PPT kerajaan islam Maluku Utara PPT sejarah kelas XI
64A_Lapsus 2_Psoriasis(1).pptx
1. LAPORAN KASUS
PSORIASIS VULGARIS DERAJAT BERAT
Preseptor: dr. Rina Munirah Bulqini., MKM, Sp.DV
Kelompok 64-A
Presentan:
Sinta Fauziyyah (4151201425)
Muhammad Bagas Aditya (4151201440)
Dandi Fery Gunawan (4151201500)
Partisipan:
Made Alex Wahyu S (4151201404)
Salsabila Anindita N (4151201456)
Sinta Rachmanita (4151201485)
2. Keterangan Umum
Nama : Ny. S
Umur : 41 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Suku bangsa : Sunda
Alamat : Jl. KH Usman Domiri No. 56, Cimahi Selatan, Kota Cimahi
Pendidikan Terakhir : SMA
Pekerjaan : IRT
Pendidikan suami : SMA
Pekerjaan suami : Montir Bengkel Motor
Status Marital : Menikah, dengan 2 orang anak, tidak sedang hamil, tidak sedang
program hamil
Jaminan kesehatan : BPJS Mandiri Kelas III
4. Penjabaran Keluhan Utama
(autoanamnesis)
Sejak ±3 bulan yl bercak-bercak merah bersisik tebal pada hampir seluruh tubuh timbul kembali
dan terasa gatal kembali sehingga Os menggaruknya, akibat sering di garuk ± 2,5 bulan yang lalu
bercak-bercak merah bersisik tebal sebagian besar melebar menjadi berukuran uang logam Rp100,-
hingga telapak tangan bayi.
Karena kelainan kulit tersebut ± 1 minggu yl Os mengobatinya sendiri dengan membeli obat dari
apotek berupa cetrizine yang diminum apabila gatal, keluhan gatal hanya berkurang sementara.
Sekitar ±2 hari yang lalu Os berobat ke RS Mitra Kasih Cibabat, karena tidak tersedia obat
Metotreksat untuk pengobatan penyakit kulitnya maka Os dirujuk ke RS Dustira Cimahi. Sekitar 1
hari yl Os berobat ke Poliklinik Kulit dan Kelamin RS Dustira Cimahi.
Sejak ± 3 tahun yl kelainan kulit berupa bercak-bercak merah bersisik tebal meluas hingga
meliputi hampir seluruh tubuh.
5. Kelainan kulit pertama kali timbul ± 5 tahun yl berupa bercak-bercak merah
bersisik tebal hanya pada lutut kanan yang berukuran sebesar uang logam Rp50,-.
yang terasa sedikit gatal sehingga Os menggaruknya, akibat sering digaruk ± 4,5
tahun yang lalu kelainan kulit berubah menjadi berukuran kira-kira sebesar Rp100,-
hingga uang logam Rp500,-
Sejak ± 4 tahun yl timbul bercak-bercak merah bersisik tebal serupa pada kedua
tungkai, batas antara kulit kepala berambut dengan dahi yang berukuran kira-kira
sebesar biji jagung yang terasa sedikit gatal sehingga Os menggaruknya, akibat
sering digaruk, ± 3,5 tahun yang lalu bercak-bercak merah bersisik tebal berubah
menjadi berukuran kira-kira sebesar uang logam Rp50,- hingga uang logam Rp100,-
Perjalanan Penyakit
(autoanamnesis)
6. Perjalanan Penyakit
(autoanamnesis)
Sejak ± 3 tahun yl timbul bercak-bercak merah bersisik tebal serupa pada kedua lengan,
dada, perut dan punggung berukuran sebesar biji jagung yang terasa sedikit gatal sehingga Os
menggaruknya, akibat sering digaruk ± 2,5 tahun yl bercak-bercak merah bersisik tebal
berubah menjadi berukuran kira-kira sebesar uang logam Rp500,- hingga sebesar telapak
tangan bayi.
Os menyangkal keluhan bercak putih pada lidah, adanya lubang pada kuku serta nyeri,
nyeri dada disertai sesak napas, dan bengkak pada sendi jari tangan dan sendi jari kaki.
7. Faktor Etiologi, Predisposisi, dan Presipitasi
(autoanamnesis)
Riwayat adanya bercak-bercak merah bersisik tebal serupa pada ibu kandung Os diakui.
Os hanya sebagai IRT dengan pekerjaan sehari-hari memasak, mencuci pakaian,
membersihkan rumah setiap hari tanpa dibantu oleh anggota keluarga sehingga Os kelelahan.
Suami Os bekerja sebagai montir bengkel motor dengan penghasilan yang cukup untuk
membiayai ekonomi dan sekolah kedua anaknya namun sejak 5 bulan yl karena anak sulung Os
akan masuk ke Perguruan Tinggi yang memerlukan biaya tambahan sehingga timbul kesulitan
ekonomi yang mengakibatkan beban pikiran pada Os sehingga Os menjadi sulit tidur.
Sejak + 3 tahun yl Os memiliki keluhan gigi berlubang yang tidak terasa nyeri sehingga Os
tidak berobat.
8. Riwayat Pengobatan
(autoanamnesis)
Kelainan bercak-bercak merah bersisik tebal pertama kali diobati ± 4,5 tahun yl
ke Poliklinik Kulit dan Kelamin RS Dustira Cimahi oleh dokter spesialis kulit diberi
salep racikan dalam pot berwarna putih, lengket, berbau tidak enak yang dioleskan 2
kali sehari dan Metotreksat yang diminum 6 tablet setiap minggu. Os dianjurkan
kontrol setiap 2 minggu sekali.
9. Anamnesis Tambahan
(autoanamnesis)
Os menyangkal memiliki riwayat darah tinggi,
kencing manis, gangguan ginjal, batuk lama, penyakit
kuning, lemah lesu. Os juga tidak mengonsumsi obat-
obatan dalam jangka panjang.
10. Pemeriksaan Fisik
Status generalis
Kesan sakit : Tampak sakit ringan
Tanda Vital : TD: 120/80 mmHg, N: 80x/m, R: 20x/m, S: 36,80C
Status Gizi : BB : 56 kg TB : 158 cm IMT = 22,4 Status Gizi: Normoweight
Kepala : Mata : Konjungtiva: anemis -/-, Sklera : ikterik -/-
THT : Tonsil : T1 – T1 tenang
Faring: tidak hiperemis
Mukosa Lidah : Geographic tongue (-)
Mukosa Bukal : leukoplakia (-)
18. Status Dermatologikus
Distribusi : Generalisata
Ad Regio : Dahi, kedua permukaan fleksor dan ekstensor lengan atas, punggung, perut, kedua
permukaan ekstensor tungkai bawah
Tampak lesi : Multipel, sebagian diskret sebagian konfluens, tidak teratur, ukuran lentikuler
hingga plakat, batas tegas, menimbul dari permukaan, stadium kering
Efloresensi : Papul eritema dan plak eritema dengan skuama psoriasiformis diatasnya
20. Lession Score
Kepala dan Leher 5 (erythema 2, thickness 1, scalling 2)
Ekstremitas Atas 4 (erythema 2, thickness 1, scalling 1)
Badan 7 (erythema 3, thickness 2, scalling 2)
Ekstremitas Bawah 8 (erythema 4, thickness 2, scalling 2)
Area Score
Kepala 2 (10-29%)
Ekstremitas Atas 1 (1-9%)
Badan 5 (70-89%)
Ekstremitas Bawah 3 (30-49%)
Total score: 21,6 (derajat berat)
total head: 5 x 0,1 = 0,5 x 2 = 1
total arms: 4 x 0,2 = 0,8 x 1 = 0,8
total trunk: 7 x 0,3 = 2,1 x 5 = 10,2
total limbs: 8 x 0,4 = 3,2 x 3 = 9,6
Score PASI
21. Pemeriksaan Penunjang
KHUSUS :
1. Fenomena tetesan lilin
● Dilakukan pada pasien sebelum
pengobatan
● Cara : Skuama digores dengan
kuku/scalpel/ujung gelas objek
● Skuama berubah menjadi warna
putih ketika digores dengan
pinggiran kaca objek.
Sebelum: Sesudah:
22. 2. Fenomena Auspitz
• Cara : Skuama dilepaskan lapis demi lapis dengan pinset.
• Skuama putih akan meninggalkan bintik-bintik perdarahan
ketika digores dengan pinggiran kaca objek
3. Fenomena Kobner (tidak dilakukan pemeriksaan)
• Cara : menggores lesi sampai dengan kulit yang sehat, setelah
8 hari akan didapatkan gambaran lesi yang serupa dengan
gambaran lesi psoriasis.
23. Resume
Seorang perempuan berusia 41 tahun datang ke Poliklinik Kulit dan Kelamin Dustira bercak-bercak merah
bersisik tebal pada hampir seluruh tubuh yang terasa sedikit gatal.
Sejak ±3 bulan yl bercak-bercak merah bersisik tebal pada hampir seluruh tubuh timbul kembali dan terasa
gatal kembali sehingga Os menggaruknya, akibat sering di garuk ± 2,5 bulan yang lalu bercak-bercak merah
bersisik tebal sebagian besar melebar menjadi berukuran uang logam Rp100,- hingga telapak tangan bayi.
Karena kelainan kulit tersebut ± 1 minggu yl Os mengobatinya sendiri dengan membeli obat dari apotek
berupa cetrizine yang diminum apabila gatal, keluhan gatal hanya berkurang sementara.
Sekitar ±2 hari yang lalu Os berobat ke RS Mitra Kasih Cibabat, karena tidak tersedia obat Metotreksat untuk
pengobatan penyakit kulitnya maka Os dirujuk ke RS Dustira Cimahi. Sekitar 1 hari yl Os berobat ke Poliklinik
Kulit dan Kelamin RS Dustira Cimahi.
Sejak ± 3 tahun yl kelainan kulit berupa bercak-bercak merah bersisik tebal meluas hingga meliputi hampir
seluruh tubuh.
24. Resume Lanjutan
Kelainan kulit pertama kali timbul ± 5 tahun yl berupa bercak-bercak merah bersisik tebal hanya pada lutut kanan
yang berukuran sebesar uang logam Rp50-. yang terasa sedikit gatal sehingga Os menggaruknya, akibat sering digaruk
± 4,5 tahun yang lalu kelainan kulit berubah menjadi berukuran kira-kira sebesar Rp100,- hingga uang logam Rp500,-
Sejak ± 4 tahun yl timbul bercak-bercak merah bersisik tebal serupa pada kedua tungkai, batas antara kulit kepala
berambut dengan dahi yang berukuran kira-kira sebesar biji jagung yang terasa sedikit gatal sehingga Os
menggaruknya, akibat sering digaruk, ± 3,5 tahun yang lalu bercak-bercak merah bersisik tebal berubah menjadi
berukuran kira-kira sebesar uang logam Rp50,- hingga uang logam Rp100,-
Sejak ± 3 tahun yl timbul bercak-bercak merah bersisik tebal serupa pada kedua lengan, dada, perut dan
punggung berukuran sebesar biji jagung yang terasa sedikit gatal sehingga Os menggaruknya, akibat sering digaruk ±
2,5 tahun yl bercak-bercak merah bersisik tebal berubah menjadi berukuran kira-kira sebesar uang logam Rp500,-
hingga sebesar telapak tangan bayi.
Os menyangkal keluhan bercak putih pada lidah, adanya lubang pada kuku serta nyeri, nyeri dada disertai sesak
napas, dan bengkak pada sendi jari tangan dan sendi jari kaki.
25. Resume Lanjutan
Riwayat adanya bercak-bercak merah bersisik tebal serupa pada ibu kandung Os diakui.
Os hanya sebagai IRT dengan pekerjaan sehari-hari memasak, mencuci pakaian, membersihkan rumah setiap
hari tanpa dibantu oleh anggota keluarga sehingga Os kelelahan.
Suami Os bekerja sebagai montir bengkel motor dengan penghasilan yang cukup untuk membiayai ekonomi
dan sekolah kedua anaknya namun sejak 5 bulan yl karena anak sulung Os akan masuk ke Perguruan Tinggi yang
memerlukan biaya tambahan sehingga timbul kesulitan ekonomi yang mengakibatkan beban pikiran pada Os
sehingga Os menjadi sulit tidur.
Sejak + 3 tahun yl Os memiliki keluhan gigi berlubang yang tidak terasa nyeri sehingga Os tidak berobat.
Kelainan bercak-bercak merah bersisik tebal pertama kali diobati ± 4,5 tahun yl ke Poliklinik Kulit dan
Kelamin RS Dustira Cimahi oleh dokter spesialis kulit diberi salep racikan dalam pot berwarna putih, lengket,
berbau tidak enak yang dioleskan 2 kali sehari dan Metotreksat yang diminum 6 tablet setiap minggu. Os dianjurkan
kontrol setiap 2 minggu sekali.
Os menyangkal memiliki riwayat darah tinggi, kencing manis, gangguan ginjal, batuk lama, lemah lesu,
penyakit kuning. Os juga tidak mengonsumsi obat-obatan dalam jangka panjang.
27. Status Dermatologikus
Distribusi : Generalisata
Ad Regio : Dahi, kedua permukaan fleksor dan ekstensor lengan atas, punggung, perut, kedua
permukaan ekstensor tungkai bawah
Tampak lesi : Multipel, sebagian diskret sebagian konfluens, tidak teratur, ukuran lentikuler
hingga plakat, batas tegas, menimbul dari permukaan, stadium kering
Efloresensi : Papul eritema dan plak eritema dengan skuama psoriasiformis diatasnya
28. Pemeriksaan Penunjang
1. Fenomena tetesan lilin
Hasil: +
2. Fenomena Auspitz
Hasil : +
3. Fenomena Kobner
Tidak dilakukan Pemeriksaan
31. Usul Pemeriksaan
1. Pemeriksaan Histopatologi
2. Pemeriksaan darah rutin
3. Pemeriksaan fungsi hati (SGOT SGPT)
4. Pemeriksaan fungsi ginjal (ureum dan kreatinin)
5. Pemeriksaan foto thoraks
32. Penatalaksanaan
Umum :
• Hindari faktor pencetus: stress fisik/psikis
• Hindari trauma (tidak menggaruk lesi)
• Mengobati infeksi fokal (gigi)
• Menjelaskan bahwa penyakit Os dapat hilang timbul
• Menjelaskan bahwa penyakit Os dapat menurun ke keluarga sedarah
yang lain
33. Penatalaksanaan
Khusus
Topikal
1. Narrowband UV-B (Standar BPJS)
3-5x pengobatan perminggu, setiap penyinaran selama 5 menit
2. Unguentum Liquid Carbonat Detergent (LCD) 5%
2 kali sehari selama 7 hari (sehabis mandi)
34. Sistemik
1. Metotreksat
Indikasi: jika terdapat efek samping setelah pemberian kortikostreoid, terdapat lesi yg luas
Kontraindikasi:
● Absolut: ibu hamil, ibu menyusui, kelainan darah/disfungsi sumsum tulang, peminum alkohol
● Relatif: kelainan hepar, kelainan ginjal, penyakit berat, penurunan fungsi paru-paru
Cara pemberian:
o Dosis uji MTX dimulai dengan 2,5mg sampai dinaikkan secara bertahap sehingga mencapai dosis terapetik
rata-rata 10-15 mg per minggu (maximal 25-30 mg per minggu)
o Lama pemberian 4 minggu, setelah 4 minggu diturunkan 2,5mg tiap bulan sampai dosis 10-15 mg
o Dilakukan pemeriksaan lab pada minggu ke-1 dan ke-4
o Dalam 1 minggu dilakukan sebanyak satu kali dengan cara meminum 3 tablet dengan seling waktu 12 jam.
Penatalaksanaan
35. Sistemik
2. Asam Folat
Suplementasi asam folat dianjurkan sebesar 5 mg per hari setelah makan siang di saat tidak diberikan
MTX.
Asam folat secara rutin diberikan untuk mengurangi efek samping, namun dosis optimal dan waktu
pemberian yang optimal masih belum jelas. Efek samping yang sering ditemukan antara lain adalah
muntah, mual, stomatitis, dan gangguan fungsi hepar. Supresi sumsum tulang belakang, toksisitas paru,
infeksi, dan hepatotoksisitas. dosis maksimal 20 mg/minggu. Setelah tercapai perbaikan klinis, dosis
diturunkan secara perlahan hingga dosis rumatan untuk mengurangi efek samping
Penatalaksanaan
36. Resep
Dr. B
SIP 123456789
Jl Dustira Cimahi
Pro : Ny. S
Umur : 41 tahun
Alamat : Cimahi
R/ Methotrexate 2,5 mg No. XXIV
ʃ 3 dd tab II/minggu (tiap 12 jam)
Cimahi, 5 Juli 2022
R/ Liq. Carb. Det 5%
As. Salisilat 5%
Oxyn Zincii 5%
Lanolin 5%
Vas alb ad 100
m.f.l.a ung
ʃ u.e
R/ Asam Folat 5 mg No.XVI
ʃ 1 dd tab I pc (siang saat tidak minum MTX)
R/ Cetirizine 10 mg No. XXX
ʃ 1 dd tab I
37. Prognosis
• Quo ad vitam : ad bonam
• Quo ad functionam : ad bonam
• Quo ad sanationam : dubia
39. Menurut keterangan umum didapatkan
seorang pasien wanita berusia 41 tahun
datang ke RS Dustira dengan keluhan
utama bercak – bercak merah yang bersisik
tebal pada hampir seluruh tubuh yang
terasa sedikit gatal.
Bercak-bercak merah bersisik merupakan suatu gambaran klinis dari
EPS (eritro papula skuamosa), seperti psoriasis vulgaris, psoriasis
gutata, psoriasis seboroika, dll. Psoriasis vulgaris ditandai dengan
bercak-bercak eritem/papula/plak yang berskuama kasar, berlapis-
lapis dan transparan seperti mika dengan predileksi headline,
suprasternal, punggung, lumbosakral, gluteal permukaan ekstensor
dari ekstermitas terutama siku dan lutut . Psoriasis gutata biasanya
berskuama tidak terlalu tebal dengan predileksi badan, ekstermitas
bagian proksimal.
Menurut Henry, onset psoriasis terbanyak pada usia 20-50
tahun, menurut Andrew dan Fitzpatrick, insidensi dari psoriasis
vulgaris sama antara laki-laki maupun perempuan sedangkan untuk
Psoriasis gutata banyak mengenai anak-anak maupun dewasa muda.
40. Psoriasis Vulgaris
• Definisi
Suatu EPS (eritropapuloskuamosa) sejati terbanyak yang etiologinya
tidak diketahui secara pasti dengan faktor predisposisi genetik yang
diduga suatu proses autoimun dan adanya faktor presipitasi yaitu trauma,
stres psikis dan infeksi fokal.
42. Kelainan kulit pertama kali timbul ± 5
tahun yang lalu berupa bercak-bercak merah
bersisik tebal hanya pada lutut kanan yang
berukuran sebesar uang logam Rp. 50 yang
terasa sedikit gatal sehingga Os
menggaruknya akibat sering di garuk sekitar
± 4,5 tahun yang lalu kelainan kulit berubah
menjadi berukuran kira-kira sebesar uang
logam Rp. 100 hingga Rp. 500.
Menurut Andrew dan Fitzpatrick, keluhan terasa gatal karena
proses yang terjadi pada psoriasis adalah penebalan pada
epidermis, sehingga rangsang sensasi gatal berkurang karena
letak saraf menjadi lebih jauh. Psoriasis vulgaris tidak bisa
sembuh karena penyebabnya tidak diketahui secara pasti.
Keluhan hilang timbul karena perjalanan penyakitnya bersifat
kronik residif, sehingga selama faktor predisposisi dan
presipitasinya masih ada, keluhan akan terus timbul kembali.
43.
44. Perkembangan lesi psoriasis.
Kulit normal dari individu yang sehat (A) mengandung sel Langerhans epidermis, sel dendritik imatur yang tersebar (D), dan
sel T memori kulit (T) di dermis. Kulit yang tampak normal dari individu yang mengalami psoriasis (B) menunjukkan sedikit
dilatasi dan kelengkungan kapiler dan sedikit peningkatan jumlah sel mononuklear dermal dan sel mast. Sedikit peningkatan
ketebalan epidermis mungkin ada. Zona transisi dari lesi yang berkembang (C) ditandai dengan peningkatan progresif dalam
dilatasi kapiler, jumlah sel mast, makrofag (MP), dan sel T dan degranulasi sel mast (panah). Di epidermis, ada peningkatan
ketebalan dengan rete peg yang semakin menonjol, pelebaran ruang ekstraseluler, diskeratosis sementara, hilangnya lapisan
granular, dan parakeratosis. Sel-sel Langerhans (L) mulai keluar dari epidermis, dan sel-sel epidermis dendritik inflamasi (I)
dan sel T CD8+ (8) mulai memasuki epidermis. Lesi matur (D) ditandai dengan dilatasi kapiler yang berkembang penuh dan
liku-liku dengan peningkatan 10 kali lipat dalam aliran darah, banyak makrofag di bawah membran basal, dan peningkatan
jumlah sel T dermal (terutama CD4+) membuat kontak dengan pematangan. sel dendritik dermal (D). Epidermis dari lesi
matur menunjukkan peningkatan yang nyata (∼10 kali lipat) hiperproliferasi keratinosit yang meluas ke lapisan suprabasal
bawah, hilangnya lapisan granular secara nyata tetapi tidak harus seragam dengan pemadatan stratum korneum dan
parakeratosis di atasnya, peningkatan jumlah sel T CD8+ , dan akumulasi neutrofil di stratum korneum (mikroabses Munro).
45. Sejak ± 3 tahun yang lalu timbul
bercak-bercak merah bersisik tebal yang
serupa pada kedua lengan, dada, perut,
dan punggung berukuran sebesar uang
logam Rp. 50 yang terasa sedikit gatal
sehingga Os menggaruknya, akibat sering
digaruk ± 2,5 tahun yl bercak-bercak
merah bersisik tebal berubah menjadi
berukuran kira-kira sebesar uang logam
Rp. 500 dan telapak tangan bayi.
Lesi pada pasien ini sesuai pada tempat predileksi dari
psoriasis vulgaris yaitu kulit yang mudah terkena trauma
seperti headline, suprasternal, punggung, lumbosakral,
gluteal, sulkus gluteal, bagian ekstensor lengan terutama
siku, bagian ektensor tungkai terutama lutut. Pada pasien
ini bercak - bercak melebar dan meluas dikarenakan
digaruk yang dapat menimbulkan perluasan lesi karena
adanya trauma pada sisi yang sehat.
46. Riwayat adanya bercak-bercak merah
berisisik tebal serupa pada ibu kandung
Os diakui.
Faktor-faktor predisposisi terjadinya psoriasis
vulgaris antara lain faktor endogen yaitu genetik
autosomal resesif (HLA-CW6, HLA-DR7, HLA-B13,
dan HLA-BW57) yang menyebabkan defek pada
keratinosit sehingga keratinosit dianggap sebagai antigen
(autoantigen). Faktor eksogen yaitu merokok, obsesitas,
dan alkohol menyebabkan adanya suatu stress oksidatif.
47. Sejak + 3 tahun yl Os memiliki keluhan gigi berlubang
yang tidak terasa nyeri sehingga Os tidak berobat
Os hanya sebagai IRT dengan pekerjaan sehari-hari
memasak, mencuci pakaian, membersihkan rumah setiap hari
tanpa dibantu oleh anggota keluarga sehingga Os kelelahan.
Suami Os bekerja sebagai montir bengkel motor dengan
penghasilan yang cukup untuk membiayai ekonomi dan
sekolah kedua anaknya namun sejak 5 bulan yl karena anak
sulung Os akan masuk ke Perguruan Tinggi yang
memerlukan biaya tambahan sehingga timbul kesulitan
ekonomi yang mengakibatkan beban pikiran pada Os
sehingga Os menjadi sulit tidur.
Faktor pencetus psoriasis vulgaris antara lain
garukan, stres psikis, dan stres fisik serta infeksi
fokal.
Pada pasien ini mengalami kelelahan fisik
dan psikis serta kemungkinan infeksi fokal pada
gigi yang berlubang.
48. Kelainan bercak-bercak merah
bersisik tebal pertama kali diobati
± 4,5 tahun yl ke Poliklinik Kulit
dan Kelamin RS Dustira Cimahi
oleh dokter spesialis kulit diberi
salep racikan dalam pot berwarna
putih, lengket, berbau belerang
yang dioleskan 2 kali sehari dan
Methotrexat yang diminum 6
tablet setiap minggu. Os
dianjurkan kontrol setiap 2 minggu
sekali.
Pada perhitungan PASI score termasuk psoriasis vulgaris derajat berat sehingga
menurut Fitzpatrick diperlukan kortikosteroid topikal, fototerapi NB-UVB dan obat
sistemik golongan sitostatik yaitu Metrotrexat sebagai lini pertama. Merupakan
golongan sitostatik yaitu sebagai antagonis asam folat yang menghambat
dihydrofolat reduktase. Sintesis DNA terhambat setelah pemakaian metotreksat.
Metotreksat menekan reproduksi sel epidermal, sebagai anti inflamasi dan
imunosupresan. Metotreksat biasanya dipakai bila pengobatan topikal dan fototerapi
tidak berhasil. Pasien ini juga diberikan salep LCD berfungsi sebagai anti proliferasi
dan anti inflamasi. Mekanisme kerja ter belum diketahui secara pasti karena ter
merupakan senyawa kimia yang kompleks. bahan aktif: karbazol dan senyawa kimia
derivat batu bara sering di kombinasikan dengan asam salisilat 2-5% yang memiliki
mekanisme kerja keratolitik karena dapat meningkatkan absorbsi ter, kekurangan:
dapat menyebabkan sensitisasi dan folikulitis, baunya tidak enak, dan dapat
mengotori baju, ter juga bersifat karsinogenik.
Psoriasis vulgaris tidak bisa sembuh karena penyebabnya tidak diketahui secara pasti.
Keluhan hilang timbul karena perjalanan penyakitnya bersifat kronik residif,
sehingga selama faktor predisposisi dan presipitasinya masih ada, keluhan akan terus
timbul kembali.
49. Pasien tidak memiliki riwayat
penyakit lain seperti kencing manis,
penyakit jantung, dan darah tinggi.
Pasien juga tidak memiliki kelainan
darah, gangguan ginjal, TBC, dan
riwayat penyakit kuning. Pasien tidak
memiliki riwayat alergi obat dan tidak
konsumsi obat-obatan jangka panjang.
Hal ini menunjukkan bahwa pasien tidak memiliki
kontraindikasi pengobatan sistemik untuk psoriasis
vulgaris (Metotreksat). Menurut Andrew, salah satu
pilihan pengobatan sistemik untuk psoriasis vulgaris
adalah golongan sitostatik yaitu metotreksat.
Kontraindikasi metotreksat adalah laki-laki/ perempuan
yang fertil, memiliki gangguan fungsi ginjal, hepar, dan
hematopoietik, adanya infeksi kronik, dan pada wanita
hamil.
50. Status Dermatologikus:
Distribusi : Generalisata
Ad Regio : Dahi, kedua permukaan fleksor
dan ekstensor lengan atas, punggung, perut, kedua
permukaan ekstensor tungkai bawah
Tampak lesi : Multipel, sebagian diskret
sebagian konfluens, tidak teratur, ukuran lentikuler
hingga plakat, batas tegas, menimbul dari
permukaan, stadium kering
Efloresensi : Papul eritema dan plak eritema
dengan skuama psoriasiformis diatasnya
Pada status dermatologikus, ditemukan adanya kelainan
kulit yang terdapat pada dahi, kedua permukaan flexor
dan extensor lengan atas, punggung, perut, merupakan
predileksi dari psoriasis vulgaris.
Selain itu, pada pasien ditemukan kelainan lesi khas
psoriasis vulgaris yaitu plak eritema dengan skuama
psoriasiformis di atasnya.
Skuama psoriasiformis terjadi karena adanya turn over
epidermis yang 7x lebih cepat dibanding normal
sehingga terjadi hiperkeratosis. Plak eritema dengan
skuama psoriasiformis merupakan efloresensi khas pada
psoriasis vulgaris.
51. Lession Score
Kepala dan Leher 5 (erythema 2, thickness 1, scalling 2)
Ekstremitas Atas 4 (erythema 2, thickness 1, scalling 1)
Badan 7 (erythema 3, thickness 2, scalling 2)
Ekstremitas Bawah 8 (erythema 4, thickness 2, scalling 2)
Area Score
Kepala 2 (10-29%)
Ekstremitas Atas 1 (1-9%)
Badan 5 (70-89%)
Ekstremitas Bawah 3 (30-49%)
Total score: 21,6 (derajat berat)
total head: 5 x 0,1 = 0,5 x 2 = 1
total arms: 4 x 0,2 = 0,8 x 1 = 0,8
total trunk: 7 x 0,3 = 2,1 x 5 = 10,2
total limbs: 8 x 0,4 = 3,2 x 3 = 9,6
Score PASI
52. • PASI merupakan kombinasi penilaian dari:
1. Area score (Body surface Area) terbagi menjadi 4 area
✔ Kepala dan Leher (10% = 10 tapak tangan/ 10 palms)
✔ Ekstremitas atas (20% = 20 telapak tangan/ 20 palms)
✔ Truncus (30% = 30 telapak tangan/ 30 palms)
✔ Ekstremitas bawah (40% = 40 telapak/ 40 palms)
NILAI PASI
0-5 = RINGAN
5-12 = SEDANG
>12 = BERAT
53. Area score Luas BSA yang tertutupi plak
psoriasis
0 0%
1 1-9%
2 10-29%
3 30-49%
4 50-69%
5 70-89%
6 90-100%
Setelah menghitung persentase area yang ditutupi plak psoriasis pada masing-masing
regio, kemudian kita menghitung AREA SCORE-nya sesuai tabel berikut:
54. SCORE ERITEM INDURASI SKUAMA
0 Tidak merah Tidak ada indurasi Tidak ada skuama
1 Merah muda (light red) 0,5mm Skuama halus menutupi sebagian
plak
2 Merah (red, but not deep red) 0,75mm Skuama halus menutupi seluruh
permukaan plak
3 Sangat merah (very red) 1 mm Skuama tebal menutupi sebagian
plak
4 Sangat merah sekali (extremely
red)
1,25 mm Skuama tebal menutupi seluruh
permukaan plak
1. Derajat lesi (lesion score)
✔Eritema
✔Indurasi (ketebalan)
✔Skuama
Berikut tabel cara menilai derajat lesi dari masing-masing efloresensi:
55.
56. Pemeriksaan Penunjang
A. Pemeriksaan Khusus
1. Tes Fenomena Tetesan Lilin = +
Cara : skuama digores dengan skapel atau ujung gelas objek.
Hal tersebut menunjukan bahwa pada kasus ini didapatkan
skuama berubah menjadi warna putih ketika digores dengan
object glass. Goresan tersebut menyebabkan skuama yang
berlapis patah dan terisi oleh udara sehingga terjadi
perubahan indeks bias (berwarna putih seperti lilin yang
digores).
57. 57
Pemeriksaan Penunjang (lanjut.)
2. Tes Fenomena Auspitz = +
Cara : skuama dilepaskan lapis demi lapis dengan pinset.
Ditemukan skuama putih yang meninggalkan bintik – bintik perdarahan
karena papilomatosis (papila dermis yang memanjang keatas, bercabang
dan berkelok – kelok hingga stratum corneum) dan hipervaskularisasi.
58. Pemeriksaan Penunjang (lanjut.)
3. Fenomena Koebner = tidak dilakukan
Cara : menggores pinggiran lesi pada kulit yang sehat, setelah 8 hari akan
didapatkan gambaran lesi yang serupa dengan gambaran lesi psoriasis.
Pada pasien ini pemeriksaan fenomena koebner tidak dilakukan karena waktu
yang terbatas (hasil tidak dapat diperoleh saat itu juga) dan dikhawatirkan
akan memperbanyak lesi pada pasien.
59. Usul Pemeriksaan
1. Pemeriksaan Darah Lengkap
Dilakukan untuk mempertimbangkan pemberian obat metotreksat pada
pasien terhadap kontraindikasi dan efek samping yang ditimbulkan.
2. Pemeriksaan Fungsi Hepar dan Ginjal
Dilakukan untuk mempertimbangkan pemberian obat metotreksat pada
pasien terhadap kontraindikasi dan efek samping yang ditimbulkan.
3. Pemeriksaan Foto Thoraks
Dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya infeksi TB paru yang merupakan
kontraindikasi dan efek samping obat metotreksat.
60. Usul Pemeriksaan
4. Pemeriksaan Histopatologi
Pemeriksaan histopatologi dapat dilakukan untuk
menegakkan diagnosis pada psoriasis yang akan didapatkan
hasil :
a.Hiperkeratosis adalah penebalan stratum korneum karena
mitosis yang meningkat 7 kali lebih cepat.
b.Parakeratosis adalah terdapatnya inti sel pada stratum
corneum.
61. Usul Pemeriksaan
d. Akantosis adalah penebalan pada stratum spinosum.
e. Papilomatosis adalah pemanjangan pars papilla dermis
yang panjang berkelok yang bercabang sampai stratum
korneum.
f. Mikroabses Monroe adalah adanya kelompok-kelompok
sel radang pada stratum korneum.
62.
63. • A: Pada transisi dari tepi ke tengah lesi, adanya penebalan yang progresif pada epidermis dengan
pemanjangan rete pegs, adanya pelebaran dan peningkatan tortuous dalam aliran darah, dan peningkatan
infiltrasi sel mononuklear. Adanya transisi dari “basket-waeve” ke stratum korneum dengan hilangnya
lapisan tengah lesi pada statum granular.
• B: Perbandingan kulit yang terkena psoriasis dan yang tidak terkena. Dalam membandingkan kulit
”Uninvolved distant" dengan ”Uninvolved near distant", terlihat pada manisfestasi yang terakhir adanya
peningkatan lapisan yang menebal dan pemanjangan awal dari papila derma, pelebaran dan tortuous pada
pembuluh darah yang muncul pada awal, dan meningkatnya jumlah sel monunuklear di atas dermis,
banyak di antaranya berada di lokasi perivaskular. Dalam membandingkan area plak yang kurang aktif
dengan yang lebih aktif, perhatikan bahwa area yang lebih aktif menunjukkan peningkatan infiltrat
mononuklear dermal, peningkatan hiperkeratosis dan parakeratosis, dan mikroabses Munro.
Histopatologi
64.
65.
66. Patofisiologi Psoriasis Vulgaris
1. Faktor imunologik dan genetik sangat berperan
2. Terjadi hiperproliferasi epidermis:
- Turnover epidermis meningkat 6-7x
- Waktu pematangan keratinosit memendek (3-4 hari)
3. Inflamasi di epidermodermis
67. Patofisiologi
Sampai saat ini, patogenesis psoriasis masih belum jelas, tetapi
autoimunitas dan peranan genetik berperan penting dalam patogenesis
psoriasis. Prinsip patogenesis psoriasis adalah mekanisme autoimun,
yaitu sel keratinosit dianggap antigen oleh tubuh.
Faktor-faktor predisposisi terjadinya psoriasis vulgaris antara
lain faktor endogen yaitu genetik autosomal resesif (HLA-CW6, HLA-
DR7, HLA-B13, dan HLA-BW57) dan faktor eksogen yaitu merokok,
obsesitas, dan alkohol.
Faktor pencetus psoriasis vulgaris antara lain garukan
(fenomena Koebner), stres psikis, stres fisik, serta infeksi fokal.
68.
69.
70. Patofisiologi
Pada fase awal, terjadi aktivasi sel-sel sistem imun innate (sel
dendritik dan keratinosit) oleh berbagai faktor pencetus. Keratinosit
kemudian melepaskan sitokin IL-1, IL-6, dan TNF-α. Sitokin-sitokin
ini mengaktivasi sel dendritik pada epidermis dan dermis.
Aktivasi sel dendritik menyebabkan disregulasi jalur sinyal IL-
23 dan IL-12 yang memicu aktivasi dan diferensiasi sel T naive
menjadi sel Th-1 dan sel Th-17 di nodus limfatikus.
Sitokin yang dihasilkan Th-1 (TNF-α, IFN-γ, IL-21) dan Th-17
(IL-17, IL-22, IL-21) akan menstimulasi aktivasi dan proliferasi
keratinosit (hipermitosis). Pasien akan mengeluh kulit bersisik tebal
(berskuama tebal), serta akan didapatkan gambaran histopatologi
hiperkeratosis, parakeratosis, akantosis, dan papillomatosis.
71. Patofisiologi
Proliferasi keratinosit merangsang produksi sitokin inflamasi
oleh keratinosit seperti IL-1β, IL-6, dan TNF-α yang berperan dalam
meningkatkan aktivitas sel dendritik dan ekspansi inflamasi lokal,
sehingga terjadi stimulasi netrofil dan perubahan vaskuler kulit. Pasien
akan mengeluh terdapat bercak-bercak merah dan terasa gatal, serta
akan didapatkan gambaran histopatologi mikroabses Monroe dan
hipervaskularisasi.
Selain melibatkan keratinosit yang terdapat pada kulit dan kuku,
patogenesis psoriasis juga melibatkan sel fibroblas, menyebabkan
manifestasi klinis pada sendi (psoriasis-arthritis).
72. Penatalaksanaan
• Umum :
• Hindari faktor pencetus: stress fisik/psikis
• Hindari trauma (tidak menggaruk lesi)
• Mengobati infeksi fokal (gigi dan THT)
• Mengontrol berat badan
• Stop merokok
• Menjelaskan bahwa penyakit Os dapat hilang timbul
• Menjelaskan bahwa penyakit Os dapat menurun ke keluarga sedarah yang
lain
Hal-hal tersebut ditujukan untuk menghindari faktor presipitasi
psoriasis yang terdapat pada Os, antara lain stres fisik, psikis, dan
infeksi fokal gigi berlubang
73. Penatalaksanaan
Tatalaksana Khusus
• Terapi topikal, apabila luas permukaan yang terkena
kurang dari 20% bagian tubuh.
• Obat sistemik, apabila luas lesi melebihi 30% luas
permukaan tubuh.
74.
75. Terapi Topikal
Pilihan obat :
• Preparat Ter (Unguentum LCD 5%)
• Preparat ter berfungsi sebagai anti proliferasi dan anti inflamasi.
• Mekanisme kerja ter belum diketahui secara pasti karena ter merupakan
senyawa kimia yang kompleks.
• bahan aktif: karbazol dan senyawa kimia derivat batu bara
• Sering di kombinasikan dengan asam salisilat 2-5% yang memiliki
mekanisme kerja keratolitik karena dapat meningkatkan absorbsi ter
• Kekurangan: dapat menyebabkan sensitisasi dan folikulitis, baunya tidak
enak, dan dapat mengotori baju. Ter juga bersifat karsinogenik.
76. Terapi Topikal
• Kortikosteroid topical
Kortikosteroid sedang sampai kuat digunakan maksimal selama 2 minggu. Terapi
kortikosteroid dikenal sebagai anti-inflamasi, anti-proliferatif, dan imunosupresif.
• Narrowband UVB (Standar BPJS)
• 3-5x pengobatan perminggu, setiap penyinaran selama 5 menit
• Maintenance therapy : 1x seminggu selama 4 minggu, dilanjutkan 1x/2minggu .
77. Terapi Topikal
Pelembab
Oklusif:
• Mengandung lipid yang dapat melapisi permukaan kulit
• Lapisan yang terbentuk oleh pelembab jenis oklusif akan memberikan efek emolien, membantu meningkatkan penetrasi bahan
topikal yang dipakai sebelumnya, dan menurunkan TEWL (Transepidermal water loss)
• Bahan dengan oklusif tertinggi yaitu: petrolatum dan minyak
• Bahan lainnya: paraffin, skualen, dimetikon, minyak kedelai, minyak biji anggur, propilen glikol, lanolin
Humektan:
• Humektan memiliki kemampuan yang tinggi untuk absorbsi air dari atmosfer.
• Paling efektif pada kondisi kelembaban lebih dari 80% sehingga pada kondisi kelembaban yang rendah humektan akan menarik
air dari epidermis dan dermis yang dapat menyebabkan kulit menjadi lebih kering
• Humektan akan lebih efektif jika dikombinasikan dengan pelembab jenis oklusif.
• Efek humektan bertahan hingga kurang dari 24 jam.
• Contoh pelembab jenis humektan: gliserin, sorbitol, natrium hialuronat, urea, propilenglikol, dan gula.
78. • Analog vitamin D
• Calcipotriol, merupakan pilihan utama atau kedua dalam pengobatan psoriasis.
• Tidak seefektif kortikosteroid , namun memiliki sedikit efek samping.
• Mekanisme kerja sediaan ini adalah anti- proliferasi keratinosit, menghambat proliferasi, dan
meningkatkan diferensiasi sel, juga menghambat produksi sitokin yang berasal dari keratinosit
maupun limfosit. Respon terapi terlihat setelah dua minggu pengobatan, respons maksimal baru
terlihat setelah 6-8 minggu.
• Analog vitamin A
• Tazaroten, merupakan molekul retinoid asetelinik topikal, efeknya menghambat proliferasi dan
normalisasi dari differensiasi keratinosit dan menghambat inflamasi.
• Indikasinya diberikan pada psoriasis sedang sampai berat, dan terutama diberikan pada daerah
badan.
• Tazaroten tersedia dalam bentuk gel dan krim dengan konsentrasi 0,05%-0,1
Terapi Topikal
79. Terapi Sistemik
• Metotreksat
- Merupakan golongan sitostatik yaitu sebagai antagonis asam folat yang
menghambat dihydrofolat reduktase.
- Sintesis DNA terhambat setelah pemakaian metotreksat. Metotreksat menekan
reproduksi sel epidermal, sebagai anti inflamasi dan imunosupresan.
- Metotreksat biasanya dipakai bila pengobatan topikal dan fototerapi tidak
berhasil.
- Obat ini terbukti merupakan obat yang efektif dibandingkan dengan obat oral
lainnya.
- Sebelum diberikan obat ini, baiknya terlebih dahulu cek laboratorium darah
lengkap, ureum kreatinin, SGOT dan SGPT.
80.
81. Terapi Sistemik
Cara pemberian metotreksat:
o Dosis uji MTX dimulai dengan 2,5mg sampai dinaikkan secara bertahap sehingga
mencapai dosis terapetik rata-rata 10-15 mg per minggu (maximal 25-30 mg per
minggu)
o Lama pemberian 4 minggu, setelah 4 minggu diturunkan 2,5mg tiap bulan sampai
dosis 10-15 mg
o Dilakukan pemeriksaan lab pada minggu ke-1 dan ke-4
o Dalam 1 minggu dilakukan sebanyak satu kali dengan cara meminum 3 tablet dengan
seling waktu 12 jam.
• Asam Folat
• Suplementasi asam folat dianjurkan sebesar 5 mg per hari setelah makan siang di saat tidak
diberikan MTX.
82. Terapi sistemik
• Cetirizin
- Merupakan antihistamin generasi II.
- Masa kerja lebih lama (12-24 jam)
- Dosis 5-10 mg
Pada pasien ini diberikan cetirizine karena untuk mengurangi rasa
gatal yang dirasakan oleh pasien
83. Terapi Biologic Agent
• Terapi ini didesain untuk memblok tahap molekuler spesifik pada pathogenesis psoriasis dengan
menghambat produksi IL (Interleukin) pada sel Th (T helper).
• Secara umum, agen ini memiliki aktivitas anti-psoriasis.
• Penggunaan diindikasikan pada psoriasis derajat berat yang tidak berespon baik terhadap
pemberikan MTX atau pada pasien yang memiliki kontraindikasi terhadap pemberian MTX.
• Kekurangan:
• Harga relative mahal
• Berisiko terjadi imunosupresi
• Infusion reaction
• Pembentukan antibodi
• Pemakaian jangka panjang masih memerlukan evaluasi lebih lanjut.
84. Terapi Biologic Agent
Secukinumab (Standar BPJS)
Secukinumab adalah antagonis human IL-17A yang diindikasikan pada:
• Psoriasis derajat berat
• Psoriasis artritis
• Ankylosing spondilitis
• Dosis:
• 150mg perminggu selama 6 minggu secara subkutan, atau
• 300mg subkutan setiap minggu sampai 1 bulan, selanjutnya 300mg setiap bulan
• Indikasi: gagal metrotrexat dan cyclosporin
• Kontaindikasi: sensitivitas terhadap Secukinumab
• Efek Samping: >1% (Nasofaringitis, diare, ISPA)
85. Resep
Dr. F
SIP 123456789
Jl Dustira Cimahi
Pro : Ny. S
Umur : 41 tahun
Alamat : Cimahi
R/ Methotrexate 2,5 mg No. XXIV
ʃ 3 dd tab II/minggu (tiap 12 jam)
Cimahi, 1 April 2022
R/ Liq. Carb. Det 5%
As. Salisilat 5%
Oxyn Zincii 5%
Lanolin 5%
Vas alb ad 100
m.f.l.a ung
ʃ u.e
R/ Asam Folat 5 mg No.XVI
ʃ 1 dd tab I pc (siang saat tidak minum MTX)
R/ Cetirizine 10 mg No. XXX
ʃ 1 dd tab I
86. Prognosis
Quo ad vitam: ad bonam
Karena psoriasis vulgaris tidak menyebabkan kematian.
Quo ad functionam: ad bonam
Karena fungsi kulit dapat kembali normal apabila Os melakukan
pengobatan sesuai anjuran dokter.
Quo ad sanationam: dubia
Karena psoriasis vulgaris bersifat kronik-residif