SlideShare a Scribd company logo
1 of 4
Menyelesaikan Pengujian Audit dalam Siklus Penjualan dan Penagihan : Piutang Usaha
Metodologi untuk merancang pengujian atas rincian saldo
Dalam merancangpengujian atas rincian saldo untuk piutang usaha, auditor harus memenuhi masing-masing
dari delapan tujuan audit terkait saldo. Apabila tujuan audit tersebut diterapkan dalam akun piutang usaha,
disebut (Account Receivable balance-related audit objective) sebagai berikut :
(a) Detail tie-in : piutang usaha dalam neraca sama dengan jumlah file induk terkait dan totalnya
telah ditambahkan dengan benar serta sama dengan buku besar.
(b) Existence : Piutang usaha yang dicatat ada
(c) Completeness: Piutang usaha yang ada telah dicantumkan
(d) Accuracy : Piutang usaha sudah akurat
(e) Classification : Piutang usaha telah diklasifikasikan dengan benar
(f) Cutoff : Pisah batas piutang usaha sudah benar
(g) Realizable Value : Piutang usaha dinyatakan dalam nilai realisasi
(h) Right : Klien memiliki hak atas piutang usaha
Tahapan dalam merancang metodologi pengujian rincian saldo
(1) Mengidentifikasi risiko bisnis klien yang mempengaruhi piutang usaha (Tahap 1)
Pengujian piutang usaha didasarkan pada prosedur penilaian risiko oleh auditor. Auditor mempelajari
industri dan lingkungan bisnis klien serta mengevaluasi tujuan manajemen dan proses bisnis untuk
mengidentifikasi risiko bisnis klien yang signifikan terhadap laporan keuangan (Piutang Usaha). Dari situ
auditor melakukan prosedur analitis pendahuluan terhadap piutang usaha.
(2) Menetapkan materialitas kinerja dan menilai risiko inheren (Tahap 1)
Auditor memutuskan pertimbangan pendahuluan mengenai materialitas laporan keuangan secara
keseluruhan, kemudian mengalokasikannya ke akun-akun signifikan di neraca (termasuk piutang usaha).
Dalam menilai risiko inheren, auditor menggunakan bisnis klien, sifat klien, dan industrinya.
(3) Menilai risiko pengendalian untuk siklus penjualan dan penagihan (Tahap 1)
Aspek pengendalian internal yang harus diperhatikan oleh auditor :
(a) Pengendalian yang mencegah atau mendeteksi penggelapan
(b) Pengendalian terhadap pisah batas
(c) Pengendalian yang terkait dengan penyisihan piutang tak tertagih
Auditor harus menghubungkan risiko pengendalian untuk tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi
dengan tujuan audit terkait saldo dalam memutuskan deteksi yang direncanakan (PDR) dan bukti yang
direncanakan bagi pengujian saldo akun.
 Untuk penjualan, tujuan keterjadian (transaksi) mempengaruhi tujuan keberadaan (saldo). Hal ini
disebabkan karena kenaikan penjualan akan meningkatkan saldo piutang usaha.
 Untuk penerimaan kas, tujuan keterjadian (transaksi) mempengaruhi tujuan kelengkapan (saldo). Hal
ini disebabkan karena kenaikan penerimaan kas akan mengurangi saldo piutang usaha.
(4) Merancang dan melaksanakan pengujian pengendalian dan substantive atas transaksi (Tahap 2)
 Hasil pengujian pengendalian digunakan untuk menilai risiko pengendalian atas penjualan dan
penerimaan kas
 Hasil pengujian substantive atas transaksi digunakan untuk menentukan sejauh mana risiko deteksi
(PDR) akan dipenuhi untuk tujuan audit berkaitan dengan saldo piutang usaha.
(5) Merancang dan Melaksanakan Prosedur Analitis (Tahap 3)
Prosedur analitis dilakukan di tahap perencanaan, tahap pengujian, dan tahap penyelesaian. Pada siklus
penjualan dan penagihan, auditor melakukan prosedur analitis terhadap keseluruhan, bukan hanya piutang
usaha saja. Hal ini karena adanya hubungan yang erat antara akun laporan laba rugi dan neraca.
Contoh prosedur analitis membandingkan persentase marjin kotor dengan tahun sebelumnya,
kemungkinan salah saji yang muncul adalah lebih saji/kurang saji pada penjualan dan piutang usaha.
Selain itu, auditor juga mereview piutang usaha yang memiliki saldo besar dan tidak biasa.
 Jika hasil prosedur analitis sudah menguntungkan, maka auditor akan mengurangi pengujian yang
terincin atas saldo
 Jika hasil prosedur analitis menunjukkan fluktiasi atau tidak biasa, maka auditor akan mengajukan
pertanyaan tambahan kepada manajemen
(6) Merancang dan melaksanakan Pengujian atas rincian saldo Piutang Usaha (Tahap 3)
Berkaitan dengan risiko deteksi yang direncanakan dan sangat dipengaruhi oleh Risiko Inheren serta
Risiko Pengendalian (RMM).
 Jika RMM tinggi, maka auditor akan menurunkan PDR dengan melakukan pengujian substantive yang
ekstensif.
 Jika RMM rendah, maka auditor akan meningkatkan PDR dengan melakukan pengujian substantive
yang sedikit.
 Jumlah bukti audit yang direncanakan adalah kebilikan dari PDR.
Kemudian auditor harus menentukan prosedur audit, ukuran sampel, item yang pilih, dan penetapan waktu.
Pengujian atas Rincian Saldo
Sesuai dengan Account Receivable balance-related audit objective sebagai berikut :
(a) Piutang usaha dalam neraca sama dengan jumlah file induk terkait dan totalnya telah ditambahkan
dengan benar serta sama dengan buku besar. (Detail tie-in)
Auditor dapat menggunakan Aged Trial Balance sebagai dasar dan harus dipastikan bahwa Aged Trial
Balance tersebut telah memenuhi detail tie-in.
(b) Piutang usaha yang dicatat ada (Existence)
Auditor dapat menggunakan konfirmasi saldo kepada pelanggan untuk memastikan eksistensi piutang
yang dicatat. Apabila pelanggan tidak merespon, auditor dapat menggunakan dokumen pendukung seperti
pengiriman barang dan penerimaan kas.
(c) Piutang usaha yang ada telah dicantumkan (Completeness)
Auditor dapat menggunakan Aged Trial Balance untuk menyeimbangkan rekonsiliasi antara piutang
usaha dengan akun pengendali buku besar. Pengujian substantive atas transaksi pengiriman yang telah
dilakukan tapi belum dicatat juga dapat dilakukan.
(d) Piutang usaha sudah akurat (Accuracy)
Auditor dapat menggunakan konfirmasi piutang usaha kepada pelanggan untuk memastikan akurasi
saldo piutang usaha.
(e) Piutang usaha telah diklasifikasikan dengan benar (Classification)
Pemisahan klasifikasi harus ditentukan sesuai sifat piutang usaha (lancer aau tidak lancer). Kemudian
untuk piutang usaha kepada pihak terafiliasi harus dipisahkan terutama yang sifatnya material.
(f) Pisah batas piutang usaha sudah benar (Cutoff)
Cutoff bertujuan untuk memverifikasi apakah transaksi yang mendekati akhir periode akuntansi dicatat
pada periode yang tepat karena dapat mempengaruhi laba/rugi periode berjalan. Salah saji cutoff dapat
terjadi pada akun berikut :
 Penjualan – klien biasanya menggunakan kriteria pengiriman barang, faktur peralihan hak atas barang
sebagai cutoff penjualan telah terjadi dan diakui sebagai piutang. Hal ini bergantung pada efektivitas
pengendalian klien, auditor dapat menggunakan dokumen pengiriman akhir periode dan
membandingkannya dengan penjualan pada periode berjalan.
 Retun dan pengurangan penjualan – klien biasanya menyandingkan retur dan pengurangan
penjualan yang ada dengan penjualan yang terkait jika jumlahnya material, tetapi apabila tidak material
retur dan pengurangan penjualan dapat dicatat pada periode berjalan. Selain itu adapula yang
menggunakan metode pencadangan. Auditor dapat memeriksa dokumen return dan pengurangan
penjualan yang terjadi setelah akhir periode.
 Penerimaan kas – auditor dapat menelusuri penerimaan kas yang dicatat ke setoran bank periode
selanjutnya. Jika terjadi penundaan, kemungkinan merupakan salah saji cutoff.
Permasalahan yang sering muncul adalah sulitnya membedakan salah saji cutoff dengan perbedaan
waktu seperti pengiriman dan penjualan dalam perjalanan.
(g) Piutang usaha dinyatakan dalam nilai realisasi (Realizable Value)
Klien diharuskan untuk mencatat saldo piutang pada nilai yang mungkin dapat direalisasikan, yaitu
piutang dikurangi penyisihan piutang tak tertagih. Auditor dapat me-review kebijakan penyisihan apakah
masuk akal atau tidak sesuai dengan jumlah dan umur piutang.
(h) Klien memiliki hak atas piutang usaha (Rights)
Klien mungkin menggadaikan, membebankan kepada orang lain, menjual, dsb piutang yang ia miliki.
Auditor dapat mereview dokumen-dokumen pendukung seperti notulen rapat, bukti gadai, dan konfirmasi
kepada bank bila memungkinkan.
(i) Pengungkapan dan Penyajian
Auditor dapat mengevaluasi kebijakan pengakuan pendapatan klien untuk menentukan apakah klien
telah mengombinasikan jumlah dan mengungkapkan informasi yang tepat pada laporan keuangan,
terutama bagian yang perlu disajikan secara terpisah seperti piutang terhadap pihak terafiliasi.
Konfirmasi Piutang Usaha
Merupakan respon tertulis langsung dari pihak ketiga dalam wujud kerta atau elektronik, dan dianggap
sebagai bukti yang sangat terpercaya atau andal karena berasal dari pihak independen.
Auditor diharuskan untuk menggunakan konfirmasi eksternal untuk piutang usaha yang material. Tetapi
konfirmasi mungkin kurang tepat dalam kondisi tertentu seperti kemungkinan respon yang rendah dan RMM
yang rendah sehingga bukti substantive dapat diperoleh dengan cara lain.
Jenis Konfirmasi
 KonfirmasiPositif – konfirmasi dengan debitur dimana debitur diminta untuk mengonfirmasisecaralangsung
apakah salah yang dinyatakan sudah benar atau salah.
a. Blank Confirmation form – konfirmasi kepada debitur dengan tidak menyatakan jumlah pada konfirmasi
tetapi meminta debitur untuk mengisi saldo atau melengkapi informasi lainnya.
b. Invoice Confirmation – konfirmasi kepada debitur untuk mengonfirmasi setiap faktur bukan saldo
pelanggan secara keseluruhan.
 Konfirmasi Negatih – konfirmasi kepada debitur dengan meminta respon jika debitur tidak setuju dengan
saldo yang dinyatakan. Biasa digunakan apabila risiko salah saji rendah, saldo piutang kecil dan homogen,
tingkat pengecualin rendah, dan adanya pertimbangan masuk akal dari debitur.
Konfirmasi positif lebih bisa diandalkan terutama bila tidak ada respon dari debutir, karena auditor dapat
memverifikasi melalui media lain. Tetapi untuk konfirmasi negative, bila tidak ada respon, maka dianggap
sebagai respon benar atas saldo yang dinyatakan.
Timing – Informasi yang dapat diandalkan berasal dari konfirmasi yang diperoleh mendekati tanggal neraca
Ukuran sampel – sangat bergantung pada materialitas kinerja (toleransi), RMM, Detection risk yang tercapai,
dan jenis konfirmasi yang digunakan. Item yang dipilih sebagai sampel biasanya ditentukan dari stratifikasi nilai
dan umur piutang (lebih besar dan lama).
Pengendalian – auditor harus melakukan pengendalian atas konfirmasi sampai dikembalikan oleh pelanggan.
Tindaklanjut nonrespon
Nonrespon tidak bisa serta merta dijadikan bukti audit signifikan. Jika konfirmasi positif digunakan dan tidak ada
respon yang diperoleh, maka auditor harus menggunakan prosedur alternative sebagai cara lain untuk
memastikan keberadaan dan akurasi saldo piutang. Dokumen yang dapat digunakan sebagai alternative adalah
 Penerimaan kas selanjutnya
 Salinan faktur penjualan
 Dokumen pengiriman
 Korespondensi dengan klien
Analisis perbedaan
Analisis perbedaan dilakukan terhadap konfirmasi yang dikembalikan oleh pelanggan. Auditor harus mampu
menentukan penyebab setiap perbedaan yang dilaporkan.
Jenis perbedaan
 Pembayaran telah dilakukan sebelum konfirmasi dan klein belum menerima pembayaran saat melakukan
pencatatan sebelum tanggal konfirmasi
 Barang belum diterima karena kebijakan pengakuan hak yang berbeda. (klien menggunakan dasar
pengiriman barang, sedangkan pelanggan menggunakan saat barang diterima)
 Barang telah dikembalikan yang disebabkan perbedaan waktu dalam mencatat memo kredit
 Kesalahan klerikal dan jumlah yang diperdebatkan
Menarik kesimpulan
Sebelum menarik kesimpulan, auditor harus mengevaluasi ulang pengendalian internal klien terutama untuk
memastikan apakah salah saji yang ada konsisten terhadap risiko pengendalian internal atau tidak. Jika tidak
konsisten, maka auditor harus merevisi penilaian itu. Selain itu juga mengevaluasi sifat kualitatif dari sample
salah saji tanpa memandang nominalnya. Terakhir adalah menentukan apakah bukti audit sudah mencukupi.

More Related Content

What's hot

Berpikir kritis dalam pendidikan akuntansi
Berpikir kritis dalam pendidikan akuntansi Berpikir kritis dalam pendidikan akuntansi
Berpikir kritis dalam pendidikan akuntansi Hasunah
 
pemeriksaan liabilitas jangka pendek AUDITING 2
pemeriksaan liabilitas jangka pendek AUDITING 2pemeriksaan liabilitas jangka pendek AUDITING 2
pemeriksaan liabilitas jangka pendek AUDITING 2Ratih Anjilni
 
Makalah audit terhadap siklus pengeluaran, pengujian pengendalian
Makalah audit terhadap siklus pengeluaran, pengujian pengendalianMakalah audit terhadap siklus pengeluaran, pengujian pengendalian
Makalah audit terhadap siklus pengeluaran, pengujian pengendalianIlham Akbar
 
(Pert 3) bab 24 penyelesaian audit
(Pert 3) bab 24 penyelesaian audit(Pert 3) bab 24 penyelesaian audit
(Pert 3) bab 24 penyelesaian auditIlham Sousuke
 
Pengauditan bab 8 Penaksiran Risiko dan Desain Pengujian
Pengauditan bab 8  Penaksiran Risiko dan Desain PengujianPengauditan bab 8  Penaksiran Risiko dan Desain Pengujian
Pengauditan bab 8 Penaksiran Risiko dan Desain Pengujianwafa khairani
 
Hubungan Kantor Pusat dan Cabang Masalah khusus
Hubungan Kantor Pusat dan Cabang Masalah khususHubungan Kantor Pusat dan Cabang Masalah khusus
Hubungan Kantor Pusat dan Cabang Masalah khususDIAN WAHYU KARTIKA CANIAGO
 
(Pert 5) bab 19 penyelesaian siklus akuisisi dan pemabayaran
(Pert 5) bab 19 penyelesaian siklus akuisisi dan pemabayaran(Pert 5) bab 19 penyelesaian siklus akuisisi dan pemabayaran
(Pert 5) bab 19 penyelesaian siklus akuisisi dan pemabayaranIlham Sousuke
 
Metodologi audit
Metodologi auditMetodologi audit
Metodologi auditAkmalVN
 
Etika profesional dan tanggung jawab hukum auditor
Etika profesional dan tanggung jawab hukum auditorEtika profesional dan tanggung jawab hukum auditor
Etika profesional dan tanggung jawab hukum auditorYohanes Sianipar
 
pemeriksaan aktiva_takberwujud
pemeriksaan aktiva_takberwujudpemeriksaan aktiva_takberwujud
pemeriksaan aktiva_takberwujudagunghery19
 
tanggung jawab dan tujuan audit
tanggung jawab dan tujuan audittanggung jawab dan tujuan audit
tanggung jawab dan tujuan auditIndah Dwi Lestari
 
Bab 14-kewajiban-jk-panjang
Bab 14-kewajiban-jk-panjangBab 14-kewajiban-jk-panjang
Bab 14-kewajiban-jk-panjangmahesa-jenar
 
Audit Responbilities and Objectives
Audit Responbilities and ObjectivesAudit Responbilities and Objectives
Audit Responbilities and ObjectivesSuryo Aji Saputro
 
SA 200 - 265 - revisedx
SA 200 - 265 - revisedxSA 200 - 265 - revisedx
SA 200 - 265 - revisedxgisilowati
 
Chapter 07 kas
Chapter 07 kasChapter 07 kas
Chapter 07 kasMajid
 

What's hot (20)

Berpikir kritis dalam pendidikan akuntansi
Berpikir kritis dalam pendidikan akuntansi Berpikir kritis dalam pendidikan akuntansi
Berpikir kritis dalam pendidikan akuntansi
 
materialitas
materialitasmaterialitas
materialitas
 
pemeriksaan liabilitas jangka pendek AUDITING 2
pemeriksaan liabilitas jangka pendek AUDITING 2pemeriksaan liabilitas jangka pendek AUDITING 2
pemeriksaan liabilitas jangka pendek AUDITING 2
 
Makalah audit terhadap siklus pengeluaran, pengujian pengendalian
Makalah audit terhadap siklus pengeluaran, pengujian pengendalianMakalah audit terhadap siklus pengeluaran, pengujian pengendalian
Makalah audit terhadap siklus pengeluaran, pengujian pengendalian
 
(Pert 3) bab 24 penyelesaian audit
(Pert 3) bab 24 penyelesaian audit(Pert 3) bab 24 penyelesaian audit
(Pert 3) bab 24 penyelesaian audit
 
Pengauditan bab 8 Penaksiran Risiko dan Desain Pengujian
Pengauditan bab 8  Penaksiran Risiko dan Desain PengujianPengauditan bab 8  Penaksiran Risiko dan Desain Pengujian
Pengauditan bab 8 Penaksiran Risiko dan Desain Pengujian
 
AUDITING 1
AUDITING 1AUDITING 1
AUDITING 1
 
Hubungan Kantor Pusat dan Cabang Masalah khusus
Hubungan Kantor Pusat dan Cabang Masalah khususHubungan Kantor Pusat dan Cabang Masalah khusus
Hubungan Kantor Pusat dan Cabang Masalah khusus
 
(Pert 5) bab 19 penyelesaian siklus akuisisi dan pemabayaran
(Pert 5) bab 19 penyelesaian siklus akuisisi dan pemabayaran(Pert 5) bab 19 penyelesaian siklus akuisisi dan pemabayaran
(Pert 5) bab 19 penyelesaian siklus akuisisi dan pemabayaran
 
Metodologi audit
Metodologi auditMetodologi audit
Metodologi audit
 
Etika profesional dan tanggung jawab hukum auditor
Etika profesional dan tanggung jawab hukum auditorEtika profesional dan tanggung jawab hukum auditor
Etika profesional dan tanggung jawab hukum auditor
 
pemeriksaan aktiva_takberwujud
pemeriksaan aktiva_takberwujudpemeriksaan aktiva_takberwujud
pemeriksaan aktiva_takberwujud
 
tanggung jawab dan tujuan audit
tanggung jawab dan tujuan audittanggung jawab dan tujuan audit
tanggung jawab dan tujuan audit
 
prinsip akuntansi
prinsip akuntansiprinsip akuntansi
prinsip akuntansi
 
Bab 8 materialitas dan risiko audit
Bab 8 materialitas dan risiko auditBab 8 materialitas dan risiko audit
Bab 8 materialitas dan risiko audit
 
SEJARAH AKUNTANSI
SEJARAH AKUNTANSISEJARAH AKUNTANSI
SEJARAH AKUNTANSI
 
Bab 14-kewajiban-jk-panjang
Bab 14-kewajiban-jk-panjangBab 14-kewajiban-jk-panjang
Bab 14-kewajiban-jk-panjang
 
Audit Responbilities and Objectives
Audit Responbilities and ObjectivesAudit Responbilities and Objectives
Audit Responbilities and Objectives
 
SA 200 - 265 - revisedx
SA 200 - 265 - revisedxSA 200 - 265 - revisedx
SA 200 - 265 - revisedx
 
Chapter 07 kas
Chapter 07 kasChapter 07 kas
Chapter 07 kas
 

Similar to AUDIT PIUTANG

Tugas auditing no.3
Tugas auditing no.3Tugas auditing no.3
Tugas auditing no.3Sophia Ririn
 
Makalah audit laporan keuangan dan tanggung jawab auditor
Makalah audit laporan keuangan dan tanggung jawab auditorMakalah audit laporan keuangan dan tanggung jawab auditor
Makalah audit laporan keuangan dan tanggung jawab auditorrizal hadi
 
MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PENJUALAN DAN PENAGIHAN PIUTANG USAHA.pdf
MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PENJUALAN DAN PENAGIHAN PIUTANG USAHA.pdfMENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PENJUALAN DAN PENAGIHAN PIUTANG USAHA.pdf
MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PENJUALAN DAN PENAGIHAN PIUTANG USAHA.pdfGideonGimsonTamba
 
Kuliah 2 3 siklus pendapatan 2
Kuliah 2 3 siklus pendapatan 2Kuliah 2 3 siklus pendapatan 2
Kuliah 2 3 siklus pendapatan 2Rose Meea
 
Makalahauditterhadapsikluspendapatanpengujiansubstantifterhadapsaldopiutangus...
Makalahauditterhadapsikluspendapatanpengujiansubstantifterhadapsaldopiutangus...Makalahauditterhadapsikluspendapatanpengujiansubstantifterhadapsaldopiutangus...
Makalahauditterhadapsikluspendapatanpengujiansubstantifterhadapsaldopiutangus...Zaina Rizka
 
Sifat siklus investasi dan pembiayaan
Sifat siklus investasi dan pembiayaanSifat siklus investasi dan pembiayaan
Sifat siklus investasi dan pembiayaanRahmah Yuni Sakinah
 
Auditing 2 :: Chapter 1 by Afly Yessie
Auditing 2 :: Chapter 1 by Afly YessieAuditing 2 :: Chapter 1 by Afly Yessie
Auditing 2 :: Chapter 1 by Afly YessieAndreas Jiman
 
Risiko Deteksi dan Perancangan Pengujian Substantif
Risiko Deteksi dan Perancangan Pengujian SubstantifRisiko Deteksi dan Perancangan Pengujian Substantif
Risiko Deteksi dan Perancangan Pengujian SubstantifDwi Wahyu
 
Makalah audit terhadap siklus pendapatan, pengujian substantif terhadap saldo...
Makalah audit terhadap siklus pendapatan, pengujian substantif terhadap saldo...Makalah audit terhadap siklus pendapatan, pengujian substantif terhadap saldo...
Makalah audit terhadap siklus pendapatan, pengujian substantif terhadap saldo...Ilham Akbar
 
(Pert 3) bab 8 perencanaan audit dan prosedur analitis
(Pert 3) bab 8 perencanaan audit dan prosedur analitis(Pert 3) bab 8 perencanaan audit dan prosedur analitis
(Pert 3) bab 8 perencanaan audit dan prosedur analitisIlham Sousuke
 
Menyelesaikan pengujian dalam siklus akuisisi dan pembayaran
Menyelesaikan pengujian dalam siklus akuisisi dan pembayaranMenyelesaikan pengujian dalam siklus akuisisi dan pembayaran
Menyelesaikan pengujian dalam siklus akuisisi dan pembayaranRudiah Purnami
 
Kel. 5 Pengantar Pengauditan tri.pptx
Kel. 5 Pengantar Pengauditan tri.pptxKel. 5 Pengantar Pengauditan tri.pptx
Kel. 5 Pengantar Pengauditan tri.pptxWidyaRomadhan
 
(Pert 6) bab 22 siklus akuisisi capital dan repayment
(Pert 6) bab 22 siklus akuisisi capital dan repayment(Pert 6) bab 22 siklus akuisisi capital dan repayment
(Pert 6) bab 22 siklus akuisisi capital dan repaymentIlham Sousuke
 
(Pert 1) bab 6 tujuan dan tanggung jawab audit
(Pert 1) bab 6 tujuan dan tanggung jawab audit(Pert 1) bab 6 tujuan dan tanggung jawab audit
(Pert 1) bab 6 tujuan dan tanggung jawab auditIlham Sousuke
 
Rangkuman mata kuliah auditing i (audit siklus pendapatan i) jiantari kel. 4
Rangkuman mata kuliah auditing i (audit siklus pendapatan i) jiantari kel. 4Rangkuman mata kuliah auditing i (audit siklus pendapatan i) jiantari kel. 4
Rangkuman mata kuliah auditing i (audit siklus pendapatan i) jiantari kel. 4Jiantari Marthen
 
(Pert 6) bab 23 cash in bank
(Pert 6) bab 23 cash in bank(Pert 6) bab 23 cash in bank
(Pert 6) bab 23 cash in bankIlham Sousuke
 
Penerimaan perikatan dan perencanaan audit
Penerimaan perikatan dan perencanaan auditPenerimaan perikatan dan perencanaan audit
Penerimaan perikatan dan perencanaan auditCecylia Preketeg
 

Similar to AUDIT PIUTANG (20)

Tugas auditing no.3
Tugas auditing no.3Tugas auditing no.3
Tugas auditing no.3
 
Makalah audit laporan keuangan dan tanggung jawab auditor
Makalah audit laporan keuangan dan tanggung jawab auditorMakalah audit laporan keuangan dan tanggung jawab auditor
Makalah audit laporan keuangan dan tanggung jawab auditor
 
MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PENJUALAN DAN PENAGIHAN PIUTANG USAHA.pdf
MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PENJUALAN DAN PENAGIHAN PIUTANG USAHA.pdfMENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PENJUALAN DAN PENAGIHAN PIUTANG USAHA.pdf
MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PENJUALAN DAN PENAGIHAN PIUTANG USAHA.pdf
 
Quiz 4 the building blocks of auditing
Quiz 4   the building blocks of auditingQuiz 4   the building blocks of auditing
Quiz 4 the building blocks of auditing
 
Kuliah 2 3 siklus pendapatan 2
Kuliah 2 3 siklus pendapatan 2Kuliah 2 3 siklus pendapatan 2
Kuliah 2 3 siklus pendapatan 2
 
Makalahauditterhadapsikluspendapatanpengujiansubstantifterhadapsaldopiutangus...
Makalahauditterhadapsikluspendapatanpengujiansubstantifterhadapsaldopiutangus...Makalahauditterhadapsikluspendapatanpengujiansubstantifterhadapsaldopiutangus...
Makalahauditterhadapsikluspendapatanpengujiansubstantifterhadapsaldopiutangus...
 
Sifat siklus investasi dan pembiayaan
Sifat siklus investasi dan pembiayaanSifat siklus investasi dan pembiayaan
Sifat siklus investasi dan pembiayaan
 
Auditing 2 :: Chapter 1 by Afly Yessie
Auditing 2 :: Chapter 1 by Afly YessieAuditing 2 :: Chapter 1 by Afly Yessie
Auditing 2 :: Chapter 1 by Afly Yessie
 
Risiko Deteksi dan Perancangan Pengujian Substantif
Risiko Deteksi dan Perancangan Pengujian SubstantifRisiko Deteksi dan Perancangan Pengujian Substantif
Risiko Deteksi dan Perancangan Pengujian Substantif
 
Makalah audit terhadap siklus pendapatan, pengujian substantif terhadap saldo...
Makalah audit terhadap siklus pendapatan, pengujian substantif terhadap saldo...Makalah audit terhadap siklus pendapatan, pengujian substantif terhadap saldo...
Makalah audit terhadap siklus pendapatan, pengujian substantif terhadap saldo...
 
(Pert 3) bab 8 perencanaan audit dan prosedur analitis
(Pert 3) bab 8 perencanaan audit dan prosedur analitis(Pert 3) bab 8 perencanaan audit dan prosedur analitis
(Pert 3) bab 8 perencanaan audit dan prosedur analitis
 
Menyelesaikan pengujian dalam siklus akuisisi dan pembayaran
Menyelesaikan pengujian dalam siklus akuisisi dan pembayaranMenyelesaikan pengujian dalam siklus akuisisi dan pembayaran
Menyelesaikan pengujian dalam siklus akuisisi dan pembayaran
 
Kel. 5 Pengantar Pengauditan tri.pptx
Kel. 5 Pengantar Pengauditan tri.pptxKel. 5 Pengantar Pengauditan tri.pptx
Kel. 5 Pengantar Pengauditan tri.pptx
 
Perencanaan audit
Perencanaan auditPerencanaan audit
Perencanaan audit
 
(Pert 6) bab 22 siklus akuisisi capital dan repayment
(Pert 6) bab 22 siklus akuisisi capital dan repayment(Pert 6) bab 22 siklus akuisisi capital dan repayment
(Pert 6) bab 22 siklus akuisisi capital dan repayment
 
(Pert 1) bab 6 tujuan dan tanggung jawab audit
(Pert 1) bab 6 tujuan dan tanggung jawab audit(Pert 1) bab 6 tujuan dan tanggung jawab audit
(Pert 1) bab 6 tujuan dan tanggung jawab audit
 
Rangkuman mata kuliah auditing i (audit siklus pendapatan i) jiantari kel. 4
Rangkuman mata kuliah auditing i (audit siklus pendapatan i) jiantari kel. 4Rangkuman mata kuliah auditing i (audit siklus pendapatan i) jiantari kel. 4
Rangkuman mata kuliah auditing i (audit siklus pendapatan i) jiantari kel. 4
 
(Pert 6) bab 23 cash in bank
(Pert 6) bab 23 cash in bank(Pert 6) bab 23 cash in bank
(Pert 6) bab 23 cash in bank
 
Penerimaan perikatan dan perencanaan audit
Penerimaan perikatan dan perencanaan auditPenerimaan perikatan dan perencanaan audit
Penerimaan perikatan dan perencanaan audit
 
Audit terhadap siklus pendapatan Ringkasan
Audit terhadap siklus pendapatan RingkasanAudit terhadap siklus pendapatan Ringkasan
Audit terhadap siklus pendapatan Ringkasan
 

More from Ilham Sousuke

(Pert 14) chapter 20
(Pert 14) chapter 20(Pert 14) chapter 20
(Pert 14) chapter 20Ilham Sousuke
 
Pajak Internasional atas Penghasilan dari Aset Tidak Bergerak
Pajak Internasional atas Penghasilan dari Aset Tidak BergerakPajak Internasional atas Penghasilan dari Aset Tidak Bergerak
Pajak Internasional atas Penghasilan dari Aset Tidak BergerakIlham Sousuke
 
Pajak Internasional atas Capital Gain (Pengalihan Aset Tetap)
Pajak Internasional atas Capital Gain (Pengalihan Aset Tetap)Pajak Internasional atas Capital Gain (Pengalihan Aset Tetap)
Pajak Internasional atas Capital Gain (Pengalihan Aset Tetap)Ilham Sousuke
 
Pajak Internasional atas Dividen
Pajak Internasional atas DividenPajak Internasional atas Dividen
Pajak Internasional atas DividenIlham Sousuke
 
Pajak Internasional atas Bunga
Pajak Internasional atas BungaPajak Internasional atas Bunga
Pajak Internasional atas BungaIlham Sousuke
 
Hubungan Istimewa (associated enterprises) dalam Pajak Internasional
Hubungan Istimewa (associated enterprises) dalam Pajak InternasionalHubungan Istimewa (associated enterprises) dalam Pajak Internasional
Hubungan Istimewa (associated enterprises) dalam Pajak InternasionalIlham Sousuke
 
Pajak Internasional atas Jasa Independen
Pajak Internasional atas Jasa IndependenPajak Internasional atas Jasa Independen
Pajak Internasional atas Jasa IndependenIlham Sousuke
 
Pajak Internasional atas Laba Usaha (Bussiness Profit)
Pajak Internasional atas Laba Usaha (Bussiness Profit)Pajak Internasional atas Laba Usaha (Bussiness Profit)
Pajak Internasional atas Laba Usaha (Bussiness Profit)Ilham Sousuke
 
Bentuk Usaha Tetap dalam Pajak Internasional (Permanent Establishment)
Bentuk Usaha Tetap dalam Pajak Internasional (Permanent Establishment)Bentuk Usaha Tetap dalam Pajak Internasional (Permanent Establishment)
Bentuk Usaha Tetap dalam Pajak Internasional (Permanent Establishment)Ilham Sousuke
 
Residensi dalam Pajak Internasional
Residensi dalam Pajak InternasionalResidensi dalam Pajak Internasional
Residensi dalam Pajak InternasionalIlham Sousuke
 
Lingkup Material dalam Pajak Internasional
Lingkup Material dalam Pajak InternasionalLingkup Material dalam Pajak Internasional
Lingkup Material dalam Pajak InternasionalIlham Sousuke
 
Keringanan Pajak (Tax Relief) dalam Pajak Internasional
Keringanan Pajak (Tax Relief) dalam Pajak InternasionalKeringanan Pajak (Tax Relief) dalam Pajak Internasional
Keringanan Pajak (Tax Relief) dalam Pajak InternasionalIlham Sousuke
 
Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda
Perjanjian Penghindaran Pajak BergandaPerjanjian Penghindaran Pajak Berganda
Perjanjian Penghindaran Pajak BergandaIlham Sousuke
 
Kedudukan Hukum dan Interpretasi P3B
Kedudukan Hukum dan Interpretasi P3BKedudukan Hukum dan Interpretasi P3B
Kedudukan Hukum dan Interpretasi P3BIlham Sousuke
 
Pajak Berganda dalam Pajak Internasional
Pajak Berganda dalam Pajak InternasionalPajak Berganda dalam Pajak Internasional
Pajak Berganda dalam Pajak InternasionalIlham Sousuke
 
Pajak Internasional atas Royalti
Pajak Internasional atas RoyaltiPajak Internasional atas Royalti
Pajak Internasional atas RoyaltiIlham Sousuke
 
Mengenal Pajak Internasional
Mengenal Pajak InternasionalMengenal Pajak Internasional
Mengenal Pajak InternasionalIlham Sousuke
 
(Pert 7) bab 20 audit payroll and personnel cycles
(Pert 7) bab 20 audit payroll and personnel cycles(Pert 7) bab 20 audit payroll and personnel cycles
(Pert 7) bab 20 audit payroll and personnel cyclesIlham Sousuke
 
(Pert 6) bab 21 siklus inventory dan warehousing
(Pert 6) bab 21 siklus inventory dan warehousing(Pert 6) bab 21 siklus inventory dan warehousing
(Pert 6) bab 21 siklus inventory dan warehousingIlham Sousuke
 

More from Ilham Sousuke (20)

(Pert 14) chapter 20
(Pert 14) chapter 20(Pert 14) chapter 20
(Pert 14) chapter 20
 
Pajak Internasional atas Penghasilan dari Aset Tidak Bergerak
Pajak Internasional atas Penghasilan dari Aset Tidak BergerakPajak Internasional atas Penghasilan dari Aset Tidak Bergerak
Pajak Internasional atas Penghasilan dari Aset Tidak Bergerak
 
Pajak Internasional atas Capital Gain (Pengalihan Aset Tetap)
Pajak Internasional atas Capital Gain (Pengalihan Aset Tetap)Pajak Internasional atas Capital Gain (Pengalihan Aset Tetap)
Pajak Internasional atas Capital Gain (Pengalihan Aset Tetap)
 
Pajak Internasional atas Dividen
Pajak Internasional atas DividenPajak Internasional atas Dividen
Pajak Internasional atas Dividen
 
Pajak Internasional atas Bunga
Pajak Internasional atas BungaPajak Internasional atas Bunga
Pajak Internasional atas Bunga
 
Hubungan Istimewa (associated enterprises) dalam Pajak Internasional
Hubungan Istimewa (associated enterprises) dalam Pajak InternasionalHubungan Istimewa (associated enterprises) dalam Pajak Internasional
Hubungan Istimewa (associated enterprises) dalam Pajak Internasional
 
Pajak Internasional atas Jasa Independen
Pajak Internasional atas Jasa IndependenPajak Internasional atas Jasa Independen
Pajak Internasional atas Jasa Independen
 
Pajak Internasional atas Laba Usaha (Bussiness Profit)
Pajak Internasional atas Laba Usaha (Bussiness Profit)Pajak Internasional atas Laba Usaha (Bussiness Profit)
Pajak Internasional atas Laba Usaha (Bussiness Profit)
 
Bentuk Usaha Tetap dalam Pajak Internasional (Permanent Establishment)
Bentuk Usaha Tetap dalam Pajak Internasional (Permanent Establishment)Bentuk Usaha Tetap dalam Pajak Internasional (Permanent Establishment)
Bentuk Usaha Tetap dalam Pajak Internasional (Permanent Establishment)
 
Residensi dalam Pajak Internasional
Residensi dalam Pajak InternasionalResidensi dalam Pajak Internasional
Residensi dalam Pajak Internasional
 
Lingkup Material dalam Pajak Internasional
Lingkup Material dalam Pajak InternasionalLingkup Material dalam Pajak Internasional
Lingkup Material dalam Pajak Internasional
 
Keringanan Pajak (Tax Relief) dalam Pajak Internasional
Keringanan Pajak (Tax Relief) dalam Pajak InternasionalKeringanan Pajak (Tax Relief) dalam Pajak Internasional
Keringanan Pajak (Tax Relief) dalam Pajak Internasional
 
Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda
Perjanjian Penghindaran Pajak BergandaPerjanjian Penghindaran Pajak Berganda
Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda
 
Kedudukan Hukum dan Interpretasi P3B
Kedudukan Hukum dan Interpretasi P3BKedudukan Hukum dan Interpretasi P3B
Kedudukan Hukum dan Interpretasi P3B
 
Stuktur P3B
Stuktur P3BStuktur P3B
Stuktur P3B
 
Pajak Berganda dalam Pajak Internasional
Pajak Berganda dalam Pajak InternasionalPajak Berganda dalam Pajak Internasional
Pajak Berganda dalam Pajak Internasional
 
Pajak Internasional atas Royalti
Pajak Internasional atas RoyaltiPajak Internasional atas Royalti
Pajak Internasional atas Royalti
 
Mengenal Pajak Internasional
Mengenal Pajak InternasionalMengenal Pajak Internasional
Mengenal Pajak Internasional
 
(Pert 7) bab 20 audit payroll and personnel cycles
(Pert 7) bab 20 audit payroll and personnel cycles(Pert 7) bab 20 audit payroll and personnel cycles
(Pert 7) bab 20 audit payroll and personnel cycles
 
(Pert 6) bab 21 siklus inventory dan warehousing
(Pert 6) bab 21 siklus inventory dan warehousing(Pert 6) bab 21 siklus inventory dan warehousing
(Pert 6) bab 21 siklus inventory dan warehousing
 

Recently uploaded

Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxawaldarmawan3
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)3HerisaSintia
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxIgitNuryana13
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Abdiera
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxIrfanAudah1
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CAbdiera
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxsdn3jatiblora
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdfsdn3jatiblora
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptxHendryJulistiyanto
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfbibizaenab
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 

Recently uploaded (20)

Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 

AUDIT PIUTANG

  • 1. Menyelesaikan Pengujian Audit dalam Siklus Penjualan dan Penagihan : Piutang Usaha Metodologi untuk merancang pengujian atas rincian saldo Dalam merancangpengujian atas rincian saldo untuk piutang usaha, auditor harus memenuhi masing-masing dari delapan tujuan audit terkait saldo. Apabila tujuan audit tersebut diterapkan dalam akun piutang usaha, disebut (Account Receivable balance-related audit objective) sebagai berikut : (a) Detail tie-in : piutang usaha dalam neraca sama dengan jumlah file induk terkait dan totalnya telah ditambahkan dengan benar serta sama dengan buku besar. (b) Existence : Piutang usaha yang dicatat ada (c) Completeness: Piutang usaha yang ada telah dicantumkan (d) Accuracy : Piutang usaha sudah akurat (e) Classification : Piutang usaha telah diklasifikasikan dengan benar (f) Cutoff : Pisah batas piutang usaha sudah benar (g) Realizable Value : Piutang usaha dinyatakan dalam nilai realisasi (h) Right : Klien memiliki hak atas piutang usaha Tahapan dalam merancang metodologi pengujian rincian saldo (1) Mengidentifikasi risiko bisnis klien yang mempengaruhi piutang usaha (Tahap 1) Pengujian piutang usaha didasarkan pada prosedur penilaian risiko oleh auditor. Auditor mempelajari industri dan lingkungan bisnis klien serta mengevaluasi tujuan manajemen dan proses bisnis untuk mengidentifikasi risiko bisnis klien yang signifikan terhadap laporan keuangan (Piutang Usaha). Dari situ auditor melakukan prosedur analitis pendahuluan terhadap piutang usaha. (2) Menetapkan materialitas kinerja dan menilai risiko inheren (Tahap 1) Auditor memutuskan pertimbangan pendahuluan mengenai materialitas laporan keuangan secara keseluruhan, kemudian mengalokasikannya ke akun-akun signifikan di neraca (termasuk piutang usaha). Dalam menilai risiko inheren, auditor menggunakan bisnis klien, sifat klien, dan industrinya. (3) Menilai risiko pengendalian untuk siklus penjualan dan penagihan (Tahap 1) Aspek pengendalian internal yang harus diperhatikan oleh auditor : (a) Pengendalian yang mencegah atau mendeteksi penggelapan (b) Pengendalian terhadap pisah batas (c) Pengendalian yang terkait dengan penyisihan piutang tak tertagih Auditor harus menghubungkan risiko pengendalian untuk tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi dengan tujuan audit terkait saldo dalam memutuskan deteksi yang direncanakan (PDR) dan bukti yang direncanakan bagi pengujian saldo akun.  Untuk penjualan, tujuan keterjadian (transaksi) mempengaruhi tujuan keberadaan (saldo). Hal ini disebabkan karena kenaikan penjualan akan meningkatkan saldo piutang usaha.  Untuk penerimaan kas, tujuan keterjadian (transaksi) mempengaruhi tujuan kelengkapan (saldo). Hal ini disebabkan karena kenaikan penerimaan kas akan mengurangi saldo piutang usaha. (4) Merancang dan melaksanakan pengujian pengendalian dan substantive atas transaksi (Tahap 2)  Hasil pengujian pengendalian digunakan untuk menilai risiko pengendalian atas penjualan dan penerimaan kas  Hasil pengujian substantive atas transaksi digunakan untuk menentukan sejauh mana risiko deteksi (PDR) akan dipenuhi untuk tujuan audit berkaitan dengan saldo piutang usaha. (5) Merancang dan Melaksanakan Prosedur Analitis (Tahap 3) Prosedur analitis dilakukan di tahap perencanaan, tahap pengujian, dan tahap penyelesaian. Pada siklus penjualan dan penagihan, auditor melakukan prosedur analitis terhadap keseluruhan, bukan hanya piutang usaha saja. Hal ini karena adanya hubungan yang erat antara akun laporan laba rugi dan neraca.
  • 2. Contoh prosedur analitis membandingkan persentase marjin kotor dengan tahun sebelumnya, kemungkinan salah saji yang muncul adalah lebih saji/kurang saji pada penjualan dan piutang usaha. Selain itu, auditor juga mereview piutang usaha yang memiliki saldo besar dan tidak biasa.  Jika hasil prosedur analitis sudah menguntungkan, maka auditor akan mengurangi pengujian yang terincin atas saldo  Jika hasil prosedur analitis menunjukkan fluktiasi atau tidak biasa, maka auditor akan mengajukan pertanyaan tambahan kepada manajemen (6) Merancang dan melaksanakan Pengujian atas rincian saldo Piutang Usaha (Tahap 3) Berkaitan dengan risiko deteksi yang direncanakan dan sangat dipengaruhi oleh Risiko Inheren serta Risiko Pengendalian (RMM).  Jika RMM tinggi, maka auditor akan menurunkan PDR dengan melakukan pengujian substantive yang ekstensif.  Jika RMM rendah, maka auditor akan meningkatkan PDR dengan melakukan pengujian substantive yang sedikit.  Jumlah bukti audit yang direncanakan adalah kebilikan dari PDR. Kemudian auditor harus menentukan prosedur audit, ukuran sampel, item yang pilih, dan penetapan waktu. Pengujian atas Rincian Saldo Sesuai dengan Account Receivable balance-related audit objective sebagai berikut : (a) Piutang usaha dalam neraca sama dengan jumlah file induk terkait dan totalnya telah ditambahkan dengan benar serta sama dengan buku besar. (Detail tie-in) Auditor dapat menggunakan Aged Trial Balance sebagai dasar dan harus dipastikan bahwa Aged Trial Balance tersebut telah memenuhi detail tie-in. (b) Piutang usaha yang dicatat ada (Existence) Auditor dapat menggunakan konfirmasi saldo kepada pelanggan untuk memastikan eksistensi piutang yang dicatat. Apabila pelanggan tidak merespon, auditor dapat menggunakan dokumen pendukung seperti pengiriman barang dan penerimaan kas. (c) Piutang usaha yang ada telah dicantumkan (Completeness) Auditor dapat menggunakan Aged Trial Balance untuk menyeimbangkan rekonsiliasi antara piutang usaha dengan akun pengendali buku besar. Pengujian substantive atas transaksi pengiriman yang telah dilakukan tapi belum dicatat juga dapat dilakukan. (d) Piutang usaha sudah akurat (Accuracy) Auditor dapat menggunakan konfirmasi piutang usaha kepada pelanggan untuk memastikan akurasi saldo piutang usaha. (e) Piutang usaha telah diklasifikasikan dengan benar (Classification) Pemisahan klasifikasi harus ditentukan sesuai sifat piutang usaha (lancer aau tidak lancer). Kemudian untuk piutang usaha kepada pihak terafiliasi harus dipisahkan terutama yang sifatnya material. (f) Pisah batas piutang usaha sudah benar (Cutoff) Cutoff bertujuan untuk memverifikasi apakah transaksi yang mendekati akhir periode akuntansi dicatat pada periode yang tepat karena dapat mempengaruhi laba/rugi periode berjalan. Salah saji cutoff dapat terjadi pada akun berikut :  Penjualan – klien biasanya menggunakan kriteria pengiriman barang, faktur peralihan hak atas barang sebagai cutoff penjualan telah terjadi dan diakui sebagai piutang. Hal ini bergantung pada efektivitas pengendalian klien, auditor dapat menggunakan dokumen pengiriman akhir periode dan membandingkannya dengan penjualan pada periode berjalan.  Retun dan pengurangan penjualan – klien biasanya menyandingkan retur dan pengurangan penjualan yang ada dengan penjualan yang terkait jika jumlahnya material, tetapi apabila tidak material retur dan pengurangan penjualan dapat dicatat pada periode berjalan. Selain itu adapula yang
  • 3. menggunakan metode pencadangan. Auditor dapat memeriksa dokumen return dan pengurangan penjualan yang terjadi setelah akhir periode.  Penerimaan kas – auditor dapat menelusuri penerimaan kas yang dicatat ke setoran bank periode selanjutnya. Jika terjadi penundaan, kemungkinan merupakan salah saji cutoff. Permasalahan yang sering muncul adalah sulitnya membedakan salah saji cutoff dengan perbedaan waktu seperti pengiriman dan penjualan dalam perjalanan. (g) Piutang usaha dinyatakan dalam nilai realisasi (Realizable Value) Klien diharuskan untuk mencatat saldo piutang pada nilai yang mungkin dapat direalisasikan, yaitu piutang dikurangi penyisihan piutang tak tertagih. Auditor dapat me-review kebijakan penyisihan apakah masuk akal atau tidak sesuai dengan jumlah dan umur piutang. (h) Klien memiliki hak atas piutang usaha (Rights) Klien mungkin menggadaikan, membebankan kepada orang lain, menjual, dsb piutang yang ia miliki. Auditor dapat mereview dokumen-dokumen pendukung seperti notulen rapat, bukti gadai, dan konfirmasi kepada bank bila memungkinkan. (i) Pengungkapan dan Penyajian Auditor dapat mengevaluasi kebijakan pengakuan pendapatan klien untuk menentukan apakah klien telah mengombinasikan jumlah dan mengungkapkan informasi yang tepat pada laporan keuangan, terutama bagian yang perlu disajikan secara terpisah seperti piutang terhadap pihak terafiliasi. Konfirmasi Piutang Usaha Merupakan respon tertulis langsung dari pihak ketiga dalam wujud kerta atau elektronik, dan dianggap sebagai bukti yang sangat terpercaya atau andal karena berasal dari pihak independen. Auditor diharuskan untuk menggunakan konfirmasi eksternal untuk piutang usaha yang material. Tetapi konfirmasi mungkin kurang tepat dalam kondisi tertentu seperti kemungkinan respon yang rendah dan RMM yang rendah sehingga bukti substantive dapat diperoleh dengan cara lain. Jenis Konfirmasi  KonfirmasiPositif – konfirmasi dengan debitur dimana debitur diminta untuk mengonfirmasisecaralangsung apakah salah yang dinyatakan sudah benar atau salah. a. Blank Confirmation form – konfirmasi kepada debitur dengan tidak menyatakan jumlah pada konfirmasi tetapi meminta debitur untuk mengisi saldo atau melengkapi informasi lainnya. b. Invoice Confirmation – konfirmasi kepada debitur untuk mengonfirmasi setiap faktur bukan saldo pelanggan secara keseluruhan.  Konfirmasi Negatih – konfirmasi kepada debitur dengan meminta respon jika debitur tidak setuju dengan saldo yang dinyatakan. Biasa digunakan apabila risiko salah saji rendah, saldo piutang kecil dan homogen, tingkat pengecualin rendah, dan adanya pertimbangan masuk akal dari debitur. Konfirmasi positif lebih bisa diandalkan terutama bila tidak ada respon dari debutir, karena auditor dapat memverifikasi melalui media lain. Tetapi untuk konfirmasi negative, bila tidak ada respon, maka dianggap sebagai respon benar atas saldo yang dinyatakan. Timing – Informasi yang dapat diandalkan berasal dari konfirmasi yang diperoleh mendekati tanggal neraca Ukuran sampel – sangat bergantung pada materialitas kinerja (toleransi), RMM, Detection risk yang tercapai, dan jenis konfirmasi yang digunakan. Item yang dipilih sebagai sampel biasanya ditentukan dari stratifikasi nilai dan umur piutang (lebih besar dan lama). Pengendalian – auditor harus melakukan pengendalian atas konfirmasi sampai dikembalikan oleh pelanggan. Tindaklanjut nonrespon
  • 4. Nonrespon tidak bisa serta merta dijadikan bukti audit signifikan. Jika konfirmasi positif digunakan dan tidak ada respon yang diperoleh, maka auditor harus menggunakan prosedur alternative sebagai cara lain untuk memastikan keberadaan dan akurasi saldo piutang. Dokumen yang dapat digunakan sebagai alternative adalah  Penerimaan kas selanjutnya  Salinan faktur penjualan  Dokumen pengiriman  Korespondensi dengan klien Analisis perbedaan Analisis perbedaan dilakukan terhadap konfirmasi yang dikembalikan oleh pelanggan. Auditor harus mampu menentukan penyebab setiap perbedaan yang dilaporkan. Jenis perbedaan  Pembayaran telah dilakukan sebelum konfirmasi dan klein belum menerima pembayaran saat melakukan pencatatan sebelum tanggal konfirmasi  Barang belum diterima karena kebijakan pengakuan hak yang berbeda. (klien menggunakan dasar pengiriman barang, sedangkan pelanggan menggunakan saat barang diterima)  Barang telah dikembalikan yang disebabkan perbedaan waktu dalam mencatat memo kredit  Kesalahan klerikal dan jumlah yang diperdebatkan Menarik kesimpulan Sebelum menarik kesimpulan, auditor harus mengevaluasi ulang pengendalian internal klien terutama untuk memastikan apakah salah saji yang ada konsisten terhadap risiko pengendalian internal atau tidak. Jika tidak konsisten, maka auditor harus merevisi penilaian itu. Selain itu juga mengevaluasi sifat kualitatif dari sample salah saji tanpa memandang nominalnya. Terakhir adalah menentukan apakah bukti audit sudah mencukupi.