Hadis tersebut membahas tentang larangan penimbunan barang pangan dan komoditas lainnya. Tiga hadis menjelaskan bahwa penimbunan adalah perbuatan yang salah dan akan mendapatkan kutukan, sedangkan orang yang mendistribusikan barang akan mendapatkan berkah. Studi hadis tematik mengumpulkan hadis-hadis terkait dengan topik penimbunan, lalu menganalisis sanad hadis, makna, konsep ekonomi yang terk
TUGAS-1 Hadis Tematik OLEH RISKA HAYATI NASUTION. SM IV KPI-D FDK UINSU 2019/2020
1. Hadis Tematik Dakwah dan Komunikasi
RISKA HAYATI
NASUTION
0101183136
Komunikasi Penyiaran
Islam – IV/D
Dosen Pengampu: H. Mohd. Iqbal A. Muin, LC, MA
2. Defenisi Studi Hadist Tematik (Mawdu’i)
Maka yang dimaksud dengan metode mawdu’I adalah menyimpulkan
ayat-ayat yang bertebaran dalam Alquran atau Hadist yang terkait
dengan topik tertentu kemudian disusun sesuai dengan sebab-sebab
munculnya, pemahamannya, penjelasannya, pengakajian dan penafsiran
dalam masalah tertentu.
Secara bahasa mawdu’I berasal dari kata موضوع yang merupakan isim
maf’ul dari kata wada’a yang artinya masalah/pokok permasalahan.
•Mustafa Muslim berkata bahwa yang dimaksud mawdu’i adalah
meletakkan sesuatu pada tempatnya.
•Menurut Alfarmawi metode mawdu’I adalah mengumpulkan hadist-
hadist yang terkait dengan suatu topik atau suatu tujuan kemudian
disusun sesuai dengan asbab al-wurud dan pemahamannya yang
disertai dengan penjelasan, pengungkapan, dan penafsiran tentang
masalah tertentu.
3. Langkah-langkah studi
Hadist Tematik
1. Menentukan tema
atau masalah yang
akan dibahas
2. Menghimpun atau
mengumpulkan hadist-
hadist yang terkait dalam
suatu tema, baik secara
lafal maupun secara
validasi. Sehingga
diketahui kualitas sanad
dan matannya.
3. Melakukan kategorisasi
berdasarkan kandungan
hadis.
4. Melakukan kegiatan
i’tibar dengan melengkapi
seluruh sanad.
5. Melakukan penelitian
sanad yang meliputi
penelitian kualitas perawi,
kapasitas intelektualnya,
dan metode periwayatan
yang digunakan.
6. Melakukan penelitian
matan yang meliputi
kemungkinan adanya ‘illat
(cacat) dan syaz
(kejanggalan)
4. 7. Mempelajari tema-tema yang mengandung arti serupa
8. Membandingkan berbagai syarah hadis
9. Melengkapi pembahasan dengan hadis-hadis atau ayat-ayat
pendukung
10.Menyusun hasil penelitian menurut kerangka besar konsep
11. Menarik suatu kesimpulan dengan menggunakan dasar
argumentasi ilmiah.
Secara ijmak kaum muslimin, bahwa
hadis Nabi berfungsi menjadi bayan,
tafsir, dan tafsil, bahkan berfungsi
sebagai taqyid dan takhsis terhadap
suatu persoalan tertentu. Sehingga
teks (ayat-ayat) Alquran secara
proporsional harus dilibatkan
5. Analisis terhadap
muatan hadis, yang
mungkin tepat adalah
analisis historis
dengan berbagai
pertimbangan dan
alasan akademik,
antara lain:
1. Pada masa sahabat,
hadis-hadis yang
disampaikan sangat
diwarnai oleh situasi
politik.
2.Untuk memahami
hadis perlu
mengetahui latar
belakang politis para
rijal hadis, tak
terkecuali para
sahabat Nabi Saw.
3. Keberpihakan para
rawi hadis seringkali
mengurangi atau paling
tidak mengaburkan
matan hadis
4. Latarbelakang
kesejahteraan
dari suatu
peristiwa atau
momentum
sangat penting
6. Contoh Studi Hadis Metode Tematik
•Pertama, diriwayatkan oleh Ahmad yang bersifat informatif
النبي عن عمر ابن عنﷺ˸منه لى تعا هللا من برئ فقد ليلة ربعين با ما طعا احتكر من(احمد رواه )
Artinya: dari Ibnu Umar, dari Nabi Saw, bahwa beliau bersabda: “barang menimbun
bahan pangan selama 40 malam, maka dia telah mengacuhkan Allah Ta’ala dan Allah
benar-benar telah tidak mengacuhkannya” (H.R. Ahmad).
•Kedua, diriwayatkan oleh Muslim, bersifat pernyataan tegas. Menimbun makanan
suatu tindakan yang salah
ﷺ˸طئ خا فهو احتكر من هللا رسول قال قال معمر ان
Artinya: Sesungguhnya Ma’mar berkata, telah bersabda Rasulullah alaihi wa sallah:
Barangsiapa yang menimbun (sesuatu) berarti telah melakukan tindakan salah (H.R.
Muslim).
•Ketiga, diriwayatkan oleh Ibn Majah dan al-Darimi, bersifat hukuman bagi
penimbun berupa kutukan
ﷺملعون والمحعتك مرزوق لب الجا النبى هللا رسول قال ،قال الخطا اعن عمر ابن عن
Artinya: Dari Ibnu Umar Ibnu al-Khattab berkata, telah bersabda Rasulullah Saw:
Orang yang telah mendistribusikan akan mendapat rizki (keuntungan), dan penimbun
mendapatkan laknat (kerugiab) (H.R. Ibnu Majah dan Al-Darimi
7. Dari hadis diatas bila dikaji menurut
metode tematik maka aplikasinya
sebagai berikut:
• Langkah ke-1: Menentukan tema. Secara jelas temanya adalah
penimbunan (al-Ikhtikar,) dengan penyebutan kata kunci yaitu “احثكر ”
(penimbunan) disebutkan dua kali dan “”المحثكر (penimbunan) disebutkan
sekali.
• Langkah ke-2 dan ke-3: Bila dilihat Dilihat dari segi sanad, bahwa hadis
nomor pertama dan kedua diriwayatkan oleh beberapa orang rawi melalui
Imam Muslim dan Abi Daud dan sanadnya shahih, ada yang mengatakan
sanadnya hasan melalui jalur lain, sehingga derajatnya menjadi sanan li
gayrihi. Karena adanya Mutabi’ yang berpredikat shahih. Hadis pertama
meskipun sanadnya hasan tetapi sejalan dengan hadis kedua.
• Langkah ke-4: Melacak asbab al-wurud
• Langkah ke-5: Analisa Linguistik
• Langkah ke-6 ada beberapa konsep ekonomis yang dapat di tangkap
antara lain: tentang distribusi, pasar, supply and demand, stabilitas
ekonomi, dan sebagainya.
• Langkah ke-7: Pemaknaan terhadap kandungan hadis dengan cara
melihat variabel dan indikatornya.
8. • Langkah ke-6 ada beberapa konsep ekonomis yang dapat di
tangkap antara lain: tentang distribusi, pasar, supply and demand,
stabilitas ekonomi, dan sebagainya.
• Langkah ke-7: Pemaknaan terhadap kandungan hadis dengan cara
melihat variabel dan indikatornya.
• Langkah ke-8 Pemknaan yang holistik-komprehensif (integratif-
interkonektif) persoalan pokok dari hadis-hadis tersebut adalah isu
ekonomi, lebih khusus persoalan penimbunan makanan.
• Langkah ke-9: pelacakan ayat-ayat yang terkait dengan
perdagangan, apakah itu shahih ataupun ghairu sahih.
• Langkah ke-10: Pemaknaan secara konstektual.