SlideShare a Scribd company logo
1 of 2
Treaty Relief From Juridical Double Taxation
Unilateral dan DTA Relief
Kebanyakan negara punya ketentuan (dlm aturan domestic) yang didesain untuk
melawan Juridical Double Taxation. Metode kredit pajak menjadi metode yang umum digunakan
sebagai mekanismetax relief. DTA umumnya menentukan negara mana yang akan mengenakan
pajak dan/atau apakah kredit pajak akan diberikan atas pajak yng sudah dibayarkan di negara
lain. DTA juga secara eksplisit memberikan hak pajak utama kepada negara sumber tetapi
pengenaanya terbatas.
DTA juga menyediakan relief dari Juridical Double Taxation. Meskipun keringanan (relief)
tersebut sudah disediakan oleh aturan pajak domestic yang ada. Keringanan (relief) yang
diberikan oleh DTA mungkin lebih dermawan ketimbang aturan domestic. Contohnya, aturan
domestic mungkin memberikan tax deduction, tetapi DTA memberikan full exemption
(pembebasan utuh)/ kredit pajak.
Oleh karena itu, keringanan (relief) yang ada dalam DTA juga membatasi/ mencegah
negara untuk mengamandemen tax relief yang ada dalam aturan domestic yang merugikan wajib
pajak. Contohnya Belanda – Fiji, Belanda memberikan exemption dalam aturan domestic,
sedangkan DTA juga memberikan exemption atas penghasilan tersebut. Apabila belanda
menghapus exemption dalam aturan domestiknya, Wajib Pajak tetap mendapat benefit atas
exemption berdasarkan DTA tersebut.
Pasal 23 OECD Model DTA
Metode yang digunakan untuk eliminasi double taxation:
(i) Exemption Method (Pembebasan) – Pasal 23A
Negara domisili harus membebaskan penghasilan atau capital dari pajak jika objek
tersebut dikenakan pajak di negara sumber sesuai dengan ketentuan DTA, entah
negara sumber tersebut sudah benar-benar melaksanakan haknya perpajakan atas
objek tersebut atau belum.
(a) Untuk penghasilan yang hanya dikenakan pajak di negara sumber,negara domisili
harus membebaskan penghasilan tersebut di negaranya.
(b) Apabila negara sumber mempertimbangkan bahwa ketentuan DTA mencegahnya
untuk mengenakan pajak pada penghasilan tertentu, maka negara domisili tidak
harus memberikan pembebasan atas penghasilan itu dimana bagi negara domisili
mungkin akan mengenakan pajak atas penghasilan itu. Hal ini mencegah
terjadinya double no taxation. (Country R consider that Country S may not taxed
such income/capital as accordance to DTA)
(ii) Credit Method (Kredit Pajak) – Pasal 23B
Pasal 23B(1) mengediakan keringanan dari double taxation melalui ordinary credit
method. Penerapan ketentuan ini bergantung pada kemampuan negara sumberuntuk
mengenakan pajak (to be able) pada penghasilan tertentu. Ketentuan ini mengijinkan
matching kredit PPh yg dibayar di negara sumber terhadap PPh terutang di negara
domisili, dan kredit pajak capital di negara sumber dengan Pajak capital terutang di
negara domisili.
Kesulitan praktis yang mungkin terjadi disebabkan oleh :
(a) pengenaan pajak di negara sumber tidak berdasarkan tahun pajak yg sama,
basis income tahun sebelumnya, rata-rata penghasilan tahun-tahun
sebelumnya, pergerakan nilai tukar,
(b) penghasilan yang dikenakan pajak di negara sumber mungkin akan
mengurangi net loss wajib pajak di negara domisili (Kompensasi), atau
(c) perhitungan pajak didasarkan pada net income (negara domisili) dan gross
income (negara sumber)
(iii) Tax Sparing Credit Relief
Keringanan Tax Sparing muncul ketika negara sumber menawarkan insentif
kepada investor asing, dengan pengurangan atau tidak dipungut pajak di negara
sumber ketimbang dipungut pajak.
Hal ini tidak memberikan benefit kepada investor asing jika negara domisili
mengenakan pajak berdasarkan world-wide income dan menawarkan kredit pajak,
karena penghasilan tersebut akan dikenai tariff pajak di negara domisili yang akan
menggeser efek benefit atas insentif yang diberikan kepada investor ke negara R
sehingga tidak ada double taxation yang muncul. Untuk mengatasi konsekuensi
tersebut, beberapa DTA secara spesifik menyediakan ketentuan tentang tax sparing
credit.
Contohnya dimuat dalam ketentuan DTA untuk mempertimbangkan pajak yang
dibayar (deemed) di negara sumber sebagai tax credit termasuk yang dibebaskan,
dikurangi tarifnya, atau dikembalikan (refund). Sehingga meskipun dinegara sumber
tidak dikenai pajak atau dikurangi pajaknya, insentif atas pajak tersebut dapat
dinikmati oleh taxpayer sebagai credit pajak.
Tax sparing credit tidak terdapat di OECD, UN, & US Model DTA dengan alasan :
(a) Pengalaman membuktikan bahwa tax sparing credit sangat rentan
disalahgunakan
(b) Tax sparing bukan merupakan alat yang efektif untuk mempromosikan
pengembangan ekonomi
(c) Ekonomi negara yang makin terintegrasi membuat tax base menjadi mobile
secara geografis.

More Related Content

What's hot

Hukum pajak internasional
Hukum pajak internasionalHukum pajak internasional
Hukum pajak internasional
Devy_KPutri
 
Makalah pajak internasional
Makalah pajak internasionalMakalah pajak internasional
Makalah pajak internasional
ebethha
 
Perjanjian perpajakan intl
Perjanjian perpajakan intlPerjanjian perpajakan intl
Perjanjian perpajakan intl
ayuayawh
 
Kebijakan penerimaan pemerintah
Kebijakan penerimaan pemerintahKebijakan penerimaan pemerintah
Kebijakan penerimaan pemerintah
Mulyadi Yusuf
 

What's hot (19)

Konsep dasar pajak internasional by lutfi ardhani,dkk
Konsep dasar pajak internasional by lutfi ardhani,dkkKonsep dasar pajak internasional by lutfi ardhani,dkk
Konsep dasar pajak internasional by lutfi ardhani,dkk
 
Hukum pajak internasional
Hukum pajak internasionalHukum pajak internasional
Hukum pajak internasional
 
Lingkup Material dalam Pajak Internasional
Lingkup Material dalam Pajak InternasionalLingkup Material dalam Pajak Internasional
Lingkup Material dalam Pajak Internasional
 
Tax treaty indonesia korea selatan
Tax treaty indonesia   korea selatanTax treaty indonesia   korea selatan
Tax treaty indonesia korea selatan
 
Pajak Internasional atas Bunga
Pajak Internasional atas BungaPajak Internasional atas Bunga
Pajak Internasional atas Bunga
 
Makalah pajak internasional
Makalah pajak internasionalMakalah pajak internasional
Makalah pajak internasional
 
Perjanjian perpajakan intl
Perjanjian perpajakan intlPerjanjian perpajakan intl
Perjanjian perpajakan intl
 
Pajak Internasional atas Penghasilan dari Aset Tidak Bergerak
Pajak Internasional atas Penghasilan dari Aset Tidak BergerakPajak Internasional atas Penghasilan dari Aset Tidak Bergerak
Pajak Internasional atas Penghasilan dari Aset Tidak Bergerak
 
Mengenal Pajak Internasional
Mengenal Pajak InternasionalMengenal Pajak Internasional
Mengenal Pajak Internasional
 
Deductible expense dan non deductible expense - RIKI ARDONI
Deductible expense dan non deductible expense - RIKI ARDONIDeductible expense dan non deductible expense - RIKI ARDONI
Deductible expense dan non deductible expense - RIKI ARDONI
 
Pajak Internasional atas Laba Usaha (Bussiness Profit)
Pajak Internasional atas Laba Usaha (Bussiness Profit)Pajak Internasional atas Laba Usaha (Bussiness Profit)
Pajak Internasional atas Laba Usaha (Bussiness Profit)
 
Stuktur P3B
Stuktur P3BStuktur P3B
Stuktur P3B
 
makalah pajak (pph 24)
makalah pajak (pph 24)makalah pajak (pph 24)
makalah pajak (pph 24)
 
2016 ak2 a_kelompok2_pph24
2016 ak2 a_kelompok2_pph242016 ak2 a_kelompok2_pph24
2016 ak2 a_kelompok2_pph24
 
Pph orang pribadi brevet c
Pph orang pribadi brevet cPph orang pribadi brevet c
Pph orang pribadi brevet c
 
Kesadaran dan kepatuhan hukum (php)
Kesadaran dan kepatuhan hukum (php)Kesadaran dan kepatuhan hukum (php)
Kesadaran dan kepatuhan hukum (php)
 
Kebijakan penerimaan pemerintah
Kebijakan penerimaan pemerintahKebijakan penerimaan pemerintah
Kebijakan penerimaan pemerintah
 
Ppt p ph final
Ppt p ph finalPpt p ph final
Ppt p ph final
 
BEDA SUMBER PENERIMAAN NEGARA DENGAN PENDAPATAN NEGARA
BEDA SUMBER PENERIMAAN NEGARA DENGAN PENDAPATAN NEGARABEDA SUMBER PENERIMAAN NEGARA DENGAN PENDAPATAN NEGARA
BEDA SUMBER PENERIMAAN NEGARA DENGAN PENDAPATAN NEGARA
 

Similar to Keringanan Pajak (Tax Relief) dalam Pajak Internasional

pph26-220907180602-daa3750b (1).pptx
pph26-220907180602-daa3750b (1).pptxpph26-220907180602-daa3750b (1).pptx
pph26-220907180602-daa3750b (1).pptx
IputuEka
 
STUDI KASUS UMUM PERPAJAKAN
STUDI KASUS UMUM PERPAJAKANSTUDI KASUS UMUM PERPAJAKAN
STUDI KASUS UMUM PERPAJAKAN
hendri van jr
 
Model of Double Tax Convention and Structure of Tax Treaties
Model of Double Tax Convention and Structure of Tax TreatiesModel of Double Tax Convention and Structure of Tax Treaties
Model of Double Tax Convention and Structure of Tax Treaties
Dinny Gamalasari
 
Kebijakan penerimaan pemerintah
Kebijakan penerimaan pemerintahKebijakan penerimaan pemerintah
Kebijakan penerimaan pemerintah
Mulyadi Yusuf
 
Dampak IFRS Terhadap Penghindaran Pajak.pptx
Dampak IFRS Terhadap Penghindaran Pajak.pptxDampak IFRS Terhadap Penghindaran Pajak.pptx
Dampak IFRS Terhadap Penghindaran Pajak.pptx
SaumiZulviana
 

Similar to Keringanan Pajak (Tax Relief) dalam Pajak Internasional (20)

Hukum pajak internasional adalah suatu kesatuan hukum yang mengupas suatu per...
Hukum pajak internasional adalah suatu kesatuan hukum yang mengupas suatu per...Hukum pajak internasional adalah suatu kesatuan hukum yang mengupas suatu per...
Hukum pajak internasional adalah suatu kesatuan hukum yang mengupas suatu per...
 
pph26-220907180602-daa3750b (1).pptx
pph26-220907180602-daa3750b (1).pptxpph26-220907180602-daa3750b (1).pptx
pph26-220907180602-daa3750b (1).pptx
 
konsep dasar pajakinternasional.pdf
konsep dasar pajakinternasional.pdfkonsep dasar pajakinternasional.pdf
konsep dasar pajakinternasional.pdf
 
konsep dasar pajakinternasional.pdf
konsep dasar pajakinternasional.pdfkonsep dasar pajakinternasional.pdf
konsep dasar pajakinternasional.pdf
 
ALFIAOKTAVIANI_AKTPAJAK_SURYANIH_PSAK46_STIAMITANGERANG_CA116222093
ALFIAOKTAVIANI_AKTPAJAK_SURYANIH_PSAK46_STIAMITANGERANG_CA116222093ALFIAOKTAVIANI_AKTPAJAK_SURYANIH_PSAK46_STIAMITANGERANG_CA116222093
ALFIAOKTAVIANI_AKTPAJAK_SURYANIH_PSAK46_STIAMITANGERANG_CA116222093
 
pph pasal 24 25 dan 26
pph pasal 24 25 dan 26pph pasal 24 25 dan 26
pph pasal 24 25 dan 26
 
PPh Pasal 26 - Pengertian, Subjek, Objek, Tarif dan Perhitungannya - Riki Ardoni
PPh Pasal 26 - Pengertian, Subjek, Objek, Tarif dan Perhitungannya - Riki ArdoniPPh Pasal 26 - Pengertian, Subjek, Objek, Tarif dan Perhitungannya - Riki Ardoni
PPh Pasal 26 - Pengertian, Subjek, Objek, Tarif dan Perhitungannya - Riki Ardoni
 
STUDI KASUS UMUM PERPAJAKAN
STUDI KASUS UMUM PERPAJAKANSTUDI KASUS UMUM PERPAJAKAN
STUDI KASUS UMUM PERPAJAKAN
 
1_Hukum Pajak Internasional.pptx
1_Hukum Pajak Internasional.pptx1_Hukum Pajak Internasional.pptx
1_Hukum Pajak Internasional.pptx
 
Pajak Kontemporer - PPh Final (Pajak Penghasilan Final)
Pajak Kontemporer - PPh Final (Pajak Penghasilan Final)Pajak Kontemporer - PPh Final (Pajak Penghasilan Final)
Pajak Kontemporer - PPh Final (Pajak Penghasilan Final)
 
AKT_PAJAK, TANTO CHANDRA, SURYANIH, STIAMI, PSAK 46
AKT_PAJAK, TANTO CHANDRA, SURYANIH, STIAMI, PSAK 46AKT_PAJAK, TANTO CHANDRA, SURYANIH, STIAMI, PSAK 46
AKT_PAJAK, TANTO CHANDRA, SURYANIH, STIAMI, PSAK 46
 
AKT_PAJAK, TANTO CHANDRA, SURYANIH, STIAMI, PSAK46
AKT_PAJAK, TANTO CHANDRA, SURYANIH, STIAMI, PSAK46AKT_PAJAK, TANTO CHANDRA, SURYANIH, STIAMI, PSAK46
AKT_PAJAK, TANTO CHANDRA, SURYANIH, STIAMI, PSAK46
 
Revisi Tugas Kelompok 2_Perpajakan.pptx
Revisi Tugas Kelompok 2_Perpajakan.pptxRevisi Tugas Kelompok 2_Perpajakan.pptx
Revisi Tugas Kelompok 2_Perpajakan.pptx
 
presentasi-1-kelompok-3.pdf
presentasi-1-kelompok-3.pdfpresentasi-1-kelompok-3.pdf
presentasi-1-kelompok-3.pdf
 
AKT_Pajak,Maghfury,Suryanih,PSAK46,STIAMI Tangerang
AKT_Pajak,Maghfury,Suryanih,PSAK46,STIAMI TangerangAKT_Pajak,Maghfury,Suryanih,PSAK46,STIAMI Tangerang
AKT_Pajak,Maghfury,Suryanih,PSAK46,STIAMI Tangerang
 
Model of Double Tax Convention and Structure of Tax Treaties
Model of Double Tax Convention and Structure of Tax TreatiesModel of Double Tax Convention and Structure of Tax Treaties
Model of Double Tax Convention and Structure of Tax Treaties
 
PPh Pasal 24 (Umiatul Azizah)
PPh Pasal 24 (Umiatul Azizah) PPh Pasal 24 (Umiatul Azizah)
PPh Pasal 24 (Umiatul Azizah)
 
Kebijakan penerimaan pemerintah
Kebijakan penerimaan pemerintahKebijakan penerimaan pemerintah
Kebijakan penerimaan pemerintah
 
Makalah pph 24 isi
Makalah pph 24 isiMakalah pph 24 isi
Makalah pph 24 isi
 
Dampak IFRS Terhadap Penghindaran Pajak.pptx
Dampak IFRS Terhadap Penghindaran Pajak.pptxDampak IFRS Terhadap Penghindaran Pajak.pptx
Dampak IFRS Terhadap Penghindaran Pajak.pptx
 

More from Ilham Sousuke

More from Ilham Sousuke (20)

Hubungan Istimewa (associated enterprises) dalam Pajak Internasional
Hubungan Istimewa (associated enterprises) dalam Pajak InternasionalHubungan Istimewa (associated enterprises) dalam Pajak Internasional
Hubungan Istimewa (associated enterprises) dalam Pajak Internasional
 
Pajak Internasional atas Jasa Independen
Pajak Internasional atas Jasa IndependenPajak Internasional atas Jasa Independen
Pajak Internasional atas Jasa Independen
 
Bentuk Usaha Tetap dalam Pajak Internasional (Permanent Establishment)
Bentuk Usaha Tetap dalam Pajak Internasional (Permanent Establishment)Bentuk Usaha Tetap dalam Pajak Internasional (Permanent Establishment)
Bentuk Usaha Tetap dalam Pajak Internasional (Permanent Establishment)
 
Residensi dalam Pajak Internasional
Residensi dalam Pajak InternasionalResidensi dalam Pajak Internasional
Residensi dalam Pajak Internasional
 
Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda
Perjanjian Penghindaran Pajak BergandaPerjanjian Penghindaran Pajak Berganda
Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda
 
Kedudukan Hukum dan Interpretasi P3B
Kedudukan Hukum dan Interpretasi P3BKedudukan Hukum dan Interpretasi P3B
Kedudukan Hukum dan Interpretasi P3B
 
Pajak Internasional atas Royalti
Pajak Internasional atas RoyaltiPajak Internasional atas Royalti
Pajak Internasional atas Royalti
 
(Pert 7) bab 20 audit payroll and personnel cycles
(Pert 7) bab 20 audit payroll and personnel cycles(Pert 7) bab 20 audit payroll and personnel cycles
(Pert 7) bab 20 audit payroll and personnel cycles
 
(Pert 6) bab 22 siklus akuisisi capital dan repayment
(Pert 6) bab 22 siklus akuisisi capital dan repayment(Pert 6) bab 22 siklus akuisisi capital dan repayment
(Pert 6) bab 22 siklus akuisisi capital dan repayment
 
(Pert 6) bab 21 siklus inventory dan warehousing
(Pert 6) bab 21 siklus inventory dan warehousing(Pert 6) bab 21 siklus inventory dan warehousing
(Pert 6) bab 21 siklus inventory dan warehousing
 
(Pert 5) bab 19 penyelesaian siklus akuisisi dan pemabayaran
(Pert 5) bab 19 penyelesaian siklus akuisisi dan pemabayaran(Pert 5) bab 19 penyelesaian siklus akuisisi dan pemabayaran
(Pert 5) bab 19 penyelesaian siklus akuisisi dan pemabayaran
 
(Pert 4) bab 15 penyelesaian siklus penjualan dan penagihan
(Pert 4) bab 15 penyelesaian siklus penjualan dan penagihan(Pert 4) bab 15 penyelesaian siklus penjualan dan penagihan
(Pert 4) bab 15 penyelesaian siklus penjualan dan penagihan
 
(Pert 5) bab 18 siklus akuisisi dan pembayaran
(Pert 5) bab 18 siklus akuisisi dan pembayaran(Pert 5) bab 18 siklus akuisisi dan pembayaran
(Pert 5) bab 18 siklus akuisisi dan pembayaran
 
(Pert 4) bab 14 siklus penjualan dan penagihan test of control & substa...
(Pert 4) bab 14 siklus penjualan dan penagihan   test of control & substa...(Pert 4) bab 14 siklus penjualan dan penagihan   test of control & substa...
(Pert 4) bab 14 siklus penjualan dan penagihan test of control & substa...
 
(Pert 3) bab 24 penyelesaian audit
(Pert 3) bab 24 penyelesaian audit(Pert 3) bab 24 penyelesaian audit
(Pert 3) bab 24 penyelesaian audit
 
(Pert 3) bab 8 perencanaan audit dan prosedur analitis
(Pert 3) bab 8 perencanaan audit dan prosedur analitis(Pert 3) bab 8 perencanaan audit dan prosedur analitis
(Pert 3) bab 8 perencanaan audit dan prosedur analitis
 
(Pert 3) bab 13 strategi audit dan program audit
(Pert 3) bab 13 strategi audit dan program audit(Pert 3) bab 13 strategi audit dan program audit
(Pert 3) bab 13 strategi audit dan program audit
 
(Pert 2) bab 10 pengendalian internal
(Pert 2) bab 10 pengendalian internal(Pert 2) bab 10 pengendalian internal
(Pert 2) bab 10 pengendalian internal
 
(Pert 2) bab 9 materialitas dan risiko audit
(Pert 2) bab 9 materialitas dan risiko audit(Pert 2) bab 9 materialitas dan risiko audit
(Pert 2) bab 9 materialitas dan risiko audit
 
(Pert 2) bab 7 bukti audit
(Pert 2) bab 7 bukti audit(Pert 2) bab 7 bukti audit
(Pert 2) bab 7 bukti audit
 

Recently uploaded

SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.ppt
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.pptSEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.ppt
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.ppt
AlfandoWibowo2
 
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptxBAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
JuliBriana2
 
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).pptKenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
novibernadina
 
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
pipinafindraputri1
 

Recently uploaded (20)

DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.ppt
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.pptSEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.ppt
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.ppt
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptxBAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
 
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).pptKenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
 
Program Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - PerencanaanProgram Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - Perencanaan
 
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfProv.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
 
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptxOPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
 
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptxMateri Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
 
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
 
TEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptx
TEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptxTEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptx
TEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptx
 
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptxPPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
 
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
 
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMKAksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
 
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
 
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptxBab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
 
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
 

Keringanan Pajak (Tax Relief) dalam Pajak Internasional

  • 1. Treaty Relief From Juridical Double Taxation Unilateral dan DTA Relief Kebanyakan negara punya ketentuan (dlm aturan domestic) yang didesain untuk melawan Juridical Double Taxation. Metode kredit pajak menjadi metode yang umum digunakan sebagai mekanismetax relief. DTA umumnya menentukan negara mana yang akan mengenakan pajak dan/atau apakah kredit pajak akan diberikan atas pajak yng sudah dibayarkan di negara lain. DTA juga secara eksplisit memberikan hak pajak utama kepada negara sumber tetapi pengenaanya terbatas. DTA juga menyediakan relief dari Juridical Double Taxation. Meskipun keringanan (relief) tersebut sudah disediakan oleh aturan pajak domestic yang ada. Keringanan (relief) yang diberikan oleh DTA mungkin lebih dermawan ketimbang aturan domestic. Contohnya, aturan domestic mungkin memberikan tax deduction, tetapi DTA memberikan full exemption (pembebasan utuh)/ kredit pajak. Oleh karena itu, keringanan (relief) yang ada dalam DTA juga membatasi/ mencegah negara untuk mengamandemen tax relief yang ada dalam aturan domestic yang merugikan wajib pajak. Contohnya Belanda – Fiji, Belanda memberikan exemption dalam aturan domestic, sedangkan DTA juga memberikan exemption atas penghasilan tersebut. Apabila belanda menghapus exemption dalam aturan domestiknya, Wajib Pajak tetap mendapat benefit atas exemption berdasarkan DTA tersebut. Pasal 23 OECD Model DTA Metode yang digunakan untuk eliminasi double taxation: (i) Exemption Method (Pembebasan) – Pasal 23A Negara domisili harus membebaskan penghasilan atau capital dari pajak jika objek tersebut dikenakan pajak di negara sumber sesuai dengan ketentuan DTA, entah negara sumber tersebut sudah benar-benar melaksanakan haknya perpajakan atas objek tersebut atau belum. (a) Untuk penghasilan yang hanya dikenakan pajak di negara sumber,negara domisili harus membebaskan penghasilan tersebut di negaranya. (b) Apabila negara sumber mempertimbangkan bahwa ketentuan DTA mencegahnya untuk mengenakan pajak pada penghasilan tertentu, maka negara domisili tidak harus memberikan pembebasan atas penghasilan itu dimana bagi negara domisili mungkin akan mengenakan pajak atas penghasilan itu. Hal ini mencegah terjadinya double no taxation. (Country R consider that Country S may not taxed such income/capital as accordance to DTA) (ii) Credit Method (Kredit Pajak) – Pasal 23B Pasal 23B(1) mengediakan keringanan dari double taxation melalui ordinary credit method. Penerapan ketentuan ini bergantung pada kemampuan negara sumberuntuk mengenakan pajak (to be able) pada penghasilan tertentu. Ketentuan ini mengijinkan matching kredit PPh yg dibayar di negara sumber terhadap PPh terutang di negara
  • 2. domisili, dan kredit pajak capital di negara sumber dengan Pajak capital terutang di negara domisili. Kesulitan praktis yang mungkin terjadi disebabkan oleh : (a) pengenaan pajak di negara sumber tidak berdasarkan tahun pajak yg sama, basis income tahun sebelumnya, rata-rata penghasilan tahun-tahun sebelumnya, pergerakan nilai tukar, (b) penghasilan yang dikenakan pajak di negara sumber mungkin akan mengurangi net loss wajib pajak di negara domisili (Kompensasi), atau (c) perhitungan pajak didasarkan pada net income (negara domisili) dan gross income (negara sumber) (iii) Tax Sparing Credit Relief Keringanan Tax Sparing muncul ketika negara sumber menawarkan insentif kepada investor asing, dengan pengurangan atau tidak dipungut pajak di negara sumber ketimbang dipungut pajak. Hal ini tidak memberikan benefit kepada investor asing jika negara domisili mengenakan pajak berdasarkan world-wide income dan menawarkan kredit pajak, karena penghasilan tersebut akan dikenai tariff pajak di negara domisili yang akan menggeser efek benefit atas insentif yang diberikan kepada investor ke negara R sehingga tidak ada double taxation yang muncul. Untuk mengatasi konsekuensi tersebut, beberapa DTA secara spesifik menyediakan ketentuan tentang tax sparing credit. Contohnya dimuat dalam ketentuan DTA untuk mempertimbangkan pajak yang dibayar (deemed) di negara sumber sebagai tax credit termasuk yang dibebaskan, dikurangi tarifnya, atau dikembalikan (refund). Sehingga meskipun dinegara sumber tidak dikenai pajak atau dikurangi pajaknya, insentif atas pajak tersebut dapat dinikmati oleh taxpayer sebagai credit pajak. Tax sparing credit tidak terdapat di OECD, UN, & US Model DTA dengan alasan : (a) Pengalaman membuktikan bahwa tax sparing credit sangat rentan disalahgunakan (b) Tax sparing bukan merupakan alat yang efektif untuk mempromosikan pengembangan ekonomi (c) Ekonomi negara yang makin terintegrasi membuat tax base menjadi mobile secara geografis.