Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Metode Tematik Hadis
1. HADIS TEMATIK DAKWAH DAN
D
I
S
U
S
U
N
Oleh :
Cut Mutia Sari 0101183117
SM IV KPI-C
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
2019/2020
Medan
2. A.Pendahuluan
Salah satu fungsi utama hadis adalah sebagai sumber hukum islam setelah al-
quran. Untuk itu, hadis harus dipahami dengan baik dan benar agar maksud
yang diinginkan oleh syariat tepat sasaran. Dalam memahami hadis diperlukan
metode – metode terlalu sehingga dapat melahirkan pemahaman yang tepat.
Metode –metode yang ada dalam memahami hadis sesungguhnya adalah
bersifat alternative. Artinya bahwa dalam memahami sebuah hadis sebuah
metode tidaklah mutlak digunakan sebagai suatu keharusan. Dapat saja dalam
sebuah hadis dipandang lebih tepat digunakan dengan metode tertentu, tetapi
dalam panfangan lain, metode lainnya pula yang tepat digunakan.
3. 1. Definisi
Metode maudhu’iy berasal dari dua kosa kata yaitu metode dan maudhu’iy.
Metode berasal dari bahasa yunani “methodos” yang berarti “ cara atau jalan”.
Dalam bahasa inggris kata ini diartikan dengan “method” dan dalam bahasa
arab diterjemahkan dengan thariqat dan manhaf. Dalam bahasa Indonesia kata
metode mengandung arti : ”cara yang teratur dan berfikir baik – baik untuk
mencapai maksud (dalam ilmu pengetahuan dan sebagainya).Cara kerja yang
bersistem untuk memudahkan pelaksaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan
yang ditentukan.
4. Beberapa ulama sudah merintis secara teoritis maupun praktis mengenai metode
maudhu’iy ini, diantara para ahli yang sudah mulai menggunakan baik secara teoritis
maupun secara praktis adalah: yusuf al-qardhawiy. Menurut yusuf al-qardhawiy ada
beberapa langkah untuk mengambil pemahaman hadis – hadis rasullah saw yang baik dan
yang benar yaitu :
A. Memahami sesuai dengan petunujuk al-qur’an
B. Mengumpulkan hadis – hadis yang satu tema.
C. Menggunakan cara jam’u dan al-arijih diantara hadis – hadis mukhtalif.
D. Memahami hadis sesuai dengan latar belakangan hadis tersebut, situasi dan
kondisinya, serta tujuan hadis tersebut disampaikan oleh rasullah saw.
E. Menjelaskan antara sarana yang berubah dan tujuan yang tepat.
F. Membedakan antara yang hakikat dan majaz dalam pemahaman hadis – hadis saw.
G. Membedakan antara yang ghaib dan yang nyata.
H. Memastikan makna istilah kata dalam hadis.
5. A. Menentukan tema atau masalah yang akan dibahas.
B. Menghimpun atau mengumpulkan data hadis – hadis yang terkait dalam satu tema, baik secara
lafaz maupun secara makna melalui kegiataan takhrij al-hadis.
C.Melakukan kategorisasi berdasarkan kandungan hadis dengan memperhartikan kemungkinan
perbedaan peristiwa wurudnya hadis (tanawwu’) dan perbedaan periwayatan hadis.
D. Melakukan kegiataan I’tibar dengan melengkapi seluruh sanad
E. Melakukan penelitian sanad yang meliputi penelitian kualitas pribadi perawi, kapasitas
intelektual dan metode periwayatan yang digunakan.
F. Melakukan penwlitian matan yang meliputi kemungkinan adanya illat (cacat) dan syas
(kejanggalan).
G. Mempelajari term-term yang mengandung arti serupa
H. Membandingkan berbagai syarah hadis.
I. Melengkapi pembahasan dengan hadis – hadis atau ayat – ayat pendukung
J. Menyusun hasil penelitian menurut kerangka besar konsep.
Langkah nomor 4,5, dan 6 dilakukan jika dibutuhkan karena hal itu mengetahui kualitas hadis
yang menjadi objek penelitian. Agaknya, langkah kerja yang diungkapkan arifuddin ini dapat
dijadikan sebagai standar untuk melakukan pemahamaan hadis secara tematis.
6. Contoh penerapan metode maudhu’iy
Mazhab hanafiah berpendapat bahwa disunatkan membaca basmalah secara sir bagi
orang yang shalat berjamaah atau sendiri. Mazhab ini berpendapat bahwa basmalah
bukanlah bagian dari ayat alfatih. Imam abu hanifah membaca basmalah dalam shalat
jahr adalah secara sir atau mengambil jalan tengah setelah menggabungkan dan
mengkompromikan dalil – dalil diatas. Meurut beliau, basmalah dibaca dalam shalat
ketika membaca surah alfatihah, tetapi tidak dengan suara keras.
Kelebihan dan kekurangan metode maudhu’iy
Diantara kelebihan dari metode ini adalah pertama, dapat memberikan pemahaman
yang lebih lengkap dan komprehensif terkait dengan persoalan dengan tema tertentu .
adapun kekurangan metode maudhu’I adalah membatasi pembahasaan hadis, dengan
adanya penetapan judul didalam pemahaman hadis, maka dengan sendirinya berarti
membuat suatu permasalahan menjadi terbatas (sesuai dengan topiknya).