SlideShare a Scribd company logo
1 of 18
1
BAB II
PEMBAHASAN
1. PENGERTIAN RIBA DAN PERBEDAANNYA DENGAN BUNGA BANK
Riba dari segi istilah bahasa sama dengan “Ziyadah” artinya tambahan.
Sedangkan menurut istilah, riba berarti pengambilan tambahan dari harta pokok
(modal) secara bathil.1
Riba dalam bahasa inggris disebut usury, yang intinya adalah pengambilan
bunga atas pinjaman uang dengan berlebihan, sehingga cenderung mengarah kepada
eksploitasi atau pemerasan.
Lebih lanjut riba dalam Al-Quran diartikan sebagai setiap penambahan yang
diambil tanpa adanya satu transaksi pengganti atau penyeimbang yang dibenarkan
oleh syariah. Yang dimaksud transaksi pengganti atau penyeimbang, yaitu transaksi
bisnis atau komersial yang melegimitasi adanya penambahan secara adil, seperti
melalui transaksi jual beli, sewa-menyewa, atau bagi hasil..
Dalam transaksi jual beli, misalnya pihak pembeli wajib menyerahkan
sejumlah uang sebagai harga barang/jasa, yang kemudian diimbangi oleh adanya
kewajiban dari pihak penjual untuk menyerahkan barang atau jasa yang menjadi
obyek perjanjian jual beli tersebut.
Kemudian ketika kita melihat pada transaksi simpan-pinjam dana secara
konvensional, terlihat bahwa adanya besaran presentase tertentu atas pinjaman pokok
menjadi keniscayaan. Dengan demikian pihak yang memberikan pinjaman akan
mendapatkan penghasilan yang pasti dengan berjalannya waktu, sedangkan pada
pihak peminjam besarnya keuntungan adalah tidak tentu. Hal inilah yang
menunjukkan adanya ketidakadilan dalam transaksi yang berbasis bunga (interest
based transaction).
Islam tidak mengenal prinsip time value of money yang berbasis pada bunga
layaknya transaksi ekonomi konvensional, karena dalam Islam tidak mungkin ada
1
K Perwataatmadja dan M. Syafi’I Antonio, Apa dan Bagaimana Bank Islam (Yogyakarta : Dana bhakti
Wakaf,1992), hlm.10
2
keuntungan tanpa risiko dan atau mendapatkan hasil tanpa biaya. Islam melarang riba
dalam segala bentuk dan manifestasinya.2
PENGERTIAN BUNGA
Secara leksikal,bunga sebagai terjemahan dari interest. Diungkapkan dalam suatu
kamus dinyatakan,bahwa interest is a charge for a financial loan,usually a percentage of the
amount loaned. Bunga adalah tanggungan pada pinjaman uang,yang biasanya di nyatakan
dengan prosentase dari uang yang dipinjamkan. Pendapatan lain menyatakan “interest” yaitu
sejumlah uang yang dibayarkan atau dikalkulasi untuk penggunaan modal. Jumlah tersebut
misalnya dinyatakan dengan satu tingkat atau presentase modal yang bersangkutpaut dengan
itu yang dinamakan suku bunga modal”.3
BUNGA BANK = RIBA ?
Jawaban terhadap persoalan sub pokok bahasan ini, akan lebih rinci apabila
dikembalikan kepada pandangan tentang adanya kesamaan antara praktik bunga dengan riba
yang diharamkan dalam Al Qur‟an dan hadits kesamaan itu sulit dibantah, apalagi secara
nyata aplikasi sistem bunga pada perbankan lebih banyak dirasakan mudhorat nya daripada
manfaatnya. Kemudhoratan system bunga sehingga dikategorikan sebagai riba, antara lain
adalah :
1. Mengakumulasi dana untuk keuntungannya sendiri
2. Bunga adalah konsep biaya yang digeserkan kepada penanggung berikutnya
3. Menyalurkan hanya kepada mereka yang mampu
4. Penanggung terakhir adalah masyarakat
5. Memandulkan kebijakan stabilitas ekonomi dan investasi
6. Terjadi kesenjangan yang tidak akan ada habisnya
Praktek-praktek diatas tidak akan dapat berjalan apabila umat Islam tidak menjalankan secara
Istiqomah terhadap konsep bank bagi hasil atau bank syariah. Oleh karena itu, kehadiran
Bank syariah dalam percaturan perekonomian nasional amat menjadi penting. Dengan kata
lain, relevansi bank syariah dengan perekonomian Indonesia yang sedang membangun sangat
tinggi dan jauh lebih tinggi dari bank konvensional. Sehingga tumbuh dan berkembangnya
2
Abdul Ghofur Ansori, Perbankan syariah di Indonesia( Yogyakarta : UGM Press,2007) hlm.11-12
3
Muhammad, (Ed),Bank syariah analisis kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman (Yogyakarta :
Ekonisia,2006), hlm.28
3
bank syariah di Indonesia, dalam rangka memperkecil terjadinya praktek riba, seharusnya
tidak semata-mata bersifat emosional tetapi lebih banyak bersifat rasional dan konsepsional
untuk membantu upaya pembangunan. Sebab dengan jumlah bank syariah yang cukup berarti
dan dioperasionalkan dengan baik akan mampu mendukung upaya pertumbuhan ekonomi
yang tinggi, pemerataan dan pembangunan dan hasil-hasilnya, serta stabilitas ekonomi yang
mantap.4
RIBA ATAU BUNGA DALAM PERSPEKTIF ISLAM
Peraturan dasar ekonomi Islam melarang dipraktikannya riba bahkan harus diperangi
karena dianggap dosa besar, sumber kekacauan, tidak ada berkat dan membawa akibat yang
buruk, baik didunia maupun di akhirat. Karena itu, diantara fenomena keadilan yang paling
menonjol dalam prinsip ekonomi Islam adalah pengharaman terhadap riba dan sekaligus
memeranginya. Hal ini sebagaimana Firman Allah :
“hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan tinggalkanlah sisa riba
(yang belum dipungut) . jika kamu termasuk orang-orang yang beriman. Maka jika kamu
tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba) maka ketahuilah, bahwa Allah dan RosulNya
akan memeerangimu. Dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba) maka bagimu pokok
hartamu, kamu tidak menganiaya dan tidak (pula) dianiaya (Q.S Al Baqarah : 278-279).
Nash Al Qur‟an ini menunjukkan bahwa dasar pengharaman riba adalah melarang
perbuatan dzalim bagi masing-masing dari kedua belah pihak, maka tidak boleh mengdzalimi
dan tidak boleh didzalimi (Qordhowi 1997, 310) . perbuatan riba merupakan salah satu
perbuatan yang “mengundang“ azab Allah disuatu negri, sebagaimana yang telah
disampaikan Nabi SAW : “ Jika telah tampak disuatu negri perbuatan riba dan zina, maka
mereka telah menghalalkan datangnya azab Allah pada mereka “ ( H.R At-thabrani dan Al
Hakim dari Ibnu Abbas).
Bahkan secara tegas dalam Al Qur‟an diterangkan bahwa berdirinya orang yang memakan
riba seperti orang yang kemasukan syaitan, sebagaimana firman Allah :
“orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya
orang yang kemasukan syaitan lantaran ( tekanan ) penyakit gila. Keadaan mereka yang
demikian itu adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat) . sesungguhnya jual beli itu
4
Ibid, hlm. 50-51
4
sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba “
(Q.S Al Baqarah : 275)
Ahli filsafat ekonomi di masa sekarang juga telah membicarakan resiko dan
bahayanya riba secara social, ekonomi, dan politik. Seperti yang dikatakan Lord King
(Qordhowi, 1997:311), pakar ekonomi Inggris yang terkenal bahwa :
“sesungguhnya masyarakat kita menapaki jalan hidup yang lurus jika dapat menurunkan
tingkat bunga sampai nol, yaitu menghapuskannnya sekali.”
Begitu pula halnya yang dijelaskan oleh para pemikir umat Islam seperti Ustad Al-
Maududi, Darras, Isa Abduh , Al-„Arabi, Abi As-saud, Abuzarhah , As-Sidiqi, dll.(
Qordhowi, 1997 : 311). Dikalangan para ulama, semua sepakat bahwa riba diharamkan dalam
Islam. Namun, yang menjadi persoalan sekarang adalah apakah bunga bank konvensional
yang berkembang dalam perekonomian sekarang ini (bahkan sebagai “urat nadi”
perekonomian) termasuk riba atau bukan. Kajian kontekstual atas riba dan bunga bank
(Masjhud, 1996:3), ulama tafsir berbeda pendapat. Sebagian berpendapat bahwa bunga bank
adalah riba dan haram, dan sebagian yang lain berpendapat bahwa bunga bank bukan riba,
dan halal. Dalam hal ini, Muhammadiyah (salah satu organisasi Islam di Indonesia)
menyadari bahwa system perbankan belum pernah ada di jaman awal Islam karena itu,
masalah bunga bank dianggap masalah “Ijtihadiyah” yang erat kaitannya dengan riba.
Muhammadiyah memiliki pandangan bahwa hakekat riba yang dilarang Al-Qur‟an adalah
riba yang mengarah kepada pemerasan (dlulm) terhadap debitur. Hal ini terlihat dalam
konsideran putusan majlis tarjih tentang bunga bank (Rosyie, 1996 : 2-4) sebagai berikut :
“bahwa Nash-nash Al Qur‟an dan Sunnah tentang haramnya riba terkesan adanya
„illat‟(sebab) terjadinya penghisapan (dlulm) oleh pihak yang kuat oleh pihak yang lemah. “
Lebih lanjut, Muhammadiyah berpendapat bahwa illat dlulm itu terdapat dalam bunga
bank milik swasta. Maka hukumnya sama saja dengan riba. Adapun bank milik negara, illat
nya belum meyakinkan, karena itu menurut Muhammadiyah hukum bunga bank milik
pemerintah adalah “ musytabihat”, tidak haram dan tidak juga halal secara mutlak.
Menurut kasman singodimedjo (wakil ketua lll PP Muhammadiyah periode 1971-
1974) terhadap putusan majlis tarjih tentang bunga bank, muhammadiyah sebenarnya sudah
membenarkan praktik bank konvensional (yang memakai sistem bunga). Dengan argumentasi
bahwa majlis tarjih menjelaskan bahwa :
5
“ kecuali apabila ada satu kepentingan masyarakat ataupun kepentingan pribadi yang sesuai
dengan maksud dari tujuan agama Islam pada umumnya, maka tidak halangan perkara
musytabihat tersebut dikerjakan sesuai dengan kepentingan itu”.
Berdasarkan penjelasan diatas menurut kasman, Muhammadiyah sudah menyatakan
dengan sendirinya bahwa bunga bank milik negara yang semula musytabihat telah bergeser
menjadi halal. Kalaulah bunga bank milik negera adalah halal karena tidak terdapat illat
dlulm, maka bank milik swastapun, selama praktik operasionalnya tidak ada illat tersebut
dapat dinyatakan hukumnya halal (Rozie, 1996:4). Pendapat ini sejalan dengan pemikiran
Muhammad Hatta, Syafrudin Prawiranegara, dan A.Hasan (Masjhud, 1996:5).
Sementara itu, Mannan (1994:164-5) mengungkapkan bahwa beberapa orang Islam
terpelajar yang silau oleh pesona lahiriah peradapan eropa mengatakan bahwa yang dilarang
oleh Islam adalah riba bukan bunga. Mereka yang berpendapat bahwa bunga yang dibayarkan
pada pinjaman investasi dalam kegiatan produksi tidak bertentangan dengan hukum Al
Qur‟an , karena hukum ini hanya mengacu pada riba, yaitu pinjaman yang bukan untuk
produksi dimasa pra Islam.
Pendapat ini sejalan dengan Sir Sayyed yang telah menerjemahkan “riba” kedalam
bahasa Inggris (dengan usury, meminjamkan uang dengan bunga yang berlebihan atau tidak
sah) dan selanjutnya membedakan dari Interest (bunga). Lebih lanjut, dia berkata bahwa kata
usury menyatakan bentuk primitive peminjaman uang ketika uang dipinjamkan untuk
keperluan konsumsi. Memang kejam bahwa uang yang dipinjamkan kepada orang-orang
yang membutuhkannya untuk biaya hidup mereka sehari-hari, harus dijadikan sumber
keuntungan. Bunga, di pihak lain merupakan beban yang wajar untuk penggunaan uang
didalam proses produktif industri atau perdagangan. Peminjam menggunakan uang itu dan
memperoleh keuntungan, maka wajarlah baginya untuk memberikan sejumlah bunga kepada
si pemberi pinjaman, yang pinjamannya memungkinkan dia membuat keuntungan itu
(Mudunnasir, 1988:485).
Dalam persoalan perspektif mengenai riba yang terkait dengan penggunannya apakah
untuk produksi atau konsumsi, Mannan (1991:165) menegaskan :
Sesungguhnya perbedaan antara pinjaman produktif dan tidak produktif (konsumsi) adalah
perbedaan tingkat, bukan perbedaan jenis. Menyebut riba dengan nama bunga tidak akan
6
mengubah sifatnya karena bunga adalah suatu tambahan modal yang dipinjam, karena itu ia
adalah riba,baik dalam jiwa maupun peraturan hukum Islam.
Sebetulnya tidak ada perbedaan antara bunga dan riba. Islam dengan tegas melarang semua
bentuk bunga betapapun hebat dan menyakinkan nama yang diberikan kepadanya.
Hal ini juga yang ditegaskan oleh Syaikh Mahmud Ahmad yang membantah Sir Sayyed dia
mengatakan didalam tangkisannya sebagai berikut :
Bahkan pada masa Nabi suci, orang-orang yahudi madinah meminjamkan uang tidak
hanya untuk keperluan konsumsi, tetapi juga untuk perdagangan. Begitu pula bank-bank
modern meminjamkan uang tidak hanya untuk tujuan-tujuan yang produktif, tetapi juga untuk
keperluan konsumsi. Sebenarnya perbedaan yang penting diantara perbankan modern dengan
perbedaan primitive adalah tingkat dan pengembangannya bukan jenisnya.
Kriteria atau batasan yang dimaksud dengan riba adalah dititik beratkan pada
penentuan sebelumnya, kelebihan yang diperileh dari modal dasar yang dihitungkan atau di
investasikan pada orang lain, sedikit atau banyak. Jadi, kelebihan dari modal dasar yang tidak
ditentukan sebelumnya atau berdasarkan untung dan rugi (produktif) tidak dikategorikan riba.
Tetapi yang dikategorikan riba adalah penentuan jumlah kelebihan yang harus diberikan atau
didapat tanpa mengindahkan apakah si peminjam itu untung atau rugi dalam usahanya.
Kalau kita menengok sejenak dari praktik bunga (tambahan) yang dilakukan oleh
bank-bank konvensional yang ada sekarang ini atau obligasi-obligasi yang dikeluarkan oleh
perusahaan, kemudian kita konfirmasikan dengan definisi serta criteria riba tersebut diatas,
maka jelaslah bahwa bunga bank atau obligasi yang beredar merupakan bentuk dari praktik
ribawi, karena jumlah kelebihan telah ditentukan sebelumnya (yunus, 1993:17).
Hal ini sebagaimana yang dipahami dari sebagian ulama terdahulu (salafi) mengenai
riba jahiliyah ialah bahwa mereka meminjamkan uang yang pada awalnya tidak memakai riba
(tambahan) . Riba baru muncul bila jangka waktu pembayaran yang telah ditentukan semula
telah berakhir, sementara peminjam belum juga melunasi hutangnya. Jadi, konsekuensinya,
orang yang menetapkan sejak awal bahwa pihaknya tidak akan member pinjaman, kecuali
pakai riba (bunga), berarti lebih bejat dan lebih haram lagi, ketimbang praktik yang terjadi
pada “Riba jahiliyah”(Qordhowi, 1990:58). Dan, sebelumnya qordhowi (1990:24)
mengungkapkan bahwa riba dalam al-quran adalah lawan dari 2 sistem : pertama, lawan
7
shadaqah. Dalam hal ini berbentuk pinjaman bebas bunga (lowan) seperti firman Allah :
“Allah membinasakan riba dan menumbuhkan shadaqah.”
Kedua, lawan dari sitem jual beli. Dalam hal ini berbentuk musyarakah, mudharabah
dan murabahah dan jenis lainnya. Sebagaimana tertera dalam firman allah:” allah
menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba‟.
Jadi, siapa yang menagih bunga (riba) untuk keperluan gaya hidup (konsumtif) maka
penyelesaiannya dengan jalur “shadaqah” (pinjaman tanpa bunga). Sedangkan orang yang
mengenakan riba dalam urusan bisnis (produktif), maka jalan keluarnya adalah “jual beli”
dan berbagai praktik muamalat lainnya.
Oleh karena itu, pengembangan berbagai bentuk alternatif memecahkan persoalan
ekonomi ummat islam dewasa ini harus terus dilakukan, dan tentunya harapan ummat,
alternatif yang dikembangkan dapat memuaskan batin dari tuntutan syari‟ah sekaligus
memuaskan dzahir dari tuntutan manajemen modern. 5
2. JENIS JENIS RIBA DAN BUNGA BANK
JENIS RIBA
Secara garis besar riba terbagi kepada dua bagian, yaitu : Riba hutang piutang dan Riba jual
beli. Riba hutang piutang terbagi lagi menjadi Riba Qard dan Riba Jahiliyah sedangkan Riba
jual beli terbagi menjadi Riba Fadhl dan Riba Nasi‟ah.
a. Riba Qard
Suatu manfaat atau tingkat kelebihan tertentu yang disyariatkan terhadap yang berhutang
(Muqtaridh)
b. Riba Jahiliyah
Hutang yang dibayar lebih dari pokoknya, karena si peminjam tidak mampu membayar
hutangnya pada waktu yang ditetapkan.
c. Riba Fadhl
Pertukaran antara barang-barang sejenis dengan kadar/takaran yang berbeda dan barang yang
dipertukarkan termasuk dalam jenis “barang ribawi”
d. Riba Nasiah
5
Jamal Lulail Yunus, manajemen bank syariah mikro, (Malang : Malang Press, 2009), hlm. 26-35
8
Penangguhan penyerahan atau penerimaan jenis barang ribawi dengan jenis barang ribawi
lainnya.
Yang termasuk dalam barang ribawi menurut sebagian cendekiawan fiqh Islam,
diantaranya mazhab Syafi‟I jenis barang ribawi, yaitu :
a. Mata uang emas dan perak, baik itu dalam bentuk uang maupun dalam bentuk
lainnya.
b. Bahan makanan pokok, seperti : beras, gandum, dan jagung serta bahan makanan
tambahan, seperti : sayur-sayuran, buah-buahan, dll.6
JENIS BUNGA BANK
a) Bunga Tetap (Fixed Interest)
Dalam sistem ini, tingkat suku bunga akan berubah selama periode tertentu sesuai
kesepakatan. Jika tingkat suku bunga pasar (market interest rate) berubah (naik atau turun),
bank akan tetap konsisten pada suku bunga yang telah ditetapkan. Lembaga pembiayaan yang
menerapkan sistem bunga tetap menetapkan jangka waktu kredit antara 1-5 tahun.
Lihat Modal Usaha dan Usaha Modal.
Keuntungan bagi anda adalah jika suku bunga pasar naik, anda tidak akan terbebani bunga
tambahan. Sebaliknya jika suku bunga pasar turun dan selisihnya lumayan besar, maka ada
baiknya anda mempertimbangkan untuk melakukan refinancing. anda mesti menyelesaikan
kredit lebih cepat dan mengganti dengan kontrak baru yang berbunga rendah (Pinjaman
Tunai).
b) Bunga Mengambang (Floating Interest)
Dalam sistem ini, tingkat suku bunga akan mengikuti naik-turunnya suku bunga pasar. Jika
suku bunga pasar naik, maka bunga kredit anda juga akan ikut naik, demikian pula
sebaliknya. Sistem bunga ini diterapkan untuk kredit jangka panjang, seperti kredit
kepemilikan rumah, modal kerja, usaha dan investasi.
c) Bunga Flat (Flat Interest)
Pada sistem bunga flat, jumlah pembayaran pokok dan bunga kredit besarnya sama setiap
bulan. Bunga flat biasanya diperuntukkan untuk kredit jangka pendek. contoh, kredit mobil,
kredit motor dan kredit tanpa agunan. Lihat Pinjaman Cepat dan Usaha Pinjaman
d) Bunga Efektif (Effective Interest)
6
K. Perwataatmadja dan M. Syafi’I Antonio, Op.cit, hlm. 11
9
Pada sistem ini, perhitungan beban bunga dihitung setiap akhir periode pembayaran angsuran
berdasarkan saldo pokok. Beban bunga akan semakin menurun setiap bulan karena pokok
utang juga berkurang seiring dengan cicilan.
Jangan membandingkan sistem bunga flat dengan efektif hanya dari angkanya saja. Bunga
flat 6% tidak sama dengan bunga efektif 6%. Besar bunga efektif biasanya 1,8-2 kali bunga
flat. jadi, bunga flat 6% sama dengan bunga efektif 10,8%-12%.
e) Bunga Anuitas (Anuity Interest)
Bunga anuitas boleh disetarakan dengan bunga efektif. Bedanya, ada rumus anuitas yang bisa
menetapkan besarnya cicilan sama secara terus-menerus sepanjang waktu kredit. jika tingkat
bunga berubah, angsuran akan menyesuaikan. Klik Modal Usaha dan Modal Pinjaman.
Dalam perhitungan anuitas, porsi bunga pada masa awal sangat besar sedangkan porsi
angsuran pokok sangat kecil. Mendekati berakhirnya masa kredit, keadaan akan menjadi
berbalik. porsi angsuran pokok akan sangat besar sedangkan porsi bunga menjadi lebih kecil.7
3. KONSEP “ RIBA “ DALAM AL QUR’AN DAN SUNNAH
Untuk memahami konsep riba dalam Al Qur‟an dan Sunnah kita harus memahami
keadaan ekonomi jazirah Arabia dan sekitarnya pada waktu Rasulullah dan masa-masa
sebelumnya karena doktrin riba ditujukan kepada masyarakat ekonomi tersebut.
Jika dilihat dalam peta dunia maka kelihatan jelas letak jazirah Arabia berada di
tengah-tengah jalur perdagangan antara Eropa dan Afrika di satu pihak dengan India dan
Cina di pihak lain. Catatan sejarah menunjukkan pula bahwa bangsa Arab jauh sebelum
kerasulan Muhammad SAW adalah suatu bangsa yang sangat maju dalam perdagangan. Hal
ini seperti dilukiskan dan dijelaskan di dalam Al Qur‟an surat Quraisy, dan buku-buku
sejarah dunia.
Suatu hal yang tidak dapat dipungkiri bahwa dalam rangka menunjang arus
perdagangan yang begitu pesat mereka membutuhkan fasilitas pembiayaan yang memadai
guna menunjang kegiatan produksi. Oleh karena itu tidaklah mengherankan bila 2.500 tahun
sebelum Masehi usaha perbankan telah dikenal di Mesir Purba, Yunani kuno, dan Romawi
demikian juga 2.000 tahun sebelum Masehi di Mesopotamia ( sekarang masuk wilayah Irak )
sudah di perkenankan suatu perangkat pembiayaan yang menyerupai promes ( promesory
7
Irfan Ramadhan, “Macam-macam bunga yang ada pada Bank”, 3 Oktober 2011,
(http://irfanramadhan4.wordpress.com/2011/10/03/macam-macam-bunga-yang-ada-pada-bank/), Diakses 7
Maret 2014
10
note dewasa ini ) yang mana unsur bunga merupakan satu bagian yang tak terpisahkan dari
padanya. 500 tahun sebelum Masehi, Temple of Babilon mengenakan bunga sebesar 20%
setahun.8
4. DASAR HUKUM PELARANGAN RIBA DALAM ISLAM
Pelarangan terhadap riba dalam Islam, seperti pelarangan minuman keras, (khamr).
Yakni bahwa pelarangan terhadap riba berlangsung secara bertahap, sebagaimana larangan
bagi semua orang minum khamr. Hal ini dilatar belakangi oleh keadaan sebagian warga Arab
pada masa itu yang gemar menerapakan riba dalam setiap kegiatan transaksi yang
dilakukannya, sehingga akan menimbulkan anomi atau goncangan di masyarakat jika mereka
dikenakan larangan riba secara tegas dan tiba-tiba.
Adapun pelarangan riba dapat dikkkelompokkan menjadi empat tahap yang masing-
masing didasarkan pada ketentuan ayat Al-Quran. Keempat tahap pelarangan riba tersebut
dapat dijelaskan sebagai berikut :
1) Tahap I ,menolak anggaran bahwa pinjaman riba yang pada zahirnya seolah-olah
menolong mereka yang memerlukan sebagai suatu perbuatan mendekati atau taqarrub
kepada AllahSWT, yaitu melalui Firman Allah dalam Surat ar-rum ayat (39), yang
artinya;.
“Dan,sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia menambah pada harta
manusia,maka riba tersebut tidak akan menambah pada sisi Allah,Dan apa yang
kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah,
,maka (yang berbuat demekian) itulah orang-orang yang melipat gandakan
(pahalanya).”
2) Tahap II, riba digambarkan sebagai sesuatu yang buruk,yang disertai pula dengan
ancaman yang keras kepada orang Yahudi yang memakan riba. Hal ini terdapat dalam
surat an-Nisa ayat (160-161).
“Maka,disebabkan kezaliman orang-orang Yahudi,kami haramkan atas mereka
(memakan makanan) yang baik-baik (yang dahulunya)dihalalkan bagi mereka,dan
karena mereka banyak menghalangi (manusia) dari jalan Allah,dan disebabkan
mereka memakan riba,padahal sesungguhnya mereka telah dilarang darinya,dan
8
K. Perwataatmadja dan M. Syafi’I Antonio, Op.cit,hlm. 12-13
11
karena mereka memakan harta orang dengan jalan yang batil. Kami telah
menyediakan untuk orang-orang yang kafir di antara mereka itu siksa yang pedih”.
3) Tahap III ,riba diharamkan dengan dikaitkan kepada suatu tambahan yang berlipat
ganda. Hal ini dapat kita baca dalam Al-Quran Surat Ali Imran ayat (130).Artinya
sebagai berikut :
“Hai orang-orang yang beriman,janganlah kamu memakan riba dengan berlipat
ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan .”
4) Tahap IV, Allah SWT dengan jelas dan tegas mengharamkan apapun jenis tambahan
yang diambil dari pinjaman. Hal ini terdapat dalam Al-Quran Surat al-Baqarah ayat
278-279,yang artinya adalah sebagai berikut :
“Hai orang-orang yang beriman,bertaqwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba
(yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman. Maka jika kamu tidak
mengerjakan (meninggalkan sisa riba) maka ketahuilah bahwa Allah dan Rasul-Nya
akan memerangimu. Dan,jika kamu bertobat (dari pengambilan riba) maka bagimu
pokok hartamu,kamu tidak menganiaya dan tidak pula dianiaya.”
Dengan demikian tahap keempat adalah taphap final, yang benar-benar secara jelas
dan tegas mengharamkan apapun jenis tambahan yang diambil dari pinjaman.
Larangan terhadap riba ini juga dijumpai dalam hadis nabi Muhammad SAW,ada
beberapa hadis yang memuat tentang larangan riba ini,antara lain adalah :
1) HR. Bukhari no.2034,Kitab al-Buyu
“Diriwayatkan oleh Abdurahman bin Abu Bakar bahwa ayahnya berkata,Rasulullah
SAW melarang penjualan emas dengan emas dan perak dengan perak kecuali sama
beratnya, dan membolehkan kita menjual emas dengan perak dan begitu juga
sebaliknya sesuai dengan keinginan kita.”
2) HR. Muslim no.2995,Kitab al-masaqqah
Jabir berkata bahwa Rasulullah saw. Mengutuk orang yang menerima riba,orang yang
membayarnya,dan orang yang mencatatnya,dan dua orang saksinya,kemudian beliau
bersabda,”Mereka itu semuanya sama”.
3) Hadis yang merupakan amanat terakhirnya pada tanggal 9 Dzul-hijjah 10 H. Berupa
penekanan Rasulullah SAW terhadap riba,yang artinya :
“Ingatlah bahwa kamu akan menghadap Tuhanmu dan Dia pasti akan menghitung
amalanmu. Allah telah melarang kamu mengambil riba . Oleh karena itu,utang akibat
12
riba harus dihapuskan. Modal (uang pokok) kamu adalah hakmu. Kamu tidak akan
menderita ataupun mengalami ketidakadilan.”
Ketiga hadist diatas secara tegas menunjukkan bahwa riba adalah haram, sehingga
konsekuensi yuridisnya jika dilakukan akan mendapatkan sanksi di akhirat kelak.9
5. PANDANGAN AL QUR’AN, HADITS, DAN PARA ULAMA MENGENAI
RIBA
Pada prinsipnya keuangan syariah didasarkan pada prinsip haramnya riba dan bunga.
Hal ini didasarkan atas ketegasan dari nash Alqur‟an seperti dalam Surah Al Baqarah ayat
275. :
Artinya : “Dan Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan Riba”
Dan beberapa hadits shahih, diantaranya :
Dari Abu Hurairah bahwasanya Rasulullah SAW. Bersabda : jauhilah olehmu tujuh perkara
yang membinasakan, maka ditanyakanlah hal tersebut kepada beliau, “ wahai Rasulullah
apa saja perkara-perkara itu ? Beliau menjawab :”berbuat syirik kepada Alah
SWT,(melakukan sihir, membunuh jiwa tanpa alasan yang benar, memakan harta anak
yatim, memakan riba, lari dari berkecamuknya peperangan, dan menuduh (berzina) terhadap
perempuan mukminat yang telah bersuami. (HR. Muslim dan Imam Malik)
Dalam pandangan jumhur ulama masa kini bunga hanyalah salah satu dari bentuk-bentuk
riba yang dilarang. Bunga pada prinsipnya adalah bentuk nyata dari riba nasiah. 10
Banyak pendapat dan tanggapan di kalangan para ulama dan ahli fiqh baik klasik
maupun kontemporer tentang apakah bunga bank sama dengan riba atau tidak. Berikut ini
akan disampaikan beberapa pendapat dan tanggapan yang menganggap bunga bank tidak
sama dengan riba. Di antara tanggapan tersebut adalah sebagaimana dikemukakan oleh para
ulam berikut:
Pendapat atau fatwa yang dikeluarkan oleh Imam Akbar Syekh Mahmut Syaltut
adalah “pinjaman berbunga dibolehkan bila sangat dibutuhkan.” Fatwa ini muncul tatkala
9
Abdul Ghofur Ansori, op.cit, hlm.12-15
10
M. Umer Chapra dan Tariqullah Khan, Regulasi dan Pengawasan Bank Syariah, terjemahan Ikhwan Abidin
Basri (Jakarta : Bumi Aksara,2008), hlm. 9
13
beliau ditanya tentang kredit yang yang berbunga dan kredit suatu negara dari negara lain
atau perorangan.
Juga ditanya tentang saham dan surat-surat berharga. Jawaban terhadap pertanyaan
tersebut, adalh bahwa:
Ketika al-Qur‟an mengharamkan orang-orang mukmin melakukan transaksi dengan riba,
yamg pengertiannya telah dibatasi oleh kebiasaan masa turunnya al-Qur‟an, yaitu seseorang
berhutang keepad orang lain, kemudian setelah jatuh tempo, debitur mengatakn kepada
krediturnya: berikanlah perpajangan waktu kreditmu kepadaku, maka aku tambahi bunganya.
Lalu kedua orang itu melakukannya. Inilah yang dinamakan riba berganda-ganda. Kemudian
Allah melarang hal semacam ini di dalam Islam. Dan biasanya terjadinya riba semacam ini
antar si fakir dengan si kaya yang mmemenfaatkan kesempitan orang dengan tidak
memperdulikan sendi-sendi kasih sayang yang menjadi dasar pembangunan masyarakat
dalam Islam. Riba semacam ini oleh rasa kemanusiaan yang luhur tentu tidak dapat
dibenarkan. Saya berkeyakinan baaaaaahwa debitur yang berada dalam keadaan darurat dan
membutuhkan, maka ia terlepas dari dosa dari transaksi semacam ini, karena dia
melakukannya secara terpaksa atau dianggap terpaksa. …Orang yang dalam keadaan butuh
memperoleh pinjaman dengan bunga diperbolehkan bagi pribadi-pribadi yang mengalami
darurat.
Pendapat atau fatwa Syek Rasyid Ridla,bahwa beliau membenarkan kaum muslimin
mengambil hasil bunga dari penduduk negeri kafir. Lebih lanjut beliau berkata: Menurut
ketentuan asal syari‟at harta penduduk negeri kafir Harbi boleh diambil oleh pihak yang
menguasainya dan mengalahkannya. Riba mengandung kedhaliman,sebagaimana firman
Allah dalam QS.Al-Baqarah 279. Sedangkan mendhalimi orang kafir Harbi tidak
haram,karena sebagai tindak balasan terhadap kedhalimannya. Sebab kedhaliman si kafir
Harbi membahayakan si muslim. Fatwa lain yang dilontarkan oleh Rasyid Ridla adalah
berkenaan dengan pinjaman uang untuk investasi. Sehubungan dengan itu setelah
mengadakan analisis terhadap ayat-ayat al-Quran yang berbicara tentang riba menyimpulkan
bahwa :
Tidak termasuk dalam pengertian riba,jika seseorang memberikan kepada orang lain harta
(uang ) untuk diinvestasikan sambil menetapkan kadar tertentu (persentase) baginya dari hasil
usaha tersebut. Karena transaksi ini menguntungkan bagi pengelola dan bagi pemilik
harta,sedangkan riba yang diharamkan merugikan salah seorang tanpa sebab,kecuali
14
keterpaksaannya,serta menguntungkan pihak lain tanpa usaha,kecuali melalui penganiayaan
dan ketamakan.
Mustafa Ahmad az-Zarqa,seorang guru besar hukum Islam di Universitas Amman,
Yordania, mengemukakan pendapat yang sama denga Abdul Hamid Hakim,yaitu termasuk
riba fadl yang dibolehkan karena darurat dan bersifat sementara. Artinya, umat Islam harus
berupaya untuk mencari jalan kaluar dari sistem bank konvensional tersebut,dengan
mendirikan bank Islam,sehingga keraguan atau sikap setuju dengan bank konvensional dapat
dihilangkan
Dari beberapa pendapat ulama tersebut dapat diklasifikasikan pendapatnya tentang haram-
halalnya atau boleh tidaknya riba atau bunga bank,sebagai berikut:
1. Dalam keadaan-keadaan darurat bunga halal haramnya. Hanya bunga yang berlipat
ganda saja yang dilarang, adapun suku bunga yang “wajar” dan tidak mendholimi
diperkenankan.
2. Lembaga keuangan bank,demikian juga Lembaga Keuangan Bukan Bank sebagai
lembaga “hukum” tidak termasuk dalam territorial hukum taklif.
3. Hanya kredit yang bersifat konsumtif saja yang pengambilan bunganya
dilarang,adapun yang produktif tidak demikian.
4. Bunga diberikan sebagai ganti rugi atas hilangnya kesempatan untuk memperoleh
keuntugan dari pengelola tersebut.
5. Uang dapat dianggap sebagai komoditi sebagaimana barang-barang lainnya sehingga
dapat disewakan atau diambil upah atas penggunanya.
6. Bunga diberikan untuk mengimbangi laju inflasi yang mengakibatkan menyusutnya
nilai uang atau daya beli uang itu.
7. Jumlah uang pada masa kini mempunyai nilai yang lebih tinggi dari jumlah yang
sama pada suatu nanti,oleh karena itu bunga diberikan untuk mengimbangi penurunan
nilai atau daya beli uang ini.
8. Bunga diberikan sebagai imbalan atas pengorbanan tidak atau berpantang
menggunakan pendapatan yang diperoleh.
Dari pendapat tersebut diatas, dapat dianalisis keberadaannya, sekaligus sebagai
tanggapan terhadap pendapat yang menganggap bunga tidak sama dengan riba, sebagai
berikut :
15
1. Pendapat 1 s/d 3 adalah pendapat para ulama atau umat Islam yang putus asa akan
kemungkinan dapat dioperasionalkannya secara murni Bank Syariah di Indonesia.
Oleh karena itu mereka khawatir apabila umat Islam menjauhi Bank keadaan ekonomi
mereka tidak akan maju. Oleh karena itu perlu dicermati tentang : Darurat atau
dispensasi harus dinyatakan sesuai dengan syariat yaitu dengan metodologi Ushul
Fiqh seputar kadar darurat.
2. Berlipat ganda (dzalim) versus wajar. Perlu pemahaman tentang jiwa larangan riba
secara lengkap dan tahapan-tahapan pelarangan tersebut. Perlu juga dipelajari praktek
yang terjadi dalam system perbankan konvensional secara potensial dan secara nyata.
3. Lembaga hukum dan hukum taklif. Perlu dipelajari catatan sejarah tentang jangkauan
hukum taklif sebelum dan sesudah masa Rosulullah.
4. Pendapat poin 4 s/d 9 sebenarnya adalah pendapat para ahli ekonomi barat yang
belum sampai kepada mereka tentang berita bahwa imbalan bunga dapat diganti
dengan bagi hasil yang lebih adil.11
ALASAN PEMBENAR ADANYA BUNGA BANK
Konsep yang dipakai oleh bank mula-mula adalah konsep bunga (interest), dengan
berbagai alasan sebagai berikut :
1. Bunga merupakan kompensasi yang dibayarkan oleh peminjam (borrower) kepada si
pemberi pinjaman (lender) sebagai balas jasa atas keuntungan yang diperoleh dari
uang pinjaman tersebut. (adam Smith dan David Ricardo)
2. Bunga adalah harga yang dibayarkan sebagai imbalan atas tindakan pemberi pinjaman
yang sudah menahan diri untuk sementara tidak menggunakan uangnya. Tindakan ini
didefinisikan sebagai tindakan seseorang yang absen dari kegiatan produktif atau
kegiatan yang direncanakan akan mendapatkan hasil (abstinence theory of interest ).
(N. M Senior)
3. Berdasarkan pada productivity theory of interest menyebutkan bahwa produktivitas
sebagai suatu property yang terkandung dalam capital, dan produktivitas capital
tersebut dipengaruhi bunga .
11
Muhammad, (Ed), op.cit, hlm.42-44
16
Adapun dalam Islam sendiri terdapat tiga aliran atau pandangan tentang riba dan
larangan mengenai bunga bank, yaitu pandangan pragmatis, pandangan konservatif, dan
pandangan socio-ekonomis.
Ketiga aliran atau pandangan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
1.Menurut pandangan yang pragmatis, AL Qur‟an melarang usury yang berlaku selama 10 era
Islam, tetapi tidak melarang bunga (interest) dalam system keuangan modern. Pendapat ini
didasarkan pada Al Qur‟an Surah Ali Imron ayat 130 yang melarang penggandaan pinjaman
melalui proses yang usurious ayat itu mengemukan :”hai orang-orang yang beriman,
janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda dan bertaqwalah kamu kepada Allah
supaya kamu mendapat keberuntungan”.
Dengan demikian pandangan pragmatis membenarkan pembebanan bunga bank dianggap sah.
Yang dilarang secara hukum adalah pengenaan tambahan yang luar biasa tingginya karena
terdapat unsur eksploitasi. Lebih lanjut pandangan pragmatis membenarkan pembebanan
bunga bank justru untuk kepentingan pembangunan ekonomi negara-negara muslim
2. Pandangan konservatif, inti dari pandangan konservatif adalah mengartikan riba harus
diartikan baik sebagi bunga (interest) maupun usury. Setiap imbalan yang telah ditentukan
sebelumnya atas suatu pinjaman sebagai imbalan (return) untuk pembayaran tertunda atas
pinjaman adalah riba dan oleh karena itu dilarang oleh Islam.
Pandangan konservatif membedakan riba menjadi riba nasiyah dan riba fadhl. Riba nasiyah
terkait dengan tambahan bayaran yang dibebankan dalam transaksi pinjaman, sedangkan riba
fadhl bertalian dengan tambahan bayaran yang dibebankan dalam transaksi penjualan.
3. Pandangan socio-ekonomis melarang bunga bank dengan dalih yang bersifat socio-
ekonomis. Pendapat yang terpenting mengemukakan bahwa bunga mempunyai kecenderungan
pengumpulan kekayaan ditangan segelintir orang saja.
Lebih lanjut pandangan socio-ekonomis berpendapat bahwa prinsip keuangan Islam
mengharuskan pemberi pinjaman dan penerima pinjaman menghadapi u atau dengan kata lain
keuntungan muncul bersama resiko dan pendapatan muncul bersama biaya.12
12
Abdul Ghofur Ansori, op.cit, hlm. 18-20
17
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Secara umum Ulama membagi riba itu menjadi dua macam saja, yaitu
riba nasi‟ah‟ dan riba fadil, sedangkan riba yad dan Ribaqardi termasuk ke dalam
riba nasi‟ah dan riba fadhl. Barang-barang yang berlaku riba padanya ialah emas,perak, dan
makanan yang mengeyangkan atau yang berguna untuk yang mengenyangkan, misalnya
garam. Jual beli barang tersebut, kalau sama jenisnya seperti emas dan dengan emas, gadum
dengan gadum, diperlukan tiga syarat: (1) tunai, (2) serah terima, dan (3) sama
timbangannya. Kalau jenisnya berlianan, tetapi „ilat ribanya satu, seperti emas dengan perak,
boleh tidak sama tibangannya, tetapi mesti tunai dan timbang terima. Kalau jenis
dan „ilat ribanya berlainan seperti perak dengan beras, boleh dijial bagaimana saja seperti
barang-barang yang lain; berarti tidak diperlukan suatu syarat dari yang tiga itu.
Riba (termasuk bunga bank) adalah termasuk dosa besar. Baik pemberi, penulis dan
dua saksi riba adalah sama dalam dosa dan maksiat denganpemakan riba. Tidak boleh bagi
seorang Muslim mengokohkan transaksi riba. Dianjurkan (bahkan wajib) bagi kaum
Muslimin untuk mendirikan bank Islam sesuai dengan syari‟at agama, dan menghindarkan
dari segala macam bentuk/praktek riba
18
DAFTAR PUSTAKA
Anshori, Abdul Ghofur. 2007. Perbankan Syariah Di Indonesia. Yogyakarta : UGM Press.
Chapra, M.umer dan Tariqullah Khan. 2008, Regulasi dan pengawasan Bank Syariah. Jakarta
: Bumi Aksara.
Hassan, A. 1967. Tarjamah Bulughul Maram jilid 2. Bandung : C.V Diponegoro.
Muhammad (ed). 2006. Bank Syariah edisi kedua. Yogyakarta : Ekonisia.
Perwataatmadja, Kaarnaen dan M. Syafi‟I Antonio. 1992. Apa dan Bagaimana Bank Islam .
Yogyakarta : Dana Bhakti Wakaf.
Ramadhan, Irfan. 2011. “Macam-macam bunga yang ada pada Bank”,
(http://irfanramadhan4.wordpress.com/2011/10/03/macam-macam-bunga-yang-ada-pada-bank/),
Diakses, 7 Maret 2014
Yunus, Jamal Luali. 2009. Manajemen Bank Syariah Mikro. Malang : UIN Malang Press.

More Related Content

What's hot

What's hot (20)

Gharar dan Maisir Dalam Ekonomi Islam
Gharar dan Maisir Dalam Ekonomi IslamGharar dan Maisir Dalam Ekonomi Islam
Gharar dan Maisir Dalam Ekonomi Islam
 
Bab 3
Bab 3Bab 3
Bab 3
 
Penetapan margin dan nisbah bagi hasil
Penetapan margin dan nisbah bagi hasilPenetapan margin dan nisbah bagi hasil
Penetapan margin dan nisbah bagi hasil
 
wakalah kafalah hawalah
wakalah kafalah hawalahwakalah kafalah hawalah
wakalah kafalah hawalah
 
Ar rahn (gadai)
Ar rahn (gadai)Ar rahn (gadai)
Ar rahn (gadai)
 
MAhkum Fih dan Mahkum Alaih
MAhkum Fih dan Mahkum AlaihMAhkum Fih dan Mahkum Alaih
MAhkum Fih dan Mahkum Alaih
 
Pegadaian syariah ppt
Pegadaian syariah pptPegadaian syariah ppt
Pegadaian syariah ppt
 
Investasi dan pasar modal dalam perspektif islam
Investasi dan pasar modal dalam perspektif islamInvestasi dan pasar modal dalam perspektif islam
Investasi dan pasar modal dalam perspektif islam
 
Kelompok 08 ppt bank syariah
Kelompok 08 ppt bank syariahKelompok 08 ppt bank syariah
Kelompok 08 ppt bank syariah
 
Hiwalah
HiwalahHiwalah
Hiwalah
 
Makalah syarah hadis ekonomi, Hadis tentang Riba
Makalah syarah hadis ekonomi, Hadis tentang Riba Makalah syarah hadis ekonomi, Hadis tentang Riba
Makalah syarah hadis ekonomi, Hadis tentang Riba
 
Qardh dan Ariyah
Qardh dan AriyahQardh dan Ariyah
Qardh dan Ariyah
 
FIQH MUAMALAH - IJARAH
FIQH MUAMALAH -  IJARAHFIQH MUAMALAH -  IJARAH
FIQH MUAMALAH - IJARAH
 
11 HUKUM WAKALAH
11 HUKUM WAKALAH11 HUKUM WAKALAH
11 HUKUM WAKALAH
 
Ppt jual beli syariah
Ppt jual beli syariahPpt jual beli syariah
Ppt jual beli syariah
 
riba gharar and maysir
riba gharar and maysirriba gharar and maysir
riba gharar and maysir
 
Ppt tujuan dan prinsip ekonomi islam
Ppt tujuan dan prinsip ekonomi islamPpt tujuan dan prinsip ekonomi islam
Ppt tujuan dan prinsip ekonomi islam
 
01.3 MULTI AKAD
01.3 MULTI AKAD01.3 MULTI AKAD
01.3 MULTI AKAD
 
teori konsumsi Dalam Perspektif islam
teori konsumsi Dalam Perspektif islamteori konsumsi Dalam Perspektif islam
teori konsumsi Dalam Perspektif islam
 
PRESENTASI BANK SYARIAH
PRESENTASI BANK SYARIAHPRESENTASI BANK SYARIAH
PRESENTASI BANK SYARIAH
 

Viewers also liked

Viewers also liked (7)

Riba
RibaRiba
Riba
 
Digital logic and computer design
Digital logic and computer design Digital logic and computer design
Digital logic and computer design
 
Riba
RibaRiba
Riba
 
Perbankan syariah
Perbankan syariahPerbankan syariah
Perbankan syariah
 
Maqashid Syariah
Maqashid SyariahMaqashid Syariah
Maqashid Syariah
 
Presentasi agama islam..
Presentasi agama islam..Presentasi agama islam..
Presentasi agama islam..
 
Riba Dalam Pandangan Syari'ah Islam
Riba Dalam Pandangan Syari'ah Islam  Riba Dalam Pandangan Syari'ah Islam
Riba Dalam Pandangan Syari'ah Islam
 

Similar to PENGERTIAN RIBA DAN PERBEDAANNYA DENGAN BUNGA BANK

Masalah RIBA by Solehah Dwi P.
Masalah RIBA by Solehah Dwi P.Masalah RIBA by Solehah Dwi P.
Masalah RIBA by Solehah Dwi P.Solehah Dwi P.
 
Presentasi Fiqih Muamalah Agus Salim.pptx
Presentasi Fiqih Muamalah Agus Salim.pptxPresentasi Fiqih Muamalah Agus Salim.pptx
Presentasi Fiqih Muamalah Agus Salim.pptxagussalimmjl
 
Hukum bunga bank, asuransi (minus kisi)
Hukum bunga bank, asuransi (minus kisi)Hukum bunga bank, asuransi (minus kisi)
Hukum bunga bank, asuransi (minus kisi)Marhamah Saleh
 
Analisis kritis terhadap bunga bank
Analisis kritis terhadap bunga bankAnalisis kritis terhadap bunga bank
Analisis kritis terhadap bunga bankdiktum2015
 
Riba dan Kegiatan Ekonomi yang terintegrasi
Riba dan Kegiatan Ekonomi yang terintegrasiRiba dan Kegiatan Ekonomi yang terintegrasi
Riba dan Kegiatan Ekonomi yang terintegrasiSetiono Winardi
 
Presentasi Fiqh 10 (Bank Asuransi Riba) Ver.2
Presentasi Fiqh 10 (Bank Asuransi Riba) Ver.2Presentasi Fiqh 10 (Bank Asuransi Riba) Ver.2
Presentasi Fiqh 10 (Bank Asuransi Riba) Ver.2Marhamah Saleh
 
Presentasi Fiqh SiyasahMuamalah 12
Presentasi Fiqh SiyasahMuamalah 12Presentasi Fiqh SiyasahMuamalah 12
Presentasi Fiqh SiyasahMuamalah 12Marhamah Saleh
 
Makalah kelompok 3
Makalah kelompok 3Makalah kelompok 3
Makalah kelompok 3nabilarasya
 
KB 3-Bank, Rente, dan Fee.pdf
KB 3-Bank, Rente, dan Fee.pdfKB 3-Bank, Rente, dan Fee.pdf
KB 3-Bank, Rente, dan Fee.pdfmuhamadizlis
 
Pendapat ulama tentang bank
Pendapat ulama tentang bankPendapat ulama tentang bank
Pendapat ulama tentang bankUsep Rusmana
 
Pendidikan Agama Islam XI : Prinsip dan Praktik Ekonomi Islam K-13
Pendidikan Agama Islam XI : Prinsip dan Praktik Ekonomi Islam K-13Pendidikan Agama Islam XI : Prinsip dan Praktik Ekonomi Islam K-13
Pendidikan Agama Islam XI : Prinsip dan Praktik Ekonomi Islam K-13Trie Nakita Sabrina
 
Ekonomi syariah suatu implementasi dari sebuah ketakwaan
Ekonomi syariah suatu implementasi dari sebuah ketakwaanEkonomi syariah suatu implementasi dari sebuah ketakwaan
Ekonomi syariah suatu implementasi dari sebuah ketakwaanTri Prasetyo
 
Ekonomi syariah suatu implementasi dari sebuah ketakwaan
Ekonomi syariah suatu implementasi dari sebuah ketakwaanEkonomi syariah suatu implementasi dari sebuah ketakwaan
Ekonomi syariah suatu implementasi dari sebuah ketakwaanTri Prasetyo
 
Ekonomi syariah suatu implementasi dari sebuah ketakwaan
Ekonomi syariah suatu implementasi dari sebuah ketakwaanEkonomi syariah suatu implementasi dari sebuah ketakwaan
Ekonomi syariah suatu implementasi dari sebuah ketakwaanTri Prasetyo
 
Legitimasi hukum bunga bank dalam perbankan
Legitimasi hukum bunga bank dalam perbankanLegitimasi hukum bunga bank dalam perbankan
Legitimasi hukum bunga bank dalam perbankanSarda Rafika
 

Similar to PENGERTIAN RIBA DAN PERBEDAANNYA DENGAN BUNGA BANK (20)

Masalah RIBA by Solehah Dwi P.
Masalah RIBA by Solehah Dwi P.Masalah RIBA by Solehah Dwi P.
Masalah RIBA by Solehah Dwi P.
 
Kontroversi bunga dan riba (1)
Kontroversi bunga dan riba (1)Kontroversi bunga dan riba (1)
Kontroversi bunga dan riba (1)
 
Kontroversi bunga dan riba (1)
Kontroversi bunga dan riba (1)Kontroversi bunga dan riba (1)
Kontroversi bunga dan riba (1)
 
Presentasi Fiqih Muamalah Agus Salim.pptx
Presentasi Fiqih Muamalah Agus Salim.pptxPresentasi Fiqih Muamalah Agus Salim.pptx
Presentasi Fiqih Muamalah Agus Salim.pptx
 
Hukum bunga bank, asuransi (minus kisi)
Hukum bunga bank, asuransi (minus kisi)Hukum bunga bank, asuransi (minus kisi)
Hukum bunga bank, asuransi (minus kisi)
 
Analisis kritis terhadap bunga bank
Analisis kritis terhadap bunga bankAnalisis kritis terhadap bunga bank
Analisis kritis terhadap bunga bank
 
Riba dan Kegiatan Ekonomi yang terintegrasi
Riba dan Kegiatan Ekonomi yang terintegrasiRiba dan Kegiatan Ekonomi yang terintegrasi
Riba dan Kegiatan Ekonomi yang terintegrasi
 
Presentasi Fiqh 10 (Bank Asuransi Riba) Ver.2
Presentasi Fiqh 10 (Bank Asuransi Riba) Ver.2Presentasi Fiqh 10 (Bank Asuransi Riba) Ver.2
Presentasi Fiqh 10 (Bank Asuransi Riba) Ver.2
 
Presentasi Fiqh SiyasahMuamalah 12
Presentasi Fiqh SiyasahMuamalah 12Presentasi Fiqh SiyasahMuamalah 12
Presentasi Fiqh SiyasahMuamalah 12
 
Makalah kelompok 3
Makalah kelompok 3Makalah kelompok 3
Makalah kelompok 3
 
KB 3-Bank, Rente, dan Fee.pdf
KB 3-Bank, Rente, dan Fee.pdfKB 3-Bank, Rente, dan Fee.pdf
KB 3-Bank, Rente, dan Fee.pdf
 
Hk perbankan syari’ah
Hk perbankan syari’ahHk perbankan syari’ah
Hk perbankan syari’ah
 
Pendapat ulama tentang bank
Pendapat ulama tentang bankPendapat ulama tentang bank
Pendapat ulama tentang bank
 
Pendidikan Agama Islam XI : Prinsip dan Praktik Ekonomi Islam K-13
Pendidikan Agama Islam XI : Prinsip dan Praktik Ekonomi Islam K-13Pendidikan Agama Islam XI : Prinsip dan Praktik Ekonomi Islam K-13
Pendidikan Agama Islam XI : Prinsip dan Praktik Ekonomi Islam K-13
 
Ekonomi syariah suatu implementasi dari sebuah ketakwaan
Ekonomi syariah suatu implementasi dari sebuah ketakwaanEkonomi syariah suatu implementasi dari sebuah ketakwaan
Ekonomi syariah suatu implementasi dari sebuah ketakwaan
 
Ekonomi syariah suatu implementasi dari sebuah ketakwaan
Ekonomi syariah suatu implementasi dari sebuah ketakwaanEkonomi syariah suatu implementasi dari sebuah ketakwaan
Ekonomi syariah suatu implementasi dari sebuah ketakwaan
 
Ekonomi syariah suatu implementasi dari sebuah ketakwaan
Ekonomi syariah suatu implementasi dari sebuah ketakwaanEkonomi syariah suatu implementasi dari sebuah ketakwaan
Ekonomi syariah suatu implementasi dari sebuah ketakwaan
 
Riba vs Zakat - Anto Apriyanto
Riba vs Zakat - Anto ApriyantoRiba vs Zakat - Anto Apriyanto
Riba vs Zakat - Anto Apriyanto
 
Legitimasi hukum bunga bank dalam perbankan
Legitimasi hukum bunga bank dalam perbankanLegitimasi hukum bunga bank dalam perbankan
Legitimasi hukum bunga bank dalam perbankan
 
Modul 7 kb 3
Modul 7 kb 3Modul 7 kb 3
Modul 7 kb 3
 

Recently uploaded

AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfTaqdirAlfiandi1
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxmtsmampunbarub4
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxBambang440423
 
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfLAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfChrodtianTian
 
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023DodiSetiawan46
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxJamhuriIshak
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxalalfardilah
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxDwiYuniarti14
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASreskosatrio1
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxSyaimarChandra1
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaNadia Putri Ayu
 
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfKelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfmaulanayazid
 
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxRioNahak1
 
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasMembuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasHardaminOde2
 
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada AnakPpt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anakbekamalayniasinta
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024budimoko2
 

Recently uploaded (20)

AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
 
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfLAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
 
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
 
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfKelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
 
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
 
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasMembuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
 
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada AnakPpt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
 

PENGERTIAN RIBA DAN PERBEDAANNYA DENGAN BUNGA BANK

  • 1. 1 BAB II PEMBAHASAN 1. PENGERTIAN RIBA DAN PERBEDAANNYA DENGAN BUNGA BANK Riba dari segi istilah bahasa sama dengan “Ziyadah” artinya tambahan. Sedangkan menurut istilah, riba berarti pengambilan tambahan dari harta pokok (modal) secara bathil.1 Riba dalam bahasa inggris disebut usury, yang intinya adalah pengambilan bunga atas pinjaman uang dengan berlebihan, sehingga cenderung mengarah kepada eksploitasi atau pemerasan. Lebih lanjut riba dalam Al-Quran diartikan sebagai setiap penambahan yang diambil tanpa adanya satu transaksi pengganti atau penyeimbang yang dibenarkan oleh syariah. Yang dimaksud transaksi pengganti atau penyeimbang, yaitu transaksi bisnis atau komersial yang melegimitasi adanya penambahan secara adil, seperti melalui transaksi jual beli, sewa-menyewa, atau bagi hasil.. Dalam transaksi jual beli, misalnya pihak pembeli wajib menyerahkan sejumlah uang sebagai harga barang/jasa, yang kemudian diimbangi oleh adanya kewajiban dari pihak penjual untuk menyerahkan barang atau jasa yang menjadi obyek perjanjian jual beli tersebut. Kemudian ketika kita melihat pada transaksi simpan-pinjam dana secara konvensional, terlihat bahwa adanya besaran presentase tertentu atas pinjaman pokok menjadi keniscayaan. Dengan demikian pihak yang memberikan pinjaman akan mendapatkan penghasilan yang pasti dengan berjalannya waktu, sedangkan pada pihak peminjam besarnya keuntungan adalah tidak tentu. Hal inilah yang menunjukkan adanya ketidakadilan dalam transaksi yang berbasis bunga (interest based transaction). Islam tidak mengenal prinsip time value of money yang berbasis pada bunga layaknya transaksi ekonomi konvensional, karena dalam Islam tidak mungkin ada 1 K Perwataatmadja dan M. Syafi’I Antonio, Apa dan Bagaimana Bank Islam (Yogyakarta : Dana bhakti Wakaf,1992), hlm.10
  • 2. 2 keuntungan tanpa risiko dan atau mendapatkan hasil tanpa biaya. Islam melarang riba dalam segala bentuk dan manifestasinya.2 PENGERTIAN BUNGA Secara leksikal,bunga sebagai terjemahan dari interest. Diungkapkan dalam suatu kamus dinyatakan,bahwa interest is a charge for a financial loan,usually a percentage of the amount loaned. Bunga adalah tanggungan pada pinjaman uang,yang biasanya di nyatakan dengan prosentase dari uang yang dipinjamkan. Pendapatan lain menyatakan “interest” yaitu sejumlah uang yang dibayarkan atau dikalkulasi untuk penggunaan modal. Jumlah tersebut misalnya dinyatakan dengan satu tingkat atau presentase modal yang bersangkutpaut dengan itu yang dinamakan suku bunga modal”.3 BUNGA BANK = RIBA ? Jawaban terhadap persoalan sub pokok bahasan ini, akan lebih rinci apabila dikembalikan kepada pandangan tentang adanya kesamaan antara praktik bunga dengan riba yang diharamkan dalam Al Qur‟an dan hadits kesamaan itu sulit dibantah, apalagi secara nyata aplikasi sistem bunga pada perbankan lebih banyak dirasakan mudhorat nya daripada manfaatnya. Kemudhoratan system bunga sehingga dikategorikan sebagai riba, antara lain adalah : 1. Mengakumulasi dana untuk keuntungannya sendiri 2. Bunga adalah konsep biaya yang digeserkan kepada penanggung berikutnya 3. Menyalurkan hanya kepada mereka yang mampu 4. Penanggung terakhir adalah masyarakat 5. Memandulkan kebijakan stabilitas ekonomi dan investasi 6. Terjadi kesenjangan yang tidak akan ada habisnya Praktek-praktek diatas tidak akan dapat berjalan apabila umat Islam tidak menjalankan secara Istiqomah terhadap konsep bank bagi hasil atau bank syariah. Oleh karena itu, kehadiran Bank syariah dalam percaturan perekonomian nasional amat menjadi penting. Dengan kata lain, relevansi bank syariah dengan perekonomian Indonesia yang sedang membangun sangat tinggi dan jauh lebih tinggi dari bank konvensional. Sehingga tumbuh dan berkembangnya 2 Abdul Ghofur Ansori, Perbankan syariah di Indonesia( Yogyakarta : UGM Press,2007) hlm.11-12 3 Muhammad, (Ed),Bank syariah analisis kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman (Yogyakarta : Ekonisia,2006), hlm.28
  • 3. 3 bank syariah di Indonesia, dalam rangka memperkecil terjadinya praktek riba, seharusnya tidak semata-mata bersifat emosional tetapi lebih banyak bersifat rasional dan konsepsional untuk membantu upaya pembangunan. Sebab dengan jumlah bank syariah yang cukup berarti dan dioperasionalkan dengan baik akan mampu mendukung upaya pertumbuhan ekonomi yang tinggi, pemerataan dan pembangunan dan hasil-hasilnya, serta stabilitas ekonomi yang mantap.4 RIBA ATAU BUNGA DALAM PERSPEKTIF ISLAM Peraturan dasar ekonomi Islam melarang dipraktikannya riba bahkan harus diperangi karena dianggap dosa besar, sumber kekacauan, tidak ada berkat dan membawa akibat yang buruk, baik didunia maupun di akhirat. Karena itu, diantara fenomena keadilan yang paling menonjol dalam prinsip ekonomi Islam adalah pengharaman terhadap riba dan sekaligus memeranginya. Hal ini sebagaimana Firman Allah : “hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan tinggalkanlah sisa riba (yang belum dipungut) . jika kamu termasuk orang-orang yang beriman. Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba) maka ketahuilah, bahwa Allah dan RosulNya akan memeerangimu. Dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba) maka bagimu pokok hartamu, kamu tidak menganiaya dan tidak (pula) dianiaya (Q.S Al Baqarah : 278-279). Nash Al Qur‟an ini menunjukkan bahwa dasar pengharaman riba adalah melarang perbuatan dzalim bagi masing-masing dari kedua belah pihak, maka tidak boleh mengdzalimi dan tidak boleh didzalimi (Qordhowi 1997, 310) . perbuatan riba merupakan salah satu perbuatan yang “mengundang“ azab Allah disuatu negri, sebagaimana yang telah disampaikan Nabi SAW : “ Jika telah tampak disuatu negri perbuatan riba dan zina, maka mereka telah menghalalkan datangnya azab Allah pada mereka “ ( H.R At-thabrani dan Al Hakim dari Ibnu Abbas). Bahkan secara tegas dalam Al Qur‟an diterangkan bahwa berdirinya orang yang memakan riba seperti orang yang kemasukan syaitan, sebagaimana firman Allah : “orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran ( tekanan ) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat) . sesungguhnya jual beli itu 4 Ibid, hlm. 50-51
  • 4. 4 sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba “ (Q.S Al Baqarah : 275) Ahli filsafat ekonomi di masa sekarang juga telah membicarakan resiko dan bahayanya riba secara social, ekonomi, dan politik. Seperti yang dikatakan Lord King (Qordhowi, 1997:311), pakar ekonomi Inggris yang terkenal bahwa : “sesungguhnya masyarakat kita menapaki jalan hidup yang lurus jika dapat menurunkan tingkat bunga sampai nol, yaitu menghapuskannnya sekali.” Begitu pula halnya yang dijelaskan oleh para pemikir umat Islam seperti Ustad Al- Maududi, Darras, Isa Abduh , Al-„Arabi, Abi As-saud, Abuzarhah , As-Sidiqi, dll.( Qordhowi, 1997 : 311). Dikalangan para ulama, semua sepakat bahwa riba diharamkan dalam Islam. Namun, yang menjadi persoalan sekarang adalah apakah bunga bank konvensional yang berkembang dalam perekonomian sekarang ini (bahkan sebagai “urat nadi” perekonomian) termasuk riba atau bukan. Kajian kontekstual atas riba dan bunga bank (Masjhud, 1996:3), ulama tafsir berbeda pendapat. Sebagian berpendapat bahwa bunga bank adalah riba dan haram, dan sebagian yang lain berpendapat bahwa bunga bank bukan riba, dan halal. Dalam hal ini, Muhammadiyah (salah satu organisasi Islam di Indonesia) menyadari bahwa system perbankan belum pernah ada di jaman awal Islam karena itu, masalah bunga bank dianggap masalah “Ijtihadiyah” yang erat kaitannya dengan riba. Muhammadiyah memiliki pandangan bahwa hakekat riba yang dilarang Al-Qur‟an adalah riba yang mengarah kepada pemerasan (dlulm) terhadap debitur. Hal ini terlihat dalam konsideran putusan majlis tarjih tentang bunga bank (Rosyie, 1996 : 2-4) sebagai berikut : “bahwa Nash-nash Al Qur‟an dan Sunnah tentang haramnya riba terkesan adanya „illat‟(sebab) terjadinya penghisapan (dlulm) oleh pihak yang kuat oleh pihak yang lemah. “ Lebih lanjut, Muhammadiyah berpendapat bahwa illat dlulm itu terdapat dalam bunga bank milik swasta. Maka hukumnya sama saja dengan riba. Adapun bank milik negara, illat nya belum meyakinkan, karena itu menurut Muhammadiyah hukum bunga bank milik pemerintah adalah “ musytabihat”, tidak haram dan tidak juga halal secara mutlak. Menurut kasman singodimedjo (wakil ketua lll PP Muhammadiyah periode 1971- 1974) terhadap putusan majlis tarjih tentang bunga bank, muhammadiyah sebenarnya sudah membenarkan praktik bank konvensional (yang memakai sistem bunga). Dengan argumentasi bahwa majlis tarjih menjelaskan bahwa :
  • 5. 5 “ kecuali apabila ada satu kepentingan masyarakat ataupun kepentingan pribadi yang sesuai dengan maksud dari tujuan agama Islam pada umumnya, maka tidak halangan perkara musytabihat tersebut dikerjakan sesuai dengan kepentingan itu”. Berdasarkan penjelasan diatas menurut kasman, Muhammadiyah sudah menyatakan dengan sendirinya bahwa bunga bank milik negara yang semula musytabihat telah bergeser menjadi halal. Kalaulah bunga bank milik negera adalah halal karena tidak terdapat illat dlulm, maka bank milik swastapun, selama praktik operasionalnya tidak ada illat tersebut dapat dinyatakan hukumnya halal (Rozie, 1996:4). Pendapat ini sejalan dengan pemikiran Muhammad Hatta, Syafrudin Prawiranegara, dan A.Hasan (Masjhud, 1996:5). Sementara itu, Mannan (1994:164-5) mengungkapkan bahwa beberapa orang Islam terpelajar yang silau oleh pesona lahiriah peradapan eropa mengatakan bahwa yang dilarang oleh Islam adalah riba bukan bunga. Mereka yang berpendapat bahwa bunga yang dibayarkan pada pinjaman investasi dalam kegiatan produksi tidak bertentangan dengan hukum Al Qur‟an , karena hukum ini hanya mengacu pada riba, yaitu pinjaman yang bukan untuk produksi dimasa pra Islam. Pendapat ini sejalan dengan Sir Sayyed yang telah menerjemahkan “riba” kedalam bahasa Inggris (dengan usury, meminjamkan uang dengan bunga yang berlebihan atau tidak sah) dan selanjutnya membedakan dari Interest (bunga). Lebih lanjut, dia berkata bahwa kata usury menyatakan bentuk primitive peminjaman uang ketika uang dipinjamkan untuk keperluan konsumsi. Memang kejam bahwa uang yang dipinjamkan kepada orang-orang yang membutuhkannya untuk biaya hidup mereka sehari-hari, harus dijadikan sumber keuntungan. Bunga, di pihak lain merupakan beban yang wajar untuk penggunaan uang didalam proses produktif industri atau perdagangan. Peminjam menggunakan uang itu dan memperoleh keuntungan, maka wajarlah baginya untuk memberikan sejumlah bunga kepada si pemberi pinjaman, yang pinjamannya memungkinkan dia membuat keuntungan itu (Mudunnasir, 1988:485). Dalam persoalan perspektif mengenai riba yang terkait dengan penggunannya apakah untuk produksi atau konsumsi, Mannan (1991:165) menegaskan : Sesungguhnya perbedaan antara pinjaman produktif dan tidak produktif (konsumsi) adalah perbedaan tingkat, bukan perbedaan jenis. Menyebut riba dengan nama bunga tidak akan
  • 6. 6 mengubah sifatnya karena bunga adalah suatu tambahan modal yang dipinjam, karena itu ia adalah riba,baik dalam jiwa maupun peraturan hukum Islam. Sebetulnya tidak ada perbedaan antara bunga dan riba. Islam dengan tegas melarang semua bentuk bunga betapapun hebat dan menyakinkan nama yang diberikan kepadanya. Hal ini juga yang ditegaskan oleh Syaikh Mahmud Ahmad yang membantah Sir Sayyed dia mengatakan didalam tangkisannya sebagai berikut : Bahkan pada masa Nabi suci, orang-orang yahudi madinah meminjamkan uang tidak hanya untuk keperluan konsumsi, tetapi juga untuk perdagangan. Begitu pula bank-bank modern meminjamkan uang tidak hanya untuk tujuan-tujuan yang produktif, tetapi juga untuk keperluan konsumsi. Sebenarnya perbedaan yang penting diantara perbankan modern dengan perbedaan primitive adalah tingkat dan pengembangannya bukan jenisnya. Kriteria atau batasan yang dimaksud dengan riba adalah dititik beratkan pada penentuan sebelumnya, kelebihan yang diperileh dari modal dasar yang dihitungkan atau di investasikan pada orang lain, sedikit atau banyak. Jadi, kelebihan dari modal dasar yang tidak ditentukan sebelumnya atau berdasarkan untung dan rugi (produktif) tidak dikategorikan riba. Tetapi yang dikategorikan riba adalah penentuan jumlah kelebihan yang harus diberikan atau didapat tanpa mengindahkan apakah si peminjam itu untung atau rugi dalam usahanya. Kalau kita menengok sejenak dari praktik bunga (tambahan) yang dilakukan oleh bank-bank konvensional yang ada sekarang ini atau obligasi-obligasi yang dikeluarkan oleh perusahaan, kemudian kita konfirmasikan dengan definisi serta criteria riba tersebut diatas, maka jelaslah bahwa bunga bank atau obligasi yang beredar merupakan bentuk dari praktik ribawi, karena jumlah kelebihan telah ditentukan sebelumnya (yunus, 1993:17). Hal ini sebagaimana yang dipahami dari sebagian ulama terdahulu (salafi) mengenai riba jahiliyah ialah bahwa mereka meminjamkan uang yang pada awalnya tidak memakai riba (tambahan) . Riba baru muncul bila jangka waktu pembayaran yang telah ditentukan semula telah berakhir, sementara peminjam belum juga melunasi hutangnya. Jadi, konsekuensinya, orang yang menetapkan sejak awal bahwa pihaknya tidak akan member pinjaman, kecuali pakai riba (bunga), berarti lebih bejat dan lebih haram lagi, ketimbang praktik yang terjadi pada “Riba jahiliyah”(Qordhowi, 1990:58). Dan, sebelumnya qordhowi (1990:24) mengungkapkan bahwa riba dalam al-quran adalah lawan dari 2 sistem : pertama, lawan
  • 7. 7 shadaqah. Dalam hal ini berbentuk pinjaman bebas bunga (lowan) seperti firman Allah : “Allah membinasakan riba dan menumbuhkan shadaqah.” Kedua, lawan dari sitem jual beli. Dalam hal ini berbentuk musyarakah, mudharabah dan murabahah dan jenis lainnya. Sebagaimana tertera dalam firman allah:” allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba‟. Jadi, siapa yang menagih bunga (riba) untuk keperluan gaya hidup (konsumtif) maka penyelesaiannya dengan jalur “shadaqah” (pinjaman tanpa bunga). Sedangkan orang yang mengenakan riba dalam urusan bisnis (produktif), maka jalan keluarnya adalah “jual beli” dan berbagai praktik muamalat lainnya. Oleh karena itu, pengembangan berbagai bentuk alternatif memecahkan persoalan ekonomi ummat islam dewasa ini harus terus dilakukan, dan tentunya harapan ummat, alternatif yang dikembangkan dapat memuaskan batin dari tuntutan syari‟ah sekaligus memuaskan dzahir dari tuntutan manajemen modern. 5 2. JENIS JENIS RIBA DAN BUNGA BANK JENIS RIBA Secara garis besar riba terbagi kepada dua bagian, yaitu : Riba hutang piutang dan Riba jual beli. Riba hutang piutang terbagi lagi menjadi Riba Qard dan Riba Jahiliyah sedangkan Riba jual beli terbagi menjadi Riba Fadhl dan Riba Nasi‟ah. a. Riba Qard Suatu manfaat atau tingkat kelebihan tertentu yang disyariatkan terhadap yang berhutang (Muqtaridh) b. Riba Jahiliyah Hutang yang dibayar lebih dari pokoknya, karena si peminjam tidak mampu membayar hutangnya pada waktu yang ditetapkan. c. Riba Fadhl Pertukaran antara barang-barang sejenis dengan kadar/takaran yang berbeda dan barang yang dipertukarkan termasuk dalam jenis “barang ribawi” d. Riba Nasiah 5 Jamal Lulail Yunus, manajemen bank syariah mikro, (Malang : Malang Press, 2009), hlm. 26-35
  • 8. 8 Penangguhan penyerahan atau penerimaan jenis barang ribawi dengan jenis barang ribawi lainnya. Yang termasuk dalam barang ribawi menurut sebagian cendekiawan fiqh Islam, diantaranya mazhab Syafi‟I jenis barang ribawi, yaitu : a. Mata uang emas dan perak, baik itu dalam bentuk uang maupun dalam bentuk lainnya. b. Bahan makanan pokok, seperti : beras, gandum, dan jagung serta bahan makanan tambahan, seperti : sayur-sayuran, buah-buahan, dll.6 JENIS BUNGA BANK a) Bunga Tetap (Fixed Interest) Dalam sistem ini, tingkat suku bunga akan berubah selama periode tertentu sesuai kesepakatan. Jika tingkat suku bunga pasar (market interest rate) berubah (naik atau turun), bank akan tetap konsisten pada suku bunga yang telah ditetapkan. Lembaga pembiayaan yang menerapkan sistem bunga tetap menetapkan jangka waktu kredit antara 1-5 tahun. Lihat Modal Usaha dan Usaha Modal. Keuntungan bagi anda adalah jika suku bunga pasar naik, anda tidak akan terbebani bunga tambahan. Sebaliknya jika suku bunga pasar turun dan selisihnya lumayan besar, maka ada baiknya anda mempertimbangkan untuk melakukan refinancing. anda mesti menyelesaikan kredit lebih cepat dan mengganti dengan kontrak baru yang berbunga rendah (Pinjaman Tunai). b) Bunga Mengambang (Floating Interest) Dalam sistem ini, tingkat suku bunga akan mengikuti naik-turunnya suku bunga pasar. Jika suku bunga pasar naik, maka bunga kredit anda juga akan ikut naik, demikian pula sebaliknya. Sistem bunga ini diterapkan untuk kredit jangka panjang, seperti kredit kepemilikan rumah, modal kerja, usaha dan investasi. c) Bunga Flat (Flat Interest) Pada sistem bunga flat, jumlah pembayaran pokok dan bunga kredit besarnya sama setiap bulan. Bunga flat biasanya diperuntukkan untuk kredit jangka pendek. contoh, kredit mobil, kredit motor dan kredit tanpa agunan. Lihat Pinjaman Cepat dan Usaha Pinjaman d) Bunga Efektif (Effective Interest) 6 K. Perwataatmadja dan M. Syafi’I Antonio, Op.cit, hlm. 11
  • 9. 9 Pada sistem ini, perhitungan beban bunga dihitung setiap akhir periode pembayaran angsuran berdasarkan saldo pokok. Beban bunga akan semakin menurun setiap bulan karena pokok utang juga berkurang seiring dengan cicilan. Jangan membandingkan sistem bunga flat dengan efektif hanya dari angkanya saja. Bunga flat 6% tidak sama dengan bunga efektif 6%. Besar bunga efektif biasanya 1,8-2 kali bunga flat. jadi, bunga flat 6% sama dengan bunga efektif 10,8%-12%. e) Bunga Anuitas (Anuity Interest) Bunga anuitas boleh disetarakan dengan bunga efektif. Bedanya, ada rumus anuitas yang bisa menetapkan besarnya cicilan sama secara terus-menerus sepanjang waktu kredit. jika tingkat bunga berubah, angsuran akan menyesuaikan. Klik Modal Usaha dan Modal Pinjaman. Dalam perhitungan anuitas, porsi bunga pada masa awal sangat besar sedangkan porsi angsuran pokok sangat kecil. Mendekati berakhirnya masa kredit, keadaan akan menjadi berbalik. porsi angsuran pokok akan sangat besar sedangkan porsi bunga menjadi lebih kecil.7 3. KONSEP “ RIBA “ DALAM AL QUR’AN DAN SUNNAH Untuk memahami konsep riba dalam Al Qur‟an dan Sunnah kita harus memahami keadaan ekonomi jazirah Arabia dan sekitarnya pada waktu Rasulullah dan masa-masa sebelumnya karena doktrin riba ditujukan kepada masyarakat ekonomi tersebut. Jika dilihat dalam peta dunia maka kelihatan jelas letak jazirah Arabia berada di tengah-tengah jalur perdagangan antara Eropa dan Afrika di satu pihak dengan India dan Cina di pihak lain. Catatan sejarah menunjukkan pula bahwa bangsa Arab jauh sebelum kerasulan Muhammad SAW adalah suatu bangsa yang sangat maju dalam perdagangan. Hal ini seperti dilukiskan dan dijelaskan di dalam Al Qur‟an surat Quraisy, dan buku-buku sejarah dunia. Suatu hal yang tidak dapat dipungkiri bahwa dalam rangka menunjang arus perdagangan yang begitu pesat mereka membutuhkan fasilitas pembiayaan yang memadai guna menunjang kegiatan produksi. Oleh karena itu tidaklah mengherankan bila 2.500 tahun sebelum Masehi usaha perbankan telah dikenal di Mesir Purba, Yunani kuno, dan Romawi demikian juga 2.000 tahun sebelum Masehi di Mesopotamia ( sekarang masuk wilayah Irak ) sudah di perkenankan suatu perangkat pembiayaan yang menyerupai promes ( promesory 7 Irfan Ramadhan, “Macam-macam bunga yang ada pada Bank”, 3 Oktober 2011, (http://irfanramadhan4.wordpress.com/2011/10/03/macam-macam-bunga-yang-ada-pada-bank/), Diakses 7 Maret 2014
  • 10. 10 note dewasa ini ) yang mana unsur bunga merupakan satu bagian yang tak terpisahkan dari padanya. 500 tahun sebelum Masehi, Temple of Babilon mengenakan bunga sebesar 20% setahun.8 4. DASAR HUKUM PELARANGAN RIBA DALAM ISLAM Pelarangan terhadap riba dalam Islam, seperti pelarangan minuman keras, (khamr). Yakni bahwa pelarangan terhadap riba berlangsung secara bertahap, sebagaimana larangan bagi semua orang minum khamr. Hal ini dilatar belakangi oleh keadaan sebagian warga Arab pada masa itu yang gemar menerapakan riba dalam setiap kegiatan transaksi yang dilakukannya, sehingga akan menimbulkan anomi atau goncangan di masyarakat jika mereka dikenakan larangan riba secara tegas dan tiba-tiba. Adapun pelarangan riba dapat dikkkelompokkan menjadi empat tahap yang masing- masing didasarkan pada ketentuan ayat Al-Quran. Keempat tahap pelarangan riba tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut : 1) Tahap I ,menolak anggaran bahwa pinjaman riba yang pada zahirnya seolah-olah menolong mereka yang memerlukan sebagai suatu perbuatan mendekati atau taqarrub kepada AllahSWT, yaitu melalui Firman Allah dalam Surat ar-rum ayat (39), yang artinya;. “Dan,sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia menambah pada harta manusia,maka riba tersebut tidak akan menambah pada sisi Allah,Dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah, ,maka (yang berbuat demekian) itulah orang-orang yang melipat gandakan (pahalanya).” 2) Tahap II, riba digambarkan sebagai sesuatu yang buruk,yang disertai pula dengan ancaman yang keras kepada orang Yahudi yang memakan riba. Hal ini terdapat dalam surat an-Nisa ayat (160-161). “Maka,disebabkan kezaliman orang-orang Yahudi,kami haramkan atas mereka (memakan makanan) yang baik-baik (yang dahulunya)dihalalkan bagi mereka,dan karena mereka banyak menghalangi (manusia) dari jalan Allah,dan disebabkan mereka memakan riba,padahal sesungguhnya mereka telah dilarang darinya,dan 8 K. Perwataatmadja dan M. Syafi’I Antonio, Op.cit,hlm. 12-13
  • 11. 11 karena mereka memakan harta orang dengan jalan yang batil. Kami telah menyediakan untuk orang-orang yang kafir di antara mereka itu siksa yang pedih”. 3) Tahap III ,riba diharamkan dengan dikaitkan kepada suatu tambahan yang berlipat ganda. Hal ini dapat kita baca dalam Al-Quran Surat Ali Imran ayat (130).Artinya sebagai berikut : “Hai orang-orang yang beriman,janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan .” 4) Tahap IV, Allah SWT dengan jelas dan tegas mengharamkan apapun jenis tambahan yang diambil dari pinjaman. Hal ini terdapat dalam Al-Quran Surat al-Baqarah ayat 278-279,yang artinya adalah sebagai berikut : “Hai orang-orang yang beriman,bertaqwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman. Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba) maka ketahuilah bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu. Dan,jika kamu bertobat (dari pengambilan riba) maka bagimu pokok hartamu,kamu tidak menganiaya dan tidak pula dianiaya.” Dengan demikian tahap keempat adalah taphap final, yang benar-benar secara jelas dan tegas mengharamkan apapun jenis tambahan yang diambil dari pinjaman. Larangan terhadap riba ini juga dijumpai dalam hadis nabi Muhammad SAW,ada beberapa hadis yang memuat tentang larangan riba ini,antara lain adalah : 1) HR. Bukhari no.2034,Kitab al-Buyu “Diriwayatkan oleh Abdurahman bin Abu Bakar bahwa ayahnya berkata,Rasulullah SAW melarang penjualan emas dengan emas dan perak dengan perak kecuali sama beratnya, dan membolehkan kita menjual emas dengan perak dan begitu juga sebaliknya sesuai dengan keinginan kita.” 2) HR. Muslim no.2995,Kitab al-masaqqah Jabir berkata bahwa Rasulullah saw. Mengutuk orang yang menerima riba,orang yang membayarnya,dan orang yang mencatatnya,dan dua orang saksinya,kemudian beliau bersabda,”Mereka itu semuanya sama”. 3) Hadis yang merupakan amanat terakhirnya pada tanggal 9 Dzul-hijjah 10 H. Berupa penekanan Rasulullah SAW terhadap riba,yang artinya : “Ingatlah bahwa kamu akan menghadap Tuhanmu dan Dia pasti akan menghitung amalanmu. Allah telah melarang kamu mengambil riba . Oleh karena itu,utang akibat
  • 12. 12 riba harus dihapuskan. Modal (uang pokok) kamu adalah hakmu. Kamu tidak akan menderita ataupun mengalami ketidakadilan.” Ketiga hadist diatas secara tegas menunjukkan bahwa riba adalah haram, sehingga konsekuensi yuridisnya jika dilakukan akan mendapatkan sanksi di akhirat kelak.9 5. PANDANGAN AL QUR’AN, HADITS, DAN PARA ULAMA MENGENAI RIBA Pada prinsipnya keuangan syariah didasarkan pada prinsip haramnya riba dan bunga. Hal ini didasarkan atas ketegasan dari nash Alqur‟an seperti dalam Surah Al Baqarah ayat 275. : Artinya : “Dan Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan Riba” Dan beberapa hadits shahih, diantaranya : Dari Abu Hurairah bahwasanya Rasulullah SAW. Bersabda : jauhilah olehmu tujuh perkara yang membinasakan, maka ditanyakanlah hal tersebut kepada beliau, “ wahai Rasulullah apa saja perkara-perkara itu ? Beliau menjawab :”berbuat syirik kepada Alah SWT,(melakukan sihir, membunuh jiwa tanpa alasan yang benar, memakan harta anak yatim, memakan riba, lari dari berkecamuknya peperangan, dan menuduh (berzina) terhadap perempuan mukminat yang telah bersuami. (HR. Muslim dan Imam Malik) Dalam pandangan jumhur ulama masa kini bunga hanyalah salah satu dari bentuk-bentuk riba yang dilarang. Bunga pada prinsipnya adalah bentuk nyata dari riba nasiah. 10 Banyak pendapat dan tanggapan di kalangan para ulama dan ahli fiqh baik klasik maupun kontemporer tentang apakah bunga bank sama dengan riba atau tidak. Berikut ini akan disampaikan beberapa pendapat dan tanggapan yang menganggap bunga bank tidak sama dengan riba. Di antara tanggapan tersebut adalah sebagaimana dikemukakan oleh para ulam berikut: Pendapat atau fatwa yang dikeluarkan oleh Imam Akbar Syekh Mahmut Syaltut adalah “pinjaman berbunga dibolehkan bila sangat dibutuhkan.” Fatwa ini muncul tatkala 9 Abdul Ghofur Ansori, op.cit, hlm.12-15 10 M. Umer Chapra dan Tariqullah Khan, Regulasi dan Pengawasan Bank Syariah, terjemahan Ikhwan Abidin Basri (Jakarta : Bumi Aksara,2008), hlm. 9
  • 13. 13 beliau ditanya tentang kredit yang yang berbunga dan kredit suatu negara dari negara lain atau perorangan. Juga ditanya tentang saham dan surat-surat berharga. Jawaban terhadap pertanyaan tersebut, adalh bahwa: Ketika al-Qur‟an mengharamkan orang-orang mukmin melakukan transaksi dengan riba, yamg pengertiannya telah dibatasi oleh kebiasaan masa turunnya al-Qur‟an, yaitu seseorang berhutang keepad orang lain, kemudian setelah jatuh tempo, debitur mengatakn kepada krediturnya: berikanlah perpajangan waktu kreditmu kepadaku, maka aku tambahi bunganya. Lalu kedua orang itu melakukannya. Inilah yang dinamakan riba berganda-ganda. Kemudian Allah melarang hal semacam ini di dalam Islam. Dan biasanya terjadinya riba semacam ini antar si fakir dengan si kaya yang mmemenfaatkan kesempitan orang dengan tidak memperdulikan sendi-sendi kasih sayang yang menjadi dasar pembangunan masyarakat dalam Islam. Riba semacam ini oleh rasa kemanusiaan yang luhur tentu tidak dapat dibenarkan. Saya berkeyakinan baaaaaahwa debitur yang berada dalam keadaan darurat dan membutuhkan, maka ia terlepas dari dosa dari transaksi semacam ini, karena dia melakukannya secara terpaksa atau dianggap terpaksa. …Orang yang dalam keadaan butuh memperoleh pinjaman dengan bunga diperbolehkan bagi pribadi-pribadi yang mengalami darurat. Pendapat atau fatwa Syek Rasyid Ridla,bahwa beliau membenarkan kaum muslimin mengambil hasil bunga dari penduduk negeri kafir. Lebih lanjut beliau berkata: Menurut ketentuan asal syari‟at harta penduduk negeri kafir Harbi boleh diambil oleh pihak yang menguasainya dan mengalahkannya. Riba mengandung kedhaliman,sebagaimana firman Allah dalam QS.Al-Baqarah 279. Sedangkan mendhalimi orang kafir Harbi tidak haram,karena sebagai tindak balasan terhadap kedhalimannya. Sebab kedhaliman si kafir Harbi membahayakan si muslim. Fatwa lain yang dilontarkan oleh Rasyid Ridla adalah berkenaan dengan pinjaman uang untuk investasi. Sehubungan dengan itu setelah mengadakan analisis terhadap ayat-ayat al-Quran yang berbicara tentang riba menyimpulkan bahwa : Tidak termasuk dalam pengertian riba,jika seseorang memberikan kepada orang lain harta (uang ) untuk diinvestasikan sambil menetapkan kadar tertentu (persentase) baginya dari hasil usaha tersebut. Karena transaksi ini menguntungkan bagi pengelola dan bagi pemilik harta,sedangkan riba yang diharamkan merugikan salah seorang tanpa sebab,kecuali
  • 14. 14 keterpaksaannya,serta menguntungkan pihak lain tanpa usaha,kecuali melalui penganiayaan dan ketamakan. Mustafa Ahmad az-Zarqa,seorang guru besar hukum Islam di Universitas Amman, Yordania, mengemukakan pendapat yang sama denga Abdul Hamid Hakim,yaitu termasuk riba fadl yang dibolehkan karena darurat dan bersifat sementara. Artinya, umat Islam harus berupaya untuk mencari jalan kaluar dari sistem bank konvensional tersebut,dengan mendirikan bank Islam,sehingga keraguan atau sikap setuju dengan bank konvensional dapat dihilangkan Dari beberapa pendapat ulama tersebut dapat diklasifikasikan pendapatnya tentang haram- halalnya atau boleh tidaknya riba atau bunga bank,sebagai berikut: 1. Dalam keadaan-keadaan darurat bunga halal haramnya. Hanya bunga yang berlipat ganda saja yang dilarang, adapun suku bunga yang “wajar” dan tidak mendholimi diperkenankan. 2. Lembaga keuangan bank,demikian juga Lembaga Keuangan Bukan Bank sebagai lembaga “hukum” tidak termasuk dalam territorial hukum taklif. 3. Hanya kredit yang bersifat konsumtif saja yang pengambilan bunganya dilarang,adapun yang produktif tidak demikian. 4. Bunga diberikan sebagai ganti rugi atas hilangnya kesempatan untuk memperoleh keuntugan dari pengelola tersebut. 5. Uang dapat dianggap sebagai komoditi sebagaimana barang-barang lainnya sehingga dapat disewakan atau diambil upah atas penggunanya. 6. Bunga diberikan untuk mengimbangi laju inflasi yang mengakibatkan menyusutnya nilai uang atau daya beli uang itu. 7. Jumlah uang pada masa kini mempunyai nilai yang lebih tinggi dari jumlah yang sama pada suatu nanti,oleh karena itu bunga diberikan untuk mengimbangi penurunan nilai atau daya beli uang ini. 8. Bunga diberikan sebagai imbalan atas pengorbanan tidak atau berpantang menggunakan pendapatan yang diperoleh. Dari pendapat tersebut diatas, dapat dianalisis keberadaannya, sekaligus sebagai tanggapan terhadap pendapat yang menganggap bunga tidak sama dengan riba, sebagai berikut :
  • 15. 15 1. Pendapat 1 s/d 3 adalah pendapat para ulama atau umat Islam yang putus asa akan kemungkinan dapat dioperasionalkannya secara murni Bank Syariah di Indonesia. Oleh karena itu mereka khawatir apabila umat Islam menjauhi Bank keadaan ekonomi mereka tidak akan maju. Oleh karena itu perlu dicermati tentang : Darurat atau dispensasi harus dinyatakan sesuai dengan syariat yaitu dengan metodologi Ushul Fiqh seputar kadar darurat. 2. Berlipat ganda (dzalim) versus wajar. Perlu pemahaman tentang jiwa larangan riba secara lengkap dan tahapan-tahapan pelarangan tersebut. Perlu juga dipelajari praktek yang terjadi dalam system perbankan konvensional secara potensial dan secara nyata. 3. Lembaga hukum dan hukum taklif. Perlu dipelajari catatan sejarah tentang jangkauan hukum taklif sebelum dan sesudah masa Rosulullah. 4. Pendapat poin 4 s/d 9 sebenarnya adalah pendapat para ahli ekonomi barat yang belum sampai kepada mereka tentang berita bahwa imbalan bunga dapat diganti dengan bagi hasil yang lebih adil.11 ALASAN PEMBENAR ADANYA BUNGA BANK Konsep yang dipakai oleh bank mula-mula adalah konsep bunga (interest), dengan berbagai alasan sebagai berikut : 1. Bunga merupakan kompensasi yang dibayarkan oleh peminjam (borrower) kepada si pemberi pinjaman (lender) sebagai balas jasa atas keuntungan yang diperoleh dari uang pinjaman tersebut. (adam Smith dan David Ricardo) 2. Bunga adalah harga yang dibayarkan sebagai imbalan atas tindakan pemberi pinjaman yang sudah menahan diri untuk sementara tidak menggunakan uangnya. Tindakan ini didefinisikan sebagai tindakan seseorang yang absen dari kegiatan produktif atau kegiatan yang direncanakan akan mendapatkan hasil (abstinence theory of interest ). (N. M Senior) 3. Berdasarkan pada productivity theory of interest menyebutkan bahwa produktivitas sebagai suatu property yang terkandung dalam capital, dan produktivitas capital tersebut dipengaruhi bunga . 11 Muhammad, (Ed), op.cit, hlm.42-44
  • 16. 16 Adapun dalam Islam sendiri terdapat tiga aliran atau pandangan tentang riba dan larangan mengenai bunga bank, yaitu pandangan pragmatis, pandangan konservatif, dan pandangan socio-ekonomis. Ketiga aliran atau pandangan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut : 1.Menurut pandangan yang pragmatis, AL Qur‟an melarang usury yang berlaku selama 10 era Islam, tetapi tidak melarang bunga (interest) dalam system keuangan modern. Pendapat ini didasarkan pada Al Qur‟an Surah Ali Imron ayat 130 yang melarang penggandaan pinjaman melalui proses yang usurious ayat itu mengemukan :”hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda dan bertaqwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan”. Dengan demikian pandangan pragmatis membenarkan pembebanan bunga bank dianggap sah. Yang dilarang secara hukum adalah pengenaan tambahan yang luar biasa tingginya karena terdapat unsur eksploitasi. Lebih lanjut pandangan pragmatis membenarkan pembebanan bunga bank justru untuk kepentingan pembangunan ekonomi negara-negara muslim 2. Pandangan konservatif, inti dari pandangan konservatif adalah mengartikan riba harus diartikan baik sebagi bunga (interest) maupun usury. Setiap imbalan yang telah ditentukan sebelumnya atas suatu pinjaman sebagai imbalan (return) untuk pembayaran tertunda atas pinjaman adalah riba dan oleh karena itu dilarang oleh Islam. Pandangan konservatif membedakan riba menjadi riba nasiyah dan riba fadhl. Riba nasiyah terkait dengan tambahan bayaran yang dibebankan dalam transaksi pinjaman, sedangkan riba fadhl bertalian dengan tambahan bayaran yang dibebankan dalam transaksi penjualan. 3. Pandangan socio-ekonomis melarang bunga bank dengan dalih yang bersifat socio- ekonomis. Pendapat yang terpenting mengemukakan bahwa bunga mempunyai kecenderungan pengumpulan kekayaan ditangan segelintir orang saja. Lebih lanjut pandangan socio-ekonomis berpendapat bahwa prinsip keuangan Islam mengharuskan pemberi pinjaman dan penerima pinjaman menghadapi u atau dengan kata lain keuntungan muncul bersama resiko dan pendapatan muncul bersama biaya.12 12 Abdul Ghofur Ansori, op.cit, hlm. 18-20
  • 17. 17 BAB III PENUTUP Kesimpulan Secara umum Ulama membagi riba itu menjadi dua macam saja, yaitu riba nasi‟ah‟ dan riba fadil, sedangkan riba yad dan Ribaqardi termasuk ke dalam riba nasi‟ah dan riba fadhl. Barang-barang yang berlaku riba padanya ialah emas,perak, dan makanan yang mengeyangkan atau yang berguna untuk yang mengenyangkan, misalnya garam. Jual beli barang tersebut, kalau sama jenisnya seperti emas dan dengan emas, gadum dengan gadum, diperlukan tiga syarat: (1) tunai, (2) serah terima, dan (3) sama timbangannya. Kalau jenisnya berlianan, tetapi „ilat ribanya satu, seperti emas dengan perak, boleh tidak sama tibangannya, tetapi mesti tunai dan timbang terima. Kalau jenis dan „ilat ribanya berlainan seperti perak dengan beras, boleh dijial bagaimana saja seperti barang-barang yang lain; berarti tidak diperlukan suatu syarat dari yang tiga itu. Riba (termasuk bunga bank) adalah termasuk dosa besar. Baik pemberi, penulis dan dua saksi riba adalah sama dalam dosa dan maksiat denganpemakan riba. Tidak boleh bagi seorang Muslim mengokohkan transaksi riba. Dianjurkan (bahkan wajib) bagi kaum Muslimin untuk mendirikan bank Islam sesuai dengan syari‟at agama, dan menghindarkan dari segala macam bentuk/praktek riba
  • 18. 18 DAFTAR PUSTAKA Anshori, Abdul Ghofur. 2007. Perbankan Syariah Di Indonesia. Yogyakarta : UGM Press. Chapra, M.umer dan Tariqullah Khan. 2008, Regulasi dan pengawasan Bank Syariah. Jakarta : Bumi Aksara. Hassan, A. 1967. Tarjamah Bulughul Maram jilid 2. Bandung : C.V Diponegoro. Muhammad (ed). 2006. Bank Syariah edisi kedua. Yogyakarta : Ekonisia. Perwataatmadja, Kaarnaen dan M. Syafi‟I Antonio. 1992. Apa dan Bagaimana Bank Islam . Yogyakarta : Dana Bhakti Wakaf. Ramadhan, Irfan. 2011. “Macam-macam bunga yang ada pada Bank”, (http://irfanramadhan4.wordpress.com/2011/10/03/macam-macam-bunga-yang-ada-pada-bank/), Diakses, 7 Maret 2014 Yunus, Jamal Luali. 2009. Manajemen Bank Syariah Mikro. Malang : UIN Malang Press.