SlideShare a Scribd company logo
1 of 31
Download to read offline
Konsep Dasar
Perpajakan Internasional
Perpajakan Internasional
Arnold: “pajak internasional mengacu kepada aspek internasional
dari hukum pajak penghasilan negara tertentu”.
Hukum perpajakan internasional muncul dari praktik kebiasaan
yang berlaku secara internasional atau berdasarkan
peran aktif dari organisasiinternasional
Aktivitas
Perpajakan
lintas negara
Dikenakan pajak
di kedua negara
Masalah perpajakan
berganda
Perpajakan Internasional
Alasan negara sumber dan negara domisili mengenakan pajak:
Negara sumber berhak untuk memajaki penghasilan yang
bersumber dari negaranya
Negara domisili berhak karena pihak yang memperoleh
penghasilan tersebut adalah subjek pajak dalam negeri
Penghindaran perpajakan berganda (P3B)
Dengan adanya P3B  negara mitra P3B
dibatasi dalam mengenakan pajak secara
signifikan sehingga meringankan beban
pajak yang ditanggung subjek
pajak dalam negeri.
Review Jurnal
Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda (TaxTreaty) dalam
Kaitannya dengan Transaksi Internasional
Oleh: Winarti Ahmadi
(Jurnal Hukum Pro Justitia, Oktober 2007, Volume 25 No. 4)
Pendahuluan
• Perdagangan internasional sudah memasuki era perdagangan bebas
• Peghasilan yang muncul dari transaksi internasional akan memberi kontribusi yang
besar untuk menggerakkan perekonomian negara dan meningkatkan penerimaan
pajak negara
• Perbedaan tarif pajak, perencanaan pajak, & fasilitas perpajakan menimbulkan
masalah pengenaan pajak berganda atas obyek yang sama
• Masalah ini penting karena berdampak langsung pada keuntungan perusahaan
Hasil & Kesimpulan
• Perjanjian penghindaran pajak berganda (Tax Treaty) dalam transaksi internasional
digunakan untuk menghindari pengenaan pajak berganda
• Dua model P3B: P3B model OECD dan P3B model United Nations (UN)
• P3B model UN untuk memenuhi kebutuhan negara berkembang, karena hal
pemajakan yang lebih luas diberikan kepada negara berkembang sebagai negara
sumber atau penerima modal
• Indonesia adalah negara berkembang  acuan : P3B model UN, seperti P3B antara
Indonesia-Malaysia
Internasional
Ruang lingkup perpajakan internasional menekankan pada semua
masalah pajak yang muncul berdasarkan hukum pajak
penghasilan suatu negara meliputi beberapa faktor
yang berkaitan dengan kegiatan
luar negeri
Faktor yang berkaitan dengankegiatan luar negeri
Aspek pajak penghasilan dari kegiatan barang dan jasa antar
negara
Kegiatan manufaktur antar negara yang dilakukan oleh
perusahaan multinasional
Investasi yang dilakukan antar negara oleh individu atau dana
investasi
Perpajakan oleh individu yang bekerja / melakukan kegiatan
bisnis di luar negeri di mana mereka selalu bertempat tinggal
Juridical Double Taxation Vs Economical Double
Taxation
Juridical Double
Taxation
• Dikenakan pajak sebanding
• Lebih dari satu negara
• Pada WP yang sama
• Penghasilan dan modal yang
sama
• Pada periode yang sama
• Muncul karena negara
menambahkan pengenaan
pajaknya atas hartadomestik
dan transaksi ekonomi
• Muncul jika suatu pihak
dianggap menjadi SPDN dari
dua (atau lebih)negara
Economical Double
Taxation
• Dipajaki sebanding
• Lebih dari satu Negara
• Pada WP yang berbeda
• Penghasilan dan modal yang
sama
• Pada periode yang sama
• Hasil dari konflik peraturan
terkait dengan pemasukan atau
pengurangan elemen positifdan
negatif dari penghasilan dan
modal, contohnya penyesuaian
dalam transferpricing
Pasal 23 A dan 23 B model P3BOECD:
Pajak berganda yuridis terjadi apabila atas penghasilan yang sama dan
diterima oleh orang yang sama dikenakan pajak oleh lebih dari satu
negara, sedangkan pajak berganda ekonomis terjadi apabila dua orang
yang berbeda (secara hukum) dikenakan pajak atas suatu penghasilan
yang sama (atau identik).
Metode Mengatasi Juridical Double Taxation
Full Exemption Method
Exemption with progression
Foreign Tax Credit Method – Full Credit
Deduction Method
Metode Mengatasi Juridical Double Taxation
Full Exemption Method
• Pnghasilan yang bersumber setiap negara dipisahkan satu sama lain.
• Pengenaan pajaknya hanya atas penghasilan dengan sumber dari masing – masing
negara.
• Satu negara mengeluarkan penghasilan yang bersumber dari luar negeri.
Contoh Soal:
Metode Mengatasi Juridical Double Taxation
Exemption with progression
• Pnghasilan yang bersumber setiap negara dipisahkan satu sama lain.
• Pengenaan pajaknya hanya atas penghasilan dengan sumber dari masing – masing
negara.
• Perbedaannya dengan Full Exemption adalah tarif pajak domestik yang digunakan
menyesuaikan dengan total penghasilan yang diterima.
• Namun, dalam penghitungan pajaknya tetap memisahkan pengahasilan kemudian
dikalikan dengan tarif pajakprogresivenya.
Contoh Soal:
Metode Mengatasi Juridical Double Taxation
Foreign Tax Credit Method – Full Credit
• Penghasilan yang bersumber dari masing-masing negara tidak dipisahkan
sepenuhnya satu samalain.
• Pengenaan pajak atas penghasilan luar negeri sebesar jumlah penghasilan yang
bersumber dari luar negeri dikali dengan tarif negara terkait sedangkan pengenaan
pajak domestik atas total penghasilan (world wide income).
• Keuntungan: besarnya pajak luar negeri dapat dikreditkan (mengurangi) terhadap
pajak domestiknya.
Contoh Soal:
Metode Mengatasi Juridical Double Taxation
Deduction Method
• Penghasilan yang bersumber dari masing-masing negara tidak dipisahkan
sepenuhnya satu sama lain.
• Pengenaan pajak atas penghasilan luar negeri sebesar jumlah penghasilan yang
bersumber dari luar negeri dikali dengan tarif negara terkait sedangkan pengenaan
pajak domestik atas total penghasilan (world wide income)
• Perbedaannya dengan Foreign Tax Credit Method adalah dalam Foreign Tax Credit
Method, pajak luar negeri dikreditkan (mengurangi) pajak domestik, sedangkan
dalam Deduction Method , pajak luar negeri mengurangi total penghasilan (world
wide income).
• Hasil dari pengurangan tersebut untuk mendapatkan dasar pengenaan pajak (DPP)
yang akan dikalikan dengan tarif pajak Domestik.
Contoh Soal:
Metode Mengatasi Economic Double
Taxation
Exemption at the corporatelevel
Exemption at the shareholder level
Full integration of corporate profit and shareholder
Full imputation ofcorporate profit to shareholder
Anti Tax Avoidance
• Transaksi atau pengaturan yang dilakukan oleh wajib pajak
untuk meminimalisir jumlah pajak terutang secara sah
• Pemanfaatan secara legal dari rezim pajak untukmemperoleh
keuntungan, dengan mengurangi jumlah pajak yang terutang
dengan cara tersebut berdasarkan ketentuan domestiknya
Arnold
Book LLC
Kategori
Pembeda
Tax Evasion Tax Avoidance Tax Planning
Perilaku hukum Ilegal Legal Legal
Konsekuensi
hukum
Kewajiban pajak,
sanksi pajak, dan
hukuman penjara
Kewajiban pajak Tidak ada
kewajiban pajak
dan tidak ada
sanksi
Sudut pandang
pemerintah
Menolak Menolak Menerima
Ketentuan Pencegahan
Penghindaran Pajak
Specific
Anti
Avoidance
Rule (SAAR)
General
Anti
Avoidance
Rule (GAAR)
• Ketentuan anti penghindaran pajak yang
bersifat khusus untuk mencegah suatu
skema transaksi penghindaran pajak
tertentu seperti skema penghindaran
pajak dalam bentuk transfer pricing, thin
capitalization, treaty shopping dan
controlled foreign corporation
• Ketentuan anti penghindaran pajak yang
bersifat umum untuk mencegah
transaksi yang semata-mata dilakukan
oleh subjek pajak untuk tujuan
penghindaran pajak atau transaksi yang
tidak mempunyai substansi bisnis
Pengertian dan tujuan penghindaran pajak
berganda (P3B)
 Menurut DepKeu, Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda (P3B)
adalah perjanjian internasional di bidang perpajakan antar kedua
negara guna menghindari pemajakan ganda agar tidak menghambat
perekonomian kedua negara dengan prinsip saling menguntungkan
antar kedua negara dan dilaksanakan oleh penduduk antar kedua
negara yang terlibat dalam perjanjian tersebut.
Tujuan P3B adalah sebagai berikut:
a. Tidak terjadi pemajakan berganda yang memberatkan ikim dunia usaha;
b. Peningkatan investasi modal dari luar negeri ke dalam negeri;
c. Peningkatan sumber daya manusia;
d. Pertukaran informasi guna mencegah pengelakan pajak;
e. Kedudukan yang setara dalam hal pemajakan antar kedua negara.
Transfer
pricing
Norma Arm’s Length Principle: suatu transaksi antara
pihak-pihak yang memiliki hubungan istimewa
dianggap wajar apabila masing-masing pihak yang
bertransaksi berperilaku selayaknya pihak-pihak yang
independen
• Suatu kebijakan harga dalam transaksi yang
dilakukan oleh pihak-pihak yang mempunyai
hubungan istimewa
Perspektif
Perpajakan
• Setiap harga yang ditetapkan oleh wajib pajak
pada saat menjual, membeli, atau membagi
sumber daya dengan afiliasinya
Arnold
Ketentuan Terkait Transfer
Pricing
Pasal 9 P3B Indonesia dengan Negara Mitra P3B
Pasal 18 ayat 2 dan 4 UU PPh no 36/2008
PER-32/PJ/2011 tentang penerapan prinsip kewajaran dan kelaziiman usaha dalam
transaksi antara wajib pajak dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewa
PER-22/PJ/2013 tentang petunjuk teknis pemeriksaan terhadap wajib pajakyang
mempunyai hubungan istimewa
PER-69/PJ/2010 tentang kesepakatan harga transfer
PER-48/PJ/2010 tentang tata cara pelaksanaan prosedur persetujuan bersamaberdasarkan
persetujuan penghindaran pajak berganda
Contoh Soal Transfer Pricing
(iii) Biaya administrasi/manajemen lainnya dari kantor pusat
yang merupakan biaya penyelenggaraan perusahaan; dan
(iv) Biaya riset dan pengembangan yang dikeluarkan kantor
pusat.
 Perlakuan perpajakannya :
 Alokasi biaya-biaya tersebut di atas diperbolehkan
sepanjang sebanding dengan manfaat yang diperoleh masing-
masing BUT dan bukan merupakan duplikasi biaya. Biaya
kantor pusat yang boleh dialokasikan kepada BUT tidak
termasuk
Pusat perusahaan (Head Office) di luar negeri dari bentuk usaha tetap (BUT) di
Indonesia sering mengalokasikan biaya administrasi dan umum (Overhead cost)
kepada BUT tersebut. Biaya yang dialokasikan tersebut antara lain adalah:
(ii)
(i) Biaya training karyawan BUT di Indonesia yang diadakan kantor pusat di
luar negeri;
Biaya perjalanan dinas direksi kantor pusat tersebut ke masing-masing BUT;
pusat, kecuali untuk jenis
kantor pusat. Dalam hal
usaha
berlaku
bunga atas penggunaan dana kantor
perbankan, dan royalti/sewa atas harta
perjanjian penghindaran pajak berganda maka pengalokasian biaya kantor
pusat, kepada BUT adalah seperti yang diatur dalam perjanjian tersebut.
Kewajaran biaya training di atas dapat diuji dengan membandingkan jumlah
biaya training yang sama atau sejenis, yang diselenggarakan oleh pihak-pihak
yang tidak mempunyai hubungan istimewa. Untuk biaya lainnya, maka besarnya
biaya yang dapat dialokasikan dihitung ber dasar faktor-faktor tertentu yang
dapat mencerminkan dengan baik proporsi manfaat yang diterimanya, misalnya
perbandingan jumlah peredaran.
Case 1
(WPBadan-Laba)
PT. A berkedudukan di Jakarta (Penghasilan
usaha di dalam negeri Rp. 400.000.000,00)
Di negara X, memperoleh penghasilan (laba)
Rp. 100.000.000,00, dengan tarif pajak sebesar
40% (Rp. 40.000.000,00)
Di negara Y, memperoleh penghasilan (laba) Rp.
750.000.000,00, dengan tarif pajak sebesar 10%
(Rp. 75.000.000,00)
Case 1
(Jawaban-Penghasilan Neto)
Laba di
Negara X:
100 juta
Laba di
Negara Y:
750 juta
Penghasilan
DN: 400 juta
Penghasilan
Neto:
1.250.000.000
(PPh Psl 17
(12,5%):
156.250.000)
Case 1
(Jawaban-Batas Maksimum KP
LN)
Negara X
• Rp 100.000.000 x Rp 156.250.000 : 1.250.000.000 = Rp 12.500.000
• Pajak yang terutang di negara X sebesar Rp. 40.000.000,00, namun
maksimum kredit pajak yang dapat dikreditkan adalah Rp. 12.500.000,00
Negara Y
• Rp 750.000.000 x Rp 156.250.000 : 1.250.000.000 = Rp 93.750.000
• Pajak yang terutang di negara Y sebesar Rp. 75.000.000,00, maka
maksimum kredit pajak yang dapat dikreditkan adalah Rp.75.000.000,00
PPh Terhutang : 100.000.000 – 87.500.000
: Rp. 12.500.000
Case 2
(WPBadan-Rugi DN)
PT. B berkedudukan di Indonesia (Rugi usaha
di dalam negeri: Rp. 200.000.000)
Penghasilan dari usaha di luar negeri: Rp
1.000.000.000
Pajak atas penghasilan luar negeri (40%): Rp.
400.000.000
Case
(Jawaban-Penghasilan Neto)
LR DN:
(200juta)
LR LN:
1 Milyar
Penghasilan
Neto:
800.000.000
(PPh Psl 17
(25%):
200.000.000)
Case 2
(Jawaban-Batas Maksimum KP LN)
Rp 1.000.000.000 x Rp
200.000.000 : Rp
800.000.000
KP: Rp 250.000.000
Tidak Dapat
Dikreditkan (Tax DN <
KP LN)
Case 3
(WPBadan-Laba dan Rugi LN)
PT. A berkedudukan di Indonesia (Penghasilan
dalam negeri Rp 4.000.000.000)
Di singapura memperoleh penghasilan Rp
1.000.000.000, dg pajak 40% (Rp 400.000.000)
Di Malaysia memperoleh Rp 3.000.000.000
dengan pajak 30% (Rp 900.000.000)
Di Philipina rugi Rp 2.500.000.000
Case 3
(Jawaban-Penghasilan Neto)
LR di
Singapura:
1 Milyar
LR di
Malaysia: 3
Milyar
LR DN: 4
Milyar
Penghasilan
Neto:
8.000.000.000
(PPh Psl 17
(25%):
2.000.000.000)
Case 3
(Jawaban-Batas Maksimum KP LN)
Negara Singapura
• PPh Terhutang: Rp. 400.000.000
• Rp 1.000.000.000 x Rp 2.000.000.000 : Rp
8.000.000.000 = Rp 250.000.000
Negara Malaysia
• PPh Terhutang: Rp. 900.000.000
• Rp 3000.000.000 x Rp 2.000.000.000 : Rp
8.000.000.000 = Rp 750.000.000
PPh Terhutang: 1 M – 1 M= 0

More Related Content

Similar to konsep dasar pajakinternasional.pdf

konsep dasar pajak
konsep dasar pajakkonsep dasar pajak
konsep dasar pajakYan Chen
 
Pajak Internasional atas Laba Usaha (Bussiness Profit)
Pajak Internasional atas Laba Usaha (Bussiness Profit)Pajak Internasional atas Laba Usaha (Bussiness Profit)
Pajak Internasional atas Laba Usaha (Bussiness Profit)Ilham Sousuke
 
Hukum Pajak Asas Dan Sistem Pemungutan Pajak
Hukum Pajak Asas Dan Sistem Pemungutan PajakHukum Pajak Asas Dan Sistem Pemungutan Pajak
Hukum Pajak Asas Dan Sistem Pemungutan Pajaksdmstiemuttaqien
 
Pertemuan 7: utang pajak, penagihan pajak dan hapusnya utang pajak
Pertemuan 7: utang pajak, penagihan pajak dan hapusnya utang pajakPertemuan 7: utang pajak, penagihan pajak dan hapusnya utang pajak
Pertemuan 7: utang pajak, penagihan pajak dan hapusnya utang pajakMagdalena - Nommensen university
 
E learning tax plan pph psl 21
E learning tax plan pph psl 21E learning tax plan pph psl 21
E learning tax plan pph psl 21Marthen Jufuway
 
Tax Planning
Tax PlanningTax Planning
Tax Planningkaromah95
 
Pajak by tri mustofa
Pajak by tri mustofaPajak by tri mustofa
Pajak by tri mustofaRay Martini
 
STUDI KASUS UMUM PERPAJAKAN
STUDI KASUS UMUM PERPAJAKANSTUDI KASUS UMUM PERPAJAKAN
STUDI KASUS UMUM PERPAJAKANhendri van jr
 
presentasi-1-kelompok-3.pdf
presentasi-1-kelompok-3.pdfpresentasi-1-kelompok-3.pdf
presentasi-1-kelompok-3.pdfipoelservices
 
Ini Perbedaan Pajak dan Keuangan, Kira-kira Lebih Sulit Mana?
Ini Perbedaan Pajak dan Keuangan, Kira-kira Lebih Sulit Mana?Ini Perbedaan Pajak dan Keuangan, Kira-kira Lebih Sulit Mana?
Ini Perbedaan Pajak dan Keuangan, Kira-kira Lebih Sulit Mana?FR Consultant Indonesia
 
Pengantar Perpajakan
Pengantar PerpajakanPengantar Perpajakan
Pengantar Perpajakaneryeryey
 
Bab 9 Perencanaan Pajak Berdasarkan UU Domestik - Kelompok 3
Bab 9 Perencanaan Pajak Berdasarkan UU Domestik - Kelompok 3Bab 9 Perencanaan Pajak Berdasarkan UU Domestik - Kelompok 3
Bab 9 Perencanaan Pajak Berdasarkan UU Domestik - Kelompok 3Emilia Wati
 

Similar to konsep dasar pajakinternasional.pdf (20)

Makalah Pajak Berganda
Makalah Pajak BergandaMakalah Pajak Berganda
Makalah Pajak Berganda
 
konsep dasar pajak
konsep dasar pajakkonsep dasar pajak
konsep dasar pajak
 
Pajak
PajakPajak
Pajak
 
Pajak Internasional atas Laba Usaha (Bussiness Profit)
Pajak Internasional atas Laba Usaha (Bussiness Profit)Pajak Internasional atas Laba Usaha (Bussiness Profit)
Pajak Internasional atas Laba Usaha (Bussiness Profit)
 
Hukum Pajak Asas Dan Sistem Pemungutan Pajak
Hukum Pajak Asas Dan Sistem Pemungutan PajakHukum Pajak Asas Dan Sistem Pemungutan Pajak
Hukum Pajak Asas Dan Sistem Pemungutan Pajak
 
Pajak
PajakPajak
Pajak
 
Pertemuan 7: utang pajak, penagihan pajak dan hapusnya utang pajak
Pertemuan 7: utang pajak, penagihan pajak dan hapusnya utang pajakPertemuan 7: utang pajak, penagihan pajak dan hapusnya utang pajak
Pertemuan 7: utang pajak, penagihan pajak dan hapusnya utang pajak
 
E learning tax plan pph psl 21
E learning tax plan pph psl 21E learning tax plan pph psl 21
E learning tax plan pph psl 21
 
3
33
3
 
02 160717125822
02 16071712582202 160717125822
02 160717125822
 
Tax Planning
Tax PlanningTax Planning
Tax Planning
 
Bab 5 Perpajakan
Bab 5 PerpajakanBab 5 Perpajakan
Bab 5 Perpajakan
 
Pajak by tri mustofa
Pajak by tri mustofaPajak by tri mustofa
Pajak by tri mustofa
 
Pajak
PajakPajak
Pajak
 
Tax Planning.pptx
Tax Planning.pptxTax Planning.pptx
Tax Planning.pptx
 
STUDI KASUS UMUM PERPAJAKAN
STUDI KASUS UMUM PERPAJAKANSTUDI KASUS UMUM PERPAJAKAN
STUDI KASUS UMUM PERPAJAKAN
 
presentasi-1-kelompok-3.pdf
presentasi-1-kelompok-3.pdfpresentasi-1-kelompok-3.pdf
presentasi-1-kelompok-3.pdf
 
Ini Perbedaan Pajak dan Keuangan, Kira-kira Lebih Sulit Mana?
Ini Perbedaan Pajak dan Keuangan, Kira-kira Lebih Sulit Mana?Ini Perbedaan Pajak dan Keuangan, Kira-kira Lebih Sulit Mana?
Ini Perbedaan Pajak dan Keuangan, Kira-kira Lebih Sulit Mana?
 
Pengantar Perpajakan
Pengantar PerpajakanPengantar Perpajakan
Pengantar Perpajakan
 
Bab 9 Perencanaan Pajak Berdasarkan UU Domestik - Kelompok 3
Bab 9 Perencanaan Pajak Berdasarkan UU Domestik - Kelompok 3Bab 9 Perencanaan Pajak Berdasarkan UU Domestik - Kelompok 3
Bab 9 Perencanaan Pajak Berdasarkan UU Domestik - Kelompok 3
 

Recently uploaded

(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptxSirlyPutri1
 
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...asepsaefudin2009
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxadimulianta1
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxdeskaputriani1
 
presentasi lembaga negara yang ada di indonesia
presentasi lembaga negara yang ada di indonesiapresentasi lembaga negara yang ada di indonesia
presentasi lembaga negara yang ada di indonesiaNILAMSARI269850
 
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptLATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptPpsSambirejo
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...Kanaidi ken
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...Kanaidi ken
 
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)MustahalMustahal
 
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITASMATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITASbilqisizzati
 
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSLatsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSdheaprs
 
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...Kanaidi ken
 
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMAKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMIGustiBagusGending
 
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptxPPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptxssuser8905b3
 
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)PUNGKYBUDIPANGESTU1
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajaraksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajarHafidRanggasi
 
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfMODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfNurulHikmah50658
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CAbdiera
 

Recently uploaded (20)

(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx
 
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
 
presentasi lembaga negara yang ada di indonesia
presentasi lembaga negara yang ada di indonesiapresentasi lembaga negara yang ada di indonesia
presentasi lembaga negara yang ada di indonesia
 
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptLATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
 
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
 
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITASMATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
 
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSLatsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
 
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
 
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMAKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
 
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptxPPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
 
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajaraksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
 
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfMODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 

konsep dasar pajakinternasional.pdf

  • 2. Perpajakan Internasional Arnold: “pajak internasional mengacu kepada aspek internasional dari hukum pajak penghasilan negara tertentu”. Hukum perpajakan internasional muncul dari praktik kebiasaan yang berlaku secara internasional atau berdasarkan peran aktif dari organisasiinternasional Aktivitas Perpajakan lintas negara Dikenakan pajak di kedua negara Masalah perpajakan berganda
  • 3. Perpajakan Internasional Alasan negara sumber dan negara domisili mengenakan pajak: Negara sumber berhak untuk memajaki penghasilan yang bersumber dari negaranya Negara domisili berhak karena pihak yang memperoleh penghasilan tersebut adalah subjek pajak dalam negeri Penghindaran perpajakan berganda (P3B) Dengan adanya P3B  negara mitra P3B dibatasi dalam mengenakan pajak secara signifikan sehingga meringankan beban pajak yang ditanggung subjek pajak dalam negeri.
  • 4. Review Jurnal Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda (TaxTreaty) dalam Kaitannya dengan Transaksi Internasional Oleh: Winarti Ahmadi (Jurnal Hukum Pro Justitia, Oktober 2007, Volume 25 No. 4) Pendahuluan • Perdagangan internasional sudah memasuki era perdagangan bebas • Peghasilan yang muncul dari transaksi internasional akan memberi kontribusi yang besar untuk menggerakkan perekonomian negara dan meningkatkan penerimaan pajak negara • Perbedaan tarif pajak, perencanaan pajak, & fasilitas perpajakan menimbulkan masalah pengenaan pajak berganda atas obyek yang sama • Masalah ini penting karena berdampak langsung pada keuntungan perusahaan Hasil & Kesimpulan • Perjanjian penghindaran pajak berganda (Tax Treaty) dalam transaksi internasional digunakan untuk menghindari pengenaan pajak berganda • Dua model P3B: P3B model OECD dan P3B model United Nations (UN) • P3B model UN untuk memenuhi kebutuhan negara berkembang, karena hal pemajakan yang lebih luas diberikan kepada negara berkembang sebagai negara sumber atau penerima modal • Indonesia adalah negara berkembang  acuan : P3B model UN, seperti P3B antara Indonesia-Malaysia
  • 5. Internasional Ruang lingkup perpajakan internasional menekankan pada semua masalah pajak yang muncul berdasarkan hukum pajak penghasilan suatu negara meliputi beberapa faktor yang berkaitan dengan kegiatan luar negeri Faktor yang berkaitan dengankegiatan luar negeri Aspek pajak penghasilan dari kegiatan barang dan jasa antar negara Kegiatan manufaktur antar negara yang dilakukan oleh perusahaan multinasional Investasi yang dilakukan antar negara oleh individu atau dana investasi Perpajakan oleh individu yang bekerja / melakukan kegiatan bisnis di luar negeri di mana mereka selalu bertempat tinggal
  • 6. Juridical Double Taxation Vs Economical Double Taxation Juridical Double Taxation • Dikenakan pajak sebanding • Lebih dari satu negara • Pada WP yang sama • Penghasilan dan modal yang sama • Pada periode yang sama • Muncul karena negara menambahkan pengenaan pajaknya atas hartadomestik dan transaksi ekonomi • Muncul jika suatu pihak dianggap menjadi SPDN dari dua (atau lebih)negara Economical Double Taxation • Dipajaki sebanding • Lebih dari satu Negara • Pada WP yang berbeda • Penghasilan dan modal yang sama • Pada periode yang sama • Hasil dari konflik peraturan terkait dengan pemasukan atau pengurangan elemen positifdan negatif dari penghasilan dan modal, contohnya penyesuaian dalam transferpricing Pasal 23 A dan 23 B model P3BOECD: Pajak berganda yuridis terjadi apabila atas penghasilan yang sama dan diterima oleh orang yang sama dikenakan pajak oleh lebih dari satu negara, sedangkan pajak berganda ekonomis terjadi apabila dua orang yang berbeda (secara hukum) dikenakan pajak atas suatu penghasilan yang sama (atau identik).
  • 7. Metode Mengatasi Juridical Double Taxation Full Exemption Method Exemption with progression Foreign Tax Credit Method – Full Credit Deduction Method
  • 8. Metode Mengatasi Juridical Double Taxation Full Exemption Method • Pnghasilan yang bersumber setiap negara dipisahkan satu sama lain. • Pengenaan pajaknya hanya atas penghasilan dengan sumber dari masing – masing negara. • Satu negara mengeluarkan penghasilan yang bersumber dari luar negeri. Contoh Soal:
  • 9.
  • 10. Metode Mengatasi Juridical Double Taxation Exemption with progression • Pnghasilan yang bersumber setiap negara dipisahkan satu sama lain. • Pengenaan pajaknya hanya atas penghasilan dengan sumber dari masing – masing negara. • Perbedaannya dengan Full Exemption adalah tarif pajak domestik yang digunakan menyesuaikan dengan total penghasilan yang diterima. • Namun, dalam penghitungan pajaknya tetap memisahkan pengahasilan kemudian dikalikan dengan tarif pajakprogresivenya. Contoh Soal:
  • 11.
  • 12. Metode Mengatasi Juridical Double Taxation Foreign Tax Credit Method – Full Credit • Penghasilan yang bersumber dari masing-masing negara tidak dipisahkan sepenuhnya satu samalain. • Pengenaan pajak atas penghasilan luar negeri sebesar jumlah penghasilan yang bersumber dari luar negeri dikali dengan tarif negara terkait sedangkan pengenaan pajak domestik atas total penghasilan (world wide income). • Keuntungan: besarnya pajak luar negeri dapat dikreditkan (mengurangi) terhadap pajak domestiknya. Contoh Soal:
  • 13.
  • 14. Metode Mengatasi Juridical Double Taxation Deduction Method • Penghasilan yang bersumber dari masing-masing negara tidak dipisahkan sepenuhnya satu sama lain. • Pengenaan pajak atas penghasilan luar negeri sebesar jumlah penghasilan yang bersumber dari luar negeri dikali dengan tarif negara terkait sedangkan pengenaan pajak domestik atas total penghasilan (world wide income) • Perbedaannya dengan Foreign Tax Credit Method adalah dalam Foreign Tax Credit Method, pajak luar negeri dikreditkan (mengurangi) pajak domestik, sedangkan dalam Deduction Method , pajak luar negeri mengurangi total penghasilan (world wide income). • Hasil dari pengurangan tersebut untuk mendapatkan dasar pengenaan pajak (DPP) yang akan dikalikan dengan tarif pajak Domestik. Contoh Soal:
  • 15.
  • 16. Metode Mengatasi Economic Double Taxation Exemption at the corporatelevel Exemption at the shareholder level Full integration of corporate profit and shareholder Full imputation ofcorporate profit to shareholder
  • 17. Anti Tax Avoidance • Transaksi atau pengaturan yang dilakukan oleh wajib pajak untuk meminimalisir jumlah pajak terutang secara sah • Pemanfaatan secara legal dari rezim pajak untukmemperoleh keuntungan, dengan mengurangi jumlah pajak yang terutang dengan cara tersebut berdasarkan ketentuan domestiknya Arnold Book LLC Kategori Pembeda Tax Evasion Tax Avoidance Tax Planning Perilaku hukum Ilegal Legal Legal Konsekuensi hukum Kewajiban pajak, sanksi pajak, dan hukuman penjara Kewajiban pajak Tidak ada kewajiban pajak dan tidak ada sanksi Sudut pandang pemerintah Menolak Menolak Menerima
  • 18. Ketentuan Pencegahan Penghindaran Pajak Specific Anti Avoidance Rule (SAAR) General Anti Avoidance Rule (GAAR) • Ketentuan anti penghindaran pajak yang bersifat khusus untuk mencegah suatu skema transaksi penghindaran pajak tertentu seperti skema penghindaran pajak dalam bentuk transfer pricing, thin capitalization, treaty shopping dan controlled foreign corporation • Ketentuan anti penghindaran pajak yang bersifat umum untuk mencegah transaksi yang semata-mata dilakukan oleh subjek pajak untuk tujuan penghindaran pajak atau transaksi yang tidak mempunyai substansi bisnis
  • 19. Pengertian dan tujuan penghindaran pajak berganda (P3B)  Menurut DepKeu, Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda (P3B) adalah perjanjian internasional di bidang perpajakan antar kedua negara guna menghindari pemajakan ganda agar tidak menghambat perekonomian kedua negara dengan prinsip saling menguntungkan antar kedua negara dan dilaksanakan oleh penduduk antar kedua negara yang terlibat dalam perjanjian tersebut. Tujuan P3B adalah sebagai berikut: a. Tidak terjadi pemajakan berganda yang memberatkan ikim dunia usaha; b. Peningkatan investasi modal dari luar negeri ke dalam negeri; c. Peningkatan sumber daya manusia; d. Pertukaran informasi guna mencegah pengelakan pajak; e. Kedudukan yang setara dalam hal pemajakan antar kedua negara.
  • 20. Transfer pricing Norma Arm’s Length Principle: suatu transaksi antara pihak-pihak yang memiliki hubungan istimewa dianggap wajar apabila masing-masing pihak yang bertransaksi berperilaku selayaknya pihak-pihak yang independen • Suatu kebijakan harga dalam transaksi yang dilakukan oleh pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa Perspektif Perpajakan • Setiap harga yang ditetapkan oleh wajib pajak pada saat menjual, membeli, atau membagi sumber daya dengan afiliasinya Arnold
  • 21. Ketentuan Terkait Transfer Pricing Pasal 9 P3B Indonesia dengan Negara Mitra P3B Pasal 18 ayat 2 dan 4 UU PPh no 36/2008 PER-32/PJ/2011 tentang penerapan prinsip kewajaran dan kelaziiman usaha dalam transaksi antara wajib pajak dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewa PER-22/PJ/2013 tentang petunjuk teknis pemeriksaan terhadap wajib pajakyang mempunyai hubungan istimewa PER-69/PJ/2010 tentang kesepakatan harga transfer PER-48/PJ/2010 tentang tata cara pelaksanaan prosedur persetujuan bersamaberdasarkan persetujuan penghindaran pajak berganda
  • 22. Contoh Soal Transfer Pricing (iii) Biaya administrasi/manajemen lainnya dari kantor pusat yang merupakan biaya penyelenggaraan perusahaan; dan (iv) Biaya riset dan pengembangan yang dikeluarkan kantor pusat.  Perlakuan perpajakannya :  Alokasi biaya-biaya tersebut di atas diperbolehkan sepanjang sebanding dengan manfaat yang diperoleh masing- masing BUT dan bukan merupakan duplikasi biaya. Biaya kantor pusat yang boleh dialokasikan kepada BUT tidak termasuk Pusat perusahaan (Head Office) di luar negeri dari bentuk usaha tetap (BUT) di Indonesia sering mengalokasikan biaya administrasi dan umum (Overhead cost) kepada BUT tersebut. Biaya yang dialokasikan tersebut antara lain adalah: (ii) (i) Biaya training karyawan BUT di Indonesia yang diadakan kantor pusat di luar negeri; Biaya perjalanan dinas direksi kantor pusat tersebut ke masing-masing BUT; pusat, kecuali untuk jenis kantor pusat. Dalam hal usaha berlaku bunga atas penggunaan dana kantor perbankan, dan royalti/sewa atas harta perjanjian penghindaran pajak berganda maka pengalokasian biaya kantor pusat, kepada BUT adalah seperti yang diatur dalam perjanjian tersebut. Kewajaran biaya training di atas dapat diuji dengan membandingkan jumlah biaya training yang sama atau sejenis, yang diselenggarakan oleh pihak-pihak yang tidak mempunyai hubungan istimewa. Untuk biaya lainnya, maka besarnya biaya yang dapat dialokasikan dihitung ber dasar faktor-faktor tertentu yang dapat mencerminkan dengan baik proporsi manfaat yang diterimanya, misalnya perbandingan jumlah peredaran.
  • 23. Case 1 (WPBadan-Laba) PT. A berkedudukan di Jakarta (Penghasilan usaha di dalam negeri Rp. 400.000.000,00) Di negara X, memperoleh penghasilan (laba) Rp. 100.000.000,00, dengan tarif pajak sebesar 40% (Rp. 40.000.000,00) Di negara Y, memperoleh penghasilan (laba) Rp. 750.000.000,00, dengan tarif pajak sebesar 10% (Rp. 75.000.000,00)
  • 24. Case 1 (Jawaban-Penghasilan Neto) Laba di Negara X: 100 juta Laba di Negara Y: 750 juta Penghasilan DN: 400 juta Penghasilan Neto: 1.250.000.000 (PPh Psl 17 (12,5%): 156.250.000)
  • 25. Case 1 (Jawaban-Batas Maksimum KP LN) Negara X • Rp 100.000.000 x Rp 156.250.000 : 1.250.000.000 = Rp 12.500.000 • Pajak yang terutang di negara X sebesar Rp. 40.000.000,00, namun maksimum kredit pajak yang dapat dikreditkan adalah Rp. 12.500.000,00 Negara Y • Rp 750.000.000 x Rp 156.250.000 : 1.250.000.000 = Rp 93.750.000 • Pajak yang terutang di negara Y sebesar Rp. 75.000.000,00, maka maksimum kredit pajak yang dapat dikreditkan adalah Rp.75.000.000,00 PPh Terhutang : 100.000.000 – 87.500.000 : Rp. 12.500.000
  • 26. Case 2 (WPBadan-Rugi DN) PT. B berkedudukan di Indonesia (Rugi usaha di dalam negeri: Rp. 200.000.000) Penghasilan dari usaha di luar negeri: Rp 1.000.000.000 Pajak atas penghasilan luar negeri (40%): Rp. 400.000.000
  • 27. Case (Jawaban-Penghasilan Neto) LR DN: (200juta) LR LN: 1 Milyar Penghasilan Neto: 800.000.000 (PPh Psl 17 (25%): 200.000.000)
  • 28. Case 2 (Jawaban-Batas Maksimum KP LN) Rp 1.000.000.000 x Rp 200.000.000 : Rp 800.000.000 KP: Rp 250.000.000 Tidak Dapat Dikreditkan (Tax DN < KP LN)
  • 29. Case 3 (WPBadan-Laba dan Rugi LN) PT. A berkedudukan di Indonesia (Penghasilan dalam negeri Rp 4.000.000.000) Di singapura memperoleh penghasilan Rp 1.000.000.000, dg pajak 40% (Rp 400.000.000) Di Malaysia memperoleh Rp 3.000.000.000 dengan pajak 30% (Rp 900.000.000) Di Philipina rugi Rp 2.500.000.000
  • 30. Case 3 (Jawaban-Penghasilan Neto) LR di Singapura: 1 Milyar LR di Malaysia: 3 Milyar LR DN: 4 Milyar Penghasilan Neto: 8.000.000.000 (PPh Psl 17 (25%): 2.000.000.000)
  • 31. Case 3 (Jawaban-Batas Maksimum KP LN) Negara Singapura • PPh Terhutang: Rp. 400.000.000 • Rp 1.000.000.000 x Rp 2.000.000.000 : Rp 8.000.000.000 = Rp 250.000.000 Negara Malaysia • PPh Terhutang: Rp. 900.000.000 • Rp 3000.000.000 x Rp 2.000.000.000 : Rp 8.000.000.000 = Rp 750.000.000 PPh Terhutang: 1 M – 1 M= 0