SlideShare a Scribd company logo
1 of 18
1 | E s s a N o v a l i a 
BAB I 
PENDAHULUAN 
A. Rekursif 
Untuk memahami definisi rekursif, terlebih dahulu perhatikan barisan 
integer genap tak-negatif: 0, 2, 4, 6, 8, … . barisan itu bisa kita tuliskan 
dengan : 푏푛 = 2푛, ∀푛 ∈ ℕ. Suku ke berapapun dari barisan itu bisa kita 
peroleh secara langsung, misalnya : suku ke–125 adalah 푏125 = 250. Barisan 
yang demikian kita sebut dengan barisan rumus eksplisit. 
Sebagai perbandingan, kita lihat contoh berikut : 
Contoh 1 
Kita perhatikan barisan integer 푎0, 푎1, 푎2, …, dimana 
푎0 = 1, 푎1 = 2, 푎2 = 3 dan 
푎푛 = 푎푛−1 + 푎푛−2 + 푎푛−3, ∀푛 ∈ ℤ, 푛 ≥ 3. 
Buktikan bahwa ∀푛 ∈ ℕ, 푎푛 ≤ 3푛. 
Penyelesaian 
Bukti. Misalkan 푆 ′ (푛): 푎푛 ≤ 3푛, ∀푛 ∈ ℕ. 
Langkah Basis: Kita amati bahwa 푆 ′ (0), 푆 ′ (1), dan 푆 ′ (2) benar : 
(1) 푎0 = 1 = 30 ≤ 30; 
(2) 푎1 = 2 ≤ 3 = 31; dan 
(3) 푎2 = 3 ≤ 9 = 32; 
Langkah Induktif : Andaikan 푆 ′ (0), 푆 ′ (1), 푆 ′ (2), …, 푆 ′ (푘), benar untuk 
suatu 푘 ∈ ℕ, dan 푘 ≥ 2. Ini berarti 푘 + 1 pernyataan berikut adalah benar.
푎0 ≤ 30, 푎1 ≤ 31 , 푎2 ≤ 32, … , 푎푘 ≤ 3푘 
Berdasarkan asumsi tersebut, maka : 
2 | E s s a N o v a l i a 
푎푘+1 = 푎푘 + 푎푘 −1 + 푎푘−2 
≤ 3푘 + 3푘− 1 + 3푘−2 
≤ 3푘 + 3푘 + 3푘 = 3푘+1 
Sebagai perbandingannya, sekarang kit perhatikan barisan pada contoh 1, 
untuk mendapatkan suku ke–k yaitu 푎푘 kita tidak mempunyai rumus eksplisit, 
sebagai gantinya dibutuhkan nilai tiga suku sebelumnya, yaitu 푎푘−1 , 푎푘−2 , dan 푎푘−3, 
sehingga 
푎푘+1 = 푎푘 + 푎푘−1 + 푎푘 −2. Kemudian nilai ketiga suku itu, masing-masing juga 
membutuhkan nilai tiga suku sebelumnya lagi. Demikian seterusnya, pada akhirnya 
semua nilai 푎푘 , untuk 푘 ≥ 3, bergantung pada nilai awal suku: 푎0 = 1, 푎1 = 2, dan 
푎2 = 3. Barisan yang demikian disebut barisan dengan rumus rekusif. Rumus 
rekursif secara lengkap disebut juga dengan de.nisi rekursif yang terdiri dari basis 
rekursi dan proses rekursi. Basis rekursi yaitu pende.nisian awal (pemberian nilai 
awal), pada contoh tersebut: 푎0 = 1, 푎1 = 2, dan 푎2 = 3. Proses rekursi memberikan 
nilai suku berikutnya secara rekursif didasarkan pada nilai basis rekursi, pada contoh 
tersebut 푎푘 = 푎푘−1 + 푎푘−1 + 푎푘−2 . 
Definisi rekursif merupakan suatu jawaban ketika untuk menentukan rumus 
eksplisit suatu barisan sangat rumit atau bahkan mustahil. Hal ini terjadi tidak hanya 
pada barisan bilangan, tetapi juga paling sering terjadi pada beberapa konsep 
matematika yang lain, seperti: operasi himpunan, proposisi dalam logika, relasi, 
fungsi, bahasa mesin, dll.
Contoh 2 
Misalkan 푝1, 푝2, 푝3 , … , 푝푛 adalah n proposisi. Untuk menentukan nilai 
kebenaran 
3 | E s s a N o v a l i a 
푝1 ∧ 푝2 ∧ 푝3 ∧ … ∧ 푝푛, 
Dimana 푛 ≥ 2, diperlukan konsep rekursif atas dasar hokum asosiatif 
konjungsi. 
Penyelesaian 
Basis Rekursi : 푝1 ∧ 푝2 . 
Proses Rekursi : untuk 푛 ≥ 2 
푝1 ∧ 푝2 ∧ 푝3 ∧ … ∧ 푝푛−1 ↔ ( 푝1 ∧ 푝2 ∧ 푝3 ) ∧ 푝4 
↔ [( 푝1 ∧ 푝2 ) ∧ 푝3 ] ∧ 푝4 
↔ ( 푝1 ∧ 푝2) ∧ (푝3 ∧ 푝4 ) 
↔ 푝1 ∧ [푝2 ∧ (푝3 ∧ 푝4 )] 
↔ 푝1 ∧ (푝2 ∧ 푝3 ∧ 푝4 ) 
Dari fakta ini dapat diambil suatu kesimpulan bahwa berdasarkan sifat 
asosiatif tanda kurung bisa diletakkan secara bebas. 
Suatu pendefinisian secara rekursif yang melibatkan dua integer sekaligus 
diberikan pada contoh berikut ini. 
Contoh 3 
Untuk 푚 ∈ ℤ dan 푘 ∈ ℕ, bilangan Euler 푎푚,푘 didefinisikan secara rekursif 
dengan 
푎푚,푘 = (푚 − 푘)푎푚−1,푘−1 + (푘 + 1)푎푚−1,푘 untuk 0 ≤ 푘 ≤ 푚,
Dengan basis rekursi: 
푚 
4 | E s s a N o v a l i a 
푎0,0 = 1, 
푎푚,푘 = 0, 푢푛푡푢푘 푘 ≥ 푚, 푑푎푛 
푎푚,푘 = 0, 푢푛푡푢푘 푘 < 0 
Berdasarkan definisi rekursif ini, penentuan nilai푎푚,푘 , dimana 1 ≤ 푚 ≤ 5 dan 
0 ≤ 푘 ≤ 푚 − 1 dapat dinyatakan dalam tabel segitiga Pascal : 
Jml. Baris 
(푚 = 1) 1 1 = 1! 
(푚 = 2) 1 1 2 = 2! 
(푚 = 3) 1 4 1 6 = 3! 
(푚 = 4) 1 11 11 1 24 = 4! 
(푚 = 4) 1 26 66 26 1 120 = 5! 
Dari tabel ini didapat suatu pola bahwa jumlah baris ke-m adalah m!. Secara 
umum, buktikan bahwa untuk suatu 푚 ∈ ℤ+, berlaku Σ 푎푚,푘 
푚 −1 
푘 =0 = 푚!. 
Penyelesaian 
Bukti. Berdasarkan definisi rekursif diperoleh 
Σ 푎푚+1,푘 
푘=0 
푚 
= Σ[(푚 + 1 − 푘)푎푚,푘−1 + (푘 + 1)푎푚,푘 ] 
푘=0
푚 
푚−1 
푘 =0 = 푚! 
5 | E s s a N o v a l i a 
= [(푚 + 1)푎푚,−1 + 푎푚,0] + [푚푎푚,0 + 2푎푚,1] + 
[(푚 − 1)푎푚,1 + 3푎푚,2] + ⋯ + [3푎푚,푚−3 + (푚 + 1)푎푚,푚−2] + [2푎푚,푚−2 + 
푚푎푚,푚−1] + [푎푚,푚−1 + (푚 + 1)푎푚,푚] 
Karena 푎푚,−1 = 0 dan 푎푚,푚 = 0, maka 
Σ 푎푚+1,푘 
푘=0 
= [푎푚,0 + 푚푎푚,0] + [2푎푚,1 + (푚 − 1)푎푚,1 ] + ⋯ 
+ [(푚 − 1)푎푚,푚−2 + 2푎푚,푚−2] + [푚푎푚,푚−1 + 푎푚,푚−1] 
푚−1 
푘=0 
= (푚 + 1) Σ 푎푚,푘 
Dari fakta ini, dan berdasarkan induksi matematik, jika diasumsikan 
Σ 푎푚,푘 
Benar untuk 푚 ∈ ℤ+, maka 
푚 
Σ 푎푚+1,푘 
푘=0 
= (푚 + 1)(푚!) = (푚 + 1)!
6 | E s s a N o v a l i a 
BAB II 
PEMBAHASAN 
A. Relasi Rekursi 
Definisi 
Suatu relasi rekursi untuk sebuah barisan {푎푛} merupakan sebuah rumus 
untuk menyatakan 푎푛 ke dalam satu ata lebih suku – suku sebelumnya darri barisan 
tersebut, untuk suatu bilangan bulat nonnegative n. 
Suatu barisan disebut solusi dari sebuh relasi rekursi jika suku –suku pada 
barisan tersebut memenuhi relasi rekursinya. 
Contoh 1 
Untuk bilangan bulat nonnegative n, apakah barisan 푎푛 = 3푛, 푎푛 = 2푛 dan 
푎푛 = 5 merupakan solusi bagi relasi rekursi 푎푛 = 2푎푛−1 − 푎푛−2? 
Penyelesaian 
(i) Misal 푎푛 = 3푛, utnuk bilangan bulat nonnegative n, maka : 
푎푛 = 2푎푛−1 − 푎푛−2 
푎푛 = 2(3(푛 − 1)) − 3(푛 − 2) 
푎푛 = 3푛 
Maka 푎푛 = 3푛 merupakan solusi bagi relasi rekursi 푎푛 = 2푎푛−1 − 
푎푛−2. 
(ii) Misal 푎푛 = 2푛, untuk bilangan bulat nonnegative n, maka : 
푎푛 = 2푎푛−1 − 푎푛−2 
푎푛 = 2(2(푛−1) ) − 2(푛−2) 
푎푛 = 2푛 − 2푛−2
7 | E s s a N o v a l i a 
푎푛 = 2푛 (1 − 
1 
4 
) = 2푛. 
3 
4 
≠ 2푛 
Maka 푎푛 = 2푛 bukan merupakan solusi bari relasi rekursi 푎푛 = 
2푎푛−1 − 푎푛−2. 
(iii) Misal 푎푛 = 5 untuk bilangan bulat nonnegative n, maka : 
푎푛 = 2푎푛−1 − 푎푛−2 
푎푛 = 2(5) − 5 
푎푛 = 5 
Maka 푎푛 = 5 merupakan solusi bagi relasi rekursi 푎푛 = 2푎푛−1 − 푎푛−2. 
Jadi, kondisi awal (푎0) akn menentukan suku – suku pada barisan berikutnya. 
B. Penyelesaian Relasi Rekursi dengan iterasi 
Penyelesaian Relasi Rekursi dengan iterasi merupakan metode yang sangat 
mendasar. Prinsipnya adalah kita hitung suku –suku barisan secara berurutan terus – 
menerus hingga kita memperoleh pola tertentu. Berdasarkan pola tersebut, dibuatlah 
rumus eksplisit. Untuk mendapatkan polanya, barisan dapat dihitung secara menaik 
(dihitung berturut – turut 푎0, 푎1, 푎2, …, ) atau menurun (dihitung berturut – turut 
푎푛, 푎푛−1, 푎푛− 2, …,). 
Ada beberapa deret yang sering digunakan untuk menyelesaikan relasi rekursi 
dengan iterasi antara lain : 
1 + 2 + 3 + ⋯ + 푛 = 
푛(푛 + 1) 
2 
12 + 22 + 33 + ⋯ + 푛2 = 
푛(푛 + 1)(2푛 + 1) 
6
1.2 + 2.3 + 3.4 + ⋯ + 푛(푛 + 1) = 
8 | E s s a N o v a l i a 
푛(푛 + 1)(푛 + 2) 
3 
1 + 푟 + 푟2 + ⋯ . +푟푛 = (푟푛+1−1) 
푟 −1 
untuk 푟 > 1 (Deret Geometri) 
Contoh 1 
Carilah rumus eksplisit barisan 푚1, 푚2, …. Yang menyatakan masalah menara 
Hanoi. 
푚푘 = 2푚푘−1 + 1 untuk bilangan bulat 푘 ≥ 2 
푚1 = 1 
Penyelesaian 
푚푘 = 2푚푘−1 + 1 
= 2(2푚푘−2) + 1 = 22푚푘−2 + 2.1 + 1 
= 2(2푚푘−3) + 2.1 + 1 = 23푚푘−3 + 22. 1 + 2.1 + 1 
= 2(2푚푘−4) + 22. 1 + 2.1 + 1 = 23푚푘−3 + 23. 1 + 22. 1 + 2.1 + 1 
= 2(2푚푘−5) + 23. 1 + 22 . 1 + 2.1 + 1 = 23푚푘−3 + 24. 1 + 23. 1 + 
22. 1 + 2.1 + 1 
= ⋯ 
= 2푘− 1(푚푘−(푘−1) ) + 2푘−2. 1 + … + 23. 1 + 22. 1 + 21. 1 + 1 
= 2푘− 1(2푚1) + 2푘−2. 1 + … + 23. 1 + 22. 1 + 21. 1 + 1 
Oleh karena 푚1 = 1 , maka :
푚푘 = 2푘−1 + 2푘− 2. 1 + … + 23. 1 + 22. 1 + 21. 1 + 1 
푚푘 merupakan deret geometri dengan r = 2 yang besarnya = 
9 | E s s a N o v a l i a 
(2푘−1−1) 
2−1 
= 2푘 − 
1 . jadi 푚푘 = 2푘 − 1 untuk bilangan bulat 푘 ≥ 2. 
C. Penyelesaian Relasi Rekursi Melalui Persamaan Karakteristik 
Suatu cara penyelesaian relasi rekursi yang dapat menentukan rumus eksplisit 
dengan pasti adalah melalui Persamaan Karakteristik. 
a. Relasi Rekursi Linear Orde Pertama 
Untuk memahami relasi rekursi linear orde pertama, sebagai gambaran 
ada abaiknya kita ingat kembali definisi progresi geometric (deret geometri). 
Progresi geometric adalah barisan tak hingga, contohnya 5, 15, 45, 135, …, 
diman apembagian setiap suku (kecuali suku pertama) dengan tepat satu suku 
sebelumnya adalah konstan, disebut rasio bersama. Misalakan rasio 
bersamanya adalah 3, karena 3 = 15 
5 
= 45 
15 
= 135 
45 
= ⋯. Jika 푎0, 푎1, 푎2 , …, 
adalah progresi geometric dengan rasio bersama adalah r, maka 
푎푛+1 
푎푛 
= 푟 
untuk n = 0,1,2,3,… . jika r=3, kita dapatkan 푎푛+1 = 3푎푛 , dengan 푛 ≥ 0. 
Relasi rekursi 푎푛+1 = 3푎푛, 푛 ≥ 0 tidak mendefinisikan progresi 
geometric yang tunggal, karena barisan 3,9,27,81,… juga memenuhi relasi 
yang bersangkutan. Jadi, untuk mendefinisikan suatu progresi geometric dari 
suatu relasi rekursi diperlukan nilai satu suku dari relasi itu. 
Hubungan suku 푎푛+1 dengan suku sebelumnya dalam relasi rekursi 
menentukan jenis relasi rekursi yang bersangkutan. Jika nilai 푎푛+1 hanya 
bergantung pada nilai 푎푛 (tepat satu suku sebelumnya), maka relasi yang 
demikian dikatakan mempunyai orde pertama. Selanjutnya jika hubungannya
juga linear dengan koefisien konstan, maka disebut linear orde pertama 
dengan koefisien konstan. 
Nilai 푎0 atau 푎1 yang diketahu pada suatu relasi rekursi disebut nilai 
syarat batas. Ekspresi 푎0 = 퐴, dimana A konstan, juga disebut sebagai syarat 
awal. Syarat batas menentukan keuntungan solusi. 
푎푛+1 = 3푎푛, 푛 ≥ 0, 푎0 = 5 (1) 
Lima suku pertama menentukan pola berikut ini : 
푎0 = 5 , 
푎1 = 3푎0 = 3(5), 
푎2 = 3푎1 = 3(3(5)) = 32(5) 
푎3 = 3푎2 = 3(32(5)) = 33(5) 
푎4 = 3푎3 = 3(33(5)) = 34(5) 
Hasil ini membawa kita pada rumusan bahwa setiap 푛 ≥ 0, 푎푛 = 
5(3푛) yang disebut solusi umum dari Relasi (1) 
Jadi solusi umum dari suatu relasi rekursi 푎푛+1 = 푑푎푛, 푛 ≥ 0 , d 
konstan, dan 푎0 = 퐴 adalah tunggal dan dirumuskan dengan : 
푎푛 = 퐴푑푛, 푛 ≥ 0. 
10 | E s s a N o v a l i a
b. Relasi Rekursi Linear Homogen Order Kedua dengan Koefisien 
Konstan 
Misalkan 푘 ∈ ℤ+ dan 퐶푛(≠ 0), 퐶푛−1, … , 퐶푛−푘 (≠ 0) adalah bilangan – 
bilangan nyata. Jika 푎푛 untuk 푛 ≥ 0 adalah fungsi diskrit, maka : 
퐶푛푎푛 + 퐶푛−1푎푛−1 + ⋯ + 퐶푛−푘 푎푛−푘 = 푓(푛), 푛 ≥ 푘 
Adalah relasi rekursi linear berorder k dengan koefisien konstan. Jika 푓(푛) = 
0 untuk setiap 푛 ≥ 0, relasi ini disebut homogeny, ingkarannya adalah tak 
homogeny. 
Pada bagian ini kita akan membahas relasi homogen berorder dua: 
퐶푛푎푛 + 퐶푛−1 푎푛−1 + 퐶푛−2푎푛−2 = 0, 푛 ≥ 2 (2) 
Pada dasarnya kita akan mencari solusi dalam bentuk 푎푛 = 푐푟푛 , dimana 푐 ≠ 
0 푑푎푛 푟 ≠ 0, 
Substitusikan 푎푛 = 푐푟푛 ke persamaan (2), kita dapatkan 
퐶푛푐푟푛 + 퐶푛−1푐푟푛 −1 + 퐶푛−2푐푟푛− 2 = 0 (3) 
Karena 푐 ≠ 0 푑푎푛 푟 ≠ 0, persamaan 3 menjadi 
11 | E s s a N o v a l i a 
퐶푛푐푟2 + 퐶푛−1푐푟1 + 퐶푛− 2 = 0 
Merupakan persamaan kuadrat yang disebut persamaan karakteristik. 
Misalkan 푟1 dan 푟2 adalah akar dari persamaan itu, maka ada tiga 
kemungkinan: 
푟1 dan 푟2 adalah dua real berbeda 
푟1 dan 푟2 adalah dua kompleks saling konjugate.
푟1 dan 푟2 adalah dua real yang sama. 
Kasus-A (dua real berbeda) 
Contoh. Selesaikan relasi rekursi berikut 
푎푛 + 푎푛−1 − 6푎푛−2 = 0, 푛 ≥ 2 dan 푎0 = −1, 푎1 = 8 (4) 
Penyelesaian 
Misalkan 푎푛 = 푐푟푛 , dimana 푐 ≠ 0 푑푎푛 푟 ≠ 0, adalah solusi dari Relasi (4), 
maka diperoleh persamaan karakteristik 
0 = 푟2 + 푟 − 6 = (푟 − 2)(푟 + 3) → 푟 = 2, −3 
adalah dua akar real berbeda, sehingga 푎푛 = 2푛 dan 푎푛 = (−3)푛 merupakan 
dua solusi [sebagaimana juga 푏(2푛) dan 푑(−3)푛 untuk sembarang konstan b, d]. 
Kedua solusi ini adalah bebas linear kerena yang satu bukan merupakan kelipatan 
yang lain. Jadi, 
12 | E s s a N o v a l i a 
푎푛 = 푐1(2푛) + 푐2(−3)푛 
merupakan solusi umum. Kemudian, karena 푎0= -1 dan 푎1= 8; dengan 
substitusi, kita peroleh 푐1 = 1 dan 푐2 = -2: Akhirnya, kita dapatkan jawaban 
푎푛 = 2푛 − 2 − (−3)푛 
푎3 = 2100 − 2 − (−3)100 
Kasus-B (Dua Akar Kompleks Saling Konjuget) 
Sebelum masuk ke pembahasan inti, kita ingat kembali Teorema 
DeMoivre : 
(cos 휃 + 푖 sin 휃)푛 = cos 푛휃 + 푖 푠푖푛휃 , 푛 ≥ 0. 
Jika
13 | E s s a N o v a l i a 
푧 = 푥 + 푖 푦 ∈ ℂ, 푧 ≠ 0, 
Dapat kita tuliskan 
푧 = 푟(cos 휃 + 푖 sin 휃), 푟 = √푥 2 + 푦2 dan 
푦 
푥 
= tan 휃 untuk 푥 ≠ 0. 
Jika x = 0, maka untuk y > 0, 
푧 = 푦푖 = 푦푖 sin 휋 
2 
= 푦(cos 휋 
2 
+ 푖 sin 휋 
2 
), 
Dan untuk y < 0, 
푧 = 푦푖 = |푦|푖 sin 3휋 
2 
= |푦|(cos 3휋 
2 
+ 푖 sin 3휋 
2 
), 
Dalam semua kasus, 
푧푛 = 푟푛(cos 푛휃 + 푖 sin 푛휃), 푛 ≥ 0. 
10 
Contoh. Tentukan (1 + √3푖) 
Penyelesaian 
Misalkan 푧 = 1 + √3푖 maka x = 1, y= √3, r= 2, dan 휃 = 휋 
3 
. Jadi : 
10 
(1 + √3푖) 
= 210 (cos 
10휋 
3 
+ 푖 sin 
10휋 
3 
) 
= 210 (cos 4휋 
3 
+ 푖 sin 4휋 
3 
) 
= 210 ((−1 
2 
− √3 
2 
) 푖) 
= (−29 )(1 + √3푖).
Kasus – C (Dua Akar Real Sama) 
Contoh. Selesaikan relasi rekurensi berikut 푎푛+2 = 4푎푛+1 − 4푎푛 
dimana 푛 ≥ 0, dan 푎0 = 1 dan 푎1 = 3. 
Penyelesaian. Misalkan 푎푛 = 푐푟푛 , dimana 푐 ≠ 0 푑푎푛 푟 ≠ 0, adalah 
solusinya, maka diperoleh persamaan karakteristik 
14 | E s s a N o v a l i a 
0 = 푟2 − 4푟 + 4 = (푟 − 2)2 → 푟 = 2 
Adalah dua akar real sama, sehingga 푎푛 = 2푛 merupakan solusinya. 
Oleh karena itu, kita harus mencari satu solusi yang lagi bebas linear, ambil 
saja 푎푛 = 푓(푛)2푛, dimana 푓(푛) tidak konstan. Untuk mencari 푓(푛) 
digunakan substitusi : 
푓(푛 + 2)2푛+2 = 4푓(푛 + 1)2푛+1 − 4푓(푛)2푛 
푓(푛 + 2) = 2푓(푛 + 1) − 푓(푛) (5) 
Diperoleh bahwa 푓(푛) = 푛memenuhi persamaan (5). Jadi 푎푛 = 푛2푛 
adalah solusi kedua yang bebas linear dengan 푎푛 = 2푛. Akibatnya, kita 
dapatkan solusi umum 
푎푛 = 푐1(2푛) + 푐2푛(2)푛. 
Untuk 푎0 = 1 dan 푎1 = 3 , didapatkan solusi khusus : 
푎푛 = (2푛) + 1 
2 
푛(2)푛 = (2푛) + 푛(2)푛−1, 푛 ≥ 0. 
Bentuk umum: jika 
퐶푛푎푛 + 퐶푛−1푎푛−1 + ⋯ + 퐶푛−푘 푎푛−푘 = 0,
dengan 퐶푛(≠ 0), 퐶푛−1, … , 퐶푛−푘 (≠ 0) adalah konstanta real, dan r adalah akar 
karakteristik dengan multiplisitas m, dimana 2 ≤ 푚 ≤ 푘, maka bagian dari solusi 
umum yang melibatkan akar r mempunyai bentuk 
퐴0푟푛 + 퐴1푛푟푛 + 퐴2푛2 푟푛 + ⋯ + 퐴푚−1푛푚−1푟푛 
= (퐴0 + 퐴1푛 + 퐴2푛2 + ⋯ + 퐴푚−1푛푚 −1)푟푛 
Dimana 퐴0, 퐴1, 퐴2 , … , 퐴푚−1 adalah sembarang konstan. 
c. Relasi Rekursi Tak Homogen 
Kita perhatikan relasi rekursi berikut : 
푎푛 − 푎푛−1 = 푓(푛), 푛 ≥ 1, 
푓(푛) tidak semunya nol untuk nilai n, maka solusinya : 
푎푛 = 푎0 + Σ 푓(푖) 푛푖 
=1 (6) 
Kita dapat menyelesaikan Persamaan (6) dalam n, jika kita dapat merumuskan 
Σ 푓(푖) 푛푖 
=1 . 
Contoh. Selesaikan relasi rekursi berikut ini : 
15 | E s s a N o v a l i a 
푎푛 − 푎푛−1 = 3푛2 , 푛 ≥ 1, 푑푎푛 푎0 = 7 
Penyelesaian 
Disini 푓(푛) = 3푛2, sehingga solusi umunya : 
푛 
푎푛 = 푎0 + Σ 푓(푖) 
푖=1 
푛 
= 7 + Σ 3푖 2 
푖 =1 
= 7 + 
1 
2 
(푛)(푛 + 1)(2푛 + 1)
16 | E s s a N o v a l i a 
BAB III 
PENUTUP 
Suatu hal penting yang harus dilakukan sehubungan dengan relasi 
rekursi adalah bagaimana menyelesaikan relasi tersebut. Penyelesaian yang 
dimaksud disini adalah mengubah relasi rekursi tersebut menjadi suatu 
barisan yang dinyatakan dengan rumus eksplisit. Hal itu penting karena 
barisan yang dinyatakan dalam relasi rekursi harus dihitung satu demi satu. 
Jadi, jika kita ingin mengetahui suku ke – n (=푎푛), haruslah terlebih dahulu 
dihitung 푎푛−1. 
Ada bermacam – macam cara untuk menyelesaikan relasi rekursi, dan 
masing – masing cara memliki karakteristik dan keunggulan masing – masing. 
Dalam makalah ini hanya menjelaskan 2 cara penyelesaian yang biasa 
dipakai, yaitu cara iterasi dan melalui persamaan karakteristik.
17 | E s s a N o v a l i a 
DAFTAR PUSTAKA 
Siang, Drs. Jong Jek, M.Sc. 2009. Matematika Diskrit dan Aplikasinya pada 
Ilmu Komputer.Yogyakarta : Penerbit ANDI 
Guritman, Sugi dan Prapto Tri Supriyo.2004. Matematika Diskret. Bogor : 
Institut Pertanian Bogor 
http://www.scribd.com/doc/96595172/RELASI-REKURENSI-LINIER
18 | E s s a N o v a l i a

More Related Content

What's hot

BAB 1 Transformasi
BAB 1 Transformasi BAB 1 Transformasi
BAB 1 Transformasi Nia Matus
 
Persamaan Diferensial
Persamaan DiferensialPersamaan Diferensial
Persamaan DiferensialDian Arisona
 
Modul 2 keterbagian bilangan bulat
Modul 2   keterbagian bilangan bulatModul 2   keterbagian bilangan bulat
Modul 2 keterbagian bilangan bulatAcika Karunila
 
Modul 6 fungsi-fungsi multiplikatif
Modul 6   fungsi-fungsi multiplikatifModul 6   fungsi-fungsi multiplikatif
Modul 6 fungsi-fungsi multiplikatifAcika Karunila
 
Teori bilangan bab ii
Teori bilangan bab iiTeori bilangan bab ii
Teori bilangan bab iiSeptian Amri
 
Aljabar 3-struktur-aljabar
Aljabar 3-struktur-aljabarAljabar 3-struktur-aljabar
Aljabar 3-struktur-aljabarmaman wijaya
 
PERSAMAAN GARIS SINGGUNG PARABOLA GAD II
PERSAMAAN GARIS SINGGUNG PARABOLA GAD IIPERSAMAAN GARIS SINGGUNG PARABOLA GAD II
PERSAMAAN GARIS SINGGUNG PARABOLA GAD IIAYANAH SEPTIANITA
 
Homomorfisma grup
Homomorfisma grupHomomorfisma grup
Homomorfisma grupYadi Pura
 
Fungsi phi dan teorema euler
Fungsi phi dan teorema eulerFungsi phi dan teorema euler
Fungsi phi dan teorema eulervionk
 
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.3
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.3Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.3
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.3Arvina Frida Karela
 
Rekursi dan Induksi Matematika
Rekursi dan Induksi MatematikaRekursi dan Induksi Matematika
Rekursi dan Induksi MatematikaHeni Widayani
 
Rangkuman materi Isometri
Rangkuman materi IsometriRangkuman materi Isometri
Rangkuman materi IsometriNia Matus
 
Matematika Diskrit Relasi Rekursif
Matematika Diskrit Relasi RekursifMatematika Diskrit Relasi Rekursif
Matematika Diskrit Relasi RekursifAyuk Wulandari
 
Fungsi Vektor ( Kalkulus 2 )
Fungsi Vektor ( Kalkulus 2 )Fungsi Vektor ( Kalkulus 2 )
Fungsi Vektor ( Kalkulus 2 )Kelinci Coklat
 

What's hot (20)

BAB 1 Transformasi
BAB 1 Transformasi BAB 1 Transformasi
BAB 1 Transformasi
 
Persamaan Diferensial
Persamaan DiferensialPersamaan Diferensial
Persamaan Diferensial
 
Modul 2 keterbagian bilangan bulat
Modul 2   keterbagian bilangan bulatModul 2   keterbagian bilangan bulat
Modul 2 keterbagian bilangan bulat
 
Modul 6 fungsi-fungsi multiplikatif
Modul 6   fungsi-fungsi multiplikatifModul 6   fungsi-fungsi multiplikatif
Modul 6 fungsi-fungsi multiplikatif
 
Teori bilangan bab ii
Teori bilangan bab iiTeori bilangan bab ii
Teori bilangan bab ii
 
Aljabar 3-struktur-aljabar
Aljabar 3-struktur-aljabarAljabar 3-struktur-aljabar
Aljabar 3-struktur-aljabar
 
PERSAMAAN GARIS SINGGUNG PARABOLA GAD II
PERSAMAAN GARIS SINGGUNG PARABOLA GAD IIPERSAMAAN GARIS SINGGUNG PARABOLA GAD II
PERSAMAAN GARIS SINGGUNG PARABOLA GAD II
 
Grup permutasi
Grup permutasiGrup permutasi
Grup permutasi
 
Jawaban Soal Latihan
Jawaban Soal LatihanJawaban Soal Latihan
Jawaban Soal Latihan
 
Homomorfisma grup
Homomorfisma grupHomomorfisma grup
Homomorfisma grup
 
Fungsi phi dan teorema euler
Fungsi phi dan teorema eulerFungsi phi dan teorema euler
Fungsi phi dan teorema euler
 
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.3
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.3Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.3
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.3
 
relasi himpunan
relasi himpunanrelasi himpunan
relasi himpunan
 
Rekursi dan Induksi Matematika
Rekursi dan Induksi MatematikaRekursi dan Induksi Matematika
Rekursi dan Induksi Matematika
 
Rangkuman materi Isometri
Rangkuman materi IsometriRangkuman materi Isometri
Rangkuman materi Isometri
 
Fungsi Pembangkit
Fungsi PembangkitFungsi Pembangkit
Fungsi Pembangkit
 
Matematika Diskrit Relasi Rekursif
Matematika Diskrit Relasi RekursifMatematika Diskrit Relasi Rekursif
Matematika Diskrit Relasi Rekursif
 
Geometri analitik ruang
Geometri analitik ruangGeometri analitik ruang
Geometri analitik ruang
 
Turunan Fungsi Kompleks
Turunan Fungsi KompleksTurunan Fungsi Kompleks
Turunan Fungsi Kompleks
 
Fungsi Vektor ( Kalkulus 2 )
Fungsi Vektor ( Kalkulus 2 )Fungsi Vektor ( Kalkulus 2 )
Fungsi Vektor ( Kalkulus 2 )
 

Viewers also liked

Materi Barisan Matematika
Materi Barisan MatematikaMateri Barisan Matematika
Materi Barisan MatematikaHafsa RI
 
Matdis-fungsi pembangkit
Matdis-fungsi pembangkitMatdis-fungsi pembangkit
Matdis-fungsi pembangkitCeria Agnantria
 
Matematika Diskrit - 05 rekursi dan relasi rekurens - 01
Matematika Diskrit - 05 rekursi dan relasi rekurens - 01Matematika Diskrit - 05 rekursi dan relasi rekurens - 01
Matematika Diskrit - 05 rekursi dan relasi rekurens - 01KuliahKita
 
Artikel kaitan antara metode permainan dan teori belajar dienes pada materi o...
Artikel kaitan antara metode permainan dan teori belajar dienes pada materi o...Artikel kaitan antara metode permainan dan teori belajar dienes pada materi o...
Artikel kaitan antara metode permainan dan teori belajar dienes pada materi o...muhmainnah muthmainnah
 
Matematika diskrit: fungsi pembangkit part 3
Matematika diskrit: fungsi pembangkit part 3Matematika diskrit: fungsi pembangkit part 3
Matematika diskrit: fungsi pembangkit part 3radar radius
 
JENIS-JENIS METODE PEMBELAJARAN DAN STRATEGI PEMBELAJARAN
JENIS-JENIS METODE PEMBELAJARAN DAN STRATEGI PEMBELAJARANJENIS-JENIS METODE PEMBELAJARAN DAN STRATEGI PEMBELAJARAN
JENIS-JENIS METODE PEMBELAJARAN DAN STRATEGI PEMBELAJARANMuhammad Alfiansyah Alfi
 
JENIS-JENIS MODEL PEMBELAJARAN DAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN
JENIS-JENIS MODEL PEMBELAJARAN DAN PENDEKATAN PEMBELAJARANJENIS-JENIS MODEL PEMBELAJARAN DAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN
JENIS-JENIS MODEL PEMBELAJARAN DAN PENDEKATAN PEMBELAJARANMuhammad Alfiansyah Alfi
 
Menilai problem solving di kurikulum matematika
Menilai problem solving di kurikulum matematikaMenilai problem solving di kurikulum matematika
Menilai problem solving di kurikulum matematikaMuhammad Alfiansyah Alfi
 
Contoh soal dan pembahasan subgrup
Contoh soal dan pembahasan subgrupContoh soal dan pembahasan subgrup
Contoh soal dan pembahasan subgrupKabhi Na Kehna
 
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.2
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.2Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.2
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.2Arvina Frida Karela
 
Matematika Diskrit: Fungsi pembangkit part 4
Matematika Diskrit: Fungsi pembangkit part 4Matematika Diskrit: Fungsi pembangkit part 4
Matematika Diskrit: Fungsi pembangkit part 4radar radius
 
Matematika Diskrit part 1
Matematika Diskrit part 1Matematika Diskrit part 1
Matematika Diskrit part 1radar radius
 
Graf ( Matematika Diskrit)
Graf ( Matematika Diskrit)Graf ( Matematika Diskrit)
Graf ( Matematika Diskrit)zachrison htg
 

Viewers also liked (20)

Materi Barisan Matematika
Materi Barisan MatematikaMateri Barisan Matematika
Materi Barisan Matematika
 
Asking question
Asking questionAsking question
Asking question
 
TEORI-TEORI BELAJAR
TEORI-TEORI BELAJARTEORI-TEORI BELAJAR
TEORI-TEORI BELAJAR
 
Teori Belajar dalam Pembelajaran Matematika
Teori Belajar dalam Pembelajaran MatematikaTeori Belajar dalam Pembelajaran Matematika
Teori Belajar dalam Pembelajaran Matematika
 
Fungsi Rekursif
Fungsi RekursifFungsi Rekursif
Fungsi Rekursif
 
Matriks
MatriksMatriks
Matriks
 
Matdis-fungsi pembangkit
Matdis-fungsi pembangkitMatdis-fungsi pembangkit
Matdis-fungsi pembangkit
 
Matematika Diskrit - 05 rekursi dan relasi rekurens - 01
Matematika Diskrit - 05 rekursi dan relasi rekurens - 01Matematika Diskrit - 05 rekursi dan relasi rekurens - 01
Matematika Diskrit - 05 rekursi dan relasi rekurens - 01
 
Artikel kaitan antara metode permainan dan teori belajar dienes pada materi o...
Artikel kaitan antara metode permainan dan teori belajar dienes pada materi o...Artikel kaitan antara metode permainan dan teori belajar dienes pada materi o...
Artikel kaitan antara metode permainan dan teori belajar dienes pada materi o...
 
Matematika diskrit: fungsi pembangkit part 3
Matematika diskrit: fungsi pembangkit part 3Matematika diskrit: fungsi pembangkit part 3
Matematika diskrit: fungsi pembangkit part 3
 
Teori Group
Teori GroupTeori Group
Teori Group
 
JENIS-JENIS METODE PEMBELAJARAN DAN STRATEGI PEMBELAJARAN
JENIS-JENIS METODE PEMBELAJARAN DAN STRATEGI PEMBELAJARANJENIS-JENIS METODE PEMBELAJARAN DAN STRATEGI PEMBELAJARAN
JENIS-JENIS METODE PEMBELAJARAN DAN STRATEGI PEMBELAJARAN
 
JENIS-JENIS MODEL PEMBELAJARAN DAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN
JENIS-JENIS MODEL PEMBELAJARAN DAN PENDEKATAN PEMBELAJARANJENIS-JENIS MODEL PEMBELAJARAN DAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN
JENIS-JENIS MODEL PEMBELAJARAN DAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN
 
Menilai problem solving di kurikulum matematika
Menilai problem solving di kurikulum matematikaMenilai problem solving di kurikulum matematika
Menilai problem solving di kurikulum matematika
 
Contoh soal dan pembahasan subgrup
Contoh soal dan pembahasan subgrupContoh soal dan pembahasan subgrup
Contoh soal dan pembahasan subgrup
 
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.2
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.2Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.2
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.2
 
Matematika Diskrit: Fungsi pembangkit part 4
Matematika Diskrit: Fungsi pembangkit part 4Matematika Diskrit: Fungsi pembangkit part 4
Matematika Diskrit: Fungsi pembangkit part 4
 
Matematika Diskrit part 1
Matematika Diskrit part 1Matematika Diskrit part 1
Matematika Diskrit part 1
 
2 2-peluang-47sp-112sl-ok
2 2-peluang-47sp-112sl-ok2 2-peluang-47sp-112sl-ok
2 2-peluang-47sp-112sl-ok
 
Graf ( Matematika Diskrit)
Graf ( Matematika Diskrit)Graf ( Matematika Diskrit)
Graf ( Matematika Diskrit)
 

Similar to REKURSI

barisan dan deret bilangan kompleks
barisan dan deret bilangan kompleksbarisan dan deret bilangan kompleks
barisan dan deret bilangan kompleksNurmini RuddiaNa
 
Fix makalah-maksek-edit-lagi2
Fix makalah-maksek-edit-lagi2Fix makalah-maksek-edit-lagi2
Fix makalah-maksek-edit-lagi2Gusthyn Ningrum
 
Bedah materi masalah syarat batas sekaligus pembuktian teorema 1 dan 2 sturm
Bedah materi masalah syarat batas sekaligus pembuktian teorema 1 dan 2 sturmBedah materi masalah syarat batas sekaligus pembuktian teorema 1 dan 2 sturm
Bedah materi masalah syarat batas sekaligus pembuktian teorema 1 dan 2 sturmrukmono budi utomo
 
DERET PANGKAT & METODE DERET PANGKAT
DERET PANGKAT & METODE DERET PANGKATDERET PANGKAT & METODE DERET PANGKAT
DERET PANGKAT & METODE DERET PANGKATyuni dwinovika
 
Pendiferensialan Kompleks dan Persamaan Cauchy (Fungsi Peubah Kompleks)
Pendiferensialan Kompleks dan Persamaan Cauchy (Fungsi Peubah Kompleks)Pendiferensialan Kompleks dan Persamaan Cauchy (Fungsi Peubah Kompleks)
Pendiferensialan Kompleks dan Persamaan Cauchy (Fungsi Peubah Kompleks)FarHan102
 
Pendahuluan kalkulus kal1[1]
Pendahuluan kalkulus kal1[1]Pendahuluan kalkulus kal1[1]
Pendahuluan kalkulus kal1[1]Ajir Aja
 
Buku Siswa Barisan dan Deret
Buku Siswa Barisan dan DeretBuku Siswa Barisan dan Deret
Buku Siswa Barisan dan Deretarvinefriani
 
Mathehaha 141122072859-conversion-gate01
Mathehaha 141122072859-conversion-gate01Mathehaha 141122072859-conversion-gate01
Mathehaha 141122072859-conversion-gate01lissura chatami
 
Wennyfitria internet
Wennyfitria internetWennyfitria internet
Wennyfitria internetWenny Ceria
 
Persamaan dan Pertidaksamaan Eksponen
Persamaan dan Pertidaksamaan EksponenPersamaan dan Pertidaksamaan Eksponen
Persamaan dan Pertidaksamaan EksponenEman Mendrofa
 
Transformasi laplace (bag. kedua)
Transformasi laplace (bag. kedua)Transformasi laplace (bag. kedua)
Transformasi laplace (bag. kedua)Heni Widayani
 
05.nunik indayani internet
05.nunik indayani internet05.nunik indayani internet
05.nunik indayani internetNunikIndayani1
 

Similar to REKURSI (20)

barisan dan deret bilangan kompleks
barisan dan deret bilangan kompleksbarisan dan deret bilangan kompleks
barisan dan deret bilangan kompleks
 
Fix makalah-maksek-edit-lagi2
Fix makalah-maksek-edit-lagi2Fix makalah-maksek-edit-lagi2
Fix makalah-maksek-edit-lagi2
 
Bedah materi masalah syarat batas sekaligus pembuktian teorema 1 dan 2 sturm
Bedah materi masalah syarat batas sekaligus pembuktian teorema 1 dan 2 sturmBedah materi masalah syarat batas sekaligus pembuktian teorema 1 dan 2 sturm
Bedah materi masalah syarat batas sekaligus pembuktian teorema 1 dan 2 sturm
 
1.4 Perkalian Silang
1.4 Perkalian Silang1.4 Perkalian Silang
1.4 Perkalian Silang
 
DERET PANGKAT & METODE DERET PANGKAT
DERET PANGKAT & METODE DERET PANGKATDERET PANGKAT & METODE DERET PANGKAT
DERET PANGKAT & METODE DERET PANGKAT
 
Teori bilangan
Teori bilanganTeori bilangan
Teori bilangan
 
Pendiferensialan Kompleks dan Persamaan Cauchy (Fungsi Peubah Kompleks)
Pendiferensialan Kompleks dan Persamaan Cauchy (Fungsi Peubah Kompleks)Pendiferensialan Kompleks dan Persamaan Cauchy (Fungsi Peubah Kompleks)
Pendiferensialan Kompleks dan Persamaan Cauchy (Fungsi Peubah Kompleks)
 
Baris dan deret
Baris dan deretBaris dan deret
Baris dan deret
 
Pendahuluan kalkulus kal1[1]
Pendahuluan kalkulus kal1[1]Pendahuluan kalkulus kal1[1]
Pendahuluan kalkulus kal1[1]
 
Fungsi transenden
Fungsi transendenFungsi transenden
Fungsi transenden
 
Mathe haha
Mathe hahaMathe haha
Mathe haha
 
Buku Siswa Barisan dan Deret
Buku Siswa Barisan dan DeretBuku Siswa Barisan dan Deret
Buku Siswa Barisan dan Deret
 
Mathehaha 141122072859-conversion-gate01
Mathehaha 141122072859-conversion-gate01Mathehaha 141122072859-conversion-gate01
Mathehaha 141122072859-conversion-gate01
 
Aturan rantai 2 variable
Aturan rantai 2 variableAturan rantai 2 variable
Aturan rantai 2 variable
 
1. barisan-dan-deret.ppt
1. barisan-dan-deret.ppt1. barisan-dan-deret.ppt
1. barisan-dan-deret.ppt
 
Wennyfitria internet
Wennyfitria internetWennyfitria internet
Wennyfitria internet
 
Persamaan dan Pertidaksamaan Eksponen
Persamaan dan Pertidaksamaan EksponenPersamaan dan Pertidaksamaan Eksponen
Persamaan dan Pertidaksamaan Eksponen
 
Kalkulus 1
Kalkulus 1Kalkulus 1
Kalkulus 1
 
Transformasi laplace (bag. kedua)
Transformasi laplace (bag. kedua)Transformasi laplace (bag. kedua)
Transformasi laplace (bag. kedua)
 
05.nunik indayani internet
05.nunik indayani internet05.nunik indayani internet
05.nunik indayani internet
 

Recently uploaded

CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptx
CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptxCASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptx
CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptxresidentcardio13usk
 
Konsep Agribisnis adalah suatu kesatuan kegiatan meliputi salah satu atau ...
Konsep	Agribisnis	adalah	suatu	kesatuan	kegiatan  meliputi		salah	satu	atau		...Konsep	Agribisnis	adalah	suatu	kesatuan	kegiatan  meliputi		salah	satu	atau		...
Konsep Agribisnis adalah suatu kesatuan kegiatan meliputi salah satu atau ...laila16682
 
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptx
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptxTEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptx
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptxSyabilAfandi
 
PPT Kelompok 7 Pembelajaran IPA Modul 7.pptx
PPT Kelompok 7 Pembelajaran IPA Modul 7.pptxPPT Kelompok 7 Pembelajaran IPA Modul 7.pptx
PPT Kelompok 7 Pembelajaran IPA Modul 7.pptxSDN1Wayhalom
 
hormon Asam Jasmonat dan Lainnya, pengatur tumbuh tanaman
hormon Asam Jasmonat dan Lainnya, pengatur tumbuh tanamanhormon Asam Jasmonat dan Lainnya, pengatur tumbuh tanaman
hormon Asam Jasmonat dan Lainnya, pengatur tumbuh tanamanAprissiliaTaifany1
 
Modul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannya
Modul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannyaModul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannya
Modul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannyaAnggrianiTulle
 
Power Point materi Mekanisme Seleksi Alam.pptx
Power Point materi Mekanisme Seleksi Alam.pptxPower Point materi Mekanisme Seleksi Alam.pptx
Power Point materi Mekanisme Seleksi Alam.pptxSitiRukmanah5
 
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdf
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdfmateri+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdf
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdfkaramitha
 
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdf
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdfDampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdf
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdfssuser4743df
 
Materi Makna alinea pembukaaan UUD .pptx
Materi Makna alinea pembukaaan UUD .pptxMateri Makna alinea pembukaaan UUD .pptx
Materi Makna alinea pembukaaan UUD .pptxIKLASSENJAYA
 

Recently uploaded (10)

CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptx
CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptxCASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptx
CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptx
 
Konsep Agribisnis adalah suatu kesatuan kegiatan meliputi salah satu atau ...
Konsep	Agribisnis	adalah	suatu	kesatuan	kegiatan  meliputi		salah	satu	atau		...Konsep	Agribisnis	adalah	suatu	kesatuan	kegiatan  meliputi		salah	satu	atau		...
Konsep Agribisnis adalah suatu kesatuan kegiatan meliputi salah satu atau ...
 
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptx
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptxTEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptx
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptx
 
PPT Kelompok 7 Pembelajaran IPA Modul 7.pptx
PPT Kelompok 7 Pembelajaran IPA Modul 7.pptxPPT Kelompok 7 Pembelajaran IPA Modul 7.pptx
PPT Kelompok 7 Pembelajaran IPA Modul 7.pptx
 
hormon Asam Jasmonat dan Lainnya, pengatur tumbuh tanaman
hormon Asam Jasmonat dan Lainnya, pengatur tumbuh tanamanhormon Asam Jasmonat dan Lainnya, pengatur tumbuh tanaman
hormon Asam Jasmonat dan Lainnya, pengatur tumbuh tanaman
 
Modul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannya
Modul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannyaModul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannya
Modul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannya
 
Power Point materi Mekanisme Seleksi Alam.pptx
Power Point materi Mekanisme Seleksi Alam.pptxPower Point materi Mekanisme Seleksi Alam.pptx
Power Point materi Mekanisme Seleksi Alam.pptx
 
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdf
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdfmateri+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdf
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdf
 
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdf
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdfDampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdf
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdf
 
Materi Makna alinea pembukaaan UUD .pptx
Materi Makna alinea pembukaaan UUD .pptxMateri Makna alinea pembukaaan UUD .pptx
Materi Makna alinea pembukaaan UUD .pptx
 

REKURSI

  • 1. 1 | E s s a N o v a l i a BAB I PENDAHULUAN A. Rekursif Untuk memahami definisi rekursif, terlebih dahulu perhatikan barisan integer genap tak-negatif: 0, 2, 4, 6, 8, … . barisan itu bisa kita tuliskan dengan : 푏푛 = 2푛, ∀푛 ∈ ℕ. Suku ke berapapun dari barisan itu bisa kita peroleh secara langsung, misalnya : suku ke–125 adalah 푏125 = 250. Barisan yang demikian kita sebut dengan barisan rumus eksplisit. Sebagai perbandingan, kita lihat contoh berikut : Contoh 1 Kita perhatikan barisan integer 푎0, 푎1, 푎2, …, dimana 푎0 = 1, 푎1 = 2, 푎2 = 3 dan 푎푛 = 푎푛−1 + 푎푛−2 + 푎푛−3, ∀푛 ∈ ℤ, 푛 ≥ 3. Buktikan bahwa ∀푛 ∈ ℕ, 푎푛 ≤ 3푛. Penyelesaian Bukti. Misalkan 푆 ′ (푛): 푎푛 ≤ 3푛, ∀푛 ∈ ℕ. Langkah Basis: Kita amati bahwa 푆 ′ (0), 푆 ′ (1), dan 푆 ′ (2) benar : (1) 푎0 = 1 = 30 ≤ 30; (2) 푎1 = 2 ≤ 3 = 31; dan (3) 푎2 = 3 ≤ 9 = 32; Langkah Induktif : Andaikan 푆 ′ (0), 푆 ′ (1), 푆 ′ (2), …, 푆 ′ (푘), benar untuk suatu 푘 ∈ ℕ, dan 푘 ≥ 2. Ini berarti 푘 + 1 pernyataan berikut adalah benar.
  • 2. 푎0 ≤ 30, 푎1 ≤ 31 , 푎2 ≤ 32, … , 푎푘 ≤ 3푘 Berdasarkan asumsi tersebut, maka : 2 | E s s a N o v a l i a 푎푘+1 = 푎푘 + 푎푘 −1 + 푎푘−2 ≤ 3푘 + 3푘− 1 + 3푘−2 ≤ 3푘 + 3푘 + 3푘 = 3푘+1 Sebagai perbandingannya, sekarang kit perhatikan barisan pada contoh 1, untuk mendapatkan suku ke–k yaitu 푎푘 kita tidak mempunyai rumus eksplisit, sebagai gantinya dibutuhkan nilai tiga suku sebelumnya, yaitu 푎푘−1 , 푎푘−2 , dan 푎푘−3, sehingga 푎푘+1 = 푎푘 + 푎푘−1 + 푎푘 −2. Kemudian nilai ketiga suku itu, masing-masing juga membutuhkan nilai tiga suku sebelumnya lagi. Demikian seterusnya, pada akhirnya semua nilai 푎푘 , untuk 푘 ≥ 3, bergantung pada nilai awal suku: 푎0 = 1, 푎1 = 2, dan 푎2 = 3. Barisan yang demikian disebut barisan dengan rumus rekusif. Rumus rekursif secara lengkap disebut juga dengan de.nisi rekursif yang terdiri dari basis rekursi dan proses rekursi. Basis rekursi yaitu pende.nisian awal (pemberian nilai awal), pada contoh tersebut: 푎0 = 1, 푎1 = 2, dan 푎2 = 3. Proses rekursi memberikan nilai suku berikutnya secara rekursif didasarkan pada nilai basis rekursi, pada contoh tersebut 푎푘 = 푎푘−1 + 푎푘−1 + 푎푘−2 . Definisi rekursif merupakan suatu jawaban ketika untuk menentukan rumus eksplisit suatu barisan sangat rumit atau bahkan mustahil. Hal ini terjadi tidak hanya pada barisan bilangan, tetapi juga paling sering terjadi pada beberapa konsep matematika yang lain, seperti: operasi himpunan, proposisi dalam logika, relasi, fungsi, bahasa mesin, dll.
  • 3. Contoh 2 Misalkan 푝1, 푝2, 푝3 , … , 푝푛 adalah n proposisi. Untuk menentukan nilai kebenaran 3 | E s s a N o v a l i a 푝1 ∧ 푝2 ∧ 푝3 ∧ … ∧ 푝푛, Dimana 푛 ≥ 2, diperlukan konsep rekursif atas dasar hokum asosiatif konjungsi. Penyelesaian Basis Rekursi : 푝1 ∧ 푝2 . Proses Rekursi : untuk 푛 ≥ 2 푝1 ∧ 푝2 ∧ 푝3 ∧ … ∧ 푝푛−1 ↔ ( 푝1 ∧ 푝2 ∧ 푝3 ) ∧ 푝4 ↔ [( 푝1 ∧ 푝2 ) ∧ 푝3 ] ∧ 푝4 ↔ ( 푝1 ∧ 푝2) ∧ (푝3 ∧ 푝4 ) ↔ 푝1 ∧ [푝2 ∧ (푝3 ∧ 푝4 )] ↔ 푝1 ∧ (푝2 ∧ 푝3 ∧ 푝4 ) Dari fakta ini dapat diambil suatu kesimpulan bahwa berdasarkan sifat asosiatif tanda kurung bisa diletakkan secara bebas. Suatu pendefinisian secara rekursif yang melibatkan dua integer sekaligus diberikan pada contoh berikut ini. Contoh 3 Untuk 푚 ∈ ℤ dan 푘 ∈ ℕ, bilangan Euler 푎푚,푘 didefinisikan secara rekursif dengan 푎푚,푘 = (푚 − 푘)푎푚−1,푘−1 + (푘 + 1)푎푚−1,푘 untuk 0 ≤ 푘 ≤ 푚,
  • 4. Dengan basis rekursi: 푚 4 | E s s a N o v a l i a 푎0,0 = 1, 푎푚,푘 = 0, 푢푛푡푢푘 푘 ≥ 푚, 푑푎푛 푎푚,푘 = 0, 푢푛푡푢푘 푘 < 0 Berdasarkan definisi rekursif ini, penentuan nilai푎푚,푘 , dimana 1 ≤ 푚 ≤ 5 dan 0 ≤ 푘 ≤ 푚 − 1 dapat dinyatakan dalam tabel segitiga Pascal : Jml. Baris (푚 = 1) 1 1 = 1! (푚 = 2) 1 1 2 = 2! (푚 = 3) 1 4 1 6 = 3! (푚 = 4) 1 11 11 1 24 = 4! (푚 = 4) 1 26 66 26 1 120 = 5! Dari tabel ini didapat suatu pola bahwa jumlah baris ke-m adalah m!. Secara umum, buktikan bahwa untuk suatu 푚 ∈ ℤ+, berlaku Σ 푎푚,푘 푚 −1 푘 =0 = 푚!. Penyelesaian Bukti. Berdasarkan definisi rekursif diperoleh Σ 푎푚+1,푘 푘=0 푚 = Σ[(푚 + 1 − 푘)푎푚,푘−1 + (푘 + 1)푎푚,푘 ] 푘=0
  • 5. 푚 푚−1 푘 =0 = 푚! 5 | E s s a N o v a l i a = [(푚 + 1)푎푚,−1 + 푎푚,0] + [푚푎푚,0 + 2푎푚,1] + [(푚 − 1)푎푚,1 + 3푎푚,2] + ⋯ + [3푎푚,푚−3 + (푚 + 1)푎푚,푚−2] + [2푎푚,푚−2 + 푚푎푚,푚−1] + [푎푚,푚−1 + (푚 + 1)푎푚,푚] Karena 푎푚,−1 = 0 dan 푎푚,푚 = 0, maka Σ 푎푚+1,푘 푘=0 = [푎푚,0 + 푚푎푚,0] + [2푎푚,1 + (푚 − 1)푎푚,1 ] + ⋯ + [(푚 − 1)푎푚,푚−2 + 2푎푚,푚−2] + [푚푎푚,푚−1 + 푎푚,푚−1] 푚−1 푘=0 = (푚 + 1) Σ 푎푚,푘 Dari fakta ini, dan berdasarkan induksi matematik, jika diasumsikan Σ 푎푚,푘 Benar untuk 푚 ∈ ℤ+, maka 푚 Σ 푎푚+1,푘 푘=0 = (푚 + 1)(푚!) = (푚 + 1)!
  • 6. 6 | E s s a N o v a l i a BAB II PEMBAHASAN A. Relasi Rekursi Definisi Suatu relasi rekursi untuk sebuah barisan {푎푛} merupakan sebuah rumus untuk menyatakan 푎푛 ke dalam satu ata lebih suku – suku sebelumnya darri barisan tersebut, untuk suatu bilangan bulat nonnegative n. Suatu barisan disebut solusi dari sebuh relasi rekursi jika suku –suku pada barisan tersebut memenuhi relasi rekursinya. Contoh 1 Untuk bilangan bulat nonnegative n, apakah barisan 푎푛 = 3푛, 푎푛 = 2푛 dan 푎푛 = 5 merupakan solusi bagi relasi rekursi 푎푛 = 2푎푛−1 − 푎푛−2? Penyelesaian (i) Misal 푎푛 = 3푛, utnuk bilangan bulat nonnegative n, maka : 푎푛 = 2푎푛−1 − 푎푛−2 푎푛 = 2(3(푛 − 1)) − 3(푛 − 2) 푎푛 = 3푛 Maka 푎푛 = 3푛 merupakan solusi bagi relasi rekursi 푎푛 = 2푎푛−1 − 푎푛−2. (ii) Misal 푎푛 = 2푛, untuk bilangan bulat nonnegative n, maka : 푎푛 = 2푎푛−1 − 푎푛−2 푎푛 = 2(2(푛−1) ) − 2(푛−2) 푎푛 = 2푛 − 2푛−2
  • 7. 7 | E s s a N o v a l i a 푎푛 = 2푛 (1 − 1 4 ) = 2푛. 3 4 ≠ 2푛 Maka 푎푛 = 2푛 bukan merupakan solusi bari relasi rekursi 푎푛 = 2푎푛−1 − 푎푛−2. (iii) Misal 푎푛 = 5 untuk bilangan bulat nonnegative n, maka : 푎푛 = 2푎푛−1 − 푎푛−2 푎푛 = 2(5) − 5 푎푛 = 5 Maka 푎푛 = 5 merupakan solusi bagi relasi rekursi 푎푛 = 2푎푛−1 − 푎푛−2. Jadi, kondisi awal (푎0) akn menentukan suku – suku pada barisan berikutnya. B. Penyelesaian Relasi Rekursi dengan iterasi Penyelesaian Relasi Rekursi dengan iterasi merupakan metode yang sangat mendasar. Prinsipnya adalah kita hitung suku –suku barisan secara berurutan terus – menerus hingga kita memperoleh pola tertentu. Berdasarkan pola tersebut, dibuatlah rumus eksplisit. Untuk mendapatkan polanya, barisan dapat dihitung secara menaik (dihitung berturut – turut 푎0, 푎1, 푎2, …, ) atau menurun (dihitung berturut – turut 푎푛, 푎푛−1, 푎푛− 2, …,). Ada beberapa deret yang sering digunakan untuk menyelesaikan relasi rekursi dengan iterasi antara lain : 1 + 2 + 3 + ⋯ + 푛 = 푛(푛 + 1) 2 12 + 22 + 33 + ⋯ + 푛2 = 푛(푛 + 1)(2푛 + 1) 6
  • 8. 1.2 + 2.3 + 3.4 + ⋯ + 푛(푛 + 1) = 8 | E s s a N o v a l i a 푛(푛 + 1)(푛 + 2) 3 1 + 푟 + 푟2 + ⋯ . +푟푛 = (푟푛+1−1) 푟 −1 untuk 푟 > 1 (Deret Geometri) Contoh 1 Carilah rumus eksplisit barisan 푚1, 푚2, …. Yang menyatakan masalah menara Hanoi. 푚푘 = 2푚푘−1 + 1 untuk bilangan bulat 푘 ≥ 2 푚1 = 1 Penyelesaian 푚푘 = 2푚푘−1 + 1 = 2(2푚푘−2) + 1 = 22푚푘−2 + 2.1 + 1 = 2(2푚푘−3) + 2.1 + 1 = 23푚푘−3 + 22. 1 + 2.1 + 1 = 2(2푚푘−4) + 22. 1 + 2.1 + 1 = 23푚푘−3 + 23. 1 + 22. 1 + 2.1 + 1 = 2(2푚푘−5) + 23. 1 + 22 . 1 + 2.1 + 1 = 23푚푘−3 + 24. 1 + 23. 1 + 22. 1 + 2.1 + 1 = ⋯ = 2푘− 1(푚푘−(푘−1) ) + 2푘−2. 1 + … + 23. 1 + 22. 1 + 21. 1 + 1 = 2푘− 1(2푚1) + 2푘−2. 1 + … + 23. 1 + 22. 1 + 21. 1 + 1 Oleh karena 푚1 = 1 , maka :
  • 9. 푚푘 = 2푘−1 + 2푘− 2. 1 + … + 23. 1 + 22. 1 + 21. 1 + 1 푚푘 merupakan deret geometri dengan r = 2 yang besarnya = 9 | E s s a N o v a l i a (2푘−1−1) 2−1 = 2푘 − 1 . jadi 푚푘 = 2푘 − 1 untuk bilangan bulat 푘 ≥ 2. C. Penyelesaian Relasi Rekursi Melalui Persamaan Karakteristik Suatu cara penyelesaian relasi rekursi yang dapat menentukan rumus eksplisit dengan pasti adalah melalui Persamaan Karakteristik. a. Relasi Rekursi Linear Orde Pertama Untuk memahami relasi rekursi linear orde pertama, sebagai gambaran ada abaiknya kita ingat kembali definisi progresi geometric (deret geometri). Progresi geometric adalah barisan tak hingga, contohnya 5, 15, 45, 135, …, diman apembagian setiap suku (kecuali suku pertama) dengan tepat satu suku sebelumnya adalah konstan, disebut rasio bersama. Misalakan rasio bersamanya adalah 3, karena 3 = 15 5 = 45 15 = 135 45 = ⋯. Jika 푎0, 푎1, 푎2 , …, adalah progresi geometric dengan rasio bersama adalah r, maka 푎푛+1 푎푛 = 푟 untuk n = 0,1,2,3,… . jika r=3, kita dapatkan 푎푛+1 = 3푎푛 , dengan 푛 ≥ 0. Relasi rekursi 푎푛+1 = 3푎푛, 푛 ≥ 0 tidak mendefinisikan progresi geometric yang tunggal, karena barisan 3,9,27,81,… juga memenuhi relasi yang bersangkutan. Jadi, untuk mendefinisikan suatu progresi geometric dari suatu relasi rekursi diperlukan nilai satu suku dari relasi itu. Hubungan suku 푎푛+1 dengan suku sebelumnya dalam relasi rekursi menentukan jenis relasi rekursi yang bersangkutan. Jika nilai 푎푛+1 hanya bergantung pada nilai 푎푛 (tepat satu suku sebelumnya), maka relasi yang demikian dikatakan mempunyai orde pertama. Selanjutnya jika hubungannya
  • 10. juga linear dengan koefisien konstan, maka disebut linear orde pertama dengan koefisien konstan. Nilai 푎0 atau 푎1 yang diketahu pada suatu relasi rekursi disebut nilai syarat batas. Ekspresi 푎0 = 퐴, dimana A konstan, juga disebut sebagai syarat awal. Syarat batas menentukan keuntungan solusi. 푎푛+1 = 3푎푛, 푛 ≥ 0, 푎0 = 5 (1) Lima suku pertama menentukan pola berikut ini : 푎0 = 5 , 푎1 = 3푎0 = 3(5), 푎2 = 3푎1 = 3(3(5)) = 32(5) 푎3 = 3푎2 = 3(32(5)) = 33(5) 푎4 = 3푎3 = 3(33(5)) = 34(5) Hasil ini membawa kita pada rumusan bahwa setiap 푛 ≥ 0, 푎푛 = 5(3푛) yang disebut solusi umum dari Relasi (1) Jadi solusi umum dari suatu relasi rekursi 푎푛+1 = 푑푎푛, 푛 ≥ 0 , d konstan, dan 푎0 = 퐴 adalah tunggal dan dirumuskan dengan : 푎푛 = 퐴푑푛, 푛 ≥ 0. 10 | E s s a N o v a l i a
  • 11. b. Relasi Rekursi Linear Homogen Order Kedua dengan Koefisien Konstan Misalkan 푘 ∈ ℤ+ dan 퐶푛(≠ 0), 퐶푛−1, … , 퐶푛−푘 (≠ 0) adalah bilangan – bilangan nyata. Jika 푎푛 untuk 푛 ≥ 0 adalah fungsi diskrit, maka : 퐶푛푎푛 + 퐶푛−1푎푛−1 + ⋯ + 퐶푛−푘 푎푛−푘 = 푓(푛), 푛 ≥ 푘 Adalah relasi rekursi linear berorder k dengan koefisien konstan. Jika 푓(푛) = 0 untuk setiap 푛 ≥ 0, relasi ini disebut homogeny, ingkarannya adalah tak homogeny. Pada bagian ini kita akan membahas relasi homogen berorder dua: 퐶푛푎푛 + 퐶푛−1 푎푛−1 + 퐶푛−2푎푛−2 = 0, 푛 ≥ 2 (2) Pada dasarnya kita akan mencari solusi dalam bentuk 푎푛 = 푐푟푛 , dimana 푐 ≠ 0 푑푎푛 푟 ≠ 0, Substitusikan 푎푛 = 푐푟푛 ke persamaan (2), kita dapatkan 퐶푛푐푟푛 + 퐶푛−1푐푟푛 −1 + 퐶푛−2푐푟푛− 2 = 0 (3) Karena 푐 ≠ 0 푑푎푛 푟 ≠ 0, persamaan 3 menjadi 11 | E s s a N o v a l i a 퐶푛푐푟2 + 퐶푛−1푐푟1 + 퐶푛− 2 = 0 Merupakan persamaan kuadrat yang disebut persamaan karakteristik. Misalkan 푟1 dan 푟2 adalah akar dari persamaan itu, maka ada tiga kemungkinan: 푟1 dan 푟2 adalah dua real berbeda 푟1 dan 푟2 adalah dua kompleks saling konjugate.
  • 12. 푟1 dan 푟2 adalah dua real yang sama. Kasus-A (dua real berbeda) Contoh. Selesaikan relasi rekursi berikut 푎푛 + 푎푛−1 − 6푎푛−2 = 0, 푛 ≥ 2 dan 푎0 = −1, 푎1 = 8 (4) Penyelesaian Misalkan 푎푛 = 푐푟푛 , dimana 푐 ≠ 0 푑푎푛 푟 ≠ 0, adalah solusi dari Relasi (4), maka diperoleh persamaan karakteristik 0 = 푟2 + 푟 − 6 = (푟 − 2)(푟 + 3) → 푟 = 2, −3 adalah dua akar real berbeda, sehingga 푎푛 = 2푛 dan 푎푛 = (−3)푛 merupakan dua solusi [sebagaimana juga 푏(2푛) dan 푑(−3)푛 untuk sembarang konstan b, d]. Kedua solusi ini adalah bebas linear kerena yang satu bukan merupakan kelipatan yang lain. Jadi, 12 | E s s a N o v a l i a 푎푛 = 푐1(2푛) + 푐2(−3)푛 merupakan solusi umum. Kemudian, karena 푎0= -1 dan 푎1= 8; dengan substitusi, kita peroleh 푐1 = 1 dan 푐2 = -2: Akhirnya, kita dapatkan jawaban 푎푛 = 2푛 − 2 − (−3)푛 푎3 = 2100 − 2 − (−3)100 Kasus-B (Dua Akar Kompleks Saling Konjuget) Sebelum masuk ke pembahasan inti, kita ingat kembali Teorema DeMoivre : (cos 휃 + 푖 sin 휃)푛 = cos 푛휃 + 푖 푠푖푛휃 , 푛 ≥ 0. Jika
  • 13. 13 | E s s a N o v a l i a 푧 = 푥 + 푖 푦 ∈ ℂ, 푧 ≠ 0, Dapat kita tuliskan 푧 = 푟(cos 휃 + 푖 sin 휃), 푟 = √푥 2 + 푦2 dan 푦 푥 = tan 휃 untuk 푥 ≠ 0. Jika x = 0, maka untuk y > 0, 푧 = 푦푖 = 푦푖 sin 휋 2 = 푦(cos 휋 2 + 푖 sin 휋 2 ), Dan untuk y < 0, 푧 = 푦푖 = |푦|푖 sin 3휋 2 = |푦|(cos 3휋 2 + 푖 sin 3휋 2 ), Dalam semua kasus, 푧푛 = 푟푛(cos 푛휃 + 푖 sin 푛휃), 푛 ≥ 0. 10 Contoh. Tentukan (1 + √3푖) Penyelesaian Misalkan 푧 = 1 + √3푖 maka x = 1, y= √3, r= 2, dan 휃 = 휋 3 . Jadi : 10 (1 + √3푖) = 210 (cos 10휋 3 + 푖 sin 10휋 3 ) = 210 (cos 4휋 3 + 푖 sin 4휋 3 ) = 210 ((−1 2 − √3 2 ) 푖) = (−29 )(1 + √3푖).
  • 14. Kasus – C (Dua Akar Real Sama) Contoh. Selesaikan relasi rekurensi berikut 푎푛+2 = 4푎푛+1 − 4푎푛 dimana 푛 ≥ 0, dan 푎0 = 1 dan 푎1 = 3. Penyelesaian. Misalkan 푎푛 = 푐푟푛 , dimana 푐 ≠ 0 푑푎푛 푟 ≠ 0, adalah solusinya, maka diperoleh persamaan karakteristik 14 | E s s a N o v a l i a 0 = 푟2 − 4푟 + 4 = (푟 − 2)2 → 푟 = 2 Adalah dua akar real sama, sehingga 푎푛 = 2푛 merupakan solusinya. Oleh karena itu, kita harus mencari satu solusi yang lagi bebas linear, ambil saja 푎푛 = 푓(푛)2푛, dimana 푓(푛) tidak konstan. Untuk mencari 푓(푛) digunakan substitusi : 푓(푛 + 2)2푛+2 = 4푓(푛 + 1)2푛+1 − 4푓(푛)2푛 푓(푛 + 2) = 2푓(푛 + 1) − 푓(푛) (5) Diperoleh bahwa 푓(푛) = 푛memenuhi persamaan (5). Jadi 푎푛 = 푛2푛 adalah solusi kedua yang bebas linear dengan 푎푛 = 2푛. Akibatnya, kita dapatkan solusi umum 푎푛 = 푐1(2푛) + 푐2푛(2)푛. Untuk 푎0 = 1 dan 푎1 = 3 , didapatkan solusi khusus : 푎푛 = (2푛) + 1 2 푛(2)푛 = (2푛) + 푛(2)푛−1, 푛 ≥ 0. Bentuk umum: jika 퐶푛푎푛 + 퐶푛−1푎푛−1 + ⋯ + 퐶푛−푘 푎푛−푘 = 0,
  • 15. dengan 퐶푛(≠ 0), 퐶푛−1, … , 퐶푛−푘 (≠ 0) adalah konstanta real, dan r adalah akar karakteristik dengan multiplisitas m, dimana 2 ≤ 푚 ≤ 푘, maka bagian dari solusi umum yang melibatkan akar r mempunyai bentuk 퐴0푟푛 + 퐴1푛푟푛 + 퐴2푛2 푟푛 + ⋯ + 퐴푚−1푛푚−1푟푛 = (퐴0 + 퐴1푛 + 퐴2푛2 + ⋯ + 퐴푚−1푛푚 −1)푟푛 Dimana 퐴0, 퐴1, 퐴2 , … , 퐴푚−1 adalah sembarang konstan. c. Relasi Rekursi Tak Homogen Kita perhatikan relasi rekursi berikut : 푎푛 − 푎푛−1 = 푓(푛), 푛 ≥ 1, 푓(푛) tidak semunya nol untuk nilai n, maka solusinya : 푎푛 = 푎0 + Σ 푓(푖) 푛푖 =1 (6) Kita dapat menyelesaikan Persamaan (6) dalam n, jika kita dapat merumuskan Σ 푓(푖) 푛푖 =1 . Contoh. Selesaikan relasi rekursi berikut ini : 15 | E s s a N o v a l i a 푎푛 − 푎푛−1 = 3푛2 , 푛 ≥ 1, 푑푎푛 푎0 = 7 Penyelesaian Disini 푓(푛) = 3푛2, sehingga solusi umunya : 푛 푎푛 = 푎0 + Σ 푓(푖) 푖=1 푛 = 7 + Σ 3푖 2 푖 =1 = 7 + 1 2 (푛)(푛 + 1)(2푛 + 1)
  • 16. 16 | E s s a N o v a l i a BAB III PENUTUP Suatu hal penting yang harus dilakukan sehubungan dengan relasi rekursi adalah bagaimana menyelesaikan relasi tersebut. Penyelesaian yang dimaksud disini adalah mengubah relasi rekursi tersebut menjadi suatu barisan yang dinyatakan dengan rumus eksplisit. Hal itu penting karena barisan yang dinyatakan dalam relasi rekursi harus dihitung satu demi satu. Jadi, jika kita ingin mengetahui suku ke – n (=푎푛), haruslah terlebih dahulu dihitung 푎푛−1. Ada bermacam – macam cara untuk menyelesaikan relasi rekursi, dan masing – masing cara memliki karakteristik dan keunggulan masing – masing. Dalam makalah ini hanya menjelaskan 2 cara penyelesaian yang biasa dipakai, yaitu cara iterasi dan melalui persamaan karakteristik.
  • 17. 17 | E s s a N o v a l i a DAFTAR PUSTAKA Siang, Drs. Jong Jek, M.Sc. 2009. Matematika Diskrit dan Aplikasinya pada Ilmu Komputer.Yogyakarta : Penerbit ANDI Guritman, Sugi dan Prapto Tri Supriyo.2004. Matematika Diskret. Bogor : Institut Pertanian Bogor http://www.scribd.com/doc/96595172/RELASI-REKURENSI-LINIER
  • 18. 18 | E s s a N o v a l i a