1. Dampak Riba Dalam
Perekonomian
Oleh:
Muhammad Yusuf &
Muh. Yusup Sahrul
Selasa 25 November 2014
2. Petaka Riba sangat buruk dan besar, oleh karena itu riba
merupakan dosa besar. Hukuman di dunia berupa
berkahnya dicabut, dikuasai setan dan yang lebih dahsyat
diperangi Allah dan Rasulnya. Hukuman diakhirat kekal
di neraka. Allah sangat serius melarang riba dan benarlah
Allah yang mengatakan bahwa sistem bunga tidak
menumbuhkan ekonomi masyarakat, tapi justru
menghancurkan sendi-sendi perekonomian negara, bangsa
dan masyarakat secara luas.
3. Pembahasan
A. Dampak riba pada investasi
B. Dampak riba pada produksi dan
unemployment
C. Dampak riba dalam inflasi
D. Dampak riba pada keuangan global
4. A. Dampak riba pada investasi
I. Matinya Investasi pada Sektor Rill
sistem ekonomi ribawi akan menghambat
investasi karena semakin tingginya tingkat bunga
dalam masyarakat, maka semakin kecil
kecenderungan masyarakat untuk berinvestasi.
Masyarakat akan lebih cenderung untuk
menyimpan uangnya di bank-bank karena
keuntungan yang lebih besar diperolehi akibat
tingginya tingkat bunga.
5. II. Pengangguran bertambah
Jika seseorang melihat bahwa dengan menyimpan
uang di bank memperoleh hasil yang memadai dari
membungakan uangnya tanpa perlu bersusah
payah, maka ia akan melakukannya.
menyebabkan manusia malas bekerja dan tidak
berusaha mencari penghidupan di bumi dengan
cara berdagang, bercocok tanam, atau membuka
perindustrian.
6. III. Lemahnya Peningkatan Ekonomi dan Investasi
Riba Merupakan Penyebab Utama Terjadinya Inflasi
keadaan perekonomian yang ditandai oleh kenaikan harga
secara cepat sehingga berdampak pada menurunnya daya
beli sebuah mata uang. karena peningkatan harga tanpa
dibarengi kenaikan gaji yang cukup akan mengakibatkan
penurunan demand terhadap barang, dan pada gilirannya
akan mengurangi volume investasi.
7. B. Dampak Riba pada Produksi
dan Unemployment
masalah terbesar yang dihadapi ekonomi kapitalis adalah
pengangguran dan inflasi. Meningkatnya angka
pengangguran itu korelatif dengan peningkatan inflasi.
Gagasan kemudian dikemukakan oleh ekonom Kenzi,
‘Full employment (nol pengangguran) adalah kewajiban
pertama negara, dan itu tidak terealisir kecuali jika suku
bunga diturunkan hingga nol atau mendekati nol. Full
employment berarti setiap pencari kerja memperoleh
peluangnya.
8. I. Peningkatan Pengangguran
Para pemilik modal lebih memilih meminjamkan
kekayaan mereka dengan sistem riba daripada
menginvestasikannya untuk mendirikan proyek-proyek
industri atau pertanian atau perdagangan. Karena itu ia
memperkecil lapangan kerja, sehingga pengangguran
tersebar di tengah masyarakat yang menganut sistem riba.
9. II. Peningkatan Kemiskinan
Riba akan berpengaruh pada investasi, produksi, dan
pengangguran. Semakin tinggi tingkat suku bunga,
semakin rendah investasi. Dengan rendahnya investasi
akan menurunkan produksi, dengan menurunnya produksi
akan meningkatkan pengangguran dan kemiskinan.
10. III. Harga barang menjadi mahal
bunga dianggap sebagai tambahan biaya produksi bagi
para businessman yang menggunakan modal pinjaman.
Biaya produksi yang tinggi tentu akan memaksa
perusahaan untuk menjual produknya dengan harga
yang lebih tinggi pula sehingga daya beli mata uang
menjadi turun.
11. Pengaruh Suku Bunga terhadap Kenaikan Harga
Biaya Produksi
Dg Bunga (%)
Tanpa Bunga
Jumlah Produksi
12. C. Dampak riba dalam inflasi
Penyebab utama terjadinya inflasi adalah riba,
karena produsen yang mendapatkan modal dari
pinjaman berbunga pasti akan menambahkan
bunga yang harus dibayarnya kepada debitur ke
dalam harga barang produksinya. Jadi harga jual
barang yang diproduksi ditambah bunga.
(Dr. Sulaiman Al Asyqar, Qodhaya Fiqhiyyah Muashirah,
jilid.II, hal 61).
13. I. Inflasi dapat terjadi karena peningkatan bunga
Hal ini dapat dianalogikan bila bunga di bank meningkat,
maka akan menurunkan minat menabung sehingga jumlah
uang yang beredar di masyarakat menjadi over limit
dibandingkan jumlah uang yang disimpan. Karena uang
yang dipegang sedikit, akibatnya daya beli menurun dan
meningkatkan kemiskinan rakyat. Hal ini merupakan
asumsi dari teori Cateris Paribus. Arti inflasi berkisar
pada peningkatan jumlah uang yang mengakibatkan
tingginya barang.
14. II. Menurunnya daya beli
Inflasi adalah fenomena yang ditunjukkan oleh menurunnya
daya beli masyarakat disebabkan naiknya harga barang, yang
secara garis besar dipicu faktor-faktor sebagai berikut:
1. Peningkatan peredaran mata uang di pasar yang salah satunya
diakibatkan sistem kredit dengan bunga, sehingga pada
gilirannya mengakibatkan peningkatan harga barang.
2. Peningkatan suku bunga mengakibatkan peningkatan harga, dan
herannya penurunan suku bunga juga mengakibatkan
peningkatan harga barang. Jadi, harga akan terus naik selama
sistem bunga berlaku, dan harga tidak akan stabil kecuali dengan
hilangnya bunga.
15. D. Dampak riba pada Keuangan
Global
I. Penyebab Krisis Ekonomi Global (Krisis Moneter)
Ekonom ternama, Lord Keyness, menyimpulkan bahwa suku bunga
yang tinggi menyebabkan macetnya pasar atau terhentinya kegiatan
industri dan kemudian secara negatif mempengaruhi penerimaan yang
merupakan sumber produksi. Penyimpangan nasabah di bank akan
berjalan terus menerus, meski suku bunga turun sampai titik nol.
Dalam hal ini termasuk Bubble Economy adalah sebuah
ekonomi yang besar dalam perhitungan kuantitas
moneternya, namun tak diimbangi oleh sektor riel, bahkan
sektor riel tersebut amat jauh ketinggalan
perkembangannya.
16. Dalam memberikan tanggapan terhadap dampak
bunga, ekonom kenamaan W.C. Mitchel dengan
tepat sekali menuturkan:
“bahwa bunga memainkan peranan penting dalam mengakibatkan
timbulnya krisis”.
Pendapat senada di ungkapkan oleh Nurcholish
Madjid, yang menyatakan bahwa:
“sistem ekonomi yang melanda Indonesia saat ini, katanya,
merupakan pengaruh global, kerena dunia dikuasai oleh sistem
ekonomi ribawi, ciptaan kapitalis. Dimana negara kaya menghisa
darah negara-negara miskin dengan pinjaman bunga”.
17. II. Ketimpangan Ekonomi
Sistem ekonomi riba menurutnya faktor utama
ketimpangan ekonomi antara Barat dan negara-negara
berkembang. Antara orang-orang kaya
dan orang-orang miskin. Sistem itu
memungkinkan terjadinya pemindahan
kekayaan dalam sekejap dari negara-negara
berkembang kepada negara-negara kapitalis.
18. III. Suku bunga pinjaman dapat menghalangi terciptanya
tata perekonomia dunia yang baik dan adil. Dalam
ekonomi riba, tidak terwujud rasa kebersamaan, karena
pemilik modal dalam sistem bunga hanya mementingkan
diri sendiri, tidak perduli pada resiko yang dialami
peminjam, apakah untung atau rugi. Yang penting bunga
harus diserahkan dalam jumlah tertentu.
IV. Riba juga dapat menyebabkan kehancuran dan
kepapaan. Banyak orang yang kehilangan harta benda
dan akhirnya menjadi fakir miskin. Sebaliknya, pihak
yang mempunyai modal, bisa memiliki harta orang lain
dengan cara mudah, tapi batil. (Agustianto)
19. IV. Utang luar negri tak terlunasi
Di tingkat negara riba telah lama mewabah, Hampir seluruh
negara di dunia melakukan utang-piutang baik terhadap
negara lainnya maupun dengan lembaga keuangan
internasional seperti Bank Dunia (World Bank), IMF dan
ADB dengan tingkat bunga tertentu dan syarat yang
memberatkan (zhalim).
20. Kesimpulan
Dari pemaparan sedikit tersebut dapat diketahui bahwa
memang penggunaan riba dalam sebuah sistem
perekonomian akan berdampak tidak baik bagi
kesejahteraan dan kemaslahatan orang banyak. Selain dari
sisi ekonomi, sistem riba ini juga berdampak terhadap
psikologi manusia baik secara kognitif yaitu berfikir yang
tidak sesuai dengan fitrah, berfikir egoisme dan berfikir
taklid pada hawa nafsu dan inilah semua sifat yang
mendatangkan kemudharatan bagi kehidupan seluruh
manusia.
Editor's Notes
Melambungnya tingkat harga, pada gilirannya, akan mengundang terjadinya inflasi akibat semakin lemahnya daya beli konsumen. Semua dampak negatif sistim ekonomi ribawi ini secara gradual, tapi pasti, akan mengkeroposkan sendi-sendi ekonomi umat. Krisis ekonomi tentunya tidak terlepas dari pengadopsian sistim ekonomi ribawi seperti disebutkan di atas.
Karena itu, berbagai otoritas moneter di sebagian besar negara berkembang menaikkan suku bunga sebagai bagian dari program penahanan laju inflasi, dan untuk menekan angka permintaan kreditur terhadap kredit, karena pembatasan kredit itu menjadi salah satu faktor penahanan laju inflasi.