Presentasi kasus mengenai pasien laki-laki berusia 39 tahun dengan diagnosa skizofrenia paranoid. Pasien mengalami halusinasi auditorik dan taktil serta memiliki waham kebesaran dan pengendalian. Diagnosa yang ditegakkan adalah skizofrenia paranoid berdasarkan kriteria PPDGJ-III.
1. PRESENTASI KASUS
SKIZOFREN
PARANOID
Pembimbing :
dr.Hendy Yogya SpKJ (K)
Presentan :
Ike Setiowati (FK UPN)
2. Identitas Pasien
Nama : Tn. E
Jenis Kelamin : Laki – Laki
TTL : Jakarta, 3 Oktober
1973
Usia : 39 Tahun
Alamat : Kampung
Baru,Jakarta Selatan
Status : Menikah
Agama : Islam
Pekerjaan : TNI
Pangkat : Serka
Kesatuan : Ditpalad
3. Riwayat Psikiatri
Cara Anamnesa
o Autoanamnesa : 27 November – 5
Desember 2012
o Alloanamnesa : 4 Desember 2012
Keluhan Utama
Pasien mengamuk dan memukuli orang
tuanya
4. Riwayat Penyakit
Sekarang
Diantar oleh adik ipar – 31 Oktober
2012
o Mengamuk terhadap orang tua
Tetangga & teman kerja iri ke pasien
o Hidup jujur & prestasi baik
o Mengganggu pasien setiap saat
1 hari SMRS – bertengkar dengan
teman kerja
Halusinasi taktil & auditorik
Waham kebesaran, waham
5. Riwayat Penyakit
Sebelumnya
1996 1998 2012
Onset Putus
Pertama Obat
Konsumsi obat
Sering kambuh
6. Riwayat Penggunaan Zat
Pasien tidak menggunakan zat
psikoaktif diluar yang diberikan
dokter
Pasien perokok berat – 7
bungkus/hari
o Sejak masuk militer
7. Riwayat Kehidupan
Pribadi
Lahir – 9 bulan, normal, 3,5kg
Bayi – imunisasi lengkap, ASI 1,5
tahun
Masa sekolah
o Ranking I, aktif bersosialisasi
o Berbakti kepada orang tua, rajin sholat
Masa dewasa
o Pendidikan terakhir – SMA
o Masuk SECABA – kerja tentara hingga
saat ini
o Hobi – olah raga, bekerja
8. Riwayat Kehidupan
Pribadi
Pernikahan = 1997 –2002
Agama = Islam, sejak gangguan – tidak sholat
Psikoseksual = dapat menikmati, heteroseksual
Aktivitas sosial
o Saat sekolah sangat aktif bersosialisasi
o Hanya menjadi pendiam saat gangguan kambuh
Keluarga
o Anak pertama dari 3 bersaudara
o Sangat disayang orang tua
o Tidak ada riwayat penyakit serupa
9. Riwayat Kehidupan
Pribadi
Persepsi pasien – diri sendiri &
lingkungan
o Sadar berada di bangsal jiwa
o Sadar menderita skizofrenia
Persepsi keluarga – pasien
o Orang tua sayang kepada pasien
o Pasien tertutup
o Pasien masih dapat bersosialisasi
10. Status Mental
Penampilan Psikomotor
• Sesuai usia • Duduk tenang
• Rapi • Kontak mata
• Gizi kurang (+)
baik • Ekspresi (+)
• Rileks
12. Status Mental
Bentuk &
Isi Pikiran
Proses Pikiran
• Koheren • Waham
• Tidak logis kebesaran
• Waham
bizzare
13. Status Mental
Kesadaran = CM, GCS 15
Orientasi = waktu, tempat, orang (+)
Persepsi = halusinasi taktil &
auditorik
Daya ingat = jangka panjang,
sedang, pendek, segera (+)
Konsentrasi= dapat menghitung 100-
7
14. Status Mental
Inteligensia
o Wawasan luas – politik, agama, bahasa
Baca – tulis = baik
Visuospatial = baik
Pikiran abstrak = baik
Tilikan = derajat 3
15. Status Interna
Keadaan Umum : baik
Kesadaran :
komposmentis
Status Gizi : baik,
terkesan obesitas
Tanda – Tanda Vital
o Tekanan Darah : 100/70
o Laju Nadi : 90x/menit
o Laju Pernapasan : 18x/menit
16. Status Interna
Status Generalis
o Kepala : normosefal
o Mata : sklera ikterik -/-;
konjungtiva anemis -/-
o Leher : tidak ada pembesaran
KGB
o Thoraks : tidak ada deformitas
o Abdomen : supel, agak buncit
o Ekstremitas : akral hangat, edema (-)
17. Status Neurologis
Tanda rangsang meningeal: (-)
Gejala ekstrapiramidal : (-)
Motorik : normotonus, kekuatan baik
Sensorik : dalam batas normal
18. Ikhtisar Penemuan
Bermakna
Laki – laki, 39 tahun, Islam, SMA
Datang – diantar adik ipar –
mengamuk
Pasien
o Merasa dibenci oleh tetangga, orang tua,
teman kerja = tidak benar
Status mental
o Anhedonia, afek luas & labil
o Waham kebesaran, waham bizzare, waham
pengendalian, dan waham kejar
o Halusinasi taktil & auditorik
19. Formulasi Diagnosis
Axis I
o F20.0 Skizofrenia Paranoid
Axis II
o F60.0 Gangguan Kepribadian Paranoid
Axis III
o Obesitas
Axis IV
o Kurangnya dukungan Primary Support Group
Axis V
o GAF Scalae 50-41 (pasien mengalami gejala berat
dan disability berat)
20. Daftar Masalah
Organobiologik : tidak ada
Psikologik
o Mood : anhedonia
o Afek : labil
o Persepsi : halusinasi auditorik & taktil
o Isi pikir : waham kebesaran, waham bizzare,
waham
pengendalian, dan waham kejar
Sosiokultural
o Masalah pada primary support group
21. Prognosis
Quo ad vitam : bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad malam
22. Penatalaksanaan
Medikamentosa
o Risperidone 2 x 3mg tab
o Seroquel 2 x 200 mg
Non-Medikamentosa
o Psikoterapi & Edukasi Pasien
o Edukasi Keluarga
25. Kriteria Skizofren Paranoid
PPDGJ-III
Harus ada sedikitnya satu gejala berikut yang amat jelas :
“Thought insertion or withdrawal : isi pikiran yang asing
dari luar masuk ke dalam pikirannya diambil keluar oleh
sesuatu dari luar dirinya (withdrawal).
Halusinasi auditorik -> suara halusinasi yang
berkomentar secara terus menerus terhadap perilaku
pasien.
Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham
dikendalikan (delusion of control), dipengaruhi (delusion
of influence), atau “passivity” (delusion of passivity), dan
keyakinan dikejar-kejar yang beraneka ragam, adalah
yang paling khas.
Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraaan,
serta gejala katatonik secara relatif tidak nyata dan tidak
Mengamuk terhadap orang tua yang menurut pasien, yang menurut pasien karena semua orang di sekitarnya berbuat jahat kepadanya. Namun menurut ibu pasien, pasien tiba2 mengamuk tanpa alasan yang jelas. Padahal beberapa jam sebelum itu, pasien membantu ibunya dan berbicara kepada ibunya.Hidup jujur. Pasien bercerita bahwa ia masuk ke tentara tanpa menyogok sedangkan teman – temannya menyogok.Prestasi baik, karena pasien menjadi lulusan terbaik sejakarta saat diterima di tentara.Pasien merasa tetangga dan teman kerjanya selalu berusaha mengganggu pasien saat pasien sedang istirahat, sehingga membuatnya marah.Menurut ibu pasien, semua ini sebenarnya tidak benar. Tetangga pasien selalu bersikap baik dan ramah terhadap pasien, begitu pula sebaliknya.1 hari SMRS pasien bertengkar dengan teman kerjanya hingga atasan pasien membentak pasien agar tidak usah masuk kerja lagi. Sejak saat itu pasien mulai murung dan tidak masuk kerja.Pasien mengaku sering diganggu saat tidur oleh suara – suara dan sering ditarik – tarik saat dirawat sehingga mengganggu tidur pasien. Menurut ibunya, pasien sering mengeluh mendengar suara – suara yang menyuruhnya untuk membunuh orang. Ini hanya terjadi dekat – dekat saat kekambuhan penyakit pasien. Selain dari saat kambuh, pasien tidak pernah mengeluh mendengar suara tersebut.Pasien merasa bahwa ia memiliki kekuatan telepati dan juga memiliki kekuatan super yang keluar hanya pada saat negara sedang dalam bahaya.ia juga merasa memiliki ilmu selevel malaikat sehingga ia dapat selalu hidup jujur
Pasien pertama kali mengalami kejadian ini yaitu pada tahun 1996.Menurut pasien ia mengamuk karena tetangga di sekitarnya membenci pasien karena mereka memiliki ideologi PKI. Menurut pasien ibu pasien juga mulai membenci pasien dan memaki pasienMenurut ibu pasien, semua itu terjadi secara tiba2, dan pasien mengamuk secara tiba2, tanpa alasan. Ibu pasien menduga hal itu disebabkan karena pasien baru putus dari pacarnya, padahal pasien masih sangat cinta pada pacarnya itu.Ibu pasien mengatakan bahwa orang tua pasien sangat menyayangi pasien karena ia anak laki2 satu2nya. Tetangga pasienpun tidak ada yang berbuat jahat terhadap pasien. Pasien ini sebenarnya sangalah akrab dengan tetangga sekitarnya saat tidak kambuh.Saat onset pertama, pasien langsung dibawa ke RSPAD dan kemudian dirawat selama 2 minggu. Sejak saat itu pasien mulai mengonsumsi obat secara rutin.Pasien hanya pernah 1x putus obat, dan gangguan pasien kambuh kembali dan pasien lalu mengamuk.Di luar putus obat itu, gangguan pasien tetap sering kambuh, walau pasien rajin minum obat. Setiap kali kambuh pasien mendengar suara – suara dan mengamuk, lalu dirawat kembali di bangsal jiwa.Frekuensi kambuh pasien tidak menentu, kata ibu pasien pernah ada 1 tahun bebas kekambuhan.
RIWAYATPasien selama sekolah sangat aktif bersosialisasi, sehingga memiliki banyak temanOlah raga yang disukai pasien adalah silat, atletik dan mendaki gunungPasien mengaku ia sangat senang bekerja mencari nafkah untuk keluarganya.
RIWAYATPasien menikah pada tahun 1997 lalu pasien pindah ke rumah kontrakan bersama istrinya. pada tahun 2002 pasien pisah rumah dengan istrinyaMenurut pasien, istrinya telah dihasut oleh tetangganya untuk membenci pasienNamun menurut ibunya, istri pasien pisah rumah karena takut dipukul oleh pasien saat kambuhPasien memeluk agama islam. Pasien sangat rajin sholat sampai sebelum ia mulai mengalami gangguan. Sejak mengalami gangguan, pasien merasa sakit kepala setiap kalisholat sehingga ia tidak sholat.Pasien sangat aktif bersosialisasi dan memiliki banyak teman. Namun pasien langsung berubah saat gangguannya kambuh.
Pasien rileks saat berbicara
Pasien merasa tidak ada sesuatu yang dapat membuatnya senangAfek pasien luas. Ia dapat mengekspresikan setiap perkataannya dengan baik. Afek pasien juga labil karena afek dapat berubah dengan stimulus dengan cepat.
Pasien dapat menceritakan mengenai presiden – presiden indonesia serta kejadian yang terjadi saat masa pemerintahannyaPasien dapat menceritakan cerita filosofis dari alquran dan menjelaskan artinyaPasien sering mengutip beberapa peribahasa saat berbicara dengan pemeriksaPasien mengetahui penyakit yang dideritanya, namun menyalahkan roh halus sebagai penyebabnya
Dari pemeriksaan ditemukan adanya distress dan disability, sehingga termasuk gangguan jiwa
Pasien sebaiknya diberikan psikoterapi suportif, yaitu menjadi tempat pasien bercerita mengenai masalahnya dengan luas,sehingga pasien dapat lebih tenangPasien juga dilatih agar tidur cukup, berolah raga rutin, mencoba kembali aktivitas yang menyenangkan seperti nonton TVEdukasi keluarga pasien menyangkut keadaan pasien yang tertutup. Diharapkan bahwa keluarga dapat melakukan pendekatan kepada pasien sehingga pasien lebih terbuka sehingga dapat berceritaKeluarga pasien juga diedukasi mengenai pengobatan pasien. Pasien harus minum obat tersebut secara teratur walau gejalanya sudah mereda karena gangguan yang dialami pasien akan kambuh kembali apabila obat dihentikan
Dari pemeriksaan ditemukan adanya distress dan disability, sehingga termasuk gangguan jiwa