Kapita Selekta Apoteker - Implementasi Home Care Telepharmacy dalam Monitoring Efek Samping Obat
1. UNIVERSITAS PANCASILA
FAKULTAS FARMASI
KAPITA SELEKTA
“IMPLEMENTASI HOME CARE TELEPHARMACY
DALAM MONITORING EFEK SAMPING OBAT
(FARMAKOVIGILANS)”
OLEH :
KELOMPOK XIV
NESHA MUTIARA 2021000056
NI MADE KARNITA SOVYANA TIKAWATI 2021000057
NURUL ALMA 2021000058
NURUL AZIZAH 2021000059
DOSEN PENGUJI :
Dr. apt. Zuhelmi Aziz, M.Si.
JAKARTA
2021
2. i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan yang Maha Esa Allah atas
rahmat dan karunia-Nya yang telah diberikan, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah kapita selekta yang berjudul “IMPLEMENTASI
HOME CARE TELEPHARMACY DALAM MONITORING EFEK SAMPING
OBAT (FARMAKOVIGILANS” dengan baik.
Pada kesempatan ini, kami juga ingin berterima kasih kepada :
1. Ibu Prof. Dr. apt. Shirly Kumala, M.Biomed. selaku Dekan Fakultas
Farmasi Universitas Pancasila.
2. Ibu Dr. apt. Zuhelmi Aziz, M.Si. selaku Dosen Penguji yang telah menilai
pekerjaan penulis dalam kapita selektra ini.
3. Teman-teman PSPA UP angkatan 68 yang selalu mendukung selama
masa-masa belajar.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi ilmu pengetahuan
khususnya di bidang farmasi serta bidang lain yang berkaitan.
Jakarta, Oktober 2021
Tim Penulis
3. ii
DAFTAR ISI
_Toc85915993
KATA PENGANTAR.......................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii
ABSTRAK..................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. LATAR BELAKANG......................................................................................1
B. DEFINISI.......................................................................................................... 3
C. PERUMUSAN MASALAH...........................................................................4
D. TUJUAN........................................................................................4
E. MANFAAT.....................................................................................4
BAB II MATERI POKOK...............................................................................4
A. PERKEMBANGAN TEKNOLOGI DI INDONESIA.........................4
B. FRAMEWORK TELEPHARMACY................................................ 4
C. TELEPHARMACY.........................................................................5
D. PERKEMBANGAN PEMANFAATAN TELEPHARMACY SELAMA
PANDEMI COVID-19....................................................................6
E. PEMANFAATAN HOME CARE TELEPHARMACY DALAM
FARMAKOVIGILANS SELAMA PANDEMI COVID-19.................6
BAB III PEMBAHASAN ................................................................................. 8
A. PELAYANAN HOME CARE TELEPHARMACY DALAM
MONITORING EFEK SAMPING OBAT........................................8
B. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN HOME CARE
TELEPHARMACY........................................................................ 9
BAB IV......................................................................................................... 10
PENUTUP.................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................11
4. iii
ABSTRAK
(A)NESHA MUTIARA, NURUL ALMA, NURUL AZIZAH, NI MADE KARNITA
SOVYANA TIKAWATI
(B) IMPLEMENTASI HOME CARE TELEPHARMACY DALAM MONITORING
EFEK SAMPING OBAT (FARMAKOVIGILANS)
(C) iv + 12 halaman
(D)Kata kunci: Implementasi, Home Care, Telepharmacy, Farmavigilans
(E) Perkembangan teknologi informasi saat ini menjangkau bidang kesehatan,
salah satunya adanya home care telepharmacy. Telepharmacy adalah
salah satu aplikasi dari perkembangan teknologi yang membantu
apoteker dalam menjalankan praktik kefarmasian. Telepharmacy saat ini
tidak hanya melayani konseling penggunaan obat, tetapi berkembang
melayani home care telepharmacy untuk monitoring efek samping obat.
Pelayanan yang dapat diberikan apoteker pada layanan home care
telepharmacy selain meliputi penyediaan obat, pendampingan
pengelolaan obat, konsultasi masalah obat, juga monitoring pelaksanaan
dan keamanan penggunaan obat. Tujuan dari penulisan makalah ini
adalah untuk mengetahui implementasi pelayanan home care
telepharmacy dalam upaya monitoring efek samping obat serta
mengetahui kelebihan dan kekurangan pemanfaatan home care
telepharmacy dalam monitoring efek samping obat. MESO merupakan
salah satu kegiatan dari farmakovigilans, pada masa pandemi saat ini
pelayanan home care telepharmacy tidak hanya berfokus pada pasien
dengan penyakit kronis namun juga pasien dengan status isolasi mandiri.
Hasil MESO yang diperoleh oleh apoteker kemudian dilaporkan ke BPOM
RI (Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia) untuk dikaji
lebih dalam terkait manfaat, kerugian, efektivitas, dan risiko obat-obatan
sebagai upaya mencapai penggunaan obat-obatan yang rasional. Salah
satu contoh implementasi home care telepharmacy untuk MESO yaitu
aplikasi Kimia Farma Mobile yang membantu apoteker tetap melakukan
praktik kefarmasian.
(F) Daftar Rujukan: 17 buah
(G)Dr. apt. Zuhelmi Aziz, M.Si.
(H)2021
6. 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Teknologi di era globalisasi saat ini mengalami kemajuan yang begitu
pesat salah satunya teknologi informasi yang merambah ke berbagai
bidang kehidupan manusia seperti bidang kesehatan, pendidikan,
pertanian, transportasi, industri dan bisnis. Teknologi informasi
merupakan penggunaan peralatan elektronik untuk menyimpan,
menganalisis dan mendistribusikan informasi melalui media (internet).
Salah satu kemajuan teknologi informasi saat ini yaitu pada bidang
kesehatan. Pelayanan kesehatan berbasis teknologi informasi menjadi
pusat perhatian dunia karena mampu meningkatkan kualitas kehidupan
manusia (1). Pelayanan kesehatan berbasis teknologi informasi dikenal
dengan sebutan telehealth, telemedicine dan telepharmacy.
Indonesia saat ini sedang mengalami pandemi COVID-19 yang
penyebarannya semakin meningkat dan meluas. Orang yang kontak erat
dengan pasien COVID-19 termasuk dokter dan tenaga kesehatan lain
yang memberikan asuhan medis dan pelayanan kesehatan di fasilitas
pelayanan kesehatan merupakan orang yang paling berisiko tertular
infeksi COVID-19. Salah satu pencegahan terhadap penyebaran COVID-
19 yaitu dengan pembatasan pelayanan kesehatan secara tatap muka
dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi berupa
telemedicine dan telepharmacy (2).
Telemedicine membantu pasien dalam menjalani isolasi mandiri
seperti konsultasi mengenai keluhan, mendapat informasi mengenai gaya
hidup sehat, pemeriksaan fisik melalui audiovisual, penegakan diagnosis
serta penulisan resep obat sesuai dengan tata kelola klinis yang optimal
8. 3
ditebus melalui telepharmacy yang dikonfirmasi oleh apoteker melalui
telepon, kemudian pasien dimonitoring efek terapi oleh apoteker serta
pasien dapat berkonsultasi mengenai efek samping yang dialami (2).
Pelayanan telepharmacy adalah salah satu aplikasi dari
perkembangan teknologi yang membantu apoteker dalam menjalankan
praktik kefarmasian. Telepharmacy saat ini tidak hanya melayani
konseling penggunaan obat, tetapi berkembang melayani home care
telepharmacy untuk monitoring efek samping obat. Pelayanan yang dapat
diberikan apoteker pada layanan home care telepharmacy selain meliputi
penyediaan obat, pendampingan pengelolaan obat, konsultasi masalah
obat, juga monitoring pelaksanaan dan keamanan penggunaan obat (3).
Salah satu pelayanan yang diberikan apoteker dalam layanan home
care telepharmacy yang menjadi perhatian yaitu monitoring efek samping
obat (farmakovigilans), apoteker bertanggung jawab dalam memantau
terapi obat serta efek samping yang dialami pasien. Hal ini dikarenakan
prioritas pasien yang perlu mendapat layanan home care ialah pasien
dengan penderita penyakit kronis, pasien dengan terapi jangka panjang
serta pasien yang berisiko seperti lanjut usia dan komorbiditas (3).
Dengan begitu layanan home care telepharmacy ini dapat memberikan
manfaat signifikan dibidang kesehatan dengan kecepatan aksesnya.
B. DEFINISI
1. Implementasi adalah aktivitas, aksi, tindakan atau adanya mekanisme
suatu sistem, implementasi bukan sekedar aktivitas, tapi suatu
kegiatan yang terencana untuk mencapai tujuan kegiatan (4).
2. Telepharmacy adalah pelayanan kefarmasian oleh apoteker melalui
penggunaan teknologi telekomunikasi dan sistem informasi kepada
pasien (5)
3. Home care adalah salah satu bentuk pelayanan kesehatan
merupakan suatu komponen rentang pelayanan kesehatan yang
berkesinambungan dan komprehensif diberikan kepada individu dan
9. 4
keluarga ditempat tinggal mereka yang bertujuan untuk meningkatkan,
mempertahankan atau memulihkan kesehatan atau memaksimalkan
tingkat kemandirian dan meminimalkan akibat dari penyakit (6).
4. Farmakovigilans adalah ilmu dan kegiatan yang berkaitan dengan
pengumpulan, deteksi, pemantauan, penilaian, dan pencegahan efek
samping dengan produk farmasi (7).
5. Monitoring efek samping obat adalah Monitoring Efek Samping Obat
(MESO) merupakan suatu proses kegiatan pemantauan setiap
respons terhadap obat yang merugikan atau tidak diharapkan yang
terjadi pada dosis lazim yang digunakan pada manusia untuk tujuan
profilaksis, diagnosa, dan terapi (8).
C. PERUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana implementasi pelayanan home care telepharmacy dalam
upaya monitoring efek samping obat?
2. Bagaimana kelebihan dan kekurangan pemanfaatan home care
telepharmacy dalam monitoring efek samping obat?
D. TUJUAN
1. Mengetahui implementasi pelayanan home care telepharmacy dalam
upaya onitoring efek samping obat.
2. Mengetahui kelebihan dan kekurangan pemanfaatan home care
telepharmacy dalam monitoring efek samping obat.
E. MANFAAT
Manfaat makalah ini dapat memberikan informasi mengenai implementasi
home care telefarmasi dalam monitoring efek samping obat
(farmakovigilans).
10. 4
BAB II
MATERI POKOK
A. PERKEMBANGAN TEKNOLOGI DI INDONESIA
Perkembangan teknologi pada saat ini mengalami kemajuan yang begitu
pesat. Salah satu kemajuan teknologi tersebut ialah teknologi informasi
yang telah menjangkau ke berbagai bidang kehidupan manusia, temasuk
dalam bidang kesehatan. Dengan kemajuan teknologi dalam bidang
kesehatan saat ini dapat membantu dalam memberikan pelayanan
kesehatan (1). Dengan kondisi pandemi yang terjadi di berbagai negara
salah satunya Indonesia, menjadi kan pemanfaatan teknologi di bidang
kesehatan sebagai sarana penting agar dapat menjangkau masyarakat
dalam memberikan pelayanan kesehatan, seperti memanfaatkan
layanan telehealth, telemedicine, dan telepharmacy (9).
B. FRAMEWORK TELEPHARMACY
Secara garis besar, telepharmacy tergolong dalam telemedicine – di
mana telemedicine merupakan bagian dari telehealth. Telepharmacy
adalah pelayanan kefarmasian oleh apoteker melalui penggunaan
teknologi telekomunikasi dan sistem informasi kepada pasien (5). Contoh
telepharmacy yaitu medication therapy management, konsultasi online.
Menurut World Health Organization, telehealth merupakan pemberian
layanan dan informasi dengan lingkup lebih luas.semua tenaga
kesehatan yang menggunakan informasi dan komunikasi, untuk bertukar
informasi yang valid untuk diagnosis, pengobatan, dan pencegahan
penyakit dan cidera, penelitian dan evaluasi, dan untuk pendidikan
berkelanjutan penyedia layanan kesehatan, dalam kepentingan
memajukan kesehatan individu dan komunitas (9). Sedangkan
telemedicine adalah aplikasi suatu metode dari pengobatan klinis, yang
11. 5
pengembangannya memanfaatkan telepon, internet, dan jaringan
komunikasi lain untuk mentransfer informasi medis. Dengan transfer ini,
informasi media tersebut dapat digunakan untuk konsultasi kesehatan
dan kadang-kadang dapat digunakan pula untuk prosedur medis di
tempat terpencil. Termasuk didalamnya antara lain teleradiologi,
telekardiologi, telekonsultasi dan telefarmasi (10).
C. TELEPHARMACY
Telepharmacy dilakukan oleh apoteker di fasilitas pelayanan
kefarmasian sesuai dengan regulasi dan tetap mengacu pada standar
pelayanan kefarmasian. Adapun regulasi terkait telefarmasi :
1. Telefarmasi dalam rangka telemedisin (sesuai SE
HK.02.01/MENKES/303/2020 TAHUN 2020)
2. Telefarmasi dalam rangka peredaran sediaan farmasi : Apotek
(mandiri/bekerja sama dengan PSEF → PMK 14/2021)
3. Telefarmasi dalam pelayanan farmasi klinis: konseling, PIO online,
PTO (Pemantauan Terapi Obat)
4. Pelayanan farmasi secara elektronik (telefarmasi) dapat dilakukan
untuk Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan BMHP kecuali narkotika
dan psikotropika, sediaan injeksi (kecuali insulin) dan implan KB (11).
Telefarmasi memiliki keunggulan, yaitu dapat meningkatkan cakupan
pelayanan, penyampaian informasi obat lebih cepat dan akurat, akses
yang lebih mudah dalam melakukan konsultasi obat, meningkatkan
aksesbilitas dan fleksibilitas tenaga kesehatan, meningkatkan
kenyamanan pasien dengan mudahnya dalam membuat janji temu, tidak
perlu keluar rumah, dan lebih mudah mengakses pelayanan kefarmasian
(11). Namun telefarmasi juga memiliki kekurangan yaitu membutuhkan
pengelolaan yang rumit, berpotensi adanya penyalahgunaan data pasien,
adanya penyalahgunaan obat, membutuhkan jaringan dan perangkat
yang mendukung (12).
12. 6
D. PERKEMBANGAN PEMANFAATAN TELEPHARMACY SELAMA
PANDEMI COVID-19
Pandemi COVID-19 telah mengubah implementasi pelayanan kesehatan,
salah satunya yaitu pemanfaatan teknologi informasi untuk
meningkatkan kualitas pelayanan kefarmasian dalam skala besar.
Perubahan ini didukung oleh World Health Organization (WHO) sehingga
dipertimbangkan sebagai aspek esensial untuk meningkatkan
penggunaan obat yang rasional. Perkembangan ini menjadi peluang bagi
apoteker sebagai tenaga kesehatan yang kompeten di bidang obat-
obatan untuk melakukan praktik kefarmasian meliputi konseling
kefarmasian dan monitoring efek samping obat (MESO) (13). Dalam hal
ini apoteker telah terbukti aktif berkontribusi dalam mengidentifikasi efek
samping obat, mencegah, dan mengatasi masalah terkait terapi pasien,
terutama penderita penyakit kronis dan pasien COVID-19 yang
melakukan isolasi mandiri di rumah (14).
E. PEMANFAATAN HOME CARE TELEPHARMACY DALAM FARMAKOVIGILANS
SELAMA PANDEMI COVID-19
Pandemi COVID-19 telah menyebabkan masyarakat mengurangi
mobilitas dan menjaga jarak dengan manusia lainnya sehingga
berdampak pada menurunnya jumlah pasien yang mengakses pelayanan
kesehatan secara tatap muka. Terutama penderita penyakit kronis yang
berisiko tinggi terinfeksi virus sehingga menunda konsultasi kesehatan di
fasilitas kesehatan meliputi menunda kunjungan ke apotek. Hal ini
mempersulit tenaga kesehatan terutama apoteker untuk memantau efek
samping obat yang digunakan pasien sehingga terjadi penurunan
kepatuhan penderita penyakit kronis dalam menggunakan obat yang
membahayakan kesehatan pasien tersebut. Oleh sebab itu, apoteker
sebagai salah satu garda terdepan dapat tetap memiliki peran penting
untuk mengawal, memonitor, dan mengevaluasi efek samping serta
13. 7
keamanan obat yang digunakan penderita penyakit kronis maupun pasien
COVID-19 yang melakukan isolasi mandiri dengan memanfaatkan
telepharmacy (13). Hasil monitoring efek samping obat yang diperoleh
apoteker kemudian dilaporkan ke BPOM RI (Badan Pengawas Obat dan
Makanan Republik Indonesia) untuk dikaji lebih dalam terkait manfaat,
kerugian, efektivitas, dan risiko obat-obatan sebagai upaya mencapai
penggunaan obat-obatan yang rasional.
14. 8
BAB III
PEMBAHASAN
A. PELAYANAN HOME CARE TELEPHARMACY DALAM MONITORING
EFEK SAMPING OBAT
Telepharmacy adalah pelayanan kesehatan oleh apoteker melalui
penggunaan telekomunikasi. Pada telepharmacy terdapat beberapa sub
pelayanan, diantaranya yaitu pengkajian resep, konseling pasien, dan
pemantauan terapi obat (15). Telepharmacy juga mencakup pelayanan
home care yang biasanya dilakukan oleh seseorang yang memilih
tinggal dirumah namun membutuhkan pelayanan kesehatan terus
menerus seperti pasien dengan penyakit kronis. Pelayanan home care
berbasis telekomunikasi ini disebut e-homecare services (6).
Pelayanan home care telepharmacy dilakukan oleh apoteker yang
bertujuan memberikan konseling terhadap regimen asumsi obat dan
pemantauan terapi obat, serta apoteker juga dapat memberikan
pelayanan farmakovigilans. Salah satu contohnya yaitu, Program PILL
(Pharmacological Intervention in Late Life) yang merupakan layanan
yang dikembangkan untuk para veteran di daerah pedesaan di Amerika
Serikat untuk membantu mereka mengikuti kepatuhan resep setelah
keluar dari rumah sakit. Pasien geriatri diobati dengan beberapa obat per
hari (polimedikasi) dan pengobatan farmakologis yang diartikulasikan ini
dapat menyebabkan beberapa masalah interaksi obat. PILL dirancang
untuk mempermudah pengelolaan obat pasien dengan membantu
mereka dengan panggilan telepon apoteker. Jika terjadi masalah,
apoteker PILL dapat merekomendasikan pengganti terapi yang tepat.
Berdasarkan survei, Program ini mendeteksi lebih dari 70% medication
error dan merupakan aplikasi yang mudah digunakan oleh pasien, dan
memiliki tingkat kepuasan yang tinggi (15).
15. 9
Di Indonesia, home care telepharmacy mulai berkembang terutama
ketika pandemi COVID-19 berlangsung. Salah satunya yaitu dengan
adanya aplikasi Kimia Farma Mobile yang merupakan digitalisasi
layanan apotek Kimia Farma. Pada aplikasi tersebut masyarakat dengan
mudah dan cepat mendapatkan pelayanan kefarmasian seperti membeli
obat dan konseling dengan apoteker (16). Selain itu, aplikasi Kimia
Farma Mobile juga memiliki kontribusi untuk memberikan pelayanan
kepada pasien COVID-19 yang menjalankan isolasi mandiri di rumah.
B. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN HOME CARE TELEPHARMACY
Kelebihan home care telepharmacy dalam monitoring efek samping obat
yaitu: kemudahan dalam mengakses layanan kesehatan meskipun
berada di lokasi yang jauh dari tempat pelayanan, telefarmasi
mengaktifkan operasi layanan yang lengkap oleh apoteker mencakup
tinjauan penggunaan obat dan konseling pasien. Teknologi ini
memungkinkan apoteker tidak bepergian mengunjungi pasien untuk
meninjau pengobatan sehingga mengefektifkan pelayanan home care
dan monitoring pengobatan pasien (17). Pada pandemi COVID-19,
Home care telepharmacy juga merupakan salah satu solusi untuk
mengurangi transmisi COVID-19 dalam pelayanan kefarmasian.
Kekurangan home care telepharmacy dalam monitoring efek
samping obat yaitu: operasional yang sulit terutama di pedesaan yang
membutuhkan koneksi digital yang tinggi atau fitur aplikasi yang sulit
dimengerti oleh masyarakat. Dan kekurangan selanjutnya adalah
ketidakinginan menggunakan teknologi oleh masyarakat itu sendiri
sehingga akan terjadi ketidakmerataan home care telepharmacy dalam
monitoring efek samping obat (17).
16. 10
BAB IV
PENUTUP
Farmakovigilans merupakan seluruh kegiatan tentang pendeteksian,
penilaian (assessment), pemahaman, dan pencegahan efek samping
atau masalah lainnya terkait dengan penggunaan obat. Salah satu
kegiatan dari farmakovigilans yaitu monitoring efek samping obat. Pada
masa pandemi COVID-19, Implementasi home care telepharmacy dalam
monitoring efek samping obat (MESO) mengalami perkembangan,
sehingga tidak hanya melayani penderita penyakit kronis, tetapi juga
melayani pasien COVID-19 yang melakukan isolasi mandiri di rumah.
Apoteker sebagai tenaga kesehatan yang kompeten di bidang obat-
obatan untuk melakukan praktik kefarmasian salah satunya adalah
monitoring efek samping obat, dengan mengidentifikasi efek samping
obat, mencegah, dan mengatasi masalah terkait terapi pasien. Hasil
monitoring efek samping obat yang diperoleh apoteker kemudian
dilaporkan ke BPOM RI (Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik
Indonesia) untuk dikaji lebih dalam terkait manfaat, kerugian, efektivitas,
dan risiko obat-obatan sebagai upaya mencapai penggunaan obat-obatan
yang rasional. Home care telepharmacy dalam monitoring efek samping
obat memiliki kelebihan meliputi mengurangi interaksi tatap muka
langsung sehingga mengurangi risiko transmisi COVID-19. Sedangkan
kekurangan home care telepharmacy dalam monitoring efek samping
obat meliputi sulitnya mengoperasionalkan aplikasi bagi pasien,
ketidakinginan menggunakan teknologi oleh pasien tersebut sehingga
akan terjadi ketidakmerataan home care telepharmacy dalam monitoring
efek samping obat.
17. 11
DAFTAR PUSTAKA
1. Yani A. Pemanfaatan Teknologi Dalam Bidang Kesehatan Masyarakat.
Jurnal Kesehatan Masyarakat. 2018;8(1):97-102.
2. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
Hk.01.07/Menkes/4829/2021 Tentang Pedoman Pelayanan Kesehatan
Melalui Telemedicine Pada Masa Pandemi Corona Virus Disease 2019
(Covid-19). Jakarta : Kementerian Kesehartan Republik Indonesia. 2021.
3. Direktorat Bina Farmasi Komunitas Dan Klinik. Pedoman Pelayanan
Kefarmasian Di rumah (Home Pharmacy Care). Jakarta : Departemen
Kesehatan RI. 2008
4. Usman, Nurdin. Konteks Implementasi Berbasis Kurikulum. Jakarta : PT.
Raja Grafindo Persada. 2002
5. Kemenkes RI. Peraturan Menteri Kesehatan RI No.14 Tahun 2021
Tentang Standar Kegiatan Usaha Dan Produk Pada Penyelenggaraan
Perizinan Berusaha Berbasis Risiko Sektor Kesehatan. Jakarta :
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2021.
6. Suswati I., Setiawan F.E.B., Prasetyo Y.B., Tilaqsa A., Interprofessional
Education Panduan Tutorial dan Homevisit Kesehatan keluarga. Malang :
UMM Press. 2018
7. Meilnani D., Sinuraya R.K., Pharmacovigilance Dalam Aspek
Penanganan Reaksi Obat Yang Tidak Diinginkan. Bandung : Farmaka.
2018.
8. Rusli. Farmasi Klinik. Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia. 2018.
9. Heratanti N, Rambi AP, Syarifurrahman I. The Telehealth Effectiveness in
Home Care Services: A Systematic Review. STRADA Jurnal Ilmiah
Kesehatan. 2021 May 17;10(1):1057-65.
10.Wiryawan W, Bagiastra N. Pengaturan serta integrasi telemedicine dalam
strategi kebijakan pengembangan pembangunan kesehatan modern.
18. 12
11.Direktorat Pelayanan Kefarmasian. Kebijakan Telefarmasi Dalam
Peredaran Sediaan Farmasi di Fasilitas Pelayanan Kesehatan. 2021
12.Diakses melalui https://www.apotekyesfarma.com/post/yes-telefarmasi
13.Kilova, Kristina, A Mihaylova dan L Peikova. Opportunities of Information
Communication Technologies for Providing Pharmaceutical Care in the
COVID-19 Pandemic. Pharmacia Journal. 2021. *
14.Okoro. COVID Pandemic: The Role of Community Pharmacists in
Chronic Kidney Disease Management Supportive Care. Research in
Social and Administrative Pharmacy. 2020.
15.Baldoni, Simon et al. Telepharmacy Services: Present Status and Future
Perspectives: A Review. Medicina. 2019.
16.Anonim. Super Apps Kimia Farma Mobile Solusi Unggulan Di Tengah
Pandemi. Diambil dari: https://www.itworks.id/34448/super-apps-kimia-
farma-mobile-solusi-unggulan-di-tengah-pandemi.html. Diakses pada 20
Oktober 2020.
17.Paudel A, Nissen L M. Telepharmacy: a pharmacist’s perspective on the
clinical benefits and challenges. Integrated Pharmacy Research
and Practice. 2016:5 75–82.