SlideShare a Scribd company logo
1 of 7
Pengantar
Pasal 11 OECD Model DTA berkaitan dengan bunga dalam banyak cara yang sama seperti
Pasal 10 penawaran dengan dividen. Pasal 11 membahas perpajakan bunga yang diperoleh
dari Negara S oleh orang yang merupakan residen Negara R. Pasal 11(1) memberlakukan
hak pajak atas negara tempat tinggal pemberi pinjaman; Pasal 11(2) memberikan hak
perpajakan terbatas pada negara tempat tinggal peminjam; Pasal 11(3) mendefinisikan
"bunga" dan Pasal 11(4) berkaitan dengan bunga yang muncul melalui bentuk usaha
tetap. selain itu, Pasal 11(5) menentukan dimana bunga muncul dan Pasal 11(6) berkaitan
dengan pembayaran bunga yang dilakukan antara orang-orang terkait. Kami akan memeriksa
masing-masing ketentuan ini secara rinci.
Hukum dalam negeri perpajakan bunga
Analisis hukum perpajakan bunga adalah sama dengan yang dibahas di atas sehubungan
dengan dividen. Hukum perpajakan domestik Negara R biasanya akan mengizinkan Negara
R memajaki penghasilan di seluruh dunia (termasuk bunga) yang diperoleh
residennya. Demikian pula, berdasarkan undang-undang perpajakan domestiknya, Negara S
biasanya akan mengenakan pajak bunga yang diperoleh oleh bukan residen Negara S, serta
residennya, jika negara itu ingin mengenakan pajak kepada mereka yang meminjamkan dana
kepada perusahaan-perusahaan yang menetap di Negara S. Negara S biasanya akan
mengenakan pajak pemotongan final non-residen atas jumlah kotor pendapatan bunga yang
diperoleh dari Perusahaan S oleh pemberi pinjaman non-residennya. Meskipun pendekatan
ini tipikal, pendekatan ini tidak berlaku di semua negara. Misalnya, undang-undang pajak
penghasilan di Belanda tidak mengenakan pajak atas bunga yang dibayarkan oleh residen
Belanda ke pemberi pinjaman non-residen.
Adapun dividen, pemberi pinjaman biasanya akan membayar pajak atas pendapatan bunga
sumber asingnya di Negara R atas dasar pendapatan bersih, yaitu Negara R biasanya akan
memungkinkan pengurangan untuk pengeluaran yang dikeluarkan oleh pemberi pinjaman
dalam memperoleh pendapatan bunga. Negara R kemudian akan memberikan keringanan
pajak kepada kreditur atas pajak (pemotongan final non-residen) yang dibayarkannya di
Negara S atas pendapatan bunganya, baik secara sepihak di bawah undang-undang
perpajakan domestiknya atau sesuai dengan persyaratan Pasal 23B DTA antara Negara R
dan Negara S.
Hak perpajakan berdasarkan perjanjian pajak berganda
Pasal 11 dari OECD Model DTA membahas pengenaan pajak yang berasal dari Negara S
oleh orang yang merupakan residen Negara lainnya. Pasal 11(1) memungkinkan Negara R
untuk mengenakan pajak sesuai dengan hukum nasionalnya:
"Bunga yang timbul di [Negara S] dan dibayarkan ke residen [Negara R] dapat
dikenakan pajak di [Negara R]"
(penekanan ditambahkan).
Sekali lagi, Negara R tidak harus mengenakan pajak atas bunga tetapi dapat melakukannya
jika diinginkan; dengan kata lain, jika Negara R memungut bunga asing yang berasal dari
residennya sebagai pemberi pinjaman, DTA antara Negara R dan Negara S tidak akan
menghentikan Negara R untuk melakukannya.
Selain itu, Pasal 11(2) dari OECD Model DTA juga memungkinkan Negara S untuk
mengenakan pajak atas bunga yang sama, tetapi tunduk pada batasan jumlah pajak yang
dikenakan. Pasal 11(2) dari OECD Model DTA menyatakan bahwa bunga sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 11(1):
dapat juga dikenakan pajak di [Negara S ] dan sesuai dengan hukum [Negara S ],
tetapi jika beneficial owner dari bunga tersebut adalah residen Negara R, pajak yang
dibebankan tidak akan melebihi 10 persen dari jumlah kotor bunga. Otoritas yang
kompeten dari Negara pihak pada Persetujuan akan dengan kesepakatan bersama
menyelesaikan cara penerapan pembatasan ini.
(penekanan
ditambahkan)
Sekali lagi, Negara S tidak harus mengenakan pajak atas bunga tetapi dapat melakukannya
jika diinginkan, tunduk pada batasan dalam Pasal 11(2). Pasal 11(2) karena itu menegaskan
pembebanan pajak dalam hukum domestik Negara S, tetapi kemudian membatasinya. Kami
baru saja melihat bahwa Belanda adalah negara tempat Pasal 11(2) tidak memiliki aplikasi
karena hukum domestik Belanda tidak mengandung ketentuan yang relevan yang
memerlukan penegasan oleh Pasal 11(2). Negara-negara Anggota Uni Eropa adalah negara
tempat Pasal 11(2) tidak memiliki aplikasi sejauh penerima bunga adalah residen Negara
Anggota lain karena Interest and Royalty Directive (2003) dari Dewan Eropa melarang
Negara-negara Anggota yang merupakan sumber bunga dari memajaki bunga di bawah
hukum domestic mereka.
Seperti dividen, Pasal 11(2) bekerja untuk Negara R, negara tempat tinggal pemberi
pinjaman. Ini membatasi hak perpajakan Negara S, yang pada gilirannya berpasali bahwa
Negara diharuskan untuk mengurangi pajak saat memberikan keringanan kredit kepada
penghuninya, yang meminjamkan kepada orang-orang di Negara S. Sekali lagi, manfaat ini
untuk Negara R hanya relevan jika Negara Tarif pajak R melebihi Negara S.
UN Model DTA berisi ketentuan yang hampir identik, kecuali bahwa hal itu membiarkan
pembatasan tingkat persentase terbuka yang dikenakan pada Negara S. Dengan melakukan
hal itu, Negara S diberikan fleksibilitas yang lebih besar untuk menegosiasikan tingkat yang
lebih tinggi daripada tingkat 10% dalam Pasal 11(2) dari OECD Model DTA. Fleksibilitas
semacam itu menguntungkan negara-negara berkembang pengimpor modal, yang menjadi
tujuan UN Model DTA.
Perjanjian CARICOM membatasi hak pajak bunga hanya untuk negara sumber. Pasal 12 (2)
dari Perjanjian itu mengenakan tingkat maksimum tetap pada negara sumber sebesar 15%
dari jumlah bruto bunga.
Beberapa negara dengan sengaja mengecualikan jenis bunga tertentu dari perpajakan secara
keseluruhan berdasarkan hukum nasional mereka atau DTA mereka; lihat, misalnya, Cina —
Prancis DTA (1984). Kelas bunga yang diuntungkan meliputi:
- bunga dibayarkan kepada lembaga pemerintah;
- bunga yang dibayarkan oleh pemerintah;
- bunga yang dibayarkan oleh bank tertentu (biasanya yang milik pemerintah); dan
- kredit perdagangan.
Preferensi semacam ini tidak termasuk dalam OECD dan UN Model DTA karena
ketidaksukaan organisasi ini (terutama dalam kasus OECD) untuk bias pajak yang
mendukung jenis pendapatan atau pembayar pajak tertentu.
Beberapa DTA sama sekali tidak memuat pasalikel yang menarik, terutama jika mereka
adalah DTA yang lebih tua, misalnya Prancis — Vietnam DTA (1993) dan Jepang — DTA
Selandia Baru (1963). Karena DTA itu diam pada perlakuan yang menarik untuk tujuan
mereka, kita harus beralih ke Pasal 21 (Penghasilan lain) untuk menghalangi-menambang
perlakuan pajak yang sesuai. Kami akan kembali ke Pasal 21 dalam Bab 18.
Definisi "bunga"
Istilah "bunga" memiliki pasali berbeda dalam yurisdiksi pajak yang berbeda. Untuk tujuan
model OECD dan PBB DTA, Pasal 11(3) mendefinisikan "bunga" berpasali:
pendapatan dari hutang - klaim dalam segala bentuk, dijamin dengan hipotek atau
tidak atau tidak atau tidak memiliki hak untuk berppasalisipasi dalam keuntungan
debitur, dan khususnya, pendapatan dari sekuritas pemerintah dan pendapatan dari
obligasi atau surat hutang, termasuk premi dan hadiah yang melekat pada sekuritas,
obligasi atau surat hutang tersebut. Biaya penalti untuk keterlambatan pembayaran
tidak akan dianggap sebagai bunga untuk tujuan Pasalini.
Ada dua poin penting yang harus kita ambil dari definisi ini:
- pertama, bunga harus muncul dari klaim hutang dan,
- kedua, tidak masalah jika klaim hutang juga memiliki hak untuk berppasalisipasi dalam
keuntungan perusahaan penerbit.
Anda akan ingat dari diskusi kami tentang makna "dividen" bahwa dividen prima facie adalah
pendapatan dari saham atau hak-hak lain "yang berppasalisipasi dalam laba", dengan
ketentuan bahwa saham atau hak itu bukan klaim utang. Oleh karena itu, dalam hal ini definisi
"bunga" cocok dengan definisi "dividen" dalam Pasal 10(3).
DTA nyata sering mengubah atau memperluas kata-kata dari definisi "bunga" dalam
Pasal 11(3) dari model DTA OECD dan PBB. Misalnya, Pasal 14(3) dari Jerman — Belanda
DTA (1959) menyebutkan jenis-jenis instrumen utang tertentu. Ini menyatakan bahwa bunga
berpasali "pendapatan dari pinjaman, obligasi, surat berharga dan klaim hutang apa pun"
(penekanan ditambahkan). Jerman dan Belanda mengambil posisi bahwa instrumen hybrid
tertentu dengan fitur hutang dan ekuitas lebih bersifat ekuitas daripada hutang sehingga,
meskipun mereka mungkin merupakan klaim hutang (setidaknya untuk sebagian dari
kehidupan mereka), mereka harus diperlakukan sebagai ekuitas untuk keperluan pajak
penghasilan. Jadi, Pasal 14(3) dari Jerman — Belanda, DTA, secara khusus mengarahkan
bahwa "pendapatan yang diperoleh dari obligasi konversi dan obligasi yang
berppasalisipasi harus tunduk pada ketentuan Pasal13 [pasalikel dividen" (penekanan
ditambahkan).
Australia — Finlandia DTA (1984) adalah contoh dari DTA yang memperluas definisi OECD
dan UN Model DTA tentang "bunga" dengan cara yang lebih umum. Pasal 11(3) dari DTA
tersebut menyatakan bahwa:
yang istilah "bunga" ... termasuk bunga dari surat berharga Pemerintah atau dari
obligasi atau surat utang, apakah atau tidak dijamin dengan hipotek dan apakah atau
tidak membawa hak untuk berppasalisipasi dalam keuntungan, dan bunga dari bentuk
lain dari hutang sebagai wel l karena semua penghasilan lain yang berasimilasi
dengan penghasilan dari uang yang dipinjamkan oleh undang-undang perpajakan dari
Negara pihak pada Persetujuan di mana penghasilan tersebut timbul.
(penekanan ditambahkan)
Di sini, kita melihat lagi gagasan asimilasi, seperti yang kita lihat di atas dalam kasus definisi
"dividen" di Australia — Norwegia DTA (2006). Perhatikan bahwa kata-kata di sini
berhubungan dengan gagasan memajaki semua pengembalian dari "uang yang dipinjamkan"
di bawah hukum domestik negara pihak yang menandatangani kontrak (terutama
Australia). Tujuannya adalah untuk menyelaraskan definisi DTA tentang "kepentingan"
dengan definisi hukum domestik di mana, di bawah hukum domestiknya, negara yang
mengadakan perjanjian menerapkan rezim pengaturan waktu tipe akrual untuk pajak
keuntungan yang belum direalisasi sesuai dengan prinsip akuntansi (misalnya metodologi
hasil hingga jatuh tempo). ) selama jangka waktu instrumen hutang. Bunga untuk keperluan
DTA kemudian mencakup, misalnya, alokasi pembayaran penukaran selama jangka waktu
obligasi tanpa kupon.
Bunga diperoleh melalui bentuk usaha tetap
Adapun dividen, Pasal 11(4) dari OECD Model DTA juga memberikan perlakuan khusus atas
bunga yang diterima oleh suatu pendirian tetap dari bukan residen di negara asal. Secara
khusus, Pasal 11(4) negara, terkait dengan Negara R dan Negara S:
Ketentuan-ketentuan ayat 1 dan 2 tidak berlaku jika beneficial owner dari bunga, yang
merupakan residen [Negara R], menjalankan bisnis di [Negara S] di mana bunga
muncul melalui suatu permament establishment yang terletak [di Negara S] dan klaim
hutang sehubungan dengan pembayaran bunga terkait secara efektif dengan bentuk
usaha tetap tersebut. Dalam hal demikian ketentuan Pasal 7 berlaku.
Sekali lagi, UN Model DTA memperluas ketentuan ini di luar sekadar permanent
establishment ke pangkalan tetap di Negara S dari wajib pajak yang menyediakan layanan
pribadi yang independen, dalam hal ini bunga yang timbul dari hutang - klaim yang secara
efektif terhubung dengan pangkalan tetap tersebut dikenakan pajak dalam sesuai dengan
Pasal 14 dari UN Model DTA.
Konsekuensi dari Pasal 11(4) adalah bahwa bunga diperlakukan sebagai laba bisnis (atau
pendapatan dari layanan pribadi independen jika ketentuan UN Model DTA berlaku) di mana
klaim utang yang menghasilkannya "secara efektif terhubung dengan" suatu bentuk usaha
tetap. (atau basis tetap) yang dimiliki oleh pemberi pinjaman non-residen di negara sumber,
dan tarif pajak negara sumber konsesi (berlaku untuk jumlah bunga bruto) dalam Pasal 11(2)
tidak dapat diterapkan. Sebagai gantinya, bunga diperlakukan sebagai bagian dari
keuntungan bisnis dari permanent establishment (atau pendapatan dari penyedia layanan
pribadi independen), yang dikenakan pajak berdasarkan laba bersih (yaitu setelah penyisihan
untuk pengeluaran yang dapat dikurangkan yang dikeluarkan untuk menghasilkan
pendapatan itu) di bawah Pasal 7 (atau Pasal 14 UN Model DTA, mana yang berlaku).
Seperti dalam kasus dividen, bunga yang diperoleh dari suatu bentuk usaha tetap dapat
muncul dalam tiga skenario:
(1) di mana bentuk usaha tetap berada di negara di mana perusahaan yang menjadi
bentuk usaha tetap tersebut adalah residen, yaitu di Negara R; atau
(2) di mana permanent establishment berada di negara di mana perusahaan yang
membayar bunga adalah residen, yaitu di Negara S; atau
(3) di mana bentuk usaha tetap berada di negara bagian ketiga, yaitu di Negara Itu atau
Negara S.
Hasil pajak berdasarkan DTA antara Negara R dan Negara S sama dengan yang disajikan
untuk dividen di Bab 12.
Di mana bunga muncul?
Bunga biasanya "muncul" di negara tempat pembayar bunganya bertempat tinggal. Namun,
itu tidak selalu terjadi, dan bisa sangat sulit di mana negara ketiga terlibat dalam pengaturan
pendanaan.
Pasal 11(5) dari OECDModel DTAberupaya untuk menyediakan aturan untuk menyelesaikan
tempat di mana bunga muncul, baik secara umum maupun berkenaan dengan hutang yang
terkait dengan permanent establishment. Pasal 11(5) memberi tahu kita terlebih dahulu
bahwa aturan umum adalah bahwa "bunga dianggap timbul di suatu Negara pihak pada
Persetujuan apabila pembayarnya adalah residen Negara tersebut". UN Model
DTA memperluas aturan ini ke situasi di mana pembayar bunga adalah negara itu sendiri atau
subdivisi politik atau otoritas lokal dari negara itu.
Lalu Pasal 11(5) dari OECD Model DTA selanjutnya mengarahkan bahwa:
di mana ... orang yang membayar bunganya, apakah ia adalah residen suatu Negara
pihak pada Persetujuan atau tidak, di suatu Negara pihak pada Persetujuan suatu
bentuk usaha tetap sehubungan dengan hutang yang timbul dari bunga yang
dibayarkan, dan bunga tersebut ditanggung oleh bentuk usaha tetap tersebut, maka
bunga tersebut dianggap muncul di Negara tempat bentuk usaha tetap itu berada.
Singkatnya, ketentuan ini berpasali bahwa kepentingan muncul di negara di mana bentuk
usaha tetap (melalui mana bunga datang sekitar) terletak dan biaya bunga ditanggung oleh
bentuk usaha tetap. Dari perspektif kebijakan pajak, aturan ini cukup logis karena biasanya
Permanent establishment akan dikenakan pajak di negara di mana ia berada di atas laba
bersih (yaitu setelah dikurangi biaya bunga), sehingga negara akan ingin mengenakan pajak
pada bunga yang diizinkan sebagai pengurang bentuk usaha tetap di tangan penerima, yang
dapat dilakukannya (tunduk pada batasan) di bawah Pasal 11(2).
UN Model DTA menawarkan aturan yang sama dengan modifikasinya untuk mencakup
pangkalan tetap wajib pajak layanan pribadi yang independen.
Pembayaran bunga antar pihak terkait
Tarif pajak konsesi 10% diizinkan berdasarkan Pasal 11(2) dari OECD Model DTA dapat
menggoda kelompok perusahaan multinasional untuk menetapkan suku bunga pinjaman
antar kelompok pada tingkat yang terlalu tinggi. Misalnya, tanpa tindakan pencegahan, praktik
semacam itu akan menghasilkan manfaat pajak kelompok secara keseluruhan di mana tarif
pajak perusahaan lebih tinggi daripada tarif 10% yang ditentukan dalam Pasal 11(2).
Untuk mengilustrasikan, anggaplah bahwa sebuah perusahaan (Parent co) adalah residen
Negara itu Parent co memiliki anak perusahaan yang sepenuhnya dimiliki (Sub co), yang
merupakan residen di Country S. Parent co meminjamkan Sub co USD I juta pada tingkat
bunga sebesar 5% per tahun, tingkat bunga pasar di Negara S. Dengan asumsi bahwa ( i )
tarif pajak perusahaan di Negara S adalah 30%, (ii) biaya bunga yang dikeluarkan oleh Sub co
dapat dikurangkan dalam Negara S, (iii) untuk kesederhanaan, bunga yang diterima oleh
Parent co dari Sub co dibebaskan dari pajak di Negara R, dan (iv) DTA antara Negara R dan
Country S sama dengan OECD Model DTA, kemudian grup '(yaitu kombinasi dari Parent co
dan Sub co) memperoleh manfaat pajak bersih tahunan (yaitu penghematan dari hutang
pajak) di Negara S sebesar USD 10.000 dari pinjaman, dihitung sebagai berikut:
Manfaat pajak ini dapat ditingkatkan hanya dengan Parent co memajukan USD 1 juta pada
tingkat bunga yang sangat tinggi, sehingga merusak basis pajak Negara S. Misalnya, dengan
menaikkan tiga kali lipat suku bunga menjadi 15% per tahun, orangtua Induk dapat
melipatgandakan manfaat pajak:
Jelas, Negara S akan menginginkan beberapa langkah anti-avoidance diterapkan untuk
melindungi pendapatannya. Pasal 11(6) dari OECD Model DTA, yang tercermin dalam
UN Model DTA, adalah salah satu ukuran tersebut. Pasal 11(6) menyatakan bahwa:
dimana, karena alasan adanya hubungan istimewa antara pembayar dengan pemilik
hak yang menikmati atau antara kedua-duanya dengan orang lain, jumlah bunga itu,
dengan memperhatikan tagihan hutang yang dibayarkan melebihi jumlah yang akan
disetujui oleh pembayar dan beneficial owner jika tidak ada hubungan seperti itu,
ketentuan Pasalini hanya berlaku untuk jumlah yang disebutkan terakhir. Dalam hal
demikian, kelebihan bagian dari pembayaran akan tetap dikenakan pajak sesuai
dengan hukum masing-masing Negara pihak pada Persetujuan, dengan
memperhatikan ketentuan-ketentuan lain dalam Konvensi ini.
Pasal 11(6) berpasali bahwa tingkat konsesi 10% hanya berlaku untuk suku bunga arm’s
length atas pinjaman antara kedua pihak terkait. Namun, kelebihan jumlah bunga dibiarkan
diperlakukan sesuai dengan hukum domestik masing-masing negara. Seringkali itu berpasali
bahwa jumlah kelebihan bunga dianggap sebagai dividen, dan dikenakan pajak seperti itu di
Negara R. Yang lebih penting bagi wajib pajak adalah bahwa jika Negara S memperlakukan
kelebihan bunga sebagai dividen, itu tidak akan memungkinkan pengurangan untuk jumlah
berlebih itu. Tapi perhatikan Pasal itu. 11(6) menyimpulkan dengan instruksi bahwa harus
memperhatikan ketentuan-ketentuan DTA lainnya. Oleh karena itu, jika undang-undang
dalam negeri dari negara pihak pada perjanjian memperlakukan pembayaran bunga berlebih
sebagai dividen, perlakuan pajaknya yang sesuai dapat jatuh pada Pasal 10 (tunduk pada
definisi "dividen" dalam Pasal itu). Jika tidak, Pasal 21 (Penghasilan lain) mungkin berlaku.

More Related Content

What's hot

Akta Pemberian Hak Tanggungan (APHT) - Ricco Survival Yubaidi, S.H., M.Kn.
Akta Pemberian Hak Tanggungan (APHT) - Ricco Survival Yubaidi, S.H., M.Kn.Akta Pemberian Hak Tanggungan (APHT) - Ricco Survival Yubaidi, S.H., M.Kn.
Akta Pemberian Hak Tanggungan (APHT) - Ricco Survival Yubaidi, S.H., M.Kn.Ricco Survival Yubaidi
 
perjanjian-pengalihan-piutang-assignment-agreement-billingual (Beli Perjanjia...
perjanjian-pengalihan-piutang-assignment-agreement-billingual (Beli Perjanjia...perjanjian-pengalihan-piutang-assignment-agreement-billingual (Beli Perjanjia...
perjanjian-pengalihan-piutang-assignment-agreement-billingual (Beli Perjanjia...GLC
 
Roya Hak Tanggungan - Ricco Survival Yubaidi, S.H., M.Kn.
Roya Hak Tanggungan - Ricco Survival Yubaidi, S.H., M.Kn.Roya Hak Tanggungan - Ricco Survival Yubaidi, S.H., M.Kn.
Roya Hak Tanggungan - Ricco Survival Yubaidi, S.H., M.Kn.Ricco Survival Yubaidi
 
Contoh Perjanjian Kompensasi Kayu Terbaru (Beli Perjanjian, Hub: 08118887270 ...
Contoh Perjanjian Kompensasi Kayu Terbaru (Beli Perjanjian, Hub: 08118887270 ...Contoh Perjanjian Kompensasi Kayu Terbaru (Beli Perjanjian, Hub: 08118887270 ...
Contoh Perjanjian Kompensasi Kayu Terbaru (Beli Perjanjian, Hub: 08118887270 ...GLC
 
Draft perjanjian jual beli aset billingual clean
Draft perjanjian jual beli aset  billingual  cleanDraft perjanjian jual beli aset  billingual  clean
Draft perjanjian jual beli aset billingual cleanGLC
 
Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggunan / SKHMT - Ricco Survival Yubaidi, S.H.,...
Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggunan / SKHMT - Ricco Survival Yubaidi, S.H.,...Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggunan / SKHMT - Ricco Survival Yubaidi, S.H.,...
Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggunan / SKHMT - Ricco Survival Yubaidi, S.H.,...Ricco Survival Yubaidi
 
perjanjian-pengalihan-piutang-assignment-agreement-billingual (Beli Perjanjia...
perjanjian-pengalihan-piutang-assignment-agreement-billingual (Beli Perjanjia...perjanjian-pengalihan-piutang-assignment-agreement-billingual (Beli Perjanjia...
perjanjian-pengalihan-piutang-assignment-agreement-billingual (Beli Perjanjia...GLC
 
Hak Tanggungan - Ricco Survival Yubaidi, S.H., M.Kn.
Hak Tanggungan - Ricco Survival Yubaidi, S.H., M.Kn.Hak Tanggungan - Ricco Survival Yubaidi, S.H., M.Kn.
Hak Tanggungan - Ricco Survival Yubaidi, S.H., M.Kn.Ricco Survival Yubaidi
 
Hukum Perikatan
Hukum PerikatanHukum Perikatan
Hukum PerikatanDiarta
 
Perjanjian gadai-saham-pledge-of-shares-agreement (Beli Perjanjian, Hub: 0811...
Perjanjian gadai-saham-pledge-of-shares-agreement (Beli Perjanjian, Hub: 0811...Perjanjian gadai-saham-pledge-of-shares-agreement (Beli Perjanjian, Hub: 0811...
Perjanjian gadai-saham-pledge-of-shares-agreement (Beli Perjanjian, Hub: 0811...GLC
 
Perjanjian Sewa / Lease Agreement (Beli Perjanjian, Hub: 08118887270 (WA))
Perjanjian Sewa / Lease Agreement (Beli Perjanjian, Hub: 08118887270 (WA))Perjanjian Sewa / Lease Agreement (Beli Perjanjian, Hub: 08118887270 (WA))
Perjanjian Sewa / Lease Agreement (Beli Perjanjian, Hub: 08118887270 (WA))GLC
 
Akad Fidusia - Ricco Survival Yubaidi, S.H., M.Kn.
Akad Fidusia - Ricco Survival Yubaidi, S.H., M.Kn.Akad Fidusia - Ricco Survival Yubaidi, S.H., M.Kn.
Akad Fidusia - Ricco Survival Yubaidi, S.H., M.Kn.Ricco Survival Yubaidi
 
Contoh Perjanjian Kerjasama Jasa Artis MC Terbaru (Beli Perjanjian, Hub: 0811...
Contoh Perjanjian Kerjasama Jasa Artis MC Terbaru (Beli Perjanjian, Hub: 0811...Contoh Perjanjian Kerjasama Jasa Artis MC Terbaru (Beli Perjanjian, Hub: 0811...
Contoh Perjanjian Kerjasama Jasa Artis MC Terbaru (Beli Perjanjian, Hub: 0811...GLC
 
Perjanjian Bayaran Hutang
Perjanjian Bayaran HutangPerjanjian Bayaran Hutang
Perjanjian Bayaran HutangMat Yus
 
2 notice acknowledgement-final
2 notice acknowledgement-final2 notice acknowledgement-final
2 notice acknowledgement-finalGLC
 
4 notice instruction-final
4 notice instruction-final4 notice instruction-final
4 notice instruction-finalGLC
 

What's hot (20)

Akta Pemberian Hak Tanggungan (APHT) - Ricco Survival Yubaidi, S.H., M.Kn.
Akta Pemberian Hak Tanggungan (APHT) - Ricco Survival Yubaidi, S.H., M.Kn.Akta Pemberian Hak Tanggungan (APHT) - Ricco Survival Yubaidi, S.H., M.Kn.
Akta Pemberian Hak Tanggungan (APHT) - Ricco Survival Yubaidi, S.H., M.Kn.
 
perjanjian-pengalihan-piutang-assignment-agreement-billingual (Beli Perjanjia...
perjanjian-pengalihan-piutang-assignment-agreement-billingual (Beli Perjanjia...perjanjian-pengalihan-piutang-assignment-agreement-billingual (Beli Perjanjia...
perjanjian-pengalihan-piutang-assignment-agreement-billingual (Beli Perjanjia...
 
Roya Hak Tanggungan - Ricco Survival Yubaidi, S.H., M.Kn.
Roya Hak Tanggungan - Ricco Survival Yubaidi, S.H., M.Kn.Roya Hak Tanggungan - Ricco Survival Yubaidi, S.H., M.Kn.
Roya Hak Tanggungan - Ricco Survival Yubaidi, S.H., M.Kn.
 
Contoh Perjanjian Kompensasi Kayu Terbaru (Beli Perjanjian, Hub: 08118887270 ...
Contoh Perjanjian Kompensasi Kayu Terbaru (Beli Perjanjian, Hub: 08118887270 ...Contoh Perjanjian Kompensasi Kayu Terbaru (Beli Perjanjian, Hub: 08118887270 ...
Contoh Perjanjian Kompensasi Kayu Terbaru (Beli Perjanjian, Hub: 08118887270 ...
 
Draft perjanjian jual beli aset billingual clean
Draft perjanjian jual beli aset  billingual  cleanDraft perjanjian jual beli aset  billingual  clean
Draft perjanjian jual beli aset billingual clean
 
Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggunan / SKHMT - Ricco Survival Yubaidi, S.H.,...
Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggunan / SKHMT - Ricco Survival Yubaidi, S.H.,...Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggunan / SKHMT - Ricco Survival Yubaidi, S.H.,...
Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggunan / SKHMT - Ricco Survival Yubaidi, S.H.,...
 
perjanjian-pengalihan-piutang-assignment-agreement-billingual (Beli Perjanjia...
perjanjian-pengalihan-piutang-assignment-agreement-billingual (Beli Perjanjia...perjanjian-pengalihan-piutang-assignment-agreement-billingual (Beli Perjanjia...
perjanjian-pengalihan-piutang-assignment-agreement-billingual (Beli Perjanjia...
 
Hak Tanggungan - Ricco Survival Yubaidi, S.H., M.Kn.
Hak Tanggungan - Ricco Survival Yubaidi, S.H., M.Kn.Hak Tanggungan - Ricco Survival Yubaidi, S.H., M.Kn.
Hak Tanggungan - Ricco Survival Yubaidi, S.H., M.Kn.
 
Hukum perikatan
Hukum perikatanHukum perikatan
Hukum perikatan
 
Hukum Perikatan
Hukum PerikatanHukum Perikatan
Hukum Perikatan
 
Perjanjian gadai-saham-pledge-of-shares-agreement (Beli Perjanjian, Hub: 0811...
Perjanjian gadai-saham-pledge-of-shares-agreement (Beli Perjanjian, Hub: 0811...Perjanjian gadai-saham-pledge-of-shares-agreement (Beli Perjanjian, Hub: 0811...
Perjanjian gadai-saham-pledge-of-shares-agreement (Beli Perjanjian, Hub: 0811...
 
Perjanjian Sewa / Lease Agreement (Beli Perjanjian, Hub: 08118887270 (WA))
Perjanjian Sewa / Lease Agreement (Beli Perjanjian, Hub: 08118887270 (WA))Perjanjian Sewa / Lease Agreement (Beli Perjanjian, Hub: 08118887270 (WA))
Perjanjian Sewa / Lease Agreement (Beli Perjanjian, Hub: 08118887270 (WA))
 
Akad Fidusia - Ricco Survival Yubaidi, S.H., M.Kn.
Akad Fidusia - Ricco Survival Yubaidi, S.H., M.Kn.Akad Fidusia - Ricco Survival Yubaidi, S.H., M.Kn.
Akad Fidusia - Ricco Survival Yubaidi, S.H., M.Kn.
 
Contoh Perjanjian Kerjasama Jasa Artis MC Terbaru (Beli Perjanjian, Hub: 0811...
Contoh Perjanjian Kerjasama Jasa Artis MC Terbaru (Beli Perjanjian, Hub: 0811...Contoh Perjanjian Kerjasama Jasa Artis MC Terbaru (Beli Perjanjian, Hub: 0811...
Contoh Perjanjian Kerjasama Jasa Artis MC Terbaru (Beli Perjanjian, Hub: 0811...
 
Pailit
PailitPailit
Pailit
 
Obligasi
ObligasiObligasi
Obligasi
 
Perjanjian Bayaran Hutang
Perjanjian Bayaran HutangPerjanjian Bayaran Hutang
Perjanjian Bayaran Hutang
 
2 notice acknowledgement-final
2 notice acknowledgement-final2 notice acknowledgement-final
2 notice acknowledgement-final
 
4 notice instruction-final
4 notice instruction-final4 notice instruction-final
4 notice instruction-final
 
hukum perikatan in Bahasa
hukum perikatan in Bahasahukum perikatan in Bahasa
hukum perikatan in Bahasa
 

Similar to Pajak Internasional atas Bunga

Pajak Internasional atas Capital Gain (Pengalihan Aset Tetap)
Pajak Internasional atas Capital Gain (Pengalihan Aset Tetap)Pajak Internasional atas Capital Gain (Pengalihan Aset Tetap)
Pajak Internasional atas Capital Gain (Pengalihan Aset Tetap)Ilham Sousuke
 
Lingkup Material dalam Pajak Internasional
Lingkup Material dalam Pajak InternasionalLingkup Material dalam Pajak Internasional
Lingkup Material dalam Pajak InternasionalIlham Sousuke
 
Pajak Internasional atas Royalti
Pajak Internasional atas RoyaltiPajak Internasional atas Royalti
Pajak Internasional atas RoyaltiIlham Sousuke
 
Pajak Internasional atas Jasa Independen
Pajak Internasional atas Jasa IndependenPajak Internasional atas Jasa Independen
Pajak Internasional atas Jasa IndependenIlham Sousuke
 
Pajak Internasional atas Dividen
Pajak Internasional atas DividenPajak Internasional atas Dividen
Pajak Internasional atas DividenIlham Sousuke
 
Pajak Internasional atas Laba Usaha (Bussiness Profit)
Pajak Internasional atas Laba Usaha (Bussiness Profit)Pajak Internasional atas Laba Usaha (Bussiness Profit)
Pajak Internasional atas Laba Usaha (Bussiness Profit)Ilham Sousuke
 
Tax Treaty Indonesia - Korea Selatan
Tax Treaty Indonesia  - Korea SelatanTax Treaty Indonesia  - Korea Selatan
Tax Treaty Indonesia - Korea SelatanRina Noviyanti
 
Perjanjian perpajakan intl
Perjanjian perpajakan intlPerjanjian perpajakan intl
Perjanjian perpajakan intlayuayawh
 
Model of Double Tax Convention and Structure of Tax Treaties
Model of Double Tax Convention and Structure of Tax TreatiesModel of Double Tax Convention and Structure of Tax Treaties
Model of Double Tax Convention and Structure of Tax TreatiesDinny Gamalasari
 
Ketentuan Lain dalam PPh
Ketentuan Lain dalam PPhKetentuan Lain dalam PPh
Ketentuan Lain dalam PPhBbe Mee
 
Kedudukan Hukum dan Interpretasi P3B
Kedudukan Hukum dan Interpretasi P3BKedudukan Hukum dan Interpretasi P3B
Kedudukan Hukum dan Interpretasi P3BIlham Sousuke
 
Slide HEI 6. (KAEDAH DASAR PRINSIP HEI).pptx
Slide HEI 6.  (KAEDAH DASAR  PRINSIP HEI).pptxSlide HEI 6.  (KAEDAH DASAR  PRINSIP HEI).pptx
Slide HEI 6. (KAEDAH DASAR PRINSIP HEI).pptxFajri71
 
PPh Pasal 26 - Pengertian, Subjek, Objek, Tarif dan Perhitungannya - Riki Ardoni
PPh Pasal 26 - Pengertian, Subjek, Objek, Tarif dan Perhitungannya - Riki ArdoniPPh Pasal 26 - Pengertian, Subjek, Objek, Tarif dan Perhitungannya - Riki Ardoni
PPh Pasal 26 - Pengertian, Subjek, Objek, Tarif dan Perhitungannya - Riki ArdoniRiki Ardoni
 
BAB 10 PAJAK INTERNASIONAL
BAB 10 PAJAK INTERNASIONALBAB 10 PAJAK INTERNASIONAL
BAB 10 PAJAK INTERNASIONALEmilia Wati
 
akuntansi pajak atas piutang
akuntansi pajak atas piutangakuntansi pajak atas piutang
akuntansi pajak atas piutangrisfanpratama
 
Hubungan Istimewa (associated enterprises) dalam Pajak Internasional
Hubungan Istimewa (associated enterprises) dalam Pajak InternasionalHubungan Istimewa (associated enterprises) dalam Pajak Internasional
Hubungan Istimewa (associated enterprises) dalam Pajak InternasionalIlham Sousuke
 
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 41 Tahun 2023
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 41 Tahun 2023Peraturan Menteri Keuangan Nomor 41 Tahun 2023
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 41 Tahun 2023shirizkiku
 

Similar to Pajak Internasional atas Bunga (20)

Pajak Internasional atas Capital Gain (Pengalihan Aset Tetap)
Pajak Internasional atas Capital Gain (Pengalihan Aset Tetap)Pajak Internasional atas Capital Gain (Pengalihan Aset Tetap)
Pajak Internasional atas Capital Gain (Pengalihan Aset Tetap)
 
Lingkup Material dalam Pajak Internasional
Lingkup Material dalam Pajak InternasionalLingkup Material dalam Pajak Internasional
Lingkup Material dalam Pajak Internasional
 
Pajak Internasional atas Royalti
Pajak Internasional atas RoyaltiPajak Internasional atas Royalti
Pajak Internasional atas Royalti
 
Pajak Internasional atas Jasa Independen
Pajak Internasional atas Jasa IndependenPajak Internasional atas Jasa Independen
Pajak Internasional atas Jasa Independen
 
Pajak Internasional atas Dividen
Pajak Internasional atas DividenPajak Internasional atas Dividen
Pajak Internasional atas Dividen
 
Pajak Internasional atas Laba Usaha (Bussiness Profit)
Pajak Internasional atas Laba Usaha (Bussiness Profit)Pajak Internasional atas Laba Usaha (Bussiness Profit)
Pajak Internasional atas Laba Usaha (Bussiness Profit)
 
P3 b presentation h
P3 b presentation hP3 b presentation h
P3 b presentation h
 
Tax Treaty Indonesia - Korea Selatan
Tax Treaty Indonesia  - Korea SelatanTax Treaty Indonesia  - Korea Selatan
Tax Treaty Indonesia - Korea Selatan
 
Perjanjian perpajakan intl
Perjanjian perpajakan intlPerjanjian perpajakan intl
Perjanjian perpajakan intl
 
Model of Double Tax Convention and Structure of Tax Treaties
Model of Double Tax Convention and Structure of Tax TreatiesModel of Double Tax Convention and Structure of Tax Treaties
Model of Double Tax Convention and Structure of Tax Treaties
 
SLIDE_6 PAJAK DAERAH (BAG 1).pdf
SLIDE_6  PAJAK DAERAH (BAG 1).pdfSLIDE_6  PAJAK DAERAH (BAG 1).pdf
SLIDE_6 PAJAK DAERAH (BAG 1).pdf
 
Ketentuan Lain dalam PPh
Ketentuan Lain dalam PPhKetentuan Lain dalam PPh
Ketentuan Lain dalam PPh
 
Kedudukan Hukum dan Interpretasi P3B
Kedudukan Hukum dan Interpretasi P3BKedudukan Hukum dan Interpretasi P3B
Kedudukan Hukum dan Interpretasi P3B
 
Slide HEI 6. (KAEDAH DASAR PRINSIP HEI).pptx
Slide HEI 6.  (KAEDAH DASAR  PRINSIP HEI).pptxSlide HEI 6.  (KAEDAH DASAR  PRINSIP HEI).pptx
Slide HEI 6. (KAEDAH DASAR PRINSIP HEI).pptx
 
PPh Pasal 26 - Pengertian, Subjek, Objek, Tarif dan Perhitungannya - Riki Ardoni
PPh Pasal 26 - Pengertian, Subjek, Objek, Tarif dan Perhitungannya - Riki ArdoniPPh Pasal 26 - Pengertian, Subjek, Objek, Tarif dan Perhitungannya - Riki Ardoni
PPh Pasal 26 - Pengertian, Subjek, Objek, Tarif dan Perhitungannya - Riki Ardoni
 
BAB 10 PAJAK INTERNASIONAL
BAB 10 PAJAK INTERNASIONALBAB 10 PAJAK INTERNASIONAL
BAB 10 PAJAK INTERNASIONAL
 
akuntansi pajak atas piutang
akuntansi pajak atas piutangakuntansi pajak atas piutang
akuntansi pajak atas piutang
 
Hubungan Istimewa (associated enterprises) dalam Pajak Internasional
Hubungan Istimewa (associated enterprises) dalam Pajak InternasionalHubungan Istimewa (associated enterprises) dalam Pajak Internasional
Hubungan Istimewa (associated enterprises) dalam Pajak Internasional
 
Tm 2-jenis-asas-teori-syarat
Tm 2-jenis-asas-teori-syaratTm 2-jenis-asas-teori-syarat
Tm 2-jenis-asas-teori-syarat
 
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 41 Tahun 2023
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 41 Tahun 2023Peraturan Menteri Keuangan Nomor 41 Tahun 2023
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 41 Tahun 2023
 

More from Ilham Sousuke

Bentuk Usaha Tetap dalam Pajak Internasional (Permanent Establishment)
Bentuk Usaha Tetap dalam Pajak Internasional (Permanent Establishment)Bentuk Usaha Tetap dalam Pajak Internasional (Permanent Establishment)
Bentuk Usaha Tetap dalam Pajak Internasional (Permanent Establishment)Ilham Sousuke
 
Residensi dalam Pajak Internasional
Residensi dalam Pajak InternasionalResidensi dalam Pajak Internasional
Residensi dalam Pajak InternasionalIlham Sousuke
 
Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda
Perjanjian Penghindaran Pajak BergandaPerjanjian Penghindaran Pajak Berganda
Perjanjian Penghindaran Pajak BergandaIlham Sousuke
 
Pajak Berganda dalam Pajak Internasional
Pajak Berganda dalam Pajak InternasionalPajak Berganda dalam Pajak Internasional
Pajak Berganda dalam Pajak InternasionalIlham Sousuke
 
Mengenal Pajak Internasional
Mengenal Pajak InternasionalMengenal Pajak Internasional
Mengenal Pajak InternasionalIlham Sousuke
 
(Pert 7) bab 20 audit payroll and personnel cycles
(Pert 7) bab 20 audit payroll and personnel cycles(Pert 7) bab 20 audit payroll and personnel cycles
(Pert 7) bab 20 audit payroll and personnel cyclesIlham Sousuke
 
(Pert 6) bab 22 siklus akuisisi capital dan repayment
(Pert 6) bab 22 siklus akuisisi capital dan repayment(Pert 6) bab 22 siklus akuisisi capital dan repayment
(Pert 6) bab 22 siklus akuisisi capital dan repaymentIlham Sousuke
 
(Pert 6) bab 21 siklus inventory dan warehousing
(Pert 6) bab 21 siklus inventory dan warehousing(Pert 6) bab 21 siklus inventory dan warehousing
(Pert 6) bab 21 siklus inventory dan warehousingIlham Sousuke
 
(Pert 5) bab 19 penyelesaian siklus akuisisi dan pemabayaran
(Pert 5) bab 19 penyelesaian siklus akuisisi dan pemabayaran(Pert 5) bab 19 penyelesaian siklus akuisisi dan pemabayaran
(Pert 5) bab 19 penyelesaian siklus akuisisi dan pemabayaranIlham Sousuke
 
(Pert 4) bab 15 penyelesaian siklus penjualan dan penagihan
(Pert 4) bab 15 penyelesaian siklus penjualan dan penagihan(Pert 4) bab 15 penyelesaian siklus penjualan dan penagihan
(Pert 4) bab 15 penyelesaian siklus penjualan dan penagihanIlham Sousuke
 
(Pert 5) bab 18 siklus akuisisi dan pembayaran
(Pert 5) bab 18 siklus akuisisi dan pembayaran(Pert 5) bab 18 siklus akuisisi dan pembayaran
(Pert 5) bab 18 siklus akuisisi dan pembayaranIlham Sousuke
 
(Pert 4) bab 14 siklus penjualan dan penagihan test of control & substa...
(Pert 4) bab 14 siklus penjualan dan penagihan   test of control & substa...(Pert 4) bab 14 siklus penjualan dan penagihan   test of control & substa...
(Pert 4) bab 14 siklus penjualan dan penagihan test of control & substa...Ilham Sousuke
 
(Pert 3) bab 24 penyelesaian audit
(Pert 3) bab 24 penyelesaian audit(Pert 3) bab 24 penyelesaian audit
(Pert 3) bab 24 penyelesaian auditIlham Sousuke
 
(Pert 3) bab 8 perencanaan audit dan prosedur analitis
(Pert 3) bab 8 perencanaan audit dan prosedur analitis(Pert 3) bab 8 perencanaan audit dan prosedur analitis
(Pert 3) bab 8 perencanaan audit dan prosedur analitisIlham Sousuke
 
(Pert 3) bab 13 strategi audit dan program audit
(Pert 3) bab 13 strategi audit dan program audit(Pert 3) bab 13 strategi audit dan program audit
(Pert 3) bab 13 strategi audit dan program auditIlham Sousuke
 
(Pert 2) bab 10 pengendalian internal
(Pert 2) bab 10 pengendalian internal(Pert 2) bab 10 pengendalian internal
(Pert 2) bab 10 pengendalian internalIlham Sousuke
 
(Pert 2) bab 9 materialitas dan risiko audit
(Pert 2) bab 9 materialitas dan risiko audit(Pert 2) bab 9 materialitas dan risiko audit
(Pert 2) bab 9 materialitas dan risiko auditIlham Sousuke
 
(Pert 2) bab 7 bukti audit
(Pert 2) bab 7 bukti audit(Pert 2) bab 7 bukti audit
(Pert 2) bab 7 bukti auditIlham Sousuke
 

More from Ilham Sousuke (18)

Bentuk Usaha Tetap dalam Pajak Internasional (Permanent Establishment)
Bentuk Usaha Tetap dalam Pajak Internasional (Permanent Establishment)Bentuk Usaha Tetap dalam Pajak Internasional (Permanent Establishment)
Bentuk Usaha Tetap dalam Pajak Internasional (Permanent Establishment)
 
Residensi dalam Pajak Internasional
Residensi dalam Pajak InternasionalResidensi dalam Pajak Internasional
Residensi dalam Pajak Internasional
 
Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda
Perjanjian Penghindaran Pajak BergandaPerjanjian Penghindaran Pajak Berganda
Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda
 
Pajak Berganda dalam Pajak Internasional
Pajak Berganda dalam Pajak InternasionalPajak Berganda dalam Pajak Internasional
Pajak Berganda dalam Pajak Internasional
 
Mengenal Pajak Internasional
Mengenal Pajak InternasionalMengenal Pajak Internasional
Mengenal Pajak Internasional
 
(Pert 7) bab 20 audit payroll and personnel cycles
(Pert 7) bab 20 audit payroll and personnel cycles(Pert 7) bab 20 audit payroll and personnel cycles
(Pert 7) bab 20 audit payroll and personnel cycles
 
(Pert 6) bab 22 siklus akuisisi capital dan repayment
(Pert 6) bab 22 siklus akuisisi capital dan repayment(Pert 6) bab 22 siklus akuisisi capital dan repayment
(Pert 6) bab 22 siklus akuisisi capital dan repayment
 
(Pert 6) bab 21 siklus inventory dan warehousing
(Pert 6) bab 21 siklus inventory dan warehousing(Pert 6) bab 21 siklus inventory dan warehousing
(Pert 6) bab 21 siklus inventory dan warehousing
 
(Pert 5) bab 19 penyelesaian siklus akuisisi dan pemabayaran
(Pert 5) bab 19 penyelesaian siklus akuisisi dan pemabayaran(Pert 5) bab 19 penyelesaian siklus akuisisi dan pemabayaran
(Pert 5) bab 19 penyelesaian siklus akuisisi dan pemabayaran
 
(Pert 4) bab 15 penyelesaian siklus penjualan dan penagihan
(Pert 4) bab 15 penyelesaian siklus penjualan dan penagihan(Pert 4) bab 15 penyelesaian siklus penjualan dan penagihan
(Pert 4) bab 15 penyelesaian siklus penjualan dan penagihan
 
(Pert 5) bab 18 siklus akuisisi dan pembayaran
(Pert 5) bab 18 siklus akuisisi dan pembayaran(Pert 5) bab 18 siklus akuisisi dan pembayaran
(Pert 5) bab 18 siklus akuisisi dan pembayaran
 
(Pert 4) bab 14 siklus penjualan dan penagihan test of control & substa...
(Pert 4) bab 14 siklus penjualan dan penagihan   test of control & substa...(Pert 4) bab 14 siklus penjualan dan penagihan   test of control & substa...
(Pert 4) bab 14 siklus penjualan dan penagihan test of control & substa...
 
(Pert 3) bab 24 penyelesaian audit
(Pert 3) bab 24 penyelesaian audit(Pert 3) bab 24 penyelesaian audit
(Pert 3) bab 24 penyelesaian audit
 
(Pert 3) bab 8 perencanaan audit dan prosedur analitis
(Pert 3) bab 8 perencanaan audit dan prosedur analitis(Pert 3) bab 8 perencanaan audit dan prosedur analitis
(Pert 3) bab 8 perencanaan audit dan prosedur analitis
 
(Pert 3) bab 13 strategi audit dan program audit
(Pert 3) bab 13 strategi audit dan program audit(Pert 3) bab 13 strategi audit dan program audit
(Pert 3) bab 13 strategi audit dan program audit
 
(Pert 2) bab 10 pengendalian internal
(Pert 2) bab 10 pengendalian internal(Pert 2) bab 10 pengendalian internal
(Pert 2) bab 10 pengendalian internal
 
(Pert 2) bab 9 materialitas dan risiko audit
(Pert 2) bab 9 materialitas dan risiko audit(Pert 2) bab 9 materialitas dan risiko audit
(Pert 2) bab 9 materialitas dan risiko audit
 
(Pert 2) bab 7 bukti audit
(Pert 2) bab 7 bukti audit(Pert 2) bab 7 bukti audit
(Pert 2) bab 7 bukti audit
 

Recently uploaded

AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptxAKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptxnursariheldaseptiana
 
TEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptx
TEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptxTEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptx
TEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptxMOHDAZLANBINALIMoe
 
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptxMemperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptxsalmnor
 
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptxMateri Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptxSaujiOji
 
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...Kanaidi ken
 
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptxContoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptxIvvatulAini
 
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdfModul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdfKartiniIndasari
 
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024RoseMia3
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxdeskaputriani1
 
Program Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - PerencanaanProgram Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - PerencanaanAdePutraTunggali
 
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptnabilafarahdiba95
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024ssuser0bf64e
 
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfProv.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfIwanSumantri7
 
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAYSOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAYNovitaDewi98
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKAKELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKAppgauliananda03
 
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).pptKenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).pptnovibernadina
 
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfJarzaniIsmail
 

Recently uploaded (20)

AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptxAKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
 
TEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptx
TEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptxTEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptx
TEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptx
 
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptxMemperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
 
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptxMateri Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
 
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
 
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptxContoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
 
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdfModul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
 
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
 
Program Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - PerencanaanProgram Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - Perencanaan
 
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
 
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfProv.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
 
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAYSOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKAKELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
 
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).pptKenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
 
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
 

Pajak Internasional atas Bunga

  • 1. Pengantar Pasal 11 OECD Model DTA berkaitan dengan bunga dalam banyak cara yang sama seperti Pasal 10 penawaran dengan dividen. Pasal 11 membahas perpajakan bunga yang diperoleh dari Negara S oleh orang yang merupakan residen Negara R. Pasal 11(1) memberlakukan hak pajak atas negara tempat tinggal pemberi pinjaman; Pasal 11(2) memberikan hak perpajakan terbatas pada negara tempat tinggal peminjam; Pasal 11(3) mendefinisikan "bunga" dan Pasal 11(4) berkaitan dengan bunga yang muncul melalui bentuk usaha tetap. selain itu, Pasal 11(5) menentukan dimana bunga muncul dan Pasal 11(6) berkaitan dengan pembayaran bunga yang dilakukan antara orang-orang terkait. Kami akan memeriksa masing-masing ketentuan ini secara rinci. Hukum dalam negeri perpajakan bunga Analisis hukum perpajakan bunga adalah sama dengan yang dibahas di atas sehubungan dengan dividen. Hukum perpajakan domestik Negara R biasanya akan mengizinkan Negara R memajaki penghasilan di seluruh dunia (termasuk bunga) yang diperoleh residennya. Demikian pula, berdasarkan undang-undang perpajakan domestiknya, Negara S biasanya akan mengenakan pajak bunga yang diperoleh oleh bukan residen Negara S, serta residennya, jika negara itu ingin mengenakan pajak kepada mereka yang meminjamkan dana kepada perusahaan-perusahaan yang menetap di Negara S. Negara S biasanya akan mengenakan pajak pemotongan final non-residen atas jumlah kotor pendapatan bunga yang diperoleh dari Perusahaan S oleh pemberi pinjaman non-residennya. Meskipun pendekatan ini tipikal, pendekatan ini tidak berlaku di semua negara. Misalnya, undang-undang pajak penghasilan di Belanda tidak mengenakan pajak atas bunga yang dibayarkan oleh residen Belanda ke pemberi pinjaman non-residen. Adapun dividen, pemberi pinjaman biasanya akan membayar pajak atas pendapatan bunga sumber asingnya di Negara R atas dasar pendapatan bersih, yaitu Negara R biasanya akan memungkinkan pengurangan untuk pengeluaran yang dikeluarkan oleh pemberi pinjaman dalam memperoleh pendapatan bunga. Negara R kemudian akan memberikan keringanan pajak kepada kreditur atas pajak (pemotongan final non-residen) yang dibayarkannya di Negara S atas pendapatan bunganya, baik secara sepihak di bawah undang-undang perpajakan domestiknya atau sesuai dengan persyaratan Pasal 23B DTA antara Negara R dan Negara S. Hak perpajakan berdasarkan perjanjian pajak berganda Pasal 11 dari OECD Model DTA membahas pengenaan pajak yang berasal dari Negara S oleh orang yang merupakan residen Negara lainnya. Pasal 11(1) memungkinkan Negara R untuk mengenakan pajak sesuai dengan hukum nasionalnya: "Bunga yang timbul di [Negara S] dan dibayarkan ke residen [Negara R] dapat dikenakan pajak di [Negara R]" (penekanan ditambahkan).
  • 2. Sekali lagi, Negara R tidak harus mengenakan pajak atas bunga tetapi dapat melakukannya jika diinginkan; dengan kata lain, jika Negara R memungut bunga asing yang berasal dari residennya sebagai pemberi pinjaman, DTA antara Negara R dan Negara S tidak akan menghentikan Negara R untuk melakukannya. Selain itu, Pasal 11(2) dari OECD Model DTA juga memungkinkan Negara S untuk mengenakan pajak atas bunga yang sama, tetapi tunduk pada batasan jumlah pajak yang dikenakan. Pasal 11(2) dari OECD Model DTA menyatakan bahwa bunga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11(1): dapat juga dikenakan pajak di [Negara S ] dan sesuai dengan hukum [Negara S ], tetapi jika beneficial owner dari bunga tersebut adalah residen Negara R, pajak yang dibebankan tidak akan melebihi 10 persen dari jumlah kotor bunga. Otoritas yang kompeten dari Negara pihak pada Persetujuan akan dengan kesepakatan bersama menyelesaikan cara penerapan pembatasan ini. (penekanan ditambahkan) Sekali lagi, Negara S tidak harus mengenakan pajak atas bunga tetapi dapat melakukannya jika diinginkan, tunduk pada batasan dalam Pasal 11(2). Pasal 11(2) karena itu menegaskan pembebanan pajak dalam hukum domestik Negara S, tetapi kemudian membatasinya. Kami baru saja melihat bahwa Belanda adalah negara tempat Pasal 11(2) tidak memiliki aplikasi karena hukum domestik Belanda tidak mengandung ketentuan yang relevan yang memerlukan penegasan oleh Pasal 11(2). Negara-negara Anggota Uni Eropa adalah negara tempat Pasal 11(2) tidak memiliki aplikasi sejauh penerima bunga adalah residen Negara Anggota lain karena Interest and Royalty Directive (2003) dari Dewan Eropa melarang Negara-negara Anggota yang merupakan sumber bunga dari memajaki bunga di bawah hukum domestic mereka. Seperti dividen, Pasal 11(2) bekerja untuk Negara R, negara tempat tinggal pemberi pinjaman. Ini membatasi hak perpajakan Negara S, yang pada gilirannya berpasali bahwa Negara diharuskan untuk mengurangi pajak saat memberikan keringanan kredit kepada penghuninya, yang meminjamkan kepada orang-orang di Negara S. Sekali lagi, manfaat ini untuk Negara R hanya relevan jika Negara Tarif pajak R melebihi Negara S. UN Model DTA berisi ketentuan yang hampir identik, kecuali bahwa hal itu membiarkan pembatasan tingkat persentase terbuka yang dikenakan pada Negara S. Dengan melakukan hal itu, Negara S diberikan fleksibilitas yang lebih besar untuk menegosiasikan tingkat yang lebih tinggi daripada tingkat 10% dalam Pasal 11(2) dari OECD Model DTA. Fleksibilitas semacam itu menguntungkan negara-negara berkembang pengimpor modal, yang menjadi tujuan UN Model DTA.
  • 3. Perjanjian CARICOM membatasi hak pajak bunga hanya untuk negara sumber. Pasal 12 (2) dari Perjanjian itu mengenakan tingkat maksimum tetap pada negara sumber sebesar 15% dari jumlah bruto bunga. Beberapa negara dengan sengaja mengecualikan jenis bunga tertentu dari perpajakan secara keseluruhan berdasarkan hukum nasional mereka atau DTA mereka; lihat, misalnya, Cina — Prancis DTA (1984). Kelas bunga yang diuntungkan meliputi: - bunga dibayarkan kepada lembaga pemerintah; - bunga yang dibayarkan oleh pemerintah; - bunga yang dibayarkan oleh bank tertentu (biasanya yang milik pemerintah); dan - kredit perdagangan. Preferensi semacam ini tidak termasuk dalam OECD dan UN Model DTA karena ketidaksukaan organisasi ini (terutama dalam kasus OECD) untuk bias pajak yang mendukung jenis pendapatan atau pembayar pajak tertentu. Beberapa DTA sama sekali tidak memuat pasalikel yang menarik, terutama jika mereka adalah DTA yang lebih tua, misalnya Prancis — Vietnam DTA (1993) dan Jepang — DTA Selandia Baru (1963). Karena DTA itu diam pada perlakuan yang menarik untuk tujuan mereka, kita harus beralih ke Pasal 21 (Penghasilan lain) untuk menghalangi-menambang perlakuan pajak yang sesuai. Kami akan kembali ke Pasal 21 dalam Bab 18. Definisi "bunga" Istilah "bunga" memiliki pasali berbeda dalam yurisdiksi pajak yang berbeda. Untuk tujuan model OECD dan PBB DTA, Pasal 11(3) mendefinisikan "bunga" berpasali: pendapatan dari hutang - klaim dalam segala bentuk, dijamin dengan hipotek atau tidak atau tidak atau tidak memiliki hak untuk berppasalisipasi dalam keuntungan debitur, dan khususnya, pendapatan dari sekuritas pemerintah dan pendapatan dari obligasi atau surat hutang, termasuk premi dan hadiah yang melekat pada sekuritas, obligasi atau surat hutang tersebut. Biaya penalti untuk keterlambatan pembayaran tidak akan dianggap sebagai bunga untuk tujuan Pasalini. Ada dua poin penting yang harus kita ambil dari definisi ini: - pertama, bunga harus muncul dari klaim hutang dan, - kedua, tidak masalah jika klaim hutang juga memiliki hak untuk berppasalisipasi dalam keuntungan perusahaan penerbit. Anda akan ingat dari diskusi kami tentang makna "dividen" bahwa dividen prima facie adalah pendapatan dari saham atau hak-hak lain "yang berppasalisipasi dalam laba", dengan ketentuan bahwa saham atau hak itu bukan klaim utang. Oleh karena itu, dalam hal ini definisi "bunga" cocok dengan definisi "dividen" dalam Pasal 10(3).
  • 4. DTA nyata sering mengubah atau memperluas kata-kata dari definisi "bunga" dalam Pasal 11(3) dari model DTA OECD dan PBB. Misalnya, Pasal 14(3) dari Jerman — Belanda DTA (1959) menyebutkan jenis-jenis instrumen utang tertentu. Ini menyatakan bahwa bunga berpasali "pendapatan dari pinjaman, obligasi, surat berharga dan klaim hutang apa pun" (penekanan ditambahkan). Jerman dan Belanda mengambil posisi bahwa instrumen hybrid tertentu dengan fitur hutang dan ekuitas lebih bersifat ekuitas daripada hutang sehingga, meskipun mereka mungkin merupakan klaim hutang (setidaknya untuk sebagian dari kehidupan mereka), mereka harus diperlakukan sebagai ekuitas untuk keperluan pajak penghasilan. Jadi, Pasal 14(3) dari Jerman — Belanda, DTA, secara khusus mengarahkan bahwa "pendapatan yang diperoleh dari obligasi konversi dan obligasi yang berppasalisipasi harus tunduk pada ketentuan Pasal13 [pasalikel dividen" (penekanan ditambahkan). Australia — Finlandia DTA (1984) adalah contoh dari DTA yang memperluas definisi OECD dan UN Model DTA tentang "bunga" dengan cara yang lebih umum. Pasal 11(3) dari DTA tersebut menyatakan bahwa: yang istilah "bunga" ... termasuk bunga dari surat berharga Pemerintah atau dari obligasi atau surat utang, apakah atau tidak dijamin dengan hipotek dan apakah atau tidak membawa hak untuk berppasalisipasi dalam keuntungan, dan bunga dari bentuk lain dari hutang sebagai wel l karena semua penghasilan lain yang berasimilasi dengan penghasilan dari uang yang dipinjamkan oleh undang-undang perpajakan dari Negara pihak pada Persetujuan di mana penghasilan tersebut timbul. (penekanan ditambahkan) Di sini, kita melihat lagi gagasan asimilasi, seperti yang kita lihat di atas dalam kasus definisi "dividen" di Australia — Norwegia DTA (2006). Perhatikan bahwa kata-kata di sini berhubungan dengan gagasan memajaki semua pengembalian dari "uang yang dipinjamkan" di bawah hukum domestik negara pihak yang menandatangani kontrak (terutama Australia). Tujuannya adalah untuk menyelaraskan definisi DTA tentang "kepentingan" dengan definisi hukum domestik di mana, di bawah hukum domestiknya, negara yang mengadakan perjanjian menerapkan rezim pengaturan waktu tipe akrual untuk pajak keuntungan yang belum direalisasi sesuai dengan prinsip akuntansi (misalnya metodologi hasil hingga jatuh tempo). ) selama jangka waktu instrumen hutang. Bunga untuk keperluan DTA kemudian mencakup, misalnya, alokasi pembayaran penukaran selama jangka waktu obligasi tanpa kupon. Bunga diperoleh melalui bentuk usaha tetap Adapun dividen, Pasal 11(4) dari OECD Model DTA juga memberikan perlakuan khusus atas bunga yang diterima oleh suatu pendirian tetap dari bukan residen di negara asal. Secara khusus, Pasal 11(4) negara, terkait dengan Negara R dan Negara S:
  • 5. Ketentuan-ketentuan ayat 1 dan 2 tidak berlaku jika beneficial owner dari bunga, yang merupakan residen [Negara R], menjalankan bisnis di [Negara S] di mana bunga muncul melalui suatu permament establishment yang terletak [di Negara S] dan klaim hutang sehubungan dengan pembayaran bunga terkait secara efektif dengan bentuk usaha tetap tersebut. Dalam hal demikian ketentuan Pasal 7 berlaku. Sekali lagi, UN Model DTA memperluas ketentuan ini di luar sekadar permanent establishment ke pangkalan tetap di Negara S dari wajib pajak yang menyediakan layanan pribadi yang independen, dalam hal ini bunga yang timbul dari hutang - klaim yang secara efektif terhubung dengan pangkalan tetap tersebut dikenakan pajak dalam sesuai dengan Pasal 14 dari UN Model DTA. Konsekuensi dari Pasal 11(4) adalah bahwa bunga diperlakukan sebagai laba bisnis (atau pendapatan dari layanan pribadi independen jika ketentuan UN Model DTA berlaku) di mana klaim utang yang menghasilkannya "secara efektif terhubung dengan" suatu bentuk usaha tetap. (atau basis tetap) yang dimiliki oleh pemberi pinjaman non-residen di negara sumber, dan tarif pajak negara sumber konsesi (berlaku untuk jumlah bunga bruto) dalam Pasal 11(2) tidak dapat diterapkan. Sebagai gantinya, bunga diperlakukan sebagai bagian dari keuntungan bisnis dari permanent establishment (atau pendapatan dari penyedia layanan pribadi independen), yang dikenakan pajak berdasarkan laba bersih (yaitu setelah penyisihan untuk pengeluaran yang dapat dikurangkan yang dikeluarkan untuk menghasilkan pendapatan itu) di bawah Pasal 7 (atau Pasal 14 UN Model DTA, mana yang berlaku). Seperti dalam kasus dividen, bunga yang diperoleh dari suatu bentuk usaha tetap dapat muncul dalam tiga skenario: (1) di mana bentuk usaha tetap berada di negara di mana perusahaan yang menjadi bentuk usaha tetap tersebut adalah residen, yaitu di Negara R; atau (2) di mana permanent establishment berada di negara di mana perusahaan yang membayar bunga adalah residen, yaitu di Negara S; atau (3) di mana bentuk usaha tetap berada di negara bagian ketiga, yaitu di Negara Itu atau Negara S. Hasil pajak berdasarkan DTA antara Negara R dan Negara S sama dengan yang disajikan untuk dividen di Bab 12. Di mana bunga muncul? Bunga biasanya "muncul" di negara tempat pembayar bunganya bertempat tinggal. Namun, itu tidak selalu terjadi, dan bisa sangat sulit di mana negara ketiga terlibat dalam pengaturan pendanaan. Pasal 11(5) dari OECDModel DTAberupaya untuk menyediakan aturan untuk menyelesaikan tempat di mana bunga muncul, baik secara umum maupun berkenaan dengan hutang yang terkait dengan permanent establishment. Pasal 11(5) memberi tahu kita terlebih dahulu bahwa aturan umum adalah bahwa "bunga dianggap timbul di suatu Negara pihak pada
  • 6. Persetujuan apabila pembayarnya adalah residen Negara tersebut". UN Model DTA memperluas aturan ini ke situasi di mana pembayar bunga adalah negara itu sendiri atau subdivisi politik atau otoritas lokal dari negara itu. Lalu Pasal 11(5) dari OECD Model DTA selanjutnya mengarahkan bahwa: di mana ... orang yang membayar bunganya, apakah ia adalah residen suatu Negara pihak pada Persetujuan atau tidak, di suatu Negara pihak pada Persetujuan suatu bentuk usaha tetap sehubungan dengan hutang yang timbul dari bunga yang dibayarkan, dan bunga tersebut ditanggung oleh bentuk usaha tetap tersebut, maka bunga tersebut dianggap muncul di Negara tempat bentuk usaha tetap itu berada. Singkatnya, ketentuan ini berpasali bahwa kepentingan muncul di negara di mana bentuk usaha tetap (melalui mana bunga datang sekitar) terletak dan biaya bunga ditanggung oleh bentuk usaha tetap. Dari perspektif kebijakan pajak, aturan ini cukup logis karena biasanya Permanent establishment akan dikenakan pajak di negara di mana ia berada di atas laba bersih (yaitu setelah dikurangi biaya bunga), sehingga negara akan ingin mengenakan pajak pada bunga yang diizinkan sebagai pengurang bentuk usaha tetap di tangan penerima, yang dapat dilakukannya (tunduk pada batasan) di bawah Pasal 11(2). UN Model DTA menawarkan aturan yang sama dengan modifikasinya untuk mencakup pangkalan tetap wajib pajak layanan pribadi yang independen. Pembayaran bunga antar pihak terkait Tarif pajak konsesi 10% diizinkan berdasarkan Pasal 11(2) dari OECD Model DTA dapat menggoda kelompok perusahaan multinasional untuk menetapkan suku bunga pinjaman antar kelompok pada tingkat yang terlalu tinggi. Misalnya, tanpa tindakan pencegahan, praktik semacam itu akan menghasilkan manfaat pajak kelompok secara keseluruhan di mana tarif pajak perusahaan lebih tinggi daripada tarif 10% yang ditentukan dalam Pasal 11(2). Untuk mengilustrasikan, anggaplah bahwa sebuah perusahaan (Parent co) adalah residen Negara itu Parent co memiliki anak perusahaan yang sepenuhnya dimiliki (Sub co), yang merupakan residen di Country S. Parent co meminjamkan Sub co USD I juta pada tingkat bunga sebesar 5% per tahun, tingkat bunga pasar di Negara S. Dengan asumsi bahwa ( i ) tarif pajak perusahaan di Negara S adalah 30%, (ii) biaya bunga yang dikeluarkan oleh Sub co dapat dikurangkan dalam Negara S, (iii) untuk kesederhanaan, bunga yang diterima oleh Parent co dari Sub co dibebaskan dari pajak di Negara R, dan (iv) DTA antara Negara R dan Country S sama dengan OECD Model DTA, kemudian grup '(yaitu kombinasi dari Parent co dan Sub co) memperoleh manfaat pajak bersih tahunan (yaitu penghematan dari hutang pajak) di Negara S sebesar USD 10.000 dari pinjaman, dihitung sebagai berikut:
  • 7. Manfaat pajak ini dapat ditingkatkan hanya dengan Parent co memajukan USD 1 juta pada tingkat bunga yang sangat tinggi, sehingga merusak basis pajak Negara S. Misalnya, dengan menaikkan tiga kali lipat suku bunga menjadi 15% per tahun, orangtua Induk dapat melipatgandakan manfaat pajak: Jelas, Negara S akan menginginkan beberapa langkah anti-avoidance diterapkan untuk melindungi pendapatannya. Pasal 11(6) dari OECD Model DTA, yang tercermin dalam UN Model DTA, adalah salah satu ukuran tersebut. Pasal 11(6) menyatakan bahwa: dimana, karena alasan adanya hubungan istimewa antara pembayar dengan pemilik hak yang menikmati atau antara kedua-duanya dengan orang lain, jumlah bunga itu, dengan memperhatikan tagihan hutang yang dibayarkan melebihi jumlah yang akan disetujui oleh pembayar dan beneficial owner jika tidak ada hubungan seperti itu, ketentuan Pasalini hanya berlaku untuk jumlah yang disebutkan terakhir. Dalam hal demikian, kelebihan bagian dari pembayaran akan tetap dikenakan pajak sesuai dengan hukum masing-masing Negara pihak pada Persetujuan, dengan memperhatikan ketentuan-ketentuan lain dalam Konvensi ini. Pasal 11(6) berpasali bahwa tingkat konsesi 10% hanya berlaku untuk suku bunga arm’s length atas pinjaman antara kedua pihak terkait. Namun, kelebihan jumlah bunga dibiarkan diperlakukan sesuai dengan hukum domestik masing-masing negara. Seringkali itu berpasali bahwa jumlah kelebihan bunga dianggap sebagai dividen, dan dikenakan pajak seperti itu di Negara R. Yang lebih penting bagi wajib pajak adalah bahwa jika Negara S memperlakukan kelebihan bunga sebagai dividen, itu tidak akan memungkinkan pengurangan untuk jumlah berlebih itu. Tapi perhatikan Pasal itu. 11(6) menyimpulkan dengan instruksi bahwa harus memperhatikan ketentuan-ketentuan DTA lainnya. Oleh karena itu, jika undang-undang dalam negeri dari negara pihak pada perjanjian memperlakukan pembayaran bunga berlebih sebagai dividen, perlakuan pajaknya yang sesuai dapat jatuh pada Pasal 10 (tunduk pada definisi "dividen" dalam Pasal itu). Jika tidak, Pasal 21 (Penghasilan lain) mungkin berlaku.