2. STANDARISASI
Serangkaian parameter, prosedur dan cara
pengukuran yang hasilnya merupakan unsur-unsur
terkait paradigma mutu kefarmasian, mutu dalam
artian memenuhi standar (kimia, biologi dan
farmasi), termasuk jaminan (batas-batas) stabilitas
sebagai produk kefarmasian umumnya.
Proses menjamin bahwa produk akhir (obat, ekstrak
atau produk ekstrak) mempunyai nilai parameter
tertentu yang konstan dan ditetapkan (dirancang
dalam formula) terlebih dahulu
TUJUAN: agar diperoleh bentuk bahan baku atau
produk kefarmasian yang bermutu, aman serta
bermanfaat
3. Standardisasi Ekstrak
Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan
mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani
menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir
semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang diperoleh
diperlukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah
ditetapkan.
Standardisasi ekstrak tidak lain adalah serangkaian parameter
yang dibutuhkan sehingga ekstrak persyaratan produk
kefarmasian sesuai dengan persyaratan yang berlaku.
4. Ekstrak terstandar berarti konsistensi kandungan senyawa aktif
dari setiap batch yang diproduksi dapat dipertahankan, dan juga
dapat mempertahankan pemekatan kandungan senyawa aktif
pada ekstrak sehingga dapat mengurangi secara signifikan
volume permakaian per dosis, sementara dosis yang diinginkan
terpenuhi, serta ekstrak yang diketahui kadar senyawa aktifnya
ini dapat dipergunakan sebagai bahan pembuatan formula lain
secara mudah seperti sediaan cair , kapsul, tablet, dan lain-lain.
9. PARAMETER SUSUT PENGERINGAN
Prinsip:
Pengukuran sisa zat setelah pengeringan pada
temperatur 105°C selama 30 menit atau
sampai berat konstan, yang dinyatakan
dalam nilai prosen (Depkes RI, 2000)
Tujuan:
Memberikan batasan maksimal (rentang)
tentang besarnya senyawa yang hilang pada
proses pengeringan (Depkes RI, 2000)
11. Prosedur Kerja
3. Biarkan botol dalam keadaan tertutup mendingin dalam eksikator
hingga suhu kamar. Kemudian masukkan ke dalam ruang pengering, buka
tutup botolnya, keringkan pada suhu 105°C hingga bobot tetap.
2. Ekstrak ditimbang secara seksama sebanyak 1-2 gram dalam botol
timbang dangkal tertutup yang sebelumnya dipanaskan pada suhu
105° C selama 30 menit dan telah ditara.
1. Ekstrak diratakan di dalam botol timbang dengan menggoyangkan
botol hingga lapisan ± 5-10 mm. Jika yang digunakan ekstrak kental,
ratakan dengan bantuan pengaduk.
12. Prosedur Kerja
5. Campurkan silika tersebut secara rata dengan ekstrak pada saat panas
kemudian keringkan kembali pada suhu penetapan hingga bobot tetap.
4. Jika ekstrak sulit kering dan mencair selama pemanasan, tambah 1 gram
silika pengering yang telah ditimbang seksama setelah dikeringkan dan
disimpan dalam eksikator pada suhu kamar.
6. Hitung susut pengeringan dalam nilai prosen.
14. PARAMETER BOBOT JENIS
Prinsip:
Massa per satuan volume pada suhu kamar
tertentu (25°C) yang ditentukan dengan alat
khusus piknometer atau alat lainnya.
Tujuan:
Memberikan batasan tentang besarnya massa
per satuan volume yang merupakan parameter
khusus ekstrak cair sampai ekstrak pekat
(kental) yang masih dapat dituang.
(Depkes RI, 2000).
15. Prosedur Kerja
3. Kurangkan bobot piknometer yang kosong dari berat piknometer yang
telah diisi. Bobot jenis ekstrak cair adalah hasil yang diperoleh dengan
membagi bobot ekstrak dengan bobot air dalam piknometer suhu 25°C.
2. Atur suhu ekstrak ± 20°C lalu masukkan ke dalam piknometer. Atur suhu
piknometer yang telah diisi hinga 25°C, buang kelebihan ekstrak cair yang
ditimbang.
1. Gunakan piknometer bersih, kering, dan telah dikalibrasi dengan
menetapkan bobot piknometer dan bobot air yang baru dididihkan pada
suhu 25°C.
17. PARAMETER KADAR AIR
Prinsip:
Pengukuran kandungan air yang berada di
dalam bahan
Tujuan:
Memberikan batasan minimal atau rentang
besarnya kandungan air di dalam bahan.
Metode:
a. Cara titrasi
b. Cara destilasi
c. Cara gravimetri
18. a. Metode Titrasi
Alat :
• Buret dilengkapi tabung pendingin untuk
melindungi dari pengaruh kelembaban
udara.
• Labu titrasi kapasitas ± 60 ml, dilengkapi 2
elektroda platina
• Sebuah pipa pengalir nitrogen
• Sebuah sumbat berlubang untuk ujung buret
• Tabung pengering
19. Titrasi langsung
• Masukkan ± 20 ml metanol P ke labu titrasi
• Titrasi dengan pereaksi Karl Fischer hingga
titik akhir tercapai
• Masukkan zat dengan cepat yang telah
ditimbang seksama yang diperkirakan
mengandung 10-50 mg air ke dalam labu
titrasi, aduk selama 1 menit.
20. Titrasi dengan pereaksi Karl Fischer yang
telah diketahui kesetaraan airnya.
Hitung jumlah air dalam mg dengan
rumus :
V x F
V : Volume pereaksi Karl Fischer pada
tiitrasi kedua
F : Faktor kesetaraan air
21. Titrasi Tidak Langsung
• Masukkan ± 20 ml metanol P ke labu titrasi
• Titrasi dengan pereaksi Karl Fischer hingga titik
akhir tercapai
• Masukkan zat dengan cepat yang telah
ditimbang seksama yang diperkirakan
mengandung 10-50 mg air, campur.
• Tambahkan pereaksi Karl Fischer berlebihan
dan diukur seksama.
• Biarkan beberapa waktu hingga reaksi
sempurna.
• Titrasi kelebihan pereaksi dengan larutan baku
air-metanol.
22. Hitung jumlah dalam mg, air, dengan
rumus :
FV1- aV2
F : faktor kesetaraan air pereaksi Karl
Fischer yang diukur saksama
V1 : Volume pereaksi Karl Fischer (ml)
a : kadar air dalam mg tiap ml dari
larutan baku air-metanol.
V2 : Volume larutan baku air-metanol
(ml)
23. Pereaksi Karl Fischer
Lakukan pembakuan sbb : Masukkan ± 20 ml metanol mutlak P ke dalam
labu titrasi. Titrasi dengan pereaksi Karl Fischer tanpa mencatat volume
yang digunakan. Masukkan air yang ditimbang saksama sejumlah yang
cocok.
Tambahkan metanol mutlak P secukupnya hingga 500 ml, biarkan selama
24 jam.
Larutkan 63 g Iodium P dalam 100 ml piridina mutlak P, dinginkan dalam
es, alirkan belerang dioksida P hingga bobot bertambah 32,3 g sambil
dilindungi dari pengaruh kelembaban udara.
24. 1 ml pereaksi Karl Fischer setara dengan ± 5 mg air.
Pereaksi Karl Fischer harus disimpan di lemari pendingin pada suhu antara
2°C dan 8°C, terlindung dari cahaya.
Titrasi dengan pereaksi Karl Fischer. Hitung kesetaraan air dalam mg tiap
ml pereaksi. Pereaksi Karl Fischer harus dibakukan sebelum digunakan.
25. Larutan baku air-metanol
• Encerkan 2 ml air dengan metanol
secukupnya hingga 1.000 ml
• Titrasi 25 ml larutan dengan pereaksi Karl
Fischer
• Hitung kadar air dalam mg tiap ml dengan
rumus : VF/25
V : volume pereaksi Karl Fischer (ml)
F : faktor kesetaraan air
26. b. Metode Destilasi
b.1. Alat :
• 1 labu 500 ml dihubungkan dengan
pendingin balik dengan pertolongan alat
penampung.
• Tabung penerima 5 ml berskala 0,1 ml.
• Pemanas, sebaiknya pemanas listrik yang
suhunya dapat diatur atau tangas minyak.
• Bagian atas labu tabung sebaiknya
dibungkus dengan asbes.
27.
28. b.2. Pereaksi
• Toluen. Sejumlah Toluen P, kocok dengan
sedikit air, biarkan memisah, buang lapisan
air suling.
29. b.3. Prosedur Kerja
1.
Bersihkan semua alat yang dipakai lalu dikeringkan dalam lemari
pengering.
2.
Masukkan ekstrak yang telah ditimbang seksama yang
mengandung 2-4 ml air ke dalam labu kering.
3.
Jika ektrak berupa ekstrak kental, timbang dalam sehelai
lembaran logam dengan ukuran yang sesuai dengan leher labu.
30. 7.
Jika ada tetes air yang melekat pada pendingin tabung penerima, gosok
dengan karet yang diikatkan pada sebuah kawat tembaga dan basahi
dengan toluen hingga tetesan turun.
8.
Setelh air dan toluen memisah sempurna, baca volume air. Hitung kadar
air dalam persen.
4.
Masukkan ±200 ml toluen ke dalam labu. Hubungkan alat. Tuang toluen
melalui alat pendingin. Panaskan labu hati-hati selama 15 menit.
5.
Setelah toluen mulai mendidih, suling dgn kecepata ±2 tetes per detik,
hingga sebagian air tersuling, kemudian naikkan kecepatan penyulingan
hingga 4 tetes per detik.
6.
Setelah semua air tersuling, cuci bagian dalam pendingin dengan toluen.
Lanjutkan penyulingan selama 5 menit. Biarkan tabung penerima
pendingin hingga suhu kamar.
31. c. Metode Gravimetri
Masukkan ± 10 gram ekstrak dan timbang
seksama dalam wadah yang telah ditara.
Keringkan dalam suhu 105°C selama 5 jam
dan ditimbang.
Lanjutkan pengeringan dan timbang pada
jarak 1 jam sampai perbedaan antara 2
penimbangan berturut-turut tidak lebih
dari 0,25%.
33. PARAMETER KADAR ABU
Prinsip
Bahan dipanaskan pada tempertur dimana senyawa
organik dan turunannya terdestruksi dan menguap,
sehingga tinggal unsur mineral dan anorganik
(Depkes RI, 2000)
Tujuan
Memberikan gambaran kandungan mineral internal
dan eksternal yang berasal dari proses awal sampai
terbentuknya ekstrak
(Depkes RI,2000)
35. Penetapan Kadar Abu (1)
Masukkan ekstrak ke dalam krus silikat, ratakan
Gerus ekstrak, timbang saksama 2g – 3g
ekstrak
Memijarkan dan menara krus silikat
36. Penetapan Kadar Abu (2)
Saring melalui kertas saring bebas abu
Jika arang tidak dapat dihilangkan, tambahkan
air panas
Pijarkan perlahan hingga arang habis,
dinginkan, timbang
37. Penetapan Kadar Abu (3)
Pijarkan hingga bobot tetap
Masukkan filtrat ke dalam krus, uapkan
Pijarkan sisa kertas dan kertas saring dalam
krus yang sama
38. Penetapan Kadar Abu (4)
Hitung kadar abu terhadap bahan yang
dikeringkan di udara
Timbang
40. Penetapan Kadar Abu Yang Tidak
Larut dalam Asam (1)
Saring melalui krus kaca masir / kertas saring bebas
abu
Kumpulkan bagian yang tidak larut dalam krus
Didihkan abu yang diperoleh dari penetapan kadar
abu dalam 25ml asam sulfat encer P selama 5 menit
41. Penetapan Kadar Abu Yang Tidak Larut
dalam Asam (2)
Hitung kadar abu yang tidak larut dalam asam
terhadap bahan yang telah dikeringkan
Pijarkan hingga bobot tetap, timbang
Cuci dengan air panas
44. PARAMETER SISA PELARUT
Prinsip
Menentukan kandungan sisa pelarut tertentu
(yang memang ditambahkan) yang secara umum
dengan kromatografi gas (Depkes RI, 2000)
Tujuan
Memberikan jaminan bahwa selama proses tidak
meninggalkan sisa pelarut yang memang
seharusnya tidak boleh ada
(Depkes RI, 2000)
45. PROSEDUR KERJA
1. Cara Destilasi (Penetapan Kadar Etanol)
2. Cara Kromatografi Gas- Cair
46. Cara Destilasi (Penetapan Kadar Etanol)
(1)
• Kecuali dinyatakan lain dalam masing-masing
monografi, lakukan penetapan dengan cara
destilasi
• Untuk sebagian besar ekstrak cair dan tingtura
47. Cara Destilasi (Penetapan Kadar Etanol)
(2)
• Destilat yang keruh dapat dijernihkan dengan
dengan pengocokan menggunakan talk P atau
kalsium kabornat P, saring.
• Suhu filtrat diatur dan kandungan etanol
ditetapkan dari bobot jenis.
• Lakukan semua pekerjaan dengan hati-hati
untuk mengurangi kehilangan etanol oleh
penguapan
48. Cara Destilasi (Penetapan Kadar Etanol)
(3)
Untuk mencegah buih dalam cairan selama
destilasi
– tambahkan asam kuat : asam fosfat P, asam sulfat P,
atau asam tanat P
– penambahan larutan kalsium klorida P sedikit berebih,
atau parafin P atau minyak silikon sebelum destilasi
Cegah gejolak selama destilasi dengan
penambahan keping-keping berpori dari bahan
yang tidak larut
Ex : silikon karbida P, atau manik-manik
49. Cara Destilasi (Penetapan Kadar Etanol)
(4)
1
• Pipet tidak kurang dari 25ml cairan uji ke dalam alat
destilasi yang sesuai
2
• Catat destilasi hingga diperoleh destilat ± 2 ml lebih
kecil dari volume cairan uji yang dipipet
3
• Atur suhu destilat hingga sama dengan suhu pada
waktu pemipetan
Cara untuk cairan yang diperkirakan mengandung etanol
30% atau kurang
50. 4
• Tambahkan air secukupnya hingga volume sama dengan
volume cairan uji
5
• Tetapkan bobot jenis cairan pada suhu 25C seperti yang
tertera pada Penetapan Bobot Jenis
6
• Hitung presentase dalam volume dari etanol dalam cairan
menggunakan Tabel Bobot Jenis dan Kadar Etanol
Cara untuk cairan yang diperkirakan mengandung etanol 30%
atau kurang
51. Cara Destilasi (Penetapan Kadar Etanol)
(5)
1
• Pipet ± dua kali volume cairan uji ke dalam alat
destilasi yang sesuai
2
• Kumpulkan destilat hingga ± 2 ml lebih kecil dari
dua kali volume cairan uji yang dipipet
3
• Atur suhu sama dengan cairan uji
Cara untuk cairan yang diperkirakan mengandung etanol lebih
dari 30%
52. 4
• Tambahkan air secukupnya hingga volume dua kali volume
cairan uji yang dipipet, campur, dan tetapkan bobot jenis
5
• Kadar etanol dalam volume destilat, sama dengan setengah
kadaar etanol dalamcairan uji etanol atau kurang
6
• Pipet 25ml cairan uji, masukkan ke dalam coorng pisah,
tambahkan air volume sama
7
• Jenuhkan campuran dengan natrium klorida P, tambahkan 25
heksana P dan kocok kocok untuk mengekstraksi zat mudah
menguap lain yang mengganggu
8
• Pisahkan lapisan bawah ke dalam corong pisah kedua
9
• Ulangi ekstrak dua kali, tiap kali dengan 25ml heksana P.
53. Ekstraksi kumpulan larutan heksana P tiga kali
– tiap kali dengan 10 ml larutan jenuh natrium
klorida P
Destilasi kumpulan larutan garam
– tampung destilat hingga sejumlah volume
mendekati volume cairan uji semula
Cara untuk cairan yang diperkirakan mengandung etanol
lebih dari 30%
54. Cara Destilasi (Penetapan Kadar Etanol)
(6)
1
• Encerkan cairan uji dengan air hingga kadar etanol lebih kurang
25%
Cara untuk cairan yang diperkirakan mengandung etanol
lebih dari 50%
2
• Jenuhkan campuran dengan natrium klorida P, tambahkan 25
heksana P dan kocok kocok untuk mengekstraksi zat mudah
menguap lain yang mengganggu
3
• Pisahkan lapisan bawah ke dalam corong pisah kedua
4
• Ulangi ekstrak dua kali, tiap kali dengan 25ml heksana P.
55. Cara Destilasi (Penetapan Kadar Etanol)
(7)
Jika hanya mengandung minyak atsiri dan hasil destilasi
keruh
– perlakuan dengan pelarut heksana P seperti diatas tidak
dilakukan, destilat dapat dijernihkan dan dapat digunakan
untuk penetapan bobot jenis dengan mengocok dengan
heksana P lebih kurang seperlima bagian volume atau dengan
penyaringan melalui lapisan tipis talk
Cara untuk cairan yang diperkirakan mengandung etanol
lebih dari 50%
56. Cara Kromatografi Gas-Cair
• Alat kromatografi gas dilengkapi dengan detektor ionisasi
nyala dan kolom kaca 1,8m X 4mm berisi fase diam S3
dengan ukuran partikel 100 mesh hingga 120 mesh
• Gunakan nitrogen P atau helium P sebagai gas pembawa
• Sebelum digunakan kondisikan kolom semalam pada suhu
235 °C alirkan gas pembawa dengan laju aliran lambat
• Atur aliran gas pembawa dan suhu (lebih kurang 120 °C)
sehingga baku internal asetonitril tereluasi dalam waktu 5
menit sampai 10 menit
57. • D= Faktor pengenceran larutan uji I
• Ru= Perbandingan respons puncak etanol dan asetonitril
dalam larutan uji II
• Rs= Perbandingan respons puncak etanol dan asetonitril
dalam larutan baku II
59. PARAMETER SISA PESTISIDA
Prinsip
Menentukan sisa kandungan pestisida yang mungkin saja
pernah ditambahkan atau mengkontaminasi pada bahan
simplisia pembuatan ekstrak (Depkes RI, 2000)
Tujuan
Memberikan jaminan bahwa ekstrak tidak mengandung
pestisida melebihi nilai yang ditetapkan karena berbahaya
(toksik) bagi kesehatan (Depkes RI, 2000)
Metode
KLT dan kromatografi gas cair
60. Sisa Pestisida (1)
Jika kandungan kimia pengganggu analisis yang
besifat non polar relatif kecil seperti pada ekstrak
yang diperoleh dengan penyari air atau etanol
berkadar kurang dari 20%
– menggunakan metode KLT secara langsung tanpa
melalui tahap pembersihan lebih dahulu
– menggunakan kromatografi gas jika tidak terdapat
kandungan kimia dengan unsur N (klorofil, alkaloid
dan amina non polar lain)
61. Sisa Pestisida (2)
Ekstrak yang diperoleh dengan pelarut etanol berkadar
tinggi dan tidak mengandung senyawa nitrogen non
polar
– menggunakan metode KLT atau kromatografi gas secara
langsung tanpa pembersihan
Jika tidak dapat dilakukan karena banyaknya kandungan
kimia pengganggu
– dilakukan pengujian sesuai metode baku.
Agar memudahkan penelusuran kembali jika ada
masalah analisis
– Lakukan penomoran dan perincian terhadap analisis
disesuaikan dengan buku aslinya.
63. Parameter Cemaran Mikroba
Prinsip
Menentukan (identifikasi) adanya mikroba yang patogen
secara analisis mikrobiologis ( Depkes RI, 2000)
Tujuan
Memberikan jaminan bahwa ekstrak tidak mengandung
mikroba patogen dan tidak mengandung mikroba non
patogen melebihi batas yang ditetapkan karena
berpengaruh terhadap kestabilan ekstrak dan berbahaya
(toksik) bagi kesehatan (Depkes RI, 2000)
Metode
ALT dan uji nilai duga terdekat (MPN) coliform.
64. ALT (Angka Lempeng Total) digunakan untuk mengetahui jumlah mikroba
yang ada pada suatu sampel. Uji Angka Lempeng Total (ALT) dan lebih
tepatnya ALT aerob mesofil setelah cuplikan diinokulasikan pada media
lempeng agar dengan cara tuang dan diinkubasi pada suhu yang sesuai.
Media yang digunakan :
- PCA (Plate Count Agar)
Pereaksi yang digunakan :
- PDF (Pepton Dilution Fluid)
- FCDSLP (Fluid Casein Digest Soy Lecihitin Polysorbate)
- Parafin cair (Minyak mineral)
- Tween 80 dan 20
Peralatan khusus :
- Stomacher (blender)
- Alat hitung koloni
65. Prosedur Kerja ALT
Buat pengenceran selanjutnya hingga 10-6 atau sesuai dengan
yang diperlukan.
Hasil homogenisasi dipipet pengencaran 10-1 sebanyak 1 ml ke
dalam tabung yang berisi pengenceran PDF pertama hingga
pengencaran 10-2, dikocok hingga homogen.
Siapkan 5 buah tabung atau lebih yang telah diisi dengan 9 ml
pengenceran PDF.
66. Untuk mengetahui sterilitas media dan pengencer dibuat uji
blangko (kontrol).
Tiap cawan petri dituangkan 15-20 ml media PCA (45±1°C),
cawan petri digoyang dan diputar hingga suspensi tersebar
merata.
Setiap pengencaran dipipet 1 ml ke dalam cawan petri dan
dibuat duplo.
67. Jumlah koloni yang tumbuh diamati dan dihitung.
Setelah media memadat, cawan petri diinkubasi pada suhu 35-
37°C selama 24-48 jam dengan posisi terbalik.
Satu cawan hanya diisi 1 ml pengenceran dan media agar, dan
cawan yang lain diisi pengencer dan media.
68. Uji Nilai Duga Terdekat (MPN)
Coliform
Pengertian :
Pertumbuhan bakteri coliform setelah cuplikan
diinokulasikan pada media cair yang sesuai, adanya
reaksi fermentasi dan pembentukan gas di dalam
tabung durham.
Pereaksi yang digunakan :
- PDF (Pepton Dilution Fluid)
- MCB (Mac Conkey Broth)
- BGLB (Brilliant Green Lactose Bile Broth
69. - EMBA (Eosin Methylene Blue Agar)
- VRBA (Violet Red Billie Agar)
- Methyl Red-Voges Proskauer (MR-VP)
Medium
- Trypton Broth
- Simmon’s Citrate Agar
- Nutrient Agar
Peralatan :
- Stomacher atau blender atau cawan mortir
- Pipet ukur
- Tabung durham
70. Prosedur Kerja
Dibuat pengenceran selanjutnya hingga 10ˉ6.
Hasil homogenisasi pada penyiapan dipipet 1 ml pengenceran
10ˉ1 ke dalam tabung PDF pertama diperoleh suspensi dengan
pengenceran 10ˉ2, dikocok sampai homogen.
Siapkan 5 tabung reaksi berisi 9 ml PDF.
71. Uji Prakiran
Setelah 24 jam dicatat dan diamati adanya gas yang terbentuk
di dalam tiap tabung, kemudian inkubasi dilanjutkan hingga 48
jam dan dicatat tabung-tabung yang menunjukkangas positif.
Tiap tabung dimasukkan 1 ml suspensi pengenceran,
kemudian diinkubasi pada suhu 37ºC selama 24-48 jam.
Siapkan 3 tabung berisi 9 ml MCB yang dilengkapi tabung
durham.
72. Uji Konfirmasi
Jumlah tabung yang positif gas dicatat dan hasil pengamatan tersebut
dirujuk ke tabel Nilai Duga Terdekat (NDT)/Minimal Presumtif Number
(MPN), angka yang diperoleh pada tabel MPN menyatakan jumlah bakteri
coliform dalam tiap gram.
Seluruh tabung diinkubasi pada suhu 37ºC selama 24-48 jam, dilakukan
pengamatan terhadap pembentukan gas.
Tabung yang menunjukkan uji prakiraan positif dipindahkan 1 sengkelit
ke dalam tabung berisi 10 ml BGLB yang telah dilengkapi tabung durham.
74. PARAMETER CEMARAN KAPANG,
KHAMIR DAN AFLATOKSIN
Prinsip
Menentukan adanya jamur secara
mikrobiologis dan adanya aflatoksin dengan
KLT (Depkes RI, 2000)
Tujuan
Memberikan jaminan bahwa ekstrak tidak
mengandung cemaran jamur melebihi batas
yang ditetapkan karena berpengaruh pada
stabilitas ekstrak dan aflatoksin yang
berbahaya bagi kesehatan (Depkes RI, 2000)
75. Uji Angka Kapang dan Khamir
Pengertian :
• Pertumbuhan kapang dan khamir setelah
diinokulasikan pada media yang sesuai dan
diinkubasikan pada suhu 20-25ºC.
Pereaksi/Media Khusus:
Media
- Potato Dextrose Agar (PDA)
- Czapek Dox Agar (CDA) atau Malt Agar
- Air suling Agar 0,05% (ASA)
- Kloramfenikol 100 mg/liter media
77. Prosedur Kerja
Dari maisng-masing pengenceran dipipet 0.5 ml, dituangkan
pada permukaan PDA, segera digoyang sambil diputar agar
suspensi tersebar merata dan dibuat duplo
Dipipet 1 ml pengenceran 10-1ke dalam tabung ASA pertama
hingga diperoleh pengenceran 10̄ ², dan dikocok sampai
homogen. Dibuat pengenceran selanjutnya hingga 10-4
Siapkan 3 buah tabung yang masing-masing telah diisi 9 ml ASA
78. Sesudah 5 hari inkubasi, dicatat jumlah koloni jamur yang tumbuh,
pengamatan terakhir pada inkubasi 7 hari.
Ke dalam cawan petri lainnya dituangkan media dan
pengencer,kemudian dibiarkan memadat. Seluruh cawan petri
diinkubasi pada suhu 20-25ºC selama 5-7 hari.
Untuk mengetahui sterilitas media dan pengenceran, dilakukan uji
blangko, ke dalam satu cawan petri dituangkan media dan
dibiarkan memadat.
79. Uji Cemaran Aflatoksin
Pengertian :
Pemisahan isolat aflatoksin secara kromatografi
lapis tipis
Pereaksi :
Media dan pengenceran Media Yeast Extract
Sucrose Broth (YES)
Peralatan :
- Lemari aseptik
- Lampu Ultra Violet
- Mikropipet 10 ml
80. Prosedur Kerja
Ambil media biakan menggunakan pipet pasteur dan
dimasukkan ke dalam tabung reaksi kecil atau vial.
Tabung diinokulasikan pada suhu 25ºC selama satu minggu
dalam posisi miring untuk mendapatkan permukaan yang luas.
Biakan diautoklaf pada suhu 121ºC selama 15 menit, biakan
dibiarkan sampai dingin.
Kultur Aspergillus flavus hasil isolat dan identifikasi dari ekstrak
diinokulasikan pada permukaan media YES.
81. Kromatografi Lapis Tipis
• Lempeng : Silika gel (Lempeng pralapis)
Kiesel gel 60, Merck
• Baku Aflatoksin :
– Merupakan campuran siap pakai terdiri dari 0,5 ug, Aflatoksin B1 ; 1,5
ug, Aflatoksin B2 ; 5,0 ug, Aflatoksin G1 ; 1,5 ug, Aflatoksin G2 dalam
larutan campuran benzene : acetonitril (98:2) (Sigma Chemical
Company)
• Eluen :
– Campuran kloroform : aseton : n-heksan (85:15:20)
• Jarak rambat : 10 cm
• Penampak bercak
– Bercak berwarna biru atau hijau kebiruan setelah lempeng diletakkan
dibawah cahaya ultraviolet (366 nm), menandakan aflatoksin positif.
83. CURCUMA AERUGINOSA Roxb.
Zingiberaceae
• Kadar abu. Tidak lebih dari 6,1%
• Kadar abu yang tidak larut dalam asam. Tidak lebih dari
2,4%
• Kadar sari yang larut dalam air. Tidak kurang dari 19,6%
• Kadar sari yang larut dalam etanol. Tidak kurang dari 2,4%
• Bahan organik asing. Tidak lebih dari 2%
• Penetapan kadar. Lakukan penetapan kadar menurut cara yang
tertera pada Penetapan kadar minyak atsiri
MMI Jilid II (1978)