Dokumen tersebut membahas tentang evaluasi ketersediaan hayati sediaan inhalasi. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi ketersediaan hayati sediaan inhalasi seperti stabilitas partikel aerosol, daerah depo, laju penyerapan, dan bahan tambahan. Evaluasi dapat menggunakan subjek hewan atau manusia, dengan mempertimbangkan jumlah aerosol yang dihirup dan terserap.
3. Sistem pernafasan memiliki berbagai fungsi penting bagi tubuh. Fungsi
utamanya adalah untuk menyediakan oksigen, mengeliminasi
karbondioksida, regulasi pH, untuk pembentukan suara dan pertahanan tubuh
terhadap mikroba. Fungsi lain dari sistem pernafasan adalah dapat
mempengaruhi konsentrasi kimia arterial dengan menghilangkan bahan
tertentu dari kapiler paru dan memproduksi dan menambahkan bahan lainnya
ke dalam darah.
Terdapat dua buah paru-paru yang utamanya terdiri dari jutaan alveolus
(kantong tipis berisi udara). Alveolus ini merupakan tempat dari pertukaran
gas antara paru-paru dan darah. Aliran udara agar dapat sampai ke alveolus
adalah melalui saluran nafas dan udara dapat masuk/keluar paru karena
adanya mekanisme inspirasi (perpindahan udara dari lingkungan ke alveolus)
dan ekspirasi (perpindahan udara kearah sebaliknya). Inspirasi dan ekspirasi
ini disebut sebagai siklus respirasi.
3
4. Sistem pernafasan terdiri dari saluran nafas dan parenkim paru.
Saluran nafas dibagi menjadi 3 regio yaitu :
Saluran nafas atas
Zona konduksi
Zona respirasi.
Saluran nafas atas terdiri dari hidung atau mulut, faring (yang
bercabang menjadi saluran makanan dan saluran nafas), dan laring (dimana
terdapat pita suara).
4
5. Zona konduksi dimulai dari trakea, bronkus, dan bronkiolus terminalis
Zona respirasi terdiri dari bronkiolus respiratorius, ductus alveolus, dan kantong
alveolus
Pada dinding trakea dan bronkus terdapat cincin kartilago (tulang rawan), yang memberikan
bentuk silindris dan mempertahankan saluran ini agar tidak kolaps. Kartilago ini secara
progresif menjadi semakin kecil pada generasi akhir bronkus dan tidak dijumpai lagi dalam
bronkiolus. Pada trakea dan bronkus tidak semua dindingnya dibentuk oleh tulang rawan,
melainkan juga dibentuk oleh otot polos yang dapat berkontraksi dan relaksasi sehingga akan
mempengaruhi radius saluran nafas. Bronkiolus dicegah untuk tidak kolaps bukan melalui
rigiditas dindingnya, namun oleh tekanan transpulmonal yang juga mengembangkan alveoli.
Dengan demikian apabila alveolus melebar, maka bronkiolus juga akan melebar. Dinding
bronkiolus hampir semuanya terbentuk oleh otot polos kecuali pada bagian bronkiolus
respiratorius yang dibentuk oleh sel epitel paru, jaringan fibrosa, dan beberapa serabut otot
polos.
5
6. Kavum nasi atau oral akan menangkap partikel-partikel dari udara karena
adanya rambut pada kavum nasi dan juga mukus. Seluruh saluran nafas, dari
hidung sampai bronkiolus respiratorius, dipertahankan agar tetap lembab
oleh lapisan mukus yang melapisi seluruh permkaannya. Mukus ini
disekresikan oleh sel goblet mukosa dalam, lapisan epitel saluran nafas, dan
kelenjar submukosa yang kecil. Selain untuk mempertahankan kelembaban,
mukus juga dapat berperan dalam menangkap partikel-partikel kecil dari
udara inspirasi dan menahannya agar tidak sampai ke alveoli. Mukus
nantinya akan dibersihkan oleh adanya gerakan silia oleh epitel bersilia yang
terdapat pada seluruh permukaan saluran nafas. Gerakan silia akan selalu
mendorong ke arah atas atau ke arah faring, sementara gerakan silia pada
sel epitel mukosa hidung mengarah ke bawah menuju faring. Sehingga
mukus-mukus tersebut akan terkumpul pada faring, untuk selanjutnya
dapat ditelan atau dibatukkan. Akibat adanya mekanisme ini paru-paru
dapat dijaga agar tetap bersih dari berbagai macam partikel-partikel tertentu
dan juga bakteri.
Mekanisme pertahanan lainnya adalah bronkiolus dapat berkonstriksi untuk
membantu mencegah masuknya partikel- partikel tertentu atau iritan
mencapai alveolus.
Selain itu mekanisme pertahanan terhadap infeksi juga diperankan oleh sel-
sel yang terdapat pada saluran nafas dan alveolus, yaitu makrofag. Sel
tersebut menangkap dan menghancurkan partikel udara dan bakteri yang
terinhalasi yang telah mencapai alveolus. Makrofag ini dapat cidera atau
rusak apabila terpapar asap rokok dan gas-gas polutan
Gambar 2.2 Zona konduksi dan zona
respirasi saluran nafas
6
8. Pertimbangan Frekuensi Pemberian Dosis
Frekuensi dosis suatu obat dikaitkan dengan waktu-paruh eliminasi obat dan juga konsentrasi
terapetik obat. Untuk suatu obat dengan waktu-paruh pendek, pertimbangan sering diberikan untuk
memperpanjang lama kerja obat. Resiko kelebihan dosis yang tidak terpakai dan potensi untuk
penurunan bioavailabilitas obat harus dipertimbangkan jika suatu dosis yang lebih besar diformulasi
untuk mencapai suatu lama kerja yang lebih panjang.
Pertimbangan Terapeutik
Pengetahuan indikasi terapeutik obat merupakan hal yang penting untuk formulator. Suatu obat
yang digunakan untuk suatu kondisi segera dan kondisi akut hendaknya diformulasi sehingga obat
tersebut mencapai sasaran dengan cepat. Suatu obat yang digunakan untuk jangka terapi yang lebih
panjang dapat mencapai sasaran lebih lambat.
Efek Samping Pada Saluran Cerna
Untuk memperbaiki bioavailabilitas obat dan menurunkan efek samping pada saluran cerna, obat-
obat tertentu telah diformulasi dalam kapsul gelatin lunak. Jika obat diformulasi dalam kapsul gelatin
lunak sebagai suatu larutan, maka obat dapat terdispersi dan melarut lebih cepat dengan meninggalkan
sedikit residu obat dalam dinding usus dan menyebabkan iritasi. Sifat bahan tambahan dan keadaan fisik
obat merupakan hal yang penting dan harus ditetapkan secara hati-hati sebelum suatu produk obat
diformulasi.
8
9. FAKTOR-FAKTOR SPESIFIK DALAM
SEDIAAN INHALASI
Posisi pasien
Formulasi obat
Suhu
Ukuran pipa endotrakeal
Keberadaan obstruksi saluran nafas atau ventilator yang tidak sinkron
Pola aliran
Laju respirasi
Dosis dan frekuensi yang diterapkan atau posisi nebulizer dalam
rangkaian.
9
14. TUJUAN
1) Efek sistemik: untuk memperkirakan aktivitas farmakologik atau terapetik, atau
menentukan kadar obat dalam darah dan membandingkannya dengan kadar yang
didapat dari cara pemberian intravena (bioavaiabilitas absolut) atau jika
mungkin cara pemberian lainnya.
2) Efek lokal (setempat): untuk melaksanakan studi ketersediaan hayati relatif
dengan membandingkan berbagai formulasi yang berbeda untuk memilih
formula yang lebih aktif secara lokal, efeknya lebih lama, lebih spesifik, lebih cepat
sebagai fungsi dari ukuran partikel yang harus sehomogen mungkin.
14
15. Faktor yang Mempengaruhi Ketersediaan Hayati Sediaan
Aerosol:
1) Stabilitas fisiko-kimia dan stabilitas terapetik partikel aerosol.
2) Daerah depo dan perannya untuk menghasilkan efek terapeutik yang
sesuai dan terukur.
3) Laju penyerapan, metabolisme dan atau pembersihan untuk menghindari
efek sekunder.
4) Bahan tambahan dalam sediaan terhadap partikel.
5) Metode pembuatan.
15
16. SUBJEK
1) Subjek Hewan
Subjek kelinci dari suatu larutan feri klorida yang terbagi halus
yang dapat diidentifikasi dalam bronkus kecil melalui reaksi kalium
ferosianat membuktikan aktivitas bahan obat dalam sediaan aerosol.
Kelemahan: harus hati-hati dalam menarik kesimpulan dan
menghubungkannya dengan manusia karena perbedaan anatomi
fisiologi antara hewan dan manusia.
16
17. 2) Subjek Manusia
a. harus diuji keadaan subjek percobaan
b. sering timbul berbagai masalah, misalnya pengukuran sifat
reologi lapisan mukosa normal yang selanjutnya berpengaruh pada protokol
percobaan.
c. Hal-hal yang harus diperhaikan adalah:
1) Jumlah aerosol yang dihirup
2) Jumlah zat aktif yang terikat dan atau terserap
d. Jumlah aerosol yang dihirup dapat ditentukan dengan rumus:
C = P/W
Keterangan:
C = konsentrasi per menit dalam volume udara
P = volume larutan pendispersi
V = debit udara pada waktu yang sama
17
18. e. Penentuan kadar secara kimia lebih akurat, tetapi partikel-partikel
dijerat terlebih dahulu menggunakan barbotage, dalam wadah tertutup,
dan dengan ruang elektrostatik.
f. Penentuan jumlah aerosol yang terikat atau terserap dapat dilakukan
dengan beberapa cara, antara lain:
- Pengukuran konsentrasi zat aktif dalam aerosol.
- Studi radiologi pencacahan zat aktif yang kedap cahaya.
- Evaluasi kadar obat dalam darah atau efek farmakologi.
- Evaluasi perubahan sifat alir getah bronkus secara in vivo, atau lendir.
18