2. Dalam kajian hadis, para ahli biasanya
menggunakan beberapa metode, seperti:
metode tahlili (analitis)
metode maudhu’i (tematik)
metode ijmali (global)
metodekulli (komprehensif), dan
metode muqarin (komparatif).
Namun secara umum metode yang banyak
dipakai adalah metode tahlili dan metode maudhu’i.
3. Metode tahlihi ( analitis) adalah metode
yang menjelaskan hadis-hadis Nabi dengan
memaparkan segala aspek yang terkandung
dalam hadis tersebut serta menerangkan makna-
makna yang tercakup didalamnya sesuai dengan
kecendrungan dan keahlian pensyarah.
Metode maudhu’i adalah metode pembahasan
hadis sesuai dengan tema tertentu yang dikeluarkan
dari sebuah buku hadis. Semua hadis yang berkaitan
dengan tema tertentu, ditelusuri dan dihimpun yang
kemudian dikaji secara mendalam dan tuntas dari
berbagai aspek
4. Secara umum, langkah-langkah yang perlu kita lakukan
dalam metode tahlili, sebagai berikut:
Menetapkan hadis yang akan dibahas.
Melakukan takhrij al-hadis yaitu menunjukkan asal-usul sebuah hadis
pada sumber aslinya yang mengeluarkan hadis tersebut dengan
sanadnya dan menjelaskan derajatnya ketika diperlukan.
Meneliti keadaan para perawinya (sanad), termasuk bagaimana mereka
menerima dan meriwayatkan hadis tersebut.
Meneliti matan hadis tersebut.
Menentukan mukharrijnya dan kualitas hadis tersebut.
Menganalisis matan hadis, baik itu kata perkata, ungkapan atau kalimat
yang terdapat dalam hadis.
Menarik kesimpulan tentang makna hadis setelah menganalisisnya
dengan menggunakan berbagai teknik dan pendekatan.
Menjelaskan aspek-aspek yang terkait dengan hadis yang dimaksud,
seperti faedah dan pendapat para ulama mengenai hadis tersebut.
5. Secara umum, langkah-langkah yang ditempuh dalam
metode maudhu’i adalah sebagai berikut:
Menentukan sebuah tema yang akan dibahas
Menghimpun hadis-hadis yang terjalin dalam tema yang telah
ditentukan
Menyusun kerangka pembahasan (out line) dan mengklasifikasikan
hadis-hadis yang telah terhimpun sesuai dengan spesifik
pembahasannya.
Mengumpulkan hadis-hadis semakna yang satu peristiwa (tempat dan
waktu terjadinya hadis sama)
Menganalisis hadis-hadis tersebut dengan menggunakan berbagai
teknik dan pendekatan.
Meskipun metode ini tidak mengharuskan uraian tentang pengertian
kosa kata, namun kesempurnaannya dapat dicapai jika pensyarah
berusaha memahami kata-kata yang terkandung dalam hadis,
sehingga akan lebih baik jika pensyarah menganalisis matan hadis
yang mencakup pengertian kosa kata, ungkapan, asbab al-wurud dan
hal-hal lain yang biasa dilakukan dalam metode tahlili.
Menarik kesimpulan makna yang utuh dari hasil analisis terhadap
hadis-hadis tersebut
6. Kelebihan dari metode tahlili diantaranya adalah :
Ruang lingkup pembahasan yang sangat luas.
Metode analitis dapat mencakup berbagai aspek: kata,
frasa, kalimat, sabab al wurud, munasabah (munasabah
internal) dan lain sebagainya, sehingga memperkaya
kita dengan berbagai pengetahuan sehubungan dengan
hadis tersebut. Oleh karena itu, metode ini sesuai
dengan orang yang ingin mengetahui secara rinci
tentang suatu hadis.
7. Memuat berbagai macam ide dan gagasan
Metode ini memberikan kesempatan pada
seseorang untuk menjelaskan kandungan
suatu hadis yang bisa jadi berbeda dengan
oranglain. Memberikan kesempatan kepada
pensyarah untuk menuangkan ide-
ide dan gagasan-gagasan baru dalam
menjabarkan makna suatu hadis.
8. Adapun kekurangan dari metode tahlili ialah:
Menjadikan petunjukhadis bersifat parsial
Metode analitis menjadikan petunjuk hadis bersifat parsial atau
terpecah-pecah, sehingga seolah-olah hadis memberikan pedoman
secara tidak utuh dan tidak konsisten. Hal ini kemungkinan besar
karena dalam metode tahlili, tidak ada keharusan untuk
membandingkan satu hadis dengan ayat Al-Qur’an atau hadis-hadis
yang lain. hingga bisa jadi makna yang diperoleh tidak lengkap
bahkan menjadi tidak benar.
.
9. Melahirkansyarah yang subyektif
Dalam metode analitis, pensyarah tidak
sadar bahwa dia telah mensyarah hadis secara
subyektif, dan tidak mustahil pula ada di antara
mereka yang mensyarah hadis sesuai dengan
kemauan pribadinya tanpa mengindahkan kaidah-
kaidah atau norma-norma yang berlaku. Selain itu
pendekatan dengan metode ini membuka pintu
bagi berbagai macam pemikiran, termasuk
israiliyat
10. Praktis dan Sistematis
Metode tematik disusun secara praktis
dan sistematis dalam memecahkan
permasalahan yang timbul. Hal ini
memungkinkan masyarakat untuk
mendapatkan petunjuk al-Qur’an dan
hadis dengan waktu yang lebih efektif
dan efesien
12. Adapun kekurangannya ialah metode ini terikat
pada tema yang telah ditetapkannya dan tidak
membahas lebih jauh hal-hal diluar dari tema tersebut,
sehingga metode ini kurang tepat bagi orang yang
menginginkan penjelasan yang terperinci mengenai
suatu hadis dari segala aspek
13. Khon, Abdul Majid. 2014, Takhrij dan Metode
Memahami Hadis,Jakarta: Amzah
Baidan, Nashruddin. 1998, Metode Penafsiran Al-
Qur’an, Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Shihab, M. Quraish. 1996, Membumikan Al-
Qur’an, Bandung: Mizans