Studi ini membahas metode tematik dalam pengkajian hadis Nabi. Metode ini melibatkan mengumpulkan hadis-hadis terkait satu topik, menganalisis sanad dan makna, serta memaknai hadis secara komprehensif dengan melibatkan konteks Al-Quran. Contohnya mengkaji larangan menimbun barang dagangan."
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
TUGAS-1 HADIS TEMATIK OLEH Nazmi Agustian (0101183137). SM IV KPI-D FDK UINSU 2019/2020
1. Resume Jurnal
Hadis Tematik
Disusun Oleh:
Nama : Nazmi Agustian
Nim : 0101183137
kelas : KPI IV (D)
Dosen Pengampu: H. Mohd Iqbal Muin, Lc, M.A
2. Pendahuluan
Eksistensi hadis sebagai sumber otoritatif kedua setelah Al-qur'an menepati
posisi sentral dalam studi Islam. Otoritas hadis yang bersumber dari Nabi
Muhammad SAW. mendapat pengakuan dan legetimasi dari ilahabi dalam bi.
Al-qur'an dan hadits nabi dalam beberapa literatur, dinilai berasal dari
sumber yang sama perbedaan keduanya hanya pada bentuk dan tingkat
otentisititasnya, bukan dari subtasinya. al-qur'an dinyatakan sebagai wahyu
matlu sementara hadis nabi dinyatakan sebagai wahyu gayr matlu.
Based on that reality , berbagai kalangan menempatkan hadis sebagai objek
kajian ilmu modern sekalipun selama ini ilmu hadits dinilai sudah matang dan
bahkan terbakar, hal ini menunjukan bahwa pengembangan ilmu tentang
menunjukan Nabi sebagai suatu keniscayaan.
3. Tujuan
penelitian
Adapun tujuan dan
perhatian penulis dalam
hal tersebut adalah:
Bagaimana melakukan metode
tematik pengkajian hadis Nabi.
Adapun dirincikan dalam beberapa hal, yaitu:
• Apa pengertian metode Tematik?
• Bagaiman langkah-langkah kajian
hadits secara tematik?
• Bagaimana contoh kajian Hadits
tematik?
keywords: Mawdu'i, Tematik. Metode
4. Secara Bahasa mawdu'i berasal dari kata:
mawdua yang merupakan Isim maful dari
kata wada'a yang artinya masalah atau
pokok permasalahan.
Secara etimologi kata mawdi’I yang terdiri
dari kata (wa, do, a’) bearti meletakan
sesuatu atau merendah-kanya, sehingga
kata mawdu’I adalah lawan kata dari
al’rafu. (Mengangkat)
Defenisi Studi Hadis Tematik (Mawdu'i)
5. Mustafa Muslim
Al-farwami
Defenisi Mawdu’i menurut para ahli
Mawdu’I adalah meletakan sesuatu pada satu tempat. Maka, yang
dimaksud dengan metode mawdu’I adalah mengumpulkan ayat-ayat
Al-qur’an atau hadis-hadis yang bertebaran dalam kitab-kitab hadis
terkait topik-topik tertentu. Atau tujuan tertentu kemudian disusun
sesuai dengan sebab-sebabmunculnya dan pemahamanya dengan
penjelaanya.
Mengumpulkan hais-hadis yang terkait dengan satu topik atau satu
tujuan kemudian disusun sesuai dengan asbal al-wurud dan
pemahamanya yang disertai dengan penjelasan.
6. Metode
Mawdu’i/ Tematik
Advantage 1
Oleh karena itu, metode mawdu’I atau tematik tidak hanya
berlaku sebagai salah satu metode yang hanya tidak berlaku
dalam pemahaman Al-qur’an melainkan juga dalam
pemahaman hadis.
Istilah metode Tematik dalam pengkajian hadis Nabi
merupakan terjemhan al-manhaj al-mawdu’I fi syarh al-
hadis. Selain metode tematik, dikenal juga sebelumnya
dalam etode tahlili dan metode muqaran.
Metode tahlili itu sendiri mengandung makna pensyarahan
natau pengkajian hadis secara rinci dari berbgaia aspek
kehidupan dan tinjauan berdasarakan struktur matan sebuah
hadis atau matan hadis dari suatu kitab hadis secara runtun .
7. Langkah-langkah Studi Hadis
Tematik
Langkah-langkah pengkajian
hadis metode tematik ini antara
lain dapat dilakukan dengan:
Pertama:
Menentukan tema atau masalah yang akan di bahas
Kedua:
Menghimpun atau mengumpulkan hadis-hadis yang
terkait dalam satu tema, baik secara lafal maupun secara
validasi , sehingga dapat diketahui kualitas sanad dan
matanya . Karena hadis yang memenuhi kualifikasi saja
yang layak untuk dimaknai.
8. Ijma’ Kaum
Muslimin terhadap
fungsi hadits:
Secara Ijma’ kaum muslimin, bahwa hadis Nabi befingsi
menjadi Bayan, tafsir dan tafsil bahkan berfungsi sebagai
taqyid dan takhsis terhadap suatu persoalan tertentu,
sehingga teks (Ayat-ayat) Al-qur’an secara proposional
harus dilibatkan, jika penelitian secara tekstual (litera) bisa
dicari ideal moralnya atau kandungan maknawi (spirit).
Bukankah segala tindakan Nabi yang menyangkut ucapan,
tindakan , sikap, dan keputusan Nabi adalah menverminkan
keseluluran gagasan etika Al-qur’an (Akhlak Al-qur’an)
yang memang mendapat otoritasi dari Allah SWT.
9. ْيَل َْنيِعَب ْأر اًمَعَط َرَكَتْاح ْنَملةَنِم َءى ِرَبْدَقَف
َللاهْنِم َء ى ِرَب َو
“Siapa yang menimbun makanan selama empat puluh
malam sungguh ia telah terlepas dari Allah dan Allah
berlepas dari padanya.” (HR. Ahmad)
Contoh Studi Hadis
Metode TematikDalam dunia bisnis, Nabi
SAW. Pernah bersabda
tantang larangan
menimbun harta
dagangan dengan
merumuskan etika dan
hukum dagnag yang adil
dan humanis.
10. Langkah ke-4
Melcaka asbab al-wurud
Langkah ke-5
Analisis ingustik
Langkah Ke-6
Konsep ekonomi yang dapat ditangkap.
Langkah ke-7
Pemaknaan terhadap kandungan hadits
dengan cara melihat variabel dan
indikatornya.
Bila Dikaji
Metode Tematik
Maka Aplikasinya Sebagai
Berikut:
Langkah ke-1: menentukan
secara jelas temanya adalah
penimbunan
Langkah ke-2 & 3: Bila dilihat
dari segi sanad bahwa hadis di
ats diriwayatkan oleh bebrapa
perawi Langkah ke-8
Langkah ke-9
Pemaknaan yang holistik-komprhensif,
persoalan pokok dari hadis-hadis tersebut
sesuai dengan isu ekonomi
Pelacakan ayat-ayat terkait
dengan perdangan. Apakah itu
sarih atau qhairu sarih.
Langkah ke-10
Pemaknaan secara konstektualnl. Dalam islam
Mungkin juga dalam agama-agama yang lain
Langkah ke-11
Pengambilan kesimpulan. Dari uraian di atas ,
bisa ditarik kesimpula yang relevan
11. Studi hadits mawdu’I adalah mengumpulkan hadis-
hadis yang terkait dengan satu topik atau satu
tujuan kemudian disusunsesuai dengan asbab al-
wurud dan pemahamanya yang disertai dengan
penjelasan, pengungkapan, dan penafsiran tentang
masalah tertentu . Dalam kaitanya dengan
pemahaman hadis tematik (mawdu’i)
Kesimpulan: