SlideShare a Scribd company logo
1 of 7
Defenisi dan Sifat Kekongruenan
8
A. DEFENISI DAN SIFAT KEKONGRUENAN
Konsep Kekongruenan suatu cara untuk menelaah keterbagian dalam himpunan bilangan
bulat. konsep dan sifat-sifat keterbagian dapat kita pelajari lebih mendalam dengan konsep
kekongruenan.
Defenisi : 5.1.
Jika m suatu bilangan bulat positif, maka a kongruen b modulo m (ditulis )(modmba  )
bila m membagi (a-b). Jika tidak membagi (a-b) maka dikatakan bahwa a tidak kongruen
dengan b modulo m (ditulis )(modmba  ).
Contoh : )5(mod429  karena (29 – 4) = 25 terbagi oleh 5
)6(mod847  karena (47 – 8) = 39 tidak terbagi oleh 6
Terema 5.1.
)(modmba  bila dan hanya bila ada bilangan bulat k sehingga bkma  .
Bukti :
Jika m > 0 bilangan bulat positif, menurut Defenisi 5.1. m │(a-b) bila dan hanya bila
)(modmba  .
Jika m │(a-b) menurut defenisi 2.1 ada k bilangan bulat positif sedemikian hingga (a-b)
= km
(a-b) = km sama artinya a = km + b
Contoh:
)7(mod972  sama artinya dengan 72 = 7.9 + 9
)5(mod449  sama artinya dengan 49 = 5.9 + 4
Teorema 5.2.
Setiap bilangan bulat kongruen modulo m dengan tepat satu diantara 0,1.2.3, …. (m-1).
Bukti :
Bila a dan m bilangan bilangan bulat dan m > 0 , menurut algoritma pembagian dapat
dinyatakan dengan :
a = qm + r dengan 0 ≤ r < m sehingga menurut teorema 2.7
a – r = qm , maka dengan demikian )(modmra 
karena 0 ≤ r < m, maka ada m buah pilihan bilangan untuk r yaitu : 0,1.2.3, …. (m-1).
Jadi setiap bilangan bulat akan kongruen modulo m dengan tepat satu diantara 0,1.2.3, ….
(m-1).
Defenisi dan Sifat Kekongruenan
9
Contoh :
)8(mod638  sama juga dengan 38 = 4.8 + 6
{0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7}
Defenisi 5.2.
Jika )(modmba  dengan 0 ≤ r < m, maka r disebut residu (sisa) terkecil dari a modulo m
ini {0,1.2.3, …. (m-1)} disebut himpunan residu terkecil modulo m
Contoh
Residu terkecil dari 71 modulo 2 adalah 1, karena sisa 71 : 2 adalah 1
Residu terkecil dari 71 modulo 3 adalah 2, karena sisa 71 : 3 adalah 2
Residu terkecil dari -53 modulo 10 adalah 7, karena sisa -53 : 10 adalah 7 (residu terkecil
dari suatu bilangan diambil bilangan bulat positif).
Residu terkecil dari dari 34 modulo 5 adalah 4, sebab sisa 34 : 5 adalah 4
Walaupun )5(mod934  tetapi 9 bukan residu terkecil dari )5(mod34 sebab 9 bukan sisa
dari 34 : 5 adalah 4.
Contoh :
Modulo 5 mempunyai himpunan residu terkecil adalah {0,1,2,3,4,}
Modulo 9 mempunyai himpunana residu terkecil adalah {0,1,2,3,4,5,6,7,8}
Modulo 20 mempunyai himpunan residu terkecil adalah {0,1,2,3, ….…,19}
Teorema 5.3.
)(modmba  bila dan hanya bila a dan b memiliki sisa yang sama jika dibagi m
Bukti
Jika )(modmba  maka a dan b memiliki sisa yang sama jika dibagi m
)(modmba  dan )(modmra  maka r adalah residu terkecil modulo m atau 0 ≤ r < m
)(modmra  maka a = mq + r ; r adalah sisa dari a bila dibagi m
)(modmrb  maka b = mt + r ; r adalah sisa dari b bila dibagi m
(a-b) = m (q – t ) maka m │(a – b) menurut Defenisi 5.1 atau )(modmba 
Berdasaran teorema-teorema terdahulu, ungkapan berikut mempunyai arti yang sama yaitu:
“ )8(mod7n ” “ n = 7 + 8k untuk setip bilangan bulat k, dan
“ n dibagi 8 bersisa 7 ”
Defenisi dan Sifat Kekongruenan
10
Defenisi 5.3
Himpunan bilangan-bilangan bulat { mrrrr .,.........,, 321 } disebut sistem residu lengkap
modulo m, bila setiap elemennya kongruen modulo m dengan satu dan hanya satu dari 0, 1,
2, 3,…………,(m-1)
Contoh.
(i) Himpunan {45, -9, 12, -22, 24} adalah suatu sistem residu lengkap modulo 5 .
dapat diperiksa bahwa :
)5(mod045 
)5(mod19 
)5(mod212 
)5(mod322 
)5(mod424 
(ii) Himpunan {0,1,2,3,4} juga merupakan suatu system residu lengkap modulo 5,
sekaligus himpunan residu terkecil modulo 5.
(iii) Himpunan {0,1,2,3,4} adalah merupakan suatu sistem residu lengkap modulo 5.
(iv) Himpunan {5, 11, 6, 1, 8, 15} bukan merupakan system residu lengkap modulo
6, sebab )6(mod115  yang dua-duanya berada dalam himpunan tersebut .
Kekongruenan modulo suatu bilangan bulat positif adalah suatu relasi antara bilangan-
bilangan bulat . Dapat ditunjukan bahwa relasi kongruen itu merupakan relasi ekivalensi.
Sutu relasidi sebut relasi ekivalensi jika relasi itu memiliki memiliki sifat reflektif.
Jika m, a, b, dan c adalah bilangan-bilangan bulat dengan m positif, maka:
(i) )(modmaa  , sifat reflektif.
Bukti :
Karena a – a = 0 ditulis juga a = 0 + a atau a = m0 + a, dapat ditulis juga )(modmaa 
(ii) Jika )(modmba  maka )(modmab  , sifat simetris
Bukti :
Karena )(modmba  maka a – b = km untuk setiap bilangan bulat k sehingga b – a = -
km atau b = - km + a dapat ditulis juga )(modmab 
Defenisi dan Sifat Kekongruenan
11
(iii) Jika )(modmba  dan )(modmcb  , dan )(modmca  sifat transitif.
Bukti
)(modmba  ini berarti a – b = km untuk setiap bilangan bulat k
)(modmcb  ini berarti b – c = hm untuk setiap bilangan bulat h
a – b = km
b – c = hm +
a – c = (k + h)m
dari a – c = (k + h)m ini menunjukan bahwa )(modmca 
………………………… terbukti
Relasi ekivalen dari relasi kekongruenan pada himpunan bilangn bulat harus memenuhi
ketiga sifat diatas. Hal ini berakibat himpunan bilangan-bilangan bulat terpartisi dalam
himpunan-himpunan bagian yang setiap himpunan bagian kelas.
Perrhatikan himpunan bilangan bulat dengan relasi kongruen modulo 5, maka relasi ini
himpunan bilangan bulat terpartisi ( terbagi menjadi himpunan bagian-himpunan bagian
yang saling asing dan gabungannya sama dengan himpunan bilangan bulat) menjadi 5
kelas, yaitu :
,...}10,5,0,5,10{...]0[0 
,...}11,6,1,4,9{...]1[1 
,...}12,7,2,3,8{...]2[2 
,...}13,8,3,2,7{...]3[3 
,...}14,9,4,1,6{...]4[4 
pemberian nama untuka suatu kelas menggunakan nama salah satu kelas tersebut yang
dibubuhi nama tanda garis diatasnya atau dikurung persegi. Misalnya:
823]8[]2[]3[  atau
Relasi kongruenan mepunyai kemiripan sifat dengan sifat persamaan, sebab relasi
kekongruenan dapat dinyatakan sebagai persamaan, yaitu : )(modmba  sama artinya
dengan a= km + b , untuk suatu bilangan bulat k.
Misalnya :
1. Jika )(modmba  maka a + c = b + c (mod m) untuk setiap bilangan bulat c.
2. Jika )(modmba  maka Jika )(modmbcac  untuk setiap bilangan bulat c.
Defenisi dan Sifat Kekongruenan
12
Teorema 5.4.
Jika )(modmba  dan )(modmdc  maka a + c = b + d (mod m)
Bukti :
Jika )(modmba  ini berarti a = km + b, untuk suatu bilangan bulat k
Jika )(modmdc  ini berarti c = tm + d, untuk suatu bilangan bulat t.
a = km + b
c = tm + d +
a + c = km + tm + b + d
a + c = m (k + t) + (b + d)
(a + c) – (b + d) = m h
(a + c) – (b + d) = mod m dapat ditulis )(modmdbca  ……… terbukti
Teorema 5.5
Jika )(modmba  dan )(modmdc  maka a x+ c y= bx + d y(mod m) untuk setiap
blangan bulat x dan y.
Bukti :
Jika )(modmba  ini berarti a = km + b, untuk suatu bilangan bulat k
Jika )(modmdc  ini berarti c = tm + d, untuk suatu bilangan bulat t.
a = km + b jika dikalikan dengan x maka ax = kmx + bx
c = tm + d jika dikalikan dengan y maka cy = tmy + dy
ax = kmx + bx
cy = tmy + dy +
ax + cy = (kmx + tmy) + (bx + dy)
ax + c y= m (k x+ ty) + (bx + dy)
(ax + cy) – (bx+ dy) = m (kx + ty) dari persamaan ini berarti bahwa:
m│[(ax + cy) – (bx+ dy)]
dapat ditulis a x+ c y bx + d y(mod m) ……………..terbukti
pada persamaan/kesamaan bilangan-bilangan bulat berlaku sifat kanselasi (penghapusan)
sebagai berikut:
Defenisi dan Sifat Kekongruenan
13
Jika ab = ac dengan a ≠ 0 maka b = c . apakah dalam kongruenan berlaku sifat yang mirip
dengan sifat kanselasi tersebut.
Misalkan , jika )(modmacab  dengan a Ξ 0 (mod m), apakah )(modmcb  ?.
Contoh : )4(mod1224  adalah sutu pernyataan yang benar
)4(mod6.212.2  ini berarti )4(mod02 
apakah )4(mod612  4 tidak habis membagi 12 – 6
Teorema 5.6
Jika )(modmbcac  dengan (c,m) = 1, maka )(modmba 
Bukti :
)(modmbcac  ini berarti m │(ac – bc) atau m│c(a – b)
m│c(a - b) dengan (c,m) = 1, maka m │(a – b), ini berarti )(modmba 
contoh: Tentukanlah bilangan-bilangan bulat y yang memenuhi perkongruenan
)7(mod13 y
Jawab:
Jika )7(mod13 y maka kita menggantika 1pada pengruenan tersebut dengan 15,
sehingga diperoleh )7(mod153 y dengan
Karena )7(mod5.33 y dengan (3,7) = 1 dan )7(mod5y
Sehingga diperoleh y = 7 k + 5 untuk setiap bilangan bulat k
Himpunana peyelesaan dari pengruenan tersebut adalah { y = 7 k + 5 │ k bilangan bulat }
Teorema 5.7
Jika )(modmbcac  dengan (c,m) = d, maka )(mod
d
m
ba 
Bukti : Jika )(modmbcac  berarti m │(ac – bc) atau m│c(a – b)
Maka
d
m
│
d
c
(a – b)
Karena d adalah FPB dari c dan m, maka
d
m
dan
d
c
adlah bilangan-bilangan bulat .
Karena (c,m) = d maka 1, 





d
m
d
c
Karena 1, 





d
m
d
c
dan
d
m
│
d
c
(a – b) maka
d
m
│
d
c
dan(
d
m
│(a – b)
Defenisi dan Sifat Kekongruenan
14
Dapat ditulis maka )(mod
d
m
ba  .

More Related Content

What's hot

Sub grup normal dan grup fakto
Sub grup normal dan grup faktoSub grup normal dan grup fakto
Sub grup normal dan grup faktoYadi Pura
 
Modul 7 persamaan diophantine
Modul 7   persamaan diophantineModul 7   persamaan diophantine
Modul 7 persamaan diophantineAcika Karunila
 
Teori bilangan bab ii
Teori bilangan bab iiTeori bilangan bab ii
Teori bilangan bab iiSeptian Amri
 
Contoh soal dan pembahasan subgrup
Contoh soal dan pembahasan subgrupContoh soal dan pembahasan subgrup
Contoh soal dan pembahasan subgrupKabhi Na Kehna
 
PEMETAAN STRUKTUR ALJABAR
PEMETAAN STRUKTUR ALJABARPEMETAAN STRUKTUR ALJABAR
PEMETAAN STRUKTUR ALJABARNailul Hasibuan
 
Modul 4 kongruensi linier
Modul 4   kongruensi linierModul 4   kongruensi linier
Modul 4 kongruensi linierAcika Karunila
 
BAB 2 Pencerminan (Refleksi)
BAB 2 Pencerminan (Refleksi)BAB 2 Pencerminan (Refleksi)
BAB 2 Pencerminan (Refleksi)Nia Matus
 
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.1
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.1Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.1
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.1Arvina Frida Karela
 
Modul 2 keterbagian bilangan bulat
Modul 2   keterbagian bilangan bulatModul 2   keterbagian bilangan bulat
Modul 2 keterbagian bilangan bulatAcika Karunila
 
Makalah setengah putaran
Makalah setengah putaranMakalah setengah putaran
Makalah setengah putaranNia Matus
 
Grup dan subgrup siklik
Grup dan subgrup siklikGrup dan subgrup siklik
Grup dan subgrup siklikStepanyCristy
 
Aljabar 3-struktur-aljabar
Aljabar 3-struktur-aljabarAljabar 3-struktur-aljabar
Aljabar 3-struktur-aljabarmaman wijaya
 

What's hot (20)

Teori bilangan
Teori bilanganTeori bilangan
Teori bilangan
 
Sub grup normal dan grup fakto
Sub grup normal dan grup faktoSub grup normal dan grup fakto
Sub grup normal dan grup fakto
 
Teorema isomorfisma ring makalah
Teorema isomorfisma ring makalahTeorema isomorfisma ring makalah
Teorema isomorfisma ring makalah
 
Modul 7 persamaan diophantine
Modul 7   persamaan diophantineModul 7   persamaan diophantine
Modul 7 persamaan diophantine
 
Teori bilangan bab ii
Teori bilangan bab iiTeori bilangan bab ii
Teori bilangan bab ii
 
Contoh soal dan pembahasan subgrup
Contoh soal dan pembahasan subgrupContoh soal dan pembahasan subgrup
Contoh soal dan pembahasan subgrup
 
PEMETAAN STRUKTUR ALJABAR
PEMETAAN STRUKTUR ALJABARPEMETAAN STRUKTUR ALJABAR
PEMETAAN STRUKTUR ALJABAR
 
Modul 4 kongruensi linier
Modul 4   kongruensi linierModul 4   kongruensi linier
Modul 4 kongruensi linier
 
Fungsi Pembangkit
Fungsi PembangkitFungsi Pembangkit
Fungsi Pembangkit
 
Analisis real-lengkap-a1c
Analisis real-lengkap-a1cAnalisis real-lengkap-a1c
Analisis real-lengkap-a1c
 
BAB 2 Pencerminan (Refleksi)
BAB 2 Pencerminan (Refleksi)BAB 2 Pencerminan (Refleksi)
BAB 2 Pencerminan (Refleksi)
 
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.1
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.1Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.1
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.1
 
Modul 2 keterbagian bilangan bulat
Modul 2   keterbagian bilangan bulatModul 2   keterbagian bilangan bulat
Modul 2 keterbagian bilangan bulat
 
Modul 3 kongruensi
Modul 3   kongruensiModul 3   kongruensi
Modul 3 kongruensi
 
ANALISIS REAL
ANALISIS REALANALISIS REAL
ANALISIS REAL
 
Makalah setengah putaran
Makalah setengah putaranMakalah setengah putaran
Makalah setengah putaran
 
Grup dan subgrup siklik
Grup dan subgrup siklikGrup dan subgrup siklik
Grup dan subgrup siklik
 
Teori Group
Teori GroupTeori Group
Teori Group
 
Struktur aljabar-2
Struktur aljabar-2Struktur aljabar-2
Struktur aljabar-2
 
Aljabar 3-struktur-aljabar
Aljabar 3-struktur-aljabarAljabar 3-struktur-aljabar
Aljabar 3-struktur-aljabar
 

Viewers also liked

Matematika Diskrit - 07 teori bilangan - 03
Matematika Diskrit - 07 teori bilangan - 03Matematika Diskrit - 07 teori bilangan - 03
Matematika Diskrit - 07 teori bilangan - 03KuliahKita
 
Rpkps media pembelajaran 2016
Rpkps media pembelajaran 2016Rpkps media pembelajaran 2016
Rpkps media pembelajaran 2016Nailul Hasibuan
 
TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS
TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUSTUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS
TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUSNailul Hasibuan
 
Kelompok 2 (menyelesaikan kongruensi linear)
Kelompok 2 (menyelesaikan kongruensi linear)Kelompok 2 (menyelesaikan kongruensi linear)
Kelompok 2 (menyelesaikan kongruensi linear)Risna Riany
 
Sebuah Kritik Filsafat absolutis Matematika
Sebuah Kritik Filsafat absolutis MatematikaSebuah Kritik Filsafat absolutis Matematika
Sebuah Kritik Filsafat absolutis MatematikaNailul Hasibuan
 
26 integral tak wajar
26 integral tak wajar26 integral tak wajar
26 integral tak wajarYudi Hartawan
 
Filsafat Matematika dan Aliran-aliran Filsafat Matematika
Filsafat Matematika dan Aliran-aliran Filsafat MatematikaFilsafat Matematika dan Aliran-aliran Filsafat Matematika
Filsafat Matematika dan Aliran-aliran Filsafat MatematikaNailul Hasibuan
 
Teori bilangan
Teori bilanganTeori bilangan
Teori bilanganUjang Kbm
 
PPT: Teori Belajar Ausuble, Gagne, Bandura
PPT: Teori Belajar Ausuble, Gagne, BanduraPPT: Teori Belajar Ausuble, Gagne, Bandura
PPT: Teori Belajar Ausuble, Gagne, BanduraNailul Hasibuan
 

Viewers also liked (20)

Kekongruenan teobil
Kekongruenan teobilKekongruenan teobil
Kekongruenan teobil
 
Ipa kelas iv sem 2
Ipa kelas iv sem 2Ipa kelas iv sem 2
Ipa kelas iv sem 2
 
Matematika Diskrit - 07 teori bilangan - 03
Matematika Diskrit - 07 teori bilangan - 03Matematika Diskrit - 07 teori bilangan - 03
Matematika Diskrit - 07 teori bilangan - 03
 
Kalkulator 32 bit
Kalkulator 32 bitKalkulator 32 bit
Kalkulator 32 bit
 
Rpkps media pembelajaran 2016
Rpkps media pembelajaran 2016Rpkps media pembelajaran 2016
Rpkps media pembelajaran 2016
 
TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS
TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUSTUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS
TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS
 
Rpkps anvek unrika
Rpkps anvek unrikaRpkps anvek unrika
Rpkps anvek unrika
 
Kelompok 2 (menyelesaikan kongruensi linear)
Kelompok 2 (menyelesaikan kongruensi linear)Kelompok 2 (menyelesaikan kongruensi linear)
Kelompok 2 (menyelesaikan kongruensi linear)
 
Sebuah Kritik Filsafat absolutis Matematika
Sebuah Kritik Filsafat absolutis MatematikaSebuah Kritik Filsafat absolutis Matematika
Sebuah Kritik Filsafat absolutis Matematika
 
26 integral tak wajar
26 integral tak wajar26 integral tak wajar
26 integral tak wajar
 
Kongruensi linear simultan
Kongruensi linear simultanKongruensi linear simultan
Kongruensi linear simultan
 
Teori bilangan bab3_1
Teori bilangan bab3_1Teori bilangan bab3_1
Teori bilangan bab3_1
 
83047338 modul2
83047338 modul283047338 modul2
83047338 modul2
 
Kurikulum di belanda
Kurikulum di belandaKurikulum di belanda
Kurikulum di belanda
 
Rpkps trigonometri 2016
Rpkps trigonometri 2016Rpkps trigonometri 2016
Rpkps trigonometri 2016
 
Filsafat Matematika dan Aliran-aliran Filsafat Matematika
Filsafat Matematika dan Aliran-aliran Filsafat MatematikaFilsafat Matematika dan Aliran-aliran Filsafat Matematika
Filsafat Matematika dan Aliran-aliran Filsafat Matematika
 
Rpkps evaluasi 2016
Rpkps evaluasi 2016Rpkps evaluasi 2016
Rpkps evaluasi 2016
 
Teori bilangan
Teori bilanganTeori bilangan
Teori bilangan
 
Teori bilangan
Teori bilanganTeori bilangan
Teori bilangan
 
PPT: Teori Belajar Ausuble, Gagne, Bandura
PPT: Teori Belajar Ausuble, Gagne, BanduraPPT: Teori Belajar Ausuble, Gagne, Bandura
PPT: Teori Belajar Ausuble, Gagne, Bandura
 

Similar to Kongruenan

Teori Bilangan Kekongruenan pada bilangan
Teori Bilangan Kekongruenan pada bilanganTeori Bilangan Kekongruenan pada bilangan
Teori Bilangan Kekongruenan pada bilangansunarsih3fmipa2023
 
Teori Bilangan Bulat.pptx.ppt
Teori Bilangan Bulat.pptx.pptTeori Bilangan Bulat.pptx.ppt
Teori Bilangan Bulat.pptx.pptSellySitio
 
Teori Bilangan Bulat.pptx
Teori Bilangan Bulat.pptxTeori Bilangan Bulat.pptx
Teori Bilangan Bulat.pptxLiaCangera1
 
Matematika Diskrit - 07 teori bilangan - 04
Matematika Diskrit - 07 teori bilangan - 04Matematika Diskrit - 07 teori bilangan - 04
Matematika Diskrit - 07 teori bilangan - 04KuliahKita
 
Modul 5 residu kuadratis
Modul 5   residu kuadratisModul 5   residu kuadratis
Modul 5 residu kuadratisAcika Karunila
 
Modul nilai mutlak
Modul nilai mutlakModul nilai mutlak
Modul nilai mutlakHafidz Gress
 
06-2. Teori Bilangan.pdf
06-2. Teori Bilangan.pdf06-2. Teori Bilangan.pdf
06-2. Teori Bilangan.pdfOrangOrang4
 
Hubungan antar garis - Matematika Kelas XI
Hubungan antar garis - Matematika Kelas XIHubungan antar garis - Matematika Kelas XI
Hubungan antar garis - Matematika Kelas XIDicky Armansyah
 
Kegiatan Belajar Mengajar Matematika Dasar 2
Kegiatan Belajar Mengajar Matematika Dasar 2Kegiatan Belajar Mengajar Matematika Dasar 2
Kegiatan Belajar Mengajar Matematika Dasar 2Amphie Yuurisman
 

Similar to Kongruenan (20)

Teori Bilangan Kekongruenan pada bilangan
Teori Bilangan Kekongruenan pada bilanganTeori Bilangan Kekongruenan pada bilangan
Teori Bilangan Kekongruenan pada bilangan
 
KONGRUENSI.pdf
KONGRUENSI.pdfKONGRUENSI.pdf
KONGRUENSI.pdf
 
Teori Bilangan Bulat.pptx.ppt
Teori Bilangan Bulat.pptx.pptTeori Bilangan Bulat.pptx.ppt
Teori Bilangan Bulat.pptx.ppt
 
Bilangan bulat
Bilangan bulatBilangan bulat
Bilangan bulat
 
4.-Teori-Bilangan.ppt
4.-Teori-Bilangan.ppt4.-Teori-Bilangan.ppt
4.-Teori-Bilangan.ppt
 
R5 h kel 4 teori bil 2
R5 h kel 4 teori bil 2R5 h kel 4 teori bil 2
R5 h kel 4 teori bil 2
 
Teori Bilangan Bulat.pptx
Teori Bilangan Bulat.pptxTeori Bilangan Bulat.pptx
Teori Bilangan Bulat.pptx
 
Matematika Diskrit - 07 teori bilangan - 04
Matematika Diskrit - 07 teori bilangan - 04Matematika Diskrit - 07 teori bilangan - 04
Matematika Diskrit - 07 teori bilangan - 04
 
Modul 5 residu kuadratis
Modul 5   residu kuadratisModul 5   residu kuadratis
Modul 5 residu kuadratis
 
Bab 4 matriks
Bab 4 matriksBab 4 matriks
Bab 4 matriks
 
Modul prolin 1
Modul prolin 1Modul prolin 1
Modul prolin 1
 
Modul 9 s1_pgsd
Modul 9 s1_pgsdModul 9 s1_pgsd
Modul 9 s1_pgsd
 
Modul nilai mutlak
Modul nilai mutlakModul nilai mutlak
Modul nilai mutlak
 
Matriks XI.Ak3
Matriks XI.Ak3Matriks XI.Ak3
Matriks XI.Ak3
 
Keterbagian
KeterbagianKeterbagian
Keterbagian
 
06-2. Teori Bilangan.pdf
06-2. Teori Bilangan.pdf06-2. Teori Bilangan.pdf
06-2. Teori Bilangan.pdf
 
Pertemuan07
Pertemuan07Pertemuan07
Pertemuan07
 
Aljabar linear
Aljabar linearAljabar linear
Aljabar linear
 
Hubungan antar garis - Matematika Kelas XI
Hubungan antar garis - Matematika Kelas XIHubungan antar garis - Matematika Kelas XI
Hubungan antar garis - Matematika Kelas XI
 
Kegiatan Belajar Mengajar Matematika Dasar 2
Kegiatan Belajar Mengajar Matematika Dasar 2Kegiatan Belajar Mengajar Matematika Dasar 2
Kegiatan Belajar Mengajar Matematika Dasar 2
 

More from Nailul Hasibuan

Aplikasi fungsi linier dan sistem persamaan dalam bisnis
Aplikasi fungsi linier dan sistem persamaan dalam bisnisAplikasi fungsi linier dan sistem persamaan dalam bisnis
Aplikasi fungsi linier dan sistem persamaan dalam bisnisNailul Hasibuan
 
Media pembelajaran matematika
Media pembelajaran matematikaMedia pembelajaran matematika
Media pembelajaran matematikaNailul Hasibuan
 
Enactive, iconic, symbolic from nctm 1989
Enactive, iconic, symbolic  from nctm 1989Enactive, iconic, symbolic  from nctm 1989
Enactive, iconic, symbolic from nctm 1989Nailul Hasibuan
 
9 character of 21Century Learning
9 character of 21Century Learning9 character of 21Century Learning
9 character of 21Century LearningNailul Hasibuan
 
diagram of 21st century pedagogy
diagram of 21st century pedagogydiagram of 21st century pedagogy
diagram of 21st century pedagogyNailul Hasibuan
 
Melakukan TUjuan Instruksional Khusus
Melakukan TUjuan Instruksional KhususMelakukan TUjuan Instruksional Khusus
Melakukan TUjuan Instruksional KhususNailul Hasibuan
 
Sistem bilangan cacah dan bulat Teobil
Sistem bilangan cacah dan bulat TeobilSistem bilangan cacah dan bulat Teobil
Sistem bilangan cacah dan bulat TeobilNailul Hasibuan
 
Kelipatan persekutuan terkecil KPK teobil
Kelipatan persekutuan terkecil KPK teobilKelipatan persekutuan terkecil KPK teobil
Kelipatan persekutuan terkecil KPK teobilNailul Hasibuan
 
Induksi matematika teobil
Induksi matematika teobilInduksi matematika teobil
Induksi matematika teobilNailul Hasibuan
 
TUJUAN-TUJUAN dan IDEOLOGI-IDEOLOGI PENDIDIKAN MATEMATIKA
TUJUAN-TUJUAN dan IDEOLOGI-IDEOLOGI PENDIDIKAN MATEMATIKATUJUAN-TUJUAN dan IDEOLOGI-IDEOLOGI PENDIDIKAN MATEMATIKA
TUJUAN-TUJUAN dan IDEOLOGI-IDEOLOGI PENDIDIKAN MATEMATIKANailul Hasibuan
 
kONTRUKTIVISME Kritik Filsafat absolutis Matematika
kONTRUKTIVISME Kritik Filsafat absolutis MatematikakONTRUKTIVISME Kritik Filsafat absolutis Matematika
kONTRUKTIVISME Kritik Filsafat absolutis MatematikaNailul Hasibuan
 
Gender dan Pendidikan Matematika
Gender dan Pendidikan MatematikaGender dan Pendidikan Matematika
Gender dan Pendidikan MatematikaNailul Hasibuan
 
ppt Desain pembelajaran sebagai suatu sistem
ppt Desain pembelajaran sebagai suatu sistemppt Desain pembelajaran sebagai suatu sistem
ppt Desain pembelajaran sebagai suatu sistemNailul Hasibuan
 
Desain pembelajaran Sebagai Suatu Sistem
Desain pembelajaran Sebagai Suatu SistemDesain pembelajaran Sebagai Suatu Sistem
Desain pembelajaran Sebagai Suatu SistemNailul Hasibuan
 
Focus on inquiry Edmonton,Alberta
Focus on inquiry Edmonton,AlbertaFocus on inquiry Edmonton,Alberta
Focus on inquiry Edmonton,AlbertaNailul Hasibuan
 

More from Nailul Hasibuan (20)

Aplikasi fungsi linier dan sistem persamaan dalam bisnis
Aplikasi fungsi linier dan sistem persamaan dalam bisnisAplikasi fungsi linier dan sistem persamaan dalam bisnis
Aplikasi fungsi linier dan sistem persamaan dalam bisnis
 
Media pembelajaran matematika
Media pembelajaran matematikaMedia pembelajaran matematika
Media pembelajaran matematika
 
Kurikulum di singapura
Kurikulum di singapuraKurikulum di singapura
Kurikulum di singapura
 
Kurikulum di USA
Kurikulum di USAKurikulum di USA
Kurikulum di USA
 
Kurikulum di Jepang
Kurikulum di JepangKurikulum di Jepang
Kurikulum di Jepang
 
Kurikulum di Australia
Kurikulum di AustraliaKurikulum di Australia
Kurikulum di Australia
 
Enactive, iconic, symbolic from nctm 1989
Enactive, iconic, symbolic  from nctm 1989Enactive, iconic, symbolic  from nctm 1989
Enactive, iconic, symbolic from nctm 1989
 
9 character of 21Century Learning
9 character of 21Century Learning9 character of 21Century Learning
9 character of 21Century Learning
 
diagram of 21st century pedagogy
diagram of 21st century pedagogydiagram of 21st century pedagogy
diagram of 21st century pedagogy
 
Melakukan TUjuan Instruksional Khusus
Melakukan TUjuan Instruksional KhususMelakukan TUjuan Instruksional Khusus
Melakukan TUjuan Instruksional Khusus
 
Sistem bilangan cacah dan bulat Teobil
Sistem bilangan cacah dan bulat TeobilSistem bilangan cacah dan bulat Teobil
Sistem bilangan cacah dan bulat Teobil
 
Kelipatan persekutuan terkecil KPK teobil
Kelipatan persekutuan terkecil KPK teobilKelipatan persekutuan terkecil KPK teobil
Kelipatan persekutuan terkecil KPK teobil
 
Induksi matematika teobil
Induksi matematika teobilInduksi matematika teobil
Induksi matematika teobil
 
Teori Bilangan Biner
Teori Bilangan BinerTeori Bilangan Biner
Teori Bilangan Biner
 
TUJUAN-TUJUAN dan IDEOLOGI-IDEOLOGI PENDIDIKAN MATEMATIKA
TUJUAN-TUJUAN dan IDEOLOGI-IDEOLOGI PENDIDIKAN MATEMATIKATUJUAN-TUJUAN dan IDEOLOGI-IDEOLOGI PENDIDIKAN MATEMATIKA
TUJUAN-TUJUAN dan IDEOLOGI-IDEOLOGI PENDIDIKAN MATEMATIKA
 
kONTRUKTIVISME Kritik Filsafat absolutis Matematika
kONTRUKTIVISME Kritik Filsafat absolutis MatematikakONTRUKTIVISME Kritik Filsafat absolutis Matematika
kONTRUKTIVISME Kritik Filsafat absolutis Matematika
 
Gender dan Pendidikan Matematika
Gender dan Pendidikan MatematikaGender dan Pendidikan Matematika
Gender dan Pendidikan Matematika
 
ppt Desain pembelajaran sebagai suatu sistem
ppt Desain pembelajaran sebagai suatu sistemppt Desain pembelajaran sebagai suatu sistem
ppt Desain pembelajaran sebagai suatu sistem
 
Desain pembelajaran Sebagai Suatu Sistem
Desain pembelajaran Sebagai Suatu SistemDesain pembelajaran Sebagai Suatu Sistem
Desain pembelajaran Sebagai Suatu Sistem
 
Focus on inquiry Edmonton,Alberta
Focus on inquiry Edmonton,AlbertaFocus on inquiry Edmonton,Alberta
Focus on inquiry Edmonton,Alberta
 

Kongruenan

  • 1. Defenisi dan Sifat Kekongruenan 8 A. DEFENISI DAN SIFAT KEKONGRUENAN Konsep Kekongruenan suatu cara untuk menelaah keterbagian dalam himpunan bilangan bulat. konsep dan sifat-sifat keterbagian dapat kita pelajari lebih mendalam dengan konsep kekongruenan. Defenisi : 5.1. Jika m suatu bilangan bulat positif, maka a kongruen b modulo m (ditulis )(modmba  ) bila m membagi (a-b). Jika tidak membagi (a-b) maka dikatakan bahwa a tidak kongruen dengan b modulo m (ditulis )(modmba  ). Contoh : )5(mod429  karena (29 – 4) = 25 terbagi oleh 5 )6(mod847  karena (47 – 8) = 39 tidak terbagi oleh 6 Terema 5.1. )(modmba  bila dan hanya bila ada bilangan bulat k sehingga bkma  . Bukti : Jika m > 0 bilangan bulat positif, menurut Defenisi 5.1. m │(a-b) bila dan hanya bila )(modmba  . Jika m │(a-b) menurut defenisi 2.1 ada k bilangan bulat positif sedemikian hingga (a-b) = km (a-b) = km sama artinya a = km + b Contoh: )7(mod972  sama artinya dengan 72 = 7.9 + 9 )5(mod449  sama artinya dengan 49 = 5.9 + 4 Teorema 5.2. Setiap bilangan bulat kongruen modulo m dengan tepat satu diantara 0,1.2.3, …. (m-1). Bukti : Bila a dan m bilangan bilangan bulat dan m > 0 , menurut algoritma pembagian dapat dinyatakan dengan : a = qm + r dengan 0 ≤ r < m sehingga menurut teorema 2.7 a – r = qm , maka dengan demikian )(modmra  karena 0 ≤ r < m, maka ada m buah pilihan bilangan untuk r yaitu : 0,1.2.3, …. (m-1). Jadi setiap bilangan bulat akan kongruen modulo m dengan tepat satu diantara 0,1.2.3, …. (m-1).
  • 2. Defenisi dan Sifat Kekongruenan 9 Contoh : )8(mod638  sama juga dengan 38 = 4.8 + 6 {0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7} Defenisi 5.2. Jika )(modmba  dengan 0 ≤ r < m, maka r disebut residu (sisa) terkecil dari a modulo m ini {0,1.2.3, …. (m-1)} disebut himpunan residu terkecil modulo m Contoh Residu terkecil dari 71 modulo 2 adalah 1, karena sisa 71 : 2 adalah 1 Residu terkecil dari 71 modulo 3 adalah 2, karena sisa 71 : 3 adalah 2 Residu terkecil dari -53 modulo 10 adalah 7, karena sisa -53 : 10 adalah 7 (residu terkecil dari suatu bilangan diambil bilangan bulat positif). Residu terkecil dari dari 34 modulo 5 adalah 4, sebab sisa 34 : 5 adalah 4 Walaupun )5(mod934  tetapi 9 bukan residu terkecil dari )5(mod34 sebab 9 bukan sisa dari 34 : 5 adalah 4. Contoh : Modulo 5 mempunyai himpunan residu terkecil adalah {0,1,2,3,4,} Modulo 9 mempunyai himpunana residu terkecil adalah {0,1,2,3,4,5,6,7,8} Modulo 20 mempunyai himpunan residu terkecil adalah {0,1,2,3, ….…,19} Teorema 5.3. )(modmba  bila dan hanya bila a dan b memiliki sisa yang sama jika dibagi m Bukti Jika )(modmba  maka a dan b memiliki sisa yang sama jika dibagi m )(modmba  dan )(modmra  maka r adalah residu terkecil modulo m atau 0 ≤ r < m )(modmra  maka a = mq + r ; r adalah sisa dari a bila dibagi m )(modmrb  maka b = mt + r ; r adalah sisa dari b bila dibagi m (a-b) = m (q – t ) maka m │(a – b) menurut Defenisi 5.1 atau )(modmba  Berdasaran teorema-teorema terdahulu, ungkapan berikut mempunyai arti yang sama yaitu: “ )8(mod7n ” “ n = 7 + 8k untuk setip bilangan bulat k, dan “ n dibagi 8 bersisa 7 ”
  • 3. Defenisi dan Sifat Kekongruenan 10 Defenisi 5.3 Himpunan bilangan-bilangan bulat { mrrrr .,.........,, 321 } disebut sistem residu lengkap modulo m, bila setiap elemennya kongruen modulo m dengan satu dan hanya satu dari 0, 1, 2, 3,…………,(m-1) Contoh. (i) Himpunan {45, -9, 12, -22, 24} adalah suatu sistem residu lengkap modulo 5 . dapat diperiksa bahwa : )5(mod045  )5(mod19  )5(mod212  )5(mod322  )5(mod424  (ii) Himpunan {0,1,2,3,4} juga merupakan suatu system residu lengkap modulo 5, sekaligus himpunan residu terkecil modulo 5. (iii) Himpunan {0,1,2,3,4} adalah merupakan suatu sistem residu lengkap modulo 5. (iv) Himpunan {5, 11, 6, 1, 8, 15} bukan merupakan system residu lengkap modulo 6, sebab )6(mod115  yang dua-duanya berada dalam himpunan tersebut . Kekongruenan modulo suatu bilangan bulat positif adalah suatu relasi antara bilangan- bilangan bulat . Dapat ditunjukan bahwa relasi kongruen itu merupakan relasi ekivalensi. Sutu relasidi sebut relasi ekivalensi jika relasi itu memiliki memiliki sifat reflektif. Jika m, a, b, dan c adalah bilangan-bilangan bulat dengan m positif, maka: (i) )(modmaa  , sifat reflektif. Bukti : Karena a – a = 0 ditulis juga a = 0 + a atau a = m0 + a, dapat ditulis juga )(modmaa  (ii) Jika )(modmba  maka )(modmab  , sifat simetris Bukti : Karena )(modmba  maka a – b = km untuk setiap bilangan bulat k sehingga b – a = - km atau b = - km + a dapat ditulis juga )(modmab 
  • 4. Defenisi dan Sifat Kekongruenan 11 (iii) Jika )(modmba  dan )(modmcb  , dan )(modmca  sifat transitif. Bukti )(modmba  ini berarti a – b = km untuk setiap bilangan bulat k )(modmcb  ini berarti b – c = hm untuk setiap bilangan bulat h a – b = km b – c = hm + a – c = (k + h)m dari a – c = (k + h)m ini menunjukan bahwa )(modmca  ………………………… terbukti Relasi ekivalen dari relasi kekongruenan pada himpunan bilangn bulat harus memenuhi ketiga sifat diatas. Hal ini berakibat himpunan bilangan-bilangan bulat terpartisi dalam himpunan-himpunan bagian yang setiap himpunan bagian kelas. Perrhatikan himpunan bilangan bulat dengan relasi kongruen modulo 5, maka relasi ini himpunan bilangan bulat terpartisi ( terbagi menjadi himpunan bagian-himpunan bagian yang saling asing dan gabungannya sama dengan himpunan bilangan bulat) menjadi 5 kelas, yaitu : ,...}10,5,0,5,10{...]0[0  ,...}11,6,1,4,9{...]1[1  ,...}12,7,2,3,8{...]2[2  ,...}13,8,3,2,7{...]3[3  ,...}14,9,4,1,6{...]4[4  pemberian nama untuka suatu kelas menggunakan nama salah satu kelas tersebut yang dibubuhi nama tanda garis diatasnya atau dikurung persegi. Misalnya: 823]8[]2[]3[  atau Relasi kongruenan mepunyai kemiripan sifat dengan sifat persamaan, sebab relasi kekongruenan dapat dinyatakan sebagai persamaan, yaitu : )(modmba  sama artinya dengan a= km + b , untuk suatu bilangan bulat k. Misalnya : 1. Jika )(modmba  maka a + c = b + c (mod m) untuk setiap bilangan bulat c. 2. Jika )(modmba  maka Jika )(modmbcac  untuk setiap bilangan bulat c.
  • 5. Defenisi dan Sifat Kekongruenan 12 Teorema 5.4. Jika )(modmba  dan )(modmdc  maka a + c = b + d (mod m) Bukti : Jika )(modmba  ini berarti a = km + b, untuk suatu bilangan bulat k Jika )(modmdc  ini berarti c = tm + d, untuk suatu bilangan bulat t. a = km + b c = tm + d + a + c = km + tm + b + d a + c = m (k + t) + (b + d) (a + c) – (b + d) = m h (a + c) – (b + d) = mod m dapat ditulis )(modmdbca  ……… terbukti Teorema 5.5 Jika )(modmba  dan )(modmdc  maka a x+ c y= bx + d y(mod m) untuk setiap blangan bulat x dan y. Bukti : Jika )(modmba  ini berarti a = km + b, untuk suatu bilangan bulat k Jika )(modmdc  ini berarti c = tm + d, untuk suatu bilangan bulat t. a = km + b jika dikalikan dengan x maka ax = kmx + bx c = tm + d jika dikalikan dengan y maka cy = tmy + dy ax = kmx + bx cy = tmy + dy + ax + cy = (kmx + tmy) + (bx + dy) ax + c y= m (k x+ ty) + (bx + dy) (ax + cy) – (bx+ dy) = m (kx + ty) dari persamaan ini berarti bahwa: m│[(ax + cy) – (bx+ dy)] dapat ditulis a x+ c y bx + d y(mod m) ……………..terbukti pada persamaan/kesamaan bilangan-bilangan bulat berlaku sifat kanselasi (penghapusan) sebagai berikut:
  • 6. Defenisi dan Sifat Kekongruenan 13 Jika ab = ac dengan a ≠ 0 maka b = c . apakah dalam kongruenan berlaku sifat yang mirip dengan sifat kanselasi tersebut. Misalkan , jika )(modmacab  dengan a Ξ 0 (mod m), apakah )(modmcb  ?. Contoh : )4(mod1224  adalah sutu pernyataan yang benar )4(mod6.212.2  ini berarti )4(mod02  apakah )4(mod612  4 tidak habis membagi 12 – 6 Teorema 5.6 Jika )(modmbcac  dengan (c,m) = 1, maka )(modmba  Bukti : )(modmbcac  ini berarti m │(ac – bc) atau m│c(a – b) m│c(a - b) dengan (c,m) = 1, maka m │(a – b), ini berarti )(modmba  contoh: Tentukanlah bilangan-bilangan bulat y yang memenuhi perkongruenan )7(mod13 y Jawab: Jika )7(mod13 y maka kita menggantika 1pada pengruenan tersebut dengan 15, sehingga diperoleh )7(mod153 y dengan Karena )7(mod5.33 y dengan (3,7) = 1 dan )7(mod5y Sehingga diperoleh y = 7 k + 5 untuk setiap bilangan bulat k Himpunana peyelesaan dari pengruenan tersebut adalah { y = 7 k + 5 │ k bilangan bulat } Teorema 5.7 Jika )(modmbcac  dengan (c,m) = d, maka )(mod d m ba  Bukti : Jika )(modmbcac  berarti m │(ac – bc) atau m│c(a – b) Maka d m │ d c (a – b) Karena d adalah FPB dari c dan m, maka d m dan d c adlah bilangan-bilangan bulat . Karena (c,m) = d maka 1,       d m d c Karena 1,       d m d c dan d m │ d c (a – b) maka d m │ d c dan( d m │(a – b)
  • 7. Defenisi dan Sifat Kekongruenan 14 Dapat ditulis maka )(mod d m ba  .