SlideShare a Scribd company logo
1 of 40
PERPAJAKAN INTERNASIONAL
sumiharti
1
Agenda Pembahasan
1. Pengertian Pajak Internasional
2. Pajak Internasional Indonesia
3. Dimensi Perpajakan Internasional
4. Double Tax, What and Why?
5. How to relief double tax?
6. BUT
2
Pengertian Pajak Internasional
Definisi:
- Ketentuan-ketentuan
- Yang mengandung aspek internasional
- Di dalam UU Pajak suatu negara
In US, International Tax means international
aspect of US Income Tax Law,
Di Indonesia, pajak internasional adalah aspek
internasional dalam UU PPh
Biasanya terdapat dalam UU yang mengatur
tentang pengenaan pajak atas penghasilan.
3
Pajak Internasional Indonesia
Aspek Internasional dalam UU PPh:
• Subjek pajak (Pasal 2 ayat (2), (3), (4), dan (5);
Pasal 2A ayat (3) dan (4); dan Pasal 3);
• Objek pajak (Pasal 4 dan Pasal 5);
• Anti tax avoidance (Pasal 18);
• Penghitungan pajak (Pasal 16 ayat (1) dan (3),
dan Pasal 17 ayat (1) dan (2);
• Eliminasi pajak berganda (Pasal 24);
• Pengenaan pajak atas penghasilan Orang Asing
dengan mekanisme withholding tax (Pasal 26);
• Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda/ Tax
Treaty (Pasal 32A).
4
Pajak Internasional Indonesia-1
Subjek Pajak Penghasilan
• Siapa saja Subjek Pajak
• Siapa Subjek Pajak DN
• Siapa Subjek Pajak LN
• Apa itu Bentuk Usaha Tetap
(BUT)
• Kewajiban Pajak Subjektif
dimulai dan berakhir
• Dikecualikan sebagai Subjek
Pajak
Pasal 2 ayat (2),
Pasal 2 ayat (3),
Pasal 2 ayat (4),
Pasal 2 ayat (5)
Pasal 2A ayat (3),
(4);
Pasal 3;
5
Pajak Internasional Indonesia-2
Objek Pajak Penghasilan
• Objek PPh (umum) Penghasilan
Prinsip: Worldwide Income, halal/
haram
• Objek PPh untuk BUT
Prinsip: Income BUT dan “force of
attraction income”
• Pengurang penghasilan bruto terkait
dengan “force of attraction income”
• Penentuan laba BUT
Pasal 4 (1),
Pasal 5 (1),
Pasal 5 (2)
Pasal 5 (3)
6
Pajak Internasional Indonesia-3
Anti Tax Avoidance Rules
• Debt to Equity Ratio
• Controlled Foreign Corporations
(CFC) Rules
• Transfer Pricing & Thin
Capitalization Rules
• Advance Pricing Agreement (APA)
• Hubungan Istimewa (Associated
Enterprises)
Pasal 18
Ayat (1)
Ayat (2)
Ayat (3),
Ayat (3a)
Ayat (4)
7
Pajak Internasional Indonesia-4
Kredit Pajak Luar Negeri
• Credit Method
• Per Country Limitation Principle
• Source Rule
• PPh yang dapat dikreditkan salah
satunya adalah PPh pasal 24
Pasal 24:
Ayat (1)
Ayat (2)
Ayat (3),
Pasal 28
8
Pajak Internasional Indonesia-5
Taxing the Foreigner/non residents
• Passive Income, Business/Service
Income, other Income
• Capital Gain Income, Insurance
Premium
• Branch Profit Tax
Pasal 26:
Ayat (1)
Ayat (2)
Ayat (4),
9
Dimensi Pajak Internasional
taxing the foreigners’ income:
yaitu pengenaan pajak atas penghasilan
yang diperoleh orang asing (foreigners)
yang berasal dari DN, dan
taxing the foreign income:
yaitu pengenaan pajak atas penghasilan
yang berasal dari LN yang diperoleh
penduduk (resident).
Akibatnya adalah Pajak Berganda (Double Tax)
10
Dimensi Pajak Internasional-1
Aspek
Dimensi Pajak Internasional
Taxing the
Foreigners’ Income
Taxing the Foreign
Income
Subjek Pajak SP luar negeri SP dalam negeri
Objek Pajak
Penghasilan dalam
Pasal 26 ayat (1)
huruf a s.d. ...
Worldwide Income
(Pasal 4 ayat (1))
Pengenaan Pajak
Mekanisme
Withholding tax
(Pasal 26)
Self Assessment
Eliminasi
Pajak Berganda
Tidak ada
Kredit Pajak Luar
Negeri (Pasal 24)
11
Istilah Dasar
Perusahaan X
Tn A
Investment
Dividen
Negara S Negara sumber
• Mengenakan pajak atas penghasilan
dividen
• Dimensi Taxing the foreigner’s income
• Mekanisme pengenaan pajak:
withholding tax yang dilakukan oleh
perusahaan X
Negara S
Negara D
Negara D  Negara domisili
• Mengenakan pajak atas penghasilan
dividen
• Dimensi Taxing the foreign income
• Mekanisme pengenaan pajak: dengan
self assessment system, dilakukan
oleh Tuan A sendiri
$
12
Double Taxation-What?
What do you mean?
• Economic/Juridical Double Taxation
• International/Domestic Double Taxation
DOUBLE TAXATION
Economic Concept
International
Concept
Juridical Concept
Domestic Concept
International
Juridical/(Economic) Double
Taxation
13
lanjutan
Economic Double Taxation:
pengenaan pajak atas penghasilan
(dalam pengertian ekonomi) yang
diperoleh seseorang lebih dari satu
kali oleh lebih dari satu jurisdiksi.
Juridical Double Taxation:
pengenaan pajak atas penghasilan
yang sama yang diperoleh seseorang
oleh lebih dari satu jurisdiksi.
14
Double Taxation-Why?
1.Meningkatnya transaksi internasional
- Globalisasi
- Internet
2. Kedaulatan Negara untuk mengenakan
pajak (Sovereignty to tax) yang
menimbulkan konflik.
Karakteristik konflik penyebab double
taxation:
- Resident-Source conflict
- Resident-Resident conflict
- Source-source conflict
15
Resident-Source Conflict
Pajak berganda yang terjadi karena satu
jurisdiksi mengenakan pajak karena merasa
berhak memajaki penghasilan yang bersumber di
negaranya (source principle) dan jurisdiksi yang
lain merasa berhak memajaki karena penghasilan
diterima oleh penduduknya (resident principle)
X Corp.
PT ABC
Negara X
Indonesia
Loan
Interest
16
Resident-Resident Conflict
Pajak berganda yang terjadi karena dua jurisdiksi
mengenakan pajak atas penghasilan dari penduduk
yang diklaim oleh kedua jurisdiksi sebagai
penduduknya. Kedua jurisdiksi mengenakan pajak
menerapkan resident principle.
Negara X
Indonesia
Mr. John
Melakukan usaha
di Indonesia
selama > 183 hari
SP DN Negara X
SP DN Indonesia
17
Source-Source Conflict
Pajak berganda yang terjadi karena dua
jurisdiksi mengenakan pajak karena merasa
berhak memajaki penghasilan yang diklaim oleh
kedua jurisdiksi bersumber di negaranya. Kedua
jurisdiksi menerapkan source principle.
P Corp.
PT ABC
Negara X
IndonesiaRental fee
Negara P
Cabang
PT ABC
Tagihan
Mencatat biaya sewa
dan hutang
18
Penghilangan pajak berganda dapat
dilakukan oleh:
• Undang-undang Pajak dan ketentuan
domestik
• Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda
(P3B)
• Prosedur Perjanjian Bersama (Mutual
Agreement Procedures)
• Arbitrase Internasional
19
Undang-undang Pajak & Ketentuan Domestik
Menghilangkan pajak berganda dengan cara:
• Mengecualikan suatu penghasilan sebagai objek
pajak
• Kredit Pajak Luar Negeri (KPLN)
Tidak Sempurna, karena:
• Tidak semua penghasilan yang berpotensi terjadi
pengenaan pajak berganda dikecualikan sebagai
objek pajak;
• KPLN hanya dapat dinikmati manfaatnya oleh
Subjek Pajak Dalam Negeri.
• Dalam kasus R-R conflict, UU PPh justru
menjadi penyebab pajak berganda, sehingga UU
PPh tidak mungkin menghilangkannya.
20
Unilateral Double Taxation Relief
Contoh:
• Penghindaran pajak berganda atas
penghasilan intercorporate dividend (Pasal 4
ayat (3) huruf f)
• Penghindaran pajak berganda atas
penghasilan dari pembagian laba persekutuan
kepada anggota (Pasal 4 ayat (3) huruf i)
• Membetulkan ketetapan pajak yang
menimbulkan pajak berganda
21
Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda
Menghilangkan double taxation dengan cara:
- Menyelesaikan masalah R-R Konflik dengan
menyediakan Dual Residence Tie Breaker Rule
- Membagi hak pemajakan atas penghasilan dengan cara:
- Hak pemajakan eksklusif pada negara sumber
- Hak pemajakan eksklusif pada negara domisili
- Hak pemajakan dibagi antara negara sumber dan negara
domisili
- Dalam kasus transfer pricing, mewajibkan dilakukannya
corresponding adjustment,
- Menentukan metode pengkreditan pajak,
- WP dapat mengajukan kepada Competent Tax
Authority (CA)-nya untuk melakukan MAP bila P3B
diterapkan tidak sebagaimana mestinya.
22
Mutual Agreement Procedure
• Apabila Wajib Pajak dikenakan atau akan dikenakan
pajak yang tidak sesuai dengan P3B dapat meminta
CA-nya untuk melakukan MAP dengan CA dari
negara mitra P3B.
• Para CA akan melakukan konsultasi untuk
menyelesaikan masalah WP dan berusaha
semaksimal mungkin untuk menghilangkan pajak
berganda.
Kelemahan:
- Prosesnya membutuhkan waktu yang lama (2-3
tahun),
- Belum tentu menghasilkan kesepakatan seperti yang
diinginkan oleh Wajib Pajak.
23
Fitur Prosedur MAP di Indonesia
Permintaan MAP dari negara lain kepada DJP:
1. DJP akan menolak melaksanakan MAP bila WP DN sudah
mengajukan keberatan atau banding.
2. DJP terikat pada UU Pengadilan Pajak untuk
melaksanakan (eksekusi) putusan pengadilan pajak dalam
waktu 30 hari.
3. Revenue bias.
4. Tidak ada aturan pelaksanaan, sehingga membingungkan
dalam proses penyiapan tanggapan, pembuatan
keputusan, dan koordinasi.
Permintaan WP Indonesia kepada DJP untuk melakukan
MAP:
1. SE Dirjen Pajak No.SE-05/PJ.10/1995 bersifat
prosedural biasa;
2. Tidak terdapat prosedur apabila WP pada saat yang
bersamaan menempuh keberatan dan banding.
3. Tidak memberikan perlindungan kepada WP mengenai
pembayaran pajak dan sanksi.
24
Metode-metode penghilangan pajak berganda
• Deduction Method: penghilangan pajak berganda
dengan mengurangkan pajak yang dikenakan di
luar negeri dari penghasilan yang diperoleh dari
luar negeri pada saat menghitung pajak terutang
di dalam negeri.
• Exemption Method: penghilangan pajak berganda
dengan tidak memperhitungkan penghasilan dari
luar negeri saat menghitung pajak terutang di
dalam negeri
• Credit Method: penghilangan pajak berganda
dengan memperhitungkan pajak yang dikenakan
di luar negeri dengan pajak terutang di dalam
negeri.
25
Kasus Penghilangan Pajak Berganda
Tn. Ali memperoleh penghasilan neto dari dalam
negeri sebesar Rp 50 miliar dan dari luar
negeri sebesar Rp 30 miliar (dikenakan pajak
di luar negeri 40%, yaitu Rp 12 miliar)
Hitunglah:
1. Total pajak yang dibayar Tn. Ali (global)
2. Tarif pajak efektif yang ditanggung Tn. Ali
Apabila:
1. Di dalam negeri pengenaan pajak dengan
prinsip worldwide income dan tarif tunggal
30%
2. (i) tidak ada penghilangan pajak berganda, (ii)
deduction method, (iii) exemption method, (iv)
credit method in full, dan (v) credit method
seperti di Indonesia (Pasal 24 UU PPh)
26
No DT
Relief
Deduction
Method
Exemption
Method
Credit
Method
In Full
Credit
Method
Indonesia
Penghasilan Neto DN 50 M 50 M 50 M 50 M 50 M
Penghasilan Neto LN 30 M 18 M -- 30 M 30 M
Total Penghasilan Neto 80 M 68 M 50 M 80 M 80 M
PPh (30%) 24 M 20.4 M 15 M 24 M 24 M
(-) Kredit Pajak LN --- --- --- (12 M) (9 M)*
Pajak di dalam negeri 24 M 20.4 M 15 M 12 M 15 M
Total Pajak (dn & ln) 36 M 32.4 M 27 M 24 M 27 M
Tarif Pajak Efektif 45% 40.5% 33.75% 30% 33.75%
*) 30/80 x 24M = 9M, Hasil perhitungan (9M) lebih kecil dari yang sudah dikenakan di luar negeri (12M)
27
Bentuk Usaha Tetap
Bentuk Usaha Tetap (BUT) =
Permanent Establishment (PE)
• Apa perbedaan BUT dengan bentuk
usaha lainnya?
• BUT dalam Domestic Laws
• BUT dalam Tax Treaty
28
BUT dibandingkan dengan PMA
Bentuk Usaha Tetap
Indonesia
Luar Negeri
Foreign HQ
BUT
Revenue
Pasal 5(1)
Expenses
Pasal 5(2),5(3)
Penghasilan
Kena Pajak
Pasal 16(3)
-
Tarif Pasal 17
XPPh Terutang
-
Branch
Profit
Penanaman Modal Asing
Indonesia
Luar Negeri
Foreign Parents
PMA
(Domestic Subsidiary)
Revenue
Pasal 4(1)
Deductible
Expenses
Penghasilan
Kena Pajak
Pasal 16(1)
-
Tarif Pasal 17
XPPh Terutang
-
Net
Profit
29
BUT PMA
Status hukum Tidak berbadan hukum Berstatus badan hukum PT
Penyertaan/Equity Tidak ada Berasal dari pemegang
saham
Penghasilan Pasal 5 ayat (1) UU
PPh
Pasal 4 ayat (1) UU PPh
Pengurang Penghasilan
Bruto
Pasal 5 ayat (2) dan
(3) UU PPh
Pasal 6 ayat (1), Pasal 9
UU PPh
Perhitungan Kompensasi
Kerugian
O O
Penghasilan Kena Pajak Pasal 16 ayat (3) UU
PPh
Pasal 16 ayat (1) UU PPh
Tarif Pajak Pasal 17 ayat (1) b
UU PPh
Pasal 17 ayat (1) b UU PPh
Penghasilan Kena Pajak
dikurang PPh terutang
Branch Profit (subject
to PPh Pasal 26 ayat
(4))
Tidak ada terminologi
khusus, distribution to
shareholder (dividend)
subject to PPh Pasal 23/26
BUT dibandingkan dengan PMA
30
BUT dalam Domestic Laws
Pasal 2 ayat 5 UU PPh:
BUT adalah bentuk usaha yang dipergunakan oleh:
• orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di
Indonesia atau berada di Indonesia tidak lebih
dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, atau
• badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat
kedudukan di Indonesia untuk menjalankan usaha
atau kegiatan di Indonesia.
Bentuk usaha tetap adalah bentuk usaha yang
dipergunakan oleh Subjek Pajak luar negeri untuk
memperoleh penghasilan di Indonesia, yaitu
Income from Business or Services.
31
BUT dalam Domestic Laws
Bentuk-bentuk BUT dapat diklasifikasikan ke dalam
4 jenis:
• BUT tipe Aktiva: Tempat manajemen, cabang
perusahaan, kantor perwakilan, gedung kantor,
pabrik, bengkel, pertambangan dan penggalian
sumber alam, wilayah kerja pengeboran yang
digunakan untuk eksplorasi pertambangan, perikanan,
peternakan, pertanian, perkebunan, atau kehutanan.
• BUT tipe Aktivitas: proyek konstruksi, instalasi,
atau proyek perakitan; dan pemberian jasa dalam
bentuk apapun oleh pegawai atau oleh orang lain yang
dilakukan lebih dari 60 hari dalam jangka waktu 12
bulan.
32
BUT dalam Domestic Laws
• BUT tipe Agen: kegiatan usaha melalui
orang atau badan yang bertindak selaku
agen yang dependen.
• BUT tipe Asuransi: perusahaan asuransi
luar negeri yang menanggung resiko di
Indonesia atau memungut premi asuransi
di Indonesia melalui agen atau
pegawainya.
Bentuk-bentuk BUT di atas merupakan
penampakan wujud dari kegiatan yang
dilakukan oleh Subjek Pajak luar negeri di
Indonesia.
33
Pajak Penghasilan untuk BUT
Objek Pajak BUT (Pasal 5 ayat (1) UU PPh)
a. Penghasilan dari usaha atau kegiatan BUT
b. Penghasilan kantor pusat dari usaha atau kegiatan, penjualan
barang, atau pemberian jasa di Indonesia yang sejenis dengan
yang dijalankan atau yang dilakukan oleh BUT di Indonesia.
c. Penghasilan sebagaimana tersebut dalam Pasal 26 yang diterima
atau diperoleh kantor pusat, sepanjang terdapat ada hubungan
efektif antara BUT dengan harta atau kegiatan yang memberikan
penghasilan dimaksud.
Poin a dan c lazimnya disebut sebagai force of attraction rule.
Biaya-biaya BUT (Pasal 5 ayat (2) dan ayat (3) UU PPh)
• BUT diperbolehkan untuk mengurangi biaya yang berkenaan
dengan penghasilan kantor pusat yang ditarik menjadi penghasilan
BUT.
• BUT diperbolehkan untuk mengurangkan biaya administrasi kantor
pusat yang berkaitan dengan usaha atau kegiatan BUT, yang
besarnya ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak, diatur lebih
lanjut dengan Kep. Dirjen Pajak No.Kep-62/PJ./1995.
34
PPh untuk BUT
Biaya yang tidak dapat dikurangkan oleh BUT:
• Royalti atau imbalan lainnya sehubungan dengan
penggunaan harta, paten, atau hak-hak lainnya.
• Imbalan sehubungan dengan jasa manajemen dan jasa
lainnya.
• Bunga, kecuali bunga yang berkenaan dengan usaha
perbankan.
Tarif PPh untuk BUT (Pasal 17 ayat (1) b UU PPh):
28% sejak 2010 = 25%
Branch Profit Tax (Pasal 26 ayat (4) UU PPh):
PPh Pasal 26 yang dikenakan atas Penghasilan Kena
Pajak suatu BUT di Indonesia setelah dikurangi Pajak
Penghasilan.
Tarif: 20%
35
BUT dalam Tax Treaty (P3B)
• Apabila Subjek Pajak luar negeri yang
menjalankan usaha atau kegiatan di Indonesia
melalui BUT adalah penduduk (resident) dari
mitra Tax Treaty Indonesia yang dibuktikan
dengan Certificate of Domicile (COD) atau
Surat Keterangan Domisili (SKD) yang
dikeluarkan oleh Competent Tax Authority di
negaranya, maka ketentuan di dalam Tax
Treaty yang akan berlaku.
Penerapan Tax Treaty akan mengalahkan
domestic law (UU PPh), kecuali untuk hal-hal
yang tidak diatur dalam Tax Treaty.
Tanpa adanya COD, Domestic Law yang
diberlakukan
36
BUT dalam Tax Treaty (P3B)
Dalam P3B umumnya pasal-pasal yang
terkait dengan BUT:
• Pasal 5: mengatur tentang apa yang
dimaksud dengan BUT, jenis-jenis BUT,
dan apa yang tidak termasuk sebagai BUT
yang disepakati antara Indonesia dan
negara mitra P3B.
• Pasal 7: mengatur tentang Negara mana
yang berhak mengenakan pajak atas
penghasilan BUT yang berada di suatu
negara (ayat 1), apa yang menjadi
penghasilan BUT (ayat 3), dan apa yang
boleh menjadi biaya dari BUT (ayat 4).
37
Ketentuan yang perlu diperhatikan dalam penerapan P3B
Jasa yang tidak dilakukan di Indonesia oleh
penduduk mitra P3B
•NO PE NO TAX
Kecuali: dalam P3B dengan Jerman, Luxemburg, Swiss,
Pakistan, dan Venezuela khususnya yang berhubungan dengan
pemberian jasa teknik, manajemen, dan konsultasi yang
dilakukan di Indonesia, dikenakan pemotongan PPh Pasal 26
meskipun pemberi jasa tidak mempunyai BUT di Indonesia.
• Pasal 7 P3B: penghasilan yang diperoleh penduduk
negara domisili hanya dapat dipajaki oleh negara
sumber, bila kegiatan atau usaha tersebut
dilakukan melalui suatu BUT.
• Jasa yang tidak dilakukan di Indonesia tidak
menimbulkan BUT tidak dapat dikenakan pajak di
Indonesia.
38
Ketentuan yang perlu diperhatikan dalam penerapan P3B
Bila jasa dilakukan di Indonesia:
• Penentuan adanya BUT di Indonesia ditentukan
berdasarkan time test yang diatur oleh masing-
masing P3B.
• Bila time test terpenuhi: imbalan jasa tersebut
dikenakan pajak di Indonesia dan dipotong PPh Pasal
23 sesuai ketentuan yang berlaku.
• Bila time test tidak terpenuhi, imbalan jasa
tersebut tidak dapat dikenakan pajak di Indonesia,
kecuali yang dibayar atau terutang kepada penduduk
Jerman, Luxemburg, Swiss, Pakistan, dan Venezuela.
39
The End
40

More Related Content

What's hot

Akuntansi Keuangan 2 - Ekuitas
Akuntansi Keuangan 2 - EkuitasAkuntansi Keuangan 2 - Ekuitas
Akuntansi Keuangan 2 - EkuitasLusi Mei
 
Persediaan akuntansi perpajakan
Persediaan akuntansi perpajakanPersediaan akuntansi perpajakan
Persediaan akuntansi perpajakansulkhi
 
Akuntansi Kas dan Setara Kas PEMDA
Akuntansi Kas dan Setara Kas PEMDAAkuntansi Kas dan Setara Kas PEMDA
Akuntansi Kas dan Setara Kas PEMDAMahyuni Bjm
 
Kel.1 -perencanaan pajak melalui pemilihan badan usaha
Kel.1  -perencanaan pajak melalui pemilihan badan usahaKel.1  -perencanaan pajak melalui pemilihan badan usaha
Kel.1 -perencanaan pajak melalui pemilihan badan usahaNisa Uzumakiy
 
Standar akuntansi keuangan sektor publik
Standar akuntansi keuangan sektor publikStandar akuntansi keuangan sektor publik
Standar akuntansi keuangan sektor publikJunianto Junianto
 
Psak 46 pajak penghasilan 25032015
Psak  46 pajak penghasilan 25032015Psak  46 pajak penghasilan 25032015
Psak 46 pajak penghasilan 25032015PPA FEUI
 
Konsolidasi pada anak perusahaan yang dimiliki kurang dari kepemilikan penuh
Konsolidasi pada anak perusahaan yang dimiliki kurang dari kepemilikan penuhKonsolidasi pada anak perusahaan yang dimiliki kurang dari kepemilikan penuh
Konsolidasi pada anak perusahaan yang dimiliki kurang dari kepemilikan penuhmaritahardi
 
akuntansi pajak atas piutang
akuntansi pajak atas piutangakuntansi pajak atas piutang
akuntansi pajak atas piutangrisfanpratama
 
Psak 16-aset-tetap-dan-psak-terkait-25032015
Psak 16-aset-tetap-dan-psak-terkait-25032015Psak 16-aset-tetap-dan-psak-terkait-25032015
Psak 16-aset-tetap-dan-psak-terkait-25032015azhar dwi osra
 
Transaksi mata uang asing pertemuan ke 7
Transaksi mata uang asing pertemuan ke 7Transaksi mata uang asing pertemuan ke 7
Transaksi mata uang asing pertemuan ke 7Manik Ryad
 
Kertas kerja pemeriksaan kap
Kertas kerja pemeriksaan kapKertas kerja pemeriksaan kap
Kertas kerja pemeriksaan kapYABES HULU
 
PPN pengkreditan pajak masukan
PPN   pengkreditan pajak masukanPPN   pengkreditan pajak masukan
PPN pengkreditan pajak masukankaromah95
 
Penjualan Cicilan ( akuntansi keuangan lanjutan)
Penjualan Cicilan ( akuntansi keuangan lanjutan)Penjualan Cicilan ( akuntansi keuangan lanjutan)
Penjualan Cicilan ( akuntansi keuangan lanjutan)Hasan Romadon
 
Hubungan antara materialitas, risiko audit dan bukti audit
Hubungan antara  materialitas, risiko audit dan  bukti auditHubungan antara  materialitas, risiko audit dan  bukti audit
Hubungan antara materialitas, risiko audit dan bukti auditSyafdinal Ncap
 
Konstruksi Teori Akuntansi
Konstruksi Teori AkuntansiKonstruksi Teori Akuntansi
Konstruksi Teori AkuntansiSujatmiko Wibowo
 
Materi Akuntansi Organisasi Nirlaba
Materi Akuntansi Organisasi NirlabaMateri Akuntansi Organisasi Nirlaba
Materi Akuntansi Organisasi Nirlabarusdiman1
 

What's hot (20)

Akuntansi Keuangan 2 - Ekuitas
Akuntansi Keuangan 2 - EkuitasAkuntansi Keuangan 2 - Ekuitas
Akuntansi Keuangan 2 - Ekuitas
 
SISTEM PENGENDALIAN INTERN
SISTEM PENGENDALIAN INTERNSISTEM PENGENDALIAN INTERN
SISTEM PENGENDALIAN INTERN
 
Persediaan akuntansi perpajakan
Persediaan akuntansi perpajakanPersediaan akuntansi perpajakan
Persediaan akuntansi perpajakan
 
Akuntansi Kas dan Setara Kas PEMDA
Akuntansi Kas dan Setara Kas PEMDAAkuntansi Kas dan Setara Kas PEMDA
Akuntansi Kas dan Setara Kas PEMDA
 
Akuntansi Pensiun
Akuntansi PensiunAkuntansi Pensiun
Akuntansi Pensiun
 
Kel.1 -perencanaan pajak melalui pemilihan badan usaha
Kel.1  -perencanaan pajak melalui pemilihan badan usahaKel.1  -perencanaan pajak melalui pemilihan badan usaha
Kel.1 -perencanaan pajak melalui pemilihan badan usaha
 
Standar akuntansi keuangan sektor publik
Standar akuntansi keuangan sektor publikStandar akuntansi keuangan sektor publik
Standar akuntansi keuangan sektor publik
 
Latihan soal akuntansi lanjutan 1
Latihan soal akuntansi lanjutan 1Latihan soal akuntansi lanjutan 1
Latihan soal akuntansi lanjutan 1
 
Psak 46 pajak penghasilan 25032015
Psak  46 pajak penghasilan 25032015Psak  46 pajak penghasilan 25032015
Psak 46 pajak penghasilan 25032015
 
Konsolidasi pada anak perusahaan yang dimiliki kurang dari kepemilikan penuh
Konsolidasi pada anak perusahaan yang dimiliki kurang dari kepemilikan penuhKonsolidasi pada anak perusahaan yang dimiliki kurang dari kepemilikan penuh
Konsolidasi pada anak perusahaan yang dimiliki kurang dari kepemilikan penuh
 
akuntansi pajak atas piutang
akuntansi pajak atas piutangakuntansi pajak atas piutang
akuntansi pajak atas piutang
 
Psak 16-aset-tetap-dan-psak-terkait-25032015
Psak 16-aset-tetap-dan-psak-terkait-25032015Psak 16-aset-tetap-dan-psak-terkait-25032015
Psak 16-aset-tetap-dan-psak-terkait-25032015
 
Transaksi mata uang asing pertemuan ke 7
Transaksi mata uang asing pertemuan ke 7Transaksi mata uang asing pertemuan ke 7
Transaksi mata uang asing pertemuan ke 7
 
Kertas kerja pemeriksaan kap
Kertas kerja pemeriksaan kapKertas kerja pemeriksaan kap
Kertas kerja pemeriksaan kap
 
PPN pengkreditan pajak masukan
PPN   pengkreditan pajak masukanPPN   pengkreditan pajak masukan
PPN pengkreditan pajak masukan
 
Penjualan Cicilan ( akuntansi keuangan lanjutan)
Penjualan Cicilan ( akuntansi keuangan lanjutan)Penjualan Cicilan ( akuntansi keuangan lanjutan)
Penjualan Cicilan ( akuntansi keuangan lanjutan)
 
Hubungan antara materialitas, risiko audit dan bukti audit
Hubungan antara  materialitas, risiko audit dan  bukti auditHubungan antara  materialitas, risiko audit dan  bukti audit
Hubungan antara materialitas, risiko audit dan bukti audit
 
Ringkasan Akuntansi Biaya Bab I - X
Ringkasan Akuntansi Biaya Bab I - XRingkasan Akuntansi Biaya Bab I - X
Ringkasan Akuntansi Biaya Bab I - X
 
Konstruksi Teori Akuntansi
Konstruksi Teori AkuntansiKonstruksi Teori Akuntansi
Konstruksi Teori Akuntansi
 
Materi Akuntansi Organisasi Nirlaba
Materi Akuntansi Organisasi NirlabaMateri Akuntansi Organisasi Nirlaba
Materi Akuntansi Organisasi Nirlaba
 

Similar to perpajakan internasional

presentasi-1-kelompok-3.pdf
presentasi-1-kelompok-3.pdfpresentasi-1-kelompok-3.pdf
presentasi-1-kelompok-3.pdfipoelservices
 
konsep dasar pajakinternasional.pdf
konsep dasar pajakinternasional.pdfkonsep dasar pajakinternasional.pdf
konsep dasar pajakinternasional.pdfipoelservices
 
Pajak Berganda dalam Pajak Internasional
Pajak Berganda dalam Pajak InternasionalPajak Berganda dalam Pajak Internasional
Pajak Berganda dalam Pajak InternasionalIlham Sousuke
 
konsep dasar pajakinternasional.pdf
konsep dasar pajakinternasional.pdfkonsep dasar pajakinternasional.pdf
konsep dasar pajakinternasional.pdfSeptianaNugraha2
 
Konsep dasar pajak internasional by lutfi ardhani,dkk
Konsep dasar pajak internasional by lutfi ardhani,dkkKonsep dasar pajak internasional by lutfi ardhani,dkk
Konsep dasar pajak internasional by lutfi ardhani,dkkLutfi Ardhani
 
1_Hukum Pajak Internasional.pptx
1_Hukum Pajak Internasional.pptx1_Hukum Pajak Internasional.pptx
1_Hukum Pajak Internasional.pptxAdenKun1
 
Keringanan Pajak (Tax Relief) dalam Pajak Internasional
Keringanan Pajak (Tax Relief) dalam Pajak InternasionalKeringanan Pajak (Tax Relief) dalam Pajak Internasional
Keringanan Pajak (Tax Relief) dalam Pajak InternasionalIlham Sousuke
 
pph pasal 24 25 dan 26
pph pasal 24 25 dan 26pph pasal 24 25 dan 26
pph pasal 24 25 dan 26muh wilyam
 
Hukum pajak internasional adalah suatu kesatuan hukum yang mengupas suatu per...
Hukum pajak internasional adalah suatu kesatuan hukum yang mengupas suatu per...Hukum pajak internasional adalah suatu kesatuan hukum yang mengupas suatu per...
Hukum pajak internasional adalah suatu kesatuan hukum yang mengupas suatu per...BillyReihan
 
pph pasal 24
pph pasal 24pph pasal 24
pph pasal 241l2j3n
 
Mengenal Pajak Internasional
Mengenal Pajak InternasionalMengenal Pajak Internasional
Mengenal Pajak InternasionalIlham Sousuke
 
Makalah pph 24 isi
Makalah pph 24 isiMakalah pph 24 isi
Makalah pph 24 isianisa_13
 
Pengantar Perpajakan
Pengantar PerpajakanPengantar Perpajakan
Pengantar Perpajakaneryeryey
 
Revisi Tugas Kelompok 2_Perpajakan.pptx
Revisi Tugas Kelompok 2_Perpajakan.pptxRevisi Tugas Kelompok 2_Perpajakan.pptx
Revisi Tugas Kelompok 2_Perpajakan.pptxmatius7
 
Perjanjian perpajakan intl
Perjanjian perpajakan intlPerjanjian perpajakan intl
Perjanjian perpajakan intlayuayawh
 
konsep dasar pajak
konsep dasar pajakkonsep dasar pajak
konsep dasar pajakYan Chen
 
Pajak by tri mustofa
Pajak by tri mustofaPajak by tri mustofa
Pajak by tri mustofaRay Martini
 
Bab 1& 2 pengantar perpajakan
Bab 1& 2 pengantar perpajakanBab 1& 2 pengantar perpajakan
Bab 1& 2 pengantar perpajakanPet-pet
 

Similar to perpajakan internasional (20)

presentasi-1-kelompok-3.pdf
presentasi-1-kelompok-3.pdfpresentasi-1-kelompok-3.pdf
presentasi-1-kelompok-3.pdf
 
konsep dasar pajakinternasional.pdf
konsep dasar pajakinternasional.pdfkonsep dasar pajakinternasional.pdf
konsep dasar pajakinternasional.pdf
 
Pajak Berganda dalam Pajak Internasional
Pajak Berganda dalam Pajak InternasionalPajak Berganda dalam Pajak Internasional
Pajak Berganda dalam Pajak Internasional
 
konsep dasar pajakinternasional.pdf
konsep dasar pajakinternasional.pdfkonsep dasar pajakinternasional.pdf
konsep dasar pajakinternasional.pdf
 
Konsep dasar pajak internasional by lutfi ardhani,dkk
Konsep dasar pajak internasional by lutfi ardhani,dkkKonsep dasar pajak internasional by lutfi ardhani,dkk
Konsep dasar pajak internasional by lutfi ardhani,dkk
 
1_Hukum Pajak Internasional.pptx
1_Hukum Pajak Internasional.pptx1_Hukum Pajak Internasional.pptx
1_Hukum Pajak Internasional.pptx
 
Keringanan Pajak (Tax Relief) dalam Pajak Internasional
Keringanan Pajak (Tax Relief) dalam Pajak InternasionalKeringanan Pajak (Tax Relief) dalam Pajak Internasional
Keringanan Pajak (Tax Relief) dalam Pajak Internasional
 
pph pasal 24 25 dan 26
pph pasal 24 25 dan 26pph pasal 24 25 dan 26
pph pasal 24 25 dan 26
 
Hukum pajak internasional adalah suatu kesatuan hukum yang mengupas suatu per...
Hukum pajak internasional adalah suatu kesatuan hukum yang mengupas suatu per...Hukum pajak internasional adalah suatu kesatuan hukum yang mengupas suatu per...
Hukum pajak internasional adalah suatu kesatuan hukum yang mengupas suatu per...
 
pph pasal 24
pph pasal 24pph pasal 24
pph pasal 24
 
Mengenal Pajak Internasional
Mengenal Pajak InternasionalMengenal Pajak Internasional
Mengenal Pajak Internasional
 
Makalah pph 24 isi
Makalah pph 24 isiMakalah pph 24 isi
Makalah pph 24 isi
 
Pengantar Perpajakan
Pengantar PerpajakanPengantar Perpajakan
Pengantar Perpajakan
 
Revisi Tugas Kelompok 2_Perpajakan.pptx
Revisi Tugas Kelompok 2_Perpajakan.pptxRevisi Tugas Kelompok 2_Perpajakan.pptx
Revisi Tugas Kelompok 2_Perpajakan.pptx
 
Perjanjian perpajakan intl
Perjanjian perpajakan intlPerjanjian perpajakan intl
Perjanjian perpajakan intl
 
konsep dasar pajak
konsep dasar pajakkonsep dasar pajak
konsep dasar pajak
 
Pertemuan 7
Pertemuan 7Pertemuan 7
Pertemuan 7
 
Pajak by tri mustofa
Pajak by tri mustofaPajak by tri mustofa
Pajak by tri mustofa
 
Makalah Pajak Berganda
Makalah Pajak BergandaMakalah Pajak Berganda
Makalah Pajak Berganda
 
Bab 1& 2 pengantar perpajakan
Bab 1& 2 pengantar perpajakanBab 1& 2 pengantar perpajakan
Bab 1& 2 pengantar perpajakan
 

More from Asep suryadi

Pengendalian internal perusahaan bab 5 auditing
Pengendalian internal perusahaan bab 5 auditingPengendalian internal perusahaan bab 5 auditing
Pengendalian internal perusahaan bab 5 auditingAsep suryadi
 
Ppn dan p pn bm uu no 42 tahun 2009
Ppn dan p pn bm uu no 42  tahun 2009Ppn dan p pn bm uu no 42  tahun 2009
Ppn dan p pn bm uu no 42 tahun 2009Asep suryadi
 
Penjelasan PPh pasal 22
Penjelasan PPh pasal 22Penjelasan PPh pasal 22
Penjelasan PPh pasal 22Asep suryadi
 
penjelasan Pph pasal 23
penjelasan Pph pasal 23 penjelasan Pph pasal 23
penjelasan Pph pasal 23 Asep suryadi
 
Akuntansi biaya produksi pesanan
Akuntansi biaya produksi pesananAkuntansi biaya produksi pesanan
Akuntansi biaya produksi pesananAsep suryadi
 
Pengantar dasar akuntansi smester 1
Pengantar dasar akuntansi smester 1Pengantar dasar akuntansi smester 1
Pengantar dasar akuntansi smester 1Asep suryadi
 
Soal latiahan bab 2 semester 3
Soal latiahan bab 2 semester 3Soal latiahan bab 2 semester 3
Soal latiahan bab 2 semester 3Asep suryadi
 
Istilah dan prilaku biaya (akuntasi biaya bab 2)
Istilah dan prilaku biaya (akuntasi biaya bab 2)Istilah dan prilaku biaya (akuntasi biaya bab 2)
Istilah dan prilaku biaya (akuntasi biaya bab 2)Asep suryadi
 
Pengantar akuntasi biaya bab 1
Pengantar akuntasi biaya bab 1Pengantar akuntasi biaya bab 1
Pengantar akuntasi biaya bab 1Asep suryadi
 
Penghasilan PPH orang pribadi
Penghasilan PPH orang pribadiPenghasilan PPH orang pribadi
Penghasilan PPH orang pribadiAsep suryadi
 
Bagian 2 slide - pengantar teori pajak atas penghasilan (pph)-oke
Bagian 2  slide - pengantar teori pajak atas penghasilan (pph)-okeBagian 2  slide - pengantar teori pajak atas penghasilan (pph)-oke
Bagian 2 slide - pengantar teori pajak atas penghasilan (pph)-okeAsep suryadi
 
Bagian 1 slide - pengantar perpajakan-revisi
Bagian 1  slide - pengantar perpajakan-revisiBagian 1  slide - pengantar perpajakan-revisi
Bagian 1 slide - pengantar perpajakan-revisiAsep suryadi
 
prosedur audit keuangan
prosedur audit keuanganprosedur audit keuangan
prosedur audit keuanganAsep suryadi
 
pengantar staistik ukuran letak
pengantar staistik ukuran letakpengantar staistik ukuran letak
pengantar staistik ukuran letakAsep suryadi
 
matematika keuangan bunga majemuk
matematika keuangan bunga majemukmatematika keuangan bunga majemuk
matematika keuangan bunga majemukAsep suryadi
 
matematika keuangan tingkat diskon dan diskon tunai
matematika keuangan tingkat diskon dan diskon tunaimatematika keuangan tingkat diskon dan diskon tunai
matematika keuangan tingkat diskon dan diskon tunaiAsep suryadi
 
matematika keuangan bunga sederhana
matematika keuangan bunga sederhanamatematika keuangan bunga sederhana
matematika keuangan bunga sederhanaAsep suryadi
 
PEDOMAN TEKNIS TATA CARA PEMOTONGAN, PENYETORAN DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASIL...
PEDOMAN TEKNIS TATA CARA PEMOTONGAN, PENYETORAN DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASIL...PEDOMAN TEKNIS TATA CARA PEMOTONGAN, PENYETORAN DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASIL...
PEDOMAN TEKNIS TATA CARA PEMOTONGAN, PENYETORAN DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASIL...Asep suryadi
 
pengantar Akuntansi perpajakan
pengantar Akuntansi perpajakan pengantar Akuntansi perpajakan
pengantar Akuntansi perpajakan Asep suryadi
 

More from Asep suryadi (20)

Pengendalian internal perusahaan bab 5 auditing
Pengendalian internal perusahaan bab 5 auditingPengendalian internal perusahaan bab 5 auditing
Pengendalian internal perusahaan bab 5 auditing
 
Ppn dan p pn bm uu no 42 tahun 2009
Ppn dan p pn bm uu no 42  tahun 2009Ppn dan p pn bm uu no 42  tahun 2009
Ppn dan p pn bm uu no 42 tahun 2009
 
Penjelasan PPh pasal 22
Penjelasan PPh pasal 22Penjelasan PPh pasal 22
Penjelasan PPh pasal 22
 
penjelasan Pph pasal 23
penjelasan Pph pasal 23 penjelasan Pph pasal 23
penjelasan Pph pasal 23
 
Akuntansi biaya produksi pesanan
Akuntansi biaya produksi pesananAkuntansi biaya produksi pesanan
Akuntansi biaya produksi pesanan
 
Pengantar dasar akuntansi smester 1
Pengantar dasar akuntansi smester 1Pengantar dasar akuntansi smester 1
Pengantar dasar akuntansi smester 1
 
Soal latiahan bab 2 semester 3
Soal latiahan bab 2 semester 3Soal latiahan bab 2 semester 3
Soal latiahan bab 2 semester 3
 
Istilah dan prilaku biaya (akuntasi biaya bab 2)
Istilah dan prilaku biaya (akuntasi biaya bab 2)Istilah dan prilaku biaya (akuntasi biaya bab 2)
Istilah dan prilaku biaya (akuntasi biaya bab 2)
 
Pengantar akuntasi biaya bab 1
Pengantar akuntasi biaya bab 1Pengantar akuntasi biaya bab 1
Pengantar akuntasi biaya bab 1
 
Penghasilan PPH orang pribadi
Penghasilan PPH orang pribadiPenghasilan PPH orang pribadi
Penghasilan PPH orang pribadi
 
PPN dan PPnbm
PPN dan PPnbmPPN dan PPnbm
PPN dan PPnbm
 
Bagian 2 slide - pengantar teori pajak atas penghasilan (pph)-oke
Bagian 2  slide - pengantar teori pajak atas penghasilan (pph)-okeBagian 2  slide - pengantar teori pajak atas penghasilan (pph)-oke
Bagian 2 slide - pengantar teori pajak atas penghasilan (pph)-oke
 
Bagian 1 slide - pengantar perpajakan-revisi
Bagian 1  slide - pengantar perpajakan-revisiBagian 1  slide - pengantar perpajakan-revisi
Bagian 1 slide - pengantar perpajakan-revisi
 
prosedur audit keuangan
prosedur audit keuanganprosedur audit keuangan
prosedur audit keuangan
 
pengantar staistik ukuran letak
pengantar staistik ukuran letakpengantar staistik ukuran letak
pengantar staistik ukuran letak
 
matematika keuangan bunga majemuk
matematika keuangan bunga majemukmatematika keuangan bunga majemuk
matematika keuangan bunga majemuk
 
matematika keuangan tingkat diskon dan diskon tunai
matematika keuangan tingkat diskon dan diskon tunaimatematika keuangan tingkat diskon dan diskon tunai
matematika keuangan tingkat diskon dan diskon tunai
 
matematika keuangan bunga sederhana
matematika keuangan bunga sederhanamatematika keuangan bunga sederhana
matematika keuangan bunga sederhana
 
PEDOMAN TEKNIS TATA CARA PEMOTONGAN, PENYETORAN DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASIL...
PEDOMAN TEKNIS TATA CARA PEMOTONGAN, PENYETORAN DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASIL...PEDOMAN TEKNIS TATA CARA PEMOTONGAN, PENYETORAN DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASIL...
PEDOMAN TEKNIS TATA CARA PEMOTONGAN, PENYETORAN DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASIL...
 
pengantar Akuntansi perpajakan
pengantar Akuntansi perpajakan pengantar Akuntansi perpajakan
pengantar Akuntansi perpajakan
 

Recently uploaded

04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau tripletMelianaJayasaputra
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxErikaPuspita10
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Abdiera
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)3HerisaSintia
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxsudianaade137
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxDwiYuniarti14
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfkustiyantidew94
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdfShintaNovianti1
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisNazla aulia
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxawaldarmawan3
 
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfLAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfChrodtianTian
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...MarwanAnugrah
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaNadia Putri Ayu
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxmtsmampunbarub4
 

Recently uploaded (20)

04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
 
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfLAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
 

perpajakan internasional

  • 2. Agenda Pembahasan 1. Pengertian Pajak Internasional 2. Pajak Internasional Indonesia 3. Dimensi Perpajakan Internasional 4. Double Tax, What and Why? 5. How to relief double tax? 6. BUT 2
  • 3. Pengertian Pajak Internasional Definisi: - Ketentuan-ketentuan - Yang mengandung aspek internasional - Di dalam UU Pajak suatu negara In US, International Tax means international aspect of US Income Tax Law, Di Indonesia, pajak internasional adalah aspek internasional dalam UU PPh Biasanya terdapat dalam UU yang mengatur tentang pengenaan pajak atas penghasilan. 3
  • 4. Pajak Internasional Indonesia Aspek Internasional dalam UU PPh: • Subjek pajak (Pasal 2 ayat (2), (3), (4), dan (5); Pasal 2A ayat (3) dan (4); dan Pasal 3); • Objek pajak (Pasal 4 dan Pasal 5); • Anti tax avoidance (Pasal 18); • Penghitungan pajak (Pasal 16 ayat (1) dan (3), dan Pasal 17 ayat (1) dan (2); • Eliminasi pajak berganda (Pasal 24); • Pengenaan pajak atas penghasilan Orang Asing dengan mekanisme withholding tax (Pasal 26); • Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda/ Tax Treaty (Pasal 32A). 4
  • 5. Pajak Internasional Indonesia-1 Subjek Pajak Penghasilan • Siapa saja Subjek Pajak • Siapa Subjek Pajak DN • Siapa Subjek Pajak LN • Apa itu Bentuk Usaha Tetap (BUT) • Kewajiban Pajak Subjektif dimulai dan berakhir • Dikecualikan sebagai Subjek Pajak Pasal 2 ayat (2), Pasal 2 ayat (3), Pasal 2 ayat (4), Pasal 2 ayat (5) Pasal 2A ayat (3), (4); Pasal 3; 5
  • 6. Pajak Internasional Indonesia-2 Objek Pajak Penghasilan • Objek PPh (umum) Penghasilan Prinsip: Worldwide Income, halal/ haram • Objek PPh untuk BUT Prinsip: Income BUT dan “force of attraction income” • Pengurang penghasilan bruto terkait dengan “force of attraction income” • Penentuan laba BUT Pasal 4 (1), Pasal 5 (1), Pasal 5 (2) Pasal 5 (3) 6
  • 7. Pajak Internasional Indonesia-3 Anti Tax Avoidance Rules • Debt to Equity Ratio • Controlled Foreign Corporations (CFC) Rules • Transfer Pricing & Thin Capitalization Rules • Advance Pricing Agreement (APA) • Hubungan Istimewa (Associated Enterprises) Pasal 18 Ayat (1) Ayat (2) Ayat (3), Ayat (3a) Ayat (4) 7
  • 8. Pajak Internasional Indonesia-4 Kredit Pajak Luar Negeri • Credit Method • Per Country Limitation Principle • Source Rule • PPh yang dapat dikreditkan salah satunya adalah PPh pasal 24 Pasal 24: Ayat (1) Ayat (2) Ayat (3), Pasal 28 8
  • 9. Pajak Internasional Indonesia-5 Taxing the Foreigner/non residents • Passive Income, Business/Service Income, other Income • Capital Gain Income, Insurance Premium • Branch Profit Tax Pasal 26: Ayat (1) Ayat (2) Ayat (4), 9
  • 10. Dimensi Pajak Internasional taxing the foreigners’ income: yaitu pengenaan pajak atas penghasilan yang diperoleh orang asing (foreigners) yang berasal dari DN, dan taxing the foreign income: yaitu pengenaan pajak atas penghasilan yang berasal dari LN yang diperoleh penduduk (resident). Akibatnya adalah Pajak Berganda (Double Tax) 10
  • 11. Dimensi Pajak Internasional-1 Aspek Dimensi Pajak Internasional Taxing the Foreigners’ Income Taxing the Foreign Income Subjek Pajak SP luar negeri SP dalam negeri Objek Pajak Penghasilan dalam Pasal 26 ayat (1) huruf a s.d. ... Worldwide Income (Pasal 4 ayat (1)) Pengenaan Pajak Mekanisme Withholding tax (Pasal 26) Self Assessment Eliminasi Pajak Berganda Tidak ada Kredit Pajak Luar Negeri (Pasal 24) 11
  • 12. Istilah Dasar Perusahaan X Tn A Investment Dividen Negara S Negara sumber • Mengenakan pajak atas penghasilan dividen • Dimensi Taxing the foreigner’s income • Mekanisme pengenaan pajak: withholding tax yang dilakukan oleh perusahaan X Negara S Negara D Negara D  Negara domisili • Mengenakan pajak atas penghasilan dividen • Dimensi Taxing the foreign income • Mekanisme pengenaan pajak: dengan self assessment system, dilakukan oleh Tuan A sendiri $ 12
  • 13. Double Taxation-What? What do you mean? • Economic/Juridical Double Taxation • International/Domestic Double Taxation DOUBLE TAXATION Economic Concept International Concept Juridical Concept Domestic Concept International Juridical/(Economic) Double Taxation 13
  • 14. lanjutan Economic Double Taxation: pengenaan pajak atas penghasilan (dalam pengertian ekonomi) yang diperoleh seseorang lebih dari satu kali oleh lebih dari satu jurisdiksi. Juridical Double Taxation: pengenaan pajak atas penghasilan yang sama yang diperoleh seseorang oleh lebih dari satu jurisdiksi. 14
  • 15. Double Taxation-Why? 1.Meningkatnya transaksi internasional - Globalisasi - Internet 2. Kedaulatan Negara untuk mengenakan pajak (Sovereignty to tax) yang menimbulkan konflik. Karakteristik konflik penyebab double taxation: - Resident-Source conflict - Resident-Resident conflict - Source-source conflict 15
  • 16. Resident-Source Conflict Pajak berganda yang terjadi karena satu jurisdiksi mengenakan pajak karena merasa berhak memajaki penghasilan yang bersumber di negaranya (source principle) dan jurisdiksi yang lain merasa berhak memajaki karena penghasilan diterima oleh penduduknya (resident principle) X Corp. PT ABC Negara X Indonesia Loan Interest 16
  • 17. Resident-Resident Conflict Pajak berganda yang terjadi karena dua jurisdiksi mengenakan pajak atas penghasilan dari penduduk yang diklaim oleh kedua jurisdiksi sebagai penduduknya. Kedua jurisdiksi mengenakan pajak menerapkan resident principle. Negara X Indonesia Mr. John Melakukan usaha di Indonesia selama > 183 hari SP DN Negara X SP DN Indonesia 17
  • 18. Source-Source Conflict Pajak berganda yang terjadi karena dua jurisdiksi mengenakan pajak karena merasa berhak memajaki penghasilan yang diklaim oleh kedua jurisdiksi bersumber di negaranya. Kedua jurisdiksi menerapkan source principle. P Corp. PT ABC Negara X IndonesiaRental fee Negara P Cabang PT ABC Tagihan Mencatat biaya sewa dan hutang 18
  • 19. Penghilangan pajak berganda dapat dilakukan oleh: • Undang-undang Pajak dan ketentuan domestik • Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda (P3B) • Prosedur Perjanjian Bersama (Mutual Agreement Procedures) • Arbitrase Internasional 19
  • 20. Undang-undang Pajak & Ketentuan Domestik Menghilangkan pajak berganda dengan cara: • Mengecualikan suatu penghasilan sebagai objek pajak • Kredit Pajak Luar Negeri (KPLN) Tidak Sempurna, karena: • Tidak semua penghasilan yang berpotensi terjadi pengenaan pajak berganda dikecualikan sebagai objek pajak; • KPLN hanya dapat dinikmati manfaatnya oleh Subjek Pajak Dalam Negeri. • Dalam kasus R-R conflict, UU PPh justru menjadi penyebab pajak berganda, sehingga UU PPh tidak mungkin menghilangkannya. 20
  • 21. Unilateral Double Taxation Relief Contoh: • Penghindaran pajak berganda atas penghasilan intercorporate dividend (Pasal 4 ayat (3) huruf f) • Penghindaran pajak berganda atas penghasilan dari pembagian laba persekutuan kepada anggota (Pasal 4 ayat (3) huruf i) • Membetulkan ketetapan pajak yang menimbulkan pajak berganda 21
  • 22. Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda Menghilangkan double taxation dengan cara: - Menyelesaikan masalah R-R Konflik dengan menyediakan Dual Residence Tie Breaker Rule - Membagi hak pemajakan atas penghasilan dengan cara: - Hak pemajakan eksklusif pada negara sumber - Hak pemajakan eksklusif pada negara domisili - Hak pemajakan dibagi antara negara sumber dan negara domisili - Dalam kasus transfer pricing, mewajibkan dilakukannya corresponding adjustment, - Menentukan metode pengkreditan pajak, - WP dapat mengajukan kepada Competent Tax Authority (CA)-nya untuk melakukan MAP bila P3B diterapkan tidak sebagaimana mestinya. 22
  • 23. Mutual Agreement Procedure • Apabila Wajib Pajak dikenakan atau akan dikenakan pajak yang tidak sesuai dengan P3B dapat meminta CA-nya untuk melakukan MAP dengan CA dari negara mitra P3B. • Para CA akan melakukan konsultasi untuk menyelesaikan masalah WP dan berusaha semaksimal mungkin untuk menghilangkan pajak berganda. Kelemahan: - Prosesnya membutuhkan waktu yang lama (2-3 tahun), - Belum tentu menghasilkan kesepakatan seperti yang diinginkan oleh Wajib Pajak. 23
  • 24. Fitur Prosedur MAP di Indonesia Permintaan MAP dari negara lain kepada DJP: 1. DJP akan menolak melaksanakan MAP bila WP DN sudah mengajukan keberatan atau banding. 2. DJP terikat pada UU Pengadilan Pajak untuk melaksanakan (eksekusi) putusan pengadilan pajak dalam waktu 30 hari. 3. Revenue bias. 4. Tidak ada aturan pelaksanaan, sehingga membingungkan dalam proses penyiapan tanggapan, pembuatan keputusan, dan koordinasi. Permintaan WP Indonesia kepada DJP untuk melakukan MAP: 1. SE Dirjen Pajak No.SE-05/PJ.10/1995 bersifat prosedural biasa; 2. Tidak terdapat prosedur apabila WP pada saat yang bersamaan menempuh keberatan dan banding. 3. Tidak memberikan perlindungan kepada WP mengenai pembayaran pajak dan sanksi. 24
  • 25. Metode-metode penghilangan pajak berganda • Deduction Method: penghilangan pajak berganda dengan mengurangkan pajak yang dikenakan di luar negeri dari penghasilan yang diperoleh dari luar negeri pada saat menghitung pajak terutang di dalam negeri. • Exemption Method: penghilangan pajak berganda dengan tidak memperhitungkan penghasilan dari luar negeri saat menghitung pajak terutang di dalam negeri • Credit Method: penghilangan pajak berganda dengan memperhitungkan pajak yang dikenakan di luar negeri dengan pajak terutang di dalam negeri. 25
  • 26. Kasus Penghilangan Pajak Berganda Tn. Ali memperoleh penghasilan neto dari dalam negeri sebesar Rp 50 miliar dan dari luar negeri sebesar Rp 30 miliar (dikenakan pajak di luar negeri 40%, yaitu Rp 12 miliar) Hitunglah: 1. Total pajak yang dibayar Tn. Ali (global) 2. Tarif pajak efektif yang ditanggung Tn. Ali Apabila: 1. Di dalam negeri pengenaan pajak dengan prinsip worldwide income dan tarif tunggal 30% 2. (i) tidak ada penghilangan pajak berganda, (ii) deduction method, (iii) exemption method, (iv) credit method in full, dan (v) credit method seperti di Indonesia (Pasal 24 UU PPh) 26
  • 27. No DT Relief Deduction Method Exemption Method Credit Method In Full Credit Method Indonesia Penghasilan Neto DN 50 M 50 M 50 M 50 M 50 M Penghasilan Neto LN 30 M 18 M -- 30 M 30 M Total Penghasilan Neto 80 M 68 M 50 M 80 M 80 M PPh (30%) 24 M 20.4 M 15 M 24 M 24 M (-) Kredit Pajak LN --- --- --- (12 M) (9 M)* Pajak di dalam negeri 24 M 20.4 M 15 M 12 M 15 M Total Pajak (dn & ln) 36 M 32.4 M 27 M 24 M 27 M Tarif Pajak Efektif 45% 40.5% 33.75% 30% 33.75% *) 30/80 x 24M = 9M, Hasil perhitungan (9M) lebih kecil dari yang sudah dikenakan di luar negeri (12M) 27
  • 28. Bentuk Usaha Tetap Bentuk Usaha Tetap (BUT) = Permanent Establishment (PE) • Apa perbedaan BUT dengan bentuk usaha lainnya? • BUT dalam Domestic Laws • BUT dalam Tax Treaty 28
  • 29. BUT dibandingkan dengan PMA Bentuk Usaha Tetap Indonesia Luar Negeri Foreign HQ BUT Revenue Pasal 5(1) Expenses Pasal 5(2),5(3) Penghasilan Kena Pajak Pasal 16(3) - Tarif Pasal 17 XPPh Terutang - Branch Profit Penanaman Modal Asing Indonesia Luar Negeri Foreign Parents PMA (Domestic Subsidiary) Revenue Pasal 4(1) Deductible Expenses Penghasilan Kena Pajak Pasal 16(1) - Tarif Pasal 17 XPPh Terutang - Net Profit 29
  • 30. BUT PMA Status hukum Tidak berbadan hukum Berstatus badan hukum PT Penyertaan/Equity Tidak ada Berasal dari pemegang saham Penghasilan Pasal 5 ayat (1) UU PPh Pasal 4 ayat (1) UU PPh Pengurang Penghasilan Bruto Pasal 5 ayat (2) dan (3) UU PPh Pasal 6 ayat (1), Pasal 9 UU PPh Perhitungan Kompensasi Kerugian O O Penghasilan Kena Pajak Pasal 16 ayat (3) UU PPh Pasal 16 ayat (1) UU PPh Tarif Pajak Pasal 17 ayat (1) b UU PPh Pasal 17 ayat (1) b UU PPh Penghasilan Kena Pajak dikurang PPh terutang Branch Profit (subject to PPh Pasal 26 ayat (4)) Tidak ada terminologi khusus, distribution to shareholder (dividend) subject to PPh Pasal 23/26 BUT dibandingkan dengan PMA 30
  • 31. BUT dalam Domestic Laws Pasal 2 ayat 5 UU PPh: BUT adalah bentuk usaha yang dipergunakan oleh: • orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, atau • badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia untuk menjalankan usaha atau kegiatan di Indonesia. Bentuk usaha tetap adalah bentuk usaha yang dipergunakan oleh Subjek Pajak luar negeri untuk memperoleh penghasilan di Indonesia, yaitu Income from Business or Services. 31
  • 32. BUT dalam Domestic Laws Bentuk-bentuk BUT dapat diklasifikasikan ke dalam 4 jenis: • BUT tipe Aktiva: Tempat manajemen, cabang perusahaan, kantor perwakilan, gedung kantor, pabrik, bengkel, pertambangan dan penggalian sumber alam, wilayah kerja pengeboran yang digunakan untuk eksplorasi pertambangan, perikanan, peternakan, pertanian, perkebunan, atau kehutanan. • BUT tipe Aktivitas: proyek konstruksi, instalasi, atau proyek perakitan; dan pemberian jasa dalam bentuk apapun oleh pegawai atau oleh orang lain yang dilakukan lebih dari 60 hari dalam jangka waktu 12 bulan. 32
  • 33. BUT dalam Domestic Laws • BUT tipe Agen: kegiatan usaha melalui orang atau badan yang bertindak selaku agen yang dependen. • BUT tipe Asuransi: perusahaan asuransi luar negeri yang menanggung resiko di Indonesia atau memungut premi asuransi di Indonesia melalui agen atau pegawainya. Bentuk-bentuk BUT di atas merupakan penampakan wujud dari kegiatan yang dilakukan oleh Subjek Pajak luar negeri di Indonesia. 33
  • 34. Pajak Penghasilan untuk BUT Objek Pajak BUT (Pasal 5 ayat (1) UU PPh) a. Penghasilan dari usaha atau kegiatan BUT b. Penghasilan kantor pusat dari usaha atau kegiatan, penjualan barang, atau pemberian jasa di Indonesia yang sejenis dengan yang dijalankan atau yang dilakukan oleh BUT di Indonesia. c. Penghasilan sebagaimana tersebut dalam Pasal 26 yang diterima atau diperoleh kantor pusat, sepanjang terdapat ada hubungan efektif antara BUT dengan harta atau kegiatan yang memberikan penghasilan dimaksud. Poin a dan c lazimnya disebut sebagai force of attraction rule. Biaya-biaya BUT (Pasal 5 ayat (2) dan ayat (3) UU PPh) • BUT diperbolehkan untuk mengurangi biaya yang berkenaan dengan penghasilan kantor pusat yang ditarik menjadi penghasilan BUT. • BUT diperbolehkan untuk mengurangkan biaya administrasi kantor pusat yang berkaitan dengan usaha atau kegiatan BUT, yang besarnya ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak, diatur lebih lanjut dengan Kep. Dirjen Pajak No.Kep-62/PJ./1995. 34
  • 35. PPh untuk BUT Biaya yang tidak dapat dikurangkan oleh BUT: • Royalti atau imbalan lainnya sehubungan dengan penggunaan harta, paten, atau hak-hak lainnya. • Imbalan sehubungan dengan jasa manajemen dan jasa lainnya. • Bunga, kecuali bunga yang berkenaan dengan usaha perbankan. Tarif PPh untuk BUT (Pasal 17 ayat (1) b UU PPh): 28% sejak 2010 = 25% Branch Profit Tax (Pasal 26 ayat (4) UU PPh): PPh Pasal 26 yang dikenakan atas Penghasilan Kena Pajak suatu BUT di Indonesia setelah dikurangi Pajak Penghasilan. Tarif: 20% 35
  • 36. BUT dalam Tax Treaty (P3B) • Apabila Subjek Pajak luar negeri yang menjalankan usaha atau kegiatan di Indonesia melalui BUT adalah penduduk (resident) dari mitra Tax Treaty Indonesia yang dibuktikan dengan Certificate of Domicile (COD) atau Surat Keterangan Domisili (SKD) yang dikeluarkan oleh Competent Tax Authority di negaranya, maka ketentuan di dalam Tax Treaty yang akan berlaku. Penerapan Tax Treaty akan mengalahkan domestic law (UU PPh), kecuali untuk hal-hal yang tidak diatur dalam Tax Treaty. Tanpa adanya COD, Domestic Law yang diberlakukan 36
  • 37. BUT dalam Tax Treaty (P3B) Dalam P3B umumnya pasal-pasal yang terkait dengan BUT: • Pasal 5: mengatur tentang apa yang dimaksud dengan BUT, jenis-jenis BUT, dan apa yang tidak termasuk sebagai BUT yang disepakati antara Indonesia dan negara mitra P3B. • Pasal 7: mengatur tentang Negara mana yang berhak mengenakan pajak atas penghasilan BUT yang berada di suatu negara (ayat 1), apa yang menjadi penghasilan BUT (ayat 3), dan apa yang boleh menjadi biaya dari BUT (ayat 4). 37
  • 38. Ketentuan yang perlu diperhatikan dalam penerapan P3B Jasa yang tidak dilakukan di Indonesia oleh penduduk mitra P3B •NO PE NO TAX Kecuali: dalam P3B dengan Jerman, Luxemburg, Swiss, Pakistan, dan Venezuela khususnya yang berhubungan dengan pemberian jasa teknik, manajemen, dan konsultasi yang dilakukan di Indonesia, dikenakan pemotongan PPh Pasal 26 meskipun pemberi jasa tidak mempunyai BUT di Indonesia. • Pasal 7 P3B: penghasilan yang diperoleh penduduk negara domisili hanya dapat dipajaki oleh negara sumber, bila kegiatan atau usaha tersebut dilakukan melalui suatu BUT. • Jasa yang tidak dilakukan di Indonesia tidak menimbulkan BUT tidak dapat dikenakan pajak di Indonesia. 38
  • 39. Ketentuan yang perlu diperhatikan dalam penerapan P3B Bila jasa dilakukan di Indonesia: • Penentuan adanya BUT di Indonesia ditentukan berdasarkan time test yang diatur oleh masing- masing P3B. • Bila time test terpenuhi: imbalan jasa tersebut dikenakan pajak di Indonesia dan dipotong PPh Pasal 23 sesuai ketentuan yang berlaku. • Bila time test tidak terpenuhi, imbalan jasa tersebut tidak dapat dikenakan pajak di Indonesia, kecuali yang dibayar atau terutang kepada penduduk Jerman, Luxemburg, Swiss, Pakistan, dan Venezuela. 39