SlideShare a Scribd company logo
1 of 2
PERSPNAL AND MATERIAL SCOPE OF DOUBLE TAX TREATIES
Introduction
DTA menawarkan benefit kepada wajib pajak ketimbang mengenakan beban. Keberadaan
DTA juga membatasi kemampuan negara sumber untuk mengenakan pajak kepada non-residen
dari ketentuan pajak domestiknya.
Beberapa aspek penting yang perlu dipahami
1. Personal Scope
Pasal 1 (Persons covered) dalam OECDModel DTA, disebutkan bahwa DTAakan dikenakan
terhadap orang yang menjadi residen di satu atau kedua negara yang berkontrak.
 Kata “Shall” (akan), bersifat absolut, dimana agar dapat memanfaatkan ketentuan DTA,
wajib pajak harus “seorang” dan juga “residen” dari negara yang berkontrak.
 Kata “persons”(orang), artinya termasukindividu, perusahaan, dan badan orang lainnya.
Ini tidak bersifat eksklusif dimana entitas lainnya diluar 3 tersebut, dapat juga menjadi
definisi “orang”. Contohnya partnership, trustees of a trust.
 Kata “Company”,artinya setiap badan perusahaan atau setiap entitas yang diperlakukan
sama seperti badan perusahaan untuk tujuan pajak. Bagian ini hanya ditujukan untuk
memahami arti kata “persons”.
 Setelah memahami entitas “persons”, persons tersebut harus merupakan residen dari
salah satu negara yang berkontrak. Jika persons tersebut adalah residen dalam hukum
domestic negara yang berkontrak, maka ia akan menjadi residen sesuai pasal 1.
2. Attribution of income
Penghasilan harus diatribusikan kepada seorang (persons) untuk menentukan
 siapa yang terutang pajak atau dibebaskan pajak,
 siapa yang berhak untuk mengkredtikan pajak yang dibayar diluar negeri, dan
 siapa yang berhak untuk meng-klaim benefit dari DTA.
 Selain itu, juga digunakan untuk menentukan DTA yang diterapkan atas penghasilan
yang diterima/diperoleh dalam situasi tertentu.
Hukum pajak domestic biasanya digunakan, namun, kadang juga tunduk pada hukum dari
negara residen untuk menentukan atribusi penghasilan.
Masalah timbul jika pajak terutang dihitung berdasarkan keadaan satu orang, tapi orang
yang berbeda yang membayar pajaknya. Hal ini terjadi pada
 trust dimana penghasilannya dialokasikan kepada trustee dan beneficiaries tapi trustee
yang membayar pajaknya. Masalah ini biasanya diatasi dengan ketentuan tertentu.
Contoh dalam DTA New Zealand dengan South Africa, disebutkan
o Pasal 3(2) – trustee yang menjadi subjek pajak di negara yang berkontrak
diperlakukan sama dengan beneficiaries owner dari deviden, bunga, dan royalty.
o Pasal 7(6) – ketika beneficiary adalah residen dari New Zealand, bagian dari
business profit perusahaan yang dipunyai oleh trustee di South Africa melalui
permanent establishment, dianggap seperti business yang dipunyai oleh residen
New Zealand di South Africa melalui permanent establishment.
Masalah ini timbul akibat perbedaan prinsip yang digunakan oleh negara yang
berkontrak. Satu negara mungkin focus pada kepemilikan hukum atas penghasilan,
dimana negara yang satunya akan focus pada kepemilikan ekonomisnya. Dalam kasus
trust, trustie mungkin punya kepemilikan hukum atas penghasilan, sedangkan
beneficiaries mempunyai kepemilikan ekonomis atas penghasilan yang diperoleh trust.
 Partnership, beberapa negara menetapkan partnership sebagai entitas pajak
sedangkan negara lain mengadopsi pendekatan fiscal transparency yang tidak
menghiraukan partnership namun memperlakukan partners sebagai subjek pajak.
Dalam pasal 4(1) OECD Model DTA, partnership tidak terutang pajak sehingga tidak
bisa menjadi residen dari negara yang berkontrak.
3. Territorial Scope
DTA biasanya menegaskan negara yang berkontrak dan teritori dimana DTA akan
diterapkan. Biasanya menyebubkan nama negara di beberapa pasal. Contohnya dalam
pasal 23 (eliminasi pajak berganda) dimana tiap negara harus disebutkan secara jelas
karena mereka menggunakan mekanisme relief yang berbeda untuk tiap negara.
Menentukan batas negara yang tidak punya wilayah laut mungkin mudah (landlocked
country) tetapi untuk negara yang mempunyai laut luar (coastal states) menjadi lebih rumit.
Dalam UNCLOS, disebutkan wilayah teritori suatu negara termasuk :
 laut territorial yang membentang 12 mil dari garis pantai.
 Landas kontinen termasuk seabed dan subsoil. Hal ini digunakan untuk menentukan
apakah aktivitas eksplirasi minyak dan gas di lepas pantai termasuk bentuk permanent
establishment.
 DTA juga mengikutsertakan wilayah udara diatas teritori negara.
4. Tax Covered
Judul standar DTA berbicara mengenai pajak penghasilan dan capital sehingga pajak
terhadap kedua hal tersebut berada dalam lingkup DTA. Penjelasan pasal 2 OECD Model
DTA menyebutkan bahwa pasal tersebut bertujuan untuk menetapkan terminology dan
nomenklatur yang lebih mudah diterima dan tepat. Hal ini bertujuan untuk menghindari
keharusan membuat perjanjian baru ketika hukum domestic negara yang berkontrak
dimodifikasi kecuali bila modifikasi tersebut signifikan.
 Pasal 2(1) mengantisipasi lingkup material luas yang jatuh kedalam DTA
 Pasal 2(2) mempertimbangkan pengenaan semua pajak atas penghasilan dan capital
 Pasal 2(3) mengizinkan tiap negara untuk menegaskan secara spesifik pajak yang ada
disaat DTA dibuat dan masuk dalam cakupan DTA
 Pasal 2(4) proaktif agar DTA tetap dilaksanakan tanpa perlu perubahan dan negosiasi
ulang atas jenis pajak baru/ pajak yang mirip karena sudah dicakup oleh DTA
Social security dan sejenisnya dimana pengenaannya ada hubungan langsung dengan
penerima benefit tidak dimasukkan dalam pasal 2 DTA

More Related Content

What's hot

(Pert 14) chapter 20
(Pert 14) chapter 20(Pert 14) chapter 20
(Pert 14) chapter 20Ilham Sousuke
 
perpajakan internasional
 perpajakan internasional  perpajakan internasional
perpajakan internasional Asep suryadi
 
Tax treaty indonesia korea selatan
Tax treaty indonesia   korea selatanTax treaty indonesia   korea selatan
Tax treaty indonesia korea selatanRina Noviyanti
 
Pajak Internasional atas Penghasilan dari Aset Tidak Bergerak
Pajak Internasional atas Penghasilan dari Aset Tidak BergerakPajak Internasional atas Penghasilan dari Aset Tidak Bergerak
Pajak Internasional atas Penghasilan dari Aset Tidak BergerakIlham Sousuke
 
Makalah pajak internasional
Makalah pajak internasionalMakalah pajak internasional
Makalah pajak internasionalebethha
 
BAB 10 PAJAK INTERNASIONAL
BAB 10 PAJAK INTERNASIONALBAB 10 PAJAK INTERNASIONAL
BAB 10 PAJAK INTERNASIONALEmilia Wati
 
Pajak Internasional atas Capital Gain (Pengalihan Aset Tetap)
Pajak Internasional atas Capital Gain (Pengalihan Aset Tetap)Pajak Internasional atas Capital Gain (Pengalihan Aset Tetap)
Pajak Internasional atas Capital Gain (Pengalihan Aset Tetap)Ilham Sousuke
 
Persekutuan komanditer (cv)
Persekutuan komanditer (cv)Persekutuan komanditer (cv)
Persekutuan komanditer (cv)Starren Screamo
 
Daftar aturan pajak terbaru
Daftar aturan pajak terbaruDaftar aturan pajak terbaru
Daftar aturan pajak terbaruArif Mulyono
 
Kel 8-hukum-pajak-international
Kel 8-hukum-pajak-internationalKel 8-hukum-pajak-international
Kel 8-hukum-pajak-internationalhartantoahock
 
Pajak Internasional atas Jasa Independen
Pajak Internasional atas Jasa IndependenPajak Internasional atas Jasa Independen
Pajak Internasional atas Jasa IndependenIlham Sousuke
 
Persekutuan Komanditer CV
Persekutuan Komanditer CVPersekutuan Komanditer CV
Persekutuan Komanditer CVArif Winahyu
 

What's hot (14)

(Pert 14) chapter 20
(Pert 14) chapter 20(Pert 14) chapter 20
(Pert 14) chapter 20
 
perpajakan internasional
 perpajakan internasional  perpajakan internasional
perpajakan internasional
 
Tax treaty indonesia korea selatan
Tax treaty indonesia   korea selatanTax treaty indonesia   korea selatan
Tax treaty indonesia korea selatan
 
Pajak Internasional atas Penghasilan dari Aset Tidak Bergerak
Pajak Internasional atas Penghasilan dari Aset Tidak BergerakPajak Internasional atas Penghasilan dari Aset Tidak Bergerak
Pajak Internasional atas Penghasilan dari Aset Tidak Bergerak
 
Makalah pajak internasional
Makalah pajak internasionalMakalah pajak internasional
Makalah pajak internasional
 
BAB 10 PAJAK INTERNASIONAL
BAB 10 PAJAK INTERNASIONALBAB 10 PAJAK INTERNASIONAL
BAB 10 PAJAK INTERNASIONAL
 
Perbedaan spln dan spdn
Perbedaan spln dan spdnPerbedaan spln dan spdn
Perbedaan spln dan spdn
 
Pajak Internasional atas Capital Gain (Pengalihan Aset Tetap)
Pajak Internasional atas Capital Gain (Pengalihan Aset Tetap)Pajak Internasional atas Capital Gain (Pengalihan Aset Tetap)
Pajak Internasional atas Capital Gain (Pengalihan Aset Tetap)
 
Persekutuan komanditer (cv)
Persekutuan komanditer (cv)Persekutuan komanditer (cv)
Persekutuan komanditer (cv)
 
Daftar aturan pajak terbaru
Daftar aturan pajak terbaruDaftar aturan pajak terbaru
Daftar aturan pajak terbaru
 
Kel 8-hukum-pajak-international
Kel 8-hukum-pajak-internationalKel 8-hukum-pajak-international
Kel 8-hukum-pajak-international
 
Pajak Internasional atas Jasa Independen
Pajak Internasional atas Jasa IndependenPajak Internasional atas Jasa Independen
Pajak Internasional atas Jasa Independen
 
Persekutuan Komanditer CV
Persekutuan Komanditer CVPersekutuan Komanditer CV
Persekutuan Komanditer CV
 
CV / Commanditaire vennootschap
CV / Commanditaire vennootschapCV / Commanditaire vennootschap
CV / Commanditaire vennootschap
 

Similar to DTA PERSONAL AND MATERIAL SCOPE

Contoh makalah hukum pajak
Contoh makalah hukum pajakContoh makalah hukum pajak
Contoh makalah hukum pajakaidilsukri
 
Pajak Internasional atas Laba Usaha (Bussiness Profit)
Pajak Internasional atas Laba Usaha (Bussiness Profit)Pajak Internasional atas Laba Usaha (Bussiness Profit)
Pajak Internasional atas Laba Usaha (Bussiness Profit)Ilham Sousuke
 
Model of Double Tax Convention and Structure of Tax Treaties
Model of Double Tax Convention and Structure of Tax TreatiesModel of Double Tax Convention and Structure of Tax Treaties
Model of Double Tax Convention and Structure of Tax TreatiesDinny Gamalasari
 
Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda
Perjanjian Penghindaran Pajak BergandaPerjanjian Penghindaran Pajak Berganda
Perjanjian Penghindaran Pajak BergandaIlham Sousuke
 
Pajak Internasional atas Dividen
Pajak Internasional atas DividenPajak Internasional atas Dividen
Pajak Internasional atas DividenIlham Sousuke
 
Tax Treaty Indonesia - Korea Selatan
Tax Treaty Indonesia  - Korea SelatanTax Treaty Indonesia  - Korea Selatan
Tax Treaty Indonesia - Korea SelatanRina Noviyanti
 
Pajak Internasional atas Royalti
Pajak Internasional atas RoyaltiPajak Internasional atas Royalti
Pajak Internasional atas RoyaltiIlham Sousuke
 
Kedudukan Hukum dan Interpretasi P3B
Kedudukan Hukum dan Interpretasi P3BKedudukan Hukum dan Interpretasi P3B
Kedudukan Hukum dan Interpretasi P3BIlham Sousuke
 
UU No. 36 th 2008 Pajak Penghasilan - Penjelasan
UU No. 36  th 2008  Pajak Penghasilan -  PenjelasanUU No. 36  th 2008  Pajak Penghasilan -  Penjelasan
UU No. 36 th 2008 Pajak Penghasilan - PenjelasanChairudin NR
 
serba serbi pajak di Indonesia
serba serbi pajak di Indonesiaserba serbi pajak di Indonesia
serba serbi pajak di IndonesiaJulham Efendi
 
Modul Pengantar Perpajakan - Rudi Ginting.pdf
Modul Pengantar Perpajakan - Rudi Ginting.pdfModul Pengantar Perpajakan - Rudi Ginting.pdf
Modul Pengantar Perpajakan - Rudi Ginting.pdfLili Fajri Dailimi
 
Transfer pricing - harta aset tak berwujud
Transfer pricing - harta aset tak berwujudTransfer pricing - harta aset tak berwujud
Transfer pricing - harta aset tak berwujudFuturum2
 
FIQH ZAKAT Materi 6 : Perbedaan zakat & pajak
FIQH ZAKAT Materi 6 : Perbedaan zakat & pajakFIQH ZAKAT Materi 6 : Perbedaan zakat & pajak
FIQH ZAKAT Materi 6 : Perbedaan zakat & pajakAhmad Haris Miftah
 
Slide HEI 6. (KAEDAH DASAR PRINSIP HEI).pptx
Slide HEI 6.  (KAEDAH DASAR  PRINSIP HEI).pptxSlide HEI 6.  (KAEDAH DASAR  PRINSIP HEI).pptx
Slide HEI 6. (KAEDAH DASAR PRINSIP HEI).pptxFajri71
 

Similar to DTA PERSONAL AND MATERIAL SCOPE (20)

Contoh makalah hukum pajak
Contoh makalah hukum pajakContoh makalah hukum pajak
Contoh makalah hukum pajak
 
Pajak Internasional atas Laba Usaha (Bussiness Profit)
Pajak Internasional atas Laba Usaha (Bussiness Profit)Pajak Internasional atas Laba Usaha (Bussiness Profit)
Pajak Internasional atas Laba Usaha (Bussiness Profit)
 
Model of Double Tax Convention and Structure of Tax Treaties
Model of Double Tax Convention and Structure of Tax TreatiesModel of Double Tax Convention and Structure of Tax Treaties
Model of Double Tax Convention and Structure of Tax Treaties
 
Tax blitz 4_Indonesia
Tax blitz 4_IndonesiaTax blitz 4_Indonesia
Tax blitz 4_Indonesia
 
Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda
Perjanjian Penghindaran Pajak BergandaPerjanjian Penghindaran Pajak Berganda
Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda
 
Pajak Internasional atas Dividen
Pajak Internasional atas DividenPajak Internasional atas Dividen
Pajak Internasional atas Dividen
 
Tax Treaty Indonesia - Korea Selatan
Tax Treaty Indonesia  - Korea SelatanTax Treaty Indonesia  - Korea Selatan
Tax Treaty Indonesia - Korea Selatan
 
Pajak Internasional atas Royalti
Pajak Internasional atas RoyaltiPajak Internasional atas Royalti
Pajak Internasional atas Royalti
 
Kedudukan Hukum dan Interpretasi P3B
Kedudukan Hukum dan Interpretasi P3BKedudukan Hukum dan Interpretasi P3B
Kedudukan Hukum dan Interpretasi P3B
 
P3B
P3BP3B
P3B
 
Rekonstruksi Kebijakan P3B Indonesia
Rekonstruksi Kebijakan P3B IndonesiaRekonstruksi Kebijakan P3B Indonesia
Rekonstruksi Kebijakan P3B Indonesia
 
UU No. 36 th 2008 Pajak Penghasilan - Penjelasan
UU No. 36  th 2008  Pajak Penghasilan -  PenjelasanUU No. 36  th 2008  Pajak Penghasilan -  Penjelasan
UU No. 36 th 2008 Pajak Penghasilan - Penjelasan
 
Seminar pajak
Seminar pajakSeminar pajak
Seminar pajak
 
ipn.pptx
ipn.pptxipn.pptx
ipn.pptx
 
HUKUM PAJAK
HUKUM PAJAKHUKUM PAJAK
HUKUM PAJAK
 
serba serbi pajak di Indonesia
serba serbi pajak di Indonesiaserba serbi pajak di Indonesia
serba serbi pajak di Indonesia
 
Modul Pengantar Perpajakan - Rudi Ginting.pdf
Modul Pengantar Perpajakan - Rudi Ginting.pdfModul Pengantar Perpajakan - Rudi Ginting.pdf
Modul Pengantar Perpajakan - Rudi Ginting.pdf
 
Transfer pricing - harta aset tak berwujud
Transfer pricing - harta aset tak berwujudTransfer pricing - harta aset tak berwujud
Transfer pricing - harta aset tak berwujud
 
FIQH ZAKAT Materi 6 : Perbedaan zakat & pajak
FIQH ZAKAT Materi 6 : Perbedaan zakat & pajakFIQH ZAKAT Materi 6 : Perbedaan zakat & pajak
FIQH ZAKAT Materi 6 : Perbedaan zakat & pajak
 
Slide HEI 6. (KAEDAH DASAR PRINSIP HEI).pptx
Slide HEI 6.  (KAEDAH DASAR  PRINSIP HEI).pptxSlide HEI 6.  (KAEDAH DASAR  PRINSIP HEI).pptx
Slide HEI 6. (KAEDAH DASAR PRINSIP HEI).pptx
 

More from Ilham Sousuke

Hubungan Istimewa (associated enterprises) dalam Pajak Internasional
Hubungan Istimewa (associated enterprises) dalam Pajak InternasionalHubungan Istimewa (associated enterprises) dalam Pajak Internasional
Hubungan Istimewa (associated enterprises) dalam Pajak InternasionalIlham Sousuke
 
Bentuk Usaha Tetap dalam Pajak Internasional (Permanent Establishment)
Bentuk Usaha Tetap dalam Pajak Internasional (Permanent Establishment)Bentuk Usaha Tetap dalam Pajak Internasional (Permanent Establishment)
Bentuk Usaha Tetap dalam Pajak Internasional (Permanent Establishment)Ilham Sousuke
 
Pajak Berganda dalam Pajak Internasional
Pajak Berganda dalam Pajak InternasionalPajak Berganda dalam Pajak Internasional
Pajak Berganda dalam Pajak InternasionalIlham Sousuke
 
Mengenal Pajak Internasional
Mengenal Pajak InternasionalMengenal Pajak Internasional
Mengenal Pajak InternasionalIlham Sousuke
 
(Pert 7) bab 20 audit payroll and personnel cycles
(Pert 7) bab 20 audit payroll and personnel cycles(Pert 7) bab 20 audit payroll and personnel cycles
(Pert 7) bab 20 audit payroll and personnel cyclesIlham Sousuke
 
(Pert 6) bab 22 siklus akuisisi capital dan repayment
(Pert 6) bab 22 siklus akuisisi capital dan repayment(Pert 6) bab 22 siklus akuisisi capital dan repayment
(Pert 6) bab 22 siklus akuisisi capital dan repaymentIlham Sousuke
 
(Pert 6) bab 21 siklus inventory dan warehousing
(Pert 6) bab 21 siklus inventory dan warehousing(Pert 6) bab 21 siklus inventory dan warehousing
(Pert 6) bab 21 siklus inventory dan warehousingIlham Sousuke
 
(Pert 5) bab 19 penyelesaian siklus akuisisi dan pemabayaran
(Pert 5) bab 19 penyelesaian siklus akuisisi dan pemabayaran(Pert 5) bab 19 penyelesaian siklus akuisisi dan pemabayaran
(Pert 5) bab 19 penyelesaian siklus akuisisi dan pemabayaranIlham Sousuke
 
(Pert 4) bab 15 penyelesaian siklus penjualan dan penagihan
(Pert 4) bab 15 penyelesaian siklus penjualan dan penagihan(Pert 4) bab 15 penyelesaian siklus penjualan dan penagihan
(Pert 4) bab 15 penyelesaian siklus penjualan dan penagihanIlham Sousuke
 
(Pert 5) bab 18 siklus akuisisi dan pembayaran
(Pert 5) bab 18 siklus akuisisi dan pembayaran(Pert 5) bab 18 siklus akuisisi dan pembayaran
(Pert 5) bab 18 siklus akuisisi dan pembayaranIlham Sousuke
 
(Pert 4) bab 14 siklus penjualan dan penagihan test of control & substa...
(Pert 4) bab 14 siklus penjualan dan penagihan   test of control & substa...(Pert 4) bab 14 siklus penjualan dan penagihan   test of control & substa...
(Pert 4) bab 14 siklus penjualan dan penagihan test of control & substa...Ilham Sousuke
 
(Pert 3) bab 24 penyelesaian audit
(Pert 3) bab 24 penyelesaian audit(Pert 3) bab 24 penyelesaian audit
(Pert 3) bab 24 penyelesaian auditIlham Sousuke
 
(Pert 3) bab 8 perencanaan audit dan prosedur analitis
(Pert 3) bab 8 perencanaan audit dan prosedur analitis(Pert 3) bab 8 perencanaan audit dan prosedur analitis
(Pert 3) bab 8 perencanaan audit dan prosedur analitisIlham Sousuke
 
(Pert 3) bab 13 strategi audit dan program audit
(Pert 3) bab 13 strategi audit dan program audit(Pert 3) bab 13 strategi audit dan program audit
(Pert 3) bab 13 strategi audit dan program auditIlham Sousuke
 
(Pert 2) bab 10 pengendalian internal
(Pert 2) bab 10 pengendalian internal(Pert 2) bab 10 pengendalian internal
(Pert 2) bab 10 pengendalian internalIlham Sousuke
 
(Pert 2) bab 9 materialitas dan risiko audit
(Pert 2) bab 9 materialitas dan risiko audit(Pert 2) bab 9 materialitas dan risiko audit
(Pert 2) bab 9 materialitas dan risiko auditIlham Sousuke
 
(Pert 2) bab 7 bukti audit
(Pert 2) bab 7 bukti audit(Pert 2) bab 7 bukti audit
(Pert 2) bab 7 bukti auditIlham Sousuke
 

More from Ilham Sousuke (17)

Hubungan Istimewa (associated enterprises) dalam Pajak Internasional
Hubungan Istimewa (associated enterprises) dalam Pajak InternasionalHubungan Istimewa (associated enterprises) dalam Pajak Internasional
Hubungan Istimewa (associated enterprises) dalam Pajak Internasional
 
Bentuk Usaha Tetap dalam Pajak Internasional (Permanent Establishment)
Bentuk Usaha Tetap dalam Pajak Internasional (Permanent Establishment)Bentuk Usaha Tetap dalam Pajak Internasional (Permanent Establishment)
Bentuk Usaha Tetap dalam Pajak Internasional (Permanent Establishment)
 
Pajak Berganda dalam Pajak Internasional
Pajak Berganda dalam Pajak InternasionalPajak Berganda dalam Pajak Internasional
Pajak Berganda dalam Pajak Internasional
 
Mengenal Pajak Internasional
Mengenal Pajak InternasionalMengenal Pajak Internasional
Mengenal Pajak Internasional
 
(Pert 7) bab 20 audit payroll and personnel cycles
(Pert 7) bab 20 audit payroll and personnel cycles(Pert 7) bab 20 audit payroll and personnel cycles
(Pert 7) bab 20 audit payroll and personnel cycles
 
(Pert 6) bab 22 siklus akuisisi capital dan repayment
(Pert 6) bab 22 siklus akuisisi capital dan repayment(Pert 6) bab 22 siklus akuisisi capital dan repayment
(Pert 6) bab 22 siklus akuisisi capital dan repayment
 
(Pert 6) bab 21 siklus inventory dan warehousing
(Pert 6) bab 21 siklus inventory dan warehousing(Pert 6) bab 21 siklus inventory dan warehousing
(Pert 6) bab 21 siklus inventory dan warehousing
 
(Pert 5) bab 19 penyelesaian siklus akuisisi dan pemabayaran
(Pert 5) bab 19 penyelesaian siklus akuisisi dan pemabayaran(Pert 5) bab 19 penyelesaian siklus akuisisi dan pemabayaran
(Pert 5) bab 19 penyelesaian siklus akuisisi dan pemabayaran
 
(Pert 4) bab 15 penyelesaian siklus penjualan dan penagihan
(Pert 4) bab 15 penyelesaian siklus penjualan dan penagihan(Pert 4) bab 15 penyelesaian siklus penjualan dan penagihan
(Pert 4) bab 15 penyelesaian siklus penjualan dan penagihan
 
(Pert 5) bab 18 siklus akuisisi dan pembayaran
(Pert 5) bab 18 siklus akuisisi dan pembayaran(Pert 5) bab 18 siklus akuisisi dan pembayaran
(Pert 5) bab 18 siklus akuisisi dan pembayaran
 
(Pert 4) bab 14 siklus penjualan dan penagihan test of control & substa...
(Pert 4) bab 14 siklus penjualan dan penagihan   test of control & substa...(Pert 4) bab 14 siklus penjualan dan penagihan   test of control & substa...
(Pert 4) bab 14 siklus penjualan dan penagihan test of control & substa...
 
(Pert 3) bab 24 penyelesaian audit
(Pert 3) bab 24 penyelesaian audit(Pert 3) bab 24 penyelesaian audit
(Pert 3) bab 24 penyelesaian audit
 
(Pert 3) bab 8 perencanaan audit dan prosedur analitis
(Pert 3) bab 8 perencanaan audit dan prosedur analitis(Pert 3) bab 8 perencanaan audit dan prosedur analitis
(Pert 3) bab 8 perencanaan audit dan prosedur analitis
 
(Pert 3) bab 13 strategi audit dan program audit
(Pert 3) bab 13 strategi audit dan program audit(Pert 3) bab 13 strategi audit dan program audit
(Pert 3) bab 13 strategi audit dan program audit
 
(Pert 2) bab 10 pengendalian internal
(Pert 2) bab 10 pengendalian internal(Pert 2) bab 10 pengendalian internal
(Pert 2) bab 10 pengendalian internal
 
(Pert 2) bab 9 materialitas dan risiko audit
(Pert 2) bab 9 materialitas dan risiko audit(Pert 2) bab 9 materialitas dan risiko audit
(Pert 2) bab 9 materialitas dan risiko audit
 
(Pert 2) bab 7 bukti audit
(Pert 2) bab 7 bukti audit(Pert 2) bab 7 bukti audit
(Pert 2) bab 7 bukti audit
 

Recently uploaded

Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxmtsmampunbarub4
 
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023DodiSetiawan46
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfElaAditya
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxDwiYuniarti14
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxmawan5982
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxnerow98
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada AnakPpt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anakbekamalayniasinta
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxsudianaade137
 
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfLAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfChrodtianTian
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfkustiyantidew94
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxawaldarmawan3
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxMateri Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxc9fhbm7gzj
 

Recently uploaded (20)

Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
 
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada AnakPpt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
 
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfLAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxMateri Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
 

DTA PERSONAL AND MATERIAL SCOPE

  • 1. PERSPNAL AND MATERIAL SCOPE OF DOUBLE TAX TREATIES Introduction DTA menawarkan benefit kepada wajib pajak ketimbang mengenakan beban. Keberadaan DTA juga membatasi kemampuan negara sumber untuk mengenakan pajak kepada non-residen dari ketentuan pajak domestiknya. Beberapa aspek penting yang perlu dipahami 1. Personal Scope Pasal 1 (Persons covered) dalam OECDModel DTA, disebutkan bahwa DTAakan dikenakan terhadap orang yang menjadi residen di satu atau kedua negara yang berkontrak.  Kata “Shall” (akan), bersifat absolut, dimana agar dapat memanfaatkan ketentuan DTA, wajib pajak harus “seorang” dan juga “residen” dari negara yang berkontrak.  Kata “persons”(orang), artinya termasukindividu, perusahaan, dan badan orang lainnya. Ini tidak bersifat eksklusif dimana entitas lainnya diluar 3 tersebut, dapat juga menjadi definisi “orang”. Contohnya partnership, trustees of a trust.  Kata “Company”,artinya setiap badan perusahaan atau setiap entitas yang diperlakukan sama seperti badan perusahaan untuk tujuan pajak. Bagian ini hanya ditujukan untuk memahami arti kata “persons”.  Setelah memahami entitas “persons”, persons tersebut harus merupakan residen dari salah satu negara yang berkontrak. Jika persons tersebut adalah residen dalam hukum domestic negara yang berkontrak, maka ia akan menjadi residen sesuai pasal 1. 2. Attribution of income Penghasilan harus diatribusikan kepada seorang (persons) untuk menentukan  siapa yang terutang pajak atau dibebaskan pajak,  siapa yang berhak untuk mengkredtikan pajak yang dibayar diluar negeri, dan  siapa yang berhak untuk meng-klaim benefit dari DTA.  Selain itu, juga digunakan untuk menentukan DTA yang diterapkan atas penghasilan yang diterima/diperoleh dalam situasi tertentu. Hukum pajak domestic biasanya digunakan, namun, kadang juga tunduk pada hukum dari negara residen untuk menentukan atribusi penghasilan. Masalah timbul jika pajak terutang dihitung berdasarkan keadaan satu orang, tapi orang yang berbeda yang membayar pajaknya. Hal ini terjadi pada  trust dimana penghasilannya dialokasikan kepada trustee dan beneficiaries tapi trustee yang membayar pajaknya. Masalah ini biasanya diatasi dengan ketentuan tertentu. Contoh dalam DTA New Zealand dengan South Africa, disebutkan o Pasal 3(2) – trustee yang menjadi subjek pajak di negara yang berkontrak diperlakukan sama dengan beneficiaries owner dari deviden, bunga, dan royalty. o Pasal 7(6) – ketika beneficiary adalah residen dari New Zealand, bagian dari business profit perusahaan yang dipunyai oleh trustee di South Africa melalui
  • 2. permanent establishment, dianggap seperti business yang dipunyai oleh residen New Zealand di South Africa melalui permanent establishment. Masalah ini timbul akibat perbedaan prinsip yang digunakan oleh negara yang berkontrak. Satu negara mungkin focus pada kepemilikan hukum atas penghasilan, dimana negara yang satunya akan focus pada kepemilikan ekonomisnya. Dalam kasus trust, trustie mungkin punya kepemilikan hukum atas penghasilan, sedangkan beneficiaries mempunyai kepemilikan ekonomis atas penghasilan yang diperoleh trust.  Partnership, beberapa negara menetapkan partnership sebagai entitas pajak sedangkan negara lain mengadopsi pendekatan fiscal transparency yang tidak menghiraukan partnership namun memperlakukan partners sebagai subjek pajak. Dalam pasal 4(1) OECD Model DTA, partnership tidak terutang pajak sehingga tidak bisa menjadi residen dari negara yang berkontrak. 3. Territorial Scope DTA biasanya menegaskan negara yang berkontrak dan teritori dimana DTA akan diterapkan. Biasanya menyebubkan nama negara di beberapa pasal. Contohnya dalam pasal 23 (eliminasi pajak berganda) dimana tiap negara harus disebutkan secara jelas karena mereka menggunakan mekanisme relief yang berbeda untuk tiap negara. Menentukan batas negara yang tidak punya wilayah laut mungkin mudah (landlocked country) tetapi untuk negara yang mempunyai laut luar (coastal states) menjadi lebih rumit. Dalam UNCLOS, disebutkan wilayah teritori suatu negara termasuk :  laut territorial yang membentang 12 mil dari garis pantai.  Landas kontinen termasuk seabed dan subsoil. Hal ini digunakan untuk menentukan apakah aktivitas eksplirasi minyak dan gas di lepas pantai termasuk bentuk permanent establishment.  DTA juga mengikutsertakan wilayah udara diatas teritori negara. 4. Tax Covered Judul standar DTA berbicara mengenai pajak penghasilan dan capital sehingga pajak terhadap kedua hal tersebut berada dalam lingkup DTA. Penjelasan pasal 2 OECD Model DTA menyebutkan bahwa pasal tersebut bertujuan untuk menetapkan terminology dan nomenklatur yang lebih mudah diterima dan tepat. Hal ini bertujuan untuk menghindari keharusan membuat perjanjian baru ketika hukum domestic negara yang berkontrak dimodifikasi kecuali bila modifikasi tersebut signifikan.  Pasal 2(1) mengantisipasi lingkup material luas yang jatuh kedalam DTA  Pasal 2(2) mempertimbangkan pengenaan semua pajak atas penghasilan dan capital  Pasal 2(3) mengizinkan tiap negara untuk menegaskan secara spesifik pajak yang ada disaat DTA dibuat dan masuk dalam cakupan DTA  Pasal 2(4) proaktif agar DTA tetap dilaksanakan tanpa perlu perubahan dan negosiasi ulang atas jenis pajak baru/ pajak yang mirip karena sudah dicakup oleh DTA Social security dan sejenisnya dimana pengenaannya ada hubungan langsung dengan penerima benefit tidak dimasukkan dalam pasal 2 DTA