Metode maudhu'iy adalah pendekatan tematik dalam memahami hadis-hadis Nabi dengan mengumpulkan hadis-hadis yang terkait satu topik, mengatur berdasarkan asbabun nuzul, dan menjelaskan secara komprehensif makna hadis-hadis tersebut. Metode ini memiliki kelebihan memberikan pemahaman yang lebih lengkap tetapi juga kekurangan membatasi ruang lingkup pembahasan.
2. A. Pendahuluan
Fungsi utama hadis adalah sebagai sumber hukum islam setelah al-Qur’an yang harus dipahami dengan
baik dan benar agar maksud yang diinginkan oleh syariat tepat sasaran. Adapun metode-metode
dalam memahami hadis adalah metode maudhu’iy/ tematis korelatif. Pada dasarnya metode ini dapat
digunakan dalam penyelesaian ikhtilaf al-hadis. Pada perkembangannya, metode maudhu’iy dapat
digunakanuntuk memberikan informasi yang utuh terkait dengan tema tertentu, seperti persoalan
isbal, persoalan ghibah. Persoalan membaca basmallah dalam shalat, dan lain sebagainya. Serta
memberikan pemahaman tepat dan komprehensif terhadap hadis-hadis tersebut.
B. Pembahasan
Metode maudhu’iy bersal dari kosa kata yaitu metode dan maudhu’iy. Metode berasal dari Bahasa
yunani ‘’methodos’’ yang berarti ‘’cara atau jalan’’. Dalam Bahasa inggris kata ini diartikan dengan
‘’method’’ dan dalam Bahasa arab diterjemahkan dengan thariqat dan manhaj. Jadi dapat disimpulkan
bahwa metode adalah jalan atau cara melakukan atau membuat sesuatu dengan system dan melalui
prosedur untuk memperoleh atau mencapai tujuan yang dimaksud. Sedangkan al-maudhu’iy berasal
dari Bahasa arab, yaitu isim maf’ul (kata kerja) yang berarti masalah atau pokok perkataan. Dalam
pemakayanya dapat berarti mendahulukan, meletakan, menyatukan, memukul, menyusun atau
mengarang, memasukkan, membuka dan melahirkan. Metode maudhu’iy tidak hanya berlaku dalam
pemahaman al-Qur’an melainkan juga dapat diterapkan dalam pemahaman hadis.
3. Dari definisi tersebut dapat digunakan untuk memberikan definisi yang sama dari
metode maudhu’I dalam memahami hadis-hadis. Untuk itu, metode maudhhu’iy
dalam memahami hadis adalah mengumpulkan hadis-hadis yang terkait dengan satu
topik atau satu tujuan kemudian disusun sesuai dengan asbab al-wurud dan
pemahamannya yang disertai dengan penjelasan sedetail mungkin dari kandungan
hadis-hadis secara tuntas dan tepat. Arifuddin ahmad mengatakan bahwa metode
maudhu’iy adalah penyarahan atau pengkajian hadis berdasarkan tema yang
dipermasalahkan, baik menyangkut aspek ontogisnya maupun aspek epistomologis
dan aksiologisnya saja salah satu sub dari salah satu aspeknya. Berdasarkan
penjelasan di atas, metode maudhu’iy harus memenuhi beberapa unsur yaitu:1)
menentukan topik atau judul yang akan dikaji 2) mengumpulkan hadis-hadis yang
terkait dengan topik yang telah ditentukan.
Jadi dapat disimpulalkan bahwa pemahaman hadis dengan metode maudhu’iy
berarti suatu pemahaman terhadap hadis-hadis yang memiliki satu tema
pembahasan dengan cara kerja yang tersistem dengan baik dan teratur dalam rangka
memudahkan pemahaman yang benar tentang apa yang dimaksudkan oleh hadis
Rasukullah shallahu alaihi wassalam.
4. 2. Langkah kerja Pemahaman
hadis maudhu’iy
Diantara para ahli yang sudah mulai menggunakan baik secara praktis adalah : Yusuf al-Qardhawiy.
Menurut yusuf al-Qardhawiy ada beberapa langkah untuk mengambil pemahaman hadis-hadis
rasulullah saw yang baik dan yang benar:
a. Mehami sesuai dengan petunjuk Al-Qur’an
b. Mengumpulkan hadis-hadis yang satu tema
c. Menggunakan cara jam’u dan al-arjh diantara hadis-hadis mukhtalif
d. Menjelaskan antara sarana yang berubah dan tujuan yang tetap
Arifuddin Ahmad dalam bukunya metode tematik dalam pengkajian hadis, memberikan cara kerja
dari metode maudhu’iy yaitu:
A .Menentukan tema atau masalah yang akan dibahas
b. Melakukan kategorisasi berdasarkan kandungan hadis dengan memperhatikan kemungkinan
perbedaan peristiwa wurudnya hadis (tanawwu) dan perbedaan periwayatan hadis
c. Melakukan kegiatan I’tibar dengan melengkapi seluruh sanad’’
d. Melakukan penelitian matan yang meliputi kemungkinan adanya illat (cacat) dan syaz
(kejanggalan)
5. 3. Contoh penerapanmetode maudhu’iy
Adapun pendapat para iman para iman mazhab tentang bacaan basmallah, adalah menurut mazhab maliki
basmalah bukan merupakan satu ayat dari surat al-fatihah bahkan bukan merupakan satu ayat dari al-Quran.
Hal ini berdasarkan hadist nabi yang diriwayatkan ‘aisah ra. (Diwirayatkan oleh dar al-Quthi dalam kitab
tafsir ayatul ahkam,juz 1, hal.35). iman malik berpendapat bahwa basmallah bukan bagian dari al-fatihah
dalam shalat. Mazhab hanafiah berpendapat bahwa disunatkan membaca basmalah secara sir bagi orang
yang shalat berjamaan atau sendiri. Mazhab itu berpendapat bahwa basmalah bukanlah bagian dari ayat al-
fatihah. Imam abu hanifah membaca basmalah dalam shalat fahr adalah secara sir atau mengambil jalan
tengah setelah menggabungkan dan mengkompronikan dalil-dalil diatas. Menurut beliau, basmalah dibaca
dalam shalat ketika membaca surah al-fatihah,tetapi dengan suara keras. Mazhab syafi’yah berpendapat
hukum membaca basmalah dalam al-fatihah ketika shalat adalah wajib,karena bacaan basmallah itu salah
satu ayat dari al-fatihah yang menjadi rukun shalat itu sendiri.
4. Kelebihandan KekuranganmetodeMaudhu’iy
Diantara kelebihan dari metode ini adalah pertama, dapat memberikan pemahaman yang lebih lengkap dan
komprehensip terkait dengan persoalan dengan tema tertentu. Kedua, kajian ini mampu untuk memenuhi
tuntutan dan keperluan zaman yang semakin mendesak akhir-akhir ini untuk mencari penyelesaian dan
pandangan islam dalam semua lapangan keilmuan dan kehidupan. Ketiga, pengajian hadis maudhu’iy
berperan secara berkesan dalam menyelesaikan hadis-hadis kontradiksi dalam konteks kontemporer ulama
hadis dilengkapi dengan kemahiran menggunakan pendekatan hadis maudhu’iy bersedia memberikan
interpretasi,penjelasan dan konklusi, keempat tugas dakwah islammiyyah tidak dapat dipinggirkan walaupun
dalam membicarakan soal keilmuan dan ketamadunan. Adapun kekurangan metode maudhu’iy adalah
membatasi pembahasan hadis, dengan adanya penetapan judul di dalam pemahaman hadis, maka dengan
sendirinya berarti membuat suatu permasalahan menjadi terbatas (sesuai dengan topiknya)
6. C. Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan yang telah dipaparkan, dapat ditarik beberapa kesimpulan
terkait dengan makalah ini sebagai berikut:
A. Metode maudhu’iy adalah pensyarahan atau pengkajian hadis berdasarkan tema
yang dipermasalahkan, baik menyangkut aspek ontologisnya maupun aspek
epitesmologis dan aksiologisnya saja atau salah satu sub dari salah satu aspeknya
B. Aplikasi hadis maudhu’iy bias dilakukan dengan memperhatikan beberapa langkah,
seperti yang dikemukakan di atas.
C. Metode ini memiliki sisi kelebihan dan kekurangan, tergantung pada sudut pandang
mana yang digunakan.