Berdasarkan dokumen tersebut, pasien perempuan berusia 41 tahun datang dengan keluhan gelisah yang dialami selama 2 bulan. Pasien mengalami gangguan persepsi berupa halusinasi auditorik dan gejala lain seperti mondar-mandir, bingung saat diajak bicara, tidak bisa tidur yang mengarah pada diagnosis skizofrenia.
TERBAIK!!! WA 0821 7001 0763 (FORTRESS) Aneka Pintu Aluminium di Banda Aceh.pptx
SKIZOFRENIANYTT
1. Skizofrenia YTT (F20.9)
BAGIAN PSIKIATRI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
LAPORAN KASUS
AGUSTUS 2022
Oleh:
Muhammad Sabda Rahmat Zulkifi, S.Ked
Pembimbing:
dr. Lanny Pratiwi, Sp.KJ
2. Identitas Pasien
Nama : Ny. S
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat/Tanggal Lahir : Kalotok / 05 Januari 1981 ( 41 Tahun)
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Warga Negara : Indonesia
Suku Bangsa : Makassar
Pendidikan : SD
Alamat : Pandak Kec. Masamba
Nama Keluarga : Nurul
Dibawa Oleh : Anak
Pasien datang ke poli jiwa dadi pada kamis, 23 Juli 2022 diantar oleh anaknya .
Diagnosa Sementara : Skizofrenia YTT (F20.9)
4. Riwayat Psikiatrik
A. Keluhan Utama : Gelisah
B. Riwayat Gangguan Sekarang
1) Keluhan dan Gejala
Pasien perempuan usia 41 tahun datang untuk ketiga kali ke Poli Jiwa RS Dadi Makassar diantar oleh
keluarga karena gelisah dialami 2 bulan, dan memberat saat 3 hari terakhir. Pasien sering mondar-mandir, tampak bingung
saat diajak bicara, pembicaraan tidak nyambung, tidur terganggu, makan sedikit, mandi jarang. Awal perubahan perilaku
sejak 6 bulan yang lalu, pasien tampak banyak diam, kadang bicara sendiri. Keluarga mengatakan pasien banyak
memikirkan sesuatu sehingga tampak sering stress dan keluhan memberat.
Riwayat pengobatan jiwa sejak 6 tahun yang lalu di RSKD Dadi dirawat sekitar 1 bulan dan dilanjut berobat di
Puskesmas namun tidak teratur minum obat. Berdasarkan autoanamnesis dari pasien itu sendiri pasien sulit tidur karena
memikirkan anaknya yang sudah menikah dan tinggal di rumah yang lain. Pasien juga mengatakan seperti ada yang
membisik jangan makan dan jangan sholat kepadanya. Pasien juga mengeluh selalu merasa sedih.
2) Hendaya/Disfungsi :
• Hendaya sosial : Ada
• Hendaya pekerjaan : Ada
• Hendaya waktu senggang : Ada
3) Faktor Stressor Psikososial : Memikirkan anaknya yang jauh darinya
5. Riwayat Psikiatrik
C. Riwayat Gangguan Sebelumnya
1) Riwayat Penyakit Dulu/Sekarang :
- Riwayat Diabetes Mellitus tipe II
- Riwayat trauma (-)
- Riwayat kejang (-)
2) Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif : NAPZA tidak ada
D. Riwayat Psikiatrik Sebelumnya : Pasien mempunyai riwayat keluar masuk RSKD dadi dengan keluhan dan gejala
yang sama.
E. Riwayat Kehidupan Pribadi
1) Riwayat Prenatal dan Perinatal (0-1 tahun)
Pasien lahir pada tanggal 05 Januari 1981, berat badan lahir tidak diketahui, proses persalinan normal di rumah.
Pertumbuhan dan perkembangan baik.
Setelah tamat SD, pasien berkebun, jual sayur-sayuran dan membantu pekerjaan rumah. Pasien sudah tidak
melanjutkan pendidikannya.
6. Riwayat Psikiatrik
2) Riwayat Kanak Awal (1-3 tahun)
Perkembangan pasien sama dengan perkembangan anak-anak pada umumnya. Pasien tinggal bersama kedua
orang tuanya dan diasuh oleh keduanya. Pasien tidak mengalami gangguan perilaku, mampu bermain dan bergaul
bersama teman seusianya.
3) Riwayat Kanak Pertengahan (3-11 tahun)
Pasien dapat bergaul dengan baik dengan temannya. Pasien tinggal bersama orangtua dan mendapatkan perhatian
yang baik
4) Riwayat Kanak Akhir dan Remaja (12-18 tahun)
E. Riwayat Masa Dewasa
a. Riwayat Pendidikan : Riwayat pendidikan terakhir SD
b. Riwayat Pekerjaan : IRT
c. Riwayat Pernikahan : Menikah
d. Riwayat Kehidupan sosial : Interaksi sosial pasien baik, mudah bergaul dengan teman dan keluarganya.
e. Riwayat Agama : Pasien memeluk agama Islam dan menjalankan kewajiban dengan baik
7. Riwayat Psikiatrik
F. Riwayat Kehidupan Keluarga
Pasien merupakan anak ke-1 dari 2 bersaudara (♂♀). Pasien tinggal dan dibesarkan oleh orangtuanya. Hubungan
dengan orang tua dan keluarga lainnya baik.
G. Situasi Sekarang : Pasien saat ini tinggal bersama dengan satu anaknya dan suaminya
H. Persepsi Pasien tentang diri dan kehidupan : Pasien merasa sakit dan berharap bisa sembuh. Pasien ingin kerja
kembali, dan bertemu keluarganya.
8. A. Deskripsi Umum
1) Penampilan
Seorang wanita, perawakan sedang, wajah sesuai umur (41 tahun), kulit sawo matang, memakai
daster berwarna ungu muda, rambut ikal, dan perwatan diri baik.
2)Kesadaran
• Kualitatif : Baik || • Kuantitatif : Compos Mentis, GCS (E4M6V5)
3) Pembicaraan : Pasien menjawab pertanyaan dengan spontan dan lancar
4) Sikap terhadap pemeriksa : Kooperatif saat diwawancarai
B. Keadaan Afektif
1) Mood : Eutimik (Dalam rentang normal, tidak ada mood yang tertekan/melambung)
2) Afek : Appropriate (Sesuai/Normal)
3) Empati : Psikotik (tidak dapat di raba/rasakan)
STATUSMENTAL
9. C. Fungsi Intelektual
1) Taraf Pendidikan, Pengetahuan, Kecerdasan : Sesuai dengan tingkat pendidikan, tidak
terganggu.
2) Orientasi
• Waktu : Baik || • Orang : Baik || • Tempat : Baik
3) Daya Ingat
• Jangka panjang : Baik || • Jangka segera : Baik || • Jangka pendek : Baik
4) Konsentrasi dan Perhatian : Cukup
5) Pikiran Abstrak : Cukup
6) Bakat Kreatif : Tidak ada
7) Kemampuan Menolong Diri Sendiri : Cukup
STATUSMENTAL
10. D. Gangguan Persepsi
1) Halusinasi :
Halusinasi Auditorik : Pasien mengaku mendengar suara-suara yang menyuruhnya jangan sholat dan
jangan makan.
2) Ilusi : Tidak ada
3) Depersonalisasi : Tidak ada
4) Derealisasi : Tidak ada
E. Proses Berpikir
1) Arus Pikiran : Relevan
2) Isi Pikiran
• Preokupasi : Tidak ada
• Waham : Tidak ada
STATUSMENTAL
11. 3) Hendaya Berbahasa : Tidak ada hendaya dalam berbahasa
F. Pengendalian Impuls : Selama wawancara, impuls pasien dapat dikendalikan dengan baik.
G. Daya nilai:
• Norma sosial :Tidak Terganggu
• Uji daya nilai :Tidak Terganggu
• Penilaian realitas :Tidak Terganggu
H. Tilikan (insight) : Derajat 2 (menyadari dirinya sakit, tetapi segera mengoreksi)
I. Taraf dapat dipercaya : Cukup dapat dipercaya
STATUSMENTAL
12. Pemeriksaan Fisik dan Neurologis
a. Status internus
1) Kesadaran umum : Baik
2) Kesadaran : Compos Mentis, GCS
(E4M6V5)
3) TTV :
Tekanan darah : 120/90 mmHg
Nadi : 88x/menit
Pernapasan : 20x/menit
Suhu : 36,9 C
b. Status Neurologis
1. Kesadaran : Compos Mentis, GCS (E4M6V5)
2. Rangsang Menings : Tidak dilakukan
3. N.Cranialis : Tidak dilakukan
4. Motorik : Dalam batas normal
5. Sensorik : Dalam batas Normal
6. Refleks Fisiologis : Tidak dilakukan
7. Refleks Patologis : Tidak dilakukan
13. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA
Pasien perempuan usia 41 tahun datang untuk ketiga kali ke Poli Jiwa RS Dadi Makassar diantar oleh keluarga
karena gelisah dialami 2 bulan, dan memberat saat 3 hari terakhir. Pasien sering mondar-mandir, tampak bingung saat diajak
bicara, pembicaraan tidak nyambung, tidur terganggu, makan sedikit, mandi jarang. Awal perubahan perilaku sejak 6 bulan
yang lalu, pasien tampak banyak diam, kadang bicara sendiri. Keluarga mengatakan pasien banyak memikirkan sesuatu
sehingga tampak sering stress dan keluhan memberat.
Riwayat pengobatan jiwa sejak 6 tahun yang lalu di RSKD Dadi dirawat sekitar 1 bulan dan dilanjut berobat di
Puskesmas namun tidak teratur minum obat.
Berdasarkan autoanamnesis dari pasien itu sendiri pasien sulit tidur karena memikirkan anaknya
yan yang sudah menikah dan tinggal di rumah yang lain. Pasien juga mengatakan seperti ada yang
membisik jangan makan dan jangan sholat kepadanya. Pasien juga mengeluh selalu merasa sedih
14. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA
Faktor yang menjadi stressor yaitu ketika pasien selalu memikirkan anaknya yang sudah menikah dan tinggal
jauh darinya. Saat itu pasien merasa selalu sedih dan kesepian.
Pada hasil pemeriksaan kesadaran baik dan GCS 15 (composmentis). Pasien cukup kooperatif saat
diwawancarai, mood Eutimik (dalam rentang normal, tidak ada mood yang tertekan/melambung), Afek appropriate, dan
empati tidak dapat diraba/rasakan. Fungsi kognitif baik sesuai dengan taraf pendidikan, tidak terganggu. Gangguan persepsi
berupa halusinasi auditorik. Arus pikir relevan, tidak terdapat gangguan isi pikir. Pasien menyadari dirinya sakit, tetapi segera
mengoreksi (tilikan derajat 2) dan secara umum yang diutarakan oleh pasien cukup dapat dipercaya.
15. Diagnosis Multiaksial
Gelisah, selalu mondar mandir, tampak bingung
saat diajak bicara, tidak bisa tidur, dan memiliki
gangguan persepsi berupa halusinasi auditorik
yang dimana gejala khas tersebut telah
berlangsung kurang lebih 2 bulan yang lalu. Maka
hal ini dapat didiagnosis sebagai skizofrenia
(F20.)
AKSIS I AKSIS II
Tidak ada ciri kepribadian yang khas
AKSIS IV
Pasien memikirkan anaknya yang
jauh darinya.
AKSIS III
Riwayat penyakit Diabetes Mellitus tipe II
AKSIS V
GAF Scale 60-51 (Gejala
sedang/moderate, disabiltas sedang)
17. Rencana Terapi
Ventilasi
Memberi kesempatan pasien
untuk mengungkapkan isi
hati agar lega
Persuasi
Membujuk pasien untuk
kontrol & minum obat rutin
Sugesti
Membangkitkan kepercayaan
diri bahwa ia dapat sembuh.
Sosioterapi
Memberi penjelasan pada orang
terdekat agar tercipta dukungan
untuk membantu proses
penyembuhan.
R/ Risperidon 2 mg / 12 jam / oral
18. DISKUSI
Menurut World Health Organization (WHO), skizofrenia adalah keadaan penyakit mental yang mempunyai karakterisasi
distorsi dalam berpikir, persepsi, emosi, bahasa, perilaku, dan keadaan diri sendiri, yang disebut juga dengan psikosis. Gejala-
gejala umum yang biasa dialami oleh orang dengan skizofrenia adalah adanya halusinasi pendengaran, penglihatan, atau
perabaan sesuatu yang tidak nyata, adanya delusi, yaitu keyakinan atau kecurigaan palsu yang tetap tetapi tidak dimiliki oleh
orang lain dalam budaya orang tersebut dan dipegang teguh bahkan ketika diberikan bukti yang bertentangan, adanya
perilaku abnormal, dimana didapatkan perilaku tidak teratur seperti jalan tanpa tujuan, bergumam atau tertawa diri sendiri,
memiliki penampilan diri, adanya pengabaian pada diri sendiri atau tampak tidak terawat, adanya bicara tidak teratur, tidak
koheran, atau tidak relevan, dan/atau adanya gangguan emosi yang ditandai dengan apatis atau adanya ketidakserasian
antara perasaan yang ia katakan dengan ekspresi wajah atau bahasa tubuhnya.
Skizofrenia adalah gangguan yang berlangsung selama minimal 6 bulan dan mencakup setidaknya 1 bulan gejala fase aktif.
Sementara itu gangguan skizofrenia dikarakteristikan dengan gejala positif (delusi dan halusinasi), gejala negatif (apatis,
menarik diri, penurunan daya pikir, dan penurunan afek), dan gangguan kognitif (memori, perhatian, pemecahan masalah, dan
sosial). Terdapat beberapa tipe dari skizofrenia (Paranoid, hiberfrenik, katatonik undifferentiated, dan Residual).
Gejala positif skizofrenia terwujud dalam berbagai bentuk, termasuk distorsi realitas. Halusinasi adalah persepsi proses
sensorik tanpa adanya sumber eksternal. Halusinasi bisa berupa pendengaran, penciuman, visual, gustatory, atau somatik.
Sebagian besar penderita skizofrenia mengalami halusinasi pendengaran. Gangguan lain yang ada pada kebanyakan
penderita skizofrenia adalah pemikiran delusi. Delusi bisa jadi aneh dan jelas tidak masuk akal, atau bisa juga masuk akal dan
bisa dimengerti namun tidak benar.
19. DISKUSI
Gejala negatif menunjukkan tidak adanya atau berkurangnya proses otak normal. Gejala negatif termasuk pengaruh
tumpul, penarikan emosional, penarikan sosial, hubungan yang buruk dengan orang lain, kesulitan dengan pemikiran
abstrak, kehilangan percakapan spontan, dan pemikiran stereotip. Gejala negatif skizofrenia berhubungan dengan onset
penyakit yang berbahaya, remisi yang lebih sedikit, dan prognosis jangka panjang yang lebih buruk. Mereka juga dikaitkan
dengan keterampilan interpersonal premorbid yang lebih buruk, kecerdasan kecerdasan (IQ) yang lebih rendah, dan
cenderung berkembang seiring waktu. (3) Gejala kognitif, seperti gangguan perhatian, memori kerja, atau fungsi eksekutif.
Selain itu, kekambuhan dapat terjadi karena gejala positif, seperti kecurigaan, delusi, dan halusinasi.
Gejala afektif, misalnya mood depresi dan anxietas. Sedangkan gejala kognitif misalnya defisit memori kerja, episodic,
atensi, verbalisasi, dan fungsi eksekutif. Defisit memori kerja berhubungan kuat dengan fungsi pekerjaan.
Kriteria diagnostik dari skizofrenia paranoid menurut PPDGJ-III adalah :
*Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia.
*Sebagai tambahan:
- Halusinasi dan/atau waham harus menonjol;
a) Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi perintah, atau halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal
berupa bunyi pluit (whistling), mendengung (humming), atau bunyi tawa (laughing);
20. DISKUSI
b) Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual, atau lain-lain perasaan tubuh; halusinasi visual
mungkin ada tetapi jarang menonjol;
c) Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham dikendalikan (delusion of control), dipengaruhi (delusion of
influence), atau “passivity” (delusion of passivity), dan keyakinan dikejar-kejar yang beraneka ragam, adalah yang paling khas;
- Gangguan afektif, dorongan, kehendak dan pembicaraan, serta gejala katatonik secara relatif tidak nyata/tidak menonjol.
Terapi farmakologi masih merupakan pilihan utama pada skizofrenia. Pilihan terapi pada skizofrenia dipilih berdasarkan target
gejala pada pasien skizofrenia. Tujuan pengobatan adalah untuk mencegah bahaya pada pasien, mengontrol perilaku pasien,
dan untuk mengurangi gejala psikotik pada pasien seperti agitasi, agresif, negatif simptom, positif simptom, serta afek.
Rencana terapi yang diberikan adalah antipsikotik atipikal golongan benzixosazole yaitu resperidon 2 x 2mg selama 5 hari
sebagai dosis inisial. Resperidon merupakan antipsikotik atipikal atau antipsikotik golongan II. Antipsikotik golongan II
merupakan golongan obat yang memiliki efek untuk mengurangi gejala negatif maupun positif. Jika dibandingkan dengan
antipsikotik golongan I resperidon mempunyai efektivitas yang lebih baik dalam mengontrol gejala negatif dan positif.
Pasien juga dapat diberikan terapi non medikamentosa yaitu psikoterapi suportif dan sosioterapi yang dianjurkan setelah
pasien tenang. Psikoterapi dilakukan untuk memperbaiki kemampuan sosial pasien dan memperbaiki hubungan interpersonal.
Selain itu, terapi sosioterapi dilakukan untuk keluarga pasien atau orang dekat pasien agar dapat menerima keadaan pasien
dan menciptakan suasana yang dapat mempercepat penyembuhan pasien.
21. DAFTAR PUSTAKA
1. World Health Organization. Schizophrenia [Internet]. 2019. Available at: who.int/news-
room/fact-sheets/detail/schizophrenia (Accessed: 21 October 2021).
2. Hendransyah F, 2016. Diagnosis and Management of the Paranoid Schizophrenia with
Positive and Negative Symptoms. Journal Medula Unila. Vol 4. No. 3.
3. Khan MN, Islam MM. 2017 Effect of exclusive breastfeeding on selected adverse health
and nutritional outcomes: A nationally representative study. BMC Public Health. Vol 17. No
1.
4. Patel KR, Cherian J, Gohil K, Atkinson D.2014. Schizophrenia: Overview and treatment
options. P T. Vol 39. No.9.
5. Utama, H, 2017, Buku Ajar Psikiatri (Edisi Ketiga), Jakarta, Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.
6. Maslim R. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III, DSM-
ICD-11. Cetakan 3. Jakarta : Penerbit Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya,
2019.
7. Sadock, Benjamin James, et al. Kaplan & Sadock’s Synopsis of Psychiatry:
BehaviouralSciences Clinical Psychiatry. Edisi ke-10. Lippincott Williams & Wilkins; 2007.