘š
  • 9. Latihan Soal Selesaikan relasi rekurensi berikut 1. π‘Ž 𝑛 = 3π‘Ž π‘›βˆ’1 + 4π‘Ž π‘›βˆ’2, π‘Ž0 = 1 dan π‘Ž1 = 3 2. π‘Ž 𝑛 βˆ’ 3π‘Ž π‘›βˆ’1 + 3π‘Ž π‘›βˆ’2 βˆ’ π‘Ž π‘›βˆ’3 = 0, π‘Ž0 = 1, π‘Ž1 = 2, dan π‘Ž2 = 4 3. π‘Ž 𝑛 βˆ’ 7π‘Ž π‘›βˆ’1 + 16π‘Ž π‘›βˆ’2 βˆ’ 12π‘Ž π‘›βˆ’3 = 0, π‘Ž0 = 1, π‘Ž1 = 4, dan π‘Ž2 = 8 4. π‘Ž 𝑛 βˆ’ 7π‘Ž π‘›βˆ’1 + 10π‘Ž π‘›βˆ’2 = 4 𝑛, π‘Ž0 = 8, π‘Ž1 = 36 5. π‘Ž 𝑛 βˆ’ 7π‘Ž π‘›βˆ’1 + 10π‘Ž π‘›βˆ’3 = 7. 3 𝑛 + 4 𝑛 , π‘Ž0 = 1, π‘Ž1 = 2, dan π‘Ž2 = 4 6. π‘Ž 𝑛 βˆ’ 4π‘Ž π‘›βˆ’1 + 4π‘Ž π‘›βˆ’2 = 2 𝑛 7. π‘Ž 𝑛 βˆ’ 5π‘Ž π‘›βˆ’1 + 6π‘Ž π‘›βˆ’2 = 𝑛24 𝑛 8. π‘Ž 𝑛 βˆ’ 2π‘Ž π‘›βˆ’1 + π‘Ž π‘›βˆ’2 = 5 + 3𝑛
  • 10. Induksi Matematika β€’ Metode pembuktian untuk proposisi perihal bilangan bulat adalah induksi matematika. β€’ Berawal pada akhir abad ke-19. Dua orang matematikawan yang mempelopori perkembangan induksi matematika adalah R. Dedekind dan G. Peano. Dedekind mengembangkan sekumpulan aksioma yang menggambarkan bilangan bulat positif. Peano memperbaiki aksioma tersebut dan memberikannya interpretasi logis. Keseluruhan aksioma tersebut dinamakan Postulat Peano. β€’ Induksi matematika adalah salah satu cara pembuktian.
  • 11. Efek Domino Misalkan beberapa balok tipis diletakkan dalam posisi berdiri dan berdampingan satu dengan yang lain. Apabila balok ke-1 jatuh ke kanan dan menimpa balok ke-2, maka balok ke-2 akan jatuh ke kanan dan menimpa balok ke-3, sehingga balok ke-3 jatuh kanan,...dan seterusnya sehingga semua balok akan jatuh. Misalkan 𝑝(π‘˜) adalah pernyataan, β€œBalok ke-k jatuh ke kanan”, maka untuk menunjukkan bahwa semua balok ke-n (𝑛 β‰₯ π‘Ž) jatuh ke kanan diperlukan pembuktian dua hal : 1. Tunjukkan bahwa balok ke-a jatuh ke kanan (𝑝(π‘Ž) benar) 2. Tunjukkan bahwa jika balok ke-k jatuh ke kanan, maka balok ke –(k+1) juga jatuh ke kanan. (Jika 𝑝(π‘˜) benar, maka 𝑝(π‘˜ + 1) benar) Dengan terbuktinya kedua hal di atas, maka terbukti bahwa 𝑝(𝑛) benar untuk 𝑛 β‰₯ π‘Ž.
  • 12. Prinsip Induksi sederhana Misalkan 𝒑(𝒏) adalah proposisi perihal bilangan bulat positif dan kita ingin membuktikan bahwa 𝒑 𝒏 benar untuk semua bilangan bulat positif 𝒏. Untuk membuktikan proposisi ini, kita hanya perlu menunjukkan bahwa : 1. 𝒑(𝟏) benar, 2. Jika 𝒑(𝒏) benar, maka 𝒑(𝒏 + 𝟏) juga benar untuk setiap 𝒏 β‰₯ 𝟏 sehingga 𝒑(𝒏) benar untuk semua bilangan bulat positif 𝒏. Basis Induksi Langkah Induksi : β€’ berisi asumsi (andaian) yang menyatakan bahwa 𝑝(𝑛) benar. β€’ Asumsi tersebut dinamakan β„Žπ‘–π‘π‘œπ‘‘π‘’π‘ π‘–π‘  π‘–π‘›π‘‘π‘’π‘˜π‘ π‘–. β€’ Bila kita sudah menunjukkan kedua langkah tersebut benar, maka kita sudah membuktikan bahwa 𝑝(𝑛) benar untuk semua bilangan bulat positif 𝑛.
  • 13. Contoh Soal Tunjukkan bahwa untuk 𝑛 β‰₯ 1, 1 + 2 + 3 + β‹― + 𝑛 = 𝑛(𝑛+1) 2 melalui induksi matematika! Penyelesaian : Andaikan bahwa 𝑝(𝑛) menyatakan proposisi bahwa untuk 𝑛 β‰₯ 1, jumlah 𝑛 bilangan bulat positif pertama adalah 𝑛(𝑛+1) 2 . i. Basis induksi : p(1) benar, karena untuk 𝑛 = 1 kita peroleh 1 = 1.2 2 . ii. Langkah induksi : Misalkan 𝑝(𝑛) benar, yaitu mengasumsikan bahwa 1 + 2 + 3 + β‹― + 𝑛 = 𝑛(𝑛 + 1) 2 adalah benar (hipotesis induksi). Kita harus memperlihatkan bahwa 𝑝(𝑛 + 1) juga benar, yaitu 1 + 2 + 3 + β‹― + 𝑛 + 𝑛 + 1 = 𝑛 + 1 (𝑛 + 2) 2 Untuk membuktikan ini, tunjukkan bahwa 1 + 2 + 3 + β‹― + 𝑛 + 𝑛 + 1 = 𝑛 𝑛 + 1 2 + 𝑛 + 1 = 𝑛 + 1 (𝑛 + 2) 2 = 𝑛 + 1 ( 𝑛 + 1 + 1) 2 Karena langkah (i) an (ii) telah dibuktikan benar, maka untuk semua bilangan bulat positif 𝑛, terbukti bahwa untuk semua 𝑛 β‰₯ 1, 1 + 2 + 3 + β‹― + 𝑛 = 𝑛(𝑛+1) 2 . ∎
  • 14. Latihan Soal 1 1. Gunakan induksi matematika untuk membuktikan bahwa jumlah 𝑛 buah bilangan ganjil positif pertama adalah 𝑛2. 2. Untuk semua 𝑛 β‰₯ 1, buktikan dengan induksi matematika bahwa 𝑛3 + 2𝑛 adalah kelipatan 3.
  • 15. Prinsip induksi yang dirampatkan Misalkan 𝒑(𝒏) adalah pernyataan perihal bilangan bulat dan kita ingin membuktikan bahwa 𝒑(𝒏) benar untuk semua bilangan bulat 𝒏 β‰₯ 𝒏 𝟎. Untuk membuktikan ini, kita hanya perlu menunjukkan bahwa : 1. 𝒑(𝒏 𝟎) benar 2. Jika 𝒑(𝒏) benar, maka 𝒑(𝒏 + 𝟏) benar untuk setiap 𝒏 β‰₯ 𝒏 𝟎 sehingga 𝒑(𝒏) benar untuk semua bilangan bulat 𝒏 β‰₯ 𝒏 𝟎.
  • 16. Prinsip Induksi Kuat Misalkan 𝒑(𝒏) adalah pernyataan perihal bilangan bulat dan kita ingin membuktikan bahwa 𝒑(𝒏) benar untuk semua bilangan bulat 𝒏 β‰₯ 𝒏 𝟎. Untuk membuktikan ini, kita hanya perlu menunjukkan bahwa : 1. 𝒑(𝒏 𝟎) benar, dan 2. Jika 𝒑 𝒏 𝟎 , 𝒑 𝒏 𝟎 + 𝟏 , … , 𝒑 𝒏 benar, maka 𝒑(𝒏 + 𝟏) juga benar untuk setiap bilangan bulat 𝒏 β‰₯ 𝒏 𝟎. sehingga 𝒑(𝒏) benar untuk semua bilangan bulat 𝒏 β‰₯ 𝒏 𝟎. β€’ Mirip dengan prinsip induksi sederhana β€’ Pada langkah 2, diambil hipotesis induksi yang lebih kuat bahwa semua pernyataan 𝑝 1 , 𝑝 2 , … , 𝑝 𝑛 adalah benar daripada hipotesis yang menyatakan bahwa 𝑝 𝑛 benar (induksi sederhana).
  • 17. Latihan Soal 2 1. Buktikan dengan induksi matematik bahwa 3 𝑛 < 𝑛! Untuk 𝑛 bilangan bulat positif yang lebih besar dari 6. 2. Jika 𝐴1, 𝐴2, 𝐴3,..., 𝐴 𝑛 masing-masing adalah himpunan, buktikan dengan induksi matematik hukum De Morgan rampatan berikut : 𝐴1 ∩ 𝐴2 ∩ ... ∩ 𝐴 𝑛 = 𝐴1 βˆͺ 𝐴2 βˆͺ β‹― βˆͺ 𝐴 𝑛 3. Buktikan dengan induksi matematik bahwa pada sebuah himpunan beranggotakan 𝑛 elemn, banyaknya himpunan bagian yang dapat dibentuk dari himpunan tersebut adalah 2 𝑛 ! 4. Buktikan pernyataan β€œUntuk membayar biaya pos sebesar 𝑛 sen (𝑛 β‰₯ 8) selalu dapat digunakan hanya perangko 3 sen dan perangko 5 sen” benar ! 5. Sebuah mesin ATM (Anjungan Tunai Mandiri) hanya menyediakan pecahan uang Rp20.000 dan Rp50.000. Kelipatan uang berapakah yang dapat dikeluarkan oleh Atm tersebut? Buktikan jawaban Anda dengan induksi matematik !
  • 18. Contoh Soal Bilangan bulat positif disebut prima jika dan hanya jika bilangan bulat tersebut habis dibagi dengan 1 dan dirinya sendiri. Kita ingin membuktikan bahwa setiap bilangan bulat positif 𝑛 (𝑛 β‰₯ 2) dapat dinyatakan sebagai perkalian dari (satu atau lebih) bilangan prima. Buktikan dengan prinsip induksi kuat ! Jawab : Misalkan 𝑝(𝑛) adalah proposisi bahwa setiap bilangan bulat positif 𝑛 (𝑛 β‰₯ 2) dapat dinyatakan sebagai perkalian dari (satu atau lebih) bilangan prima. i.Basis induksi : 𝑝(2) benar, karena 2 sendiri adalah bilangan prima dan di sini 2 dapat dinyatakan sebagai perkalian dari satu buah bilangan prima, yaitu dirinya sendiri. ii.Langkah induksi : Misalkan 𝑝(𝑛) benar, yaitu asumsikan bahwa bilangan 2,3,..𝑛 dapat dinyatakan sebagai perkalian (satu atau lebih) bilangan prima (hipotesis induksi). Kita perlu menunjukkan bahwa 𝑝(𝑛 + 1) benar, yaitu 𝑛 + 1 juga dapat dinyatakan sebagai perkalian bilangan prima. Hal ini ditunjukkan sebagai berikut : jika 𝑛 + 1 sendiri bilangan prima, maka jelas ia dapat dinyatakan sebagai perkalian satu atau lebih bilangan prima. Jika 𝑛 + 1 bukan bilangan prima, maka terdapat bilangan bulat positif π‘Ž yang membagi habis 𝑛 + 1 tanpa sisa. Dengan kata lain, 𝑛 + 1 = π‘Žπ‘ yang dalam hal ini, 2 ≀ π‘Ž ≀ 𝑏 ≀ 𝑛. Menurut hipotesis induksi, π‘Ž dan 𝑏 dapat dinyatakan sebagai perkalian satu atau lebih bilangan prima. Ini berarti, 𝑛 + 1 jelas dapat dinyatakan sebagai perkalian bilangan prima, karena 𝑛 + 1 = π‘Žπ‘. Karena langkah (i) dan (ii) sudah ditunjukkan benar, maka terbukti bahwa setiap bilangan bulat positif 𝑛 (𝑛 β‰₯ 2) dapat dinyatakan sebagai perkalian dari (satu atau lebih) bilangan prima.
  • 19. Bentuk induksi secara umum β€’ Prinsip induksi dapat diterapkan tidak hanya untuk pembuktian proposisi yang menyangkut himpunan bilangan bulat positif, tetapi juga untuk himpunan objek yang lebih umum asalkan himpunan tersebut mempunyai keterurutan dan mempunyai elemen terkecil. Misalkan 𝑋 terurut dengan baik oleh β€œ<” dan p(x) adalah pernyataan perihal elemen x dari X. Kita ingin membuktikan bahwa p(x) benar untuk semua π‘₯ ∈ 𝑋. Untuk membuktikan ini, kita hanya perlu menunjukkan bahwa : i. 𝑝(π‘₯0) benar, yang dalam hal ini π‘₯0 adalah elemen terkecil di dalam 𝑋 ii. Jika 𝑝(𝑦) benar untuk 𝑦 < π‘₯, maka 𝑝(π‘₯) juga benar untuk setiap π‘₯ > π‘₯0 di dalam 𝑋 sehingga 𝑝(π‘₯) benar untuk semua π‘₯ ∈ 𝑋
  • 20. Latihan Soal 3 1. Tentukan rumus untuk menghitung 1 2 + 1 4 + 1 8 + β‹― + 1 2 𝑛 dengan memeriksa nilai-nilai ekpresi untuk 𝑛 yang kecil, lalu gunakan induksi matematik untuk membuktikan rumus itu ! 2. Buktikan dengan induksi matematika bahwa 𝑛5 βˆ’ 𝑛 habis dibagi 5 untuk 𝑛 bilangan bulat positif ! 3. Untuk biaya pos berapa saja yang dapat menggunakan perangko senilai 5 sen dan 6 sen? Buktikan jawaban Anda dengan induksi matematika ! 4. Di dalam sebuah pesta, setiap tamu berjabat tangan dengan tamu lainnya hanya sekali saja. Buktikan dengan induksi matematika bahwa jika ada 𝑛 orang tamu maka jumlah jabat tangan yang terjadi adalah 𝑛(π‘›βˆ’1) 2 ! 5. Gunakan induksi matematika untuk membuktikan bahwa suatu himpunan dengan 𝑛 elemen (𝑛 β‰₯ 2) mempunyai 𝑛(π‘›βˆ’1) 2 himpunan bagian yang mengandung tepat 2 elemen.
  • 21. Tugas Pilih 2 soal yang belum dibahas di kelas dari slide 9 Dan 3 soal dr induksi matematika (pilih dr slide 18 dan 24)