Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
5, BE & GG, Charviano Hardika, Hapzi Ali, Ethics and Business, Marketing Ethics, Universitas Mercu Buana, 2018
1. 5, BE&GG, Charviano Hardika, Hapzi Ali, Ethics and Business, Marketing Ethics,
Universitas Mercu Buana, 2018
Forum BE & GG, Minggu 5:
Wednesday, 3 October 2018, 6:50 PM
Jawablah Forum ini dengan baik dan benar:
Menurut saudara bagaimana implementasi Marketing Ethics di Indonesia apakah sudah berjalan
sebagaimana mestinya atau belum seperti yang diharapkan oleh pemerintah dan masyarakat luas,
dan apa kritik saudara terhadap Marketing ethic di Indonesia.
Selamat majawab Forum minggu ini.
Fungsi Etika Bisnis PT Garuda Indonesia Terhadap Perusahaan
Permasalahan etika bisnis yang terjadi di perusahaan bervariasi antara fungsi perusahaan yang satu
dan fungsi perusahaan lainnya. Hal ini terjadi karena operasi perusahaan sangat terspesialisasi
dalam berbagai bidang profesi, sehingga setiap fungsi perusahaan cenderung memiliki masalah
etika tersendiri. Berbagai permasalahan etika bisnis yang terjadi di beberapa bidang fungsi
perusahaan, yaitu: etika bisnis di bidang akuntansi (accounting ethics), keuangan (finance ethics),
produksi dan pemasaran (production and marketing ethics), sumber daya manusia (human
resources ethics), dan teknologi informasi (information technology ethics).
Di dalam PT Garuda Indonesia telah menerapkan fungsi etika bisnis yang masuk dalam Etika
Kepatuhan Dalam Bekerja, dimana etika ini dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Transparasi Komunikasi dan Informasi Keuangan
Setiap Insan Garuda Indonesia harus memiliki pemahaman yang baik mengenai ruang
lingkup, proses kerja, dan kinerja operasional maupun keuangan dalam rangka meningkatkan
keterlibatan dan kontribusi kerja serta penyampaian pelaporan yang transparan dan dapat
dipertanggungjawabkan. Perilaku yang harus ditampilkan oleh Insan Garuda Indonesia:
1) Mengungkapkan informasi Perusahaan dengan penuh kehati-hatian (prudent) dan sesuai
dengan kewenangan yang dimiliki.
2) Menghargai dan menjunjung tinggi kejujuran, ketulusan, keterbukaan dengan tetap
memperhatikan prinsip kehati-hatian.
3) Mematuhi standar pengungkapan informasi keuangan yang sudah diatur dalam
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
4) Harus selalu memberikan informasi yang lengkap, adil, akurat, tepat waktu dan
dapat dipahami dalam bentuk laporan-laporan dan dokumen-dokumen yang diarsipkan
oleh Garuda Indonesia, atau yang disampaikan kepada pemangku kepentingan.
5) Menjadikan informasi keuangan sebagai alat pengendali kegiatan.
6) Melaporkan berbagai macam informasi yang berdampak penting pada citra dan reputasi
perusahaan kepada atasan langsung atau Unit Kerja yang berwenang.
7) Selalu menjaga distribusi informasi perusahaan yang material dari potensi kebocoran.
2. Penanganan Benturan Kepentingan
Potensi benturan kepentingan yang muncul perlu dikelola dengan tujuan untuk mencegah
suasana kerja yang tidak kondusif dan mendorong semangat kerja yang independen serta
mengutamakan kepentingan perusahaan di atas kepentingan individu atau kelompok atau
golongan tertentu. Perilaku yang harus ditampilkan oleh Insan Garuda Indonesia:
1) Senantiasa menjaga integritas diri agar citra profesi dan Perusahaan dapat terjaga dengan
baik.
2. 2) Melaporkan kegiatan usaha atau segala hubungan yang dapat menimbulkan potensi
benturan kepentingan kepada atasan atau Unit Corporate Secretry.
3) Menghindari tindakan atau hubungan yang dapat memunculkan benturan dengan pekerjaan
atau kepentingan Garuda Indonesia.
4) Mendapatkan persetujuan dari atasan langsung sebelum menerima posisi sebagai
pejabat pada dewan dalam suatu Lembaga Swadaya Masyarakat, dimana Garuda Indonesia
mungkin mempunyai hubungan usaha dengan badan tersebut atau mempunyai
pengharapan untuk memperoleh bantuan keuangan atau bantuan lain dari Garuda
Indonesia.
5) Direksi dan Dewan Komisaris membuat pernyataan tahunan terkait benturan kepentingan.
3. Pengendalian Gratifikasi
Pada prinsipnya pemberian/penerimaan gratifikasi merupakan praktik bisnis yang wajar sejauh
hal tersebut dilakukan untuk kepentingan perusahaan serta menjaga reputasi perusahaan yang
dilandasi dengan nilai integritas dan mendasarkan setiap keputusannya kepada pertimbangan
profesional yang taat hukum.
Perilaku yang harus ditampilkan oleh Insan Garuda Indonesia:
1) Dalam memberikan gratifikasi atas nama Perusahaan harus dalam jumlah dan frekuensi
tidak melebihi dari yang ditetapkan Perusahaan atau yang ditetapkan lain oleh Perusahaan.
2) Dalam memberikan donasi atas nama perusahaan untuk tujuan sosial atau untuk tujuan
lain yang tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, harus
tidak melebihi batas yang ditetapkan oleh Pejabat yang berwenang.
3) Membuat laporan pengungkapan (disclosure) atas setiap penerimaan/pemberian gratifikasi
sesuai dengan tata cara yang ditetapkan perusahaan.
4. Perlindungan Terhadap Aset Perusahaan
Perlindungan terhadap aset perusahaan ditujukan untuk memastikan seluruh aset fisik,
keuangan, hak milik intelektual dan aset yang lain digunakan dan dilindungi secara optimal.
Perilaku yang harus ditampilkan oleh Insan Garuda Indonesia
1) Mengikuti standar akuntansi dan pelaporan yang berlaku umum dalam mencatat dan
melaporkan aset perusahaan.
2) Menggunakan aset perusahaan secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan
perusahaan;
3) Seluruh aset perusahaan baik fisik, keuangan dan lainnya harus dilindungi dari
penggunaan-penggunaan yang tidak sah seperti penggelapan (embezzlement) dan
kecurangan (fraud);
4) Insan Garuda Indonesia dilarang untuk menggunakan aset Perusahaan selain untuk
kepentingan perusahaan;
5. Perlindungan Terhadap rahasia Perusahaan
Kebijakan perlindungan terhadap rahasia perusahaan disusun untuk menjamin keamanan
informasi dan memastikan bahwa informasi yang perlu diungkapkan oleh Garuda Indonesia,
telah secara adil dan merata disampaikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan tanpa
adanya perlakuan istimewa untuk pihak tertentu. Perilaku yang harus ditampilkan oleh Insan
Garuda Indonesia:
1) Melindungi data, informasi dan dokumen perusahaan yang bersifat rahasia sejak dibuat
hingga pemusnahannya.
2) Menggunakan data, informasi dan dokumen perusahaan yang bersifat rahasia sesuai
dengan batasan kewenangan yang telah ditetapkan
3. 3) Melaporkan dengan segera kepada pimpinan saat mengetahui adanya penyalahgunaan
data, informasi dan dokumen perusahaan yang bersifat rahasia.
4) Melindungi kepentingan Pemegang Saham yang berpotensi dirugikan oleh tindakan
perdagangan yang dilakukan oleh orang dalam (insider trading).
5) Menghormati hak-hak kepemilikan informasi perusahaan lain dan mematuhi semua
peraturan perundangan yang berkaitan dengan masalah hak kepemilikan informasi.
6) Upaya pengumpulan informasi dari perusahaan lain harus dilaksanakan dengan
sepengetahuan atasan langsung atau Unit Kerja Corporate Secretary.
7) Menghubungi Unit Kerja Corporate Secretary, apabila ada keraguan ataupun masalah
yang timbul dalam kaitannya dengan masalah informasi Perusahaan.
Penegakan Etika Bisnis dan Etika Kerja PT Garuda Indonesia
Dengan adanya Etika Bisnis dan Etika Kerja Perusahaan terkadang sangat sulit untuk melakukan
identifikasi ketika terjadi masalah-masalah yang berhubungan dengan Etika Bisnis dan Etika Kerja
Perusahaan di tempat kerja dengan terjadinya interaksi antar Insan Garuda Indonesia, terdapat
perspektif yang berbeda-beda dan adanya tekanan-tekanan usaha, hal ini dapat mengurangi
kesadaran dan sensitivitas Insan Garuda Indonesia atas risiko terjadinya pelanggaran etika.
1. Pelaporan Pelanggaran
1) Petunjuk Pelaksanaan Pelaporan Pelanggaran
Apabila Insan Garuda Indonesia menemukan bahwa sebuah keputusan atau tindakan
inkonsisten dengan Etika Bisnis dan Etika Kerja Perusahaan, maka Insan Garuda
Indonesia harus segera melaporkan hal tersebut kepada atasan langsung atau pihak-pihak
yang disebutkan dalam Etika Bisnis dan Etika Kerja Perusahaan ini.
2) Whistle Blowing System (WBS)
Garuda Indonesia menyelesaikan setiap pelaporan pelanggaran yang diajukan Pemangku
Kepentingan termasuk Insan Garuda Indonesia dan atau Perwakilan Pemangku
Kepentingan Perusahaan dalam kaitan pelanggaran Etika Bisnis dan Etika Kerja
Perusahaan;
3) Penyelesaian pelaporan pelanggaran merupakan salah satu bentuk peningkatan
perlindungan Pemangku Kepentingan dalam rangka menjamin hak-hak Pemangku
Kepentingan berhubungan dengan perusahaan.
Pelaporan pelanggaran oleh Pemangku Kepentingan yang tidak segera ditindaklanjuti
berpotensi meningkatkan risiko reputasi bagi perusahaan. Untuk menyelesaikan pelaporan
pelanggaran, Perusahaan telah menetapkan kebijakan dan prosedur tertulis yang meliputi:
a) Penerimaan pelaporan pelanggaran
b) Penanganan dan penyelesaian pelaporan pelanggaran
c) Perlindungan pelapor
d) Pemantauan penanganan dan penyelesaian pelaporan pelanggaran.
Setiap pengaduan terhadap pelanggaran Etika Bisnis dan Etika Kerja yang dilakukan oleh Insan
Garuda Indonesia dapat dilaporkan melalui Whistle Blowing System (WBS) Garuda Indonesia,
yaitu PO Box 744 atau www.ga-whistleblower.com.
Pihak-pihak yang berpartisipasi dalam pelaporan pelanggaran berhak mendapat perlindungan
hukum dari perusahaan.
2. Sanksi Atas Pelanggaran
Atas pelanggaran terhadap Etika Bisnis dan Etika Kerja Perusahaan terdapat konsekuensi-
konsekuensi:
4. 1) Insan Garuda Indonesia yang terbukti melakukan pelanggaran atas Etika Bisnis dan Etika
Kerja Perusahaan dapat dikenai tindakan-tindakan disipliner berupa teguran lisan maupun
tulisan, peringatan keras dengan skorsing sampai pemutusan hubungan kerja;
2) Mitra Kerja Garuda Indonesia yang terbukti melakukan pelanggaran maka akan dikenakan
sangsi sesuai dengan peraturan dan kebijakan yang telah ditetapkan perusahaan;
3) Apabila kondisi yang ada melibatkan pelanggaran hukum, permasalahan dapat diteruskan
kepada pihak yang berwajib;
4) Apabila terbukti telah terjadi pelanggaran atas Etika Bisnis dan Etika Kerja Perusahaan
maka sifat dari tindakan disipliner yang diberikana akan diusulkan oleh Komite Eksekutif
Etika.
5) Sifat dari tindakan disipliner yang diambil, akan tergantung dari keseriusan pelanggaran
yang dilakukan.
Daftar Pustaka
http://tietapuspita.blogspot.com/2015/11/etika-bisnis-pada-pt-garuda-indonesia.html
5. Quiz Minggu 5
Setelah Anda pelajari matei minggu 5 BE & GG ini, yaitu Marketing Ethics, Buatkan resumenya
dan tambah dari sumber lain.
Resume
Marketing Ethics
Etika bisnis adalah standar-standar nilai yang menjadi pedoman atau acuan manajer dan segenap
karyawan dalam pengambilan keputusan dan mengoperasikan bisnis yang etik. Dibutuhkan
konsep pemasaran guna memasarkan produk tersebut sehingga laku terjual. Berbagai cara dapat
dilakukan untuk memasarkan produk perusahaan. Diantaranya melalui promosi di berbagai media
baik cetak maupun elektronik, membuat event atau acara tertentu, membuat jalur distribusi yang
baik, dan lain-lain.
etika bisnis dalam memasarkan produk untuk mencegah praktik-praktik pemasaran yang tidak
etis, yang ujungnya menimbulkan persaingan yang tidak sehat dan mencelakakan konsumen.
Meliputi etika pemasaran dalam konteks produk, etika pemasaran dalam konteks harga, etika
pemasaran dalam konteks distribusi/penyaluran, etika pemasaran dalam konteks promosi, dan juga
keetisan iklan. Menurut Philip Kotler, Pemasaran adalah suatu proses social yang didalamnya
individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan
menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak
lain.
Role of marketing ethics
menciptakan etika bisnis, Dalimunthe (2004) menganjurkan untuk memperhatikan beberapa hal
sebagai berikut:
a. Pengendalian Diri
Artinya, pelaku-pelaku bisnis mampu mengendalikan diri mereka masing-masing untuk tidak
memperoleh apapun dari siapapun dan dalam bentuk apapun.
b. Pengembangan Tanggung Jawab Sosial (Social Responsibility)
Pelaku bisnis disini dituntut untuk peduli dengan keadaan masyarakat, bukan hanya dalam
bentuk “uang” dengan jalan memberikan sumbangan, melainkan lebih kompleks lagi.
c. Mempertahankan Jati Diri
Mempertahankan jati diri dan tidak mudah untuk terombang-ambing oleh pesatnya
perkembangan informasi dan teknologi adalah salah satu usaha menciptakan etika bisnis.
d. Menciptakan Persaingan yang Sehat
Persaingan dalam dunia bisnis perlu untuk meningkatkan efisiensi dan kualitas, tetapi
persaingan tersebut tidak mematikan yang lemah, dan sebaliknya harus terdapat jalinan yang
erat antara pelaku bisnis besar dan golongan menengah kebawah, sehingga dengan
perkembangannya perusahaan besar mampu memberikan spread effect terhadap
perkembangan sekitarnya. Untuk itu dalam menciptakan persaingan perlu ada kekuatan-
kekuatan yang seimbang dalam dunia bisnis tersebut.
e. Menerapkan Konsep “Pembangunan Berkelanjutan”
Dunia bisnis seharusnya tidak memikirkan keuntungan hanya pada saat sekarang, tetapi perlu
memikirkan bagaimana dengan keadaan dimasa datang.
f. Menghindari Sifat 5K (Katabelece, Kongkalikong, Koneksi, Kolusi dan Komisi)
Jika pelaku bisnis sudah mampu menghindari sikap seperti ini, kita yakin tidak akan terjadi
lagi apa yang dinamakan dengan korupsi, manipulasi dan segala bentuk permainan curang
dalam dunia bisnis ataupun berbagai kasus yang mencemarkan nama bangsa dan Negara.
6. g. Mampu Menyatakan yang Benar itu Benar
Artinya, kalau pelaku bisnis itu memang tidak wajar untuk menerima kredit (sebagai contoh)
karena persyaratan tidak bisa dipenuhi, jangan menggunakan “katabelece” dari “koneksi” serta
melakukan “kongkalikong” dengan data yang salah. Juga jangan memaksa diri untuk
mengadakan “kolusi” serta memberikan “komisi” kepada pihak yang terkait.
h. Menumbuhkan Sikap Saling Percaya antar Golongan
Pengusaha Untuk menciptakan kondisi bisnis yang “kondusif” harus ada sikap saling percaya
(trust) antara golongan pengusaha kuat dengan golongan pengusaha lemah, sehingga
pengusaha lemah mampu berkembang bersama dengan pengusaha lainnya yang sudah besar
dan mapan.
i. Konsekuen dan Konsisten dengan Aturan main Bersama
Semua konsep etika bisnis yang telah ditentukan tidak akan dapat terlaksana apabila setiap
orang tidak mau konsekuen dan konsisten dengan etika tersebut. Mengapa? Seandainya semua
ketika bisnis telah disepakati, sementara ada “oknum”, baik pengusaha sendiri maupun pihak
yang lain mencoba untuk melakukan “kecurangan” demi kepentingan pribadi, jelas semua
konsep etika bisnis itu akan “gugur” satu semi satu.Memelihara Kesepakatan
j. Memelihara kesepakatan atau menumbuhkembangkan Kesadaran dan rasa memiliki terhadap
apa yang telah disepakati adalah salah satu usaha menciptakan etika bisnis.
k. Menuangkan ke dalam Hukum Positif
Perlunya sebagian etika bisnis dituangkan dalam suatu hukum positif yang menjadi Peraturan
Perundang-Undangan dimaksudkan untuk menjamin kepastian hukum dari etika bisnis
tersebut, seperti “proteksi” terhadap pengusaha lemah.
beyond the four Ps (Product, Price, Place, Promotion)
a. Pengertian Promosi
Promosi adalah upaya untuk memberitahukan atau menawarkan produk atau jasa pada dengan
tujuan menarik calon konsumen untuk membeli atau mengkonsumsinya. Dengan adanya
promosi produsen atau distributor mengharapkan kenaikannya angka penjualan.
b. Tujuan Promosi di antaranya adalah:
- Menyebarkan informasi produk kepada target pasar potensial
- Untuk mendapatkan kenaikan penjualan dan profit
- Untuk mendapatkan pelanggan baru dan menjaga kesetiaan pelanggan
- Untuk menjaga kestabilan penjualan ketika terjadi lesu pasar
- Membedakan serta mengunggulkan produk dibanding produk pesaing
- Membentuk citra produk di mata konsumen sesuai dengan yang diinginkan.
c. Etika Pemasaran dalam konteks promosi:
a) Sebagai sarana menyampaikan informasi yang benar dan obyektif.
b) Sebagai sarana untuk membangun image positif.
c) Tidak ada unsur memanipulasi atau memberdaya konsumen.
d) Selalu berpedoman pada prinsip-prinsip kejujuran.
e) Tidak mengecewakan konsumen.
Secara umum, prinsip-prinsip yang berlaku dalam bisnis yang baik sesungguhnya tidak bisa
dilepaskan dari kehidupan kita sebagai manusia, dan prinsip-prinsip ini sangat erat terkait dengan
sistem nilai yang dianut oleh masing-masing masyarakat.Sonny Keraf (1998) menjelaskan, bahwa
prinsip etika bisnis sebagai berikut:
7. Prinsip Otonomi, yaitu kemampuan mengambil keputusan dan bertindak berdasarkan
kesadaran tentang apa yang baik untuk dilakukan dan bertanggung jawab secara moral atas
keputusan yang diambil.
Prinsip Kejujuran, bisnis tidak akan bertahan lama apabila tidak berlandaskan kejujuran karena
kejujuran merupakan kunci keberhasilan suatu bisnis (missal,kejujuran dalam pelaksanaan
kontrak, kejujuran terhadap konsumen, kejujuran dalam hubungan kerja dan lain-lain).
Prinsip Keadilan, bahwa tiap orang dalam berbisnis harus mendapat perlakuan yang sesuai
dengan haknya masing-masing, artinya tidak ada yang boleh dirugikan haknya.
Prinsip Saling Mengutungkan, agar semua pihak berusaha untuk saling menguntungkan,
demikian pula untuk berbisnis yang kompetitif.
Prinsip Integritas Moral, prinsip ini merupakan dasar dalam berbisnis dimana para pelaku
bisnis dalam menjalankan usaha bisnis mereka harus menjaga nama baik perusahaan agar tetap
dipercaya dan merupakan perusahaan terbaik.
d. Pemasaran
3 (Tiga) konsep etika dalam pemasaran menurut John R. Boatright adalah:
1) Fairness (Justice)
Fairness menjadi pusat perhatian karena menjadi kebutuhan yang paling dasar dari transaksi
pasar. Setiap pertukaran atau transaksi dianggap fair atau adil ketika satusama lain memberikan
keuntungan (mutually beneficial) dan memberikan informasi yang memadai. Namun,
pemberian informasi dalam transaksi ini masih diragukan. Hal ini disebabkan karena penjual
tidak memiliki kewajiban untuk menyediakan semua informasi yang relevan kepada
pembeli/pelanggan, dan pembeli memiliki suatu kewajiban untuk diinformasikan mengenai
apa yang dibelinya. Pertanyaan mengenai siapa yang memiliki kewajiban menyangkut
informasi ini terbagi menjadi 2 doktrin tradisional dalam pemasaran, yaitu caveat emptor
(biarkan pembeli berhati - hati) dan caveat venditor (biarkan penjual berhati - hati).
2) Freedom
Freedom berarti memberikan jangkauan pada pilihan konsumen. Freedom dapat dikatakan
tidak ada apabila pemasar melakukan praktik manipulasi, dan mengambil keuntungan dari
populasi yang tidak berdaya seperti anak - anak, orang - orang miskin, dan kaum lansia.
3) Well-being Suatu pertimbangan untuk mengevaluasi dampak social dari produk dan juga
periklanan, dan juga product safety.
Etika bisnis adalah cara-cara atau perilaku etik dalam bisnis yang dilakukan oleh manajer/kru.
Semua ini mencakup bagaimana kita menjalankan bisnis secara adil (fairness), sesuai dengan
hukum yang berlaku tidak bergantung pada kedudukan individu ataupun perusahaan di
masyarakat. Etika bisnis lebih luas dari ketentuan yang diatur oleh hukum, bahkan merupakan
standar yang lebih tinggi dibandingkan dengan standar minimal ketentuan hukum, karena dalam
kegiatan bisnis sering kali kita temukan area abu-abu yang tidak diatur oleh ketentuan hukum.
Menurut Bertens etika bisnis adalah studi tentang aspek-aspek moral dari kegiatan ekonomi dan
bisnis. Etika ini dapat dipraktikkan dalam 3 (tiga) taraf yaitu:
a. Taraf makro, etika bisnis akan berbicara tentang aspek-aspek bisnis secara keseluruhan,
seperti persoalan keadilan.
b. Taraf meso (madya), etika bisnis menyelidiki masalah-masalah etis di bidang organisasi
seperti serikat buruh, lembaga konsumen, perhimpunan profesi, dan lain-lain.
c. Taraf mikro, yang memfokuskan pada individu dalam hubungannya dalam kegiatan bisnis
seperti tanggung jawab etis karyawan dan majikan, manajer, produsen dan konsumen.
8. Pada dasarnya, etika berpengaruh terhadap para pelaku bisnis, terutama dalam hal kepribadian,
tindakan dan perilakunya. Etika ialah teori tentang perilaku perbuatan manusia, dipandang dari
nilai baik dan buruk, sejauh yang dapat ditentukan oleh akal. Etika lebih bersifat teori yang
membicarakan bagaimana seharusnya, sedangkan moral lebih bersifat praktik yang
membicarakan bagaimana adanya. Etika lebih kepada menyelidik, memikirkan dan
mempertimbangkan tentang yang baik dan buruk sedangkan moral menyatakan ukuran yang
baik tentang tindakan manusia dalam kesatuan social tertentu.
Prinsip Etika dalam Bauran Pemasaran
1. Etika pemasaran dalam kontek produk:
a. Produk yang berguna dan dibutuhkan
Sebelum produk dipasarkan, harus melakukan strategi pemasaran seperti produk apa
yang sedang dibutuhkan padasaat ini dan tentunya berguna bagi konsumen.
b. Produk yang berpotensi ekonomi atau benefit
Perusahaan memproduksi barang atau jasa akan mendapat keuntungan (benefit) jika
produk tersebut layak untuk dipasarkan.
c. Produk yang bernilai tambah yang tinggi
Produk yang ingin dipasarkan harus layak karena jika produk tersebut menghasilkan
keuntungan bagi perusahaan, selain itu produk harus mempunyai nilai tambah yang
tinggi baik bagi internal perusahaan maupun eksternal perusahaan.
d. Dalam jumlah yang berskala ekonomi dan social
Pemasaran produk yang baik adalah memproduksi sesuai standar, dan didistribusikan
kepada konsumen dengan melihat tingkat keadaan ekonomi dan sosial wilayah yang
akan menjadi target pasar.
e. Produk yang dapat memuaskan masyarakat
Produk yang ekonomis dan mempunyai kualitas baik adalah produk yang sudah pasti
laku di pasaran. Oleh karena itu produk harus dapat membuat para konsumen puas.
2. Etika pemasaran dalam konteks harga:
a. Beban cost produksi yang wajar
Sebelum diproduksi perusahaan harus merencanakan anggaran produksi agar biaya
yang dikeluarkan tidak lebih besar dari penerimaan.
b. Sebagai alat kompetisi
Perusahaan yang satu dengan yang lain bersaing secara sehat dalam konteks harga.
c. Diukur dengan kemampuan daya beli masyarakat
Perusahaan menentukan harga suatu produk dengan melihat kondisi konsumen dalam
kemampuan daya belinya.
d. Margin perusahaan yang layak
Yang dimaksud margin perusahaan yang layak adalah jaminan wajib jual beli barang
dalam suatu perusahaan agar risiko yang ditimbulkan tidak besar.
e. Sebagai alat daya tarik bagi konsumen.
Harga suatu produk apabila ekonomis akan menarik konsumen untuk membeli dan loyal
terhadap produk tersebut
3. Etika pemasaran dalam kontek distribusi:
a. Kecepatan dan ketepatan waktu;
9. Distribusi suatu produk harus cepat dan tepat waktu agar konsumen percaya kepada
perusahaan tersebut, serta barang yang dihasilkan juga efisien.
b. Keamanan dan keutuhan barang;
Keamanan dan keutuhan suatu barang sangat penting untuk dijadikan alat pertimbangan
distribusi produk.
c. Konsumen mendapat palayanan tepat dan cepat.
Apabila konsumen mendapat pelayanan tepat dan cepat maka konsumen akan puas
terhadap produk atau perusahaan tersebut.
4. Etika pemasaran dalam konteks promosi:
a. Sarana memperkenalkan barang;
Iklan adalah salah satu sarana dalam memperkenalkan suatu produk barang atau
jasa.Iklan sangat penting dalam kegiatan promosi.
b. Informasi kegunaan dan kualifikasi barang.
Dalam kegiatan promosi, perusahaan harus memberi informasi yang akurat mengenai
kegunaan dan kualifikasi barang atau jasa kepada konsumen agar konsumen paham
betul dengan kegunaan produk tersebut.
c. Sarana daya tarik barang terhadap konsumen;
d. Promosi yang menarik akan membuat konsumen tertarik untuk membelinya.
Oleh karena itu promosi harus benar-benar dilakukan agar konsumen percaya.
e. Informasi fakta yang ditopang kejujuran.
Informasi mengenai suatu barang atau jasa harus sesuai fakta yang adatidak boleh
hiperbola karena itu akan membuat konsumen kecewa apabila barang atau jasa tersebut
tidak sesuai dengan fakta.
Isu Etis dalam Pemasaran: Sebuah Kerangka Kerja
Kerangka kerja ini akan menyediakan pemahaman yang mendalam untuk membantu para
pengambil keputusan untuk sampai pada sebuah keputusan yang etis tetapi tidak akan mengarah
kepada keputusan yang benar karena ini bukanlah kerangka kerja yang normatif dengan kata lain,
hal ini tidak menentukan jawaban yang benar tetapi mengidentifikasi hak-hak, tanggung jawab,
tugas dan kewajiban, sebab dan akibat. Setelah parameter ini ditetapkan, para pengambil keputusan
menggunakan kerangka kerja untuk menganalisis skenario secara efektif dan sampai pada
keputusan yang paling baik merefleksikan orang-orang dan struktur nilai profesionalnya.
Tanggung Jawab terhadap Produk: Keamanan dan Tanggung Jawab
Kategori umum dari tanggung jawab bisnis untuk produk dan jasa yang dijualnya meliputi topik-
topik yang sangat beragam. Hanya sedikit isu yang menerima cukup banyak pengawasan dari ilmu
hukum, politik, dan etika jika dibandingkan dengan tanggung jawab bisnis karena bahaya yang
disebabkan oleh produknya. Bisnis memiliki tanggung jawab etis untuk merancang, memproduksi,
dan mempromosikan produknya dalam cara yang menghindarkan timbulnya bahaya bagi
konsumen.
Baik hukum dan etika bergantung pada kerangka kerja yang serupa ketika mengevaluasi kasus di
mana produk atau jasa dari bisnis menyebabkan kerusakan di pasar. Fokus dari kebanyakan diskusi
mengenai tanggung jawab bisnis atas keamanan produk adalah pada penentuan tanggung
jawab(yang bersalah) atas kerusakan yang disebabkan oleh produk yang tidak aman.
Standar Kontraktual untuk Kemanan Produk
Etika yang tersirat dalam pendekatan kontrak berasumsi bahwa para konsumen cukup memahami
produk dengan baik sehingga mereka secara layak diharapkan dapat melindungi diri mereka
10. sendiri. Tetapi para konsumen tidak selalu benar-benar memahami produknya dan mereka tidak
selalu bebas memilih untuk tidak membeli beberapa barang. Akibatnya, standar jaminan tersirat
mengalihkan beban pembuktian dari konsumen kepada produsen dengan memungkinkan
pelanggan untuk berasumsi bahwa produk produsen aman untuk penggunaan yang normal.
Dengan membawa barang dan jasa ke pasar, produsen secara tersirat menjanjikan bahwa
produknya aman untuk penggunaan normal. Dasar etis untuk keputusan ini adalah asumsi bahwa
konsumen tidak akan memberikan persetujuan untuk membeli jika mereka memiliki alasan untuk
percaya bahwa mereka akan celaka ketika menggunakan produk tersebut dengan normal.
Standar Tort untuk Keamanan Produk
Perspektif etis yang digaris bawah oleh hukum tort menyatakan bahwa kita semua memiliki
kewajiban umum tertentu kepada orang lain, bahkan ketika kita tidak mengasumsikan secara
eksplisit dan sukarela. Secara khusus, saya memiliki kewajiban kepada orang lain untuk tidak
menempatkannya pada risiko yang tidak perlu dan dapat dihindari. Dengan demikian, meskipun
saya tidak pernah berjanji secara eksplisit kepada siapapun bahwa saya akan menyetir dengan hati-
hati, saya memiliki tugas etis untuk tidak menyetir secara ceroboh di jalan.
Kelalaian merupakan komponen utama hukum tort. Sebagaimana dirujuk oleh kata tort, kelalaian
melibatkan suatu jenis kelalaian yang etis, khususnya kelalaian seorang dari kewajiban untuk
berhati-hati agar tidak mencelakai orang lain. Banyak isu etis dan hukum yang mengelilingi
tanggung jawab perusahaan manufaktur untuk produk yang dipahami sebagai upaya untuk merinci
kelalaian apa yang ada di dalam rancangan, produksi, dan penjualan mereka.
Tanggug Jawab Produk yang Ketat
Standar kelalaian dari hukum tort berfokus pada pemahaman tanggung jawab yang melibatkan
tanggung jawab atau kesalahan. Dan karenanya, standar ini mempertanyakan apa yang telah
diramalkan atau seharusnya diramalkan oleh orang atau bisnis yang terlibat. Akan tetapi ada juga
kasus di mana konsumen dapat mengalami kecelakaan yg disebabkan oleh produk di mana
kelalaian tidak terlibat. Pada kasus seperti ini di mana tidak ada pihak yang salah, pertanyaan
mengenai pertanggungjawaban tetap ada. Siapa yang seharusnya membayar kerugian pada saat
konsumen terluka oleh produk dan tidak ada pihak yang bersalah? Doktrin hukum dari tanggung
jawab produk yang ketat menyatakan bahwa perusahaan manufakturlah yang bertanggung jawab
dalam kasus-kasus tersebut.
Tanggung Jawab terhadap Produk : Periklanan dan Penjualan
Tujuan dari semua pemasaranadalah penjualan, pertukaran akhir antara penjual dan
pembeli. Sebuah unsur utama dari pemasaran adalahpromosi penjualan, upaya untuk
memengaruhi pembeli untuk menyelesaikan pembelian. Pemasaran target dan riset pemasaran
adalah dua unsur penting dari penempatan produk, berusaha untuk menentukan audiens mana yang
paling mungkin untuk membeli, dan audiens mana yang paling mungkin untuk dipengaruhi oleh
promosi produk.
Ada dua cara untuk mempengaruhi orang lain, yaitu cara yang baik dan cara yang buruk.
Diantara cara yang baik untuk memengaruhi orang lain secara etis adalah membujuk/persuasi,
bertanya, memberitahu, dan menasihati. Sedangkan cara mempengaruhi orang lain secara tidak
etis adalah ancaman, pemaksaan, penipuan, manipulasi, dan berbohong. Sering kali ditemukan
praktik penjualan dan periklanan yang menggunakan cara-cara yang menipu atau manipulasi untuk
memengaruhi, contohnya adalah pada pasar penjualan otomotif, khususnya pada pasar mobil bekas
sering kali ditemukan praktik manipulasi.
Manipulasi adalah sebuah proses rekayasa dengan melakukan penambahan,
penyembunyian, penghilangan atau pengkaburan terhadap bagian atau keseluruhan sebuah
11. realitas, kenyataan, fakta-fakta ataupun sejarah yang dilakukan berdasarkan sistem perancangan
sebuah tata sistem nilai, manipulasi adalah bagian penting dari tindakan penanamkan gagasan,
sikap, sistem berpikir, perilaku dan kepercayaan tertentu.Memanipulasi sesuatu sama artinya
dengan membimbing atau mengarahkan perilakunya. Manipulasi tidak membutuhkan keterlibatan
kendali penuh dan bahkan tampak seperti suatu proses mengarahkan atau mengelola secara halus.
Salah satu cara dimana kita dapat memanipulasi seseorang adalah melalui penipuan, salah satu
bentuknya adalah berbohong secara terang-terangan.
Kita dapat melihat bagaimana hal ini relevan dengan etika pemasaran. Kritik menyalahkan
bahwa banyak praktik pemasaran memanipulasi konsumennya. Jelaslah, banyak iklan menipu dan
beberapa di antaranya benar-benar berbohong. Semakin banyak seseorang mempelajari psikologi
pelanggan, semakin baik orang itu dapat memuaskan keinginan pelanggan tetapi semakin baik
juga orang itu akan dapat memanipulasi perilaku pelanggan.
Daftar Pustaka
Business Ethics & GG Pusat Bahan Ajar dan eLearning Prof. Dr. Ir. Hapzi Ali, MM, CMA
http://www.mercubuana.ac.id
https://www.sridianti.com/apa-itu-etika-pemasaran.html
https://andrihelmi.files.wordpress.com/2014/09/pertemuan-10-11-konsep-etika-pemasaran-dan-
periklanan.pdf
https://pusatdatamakalah.blogspot.com/2016/04/etika-dan-pemasaran.html
https://beruntungmakalah.blogspot.com/2016/12/pengertian-etika-bisnis-keterkaitan.html