SlideShare a Scribd company logo
1 of 10
Business Profit
Pengenalan
Setelah mengatahui sebuah perusahaan mempunyai Permanent Establishment, permasalahan
selanjutnya adalah menghitung profit dari PE. Keuntungan PE mungkin dimanipulasi oleh biaya
barang dan jasa antara kantor pusat entitas dan PE-nya. Sumber pendapatan PE paling tidak
terbagi menjadi dua, yaitu :
 Pendapatan PE yang dipengaruhi oleh nilai penjualan grup perusahaan di suatu negara yang
dilakukan melalui Permanent Establishment dan
 Penjualan yang dilakukan langsung dari luar negeri ke pelanggan di negara di mana PE
berada.
Chapter ini membahas mengenai :
1. Bagaimana alokasi keuntungan kepada PE menggunakan pendekatan UN Model dan OECD
Model DTA.
2. Perbedaan metode langsung dan tidak langsung dan waktu penggunaannya.
3. Hubungan pasal 7 dengan pasal yang lainnya.
4. Ketentuan DTA untuk penghasilan dari international air traffic.
Penerapan Hukum Domestik
Pada dasarnya, jika diketahui bahwa suatu penghasilan bersumber dari negara S, maka:
a. ketentuan pajak domestik akan berlaku untuk menentukan jumlah yang dikenakan pajak
(taxable amount), yaitu. penghasilan kotor yang diperoleh dari negara sumber dikurangi
dengan biaya-biaya yang diperbolehkan untuk menghasilkan net amount yang akan
dikenakan tariff pajak di negara S. atau
b. dalam beberapa kasus, pajak terutang hanya dihitung berdasarkan persentase dari
penghasilan kotor. Contohnya perusahaan asuransi atau reasuransi luar negeri tanpa
adanya kehadiran di negara S (pasal 26).
Ketentuan tersebut dapat dikesampingkan oleh ketentuan DTA.
Persyaratan Permanent Establishment di Negara Sumber
Dalam pasal 7, OECDModel DTA, disebutkan bahwa profit dari perusahaan asing hanya terutang
pajak di negaranya saja (negara R) kecuali bila perusahaan tersebut menjalankan bisnisnya
dinegara lain melalui permanent establishment.
Arti “Profits”
Dalam penjelasan OECD Model DTA, Profit mempunyai arti yang luas dan mencakup semua
penghasilan yang diperoleh dalam menjalankan perusahaan sehingga sesuai dengan ketentuan
interpretasi, maka pengertian “Profits” mengikuti ketentuan domestik negara bersangkutan. Pasal
7(2) OECD Model DTA hanya menjelaskan atribusi profit kepada PE dan tidak berlaku untuk
kerugian (losses).
Suatu penghasilan dapat diklasifikasikan sebagai laba usaha harus berkaitan dengan kegiatan
usaha. Terdapat beberapa pendapat/putusan terkait penghasilan dari kegiatan usaha yang dapat
diklasifikasikan sebagai laba usaha :
a. Kegiatan penjualan saham merupakan suatu kegiatan usaha
b. Investasi di bidang perumahan di Kanada oleh agen penjual berlian di New York bukan
merupakan kegiatan usaha.
c. Pembelian kulit dan pemotongan hewan di Botswana dan persiapan untuk menjual dan
mengirimkan kulit yang dilakukan oleh perusahaan termasuk pengertian kegiatan usaha
dari perusahaan.
d. Penghasilan deviden tidak termasuk dalam lingkup kegiatan usaha
Arti “Enterprise”
Arti kata “Enterprise” tidak disebutkan dengan jelas dalam OECD Model DTA karena biasanya
interpretasi kata tersebut dikaitkan dengan ketentuan hukum domestik dari negara yang
berkontrak. Dalam OECD Model DTA hanya disebutkan bisnis enterprise (pasal 5 dan 7) serta
penerapan kata “Enterprise” (pasal 3 ayat 1c dan d).
Pada dasarnya, suatu entitas menjalankan perusahaan dan entitas itu memperoleh laba. Dalam
DTA, suatu perusahaan disebut menjalankan bisnis dan dapat memiliki PE. Gagasan ini tidak
dapat terjadi dalam pengertian hukum, tetapi DTA merujuk pada ide dalam pengertian akuntansi.
Hubungan dengan negara sumber
Penghasilan PE, terutang pajak hanya di negara tempat PE berada karena adanya tingkat
partisipasi dengan kehidupan ekonomi negara sumber dan hubungan antara negara sumber
dengan aktivitas PE yang menghasilkan income. Oleh sebab itu, penghasilan PE yang dikenai
pajak dinegara sumber hanyalah untuk penghasilan yang diatribusikan kepada PE tersebut.
Jika suatu transaksi oleh PE tidak punya hubungan partisipan dengan ekonomi negara Sumber
seperti ekspor atau jasa dari negara R ke negara S, maka tidak terutang pajak di negara S.
Alokasi Profit Kepada Permanent Establishment
Ketika perusahaan R mempuyai PE di negara S, Negara Sumber berhak atas pajak terhadap
profit yang diperoleh dari wilayah juridiksinya dan mempunyai hak terlebih dahulu untuk
mengenakan pajak atas profit tersebut. Jika negara R mengenakan pajak berbasis world-wide
income, maka ia akan memberikan relief untuk pajak yang sudah dibayar di negara sumber.
Jumlah yang diatribusikan kepada PE sangat dipengaruhi oleh transaksi antara PE dengan
induknya di negara R dan PE dengan divisi lain atau afiliasi di negara lain. Alokasi tesebut akan
mempengaruhi pengumpulan pajak dari masing-masing negara (berhubungan terbalik).
1. Berkurangnya Profit PE >> bertambahnya profit dari induk atau divisi atau afiliasi lain >>
mengurangi klaim pajak negara S dan meningkatkan klaim pajak di negara R atau negara
lain.
2. Bertambahnya Profit PE >> berkurangnya profit dari induk atau divisi atau afiliasi lain >>
meningkatkan klaim pajak negara S dan mengurangi klaim pajak di negara R atau negara
lain.
Keputusan Perusahaan R atas tinggi rendahnya pajak atas profit dari PE bergantung pada tarif
pajak (tax rate) negara S terhadap negara R. Hal ini dapat dilakukan melalui manipulasi dengan
transaksi antara PE dengan induknya atau afiliasi di negara lain untuk menggeser profit ke dalam
atau keluar negara S.
Ketentuan perpajakan atas profit dari PE diatur masing-masing menggunakan ketentuan
domestik kecuali bila kedua belah pihak terikat pada DTA atau P3B.
Kekuatan daya Tarik (Force of Attraction)
Dalam UN Model DTA, terdapat ketentuan mengenai kekuatan daya Tarik, yang digunakan untuk
mencegah non-residen yang memiliki PE di negara S dari menjalankan suatu transaksi yang
sebaliknya akan dijalankan melalui PE (artinya transaksi dilakukan langsung oleh induk dan
bukan melalui PE meskipun perusahaan tersebut mempunyai PE di negara tersebut).
Kegiatan penghindaran ini sangat mungkin terjadi pada OECD Model DTA karena pendapatan
dari transaksi tidak akan dikaitkan dengan PE non-residen di negara S. Namun, untuk mengatasi
kemungkinan penghindaran tersebut, UN Model DTA memungkinkan negara S untuk
mengenakan pajak atas keuntungan dari penjualan PE dan kegiatan bisnis lainnya oleh induk
yang dijalankan di negara S yang sama atau serupa dengan yang dilakukan melalui PE
(ketentuan magnet).
Contoh :
Sebuah perusahaan multinasional B, residen Belgium (Negara R), punya cabang di Nigeria
(Negara S) dimana ia menjalankan bisnis melalui cabang tersebut. Cabang tersebut termasuk
dalam PE menurut DTA antara keduanya. Oleh sebab itu, berdasarkan pasal 7(1) :
1. Profit dari cabang perusahaan B terutang pajak di Nigeria (Negara S)
2. Jika perusahaan B melakukan penjualan langsung dari induk di Beligum ke Nigeria, tanpa
melalui cabang di Nigeria, maka penghasilan yang diperoleh akan dikenai pajak di Nigeria
sesuai dengan ketentuan DTA berdasarkan Model UN.
Measurement of Profit
Ketentuan pajak domestik masing-masing mempunyai ketentuan yang berbeda.
Contoh :
a. Satu negara mungkin akan memasukkan item sebagai dasar penghasilan yang dikenakan
pajak sedangkan negara lain akan mengeluarkan item tersebut dari pendapatan.
b. Satu negara mungkin akan mempebolehkan pengurangan tertentu sedangkan negara lain
tidak memperbolehkan pengurangan tersebut.
Oleh sebab itu tidak akan ada sinkronisasi jumlah profit yang dikenakan pajak di negara R. Hal
ini berpengaruh pada jumlah kredit pajak yang tidak merefleksikan jumlah penghasilan yang
sama yang digunakan untuk menghitung pajak di Negara R (ada kemungkinan kredit pajak
tersebut melebihi pajak terutang di negara R atau sebaliknya). Ketentuan relief dalam pasal 23
disini hanyalah sebatas sebagai estimasi wajar untuk mengurangi juridical double taxation.
Arm’s Length Pricing
Dalam pasal 7(2) OECD Model DTA, disebutkan untuk transaksi antara induk dengan PE, harus
diatribusikan profit tersebut sesuai yang seharusnya diterima atau diperoleh apabila transaksi
tersebut dilakukan tanpa adanya hubungan istimewa atau dilakukan kepada entitas terpisah
independen. Hal ini disebabkan karena PE dengan induk merupakan satu kesatuan entitas
sehingga mereka tidak dapat secara hukum melakukan transaksi bisnis. Oleh karena itu tidak
mungkin bagi kantor pusat dan PE untuk mengadakan hubungan hukum yang tepat atau adil
sehubungan dengan (transfer pricing), misalnya, penjualan barang, peminjaman monet atau
pemberian paten. Oleh sebab itu, dalam pasal 7(2) ditekankan mengenai pendekatan entitas
terpisah untuk menangani transaksi semacam itu.
Contoh :
1. Ketika perusahaan induk mengirim barang dagangan ke PE, apakah perusahaan induk
mengakuinya sebagai pendapatan? Mengingat transaksi tersebut adalah transaksi
internal.
2. Ketika perusahaan induk mengirim aset tetap ke PE, apakah perusahaan mencatatdalam
nilai buku atau nilai pasar wajar?
Oleh sebab itu, untuk kondisi diatas, pendekatan yang digunakan dalam menghitung penghasilan
yang dikenakan pajak adalah menggunakan pendepatan harga pasar wajar.
Kriteria yang digunakan :
1. Perusahaan terpisah dan berbeda, merupakan metode langsung pemisahan akuntansi
oleh PE, yang menerapkan transaksi arm;s length, artinya PE harus diperlakukan seperti
terpisah terhadap induknya. Pendekatan arm’s length ini digunakan untuk menentukan
profit yang diatribusikan kepada PE.
2. Aktivitas yang samaatau mirip, mengharuskan untuk melihat aktivitas yang dilakukan oleh
PE.
Contohnya Company R memproduksi sepeda, ditransfer ke PE di negara S.
Jika PE adalah agen penjualan atau distributor, maka pendekatan arm’s length
mengharuskan untuk menentukan komisi penjualan seperti jika penjualan dilakukan oleh
entitas independen.
 Jika PE diperlakukan secara terpisah tetapi kepemilikan legal barang dagangan tidak
berpindah kepada PE, maka penghasilan yang diatribusikan adalah komisi penjualan.
 Jika PE adalah distributor, profit PE dihitung dengan mengurangi penjualan dengan
harga grosir
 Jika PE diperlakukan secara terpisah dan kepemilikan legal barang dagangan
berpindah kepada PE, maka penghasilan yang diatribusikan adalah selisih
pendapatan dengan biaya.
Asumsi yang digunakan dalam menerapkan pendekatan arm’s length oleh otoritas pajak :
1. PE dan bagian perusahaan yang lain adalah entitas yang terpisah, dan
2. Negara yang berkontrak harus menentukan harga yang mungkin akan dicharged oleh
entitas satu sama lain untuk :
a. Barang dan jasa dan
b. Sumber daya perusahaan yang digunakan bersama
Seolah seperti jika mereka beroperasi penuh dan independen sebagai perusahaan tidak
terkendali.
Pengeluaran yang dapat dikurangkan (Deductible Expenditure)
Dalam menentukan Profit dari PE, diperbolehkan untuk mengurangkan beban-beban berkaitan
dengan PE, termasuk beban eksekutif dan administrasi umum yang terjadi di tempat PE berada.
Batasan dari pendekatan entitas terpisah muncul seiring dengan adanya kontrak internal antara
induk dengan PE, batasan dan permasalahan tersebut adalah :
1. Apakah pembayaran oleh PE kepada induknya atau sebaliknya dapat dikurangkan?
2. Jika bisa, berapa yang dapat dikurangkan? Apakah hanya sebatas costatau termasukprofit?
Terdapat tiga skenario mengenai ketentuan internal services, sebagai berikut:
1. Jasa tersebutmerupakanbagian dari perdagangan umum atau bisnis dari keseluruhan
perusahaan.
Fee jasa tersebut dapat dikurangkan oleh PE, terumasuk markup profit yang dihitung
berdasarkan basis arm’s length atau harga pasar wajar.
2. Jasa tersebut merupakan aktivitas utama dari satu penyedia PE.
Elemen profit bisa diikutsertakan dalam service fee yang dibebankan oleh PE ketika jasa
tersebut dilaksanakan oleh PE yang menghasilkan manfaat nyata kepada perusahaan dan
biaya jasa yang disediakan merepresentasikan bagian signifikan dari beban-beban
perusahaan.
Artinya, PE yang menyediakan jasa tersebut memang aktivitas utamanya adalah
menyelenggarakan jasa tersebut sehingga boleh untuk mengurangkan biaya termasuk
keuntungan yang dibebankan oleh PE dengan syarat bahwa jasa tersebut memang
bermanfaat dan merepresentasikan bagian signifikan dan beban-beban perusahaan.
3. Jasa tersebut mungkin disediakan sebagai bagian dari aktivitas manajemen umum
dari induknya.
Jika jasa tersebut hanya sebatas aktivitas manajemen umum dari induknya, maka biaya
penyediaan jasa tersebut dapat dialokasikan kepada bagian dari perusahaan yang menerima
manfaatnya dan tidak termasuk keuntungannya.
Pasal 7(3) menjelaskan mengenai semua overhead langsung dan tidak langsung yang dapat
diatribusikan secara wajar kepada PE. Pembagian atas beban-beban tidak langsung
dilakukan melalui alat-alat akuntansi konvensional seperti ratio PE terhadap induknya.
Contoh :
1. Beban Bunga Pinjaman, dalam Penjelasan OECD Model DTA Pasal 7, dipisahkan :
a. Jika pemberi pinjaman bisnisnya bukan penyediaan pinjaman komersial, beban bunga
tidak diperbolehkan sebagai pengurangan bagi peminjam intra-entitas (peminjam masih
dapat satu entitas yang sama dengan pemberi pinjaman).
b. Jika pemberi pinjaman adalah bank atau institusi finansial, dimana bisnisnya adalah
menyalurkan pinjaman, maka beban bunga berdasarkan tingkat bunga wajar terhadap
pinjaman tersebut dapat dibebankan kepada peminjam (entah PE atau Induknya).
2. Beban Royalti, dalam Penjelasan OECD Model DTA jelas menyebutkan tidak boleh
dibebankan segala macam pembayaran royalty untuk intra-entitas.
3. Beban iklan worldwide yang dilakukan oleh induk untuk kepentingan PEnya, termausk beban
iklan yang dilakukan di negara tempat PEnya berada, dapat dibebankan oleh Induk kepada
PE menggunakan alokasi proporsi, karena hubungan langsung antara beban pemasaran
dan penjualan masing-masing PE, alokasi biaya pemasaran kantor pusat untuk setiap PE
berdasarkan rasio turnover di atas tampaknya tepat.
4. Beban training yang dialami oleh Induknya untuk kepentingan eksekutif dari berbagai macam
PE diseluruh dunia dapat dialokasikan berdasarkan basis rasio antara beban gaji eksekutif
masing-masing PE terhadap total beban gaji eksekutif perusahaan secara keseluruhan.
Agents (Independent)
Penting untuk diingat bahwa agen disini adalah suatu entitas yang cukup terpisah dari entitas
perusahaan dan agen tersebut hampir pasti akan menjalankan bisnisnya sendiri dengan maksud
untuk mendapatkan keuntungan.
Permasalahan utamanya adalah berapa penghasilan perusahaan di negara R yang dihasilkan
dari menjalankan bisnis melalui PE tersebut di negara S, yang diatribusikan kepada PE tersebut.
(perlu diingat bahwa agent ini adalah entitas terpisah, mungkin mempunyai bisnisnya sendiri dan
mencari keuntungan sehingga tidak bisa untuk mengatribusikan seluruh penghasilannya sebagai
PE, penghasilan sebagai PE hanya sebatas pada bisnis yang dijalankan dalam rangka sebagai
PE dari perusahaan luar negeri tersebut).
Metode alokasi atau atribusi penghasilan :
1. Jika agen adalah memproses barang di negara S untuk perusahaan induk. Profit yang
diatribusikan kepada PE adalah nilai yang ditambahkan (value added) pada barang tersebut
berdasarkan pemrosesan dikurangkan biaya untuk perusahaan yang melakukan
pemrosesan tersebut. Metode ini disebut metode langsung, dan akan diadopsi entah profit
keseluruhan atau pendekatan entitas independent yang digunakan. Dalam hal pendekatan
entitas independen digunakan, barang-barang harus dijual dengan laba secara keseluruhan
kepada perusahaan sebelum dapat dikatakan sebagai laba yang dikaitkan dengan
permanent establishment.
2. Metode tidak langsung, berdasarkan pembagian worldwide profit (total profit) dari
enterprise kepada PE. Metode ini menganggap bahwa keseluruhan entitas hukum adalah
satu kesatuan dan penghasilan dari tiap divisi atau cabang (setelah menghilangkan transaksi
intra-entitas) digabungkan menjadi satu. Penghasilan agregat tersebut kemudian
dialokasikan kepada komponen-komponen entitas berdasarkan hubungan aktivitas
individual terhadap total aktivitas dari entitas. Artinya, enterprise dianggap telah
menghasilkan profit keseluruhan atas aktivitas bisnisnya (beberapa dilakukan oleh PE)
sebelum profit bisa diatribusikan kepada PE. Metode ini hanya diperbolehkan bila berlaku
umum di negara S dan tidak bertentangan denga ketentuan pasal 7.
Purchasing Offices
Ketentuan ini berlaku hanya untuk PE yang menjalankan bisnis di negara S dan melakukan
aktivitas pembelian untuk induknya. Apabila hanya menjalankan aktivitas pembelian saja, hal
tersebut tidak cukup mengindikasikan hubungan ekonomis yang signifikan sehingga bukan PE.
Ketentuan ini memastikan bahwa untuk profit dari PE tidak ditambahkan apabila berasal dari
aktivitas pembelian untuk bagian lain dari perusahaan dan beban-beban terkait juga tidak boleh
dibebankan.
Consistent methodology
Wajib pajak tidak diperbolehkan untuk mengadopsi metode alokasi profit yang berbeda dari tahun
ke tahun dengan tujuan memanipulasi pajak terutang. Ketentuan ini memastikan bahwa metode
atribusi langsung melibatkan penyesuaian akun finansial dan penentuan beban yang dapat
dibebankan tidak berubah-ubah serta adminitrasi pajak tidak bisa mengubah metode tidak
langsung ke metode langsung untuk menentukan profit.
Subordination Pasal 7
Untuk ketentuan lain dalam DTA untuk jenis penghasilan yang juga merupakan business profit
sesuai pasal 7, maka ketentuan lain tersebut dapat mengesampingkan ketentuan pasal 7.
International Transportasion
Pasal 8 OECD Model DTA menekankan mengenai transportasi internasional atas orang dan
barang termasuk transportasi melalui perairan darat, laut, dan udara.
Dalam hal penentuan residen, suatu negara mungkin akan mengklaim pajak atas seluruh profit
yang dihasilkan oleh shipping company karena perusahaan tersebut terdaftar disana atau
berkedudukan disana, dimana negara lain juga akan melakukan hal yang sama karena kantor
pusat perusahaan shipping berada di wilayah juridiksinya. Untuk perusahaan airlines, juga sama
karena sumber profitnya berasal dari penumpang yang naik ke pesawat atau karena penjualan
tiket berasal dari suatu negara.
Dalam pasal 8 OECD Model DTA, disebutkan jelas untuk menangani permasalahan pada
perusahaan transportasi internasional, negara yang mempunyai hak pajak atas profit yang
dihasilkan oleh perusahaan tersebut adalah negara dimana tempat manajemen efektif berada,
yaitu tempat pengambilan keputusan manajemen kunci dan keputusan komerisial yang
diperlukan untuk menjalankan bisnisnya diambil.
Penentuan hak pajak atas profit perusahaan transportasi internasional :
1. Profit dari operasi kapal dan pesawat dalam internasional traffic hanya dapat dikenai pajak
di negara yang berkontrak dimana tempat manajemen efektif berada.
2. Profit dari operasi perahu dalam transportasi perairan darat hanya dapat dikenai pajak di
negara yang berkontrak dimana tempat manajemen efektif berada.
3. Jika tempat manajemen efektif dari perusahaan shipping dan transportasi darat tidak dapat
ditentukan atau berada di atas kapal atau perahu, maka ditentukan berdasarkan tempat
pelabuha rumah(home harbour) dari kapal atau perahu tersebut. Jika tetap tidak ada, maka
ditentukan berdasarkan residensi dari operator kapal atau perahu.
Contoh adalah dalam transportasi perairan darat yang dijalankan oleh orang pribadi di
eropa (venice), maka tempat manajemen efektifnya adalah diatas perahu yang bergerak
sehingga tidak jelas tempat menejemen efektifnya, oleh sebab itu ditentukan tempat
manajemen efektifnya adalah home harbour dari perahu tersebut karena umumnya tiap
perahu maupun kapal memiliki home harbour tetapi jika tidak, maka menggunakan residen
dari operator yaitu pemilik perahu tersebut yang juga merupakan operator perahu.
4. Ketentuan ini juga berlaku untuk profit dari participation in a poll, a joint busniness or an
international operating agency. Hal ini disebabkan karena untuk transportasi internasional
umumnya tidak dijalankan sendirian melainkan bekerja sama dengan beberapa pihak.

More Related Content

What's hot

Laporan keuangan konsolidasi-metode harga perolehan
Laporan keuangan konsolidasi-metode harga perolehanLaporan keuangan konsolidasi-metode harga perolehan
Laporan keuangan konsolidasi-metode harga perolehanahmad aniq azharoni
 
Laporan audit manajemen pada kpn pelopor donggala (jiantari c 301 09 013)
Laporan audit manajemen pada kpn pelopor donggala (jiantari c 301 09 013)Laporan audit manajemen pada kpn pelopor donggala (jiantari c 301 09 013)
Laporan audit manajemen pada kpn pelopor donggala (jiantari c 301 09 013)Jiantari Marthen
 
Obligasi konversi - akuntansi bagian 2 a
Obligasi konversi - akuntansi bagian 2 aObligasi konversi - akuntansi bagian 2 a
Obligasi konversi - akuntansi bagian 2 aFuturum2
 
AKL 2 Pemilikan Tidak Langsung
AKL 2 Pemilikan Tidak LangsungAKL 2 Pemilikan Tidak Langsung
AKL 2 Pemilikan Tidak LangsungAdi Jauhari
 
Akuntansi Keuangan 2 - Ekuitas
Akuntansi Keuangan 2 - EkuitasAkuntansi Keuangan 2 - Ekuitas
Akuntansi Keuangan 2 - EkuitasLusi Mei
 
Bab 10 evaluasi pusat investasi
Bab 10 evaluasi pusat investasi Bab 10 evaluasi pusat investasi
Bab 10 evaluasi pusat investasi apryani rahmawati
 
Kunci jawaban bab 8 teori akuntansi suwardjono
Kunci jawaban bab 8 teori akuntansi suwardjonoKunci jawaban bab 8 teori akuntansi suwardjono
Kunci jawaban bab 8 teori akuntansi suwardjonoHerna Ferari
 
Instrumen Keuangan Derivatif, Akuntansi Lindung Nilai, PSAK 60: Pengungkapan ...
Instrumen Keuangan Derivatif, Akuntansi Lindung Nilai, PSAK 60: Pengungkapan ...Instrumen Keuangan Derivatif, Akuntansi Lindung Nilai, PSAK 60: Pengungkapan ...
Instrumen Keuangan Derivatif, Akuntansi Lindung Nilai, PSAK 60: Pengungkapan ...Prabowo Putra
 
Kunci jawaban bab 9 teori akuntansi suwardjono
Kunci jawaban bab 9 teori akuntansi suwardjonoKunci jawaban bab 9 teori akuntansi suwardjono
Kunci jawaban bab 9 teori akuntansi suwardjonoHerna Ferari
 
Pemilikan tidak langsung & saling memiliki saham
Pemilikan tidak langsung & saling memiliki sahamPemilikan tidak langsung & saling memiliki saham
Pemilikan tidak langsung & saling memiliki sahamDiah Arini Retno Sari
 
AKL 2 Konsolidasi dengan metode ekuitas
AKL 2 Konsolidasi dengan metode ekuitasAKL 2 Konsolidasi dengan metode ekuitas
AKL 2 Konsolidasi dengan metode ekuitasRendra Safa'at
 
Kebijakan akuntansi, perubahan estimasi akuntansi & kesalahan
Kebijakan akuntansi, perubahan estimasi akuntansi & kesalahanKebijakan akuntansi, perubahan estimasi akuntansi & kesalahan
Kebijakan akuntansi, perubahan estimasi akuntansi & kesalahanGendro Budi Purnomo
 
Soal kasus-pph-badan
Soal kasus-pph-badanSoal kasus-pph-badan
Soal kasus-pph-badanwahyana
 
Laporan keuangan konsolidasi-metode ekuitas
Laporan keuangan konsolidasi-metode ekuitasLaporan keuangan konsolidasi-metode ekuitas
Laporan keuangan konsolidasi-metode ekuitasahmad aniq azharoni
 
pusat-laba
pusat-labapusat-laba
pusat-labab3randal
 
Transaksi mata uang asing pertemuan ke 7
Transaksi mata uang asing pertemuan ke 7Transaksi mata uang asing pertemuan ke 7
Transaksi mata uang asing pertemuan ke 7Manik Ryad
 

What's hot (20)

Laporan keuangan konsolidasi-metode harga perolehan
Laporan keuangan konsolidasi-metode harga perolehanLaporan keuangan konsolidasi-metode harga perolehan
Laporan keuangan konsolidasi-metode harga perolehan
 
Laporan audit manajemen pada kpn pelopor donggala (jiantari c 301 09 013)
Laporan audit manajemen pada kpn pelopor donggala (jiantari c 301 09 013)Laporan audit manajemen pada kpn pelopor donggala (jiantari c 301 09 013)
Laporan audit manajemen pada kpn pelopor donggala (jiantari c 301 09 013)
 
Obligasi konversi - akuntansi bagian 2 a
Obligasi konversi - akuntansi bagian 2 aObligasi konversi - akuntansi bagian 2 a
Obligasi konversi - akuntansi bagian 2 a
 
AKL 2 Pemilikan Tidak Langsung
AKL 2 Pemilikan Tidak LangsungAKL 2 Pemilikan Tidak Langsung
AKL 2 Pemilikan Tidak Langsung
 
Akuntansi Keuangan 2 - Ekuitas
Akuntansi Keuangan 2 - EkuitasAkuntansi Keuangan 2 - Ekuitas
Akuntansi Keuangan 2 - Ekuitas
 
Bab 10 evaluasi pusat investasi
Bab 10 evaluasi pusat investasi Bab 10 evaluasi pusat investasi
Bab 10 evaluasi pusat investasi
 
Kunci jawaban bab 8 teori akuntansi suwardjono
Kunci jawaban bab 8 teori akuntansi suwardjonoKunci jawaban bab 8 teori akuntansi suwardjono
Kunci jawaban bab 8 teori akuntansi suwardjono
 
Instrumen Keuangan Derivatif, Akuntansi Lindung Nilai, PSAK 60: Pengungkapan ...
Instrumen Keuangan Derivatif, Akuntansi Lindung Nilai, PSAK 60: Pengungkapan ...Instrumen Keuangan Derivatif, Akuntansi Lindung Nilai, PSAK 60: Pengungkapan ...
Instrumen Keuangan Derivatif, Akuntansi Lindung Nilai, PSAK 60: Pengungkapan ...
 
Kunci jawaban bab 9 teori akuntansi suwardjono
Kunci jawaban bab 9 teori akuntansi suwardjonoKunci jawaban bab 9 teori akuntansi suwardjono
Kunci jawaban bab 9 teori akuntansi suwardjono
 
Pemilikan tidak langsung & saling memiliki saham
Pemilikan tidak langsung & saling memiliki sahamPemilikan tidak langsung & saling memiliki saham
Pemilikan tidak langsung & saling memiliki saham
 
AKL 2 Konsolidasi dengan metode ekuitas
AKL 2 Konsolidasi dengan metode ekuitasAKL 2 Konsolidasi dengan metode ekuitas
AKL 2 Konsolidasi dengan metode ekuitas
 
Laporan audit bentu baku
Laporan audit bentu bakuLaporan audit bentu baku
Laporan audit bentu baku
 
Subsequent events
Subsequent eventsSubsequent events
Subsequent events
 
Kebijakan akuntansi, perubahan estimasi akuntansi & kesalahan
Kebijakan akuntansi, perubahan estimasi akuntansi & kesalahanKebijakan akuntansi, perubahan estimasi akuntansi & kesalahan
Kebijakan akuntansi, perubahan estimasi akuntansi & kesalahan
 
Soal kasus-pph-badan
Soal kasus-pph-badanSoal kasus-pph-badan
Soal kasus-pph-badan
 
Laporan keuangan konsolidasi-metode ekuitas
Laporan keuangan konsolidasi-metode ekuitasLaporan keuangan konsolidasi-metode ekuitas
Laporan keuangan konsolidasi-metode ekuitas
 
pusat-laba
pusat-labapusat-laba
pusat-laba
 
Efisiensi Pasar Modal dan Saham
Efisiensi Pasar Modal dan SahamEfisiensi Pasar Modal dan Saham
Efisiensi Pasar Modal dan Saham
 
Eva dan roi
Eva dan roiEva dan roi
Eva dan roi
 
Transaksi mata uang asing pertemuan ke 7
Transaksi mata uang asing pertemuan ke 7Transaksi mata uang asing pertemuan ke 7
Transaksi mata uang asing pertemuan ke 7
 

Similar to OPTIMASI PROFIT PERMANENT ESTABLISHMENT

Pajak Internasional atas Dividen
Pajak Internasional atas DividenPajak Internasional atas Dividen
Pajak Internasional atas DividenIlham Sousuke
 
Hubungan Istimewa (associated enterprises) dalam Pajak Internasional
Hubungan Istimewa (associated enterprises) dalam Pajak InternasionalHubungan Istimewa (associated enterprises) dalam Pajak Internasional
Hubungan Istimewa (associated enterprises) dalam Pajak InternasionalIlham Sousuke
 
PPT MPJK MATERI 5.pptx
PPT MPJK MATERI 5.pptxPPT MPJK MATERI 5.pptx
PPT MPJK MATERI 5.pptxAdrianHanda2
 
Modul rekonsiliasi-fiskal
Modul rekonsiliasi-fiskalModul rekonsiliasi-fiskal
Modul rekonsiliasi-fiskalYABES HULU
 
AKT_Pajak,Maghfury,Suryanih,PSAK46,STIAMI Tangerang
AKT_Pajak,Maghfury,Suryanih,PSAK46,STIAMI TangerangAKT_Pajak,Maghfury,Suryanih,PSAK46,STIAMI Tangerang
AKT_Pajak,Maghfury,Suryanih,PSAK46,STIAMI TangerangHabibie Reza
 
Pajak Internasional atas Capital Gain (Pengalihan Aset Tetap)
Pajak Internasional atas Capital Gain (Pengalihan Aset Tetap)Pajak Internasional atas Capital Gain (Pengalihan Aset Tetap)
Pajak Internasional atas Capital Gain (Pengalihan Aset Tetap)Ilham Sousuke
 
ALFIAOKTAVIANI_AKTPAJAK_SURYANIH_PSAK46_STIAMITANGERANG_CA116222093
ALFIAOKTAVIANI_AKTPAJAK_SURYANIH_PSAK46_STIAMITANGERANG_CA116222093ALFIAOKTAVIANI_AKTPAJAK_SURYANIH_PSAK46_STIAMITANGERANG_CA116222093
ALFIAOKTAVIANI_AKTPAJAK_SURYANIH_PSAK46_STIAMITANGERANG_CA116222093Alfia Oktaviani
 
Pajak Internasional atas Jasa Independen
Pajak Internasional atas Jasa IndependenPajak Internasional atas Jasa Independen
Pajak Internasional atas Jasa IndependenIlham Sousuke
 
MEYSI_RESYANTI_AKTPAJAK_SURYANIH_PSAK46_STIAMITANGERANG
MEYSI_RESYANTI_AKTPAJAK_SURYANIH_PSAK46_STIAMITANGERANGMEYSI_RESYANTI_AKTPAJAK_SURYANIH_PSAK46_STIAMITANGERANG
MEYSI_RESYANTI_AKTPAJAK_SURYANIH_PSAK46_STIAMITANGERANGMeysi Resyanti
 
Perencanaan pajak internasional
Perencanaan pajak internasionalPerencanaan pajak internasional
Perencanaan pajak internasional20ianpratama
 
konsep dasar pajakinternasional.pdf
konsep dasar pajakinternasional.pdfkonsep dasar pajakinternasional.pdf
konsep dasar pajakinternasional.pdfSeptianaNugraha2
 
Pajak Penghasilan Pasal 24 (Penghasilan Luar Negeri) - by Riki Ardoni
Pajak Penghasilan Pasal 24 (Penghasilan Luar Negeri) - by Riki ArdoniPajak Penghasilan Pasal 24 (Penghasilan Luar Negeri) - by Riki Ardoni
Pajak Penghasilan Pasal 24 (Penghasilan Luar Negeri) - by Riki ArdoniRiki Ardoni
 
konsep dasar pajakinternasional.pdf
konsep dasar pajakinternasional.pdfkonsep dasar pajakinternasional.pdf
konsep dasar pajakinternasional.pdfipoelservices
 
Keringanan Pajak (Tax Relief) dalam Pajak Internasional
Keringanan Pajak (Tax Relief) dalam Pajak InternasionalKeringanan Pajak (Tax Relief) dalam Pajak Internasional
Keringanan Pajak (Tax Relief) dalam Pajak InternasionalIlham Sousuke
 
Revisi Tugas Kelompok 2_Perpajakan.pptx
Revisi Tugas Kelompok 2_Perpajakan.pptxRevisi Tugas Kelompok 2_Perpajakan.pptx
Revisi Tugas Kelompok 2_Perpajakan.pptxmatius7
 
Konsep dasar pajak internasional by lutfi ardhani,dkk
Konsep dasar pajak internasional by lutfi ardhani,dkkKonsep dasar pajak internasional by lutfi ardhani,dkk
Konsep dasar pajak internasional by lutfi ardhani,dkkLutfi Ardhani
 
AKT_PAJAK, TANTO CHANDRA, SURYANIH, STIAMI, PSAK 46
AKT_PAJAK, TANTO CHANDRA, SURYANIH, STIAMI, PSAK 46AKT_PAJAK, TANTO CHANDRA, SURYANIH, STIAMI, PSAK 46
AKT_PAJAK, TANTO CHANDRA, SURYANIH, STIAMI, PSAK 46TANTO CHANDRA
 
AKT_PAJAK, TANTO CHANDRA, SURYANIH, STIAMI, PSAK46
AKT_PAJAK, TANTO CHANDRA, SURYANIH, STIAMI, PSAK46AKT_PAJAK, TANTO CHANDRA, SURYANIH, STIAMI, PSAK46
AKT_PAJAK, TANTO CHANDRA, SURYANIH, STIAMI, PSAK46TANTO CHANDRA
 

Similar to OPTIMASI PROFIT PERMANENT ESTABLISHMENT (20)

Pajak Internasional atas Dividen
Pajak Internasional atas DividenPajak Internasional atas Dividen
Pajak Internasional atas Dividen
 
Hubungan Istimewa (associated enterprises) dalam Pajak Internasional
Hubungan Istimewa (associated enterprises) dalam Pajak InternasionalHubungan Istimewa (associated enterprises) dalam Pajak Internasional
Hubungan Istimewa (associated enterprises) dalam Pajak Internasional
 
PPT MPJK MATERI 5.pptx
PPT MPJK MATERI 5.pptxPPT MPJK MATERI 5.pptx
PPT MPJK MATERI 5.pptx
 
Modul rekonsiliasi-fiskal
Modul rekonsiliasi-fiskalModul rekonsiliasi-fiskal
Modul rekonsiliasi-fiskal
 
AKT_Pajak,Maghfury,Suryanih,PSAK46,STIAMI Tangerang
AKT_Pajak,Maghfury,Suryanih,PSAK46,STIAMI TangerangAKT_Pajak,Maghfury,Suryanih,PSAK46,STIAMI Tangerang
AKT_Pajak,Maghfury,Suryanih,PSAK46,STIAMI Tangerang
 
Pajak Internasional atas Capital Gain (Pengalihan Aset Tetap)
Pajak Internasional atas Capital Gain (Pengalihan Aset Tetap)Pajak Internasional atas Capital Gain (Pengalihan Aset Tetap)
Pajak Internasional atas Capital Gain (Pengalihan Aset Tetap)
 
ALFIAOKTAVIANI_AKTPAJAK_SURYANIH_PSAK46_STIAMITANGERANG_CA116222093
ALFIAOKTAVIANI_AKTPAJAK_SURYANIH_PSAK46_STIAMITANGERANG_CA116222093ALFIAOKTAVIANI_AKTPAJAK_SURYANIH_PSAK46_STIAMITANGERANG_CA116222093
ALFIAOKTAVIANI_AKTPAJAK_SURYANIH_PSAK46_STIAMITANGERANG_CA116222093
 
Pajak Internasional atas Jasa Independen
Pajak Internasional atas Jasa IndependenPajak Internasional atas Jasa Independen
Pajak Internasional atas Jasa Independen
 
MEYSI_RESYANTI_AKTPAJAK_SURYANIH_PSAK46_STIAMITANGERANG
MEYSI_RESYANTI_AKTPAJAK_SURYANIH_PSAK46_STIAMITANGERANGMEYSI_RESYANTI_AKTPAJAK_SURYANIH_PSAK46_STIAMITANGERANG
MEYSI_RESYANTI_AKTPAJAK_SURYANIH_PSAK46_STIAMITANGERANG
 
Ai 12
Ai 12Ai 12
Ai 12
 
Perencanaan pajak internasional
Perencanaan pajak internasionalPerencanaan pajak internasional
Perencanaan pajak internasional
 
konsep dasar pajakinternasional.pdf
konsep dasar pajakinternasional.pdfkonsep dasar pajakinternasional.pdf
konsep dasar pajakinternasional.pdf
 
Pajak Penghasilan Pasal 24 (Penghasilan Luar Negeri) - by Riki Ardoni
Pajak Penghasilan Pasal 24 (Penghasilan Luar Negeri) - by Riki ArdoniPajak Penghasilan Pasal 24 (Penghasilan Luar Negeri) - by Riki Ardoni
Pajak Penghasilan Pasal 24 (Penghasilan Luar Negeri) - by Riki Ardoni
 
konsep dasar pajakinternasional.pdf
konsep dasar pajakinternasional.pdfkonsep dasar pajakinternasional.pdf
konsep dasar pajakinternasional.pdf
 
Keringanan Pajak (Tax Relief) dalam Pajak Internasional
Keringanan Pajak (Tax Relief) dalam Pajak InternasionalKeringanan Pajak (Tax Relief) dalam Pajak Internasional
Keringanan Pajak (Tax Relief) dalam Pajak Internasional
 
Revisi Tugas Kelompok 2_Perpajakan.pptx
Revisi Tugas Kelompok 2_Perpajakan.pptxRevisi Tugas Kelompok 2_Perpajakan.pptx
Revisi Tugas Kelompok 2_Perpajakan.pptx
 
Konsep dasar pajak internasional by lutfi ardhani,dkk
Konsep dasar pajak internasional by lutfi ardhani,dkkKonsep dasar pajak internasional by lutfi ardhani,dkk
Konsep dasar pajak internasional by lutfi ardhani,dkk
 
AKT_PAJAK, TANTO CHANDRA, SURYANIH, STIAMI, PSAK 46
AKT_PAJAK, TANTO CHANDRA, SURYANIH, STIAMI, PSAK 46AKT_PAJAK, TANTO CHANDRA, SURYANIH, STIAMI, PSAK 46
AKT_PAJAK, TANTO CHANDRA, SURYANIH, STIAMI, PSAK 46
 
AKT_PAJAK, TANTO CHANDRA, SURYANIH, STIAMI, PSAK46
AKT_PAJAK, TANTO CHANDRA, SURYANIH, STIAMI, PSAK46AKT_PAJAK, TANTO CHANDRA, SURYANIH, STIAMI, PSAK46
AKT_PAJAK, TANTO CHANDRA, SURYANIH, STIAMI, PSAK46
 
Psak 46-pajak-penghasilan
Psak 46-pajak-penghasilanPsak 46-pajak-penghasilan
Psak 46-pajak-penghasilan
 

More from Ilham Sousuke

(Pert 14) chapter 20
(Pert 14) chapter 20(Pert 14) chapter 20
(Pert 14) chapter 20Ilham Sousuke
 
Pajak Internasional atas Penghasilan dari Aset Tidak Bergerak
Pajak Internasional atas Penghasilan dari Aset Tidak BergerakPajak Internasional atas Penghasilan dari Aset Tidak Bergerak
Pajak Internasional atas Penghasilan dari Aset Tidak BergerakIlham Sousuke
 
Pajak Internasional atas Bunga
Pajak Internasional atas BungaPajak Internasional atas Bunga
Pajak Internasional atas BungaIlham Sousuke
 
Residensi dalam Pajak Internasional
Residensi dalam Pajak InternasionalResidensi dalam Pajak Internasional
Residensi dalam Pajak InternasionalIlham Sousuke
 
Lingkup Material dalam Pajak Internasional
Lingkup Material dalam Pajak InternasionalLingkup Material dalam Pajak Internasional
Lingkup Material dalam Pajak InternasionalIlham Sousuke
 
Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda
Perjanjian Penghindaran Pajak BergandaPerjanjian Penghindaran Pajak Berganda
Perjanjian Penghindaran Pajak BergandaIlham Sousuke
 
Kedudukan Hukum dan Interpretasi P3B
Kedudukan Hukum dan Interpretasi P3BKedudukan Hukum dan Interpretasi P3B
Kedudukan Hukum dan Interpretasi P3BIlham Sousuke
 
Pajak Berganda dalam Pajak Internasional
Pajak Berganda dalam Pajak InternasionalPajak Berganda dalam Pajak Internasional
Pajak Berganda dalam Pajak InternasionalIlham Sousuke
 
Pajak Internasional atas Royalti
Pajak Internasional atas RoyaltiPajak Internasional atas Royalti
Pajak Internasional atas RoyaltiIlham Sousuke
 
Mengenal Pajak Internasional
Mengenal Pajak InternasionalMengenal Pajak Internasional
Mengenal Pajak InternasionalIlham Sousuke
 
(Pert 7) bab 20 audit payroll and personnel cycles
(Pert 7) bab 20 audit payroll and personnel cycles(Pert 7) bab 20 audit payroll and personnel cycles
(Pert 7) bab 20 audit payroll and personnel cyclesIlham Sousuke
 
(Pert 6) bab 22 siklus akuisisi capital dan repayment
(Pert 6) bab 22 siklus akuisisi capital dan repayment(Pert 6) bab 22 siklus akuisisi capital dan repayment
(Pert 6) bab 22 siklus akuisisi capital dan repaymentIlham Sousuke
 
(Pert 6) bab 21 siklus inventory dan warehousing
(Pert 6) bab 21 siklus inventory dan warehousing(Pert 6) bab 21 siklus inventory dan warehousing
(Pert 6) bab 21 siklus inventory dan warehousingIlham Sousuke
 
(Pert 5) bab 19 penyelesaian siklus akuisisi dan pemabayaran
(Pert 5) bab 19 penyelesaian siklus akuisisi dan pemabayaran(Pert 5) bab 19 penyelesaian siklus akuisisi dan pemabayaran
(Pert 5) bab 19 penyelesaian siklus akuisisi dan pemabayaranIlham Sousuke
 
(Pert 4) bab 15 penyelesaian siklus penjualan dan penagihan
(Pert 4) bab 15 penyelesaian siklus penjualan dan penagihan(Pert 4) bab 15 penyelesaian siklus penjualan dan penagihan
(Pert 4) bab 15 penyelesaian siklus penjualan dan penagihanIlham Sousuke
 
(Pert 5) bab 18 siklus akuisisi dan pembayaran
(Pert 5) bab 18 siklus akuisisi dan pembayaran(Pert 5) bab 18 siklus akuisisi dan pembayaran
(Pert 5) bab 18 siklus akuisisi dan pembayaranIlham Sousuke
 
(Pert 4) bab 14 siklus penjualan dan penagihan test of control & substa...
(Pert 4) bab 14 siklus penjualan dan penagihan   test of control & substa...(Pert 4) bab 14 siklus penjualan dan penagihan   test of control & substa...
(Pert 4) bab 14 siklus penjualan dan penagihan test of control & substa...Ilham Sousuke
 
(Pert 3) bab 24 penyelesaian audit
(Pert 3) bab 24 penyelesaian audit(Pert 3) bab 24 penyelesaian audit
(Pert 3) bab 24 penyelesaian auditIlham Sousuke
 
(Pert 3) bab 8 perencanaan audit dan prosedur analitis
(Pert 3) bab 8 perencanaan audit dan prosedur analitis(Pert 3) bab 8 perencanaan audit dan prosedur analitis
(Pert 3) bab 8 perencanaan audit dan prosedur analitisIlham Sousuke
 

More from Ilham Sousuke (20)

(Pert 14) chapter 20
(Pert 14) chapter 20(Pert 14) chapter 20
(Pert 14) chapter 20
 
Pajak Internasional atas Penghasilan dari Aset Tidak Bergerak
Pajak Internasional atas Penghasilan dari Aset Tidak BergerakPajak Internasional atas Penghasilan dari Aset Tidak Bergerak
Pajak Internasional atas Penghasilan dari Aset Tidak Bergerak
 
Pajak Internasional atas Bunga
Pajak Internasional atas BungaPajak Internasional atas Bunga
Pajak Internasional atas Bunga
 
Residensi dalam Pajak Internasional
Residensi dalam Pajak InternasionalResidensi dalam Pajak Internasional
Residensi dalam Pajak Internasional
 
Lingkup Material dalam Pajak Internasional
Lingkup Material dalam Pajak InternasionalLingkup Material dalam Pajak Internasional
Lingkup Material dalam Pajak Internasional
 
Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda
Perjanjian Penghindaran Pajak BergandaPerjanjian Penghindaran Pajak Berganda
Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda
 
Kedudukan Hukum dan Interpretasi P3B
Kedudukan Hukum dan Interpretasi P3BKedudukan Hukum dan Interpretasi P3B
Kedudukan Hukum dan Interpretasi P3B
 
Stuktur P3B
Stuktur P3BStuktur P3B
Stuktur P3B
 
Pajak Berganda dalam Pajak Internasional
Pajak Berganda dalam Pajak InternasionalPajak Berganda dalam Pajak Internasional
Pajak Berganda dalam Pajak Internasional
 
Pajak Internasional atas Royalti
Pajak Internasional atas RoyaltiPajak Internasional atas Royalti
Pajak Internasional atas Royalti
 
Mengenal Pajak Internasional
Mengenal Pajak InternasionalMengenal Pajak Internasional
Mengenal Pajak Internasional
 
(Pert 7) bab 20 audit payroll and personnel cycles
(Pert 7) bab 20 audit payroll and personnel cycles(Pert 7) bab 20 audit payroll and personnel cycles
(Pert 7) bab 20 audit payroll and personnel cycles
 
(Pert 6) bab 22 siklus akuisisi capital dan repayment
(Pert 6) bab 22 siklus akuisisi capital dan repayment(Pert 6) bab 22 siklus akuisisi capital dan repayment
(Pert 6) bab 22 siklus akuisisi capital dan repayment
 
(Pert 6) bab 21 siklus inventory dan warehousing
(Pert 6) bab 21 siklus inventory dan warehousing(Pert 6) bab 21 siklus inventory dan warehousing
(Pert 6) bab 21 siklus inventory dan warehousing
 
(Pert 5) bab 19 penyelesaian siklus akuisisi dan pemabayaran
(Pert 5) bab 19 penyelesaian siklus akuisisi dan pemabayaran(Pert 5) bab 19 penyelesaian siklus akuisisi dan pemabayaran
(Pert 5) bab 19 penyelesaian siklus akuisisi dan pemabayaran
 
(Pert 4) bab 15 penyelesaian siklus penjualan dan penagihan
(Pert 4) bab 15 penyelesaian siklus penjualan dan penagihan(Pert 4) bab 15 penyelesaian siklus penjualan dan penagihan
(Pert 4) bab 15 penyelesaian siklus penjualan dan penagihan
 
(Pert 5) bab 18 siklus akuisisi dan pembayaran
(Pert 5) bab 18 siklus akuisisi dan pembayaran(Pert 5) bab 18 siklus akuisisi dan pembayaran
(Pert 5) bab 18 siklus akuisisi dan pembayaran
 
(Pert 4) bab 14 siklus penjualan dan penagihan test of control & substa...
(Pert 4) bab 14 siklus penjualan dan penagihan   test of control & substa...(Pert 4) bab 14 siklus penjualan dan penagihan   test of control & substa...
(Pert 4) bab 14 siklus penjualan dan penagihan test of control & substa...
 
(Pert 3) bab 24 penyelesaian audit
(Pert 3) bab 24 penyelesaian audit(Pert 3) bab 24 penyelesaian audit
(Pert 3) bab 24 penyelesaian audit
 
(Pert 3) bab 8 perencanaan audit dan prosedur analitis
(Pert 3) bab 8 perencanaan audit dan prosedur analitis(Pert 3) bab 8 perencanaan audit dan prosedur analitis
(Pert 3) bab 8 perencanaan audit dan prosedur analitis
 

Recently uploaded

tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxmawan5982
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau tripletMelianaJayasaputra
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASreskosatrio1
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDmawan5982
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdfShintaNovianti1
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...MarwanAnugrah
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfElaAditya
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Abdiera
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaNadia Putri Ayu
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxalalfardilah
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisNazla aulia
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsAdePutraTunggali
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxarnisariningsih98
 

Recently uploaded (20)

tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public Relations
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
 

OPTIMASI PROFIT PERMANENT ESTABLISHMENT

  • 1. Business Profit Pengenalan Setelah mengatahui sebuah perusahaan mempunyai Permanent Establishment, permasalahan selanjutnya adalah menghitung profit dari PE. Keuntungan PE mungkin dimanipulasi oleh biaya barang dan jasa antara kantor pusat entitas dan PE-nya. Sumber pendapatan PE paling tidak terbagi menjadi dua, yaitu :  Pendapatan PE yang dipengaruhi oleh nilai penjualan grup perusahaan di suatu negara yang dilakukan melalui Permanent Establishment dan  Penjualan yang dilakukan langsung dari luar negeri ke pelanggan di negara di mana PE berada. Chapter ini membahas mengenai : 1. Bagaimana alokasi keuntungan kepada PE menggunakan pendekatan UN Model dan OECD Model DTA. 2. Perbedaan metode langsung dan tidak langsung dan waktu penggunaannya. 3. Hubungan pasal 7 dengan pasal yang lainnya. 4. Ketentuan DTA untuk penghasilan dari international air traffic. Penerapan Hukum Domestik Pada dasarnya, jika diketahui bahwa suatu penghasilan bersumber dari negara S, maka: a. ketentuan pajak domestik akan berlaku untuk menentukan jumlah yang dikenakan pajak (taxable amount), yaitu. penghasilan kotor yang diperoleh dari negara sumber dikurangi dengan biaya-biaya yang diperbolehkan untuk menghasilkan net amount yang akan dikenakan tariff pajak di negara S. atau b. dalam beberapa kasus, pajak terutang hanya dihitung berdasarkan persentase dari penghasilan kotor. Contohnya perusahaan asuransi atau reasuransi luar negeri tanpa adanya kehadiran di negara S (pasal 26). Ketentuan tersebut dapat dikesampingkan oleh ketentuan DTA. Persyaratan Permanent Establishment di Negara Sumber Dalam pasal 7, OECDModel DTA, disebutkan bahwa profit dari perusahaan asing hanya terutang pajak di negaranya saja (negara R) kecuali bila perusahaan tersebut menjalankan bisnisnya dinegara lain melalui permanent establishment.
  • 2. Arti “Profits” Dalam penjelasan OECD Model DTA, Profit mempunyai arti yang luas dan mencakup semua penghasilan yang diperoleh dalam menjalankan perusahaan sehingga sesuai dengan ketentuan interpretasi, maka pengertian “Profits” mengikuti ketentuan domestik negara bersangkutan. Pasal 7(2) OECD Model DTA hanya menjelaskan atribusi profit kepada PE dan tidak berlaku untuk kerugian (losses). Suatu penghasilan dapat diklasifikasikan sebagai laba usaha harus berkaitan dengan kegiatan usaha. Terdapat beberapa pendapat/putusan terkait penghasilan dari kegiatan usaha yang dapat diklasifikasikan sebagai laba usaha : a. Kegiatan penjualan saham merupakan suatu kegiatan usaha b. Investasi di bidang perumahan di Kanada oleh agen penjual berlian di New York bukan merupakan kegiatan usaha. c. Pembelian kulit dan pemotongan hewan di Botswana dan persiapan untuk menjual dan mengirimkan kulit yang dilakukan oleh perusahaan termasuk pengertian kegiatan usaha dari perusahaan. d. Penghasilan deviden tidak termasuk dalam lingkup kegiatan usaha Arti “Enterprise” Arti kata “Enterprise” tidak disebutkan dengan jelas dalam OECD Model DTA karena biasanya interpretasi kata tersebut dikaitkan dengan ketentuan hukum domestik dari negara yang berkontrak. Dalam OECD Model DTA hanya disebutkan bisnis enterprise (pasal 5 dan 7) serta penerapan kata “Enterprise” (pasal 3 ayat 1c dan d). Pada dasarnya, suatu entitas menjalankan perusahaan dan entitas itu memperoleh laba. Dalam DTA, suatu perusahaan disebut menjalankan bisnis dan dapat memiliki PE. Gagasan ini tidak dapat terjadi dalam pengertian hukum, tetapi DTA merujuk pada ide dalam pengertian akuntansi. Hubungan dengan negara sumber Penghasilan PE, terutang pajak hanya di negara tempat PE berada karena adanya tingkat partisipasi dengan kehidupan ekonomi negara sumber dan hubungan antara negara sumber dengan aktivitas PE yang menghasilkan income. Oleh sebab itu, penghasilan PE yang dikenai pajak dinegara sumber hanyalah untuk penghasilan yang diatribusikan kepada PE tersebut.
  • 3. Jika suatu transaksi oleh PE tidak punya hubungan partisipan dengan ekonomi negara Sumber seperti ekspor atau jasa dari negara R ke negara S, maka tidak terutang pajak di negara S. Alokasi Profit Kepada Permanent Establishment Ketika perusahaan R mempuyai PE di negara S, Negara Sumber berhak atas pajak terhadap profit yang diperoleh dari wilayah juridiksinya dan mempunyai hak terlebih dahulu untuk mengenakan pajak atas profit tersebut. Jika negara R mengenakan pajak berbasis world-wide income, maka ia akan memberikan relief untuk pajak yang sudah dibayar di negara sumber. Jumlah yang diatribusikan kepada PE sangat dipengaruhi oleh transaksi antara PE dengan induknya di negara R dan PE dengan divisi lain atau afiliasi di negara lain. Alokasi tesebut akan mempengaruhi pengumpulan pajak dari masing-masing negara (berhubungan terbalik). 1. Berkurangnya Profit PE >> bertambahnya profit dari induk atau divisi atau afiliasi lain >> mengurangi klaim pajak negara S dan meningkatkan klaim pajak di negara R atau negara lain. 2. Bertambahnya Profit PE >> berkurangnya profit dari induk atau divisi atau afiliasi lain >> meningkatkan klaim pajak negara S dan mengurangi klaim pajak di negara R atau negara lain. Keputusan Perusahaan R atas tinggi rendahnya pajak atas profit dari PE bergantung pada tarif pajak (tax rate) negara S terhadap negara R. Hal ini dapat dilakukan melalui manipulasi dengan transaksi antara PE dengan induknya atau afiliasi di negara lain untuk menggeser profit ke dalam atau keluar negara S. Ketentuan perpajakan atas profit dari PE diatur masing-masing menggunakan ketentuan domestik kecuali bila kedua belah pihak terikat pada DTA atau P3B. Kekuatan daya Tarik (Force of Attraction) Dalam UN Model DTA, terdapat ketentuan mengenai kekuatan daya Tarik, yang digunakan untuk mencegah non-residen yang memiliki PE di negara S dari menjalankan suatu transaksi yang sebaliknya akan dijalankan melalui PE (artinya transaksi dilakukan langsung oleh induk dan bukan melalui PE meskipun perusahaan tersebut mempunyai PE di negara tersebut). Kegiatan penghindaran ini sangat mungkin terjadi pada OECD Model DTA karena pendapatan dari transaksi tidak akan dikaitkan dengan PE non-residen di negara S. Namun, untuk mengatasi kemungkinan penghindaran tersebut, UN Model DTA memungkinkan negara S untuk
  • 4. mengenakan pajak atas keuntungan dari penjualan PE dan kegiatan bisnis lainnya oleh induk yang dijalankan di negara S yang sama atau serupa dengan yang dilakukan melalui PE (ketentuan magnet). Contoh : Sebuah perusahaan multinasional B, residen Belgium (Negara R), punya cabang di Nigeria (Negara S) dimana ia menjalankan bisnis melalui cabang tersebut. Cabang tersebut termasuk dalam PE menurut DTA antara keduanya. Oleh sebab itu, berdasarkan pasal 7(1) : 1. Profit dari cabang perusahaan B terutang pajak di Nigeria (Negara S) 2. Jika perusahaan B melakukan penjualan langsung dari induk di Beligum ke Nigeria, tanpa melalui cabang di Nigeria, maka penghasilan yang diperoleh akan dikenai pajak di Nigeria sesuai dengan ketentuan DTA berdasarkan Model UN. Measurement of Profit Ketentuan pajak domestik masing-masing mempunyai ketentuan yang berbeda. Contoh : a. Satu negara mungkin akan memasukkan item sebagai dasar penghasilan yang dikenakan pajak sedangkan negara lain akan mengeluarkan item tersebut dari pendapatan. b. Satu negara mungkin akan mempebolehkan pengurangan tertentu sedangkan negara lain tidak memperbolehkan pengurangan tersebut. Oleh sebab itu tidak akan ada sinkronisasi jumlah profit yang dikenakan pajak di negara R. Hal ini berpengaruh pada jumlah kredit pajak yang tidak merefleksikan jumlah penghasilan yang sama yang digunakan untuk menghitung pajak di Negara R (ada kemungkinan kredit pajak tersebut melebihi pajak terutang di negara R atau sebaliknya). Ketentuan relief dalam pasal 23 disini hanyalah sebatas sebagai estimasi wajar untuk mengurangi juridical double taxation. Arm’s Length Pricing Dalam pasal 7(2) OECD Model DTA, disebutkan untuk transaksi antara induk dengan PE, harus diatribusikan profit tersebut sesuai yang seharusnya diterima atau diperoleh apabila transaksi tersebut dilakukan tanpa adanya hubungan istimewa atau dilakukan kepada entitas terpisah independen. Hal ini disebabkan karena PE dengan induk merupakan satu kesatuan entitas sehingga mereka tidak dapat secara hukum melakukan transaksi bisnis. Oleh karena itu tidak mungkin bagi kantor pusat dan PE untuk mengadakan hubungan hukum yang tepat atau adil
  • 5. sehubungan dengan (transfer pricing), misalnya, penjualan barang, peminjaman monet atau pemberian paten. Oleh sebab itu, dalam pasal 7(2) ditekankan mengenai pendekatan entitas terpisah untuk menangani transaksi semacam itu. Contoh : 1. Ketika perusahaan induk mengirim barang dagangan ke PE, apakah perusahaan induk mengakuinya sebagai pendapatan? Mengingat transaksi tersebut adalah transaksi internal. 2. Ketika perusahaan induk mengirim aset tetap ke PE, apakah perusahaan mencatatdalam nilai buku atau nilai pasar wajar? Oleh sebab itu, untuk kondisi diatas, pendekatan yang digunakan dalam menghitung penghasilan yang dikenakan pajak adalah menggunakan pendepatan harga pasar wajar. Kriteria yang digunakan : 1. Perusahaan terpisah dan berbeda, merupakan metode langsung pemisahan akuntansi oleh PE, yang menerapkan transaksi arm;s length, artinya PE harus diperlakukan seperti terpisah terhadap induknya. Pendekatan arm’s length ini digunakan untuk menentukan profit yang diatribusikan kepada PE. 2. Aktivitas yang samaatau mirip, mengharuskan untuk melihat aktivitas yang dilakukan oleh PE. Contohnya Company R memproduksi sepeda, ditransfer ke PE di negara S. Jika PE adalah agen penjualan atau distributor, maka pendekatan arm’s length mengharuskan untuk menentukan komisi penjualan seperti jika penjualan dilakukan oleh entitas independen.  Jika PE diperlakukan secara terpisah tetapi kepemilikan legal barang dagangan tidak berpindah kepada PE, maka penghasilan yang diatribusikan adalah komisi penjualan.  Jika PE adalah distributor, profit PE dihitung dengan mengurangi penjualan dengan harga grosir  Jika PE diperlakukan secara terpisah dan kepemilikan legal barang dagangan berpindah kepada PE, maka penghasilan yang diatribusikan adalah selisih pendapatan dengan biaya.
  • 6. Asumsi yang digunakan dalam menerapkan pendekatan arm’s length oleh otoritas pajak : 1. PE dan bagian perusahaan yang lain adalah entitas yang terpisah, dan 2. Negara yang berkontrak harus menentukan harga yang mungkin akan dicharged oleh entitas satu sama lain untuk : a. Barang dan jasa dan b. Sumber daya perusahaan yang digunakan bersama Seolah seperti jika mereka beroperasi penuh dan independen sebagai perusahaan tidak terkendali. Pengeluaran yang dapat dikurangkan (Deductible Expenditure) Dalam menentukan Profit dari PE, diperbolehkan untuk mengurangkan beban-beban berkaitan dengan PE, termasuk beban eksekutif dan administrasi umum yang terjadi di tempat PE berada. Batasan dari pendekatan entitas terpisah muncul seiring dengan adanya kontrak internal antara induk dengan PE, batasan dan permasalahan tersebut adalah : 1. Apakah pembayaran oleh PE kepada induknya atau sebaliknya dapat dikurangkan? 2. Jika bisa, berapa yang dapat dikurangkan? Apakah hanya sebatas costatau termasukprofit? Terdapat tiga skenario mengenai ketentuan internal services, sebagai berikut: 1. Jasa tersebutmerupakanbagian dari perdagangan umum atau bisnis dari keseluruhan perusahaan. Fee jasa tersebut dapat dikurangkan oleh PE, terumasuk markup profit yang dihitung berdasarkan basis arm’s length atau harga pasar wajar. 2. Jasa tersebut merupakan aktivitas utama dari satu penyedia PE. Elemen profit bisa diikutsertakan dalam service fee yang dibebankan oleh PE ketika jasa tersebut dilaksanakan oleh PE yang menghasilkan manfaat nyata kepada perusahaan dan biaya jasa yang disediakan merepresentasikan bagian signifikan dari beban-beban perusahaan. Artinya, PE yang menyediakan jasa tersebut memang aktivitas utamanya adalah menyelenggarakan jasa tersebut sehingga boleh untuk mengurangkan biaya termasuk keuntungan yang dibebankan oleh PE dengan syarat bahwa jasa tersebut memang bermanfaat dan merepresentasikan bagian signifikan dan beban-beban perusahaan.
  • 7. 3. Jasa tersebut mungkin disediakan sebagai bagian dari aktivitas manajemen umum dari induknya. Jika jasa tersebut hanya sebatas aktivitas manajemen umum dari induknya, maka biaya penyediaan jasa tersebut dapat dialokasikan kepada bagian dari perusahaan yang menerima manfaatnya dan tidak termasuk keuntungannya. Pasal 7(3) menjelaskan mengenai semua overhead langsung dan tidak langsung yang dapat diatribusikan secara wajar kepada PE. Pembagian atas beban-beban tidak langsung dilakukan melalui alat-alat akuntansi konvensional seperti ratio PE terhadap induknya. Contoh : 1. Beban Bunga Pinjaman, dalam Penjelasan OECD Model DTA Pasal 7, dipisahkan : a. Jika pemberi pinjaman bisnisnya bukan penyediaan pinjaman komersial, beban bunga tidak diperbolehkan sebagai pengurangan bagi peminjam intra-entitas (peminjam masih dapat satu entitas yang sama dengan pemberi pinjaman). b. Jika pemberi pinjaman adalah bank atau institusi finansial, dimana bisnisnya adalah menyalurkan pinjaman, maka beban bunga berdasarkan tingkat bunga wajar terhadap pinjaman tersebut dapat dibebankan kepada peminjam (entah PE atau Induknya). 2. Beban Royalti, dalam Penjelasan OECD Model DTA jelas menyebutkan tidak boleh dibebankan segala macam pembayaran royalty untuk intra-entitas. 3. Beban iklan worldwide yang dilakukan oleh induk untuk kepentingan PEnya, termausk beban iklan yang dilakukan di negara tempat PEnya berada, dapat dibebankan oleh Induk kepada PE menggunakan alokasi proporsi, karena hubungan langsung antara beban pemasaran dan penjualan masing-masing PE, alokasi biaya pemasaran kantor pusat untuk setiap PE berdasarkan rasio turnover di atas tampaknya tepat. 4. Beban training yang dialami oleh Induknya untuk kepentingan eksekutif dari berbagai macam PE diseluruh dunia dapat dialokasikan berdasarkan basis rasio antara beban gaji eksekutif masing-masing PE terhadap total beban gaji eksekutif perusahaan secara keseluruhan. Agents (Independent) Penting untuk diingat bahwa agen disini adalah suatu entitas yang cukup terpisah dari entitas perusahaan dan agen tersebut hampir pasti akan menjalankan bisnisnya sendiri dengan maksud untuk mendapatkan keuntungan.
  • 8. Permasalahan utamanya adalah berapa penghasilan perusahaan di negara R yang dihasilkan dari menjalankan bisnis melalui PE tersebut di negara S, yang diatribusikan kepada PE tersebut. (perlu diingat bahwa agent ini adalah entitas terpisah, mungkin mempunyai bisnisnya sendiri dan mencari keuntungan sehingga tidak bisa untuk mengatribusikan seluruh penghasilannya sebagai PE, penghasilan sebagai PE hanya sebatas pada bisnis yang dijalankan dalam rangka sebagai PE dari perusahaan luar negeri tersebut). Metode alokasi atau atribusi penghasilan : 1. Jika agen adalah memproses barang di negara S untuk perusahaan induk. Profit yang diatribusikan kepada PE adalah nilai yang ditambahkan (value added) pada barang tersebut berdasarkan pemrosesan dikurangkan biaya untuk perusahaan yang melakukan pemrosesan tersebut. Metode ini disebut metode langsung, dan akan diadopsi entah profit keseluruhan atau pendekatan entitas independent yang digunakan. Dalam hal pendekatan entitas independen digunakan, barang-barang harus dijual dengan laba secara keseluruhan kepada perusahaan sebelum dapat dikatakan sebagai laba yang dikaitkan dengan permanent establishment. 2. Metode tidak langsung, berdasarkan pembagian worldwide profit (total profit) dari enterprise kepada PE. Metode ini menganggap bahwa keseluruhan entitas hukum adalah satu kesatuan dan penghasilan dari tiap divisi atau cabang (setelah menghilangkan transaksi intra-entitas) digabungkan menjadi satu. Penghasilan agregat tersebut kemudian dialokasikan kepada komponen-komponen entitas berdasarkan hubungan aktivitas individual terhadap total aktivitas dari entitas. Artinya, enterprise dianggap telah menghasilkan profit keseluruhan atas aktivitas bisnisnya (beberapa dilakukan oleh PE) sebelum profit bisa diatribusikan kepada PE. Metode ini hanya diperbolehkan bila berlaku umum di negara S dan tidak bertentangan denga ketentuan pasal 7. Purchasing Offices Ketentuan ini berlaku hanya untuk PE yang menjalankan bisnis di negara S dan melakukan aktivitas pembelian untuk induknya. Apabila hanya menjalankan aktivitas pembelian saja, hal tersebut tidak cukup mengindikasikan hubungan ekonomis yang signifikan sehingga bukan PE. Ketentuan ini memastikan bahwa untuk profit dari PE tidak ditambahkan apabila berasal dari aktivitas pembelian untuk bagian lain dari perusahaan dan beban-beban terkait juga tidak boleh dibebankan.
  • 9. Consistent methodology Wajib pajak tidak diperbolehkan untuk mengadopsi metode alokasi profit yang berbeda dari tahun ke tahun dengan tujuan memanipulasi pajak terutang. Ketentuan ini memastikan bahwa metode atribusi langsung melibatkan penyesuaian akun finansial dan penentuan beban yang dapat dibebankan tidak berubah-ubah serta adminitrasi pajak tidak bisa mengubah metode tidak langsung ke metode langsung untuk menentukan profit. Subordination Pasal 7 Untuk ketentuan lain dalam DTA untuk jenis penghasilan yang juga merupakan business profit sesuai pasal 7, maka ketentuan lain tersebut dapat mengesampingkan ketentuan pasal 7. International Transportasion Pasal 8 OECD Model DTA menekankan mengenai transportasi internasional atas orang dan barang termasuk transportasi melalui perairan darat, laut, dan udara. Dalam hal penentuan residen, suatu negara mungkin akan mengklaim pajak atas seluruh profit yang dihasilkan oleh shipping company karena perusahaan tersebut terdaftar disana atau berkedudukan disana, dimana negara lain juga akan melakukan hal yang sama karena kantor pusat perusahaan shipping berada di wilayah juridiksinya. Untuk perusahaan airlines, juga sama karena sumber profitnya berasal dari penumpang yang naik ke pesawat atau karena penjualan tiket berasal dari suatu negara. Dalam pasal 8 OECD Model DTA, disebutkan jelas untuk menangani permasalahan pada perusahaan transportasi internasional, negara yang mempunyai hak pajak atas profit yang dihasilkan oleh perusahaan tersebut adalah negara dimana tempat manajemen efektif berada, yaitu tempat pengambilan keputusan manajemen kunci dan keputusan komerisial yang diperlukan untuk menjalankan bisnisnya diambil. Penentuan hak pajak atas profit perusahaan transportasi internasional : 1. Profit dari operasi kapal dan pesawat dalam internasional traffic hanya dapat dikenai pajak di negara yang berkontrak dimana tempat manajemen efektif berada. 2. Profit dari operasi perahu dalam transportasi perairan darat hanya dapat dikenai pajak di negara yang berkontrak dimana tempat manajemen efektif berada. 3. Jika tempat manajemen efektif dari perusahaan shipping dan transportasi darat tidak dapat ditentukan atau berada di atas kapal atau perahu, maka ditentukan berdasarkan tempat
  • 10. pelabuha rumah(home harbour) dari kapal atau perahu tersebut. Jika tetap tidak ada, maka ditentukan berdasarkan residensi dari operator kapal atau perahu. Contoh adalah dalam transportasi perairan darat yang dijalankan oleh orang pribadi di eropa (venice), maka tempat manajemen efektifnya adalah diatas perahu yang bergerak sehingga tidak jelas tempat menejemen efektifnya, oleh sebab itu ditentukan tempat manajemen efektifnya adalah home harbour dari perahu tersebut karena umumnya tiap perahu maupun kapal memiliki home harbour tetapi jika tidak, maka menggunakan residen dari operator yaitu pemilik perahu tersebut yang juga merupakan operator perahu. 4. Ketentuan ini juga berlaku untuk profit dari participation in a poll, a joint busniness or an international operating agency. Hal ini disebabkan karena untuk transportasi internasional umumnya tidak dijalankan sendirian melainkan bekerja sama dengan beberapa pihak.