SlideShare a Scribd company logo
1 of 29
Get Homework/Assignment Done
Homeworkping.com
Homework Help
https://www.homeworkping.com/
Research Paper help
https://www.homeworkping.com/
Online Tutoring
https://www.homeworkping.com/
click here for freelancing tutoring sites
PRESENTASI KASUS
HEMOROID
Pembimbing:
Dr. Eka Swabhawa Uttama, SpB
Oleh:
Labiqotul Lubabah Ahasmi
106103003449
KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH RUMAH SAKIT UMUM PUSAT FATMAWATI
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2010
LEMBAR PENGESAHAN
Makalah dengan Judul
“Hemoroid”
Telah diterima dan disetujui oleh pembimbing,
sebagai syarat untuk menyelesaikan kepaniteraan klinik ilmu bedah
di RSUP Fatmawati periode 22 November 2010 – 28 Januari 2011
Jakarta, Desember 2010
(dr. Eka Swabhawa Uttama, SpB)
KATA PENGANTAR
“Alhamdulillahi Rabbil ‘alamin” Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT
yang senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat dan salam semoga tetap
tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW.
Adapun judul makalah ini adalah ”Hemoroid.” Dalam penyusunan makalah ini,
penulis telah mencurahkan segala pikiran dan kemampuan yang dimiliki. Namun tetap
ada hambatan dan kendala yang harus dilewati.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Eka Swabhawa Uttama, SpB
selaku pembimbing makalah dan seluruh pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini.
Jakarta, Desember 2010
Penulis
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN........................................................................................ii
KATA PENGANTAR................................................................................................iii
DAFTAR ISI..............................................................................................................iv
BAB I ILUSTRASI KASUS
A. IDENTITAS PASIEN...........................................................................................1
B. ANAMNESIS.......................................................................................................1
C. PEMERIKSAAN FISIK........................................................................................3
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG..........................................................................5
E. RESUME.............................................................................................................5
F. DIAGNOSIS.........................................................................................................5
G. DIAGNOSIS BANDING.......................................................................................6
H. PEMERIKSAAN ANJURAN...............................................................................6
I. PENATALAKSANAAN.......................................................................................6
J. PROGNOSIS.......................................................................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. PENDAHULUAN.................................................................................................7
B. ANATOMI DAN FISIOLOGI ANOREKTAL........................................................7
C. DEFINISI HEMOROID.........................................................................................11
D. PATHOGENESIS................................................................................................12
E. KLASIFIKASI DAN DERAJAT...........................................................................12
F. GEJALA DAN TANDA........................................................................................13
G. PEMERIKSAAN..................................................................................................14
H. DIAGNOSIS BANDING.......................................................................................14
I. TATALAKSANA.................................................................................................15
BAB III ANALISIS KASUS.......................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................22
BAB I
ILUSTRASI KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
No. RM : 01033010
Nama : Tn. Cecep Rukendi
Usia : 32 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Perum lembah pinus B 1 no. 2 Rt 002/024 Pamulang
Tangerang Selatan Banten
Pendidikan : Akademi/universitas
Pekerjaan : Pegawai negeri
Status Perkawinan : Kawin
Tanggal Masuk RS : 15 Desember 2010 di poli bedah umum
B. ANAMNESIS
Dilakukan autoanamnesis pada tanggal 15 Desember 2010 di poli bedah umum.
1. Keluhan Utama
Benjolan di anus yang menetap sejak 3 hari SMRS.
2. Keluhan Tambahan
Buang air besar disertai darah.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan benjolan di anus yang menetap sejak 3
hari SMRS. Benjolan yang selalu keluar saat pasien buang air besar dirasakan
pasien sejak 6 tahun yang lalu, namun biasanya benjolan tersebut dapat masuk
kembali secara spontan setelah pasien selesai buang air besar, kemudian
sekitar 1 tahun yang lalu setiap kali benjolan keluar saat buang air besar tidak
bisa langsung masuk kembali dengan spontan, namun harus dibantu dengan
cara didorong dengan menggunakan ibu jari pasien. Benjolan awalnya hanya
keluar saat pasien buang air besar saja, namun sejak 3 hari SMRS benjolan
tersebut menetap di anus pasien dan tidak dapat masuk kembali walaupun
dengan bantuan ibu jari pasien.
Pasien mengatakan buang air besar satu kali sehari pada pagi hari.
Setiap kali buang air besar selalu disertai darah. Darah berwarna merah segar
dan tidak bercampur dengan feses. Menurut pasien darah yang keluar sampai
mewarnai air toilet pasien menjadi merah segar, namun pasien tidak mengetahui
jumlah darah yang keluar setiap kali buang air besar. Sejak 3 hari, pasien
mengatakan darah keluar terus-menerus sehingga terdapat darah pada pakaian
dalam pasien, namun tidak terdapat mucus/lendir.
Enam tahun yang lalu, pasien tidak lancar buang air besar. Pasien buang
air besar 2 hari sekali. Saat buang air besar pasien merasa sangat kesulitan,
sehingga untuk buang air besar pasien harus mengedan dan membutuhkan
waktu sekitar 1 jam di WC untuk buang air besar.
Selama enam tahun ini, pasien belum pernah memeriksakan keluhan
benjolan pada anus dan buang air besar berdarah pada dokter. Pasien hanya
mendiamkannya saja, karena psien berpikir penyakit ini tidak
membahayakannya.
Pasien tidak pernah mengalami perubahan pola buang air besar seperti
buang air besar menjadi cair dan frekuensi menjadi semakin sering. Darah yang
keluar saat buang air besar tidak disertai lendir. Pasien mampu menahan rasa
ingin buang air besarnya.
Buang air kecil pada pasien tidak ada perubahan, warna kuning jernih dan
tidak nyeri saat berkemih.
Perut kembung dan nyeri pada perut juga disangkal oleh pasien. Pasien
tidak merasakan adanya penurunan berat badan, nafsu makan pasien juga tidak
mengalami perubahan.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat sakit liver, darah tinggi dan kencing manis disangkal oleh pasien.
Pasien tidak mengetahui adanya alergi obat maupun makanan.
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada anggota keluarga pasien yang menderita keluhan yang sama
seperti pasien.
Riwayat darah tinggi, kencing manis, dan kanker dalam keluarga
disangkal oleh pasien.
6. Riwayat Kebiasaan
Pasien mengatakan sebelumnya pasien tida suka mengkonsumsi sayur-
sayuran dan buah-buahan. Namun setelah mengetahui mempunyai wasir sejak 6
tahun yang lalu, pasien mulai gemar mengkonsumsi sayur-sayuran dan buah-
buahan. Setiap kali makan pasien selalu mengkonsumsi sayur dan buah. Pasien
juga mengatakan jarang minum, sebelum mengetahui pasien mempunyai wasir
pasien hanya minum 1 hari sekitar 3 gelas air putih, namun sejak 6 tahun yang
lalu pasien minum 1 hari sekitar 6-7 gelas air putih.
Pasien mengatakan sangat jarang berolahraga, karena pasien tidak suka
olahraga. Aktivitas pasien sehari-hari hanya duduk di dalam ruangan.
Pasien tidak pernah melakukan hubungan seks perianal.
C. PEMERIKSAAN FISIK
1. STATUS GENERALIS
a. Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
b. Kesadaran : Kompos mentis
c. Tekanan Darah : 110/70 mmHg
d. Frekuensi Napas : 20 x/menit
e. Frekuensi Nadi : 78 x/menit
f. Suhu : 37,50
C
g. Kepala
Normosefali, rambut hitam, tersebar merata, tidak mudah dicabut.
h. Mata
Konjungtiva anemis +/+, sclera ikterik -/-
i. Hidung
Normosepta, secret -/-, hiperemis -/-
j. Telinga
Normotia, secret -/-
k. Mulut
Oral hygiene baik, faring tidak hiperemis.
l. Leher
Trakea lurus di tengah.
m. Thoraks
Paru
Inspeksi : pergerakan dada simetris saat statis dan dinamis
Palpasi : vocal fremitus teraba sama di kedua lapang paru.
Perkusi : sonor di kedua lapang paru
Auskultasi: suara napas vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-
Jantung
Inspeksi : iktus kordis tidak tampak
Palpasi : iktus kordis teraba di ICS V linea midclavicularis sinistra
Perkusi :
Batas jantung kanan: ICS IV linea parasternalis dekstra
Batas jantung kiri : ICS V linea midclavicularis sinistra
Pinggang jantung : ICS III linea parasternalis sinistra
Auskultasi : bunyi jantung I, II regular, murmur (-), gallop (-)
n. Abdomen
Inspeksi : Datar
Palpasi : Supel, nyeri tekan (-)
Perkusi : Timpani di seluruh lapang abdomen
Auskultasi : Bising usus (+)
o. Ekstremitas
Akral hangat, edema (-)
2. SATUS LOKALIS
Regio anus
Inspeksi : Pada posisi jam 3 terdapat benjolan berbentuk bulat berwarna kemerahan
di sekitar anus dengan ukuran 2 x 2 x 2 cm.
Palpasi : nyeri tekan (-), konsistensi kenyal, mudah digerakkkan.
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Belum dilakukan pemeriksaan.
E. RESUME
Pasien laki-laki usia 32 tahun datang dengan keluhan benjolan di anus
yang menetap sejak 3 hari SMRS. Benjolan di anus mulai dirasakan pasien sejak 6
tahun yang lalu, benjolan awalnya hanya keluar saat BAB dan masuk kembali ketika
selesai BAB. Satu tahun yang lalu, benjolan yang keluar saat BAB, tidak dapat
masuk spontan, namun harus dengan bantuan 1 jari. Tiga hari yang lalu, benjolan
tidak dapat dimasukkan walaupun dengan bantuan jari. Pasien juga mengatakan
BAB berdarah, warna merah segar, tidak bercampur feses, tidak ada lendir dan
tidak nyeri. BAK dalam batas normal, nyeri perut (-), kembung (-).
Pasien mengatakan jarang makan sayur dan buah, jarang berolahraga
dan melakukan aktivitas fisik. Pasien tidak pernah melakukan hubungan seks
perianal.
Pemeriksaan fisik didapatkan pada mata didapatkan konjungtiva anemis
dan TD 110/70 mmHg. Pemeriksaan jantung, paru, abdomen, ekstremitas dalam
batas normal. Pada region anus didapatkan Inspeksi : Pada posisi jam 3 terdapat
benjolan berbentuk bulat berwarna kemerahan di sekitar anus dengan ukuran 2 x 2
x 2 cm. Palpasi : nyeri tekan (-), konsistensi kenyal, mudah digerakkkan.
F. DIAGNOSIS
Hemoroid interna grade IV
G. DIAGNOSIS BANDING
H. PEMERIKSAAN ANJURAN
Pemeriksaan darah rutin
I. PENATALAKSANAAN
Medikamentosa
Transamin
Vit K
Laxadin
Hemoroidektomi
Non medikamentosa
Banyak makan makanan berserat
Banyak minum air putih
Banyak olahraga
J. PROGNOSIS
Ad vitam : Bonam
Ad Fungsionam : dubia ad bonam
Ad Sanationam : dubia ad bonam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pendahuluan
Hemoroid merupakan penyakit daerah anus yang cukup banyak ditemukan pada
praktek dokter sehari-hari. Di RSCM selama 2 tahun (Januari 1993 s.d Desember 1994)
dari 414 kali pemeriksaan kolonoskopi didapatkan 108 (26,09%) kasus hemoroid.
Hemoroid memiliki sinonim piles, ambeien, wasir atau shouthern pole disease dalam
istilah di masyarakat umum. Keluhan penyakit ini antara lain: buang air besar sakit dan
sulit, dubur terasa panas, serta adanya benjolan di dubur, perdarahan melalui dubur
dan lain-lain. Sejak dulu hemoroid hanya diobati oleh dukun-dukun wasir dan dokter
bedah, akan tetapi akhir-akhir ini karena kasusnya makin banyak semua dokter
diperbolehkan menangani hemoroid. Hemoroid memiliki faktor risiko cukup banyak
antara lain: kurang mobilisasi, lebih banyak tidur, konstipasi, cara buang air besar yang
tidak benar, kurang minum, kurang makanan berserat, faktor genetika, kehamilan,
penyakit yang menyebabkan peningkatan tekanan intra abdomen (tumor abdomen,
tumor usus) dan sirosis hati. Penatalaksanaan hemoroid dibagi atas penatalaksanaan
secara medic dan secara bedah bergantung pada derajatnya.1
B. Anatomi Dan Fisiologi Anorektal
Kanalis analis berasal dari proktoderm yang merupakan invaginasi ectoderm,
sedangkan rectum berasal dari entoderm. Karena perbedaan asal anus dan rectum ini,
maka perdarahan, persarafan, serta penyaliran vena dan limfnya berbeda juga,
demikian pula epitel yang menutupinya. Rectum dilapisi oleh mukosa glanduler usus
sedangkan kanalis analis oleh anoderm yang merupakan lanjutan epitel berlapis
gepeng kulit luar. Tidak ada yang disebut mukosa anus. Daerah batas rectum dan
kanalis analis ditandai dengan perubahan jenis epitel. Kanalis analis dan kulit luar
sekitarnya kaya akan persarafan sensoris somatik dan peka terhadap rangsangan
nyeri, sedangkan mukosa rectum mempunyai persarafan autonom dan tidak peka
terhadap nyeri. Nyeri bukanlah gejala awal pengidap karsinoma rectum, sementara
fisura anus nyeri sekali. Daerah vena di atas garis anorektum mengalir melalui system
porta, sedangkan yang berasal dari anus dialirkan ke system kava melalui cabang vena
iliaka. Distribusi ini menjadi penting dalam upaya memahami cara penyebaran
keganasan dan infeksi serta terbentuknya hemoroid. System limf dari rectum
mengalirkan isinya melalui pembuluh limf sepanjang pembuluh hemoroidalis superior ke
arah kelenjar limf paraaorta melalui kelenjar limf iliaka interna, sedangkan limf yang
berasal dari kanalis analis mengalir kea rah kelenjar inguinal.
Kanalis analis berukuran panjang kurang lebih 3 cm. Sumbunya mengarah ke
ventrokranial yaitu kea rah umbilicus dan membentuk sudut yang nyata ke dorsal
dengan rectum dalam keadaan istirahat. Pada saat defekasi sudut ini menjadi lebih
besar. Batas atas kanalis anus disebut garis anorektum, garis mukokutan, linea
pektinata atau linea dentate. Di daerah ini terdapat kripta anus dan muara kelenjar anus
antara kolumna rectum. Infeksi yang terjadi disini dapat menimbulkan abses anorektum
yang dapat membentuk fistel. Lekukan antar sfingter sirkuler dapat diraba di dalam
kanalis analis sewaktu melakukan colok dubur, dan menunjukkan batas antara sfingter
interna dan sfingter eksterna (garis Hilton).
Cincin sfingter anus melingkari kanalis analis dan terdiri dari sfingter intern dan
sfingter ekstern. Sisi posterior dan lateral cincin ini terbentuk dari fusi sfingter intern,
otot longitudinal, bagian tengah dari otot levator (puborektalis), dan komponen
m.sfingter eksternus. M.sfingter internus terdiri atas serabut otot polos, sedangkan
m.sfingter eksternus terdiri atas serabut otot lurik.
Pendarahan arteri
Arteri hemoroidalis superior adalah kelanjutan langsung a.mesenterika inferior.
Arteri ini membagi diri menjadi dua cabang utama: kiri dan kanan. Cabang yang kanan
akan bercabang kembali. Letak ketiga cabang terakkhir ini mungkin dapat menjelaskan
letak hemoroid sebelah kanan dan sebuah di perempat lateral kiri.
Arteri hemoroidalis medialis merupakan percabangan anterior a.iliaka interna,
sedangkan a.hemoroidalis inferior adalah cabang a.pudenda interna. Anastomosis
antara arcade pembuluh inferior dan superior merupakan sirkulasi kolateral yang
mempunyai makna penting pada tindak bedah ata sumbatan aterosklerotik di daerah
percabangan aorta dan a.iliaka. Anastomosis tersebut ke pembuluh kolateral hemoroid
inferior dapat menjamin pendarahan di kedua ekstremitas bawah. Pendarahan pleksus
hemoroidalis merupakan kolateral luasdan kaya sekali darah sehingga perdarahan dari
hemoroid interna menghasilkan darah segar yang berwarna merah dan buka darah
vena warna kebiruan.
Pendarahan vena
Vena hemoroidalis superior berasal dari pleksus hemoroidalis internus dan
berjalan ke arah kranial ke dalam vena mesenterika inferior dan seterusnya melalui
vena lienalis ke vena porta. Vena ini tidak berkatup sehingga tekanan rongga perut
menntukan tekanan di dalamnya. Karsinoma rectum dapat menyebar sebagai embolus
vena ke dalam hati, sedangkan embolus septic dapat menyebabkan pileflebitis. Vena
hemoroidalis inferior mengalirkan darah ke dalam vena pudenda interna dan ke dalam
vena iliaka interna dan system kava. Pembesaran vena hemoroidalis dapat
menimbulkan keluahan hemoroid.
Penyaliran limf
Pembuluh limf dari kanalis analis membentuk pleksus halus yang menyalirkan
isinya menuju ke kelnjar limf inguinal, selanjutnya dari sini cairan limf terus mengalir
sampai ke kelanjar limf iliaka. Infeksi dan tumor ganas di daerah anus dapat
mengakibatkan limfadenopati inguinal. Pembuluh limf dari rectum di atas garis
anorektum berjalan seiring dengan vena hemoroidalis superior dan melanjut ke kelenjar
limf mesenterika inferior dan aorta. Operasi radikal untuk eradikasi karsinoma rectum
dan anus didasarkan pada anatomi saluran limf ini.
Persarafan
Persarafan rectum terdiri atas system simpatik dan parasimpatik. Serabut
simpatik berasal dari pleksus mesenterikus inferior dan dari system parasakral yang
terbentuk dari ganglion simpatis lumbal ruas kedua, ketiga dan keempat. Unsure
simpatis pleksus ini menuju kea rah struktus genital dan serabut otot polos yang
mengendalikan emisi air mani dan ejakulasi. Persarafan parasimpatik (nervi erigentes)
berasal dari sacral kedua, ketiga dan keempat. Serabut saraf ini menuju ke jaringan
erektil penis dan klitoris serta mengendalikan ereksi dengan cara mengatur aliran darah
ke dalam jaringan ini. Oleh karena itu, cedera saraf yang terjadi pada waktu operasi
radikal panggul seperti ekstirpasi radikal rectum atau uterus dapat menyebabkan
gangguan fungsi vesika urinaria dan gangguan fungsi seksual.
Muskulus puborektal mempertahankan sudut anorektum; otot ini mempertajam
sudut tersebut bila meregang dan meluruskan usus bila mengendur.
Defekasi
Pada suasana normal, rectum kosong. Pemindahan feses dari kolon sigmoid ke
dalam rectum kadang-kadang dicetuskan oleh makan, terutama pada bayi. Bila isi
sigmoid masuk ke dalam rectum, dirasakan oleh rectum dan menimbulkan keinginan
defekasi. Rectum mempunyai kemampuan khas untuk mengenal dan memisahkan
bahan padat, cair dan gas.
Sikap badan sewaktu defekasi, yaitu sikap duduk atau jongkok, memegang
peranan yang berarti. Defekasi terjadi akibat reflex peristaltic rectum, dibantu oleh
mengedan dan relaksasi sfingter anus eksternus.
Syarat untuk defekasi normal ialah persarafan sensible untuk sensasi isi rectum
dan persarafan sfingter anus untuk kontraksi dan relaksasi yang utuh.
C. Definisi Hemoroid
Hemoroid adalah pelebaran dan inflamasi pembuluh darah vena di daerah anus
yang berasal dari pleksus hemoroidalis.
Hemoroid dibedakan antara yang intern dan ekstern. Hemoroid intern adalah
pleksus v.hemoroidalis superior di atas garis mukokutan dan ditutupi oleh mukosa.
Hemoroid intern ini merupakan bantalan vaskuler di dalam jaringan submukosa pada
rectum sebelah bawah. Sering hemoroid terdapat pada tiga posisi primer, yaitu kanan-
depan, kanan-belakang, dan kiri lateral. Hemoroid yang lebih kecil terdapat di antara
ketiga letak primer tersebut.
Hemoroid ekstern merupakan pelebaran dan penonjolan pleksus hemoroid
inferior terdapat di sebelah distal garis mukokutan di dalam jaringan di bawah epitel
anus.
Kedua pleksus hemoroid, internus dan eksternus saling berhubungan secara
longgar dan merupakan awal dari aliran vena yang kembali bermula dari rectum
sebelah bawah dan anus. Pleksus hemoroid intern mengalirkan darah ke
v.hemoroidalis superior dan selanjutnya ke vena porta. Pleksus hemoroid eksternus
mengalirkan darah ke peredaran sistemik melelui daerah perineum dan lipat paha ke
v.iliaka.
D. Pathogenesis
Hemoroid timbul karena dilatasi, pembengkakan atau inflamasi vena
hemoroidalis yang disebabkan oleh faktor-faktor risiko/pencetus.
Faktor risiko hemoroid antara lain faktor mengedan pada buang air besar yang
sulit, pola buang air besar yang salah (lebih banyak memakai jamban duduk, terlalu
lama duduk di jamban duduk sambil membaca, merokok), peningkatan tekanan intra
abdomen karena tumor (tumor usus, tumor abdomen), kehamilan (adanya penekanan
janin pada abdomen dan perubahan hormonal), usia tua, konstipasi kronik, diare kronik
atau diare akut yang berlebihan, hubungan seks peranal, kurang minum air, kurang
makan makanan berserat (sayur dan buah), kurang olahraga/mobilitas.
E. Klasifikasi dan derajat
Hemoroid dapat diklasifikasikan atas hemoroid eksterna dan interna. Hemoroid
interna dibagi berdasarkan gambaran klinis atas:
1. Derajat 1
Bila terjadi pembesaran hemoroid yang tidak prolaps ke luar kanal anus. Hanya
dapat dilihat dengan anorestoskop.
2. Derajat 2
Pembesaran hemoroid yang prolaps dan menghilang atau masuk sendiri ke
dalam anus secara spontan.
3. Derajat 3
Pembesaran hemoroid yang prolaps dapat masuk lagi ke dalam anus dengan
bantuan dorongan jari.
4. Derajat 4
Prolaps hemoroid yang permanen. Rentan dan cenderung untuk mengalami
thrombosis dan infark.
Secara anoskopi hemoroid dapat dibagi atas hemoroid eksterna (di luar/di bawah
linea dentata) dan hemoroid interna (di dalam/ di atas linea dentata). Untuk melihat
risiko perdarahan hemoroid dapat dideteksi oleh adanya stigmata perdarahan berupa
bekuan darah yang masih menempel, erosi, kemerahan di atas hemoroid. Secara
anoskopik, hemoroid interna juga dapat dibagi dalam 4 derajat.
F. Gejala dan tanda
Pasien sering mengeluh menderita hemoroid atau wasir tanpa ada hubungannya
dengan gejala rectum dan anus yang khusus.
1. Nyeri hebat
Nyeri yang hebat jarang sekali ada hubungannya dengan hemoroid intern dan
hanya timbul pada hemoroid ekstern yang mengalami thrombosis.
2. Perdarahan
Perdarahan umumnya merupakan tanda pertama hemoroid intern akibat trauma
oleh feses yang keras. Darah yang keluar berwarna merah segar dan tidak
tercampur feses, dapat hanya berupa garis pada feses, dapat hanya berupa
garis pada feses atau kertas pembersih sampai pada perdarahan yang terlihat
menetes atau mewarnai air toilet menjadi merah.
G. Pemeriksaan
Apabila hemoroid mengalami prolaps, lapisan epitel penutup bagian yang
menonjol ke luar ini mengeluarkan mucus yang dapat dilihat apabila penderita diminta
mengejan. Pada pemeriksaan colok dubur, hemoroid intern tidak dapat diraba sebab
tekanan vena di dalamnya tidak cukup tinggi dan biasanya tidak nyeri. Colok dubur
diperlukan untuk menyingkirkan kemungkinan karsinoma rectum.
Penilaian dengan anoskop diperlukan untuk melihat hemoroid intern yang tidak
menonjol keluar. Anoskop dimasukkan dan diputar untuk mengamati keempat kuadran.
Hemoroid intern terlihat sebagai struktur vascular yang menonjol ke dalam lumen. Jika
penderita diminta untuk mengedan sedikit, ukuran hemoroid akan membesar dan
penonjolan atau prolaps akan lebih nyata.
Proktosigmoidoskopi perlu dikerjakan untuk memastikan bahwa keluhan bukan
disebabkan oleh proses radang atau proses kegananasan di tingkat yang lebih tinggi,
karena hemoroid merupakan keadaaan fisiologik saja atau tanda yang menyertai.
Feses harus diperiksa terhadap adanya darah samar.
H. Diagnosis Banding
Perdarahan rectum yang merupakan manifestasi utama hemoroid intern juga
terjadi papa karsinoma kolorektum, penyakit divertikel, polip, colitis ulserosa, dan
penyakit lain yang tidak begitu sering terdapat di kolorektum. Pemeriksaan
sigmoidoskopi harus dilakukan. Foto barium kolon dan kolonoskopi perlu dipilih secara
selektif, bergantung pada keluhan dan gejala penderita.
Prolaps rectum harus juga dibedakan dari prolaps mukosa akibat hemoroid
intern.
Kondiloma perianal dan tumor anorektum lainnya biasanya tidak sulit dibedakan
dari hemoroid yang mengaalami prolaps. Lipatan kulit luar yang lunak sebagai akibat
dari thrombosis hemoroid ekstern sebelumnya juga mudah dikenali. Adanya lipatan kulit
sentinel pada garis tengah dorsal, yang disebut umbai kulit dapat menunjukkan fisura
anus.
I. Tata laksana
Terapi hemoroid intern yang simptomatik harus ditetapkan secara perorangan.
Hemoroid adalah normal karenanya tujuan terapi bukan untuk menghilangkan pleksus
hemoroid, tapi untuk menghilangkan keluhan.
Kebanyakan pasien hemoroid derajat pertama dan kedua dapat ditolong dengan
tindakan local yang sederhana disertai nasehat tentang makan. Makanan sebaiknya
terdiri atas makanan berserat tinggi. Makanan ini membuat gumpalan isi usus besar,
namun lunak sehingga mempermudah defekasi dan mengurangi keharusan mengedan
secara berlebihan.
Supositoria dan salep anus diketahui tidak mempunyai efek yang bermakna
kecuali efek anestetik dan astringen.
Hemoroid intern yang mengalami prolaps oleh karena udem umumnya dapat
dimasukkan kembali secara perlahan disusul dengan istirahat baring dan kompres local
untuk mengurangi pembengkakan. Rendam duduk dengan cairan hangat juga dapat
meringankan nyeri. Apabila ada penyakit radang usus besar yang mandasarinya,
misalnya penyakit Crohn, terapi medic harus diberikan apabila hemoroid menjadi
simptomatik.
Skleroterapi
Skleroterapi adalah penyuntikan larutan kimia yang merangsang, misalnya 5%
fenol dalam minyak nabati. Penyuntikan diberikan ke submukosa di dalam jaringan
areolar yang longgar di bawah hemoroid intern dengan tujuan menimbulkan
peradangan steril yang kemudian menjadi fibrotic dan meninggalkan parut. Penyuntikan
dilakukan di sebelah atas dari garis mukokutan dengan jarum yang panjang melalui
anuskop. Apabila penyuntikan dilakukan pada tempat yang tepat maka tidak ada nyeri.
Penyulit penyuntikan termasuk infeksi, prostatitis akut jika masuk ke dalam prostat dan
rekasi hipersensitifitas terhadap obat yang disuntikkan.
Terapi suntikan bahan sklerotik bersama dengan nasehat tentang makanan
merupakan terapi yang efektif untuk hemoroid intern derajat I dan II.
Ligasi dengan gelang karet
Hemoroid yang besar atau yang mengalami prolaps dapat ditangani dengan
ligasi dengan gelang karet menurut Baron. Dengan bantuan anuskop, mukosa di atas
hemoroid yang menonjol dijepit dan ditarik atau dihisapke dalam tabung ligator khusus.
Gelang karet di dorong dari ligatir dan ditempatkan secara rapat di sekeliling mukosa
pleksus hemoroidalis tersebut. Nekrosis karena iskemia terjadi dalam beberapa hari.
Mukosa bersama karet akan lepas sendiri. Fibrosis dan parut akan terjadi pada pangkal
hemoroid tersebut. Pada satu kali terapi, hanya diikat satu kompleks hemoroid,
sedangkan ligasi berikutnya dilakukan dalam jarak waktu dua sampai empat minggu.
Penyulit utama ligasi adalah timbulnya nyeri karena terkenanya garis mukokutan.
Untuk menghindari ini maka gelang tersebut ditempatkan cukup jauh dari garis
mukokutan. Nyeri yang hebat dapat pula disebabkan oleh infeksi. Perdarahan dapat
terjadi pada waktu hemoroid mengalami nekrosis, biasanya setelah tujuh sampai
sepuluh hari.
Bedah beku
Hemoroid dapat pula dibekukan dengan pendinginan pada suhu yang rendah
sekali. Bedah beku atau bedah krio ini tidak dipakai secara luas oleh karena mukosa
yang nekrotik sukar ditentukan luasnya. Bedah krio ini lebih cocok untuk terapi paliatif
pada karsinoma rectum yang inoperable.
Hemoroidektomi
Terapi bedah dipilih untuk penderita yang mengalami keluhan menahun dan
pada penderita hemoroid derajat III atau IV. Terapi bedah juga dapat dilakukan pada
penderita dengan perdarahan berulang dan anemia yang tidak sembuh dengan cara
terapi lainnya yang lebih sederhana. Penderita hemoroid derajat IV yang mengalami
thrombosis dan kesakitan hebat dapat ditolong segera dengan hemoroidektomi.
Prinsip yang harus diperhatikan pada hemoroidektomi adalah eksisi yang hanya
dilakukan pada jaringan yang benar-benar berlebihan. Eksisi sehemat mungkin
dilakukan pada anoderm dan kulit yang normal dengan tidak mengganggu sfingter
anus.
Tindak bedah lain
Dilatasi anus yang dilakukan dalam anestesi dimaksudkan untuk memutuskan
jaringan ikat yang diduga menyebabkan obstruksi jalan ke luar anus atau spasme yang
merupakan faktor penting dalam pembentukan hemoroid. Metode dilatasi menurut Lord
ini kadang disertai dengan inkontinensia sehingga tidak dianjurkan.
Dengan terapi yang sesuai, semua hemoroid simtomatis dapat dibuat menjadi
asimtomatis. Pendekatan konservatif hendaknya diusahakan terlebih dahulu pada
semua kasus. Hemoroidektomi pada umumnya memberikan hasil yang baik. Sesudah
terapi penderita harus diajari untuk menghindari obstipasi dengan makan makanan
serat agar dapat mencegah timbulnya kembali gejala hemoroid.
BAB IV
ANALISIS KASUS
Pasien laki-laki 32 tahun datang dengan keluhan benjolan yang menetap di anus
sejak 3 hari SMRS. Pasien mengatakan bahwa terdapat benjolan bila BAB, keluar dari dubur,
yang awalnya dapat masuk kembali secara spontan setelah BAB, yang akhirnya harus
menggunakan jarinya untuk dimasukan kembali, kemudian tidak bisa dimasukkan. Benjolan
yang dikatakan pasien harus dibedakan apakah itu dinding rektum yang berarti prolaps rektum
atau prolaps mukosa yang berarti hemoroid interna. Anamnesis lainnya untuk memperjelas,
apakah pasien masih dapat menahan rasa keinginan BAB nya atau tidak, bila tidak itu
menandakan adanya prolap rektum. Pasien mengatakan, ia masih dapat menahan keinginan
BABnya.
Pasien mengatakan adanya BAB berdarah. Kita harus cari tahu dulu, asal
perdarahannya. Apakah dari saluran cerna bagian atas atau bawah. Anamnesis selanjutnya,
menanyakan warna darah yang terlihat apakah merah segar (hematoksezia) atau merah
kehitaman (melena), pasien mengatakan warna darah merah segar. Berarti yang terpikirkan
keadaan patologis apa saja yang menyebabkan perdarahan saluran cerna bagian bawah.
Beberapa penyakit yang sering terkait dengan pasien yang berusia setengah baya adalah
tumor kolon, polip kolon, hemoroid, fisura ani, dan infeksi (amebiasis). Dilanjutkan dengan
pertanyaan, apakah darah yang keluar bercampur dengan feses atau tidak. Bila tidak, berarti
berasal dari hemoroid atau fisura anus. Pasien mengatakan saat BAB berdarah tidak
menimbulkan rasa nyeri. Hal ini dapat menyingkirkan diagnosis fisura ani, yang tiap BAB timbul
rasa nyeri. Dikonfirmasi pula dengan pemeriksaan fisik, pada inspeksi tidak ditemukanya fisurra
pada ani. Pasien mengatakan jarang makan sayur dan buah, jarang berolahraga dan
melakukan aktivitas fisik. Pasien tidak pernah melakukan hubungan seks perianal.
Pemeriksaan fisik didapatkan pada mata didapatkan konjungtiva anemis dan TD 110/70
mmHg. Pemeriksaan jantung, paru, abdomen, ekstremitas dalam batas normal. Pada region
anus didapatkan Inspeksi : Pada posisi jam 3 terdapat benjolan berbentuk bulat berwarna
kemerahan di sekitar anus dengan ukuran 2 x 2 x 2 cm. Palpasi : nyeri tekan (-), konsistensi
kenyal, mudah digerakkkan.
Pada pasien didapatkan conjungtiva anemis pada kedua mata dan tekanan
darah 110/70 mmHg, dianjurkan untuk dilakukan pemeriksaan darah rutin untuk
mengkonfirmasi jumlah Hb. Jika Hb di bawah 8 g/dL, direncanakan transfuse untuk
memperbaiki keadaan umum pasien sebelum dilakukan tindakan hemoroidektomi.
Tata laksana pada pasien, diberikan obat untuk memperbaiki defekasinya, sebagai
pencahar, yaitu Laxadine. Ardium diresepkan untuk pasien untuk memperbaiki inflamasi,
perdarahan, dan prolaps. Pasien juga diberikan Transamin dan Vit.K dengan tujuan untuk
hemostatiknya. Tata laksana selanjutnya adalah, menghentikan perdarahan langsung dari
sumber perdarahannya. Dalam hal ini, dilakukan hemoroidektomi.
BAB V
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
1. Simadibrata,M.Hemoroid. Dalam: Sudoyo AW, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.
Jilid 1. Edisi 5. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI;
2009. hal 587-90.
2. Jong WD, Sjamsuhidayat R. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC; 2005. hal 672-75.
3. Sylvia A.price. Gangguan Sistem Gastrointestinal. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses
Penyakit. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC ; 2005.
4. Junaidi P, Soemasto AS, Amelz H. Perdarahan per anum. Dalam : Kapita Selekta Kedokteran.
Media Aesculapius FKUI. 1982. h 362-4.
5.

More Related Content

What's hot

PEMERIKSAAN PERKUSI JANTUNG PADA ANAK
PEMERIKSAAN PERKUSI JANTUNG PADA ANAKPEMERIKSAAN PERKUSI JANTUNG PADA ANAK
PEMERIKSAAN PERKUSI JANTUNG PADA ANAKSulistia Rini
 
Case Report Meningitis
Case Report MeningitisCase Report Meningitis
Case Report MeningitisKharima SD
 
Laporan kasus endokrin ulkus diabetikum
Laporan kasus endokrin ulkus diabetikumLaporan kasus endokrin ulkus diabetikum
Laporan kasus endokrin ulkus diabetikumkemal pratama
 
Buku Saku Lintas Diare, edisi-2011
Buku Saku Lintas Diare, edisi-2011Buku Saku Lintas Diare, edisi-2011
Buku Saku Lintas Diare, edisi-2011Surya Amal
 
Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang ppt
Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang pptCase Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang ppt
Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang pptSyscha Lumempouw
 
Ppt peritonitis ec app
Ppt peritonitis ec appPpt peritonitis ec app
Ppt peritonitis ec appPuteri Mentira
 
225881539 appendisitis-akut-laporan-kasus
225881539 appendisitis-akut-laporan-kasus225881539 appendisitis-akut-laporan-kasus
225881539 appendisitis-akut-laporan-kasusaauyahilda
 
Mekanisme muntah proyektil
Mekanisme muntah proyektilMekanisme muntah proyektil
Mekanisme muntah proyektilAgus Gunardi
 
Kolelitiasis,kolestasis,kolesistitis
Kolelitiasis,kolestasis,kolesistitisKolelitiasis,kolestasis,kolesistitis
Kolelitiasis,kolestasis,kolesistitisyudhasetya01
 
Orkitis (Orchitis) - Presentasi Kasus
Orkitis (Orchitis) - Presentasi KasusOrkitis (Orchitis) - Presentasi Kasus
Orkitis (Orchitis) - Presentasi KasusAris Rahmanda
 
Nilai normal tanda tanda vital
Nilai normal tanda tanda vitalNilai normal tanda tanda vital
Nilai normal tanda tanda vitalTri Kusniati
 

What's hot (20)

PEMERIKSAAN PERKUSI JANTUNG PADA ANAK
PEMERIKSAAN PERKUSI JANTUNG PADA ANAKPEMERIKSAAN PERKUSI JANTUNG PADA ANAK
PEMERIKSAAN PERKUSI JANTUNG PADA ANAK
 
Cairan infuse
Cairan infuseCairan infuse
Cairan infuse
 
Case Report Meningitis
Case Report MeningitisCase Report Meningitis
Case Report Meningitis
 
Laporan kasus endokrin ulkus diabetikum
Laporan kasus endokrin ulkus diabetikumLaporan kasus endokrin ulkus diabetikum
Laporan kasus endokrin ulkus diabetikum
 
Buku Saku Lintas Diare, edisi-2011
Buku Saku Lintas Diare, edisi-2011Buku Saku Lintas Diare, edisi-2011
Buku Saku Lintas Diare, edisi-2011
 
Stilah untuk suara nafas
Stilah untuk suara nafasStilah untuk suara nafas
Stilah untuk suara nafas
 
8 Shock Manajemen
8 Shock Manajemen8 Shock Manajemen
8 Shock Manajemen
 
Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang ppt
Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang pptCase Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang ppt
Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang ppt
 
2.pemeriksaan ginekologi
2.pemeriksaan ginekologi2.pemeriksaan ginekologi
2.pemeriksaan ginekologi
 
Glaukoma
Glaukoma Glaukoma
Glaukoma
 
Standar Kompetensi Dokter Indonesia
Standar Kompetensi Dokter IndonesiaStandar Kompetensi Dokter Indonesia
Standar Kompetensi Dokter Indonesia
 
Hemoroid
HemoroidHemoroid
Hemoroid
 
Lapsus varicella
Lapsus varicellaLapsus varicella
Lapsus varicella
 
Ppt peritonitis ec app
Ppt peritonitis ec appPpt peritonitis ec app
Ppt peritonitis ec app
 
225881539 appendisitis-akut-laporan-kasus
225881539 appendisitis-akut-laporan-kasus225881539 appendisitis-akut-laporan-kasus
225881539 appendisitis-akut-laporan-kasus
 
Mekanisme muntah proyektil
Mekanisme muntah proyektilMekanisme muntah proyektil
Mekanisme muntah proyektil
 
Kolelitiasis,kolestasis,kolesistitis
Kolelitiasis,kolestasis,kolesistitisKolelitiasis,kolestasis,kolesistitis
Kolelitiasis,kolestasis,kolesistitis
 
Orkitis (Orchitis) - Presentasi Kasus
Orkitis (Orchitis) - Presentasi KasusOrkitis (Orchitis) - Presentasi Kasus
Orkitis (Orchitis) - Presentasi Kasus
 
Nilai normal tanda tanda vital
Nilai normal tanda tanda vitalNilai normal tanda tanda vital
Nilai normal tanda tanda vital
 
Laporan kasus
Laporan kasusLaporan kasus
Laporan kasus
 

Viewers also liked

Viewers also liked (7)

Hemorrhoid
HemorrhoidHemorrhoid
Hemorrhoid
 
Makalah askep hemoroid
Makalah askep hemoroidMakalah askep hemoroid
Makalah askep hemoroid
 
Prolaps hemoroid
Prolaps hemoroidProlaps hemoroid
Prolaps hemoroid
 
Makalah Hidung buntu
Makalah Hidung buntu Makalah Hidung buntu
Makalah Hidung buntu
 
Haemorrhoids- Dr. Vijayalakshmi
Haemorrhoids- Dr. VijayalakshmiHaemorrhoids- Dr. Vijayalakshmi
Haemorrhoids- Dr. Vijayalakshmi
 
Hemorrhoids
HemorrhoidsHemorrhoids
Hemorrhoids
 
Hemorrhoids-
Hemorrhoids-Hemorrhoids-
Hemorrhoids-
 

Similar to 193897174 case-bedah-hemoroid

222878561 case-report-spondy-tb
222878561 case-report-spondy-tb222878561 case-report-spondy-tb
222878561 case-report-spondy-tbhomeworkping10
 
Lapkas persalinan lama (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
Lapkas persalinan lama (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)Lapkas persalinan lama (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
Lapkas persalinan lama (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)Adeline Dlin
 
Askep stroke keperawatan dewasa i
Askep stroke keperawatan dewasa iAskep stroke keperawatan dewasa i
Askep stroke keperawatan dewasa iEtika Nurasih
 
Ujian kasus kolesistitis ec kolelitiasis
Ujian kasus  kolesistitis ec kolelitiasisUjian kasus  kolesistitis ec kolelitiasis
Ujian kasus kolesistitis ec kolelitiasisfaniputri2
 
225028305 case-varicella
225028305 case-varicella225028305 case-varicella
225028305 case-varicellahomeworkping10
 
PPT KEL. 4 BPH.pptx
PPT KEL. 4 BPH.pptxPPT KEL. 4 BPH.pptx
PPT KEL. 4 BPH.pptxRahmaIke
 
Lapsus interna ckd
Lapsus interna ckdLapsus interna ckd
Lapsus interna ckdRenitaArdani
 
portofolio apendisitis akut
portofolio apendisitis akutportofolio apendisitis akut
portofolio apendisitis akutReny Erawati
 
Askep pasien ISK.Egas
Askep pasien ISK.EgasAskep pasien ISK.Egas
Askep pasien ISK.EgasEgas Xavier
 
Askep pasien infeksi.Egas
Askep pasien infeksi.EgasAskep pasien infeksi.Egas
Askep pasien infeksi.EgasEgas Xavier
 

Similar to 193897174 case-bedah-hemoroid (20)

Bab iii
Bab iiiBab iii
Bab iii
 
Asuhan keperawtan iccu
Asuhan keperawtan iccuAsuhan keperawtan iccu
Asuhan keperawtan iccu
 
222878561 case-report-spondy-tb
222878561 case-report-spondy-tb222878561 case-report-spondy-tb
222878561 case-report-spondy-tb
 
Lapkas persalinan lama (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
Lapkas persalinan lama (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)Lapkas persalinan lama (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
Lapkas persalinan lama (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
 
Askep stroke keperawatan dewasa i
Askep stroke keperawatan dewasa iAskep stroke keperawatan dewasa i
Askep stroke keperawatan dewasa i
 
Appendikcitis
AppendikcitisAppendikcitis
Appendikcitis
 
Ujian kasus kolesistitis ec kolelitiasis
Ujian kasus  kolesistitis ec kolelitiasisUjian kasus  kolesistitis ec kolelitiasis
Ujian kasus kolesistitis ec kolelitiasis
 
196496593 case-sn
196496593 case-sn196496593 case-sn
196496593 case-sn
 
225028305 case-varicella
225028305 case-varicella225028305 case-varicella
225028305 case-varicella
 
236227596 case-dhf
236227596 case-dhf236227596 case-dhf
236227596 case-dhf
 
219629232 case-tiva
219629232 case-tiva219629232 case-tiva
219629232 case-tiva
 
PPT KEL. 4 BPH.pptx
PPT KEL. 4 BPH.pptxPPT KEL. 4 BPH.pptx
PPT KEL. 4 BPH.pptx
 
Asuhan keperawatan pada ny AKPER PEMKAB MUNA
Asuhan keperawatan pada ny AKPER PEMKAB MUNA Asuhan keperawatan pada ny AKPER PEMKAB MUNA
Asuhan keperawatan pada ny AKPER PEMKAB MUNA
 
237768769 case
237768769 case237768769 case
237768769 case
 
Lapsus interna ckd
Lapsus interna ckdLapsus interna ckd
Lapsus interna ckd
 
Asuhan keperawatan pada ny AKPER PEMKAB MUNA
Asuhan keperawatan pada ny AKPER PEMKAB MUNA Asuhan keperawatan pada ny AKPER PEMKAB MUNA
Asuhan keperawatan pada ny AKPER PEMKAB MUNA
 
CR Naura - Intususepsi.pptx
CR Naura - Intususepsi.pptxCR Naura - Intususepsi.pptx
CR Naura - Intususepsi.pptx
 
portofolio apendisitis akut
portofolio apendisitis akutportofolio apendisitis akut
portofolio apendisitis akut
 
Askep pasien ISK.Egas
Askep pasien ISK.EgasAskep pasien ISK.Egas
Askep pasien ISK.Egas
 
Askep pasien infeksi.Egas
Askep pasien infeksi.EgasAskep pasien infeksi.Egas
Askep pasien infeksi.Egas
 

More from homeworkping3

238304497 case-digest
238304497 case-digest238304497 case-digest
238304497 case-digesthomeworkping3
 
238247664 crim1 cases-2
238247664 crim1 cases-2238247664 crim1 cases-2
238247664 crim1 cases-2homeworkping3
 
238234981 swamping-and-spoonfeeding
238234981 swamping-and-spoonfeeding238234981 swamping-and-spoonfeeding
238234981 swamping-and-spoonfeedinghomeworkping3
 
238218643 jit final-manual-of-power-elx
238218643 jit final-manual-of-power-elx238218643 jit final-manual-of-power-elx
238218643 jit final-manual-of-power-elxhomeworkping3
 
238103493 stat con-cases-set
238103493 stat con-cases-set238103493 stat con-cases-set
238103493 stat con-cases-sethomeworkping3
 
238097308 envi-cases-full
238097308 envi-cases-full238097308 envi-cases-full
238097308 envi-cases-fullhomeworkping3
 
238057020 envi-air-water
238057020 envi-air-water238057020 envi-air-water
238057020 envi-air-waterhomeworkping3
 
238019494 rule-06-kinds-of-pleadings
238019494 rule-06-kinds-of-pleadings238019494 rule-06-kinds-of-pleadings
238019494 rule-06-kinds-of-pleadingshomeworkping3
 
237978847 pipin-study-7
237978847 pipin-study-7237978847 pipin-study-7
237978847 pipin-study-7homeworkping3
 
237962770 arthur-lim-et-case
237962770 arthur-lim-et-case237962770 arthur-lim-et-case
237962770 arthur-lim-et-casehomeworkping3
 
237778794 ethical-issues-case-studies
237778794 ethical-issues-case-studies237778794 ethical-issues-case-studies
237778794 ethical-issues-case-studieshomeworkping3
 
237754196 case-study
237754196 case-study237754196 case-study
237754196 case-studyhomeworkping3
 
237750650 labour-turnover
237750650 labour-turnover237750650 labour-turnover
237750650 labour-turnoverhomeworkping3
 
237712710 case-study
237712710 case-study237712710 case-study
237712710 case-studyhomeworkping3
 
237654933 mathematics-t-form-6
237654933 mathematics-t-form-6237654933 mathematics-t-form-6
237654933 mathematics-t-form-6homeworkping3
 
237622675 case-intoksikasi-aseton-docx
237622675 case-intoksikasi-aseton-docx237622675 case-intoksikasi-aseton-docx
237622675 case-intoksikasi-aseton-docxhomeworkping3
 

More from homeworkping3 (20)

238304497 case-digest
238304497 case-digest238304497 case-digest
238304497 case-digest
 
238247664 crim1 cases-2
238247664 crim1 cases-2238247664 crim1 cases-2
238247664 crim1 cases-2
 
238234981 swamping-and-spoonfeeding
238234981 swamping-and-spoonfeeding238234981 swamping-and-spoonfeeding
238234981 swamping-and-spoonfeeding
 
238218643 jit final-manual-of-power-elx
238218643 jit final-manual-of-power-elx238218643 jit final-manual-of-power-elx
238218643 jit final-manual-of-power-elx
 
238103493 stat con-cases-set
238103493 stat con-cases-set238103493 stat con-cases-set
238103493 stat con-cases-set
 
238097308 envi-cases-full
238097308 envi-cases-full238097308 envi-cases-full
238097308 envi-cases-full
 
238057402 forestry
238057402 forestry238057402 forestry
238057402 forestry
 
238057020 envi-air-water
238057020 envi-air-water238057020 envi-air-water
238057020 envi-air-water
 
238056086 t6-g6
238056086 t6-g6238056086 t6-g6
238056086 t6-g6
 
238019494 rule-06-kinds-of-pleadings
238019494 rule-06-kinds-of-pleadings238019494 rule-06-kinds-of-pleadings
238019494 rule-06-kinds-of-pleadings
 
237978847 pipin-study-7
237978847 pipin-study-7237978847 pipin-study-7
237978847 pipin-study-7
 
237968686 evs-1
237968686 evs-1237968686 evs-1
237968686 evs-1
 
237962770 arthur-lim-et-case
237962770 arthur-lim-et-case237962770 arthur-lim-et-case
237962770 arthur-lim-et-case
 
237922817 city-cell
237922817 city-cell237922817 city-cell
237922817 city-cell
 
237778794 ethical-issues-case-studies
237778794 ethical-issues-case-studies237778794 ethical-issues-case-studies
237778794 ethical-issues-case-studies
 
237754196 case-study
237754196 case-study237754196 case-study
237754196 case-study
 
237750650 labour-turnover
237750650 labour-turnover237750650 labour-turnover
237750650 labour-turnover
 
237712710 case-study
237712710 case-study237712710 case-study
237712710 case-study
 
237654933 mathematics-t-form-6
237654933 mathematics-t-form-6237654933 mathematics-t-form-6
237654933 mathematics-t-form-6
 
237622675 case-intoksikasi-aseton-docx
237622675 case-intoksikasi-aseton-docx237622675 case-intoksikasi-aseton-docx
237622675 case-intoksikasi-aseton-docx
 

Recently uploaded

IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxErikaPuspita10
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfkustiyantidew94
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxBambang440423
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)3HerisaSintia
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Abdiera
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxSyaimarChandra1
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau tripletMelianaJayasaputra
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxalalfardilah
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxnerow98
 
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdfdemontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdfIndri117648
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada AnakPpt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anakbekamalayniasinta
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDmawan5982
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxHeruFebrianto3
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASreskosatrio1
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxarnisariningsih98
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaNadia Putri Ayu
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 

Recently uploaded (20)

IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
 
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdfdemontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada AnakPpt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 

193897174 case-bedah-hemoroid

  • 1. Get Homework/Assignment Done Homeworkping.com Homework Help https://www.homeworkping.com/ Research Paper help https://www.homeworkping.com/ Online Tutoring https://www.homeworkping.com/ click here for freelancing tutoring sites PRESENTASI KASUS HEMOROID Pembimbing:
  • 2. Dr. Eka Swabhawa Uttama, SpB Oleh: Labiqotul Lubabah Ahasmi 106103003449 KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH RUMAH SAKIT UMUM PUSAT FATMAWATI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2010 LEMBAR PENGESAHAN Makalah dengan Judul “Hemoroid”
  • 3. Telah diterima dan disetujui oleh pembimbing, sebagai syarat untuk menyelesaikan kepaniteraan klinik ilmu bedah di RSUP Fatmawati periode 22 November 2010 – 28 Januari 2011 Jakarta, Desember 2010 (dr. Eka Swabhawa Uttama, SpB) KATA PENGANTAR “Alhamdulillahi Rabbil ‘alamin” Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat
  • 4. menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Adapun judul makalah ini adalah ”Hemoroid.” Dalam penyusunan makalah ini, penulis telah mencurahkan segala pikiran dan kemampuan yang dimiliki. Namun tetap ada hambatan dan kendala yang harus dilewati. Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Eka Swabhawa Uttama, SpB selaku pembimbing makalah dan seluruh pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Jakarta, Desember 2010 Penulis DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN........................................................................................ii KATA PENGANTAR................................................................................................iii DAFTAR ISI..............................................................................................................iv
  • 5. BAB I ILUSTRASI KASUS A. IDENTITAS PASIEN...........................................................................................1 B. ANAMNESIS.......................................................................................................1 C. PEMERIKSAAN FISIK........................................................................................3 D. PEMERIKSAAN PENUNJANG..........................................................................5 E. RESUME.............................................................................................................5 F. DIAGNOSIS.........................................................................................................5 G. DIAGNOSIS BANDING.......................................................................................6 H. PEMERIKSAAN ANJURAN...............................................................................6 I. PENATALAKSANAAN.......................................................................................6 J. PROGNOSIS.......................................................................................................6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PENDAHULUAN.................................................................................................7 B. ANATOMI DAN FISIOLOGI ANOREKTAL........................................................7 C. DEFINISI HEMOROID.........................................................................................11 D. PATHOGENESIS................................................................................................12 E. KLASIFIKASI DAN DERAJAT...........................................................................12 F. GEJALA DAN TANDA........................................................................................13 G. PEMERIKSAAN..................................................................................................14 H. DIAGNOSIS BANDING.......................................................................................14 I. TATALAKSANA.................................................................................................15
  • 6. BAB III ANALISIS KASUS.......................................................................................20 DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................22 BAB I ILUSTRASI KASUS A. IDENTITAS PASIEN No. RM : 01033010 Nama : Tn. Cecep Rukendi Usia : 32 tahun Jenis Kelamin : Laki-laki Agama : Islam Alamat : Perum lembah pinus B 1 no. 2 Rt 002/024 Pamulang Tangerang Selatan Banten Pendidikan : Akademi/universitas Pekerjaan : Pegawai negeri Status Perkawinan : Kawin Tanggal Masuk RS : 15 Desember 2010 di poli bedah umum B. ANAMNESIS Dilakukan autoanamnesis pada tanggal 15 Desember 2010 di poli bedah umum. 1. Keluhan Utama Benjolan di anus yang menetap sejak 3 hari SMRS.
  • 7. 2. Keluhan Tambahan Buang air besar disertai darah. 3. Riwayat Penyakit Sekarang Pasien datang dengan keluhan benjolan di anus yang menetap sejak 3 hari SMRS. Benjolan yang selalu keluar saat pasien buang air besar dirasakan pasien sejak 6 tahun yang lalu, namun biasanya benjolan tersebut dapat masuk kembali secara spontan setelah pasien selesai buang air besar, kemudian sekitar 1 tahun yang lalu setiap kali benjolan keluar saat buang air besar tidak bisa langsung masuk kembali dengan spontan, namun harus dibantu dengan cara didorong dengan menggunakan ibu jari pasien. Benjolan awalnya hanya keluar saat pasien buang air besar saja, namun sejak 3 hari SMRS benjolan tersebut menetap di anus pasien dan tidak dapat masuk kembali walaupun dengan bantuan ibu jari pasien. Pasien mengatakan buang air besar satu kali sehari pada pagi hari. Setiap kali buang air besar selalu disertai darah. Darah berwarna merah segar dan tidak bercampur dengan feses. Menurut pasien darah yang keluar sampai mewarnai air toilet pasien menjadi merah segar, namun pasien tidak mengetahui jumlah darah yang keluar setiap kali buang air besar. Sejak 3 hari, pasien mengatakan darah keluar terus-menerus sehingga terdapat darah pada pakaian dalam pasien, namun tidak terdapat mucus/lendir. Enam tahun yang lalu, pasien tidak lancar buang air besar. Pasien buang air besar 2 hari sekali. Saat buang air besar pasien merasa sangat kesulitan, sehingga untuk buang air besar pasien harus mengedan dan membutuhkan waktu sekitar 1 jam di WC untuk buang air besar. Selama enam tahun ini, pasien belum pernah memeriksakan keluhan benjolan pada anus dan buang air besar berdarah pada dokter. Pasien hanya mendiamkannya saja, karena psien berpikir penyakit ini tidak membahayakannya.
  • 8. Pasien tidak pernah mengalami perubahan pola buang air besar seperti buang air besar menjadi cair dan frekuensi menjadi semakin sering. Darah yang keluar saat buang air besar tidak disertai lendir. Pasien mampu menahan rasa ingin buang air besarnya. Buang air kecil pada pasien tidak ada perubahan, warna kuning jernih dan tidak nyeri saat berkemih. Perut kembung dan nyeri pada perut juga disangkal oleh pasien. Pasien tidak merasakan adanya penurunan berat badan, nafsu makan pasien juga tidak mengalami perubahan. 4. Riwayat Penyakit Dahulu Riwayat sakit liver, darah tinggi dan kencing manis disangkal oleh pasien. Pasien tidak mengetahui adanya alergi obat maupun makanan. 5. Riwayat Penyakit Keluarga Tidak ada anggota keluarga pasien yang menderita keluhan yang sama seperti pasien. Riwayat darah tinggi, kencing manis, dan kanker dalam keluarga disangkal oleh pasien. 6. Riwayat Kebiasaan Pasien mengatakan sebelumnya pasien tida suka mengkonsumsi sayur- sayuran dan buah-buahan. Namun setelah mengetahui mempunyai wasir sejak 6 tahun yang lalu, pasien mulai gemar mengkonsumsi sayur-sayuran dan buah- buahan. Setiap kali makan pasien selalu mengkonsumsi sayur dan buah. Pasien juga mengatakan jarang minum, sebelum mengetahui pasien mempunyai wasir
  • 9. pasien hanya minum 1 hari sekitar 3 gelas air putih, namun sejak 6 tahun yang lalu pasien minum 1 hari sekitar 6-7 gelas air putih. Pasien mengatakan sangat jarang berolahraga, karena pasien tidak suka olahraga. Aktivitas pasien sehari-hari hanya duduk di dalam ruangan. Pasien tidak pernah melakukan hubungan seks perianal. C. PEMERIKSAAN FISIK 1. STATUS GENERALIS a. Keadaan Umum : Tampak sakit sedang b. Kesadaran : Kompos mentis c. Tekanan Darah : 110/70 mmHg d. Frekuensi Napas : 20 x/menit e. Frekuensi Nadi : 78 x/menit f. Suhu : 37,50 C g. Kepala Normosefali, rambut hitam, tersebar merata, tidak mudah dicabut. h. Mata Konjungtiva anemis +/+, sclera ikterik -/- i. Hidung Normosepta, secret -/-, hiperemis -/- j. Telinga
  • 10. Normotia, secret -/- k. Mulut Oral hygiene baik, faring tidak hiperemis. l. Leher Trakea lurus di tengah. m. Thoraks Paru Inspeksi : pergerakan dada simetris saat statis dan dinamis Palpasi : vocal fremitus teraba sama di kedua lapang paru. Perkusi : sonor di kedua lapang paru Auskultasi: suara napas vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/- Jantung Inspeksi : iktus kordis tidak tampak Palpasi : iktus kordis teraba di ICS V linea midclavicularis sinistra Perkusi : Batas jantung kanan: ICS IV linea parasternalis dekstra Batas jantung kiri : ICS V linea midclavicularis sinistra Pinggang jantung : ICS III linea parasternalis sinistra Auskultasi : bunyi jantung I, II regular, murmur (-), gallop (-) n. Abdomen Inspeksi : Datar
  • 11. Palpasi : Supel, nyeri tekan (-) Perkusi : Timpani di seluruh lapang abdomen Auskultasi : Bising usus (+) o. Ekstremitas Akral hangat, edema (-) 2. SATUS LOKALIS Regio anus Inspeksi : Pada posisi jam 3 terdapat benjolan berbentuk bulat berwarna kemerahan di sekitar anus dengan ukuran 2 x 2 x 2 cm. Palpasi : nyeri tekan (-), konsistensi kenyal, mudah digerakkkan. D. PEMERIKSAAN PENUNJANG Belum dilakukan pemeriksaan. E. RESUME Pasien laki-laki usia 32 tahun datang dengan keluhan benjolan di anus yang menetap sejak 3 hari SMRS. Benjolan di anus mulai dirasakan pasien sejak 6 tahun yang lalu, benjolan awalnya hanya keluar saat BAB dan masuk kembali ketika
  • 12. selesai BAB. Satu tahun yang lalu, benjolan yang keluar saat BAB, tidak dapat masuk spontan, namun harus dengan bantuan 1 jari. Tiga hari yang lalu, benjolan tidak dapat dimasukkan walaupun dengan bantuan jari. Pasien juga mengatakan BAB berdarah, warna merah segar, tidak bercampur feses, tidak ada lendir dan tidak nyeri. BAK dalam batas normal, nyeri perut (-), kembung (-). Pasien mengatakan jarang makan sayur dan buah, jarang berolahraga dan melakukan aktivitas fisik. Pasien tidak pernah melakukan hubungan seks perianal. Pemeriksaan fisik didapatkan pada mata didapatkan konjungtiva anemis dan TD 110/70 mmHg. Pemeriksaan jantung, paru, abdomen, ekstremitas dalam batas normal. Pada region anus didapatkan Inspeksi : Pada posisi jam 3 terdapat benjolan berbentuk bulat berwarna kemerahan di sekitar anus dengan ukuran 2 x 2 x 2 cm. Palpasi : nyeri tekan (-), konsistensi kenyal, mudah digerakkkan. F. DIAGNOSIS Hemoroid interna grade IV G. DIAGNOSIS BANDING H. PEMERIKSAAN ANJURAN Pemeriksaan darah rutin I. PENATALAKSANAAN Medikamentosa Transamin Vit K
  • 13. Laxadin Hemoroidektomi Non medikamentosa Banyak makan makanan berserat Banyak minum air putih Banyak olahraga J. PROGNOSIS Ad vitam : Bonam Ad Fungsionam : dubia ad bonam Ad Sanationam : dubia ad bonam
  • 14. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pendahuluan Hemoroid merupakan penyakit daerah anus yang cukup banyak ditemukan pada praktek dokter sehari-hari. Di RSCM selama 2 tahun (Januari 1993 s.d Desember 1994) dari 414 kali pemeriksaan kolonoskopi didapatkan 108 (26,09%) kasus hemoroid. Hemoroid memiliki sinonim piles, ambeien, wasir atau shouthern pole disease dalam istilah di masyarakat umum. Keluhan penyakit ini antara lain: buang air besar sakit dan sulit, dubur terasa panas, serta adanya benjolan di dubur, perdarahan melalui dubur dan lain-lain. Sejak dulu hemoroid hanya diobati oleh dukun-dukun wasir dan dokter bedah, akan tetapi akhir-akhir ini karena kasusnya makin banyak semua dokter diperbolehkan menangani hemoroid. Hemoroid memiliki faktor risiko cukup banyak antara lain: kurang mobilisasi, lebih banyak tidur, konstipasi, cara buang air besar yang tidak benar, kurang minum, kurang makanan berserat, faktor genetika, kehamilan, penyakit yang menyebabkan peningkatan tekanan intra abdomen (tumor abdomen, tumor usus) dan sirosis hati. Penatalaksanaan hemoroid dibagi atas penatalaksanaan secara medic dan secara bedah bergantung pada derajatnya.1 B. Anatomi Dan Fisiologi Anorektal Kanalis analis berasal dari proktoderm yang merupakan invaginasi ectoderm, sedangkan rectum berasal dari entoderm. Karena perbedaan asal anus dan rectum ini, maka perdarahan, persarafan, serta penyaliran vena dan limfnya berbeda juga, demikian pula epitel yang menutupinya. Rectum dilapisi oleh mukosa glanduler usus sedangkan kanalis analis oleh anoderm yang merupakan lanjutan epitel berlapis gepeng kulit luar. Tidak ada yang disebut mukosa anus. Daerah batas rectum dan kanalis analis ditandai dengan perubahan jenis epitel. Kanalis analis dan kulit luar sekitarnya kaya akan persarafan sensoris somatik dan peka terhadap rangsangan nyeri, sedangkan mukosa rectum mempunyai persarafan autonom dan tidak peka
  • 15. terhadap nyeri. Nyeri bukanlah gejala awal pengidap karsinoma rectum, sementara fisura anus nyeri sekali. Daerah vena di atas garis anorektum mengalir melalui system porta, sedangkan yang berasal dari anus dialirkan ke system kava melalui cabang vena iliaka. Distribusi ini menjadi penting dalam upaya memahami cara penyebaran keganasan dan infeksi serta terbentuknya hemoroid. System limf dari rectum mengalirkan isinya melalui pembuluh limf sepanjang pembuluh hemoroidalis superior ke arah kelenjar limf paraaorta melalui kelenjar limf iliaka interna, sedangkan limf yang berasal dari kanalis analis mengalir kea rah kelenjar inguinal. Kanalis analis berukuran panjang kurang lebih 3 cm. Sumbunya mengarah ke ventrokranial yaitu kea rah umbilicus dan membentuk sudut yang nyata ke dorsal dengan rectum dalam keadaan istirahat. Pada saat defekasi sudut ini menjadi lebih besar. Batas atas kanalis anus disebut garis anorektum, garis mukokutan, linea pektinata atau linea dentate. Di daerah ini terdapat kripta anus dan muara kelenjar anus antara kolumna rectum. Infeksi yang terjadi disini dapat menimbulkan abses anorektum yang dapat membentuk fistel. Lekukan antar sfingter sirkuler dapat diraba di dalam kanalis analis sewaktu melakukan colok dubur, dan menunjukkan batas antara sfingter interna dan sfingter eksterna (garis Hilton). Cincin sfingter anus melingkari kanalis analis dan terdiri dari sfingter intern dan sfingter ekstern. Sisi posterior dan lateral cincin ini terbentuk dari fusi sfingter intern, otot longitudinal, bagian tengah dari otot levator (puborektalis), dan komponen m.sfingter eksternus. M.sfingter internus terdiri atas serabut otot polos, sedangkan m.sfingter eksternus terdiri atas serabut otot lurik.
  • 16. Pendarahan arteri Arteri hemoroidalis superior adalah kelanjutan langsung a.mesenterika inferior. Arteri ini membagi diri menjadi dua cabang utama: kiri dan kanan. Cabang yang kanan akan bercabang kembali. Letak ketiga cabang terakkhir ini mungkin dapat menjelaskan letak hemoroid sebelah kanan dan sebuah di perempat lateral kiri. Arteri hemoroidalis medialis merupakan percabangan anterior a.iliaka interna, sedangkan a.hemoroidalis inferior adalah cabang a.pudenda interna. Anastomosis antara arcade pembuluh inferior dan superior merupakan sirkulasi kolateral yang mempunyai makna penting pada tindak bedah ata sumbatan aterosklerotik di daerah percabangan aorta dan a.iliaka. Anastomosis tersebut ke pembuluh kolateral hemoroid inferior dapat menjamin pendarahan di kedua ekstremitas bawah. Pendarahan pleksus hemoroidalis merupakan kolateral luasdan kaya sekali darah sehingga perdarahan dari hemoroid interna menghasilkan darah segar yang berwarna merah dan buka darah vena warna kebiruan.
  • 17. Pendarahan vena Vena hemoroidalis superior berasal dari pleksus hemoroidalis internus dan berjalan ke arah kranial ke dalam vena mesenterika inferior dan seterusnya melalui vena lienalis ke vena porta. Vena ini tidak berkatup sehingga tekanan rongga perut menntukan tekanan di dalamnya. Karsinoma rectum dapat menyebar sebagai embolus vena ke dalam hati, sedangkan embolus septic dapat menyebabkan pileflebitis. Vena hemoroidalis inferior mengalirkan darah ke dalam vena pudenda interna dan ke dalam vena iliaka interna dan system kava. Pembesaran vena hemoroidalis dapat menimbulkan keluahan hemoroid. Penyaliran limf Pembuluh limf dari kanalis analis membentuk pleksus halus yang menyalirkan isinya menuju ke kelnjar limf inguinal, selanjutnya dari sini cairan limf terus mengalir sampai ke kelanjar limf iliaka. Infeksi dan tumor ganas di daerah anus dapat mengakibatkan limfadenopati inguinal. Pembuluh limf dari rectum di atas garis anorektum berjalan seiring dengan vena hemoroidalis superior dan melanjut ke kelenjar limf mesenterika inferior dan aorta. Operasi radikal untuk eradikasi karsinoma rectum dan anus didasarkan pada anatomi saluran limf ini. Persarafan Persarafan rectum terdiri atas system simpatik dan parasimpatik. Serabut simpatik berasal dari pleksus mesenterikus inferior dan dari system parasakral yang terbentuk dari ganglion simpatis lumbal ruas kedua, ketiga dan keempat. Unsure simpatis pleksus ini menuju kea rah struktus genital dan serabut otot polos yang mengendalikan emisi air mani dan ejakulasi. Persarafan parasimpatik (nervi erigentes) berasal dari sacral kedua, ketiga dan keempat. Serabut saraf ini menuju ke jaringan erektil penis dan klitoris serta mengendalikan ereksi dengan cara mengatur aliran darah ke dalam jaringan ini. Oleh karena itu, cedera saraf yang terjadi pada waktu operasi radikal panggul seperti ekstirpasi radikal rectum atau uterus dapat menyebabkan gangguan fungsi vesika urinaria dan gangguan fungsi seksual.
  • 18. Muskulus puborektal mempertahankan sudut anorektum; otot ini mempertajam sudut tersebut bila meregang dan meluruskan usus bila mengendur. Defekasi Pada suasana normal, rectum kosong. Pemindahan feses dari kolon sigmoid ke dalam rectum kadang-kadang dicetuskan oleh makan, terutama pada bayi. Bila isi sigmoid masuk ke dalam rectum, dirasakan oleh rectum dan menimbulkan keinginan defekasi. Rectum mempunyai kemampuan khas untuk mengenal dan memisahkan bahan padat, cair dan gas. Sikap badan sewaktu defekasi, yaitu sikap duduk atau jongkok, memegang peranan yang berarti. Defekasi terjadi akibat reflex peristaltic rectum, dibantu oleh mengedan dan relaksasi sfingter anus eksternus. Syarat untuk defekasi normal ialah persarafan sensible untuk sensasi isi rectum dan persarafan sfingter anus untuk kontraksi dan relaksasi yang utuh. C. Definisi Hemoroid Hemoroid adalah pelebaran dan inflamasi pembuluh darah vena di daerah anus yang berasal dari pleksus hemoroidalis. Hemoroid dibedakan antara yang intern dan ekstern. Hemoroid intern adalah pleksus v.hemoroidalis superior di atas garis mukokutan dan ditutupi oleh mukosa. Hemoroid intern ini merupakan bantalan vaskuler di dalam jaringan submukosa pada rectum sebelah bawah. Sering hemoroid terdapat pada tiga posisi primer, yaitu kanan- depan, kanan-belakang, dan kiri lateral. Hemoroid yang lebih kecil terdapat di antara ketiga letak primer tersebut. Hemoroid ekstern merupakan pelebaran dan penonjolan pleksus hemoroid inferior terdapat di sebelah distal garis mukokutan di dalam jaringan di bawah epitel anus. Kedua pleksus hemoroid, internus dan eksternus saling berhubungan secara longgar dan merupakan awal dari aliran vena yang kembali bermula dari rectum
  • 19. sebelah bawah dan anus. Pleksus hemoroid intern mengalirkan darah ke v.hemoroidalis superior dan selanjutnya ke vena porta. Pleksus hemoroid eksternus mengalirkan darah ke peredaran sistemik melelui daerah perineum dan lipat paha ke v.iliaka. D. Pathogenesis Hemoroid timbul karena dilatasi, pembengkakan atau inflamasi vena hemoroidalis yang disebabkan oleh faktor-faktor risiko/pencetus. Faktor risiko hemoroid antara lain faktor mengedan pada buang air besar yang sulit, pola buang air besar yang salah (lebih banyak memakai jamban duduk, terlalu lama duduk di jamban duduk sambil membaca, merokok), peningkatan tekanan intra abdomen karena tumor (tumor usus, tumor abdomen), kehamilan (adanya penekanan janin pada abdomen dan perubahan hormonal), usia tua, konstipasi kronik, diare kronik atau diare akut yang berlebihan, hubungan seks peranal, kurang minum air, kurang makan makanan berserat (sayur dan buah), kurang olahraga/mobilitas. E. Klasifikasi dan derajat Hemoroid dapat diklasifikasikan atas hemoroid eksterna dan interna. Hemoroid interna dibagi berdasarkan gambaran klinis atas: 1. Derajat 1 Bila terjadi pembesaran hemoroid yang tidak prolaps ke luar kanal anus. Hanya dapat dilihat dengan anorestoskop. 2. Derajat 2 Pembesaran hemoroid yang prolaps dan menghilang atau masuk sendiri ke dalam anus secara spontan. 3. Derajat 3 Pembesaran hemoroid yang prolaps dapat masuk lagi ke dalam anus dengan bantuan dorongan jari.
  • 20. 4. Derajat 4 Prolaps hemoroid yang permanen. Rentan dan cenderung untuk mengalami thrombosis dan infark. Secara anoskopi hemoroid dapat dibagi atas hemoroid eksterna (di luar/di bawah linea dentata) dan hemoroid interna (di dalam/ di atas linea dentata). Untuk melihat risiko perdarahan hemoroid dapat dideteksi oleh adanya stigmata perdarahan berupa bekuan darah yang masih menempel, erosi, kemerahan di atas hemoroid. Secara anoskopik, hemoroid interna juga dapat dibagi dalam 4 derajat. F. Gejala dan tanda Pasien sering mengeluh menderita hemoroid atau wasir tanpa ada hubungannya dengan gejala rectum dan anus yang khusus. 1. Nyeri hebat Nyeri yang hebat jarang sekali ada hubungannya dengan hemoroid intern dan hanya timbul pada hemoroid ekstern yang mengalami thrombosis. 2. Perdarahan Perdarahan umumnya merupakan tanda pertama hemoroid intern akibat trauma oleh feses yang keras. Darah yang keluar berwarna merah segar dan tidak
  • 21. tercampur feses, dapat hanya berupa garis pada feses, dapat hanya berupa garis pada feses atau kertas pembersih sampai pada perdarahan yang terlihat menetes atau mewarnai air toilet menjadi merah. G. Pemeriksaan Apabila hemoroid mengalami prolaps, lapisan epitel penutup bagian yang menonjol ke luar ini mengeluarkan mucus yang dapat dilihat apabila penderita diminta mengejan. Pada pemeriksaan colok dubur, hemoroid intern tidak dapat diraba sebab tekanan vena di dalamnya tidak cukup tinggi dan biasanya tidak nyeri. Colok dubur diperlukan untuk menyingkirkan kemungkinan karsinoma rectum. Penilaian dengan anoskop diperlukan untuk melihat hemoroid intern yang tidak menonjol keluar. Anoskop dimasukkan dan diputar untuk mengamati keempat kuadran. Hemoroid intern terlihat sebagai struktur vascular yang menonjol ke dalam lumen. Jika penderita diminta untuk mengedan sedikit, ukuran hemoroid akan membesar dan penonjolan atau prolaps akan lebih nyata. Proktosigmoidoskopi perlu dikerjakan untuk memastikan bahwa keluhan bukan disebabkan oleh proses radang atau proses kegananasan di tingkat yang lebih tinggi, karena hemoroid merupakan keadaaan fisiologik saja atau tanda yang menyertai. Feses harus diperiksa terhadap adanya darah samar. H. Diagnosis Banding Perdarahan rectum yang merupakan manifestasi utama hemoroid intern juga terjadi papa karsinoma kolorektum, penyakit divertikel, polip, colitis ulserosa, dan penyakit lain yang tidak begitu sering terdapat di kolorektum. Pemeriksaan sigmoidoskopi harus dilakukan. Foto barium kolon dan kolonoskopi perlu dipilih secara selektif, bergantung pada keluhan dan gejala penderita. Prolaps rectum harus juga dibedakan dari prolaps mukosa akibat hemoroid intern.
  • 22. Kondiloma perianal dan tumor anorektum lainnya biasanya tidak sulit dibedakan dari hemoroid yang mengaalami prolaps. Lipatan kulit luar yang lunak sebagai akibat dari thrombosis hemoroid ekstern sebelumnya juga mudah dikenali. Adanya lipatan kulit sentinel pada garis tengah dorsal, yang disebut umbai kulit dapat menunjukkan fisura anus. I. Tata laksana Terapi hemoroid intern yang simptomatik harus ditetapkan secara perorangan. Hemoroid adalah normal karenanya tujuan terapi bukan untuk menghilangkan pleksus hemoroid, tapi untuk menghilangkan keluhan. Kebanyakan pasien hemoroid derajat pertama dan kedua dapat ditolong dengan tindakan local yang sederhana disertai nasehat tentang makan. Makanan sebaiknya terdiri atas makanan berserat tinggi. Makanan ini membuat gumpalan isi usus besar, namun lunak sehingga mempermudah defekasi dan mengurangi keharusan mengedan secara berlebihan. Supositoria dan salep anus diketahui tidak mempunyai efek yang bermakna kecuali efek anestetik dan astringen. Hemoroid intern yang mengalami prolaps oleh karena udem umumnya dapat dimasukkan kembali secara perlahan disusul dengan istirahat baring dan kompres local untuk mengurangi pembengkakan. Rendam duduk dengan cairan hangat juga dapat meringankan nyeri. Apabila ada penyakit radang usus besar yang mandasarinya, misalnya penyakit Crohn, terapi medic harus diberikan apabila hemoroid menjadi simptomatik. Skleroterapi Skleroterapi adalah penyuntikan larutan kimia yang merangsang, misalnya 5% fenol dalam minyak nabati. Penyuntikan diberikan ke submukosa di dalam jaringan areolar yang longgar di bawah hemoroid intern dengan tujuan menimbulkan peradangan steril yang kemudian menjadi fibrotic dan meninggalkan parut. Penyuntikan dilakukan di sebelah atas dari garis mukokutan dengan jarum yang panjang melalui
  • 23. anuskop. Apabila penyuntikan dilakukan pada tempat yang tepat maka tidak ada nyeri. Penyulit penyuntikan termasuk infeksi, prostatitis akut jika masuk ke dalam prostat dan rekasi hipersensitifitas terhadap obat yang disuntikkan. Terapi suntikan bahan sklerotik bersama dengan nasehat tentang makanan merupakan terapi yang efektif untuk hemoroid intern derajat I dan II. Ligasi dengan gelang karet Hemoroid yang besar atau yang mengalami prolaps dapat ditangani dengan ligasi dengan gelang karet menurut Baron. Dengan bantuan anuskop, mukosa di atas hemoroid yang menonjol dijepit dan ditarik atau dihisapke dalam tabung ligator khusus. Gelang karet di dorong dari ligatir dan ditempatkan secara rapat di sekeliling mukosa pleksus hemoroidalis tersebut. Nekrosis karena iskemia terjadi dalam beberapa hari. Mukosa bersama karet akan lepas sendiri. Fibrosis dan parut akan terjadi pada pangkal hemoroid tersebut. Pada satu kali terapi, hanya diikat satu kompleks hemoroid, sedangkan ligasi berikutnya dilakukan dalam jarak waktu dua sampai empat minggu.
  • 24. Penyulit utama ligasi adalah timbulnya nyeri karena terkenanya garis mukokutan. Untuk menghindari ini maka gelang tersebut ditempatkan cukup jauh dari garis mukokutan. Nyeri yang hebat dapat pula disebabkan oleh infeksi. Perdarahan dapat terjadi pada waktu hemoroid mengalami nekrosis, biasanya setelah tujuh sampai sepuluh hari. Bedah beku Hemoroid dapat pula dibekukan dengan pendinginan pada suhu yang rendah sekali. Bedah beku atau bedah krio ini tidak dipakai secara luas oleh karena mukosa yang nekrotik sukar ditentukan luasnya. Bedah krio ini lebih cocok untuk terapi paliatif pada karsinoma rectum yang inoperable.
  • 25. Hemoroidektomi Terapi bedah dipilih untuk penderita yang mengalami keluhan menahun dan pada penderita hemoroid derajat III atau IV. Terapi bedah juga dapat dilakukan pada penderita dengan perdarahan berulang dan anemia yang tidak sembuh dengan cara terapi lainnya yang lebih sederhana. Penderita hemoroid derajat IV yang mengalami thrombosis dan kesakitan hebat dapat ditolong segera dengan hemoroidektomi. Prinsip yang harus diperhatikan pada hemoroidektomi adalah eksisi yang hanya dilakukan pada jaringan yang benar-benar berlebihan. Eksisi sehemat mungkin dilakukan pada anoderm dan kulit yang normal dengan tidak mengganggu sfingter anus. Tindak bedah lain Dilatasi anus yang dilakukan dalam anestesi dimaksudkan untuk memutuskan jaringan ikat yang diduga menyebabkan obstruksi jalan ke luar anus atau spasme yang
  • 26. merupakan faktor penting dalam pembentukan hemoroid. Metode dilatasi menurut Lord ini kadang disertai dengan inkontinensia sehingga tidak dianjurkan. Dengan terapi yang sesuai, semua hemoroid simtomatis dapat dibuat menjadi asimtomatis. Pendekatan konservatif hendaknya diusahakan terlebih dahulu pada semua kasus. Hemoroidektomi pada umumnya memberikan hasil yang baik. Sesudah terapi penderita harus diajari untuk menghindari obstipasi dengan makan makanan serat agar dapat mencegah timbulnya kembali gejala hemoroid.
  • 27. BAB IV ANALISIS KASUS Pasien laki-laki 32 tahun datang dengan keluhan benjolan yang menetap di anus sejak 3 hari SMRS. Pasien mengatakan bahwa terdapat benjolan bila BAB, keluar dari dubur, yang awalnya dapat masuk kembali secara spontan setelah BAB, yang akhirnya harus menggunakan jarinya untuk dimasukan kembali, kemudian tidak bisa dimasukkan. Benjolan yang dikatakan pasien harus dibedakan apakah itu dinding rektum yang berarti prolaps rektum atau prolaps mukosa yang berarti hemoroid interna. Anamnesis lainnya untuk memperjelas, apakah pasien masih dapat menahan rasa keinginan BAB nya atau tidak, bila tidak itu menandakan adanya prolap rektum. Pasien mengatakan, ia masih dapat menahan keinginan BABnya. Pasien mengatakan adanya BAB berdarah. Kita harus cari tahu dulu, asal perdarahannya. Apakah dari saluran cerna bagian atas atau bawah. Anamnesis selanjutnya, menanyakan warna darah yang terlihat apakah merah segar (hematoksezia) atau merah kehitaman (melena), pasien mengatakan warna darah merah segar. Berarti yang terpikirkan keadaan patologis apa saja yang menyebabkan perdarahan saluran cerna bagian bawah. Beberapa penyakit yang sering terkait dengan pasien yang berusia setengah baya adalah tumor kolon, polip kolon, hemoroid, fisura ani, dan infeksi (amebiasis). Dilanjutkan dengan pertanyaan, apakah darah yang keluar bercampur dengan feses atau tidak. Bila tidak, berarti berasal dari hemoroid atau fisura anus. Pasien mengatakan saat BAB berdarah tidak menimbulkan rasa nyeri. Hal ini dapat menyingkirkan diagnosis fisura ani, yang tiap BAB timbul rasa nyeri. Dikonfirmasi pula dengan pemeriksaan fisik, pada inspeksi tidak ditemukanya fisurra pada ani. Pasien mengatakan jarang makan sayur dan buah, jarang berolahraga dan melakukan aktivitas fisik. Pasien tidak pernah melakukan hubungan seks perianal. Pemeriksaan fisik didapatkan pada mata didapatkan konjungtiva anemis dan TD 110/70 mmHg. Pemeriksaan jantung, paru, abdomen, ekstremitas dalam batas normal. Pada region anus didapatkan Inspeksi : Pada posisi jam 3 terdapat benjolan berbentuk bulat berwarna kemerahan di sekitar anus dengan ukuran 2 x 2 x 2 cm. Palpasi : nyeri tekan (-), konsistensi kenyal, mudah digerakkkan. Pada pasien didapatkan conjungtiva anemis pada kedua mata dan tekanan darah 110/70 mmHg, dianjurkan untuk dilakukan pemeriksaan darah rutin untuk
  • 28. mengkonfirmasi jumlah Hb. Jika Hb di bawah 8 g/dL, direncanakan transfuse untuk memperbaiki keadaan umum pasien sebelum dilakukan tindakan hemoroidektomi. Tata laksana pada pasien, diberikan obat untuk memperbaiki defekasinya, sebagai pencahar, yaitu Laxadine. Ardium diresepkan untuk pasien untuk memperbaiki inflamasi, perdarahan, dan prolaps. Pasien juga diberikan Transamin dan Vit.K dengan tujuan untuk hemostatiknya. Tata laksana selanjutnya adalah, menghentikan perdarahan langsung dari sumber perdarahannya. Dalam hal ini, dilakukan hemoroidektomi.
  • 29. BAB V PENUTUP DAFTAR PUSTAKA 1. Simadibrata,M.Hemoroid. Dalam: Sudoyo AW, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 1. Edisi 5. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 2009. hal 587-90. 2. Jong WD, Sjamsuhidayat R. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC; 2005. hal 672-75. 3. Sylvia A.price. Gangguan Sistem Gastrointestinal. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC ; 2005. 4. Junaidi P, Soemasto AS, Amelz H. Perdarahan per anum. Dalam : Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculapius FKUI. 1982. h 362-4. 5.