Sistem keuangan Islam didasarkan pada dua karakter utama, yaitu larangan riba dan gharar. Larangan riba mencegah perdagangan kredit sedangkan larangan gharar mencegah perdagangan resiko. Kedua larangan ini bertujuan untuk menjamin transfer kredit dan resiko dilakukan secara adil dan bertanggung jawab untuk mencapai tujuan ekonomi.
2. Barter dan Uang
Definisi Uang
◦ Segala sesuatu yang secara umum diterima dalam pembayaran
untuk barang dan jasa atau dalam pembayaran utang.
Kesulitan dalam Barter
◦ Kurang memiliki angka penyebut yang sama (lack of common
denominator)
◦ Barang tidak dapat dibagi-bagi (indivisibility of goods)
◦ Keharusan adanya dua keinginan yang sama (double coincidence of
wants)
Fungsi asli uang:
◦ Alat pertukaran (Medium of Exchange)
◦ Satuan nilai (Unit of Account)
◦ Alat penyimpan nilai (store of value)
Evolusi Sistem Pembayaran
◦ Uang Komoditi (commodity money)
◦ Uang kertas (fiat money)
◦ Uang tanda/Cek (checks)
◦ Uang elektronik (electronic means of payment/EMOP)
3. Fungsi Uang Modern
(Glyn Davies, A History of Money from Ancient Times to the Present Day, 2002)
Fungsi Khusus
◦ Alat pertukaran (Medium of Exchange)
◦ Satuan nilai (Unit of Account)
◦ Alat penyimpan nilai (store of value)
◦ Ukuran pembayaran yang tertunda (standard for deffered
payment)
◦ Alat pembayaran (means of exchange)
◦ Alat ukuran umum dalam menilai sesuatu (common measure of
value)
Fungsi Umum
◦ Aset likuid (liquid asset)
◦ Faktor dalam rangka pembentukan harga pasar (framework of the
market allocative system)
◦ Faktor penyebab dalam perekonomian (a causative factor in the
economy)
◦ Faktor pengendali kegiatan ekonomi (controller of the economy)
4. Bunga dan Time-Value of Money
Time-value of money adalah premis bahwa kita akan selalu lebih
menginginkan menerima uang sekarang daripada menerima
uang yang sama di masa depan.
Implikasi time value of money: bunga (interest) sebagai harga
dari uang.
◦ Mendapat bunga atas pembayaran yang tertunda (future value)
◦ Membayar bunga atas pembayaran yang lebih awal (present value)
Kita membayar atau mendapat bunga sebagai kompensasi
atas:
◦ Uang dapat digunakan untuk kegiatan produktif yang
menghasilkan return return usaha tidak selalu positif
◦ Resiko gagal bayar dalam Islam, pinjaman adalah transaksi
kebaikan; setiap usaha pasti menghadapi resiko
◦ Resiko inflasi tidak selalu terjadi
5. Pelarangan Riba dan Time-Value of Money
Kompensasi atas nilai waktu dalam kontrak
penjualan diperbolehkan oleh syariah, namun
dilarang dalam kasus pinjaman.
Dalam Islam, terdapat perbedaan antara investasi
dan pinjaman.
◦ Uang adalah alat pertukaran (medium of exchange).
◦ Waktu tidak memberikan yield, namun bisa berkontribusi
pada penciptaan nilai ketika aktivitas ekonomi dilakukan.
◦ Dalam kasus investasi, investor mendapatkan kompensasi
atas laba dan rugi sepanjang waktu sebagai hasil dari
aktivitas ekonomi.
◦ Di sisi lain, aktivitas meminjamkan uang dalam bentuk
pinjaman, adalah aktivitas kebajikan yang dilakukan tanpa
mengharapkan manfaat moneter.
6. Uang dalam Islam
Islam mengakui dan mendorong tegak-nya fungsi asli uang.
◦ Larangan menimbun (kanz) emas dan perak
◦ Penimbunan akan menghilangkan fungsi medium of exchange dan
unit of account dari emas dan perak, sehingga transaksi ekonomi
terhenti dan perkembangan ekonomi terhambat.
◦ Larangan menimbun harta (kanzul mal) hanya dikhususkan untuk
emas dan perak.
◦ Di dalam Islam, uang adalah barang publik (public goods).
Islam membolehkan menabung (saving)
◦ Menabung (idkhar) adalah menyimpan uang untuk tujuan dan
keperluan tertentu sehingga tidak mempengaruhi transaksi
ekonomi dan perekonomian.
◦ Misal: untuk investasi, membeli rumah, menikah, dsb.
Islam melarang riba dan gharar
◦ Riba adalah perolehan harta dengan harta lain yang sejenis dengan
saling melebihkan.
◦ Gharar adalah adanya ketidakpastian dari kedua belah pihak yang
bertransaksi (unknown to both parties).
7. Sistem Finansial Islam … (i)
Sistem finansial secara umum berdiri diatas dua
aktivitas utama yaitu transfer kredit dan transfer
resiko, dimana tanpa dua aktivitas ini sistem
ekonomi tidak akan berfungsi.
Sistem finansial Islam secara umum dicirikan oleh
dua karakter utama: (i) Pelarangan riba; dan (ii)
Pelarangan gharar.
◦ Pelarangan Riba secara esensial bermakna pelarangan
“trading in credit”.
◦ Pelarangan Gharar secara esensial bermakna pelarangan
“trading in risk”.
◦ Memperdagangkan kredit dan resiko adalah berbahaya,
karena walaupun dapat digunakan untuk menurunkan
resiko dan meningkatkan kesejahteraan, namun kedua-
nya dapat digunakan secara mudah untuk memikat
individu yang sangat hati-hati sekalipun untuk terlibat
dalam perilaku gambling.
8. Sistem Finansial Islam … (ii)
Islam menggunakan dua larangan ini untuk menjamin
bahwa kebolehan melakukan transfer kredit dan resiko
dilakukan dengan ukuran yang sesuai untuk mencapai
tujuan akhir ekonomi
Pelarangan riba dan gharar bertujuan untuk
menyeimbangkan kebebasan ekonomi (mengizinkan kontrak
yang lebih banyak untuk kegiatan ekonomi yang lebih luas)
dengan penyalahgunaan resiko (jika kebebasan terlalu besar
diizinkan).
◦ Kontrak salam (prepaid forward sales), yang mengandung
gharar yang signifikan, diperbolehkan dalam fiqh. Gharar
dipandang minor dibandingkan dengan manfaat yang diperoleh
dari pembiayaan pertanian dan kegiatan lainnya yang dilakukan
dengan salam.
◦ Kredit penjualan secara mudah dapat digunakan sebagai alat
untuk riba, namun manfaat dari konsumsi barang dipandang
lebih besar dari kerugian akibat “klaim terhadap pendapatan di
masa depan” melalui kredit penjualan.
9. Pelarangan Riba …
Pelarangan riba al-nasi’a
◦ Jumhur ulama sepakat memasukkan seluruh bentuk
interest-bearing loans / bunga atas pinjaman sebagai
riba al-nasi’a.
Pelarangan riba al-fadl
◦ Larangan memperdagangkan barang dengan jenis
yang sama dalam kuantitas yang berbeda.
Substansi pelarangan riba adalah untuk
mencapai keadilan dan efisiensi melalui
“marking to market”.
◦ Larangan riba al-fadl merupakan mekanisme pra-
komitmen untuk mengumpulkan informasi pasar
dan mengambil keputusan jual beli berdasarkan
harga pasar.
◦ Larangan riba al-nasi’a menegaskan bahwa kredit
harus dilakukan pada tingkat return atau bagi hasil
yang paling tepat (adil).
10. Pelarangan Gharar …
Gharar mencakup transaksi dengan informasi yang tidak
lengkap serta adanya resiko dan ketidakpastian yang
melekat pada objek transaksi.
Terdapat 4 kondisi dimana gharar akan membatalkan
kontrak:
◦ Gharar harus dalam skala berlebihan (excessive); minor
uncertainty tidak mempengaruhi kontrak.
◦ Kontrak yang terpengaruh harus merupakan kontrak finansial
komutatif; seperti penjualan.
◦ Harus mempengaruhi komponen utama kontrak; seperti harga
atau objek kontrak.
◦ Jika kontrak komutatif mengandung excessive gharar dan
dibutuhkan namun tidak dapat dipenuhi dengan cara lain,
maka hal itu tidak dapat membatalkan kontrak. Contoh: salam
(prepaid forward sale).
Pelarangan gharar bertujuan untuk melindungi individu dari
exposure terhadap resiko finansial yang berlebihan atau
pembayaran premi yang tidak tepat untuk mengeliminir
resiko yang ada.
11. Implikasi Riba …
Bunga adalah akar dari semua krisis finansial yang dialami
perekonomian modern.
◦ Penerapan bunga membuat output di sektor riil “dipaksa”
tumbuh sesuai dengan tingkat yang diinginkan sektor finansial.
◦ Dengan demikian, penerapan bunga secara sistemik akan
membuat upaya-upaya mendapatkan laba jangka pendek
semakin marak sehingga mendorong eksploitasi sumber daya
manusia dan alam secara berlebihan yang sering berujung pada
krisis sosial dan ekologi.
Di dalam dunia modern, dampak bunga terhadap
perekonomian dan lingkungan menjadi semakin
mengkhawatirkan.
◦ Ketika sistem bunga dikombinasikan dengan reserve fractional
banking, maka efek inflasioner bunga bertemu dengan
kemampuan sektor perbankan untuk menciptakan uang.
◦ Dampaknya adalah pertumbuhan uang beredar yang masif dan
semakin cepat menuju tak terbatas.
12. Implikasi Pelarangan Riba …
Absensi Riba dalam perekonomian (sektor riil)
mencegah penumpukan harta pada sekelompok
orang (money concentration & creation), dimana hal
tersebut berpotensi terjadinya misalokasi
produksi (menghambat perkembangan sektor riil)
dan eksploitasi perekonomian (eksploitasi pelaku
ekonomi atas pelaku yang lain dan eksploitasi
sistem atas pelaku ekonomi).
Absensi Riba mencegah timbulnya gangguan-
gangguan dalam sektor riil, seperti inflasi dan
penurunan produktifitas ekonomi makro.
Absensi Riba mendorong terciptanya aktifitas
ekonomi yang adil, stabil dan sustainable melalui
mekanisme bagi hasil (profit-loss sharing) yang
produktif.
13. Implikasi Gharar …
Sistem keuangan modern juga sangat labil karena secara
sistemik memfasilitasi kegiatan spekulasi.
◦ Pasar uang telah menjadi arena perjudian legal terbesar di
dunia.
◦ Sejak runtuhnya sistem Bretton Woods pada 1973, gap antara
perdagangan uang dan perdagangan barang semakin melebar
dengan kecepatan yang semakin tinggi.
◦ Menurut BIS, pada April 2004, rata-rata volume transaksi
harian valas mencapai US$ 1,9 triliun, yang terdiri dari
transaksi spot US$ 0,6 triliun dan transaksi derivatif US$ 1,3
triliun.
◦ Sedangkan volume transaksi yang terjadi pada perdagangan
dunia di sektor real hanya US$ 6 triliun setiap tahun.
Ketidakseimbangan sektor moneter dan sektor riil akan
memunculkan krisis.
◦ Sepanjang abad 20, telah terjadi lebih dari 20 krisis ekonomi,
yang kesemuanya merupakan krisis finansial. (Roy & Glyn
Davies, a history of money from ancient times to the present day,
1996).
14. Bunga dan uang beredar …
Fiat money interest-based system akan menaikkan uang
beredar dalam jangka panjang.
◦ Bank sentral secara kontinu menambah uang fiat untuk
mempertahankan sistem.
◦ Perbankan secara kontinu memperluas kredit untuk
mempertahankan sistem.
Dalam sistem uang fiat-bunga (fiat money interest-based
system) jumlah uang beredar akan tumbuh by default.
◦ Jumlah uang beredar akan mengalami kontraksi jika
Penabung mengambil uang-nya dari sistem perbankan
Peminjam gagal membayar pinjaman
◦ Perkembangan instrument dan produk keuangan membuat
pertambahan jumlah uang beredar semakin besar.
15. Uang Beredar dan Inflasi
Di banyak perekonomian, uang beredar tumbuh jauh
lebih cepat dari sektor riil.
◦ M.V = P.Y
Dalam jangka pendek, dengan kecepatan peredaran
uang (V) yang stabil, maka ketidakseimbangan
pertumbuhan antara uang beredar (M) dan sektor riil
(Y) akan direfleksikan pada perubahan tingkat harga
agregat (P).
Tekanan kenaikan harga ini akan lebih terasa ketika
PDB potensial telah tercapai.
Sistem berbasis uang fiat dan bunga akan
menyebabkan penggelembungan harga aset.
16. Inflasi dalam Perspektif Islam
Islam menekankan pentingnya stabilitas nilai uang, bukan
bentuk uang itu sendiri.
◦ Dinar dan Dirham memenuhi kriteria uang yang stabil sehingga di
akomodasi walau bukan berasal dari Islam.
◦ Dinar diterbitkan oleh Raja Dinarius dari Romawi dan dirham
diterbitkan oleh Ratu Sasanid Persia.
Kestabilan nilai uang adalah salah satu sasaran terpenting dari
kebijakan moneter Islam.
◦ Imam Syafi’i (767-820 M) adalah orang pertama yang menganalisis
dampak negatif dari inflasi.
◦ Imam Syafi’i melarang penguasa mencetak dirham tidak murni
karena akan merusak nilai mata uang, merugikan terhadap hak orang
lain, menyebabkan naiknya harga, sulitnya mendapat pemasukan,
dan kerusakan-kerusakan lainnya. (Al-Nawawi, Al-Majmu, juz 6).
17. Inflasi Menurut Al-Maqrizi (1364-1441 M)
Ighatsat al-Ummah bi Kasyf al-Ghummah
Syudzur al-Uqud fii Dzikr al-Nuqud
Inflasi merajalela karena beredarnya dinar-dirham yang
tidak murni dan dijadikan-nya fulus sebagai mata uang
pokok.
Al Maqrizi membagi inflasi menjadi dua jenis
berdasarkan penyebab-nya yaitu
◦ Inflasi Alamiah (Natural Inflation)
Turunnya penawaran agregat
Naiknya permintaan agregat
◦ Inflasi karena Kesalahan Manusia (Human-Error Inflation)
Korupsi dan administrasi pemerintahan yang buruk
(corruption and red tape)
Pajak yang berlebihan (excessive tax)
Mencari keuntungan dengan pencetakan uang secara
berlebihan (excessive seigniorage)