SlideShare a Scribd company logo
1 of 84
PRAKTIKUM
FITOKIMIA-FARMAKOGNOSI
Golongan S
KELOMPOK 3 :
Theresia Chanditya Fania (2443013123)
Fhilla Kanja (2443013133)
Siska Sanjiwani (2443013145)
STANDARISASI
Serangkaian parameter, prosedur dan cara
pengukuran yang hasilnya merupakan unsur-unsur
terkait paradigma mutu kefarmasian, mutu dalam
artian memenuhi standar (kimia, biologi dan
farmasi), termasuk jaminan (batas-batas) stabilitas
sebagai produk kefarmasian umumnya.
Proses menjamin bahwa produk akhir (obat, ekstrak
atau produk ekstrak) mempunyai nilai parameter
tertentu yang konstan dan ditetapkan (dirancang
dalam formula) terlebih dahulu
TUJUAN: agar diperoleh bentuk bahan baku atau
produk kefarmasian yang bermutu, aman serta
bermanfaat
Standardisasi Ekstrak
Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan
mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani
menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir
semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang diperoleh
diperlukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah
ditetapkan.
Standardisasi ekstrak tidak lain adalah serangkaian parameter
yang dibutuhkan sehingga ekstrak persyaratan produk
kefarmasian sesuai dengan persyaratan yang berlaku.
Ekstrak terstandar berarti konsistensi kandungan senyawa aktif
dari setiap batch yang diproduksi dapat dipertahankan, dan juga
dapat mempertahankan pemekatan kandungan senyawa aktif
pada ekstrak sehingga dapat mengurangi secara signifikan
volume permakaian per dosis, sementara dosis yang diinginkan
terpenuhi, serta ekstrak yang diketahui kadar senyawa aktifnya
ini dapat dipergunakan sebagai bahan pembuatan formula lain
secara mudah seperti sediaan cair , kapsul, tablet, dan lain-lain.
METODE UJI EKSTRAK
PARAMETER
SPESIFIK
NONSPESIFIK
PARAMETER NON-SPESIFIK
MACAM PARAMETER NON-
SPESIFIK
1. Susut pengeringan
2. Bobot jenis
3. Kadar air
4. Kadar abu
5. Sisa pelarut
6. Residu pestisida
7. Cemaran logam berat
8. Cemaran mikroba
9. Cemaran kapang, khamir dan aflatoksin
PARAMETER SUSUT PENGERINGAN
PARAMETER SUSUT PENGERINGAN
Prinsip:
Pengukuran sisa zat setelah pengeringan pada
temperatur 105°C selama 30 menit atau
sampai berat konstan, yang dinyatakan
dalam nilai prosen (Depkes RI, 2000)
Tujuan:
Memberikan batasan maksimal (rentang)
tentang besarnya senyawa yang hilang pada
proses pengeringan (Depkes RI, 2000)
Perhitungan susut pengeringan :
Prosedur Kerja
3. Biarkan botol dalam keadaan tertutup mendingin dalam eksikator
hingga suhu kamar. Kemudian masukkan ke dalam ruang pengering, buka
tutup botolnya, keringkan pada suhu 105°C hingga bobot tetap.
2. Ekstrak ditimbang secara seksama sebanyak 1-2 gram dalam botol
timbang dangkal tertutup yang sebelumnya dipanaskan pada suhu
105° C selama 30 menit dan telah ditara.
1. Ekstrak diratakan di dalam botol timbang dengan menggoyangkan
botol hingga lapisan ± 5-10 mm. Jika yang digunakan ekstrak kental,
ratakan dengan bantuan pengaduk.
Prosedur Kerja
5. Campurkan silika tersebut secara rata dengan ekstrak pada saat panas
kemudian keringkan kembali pada suhu penetapan hingga bobot tetap.
4. Jika ekstrak sulit kering dan mencair selama pemanasan, tambah 1 gram
silika pengering yang telah ditimbang seksama setelah dikeringkan dan
disimpan dalam eksikator pada suhu kamar.
6. Hitung susut pengeringan dalam nilai prosen.
PARAMETER BOBOT JENIS
PARAMETER BOBOT JENIS
Prinsip:
Massa per satuan volume pada suhu kamar
tertentu (25°C) yang ditentukan dengan alat
khusus piknometer atau alat lainnya.
Tujuan:
Memberikan batasan tentang besarnya massa
per satuan volume yang merupakan parameter
khusus ekstrak cair sampai ekstrak pekat
(kental) yang masih dapat dituang.
(Depkes RI, 2000).
Prosedur Kerja
3. Kurangkan bobot piknometer yang kosong dari berat piknometer yang
telah diisi. Bobot jenis ekstrak cair adalah hasil yang diperoleh dengan
membagi bobot ekstrak dengan bobot air dalam piknometer suhu 25°C.
2. Atur suhu ekstrak ± 20°C lalu masukkan ke dalam piknometer. Atur suhu
piknometer yang telah diisi hinga 25°C, buang kelebihan ekstrak cair yang
ditimbang.
1. Gunakan piknometer bersih, kering, dan telah dikalibrasi dengan
menetapkan bobot piknometer dan bobot air yang baru dididihkan pada
suhu 25°C.
PARAMETER KADAR AIR
PARAMETER KADAR AIR
Prinsip:
Pengukuran kandungan air yang berada di
dalam bahan
Tujuan:
Memberikan batasan minimal atau rentang
besarnya kandungan air di dalam bahan.
Metode:
a. Cara titrasi
b. Cara destilasi
c. Cara gravimetri
a. Metode Titrasi
Alat :
• Buret dilengkapi tabung pendingin untuk
melindungi dari pengaruh kelembaban
udara.
• Labu titrasi kapasitas ± 60 ml, dilengkapi 2
elektroda platina
• Sebuah pipa pengalir nitrogen
• Sebuah sumbat berlubang untuk ujung buret
• Tabung pengering
Titrasi langsung
• Masukkan ± 20 ml metanol P ke labu titrasi
• Titrasi dengan pereaksi Karl Fischer hingga
titik akhir tercapai
• Masukkan zat dengan cepat yang telah
ditimbang seksama yang diperkirakan
mengandung 10-50 mg air ke dalam labu
titrasi, aduk selama 1 menit.
Titrasi dengan pereaksi Karl Fischer yang
telah diketahui kesetaraan airnya.
Hitung jumlah air dalam mg dengan
rumus :
V x F
V : Volume pereaksi Karl Fischer pada
tiitrasi kedua
F : Faktor kesetaraan air
Titrasi Tidak Langsung
• Masukkan ± 20 ml metanol P ke labu titrasi
• Titrasi dengan pereaksi Karl Fischer hingga titik
akhir tercapai
• Masukkan zat dengan cepat yang telah
ditimbang seksama yang diperkirakan
mengandung 10-50 mg air, campur.
• Tambahkan pereaksi Karl Fischer berlebihan
dan diukur seksama.
• Biarkan beberapa waktu hingga reaksi
sempurna.
• Titrasi kelebihan pereaksi dengan larutan baku
air-metanol.
Hitung jumlah dalam mg, air, dengan
rumus :
FV1- aV2
F : faktor kesetaraan air pereaksi Karl
Fischer yang diukur saksama
V1 : Volume pereaksi Karl Fischer (ml)
a : kadar air dalam mg tiap ml dari
larutan baku air-metanol.
V2 : Volume larutan baku air-metanol
(ml)
Pereaksi Karl Fischer
Lakukan pembakuan sbb : Masukkan ± 20 ml metanol mutlak P ke dalam
labu titrasi. Titrasi dengan pereaksi Karl Fischer tanpa mencatat volume
yang digunakan. Masukkan air yang ditimbang saksama sejumlah yang
cocok.
Tambahkan metanol mutlak P secukupnya hingga 500 ml, biarkan selama
24 jam.
Larutkan 63 g Iodium P dalam 100 ml piridina mutlak P, dinginkan dalam
es, alirkan belerang dioksida P hingga bobot bertambah 32,3 g sambil
dilindungi dari pengaruh kelembaban udara.
1 ml pereaksi Karl Fischer setara dengan ± 5 mg air.
Pereaksi Karl Fischer harus disimpan di lemari pendingin pada suhu antara
2°C dan 8°C, terlindung dari cahaya.
Titrasi dengan pereaksi Karl Fischer. Hitung kesetaraan air dalam mg tiap
ml pereaksi. Pereaksi Karl Fischer harus dibakukan sebelum digunakan.
Larutan baku air-metanol
• Encerkan 2 ml air dengan metanol
secukupnya hingga 1.000 ml
• Titrasi 25 ml larutan dengan pereaksi Karl
Fischer
• Hitung kadar air dalam mg tiap ml dengan
rumus : VF/25
V : volume pereaksi Karl Fischer (ml)
F : faktor kesetaraan air
b. Metode Destilasi
b.1. Alat :
• 1 labu 500 ml dihubungkan dengan
pendingin balik dengan pertolongan alat
penampung.
• Tabung penerima 5 ml berskala 0,1 ml.
• Pemanas, sebaiknya pemanas listrik yang
suhunya dapat diatur atau tangas minyak.
• Bagian atas labu tabung sebaiknya
dibungkus dengan asbes.
b.2. Pereaksi
• Toluen. Sejumlah Toluen P, kocok dengan
sedikit air, biarkan memisah, buang lapisan
air suling.
b.3. Prosedur Kerja
1.
Bersihkan semua alat yang dipakai lalu dikeringkan dalam lemari
pengering.
2.
Masukkan ekstrak yang telah ditimbang seksama yang
mengandung 2-4 ml air ke dalam labu kering.
3.
Jika ektrak berupa ekstrak kental, timbang dalam sehelai
lembaran logam dengan ukuran yang sesuai dengan leher labu.
7.
Jika ada tetes air yang melekat pada pendingin tabung penerima, gosok
dengan karet yang diikatkan pada sebuah kawat tembaga dan basahi
dengan toluen hingga tetesan turun.
8.
Setelh air dan toluen memisah sempurna, baca volume air. Hitung kadar
air dalam persen.
4.
Masukkan ±200 ml toluen ke dalam labu. Hubungkan alat. Tuang toluen
melalui alat pendingin. Panaskan labu hati-hati selama 15 menit.
5.
Setelah toluen mulai mendidih, suling dgn kecepata ±2 tetes per detik,
hingga sebagian air tersuling, kemudian naikkan kecepatan penyulingan
hingga 4 tetes per detik.
6.
Setelah semua air tersuling, cuci bagian dalam pendingin dengan toluen.
Lanjutkan penyulingan selama 5 menit. Biarkan tabung penerima
pendingin hingga suhu kamar.
c. Metode Gravimetri
Masukkan ± 10 gram ekstrak dan timbang
seksama dalam wadah yang telah ditara.
Keringkan dalam suhu 105°C selama 5 jam
dan ditimbang.
Lanjutkan pengeringan dan timbang pada
jarak 1 jam sampai perbedaan antara 2
penimbangan berturut-turut tidak lebih
dari 0,25%.
PARAMETER KADAR ABU
PARAMETER KADAR ABU
Prinsip
Bahan dipanaskan pada tempertur dimana senyawa
organik dan turunannya terdestruksi dan menguap,
sehingga tinggal unsur mineral dan anorganik
(Depkes RI, 2000)
Tujuan
Memberikan gambaran kandungan mineral internal
dan eksternal yang berasal dari proses awal sampai
terbentuknya ekstrak
(Depkes RI,2000)
PROSEDUR KERJA
1. Penetapan Kadar Abu
2. Penetapan Kadar Abu Yang Tidak Larut Dalam
Asam
Penetapan Kadar Abu (1)
Masukkan ekstrak ke dalam krus silikat, ratakan
Gerus ekstrak, timbang saksama 2g – 3g
ekstrak
Memijarkan dan menara krus silikat
Penetapan Kadar Abu (2)
Saring melalui kertas saring bebas abu
Jika arang tidak dapat dihilangkan, tambahkan
air panas
Pijarkan perlahan hingga arang habis,
dinginkan, timbang
Penetapan Kadar Abu (3)
Pijarkan hingga bobot tetap
Masukkan filtrat ke dalam krus, uapkan
Pijarkan sisa kertas dan kertas saring dalam
krus yang sama
Penetapan Kadar Abu (4)
Hitung kadar abu terhadap bahan yang
dikeringkan di udara
Timbang
Perhitungan
Penetapan Kadar Abu :
Penetapan Kadar Abu Yang Tidak
Larut dalam Asam (1)
Saring melalui krus kaca masir / kertas saring bebas
abu
Kumpulkan bagian yang tidak larut dalam krus
Didihkan abu yang diperoleh dari penetapan kadar
abu dalam 25ml asam sulfat encer P selama 5 menit
Penetapan Kadar Abu Yang Tidak Larut
dalam Asam (2)
Hitung kadar abu yang tidak larut dalam asam
terhadap bahan yang telah dikeringkan
Pijarkan hingga bobot tetap, timbang
Cuci dengan air panas
Perhitungan Penetapan Kadar Abu Yang
Tidak Larut dalam Asam :
PARAMETER SISA PELARUT
PARAMETER SISA PELARUT
Prinsip
Menentukan kandungan sisa pelarut tertentu
(yang memang ditambahkan) yang secara umum
dengan kromatografi gas (Depkes RI, 2000)
Tujuan
Memberikan jaminan bahwa selama proses tidak
meninggalkan sisa pelarut yang memang
seharusnya tidak boleh ada
(Depkes RI, 2000)
PROSEDUR KERJA
1. Cara Destilasi (Penetapan Kadar Etanol)
2. Cara Kromatografi Gas- Cair
Cara Destilasi (Penetapan Kadar Etanol)
(1)
• Kecuali dinyatakan lain dalam masing-masing
monografi, lakukan penetapan dengan cara
destilasi
• Untuk sebagian besar ekstrak cair dan tingtura
Cara Destilasi (Penetapan Kadar Etanol)
(2)
• Destilat yang keruh dapat dijernihkan dengan
dengan pengocokan menggunakan talk P atau
kalsium kabornat P, saring.
• Suhu filtrat diatur dan kandungan etanol
ditetapkan dari bobot jenis.
• Lakukan semua pekerjaan dengan hati-hati
untuk mengurangi kehilangan etanol oleh
penguapan
Cara Destilasi (Penetapan Kadar Etanol)
(3)
Untuk mencegah buih dalam cairan selama
destilasi
– tambahkan asam kuat : asam fosfat P, asam sulfat P,
atau asam tanat P
– penambahan larutan kalsium klorida P sedikit berebih,
atau parafin P atau minyak silikon sebelum destilasi
Cegah gejolak selama destilasi dengan
penambahan keping-keping berpori dari bahan
yang tidak larut
Ex : silikon karbida P, atau manik-manik
Cara Destilasi (Penetapan Kadar Etanol)
(4)
1
• Pipet tidak kurang dari 25ml cairan uji ke dalam alat
destilasi yang sesuai
2
• Catat destilasi hingga diperoleh destilat ± 2 ml lebih
kecil dari volume cairan uji yang dipipet
3
• Atur suhu destilat hingga sama dengan suhu pada
waktu pemipetan
Cara untuk cairan yang diperkirakan mengandung etanol
30% atau kurang
4
• Tambahkan air secukupnya hingga volume sama dengan
volume cairan uji
5
• Tetapkan bobot jenis cairan pada suhu 25C seperti yang
tertera pada Penetapan Bobot Jenis
6
• Hitung presentase dalam volume dari etanol dalam cairan
menggunakan Tabel Bobot Jenis dan Kadar Etanol
Cara untuk cairan yang diperkirakan mengandung etanol 30%
atau kurang
Cara Destilasi (Penetapan Kadar Etanol)
(5)
1
• Pipet ± dua kali volume cairan uji ke dalam alat
destilasi yang sesuai
2
• Kumpulkan destilat hingga ± 2 ml lebih kecil dari
dua kali volume cairan uji yang dipipet
3
• Atur suhu sama dengan cairan uji
Cara untuk cairan yang diperkirakan mengandung etanol lebih
dari 30%
4
• Tambahkan air secukupnya hingga volume dua kali volume
cairan uji yang dipipet, campur, dan tetapkan bobot jenis
5
• Kadar etanol dalam volume destilat, sama dengan setengah
kadaar etanol dalamcairan uji etanol atau kurang
6
• Pipet 25ml cairan uji, masukkan ke dalam coorng pisah,
tambahkan air volume sama
7
• Jenuhkan campuran dengan natrium klorida P, tambahkan 25
heksana P dan kocok kocok untuk mengekstraksi zat mudah
menguap lain yang mengganggu
8
• Pisahkan lapisan bawah ke dalam corong pisah kedua
9
• Ulangi ekstrak dua kali, tiap kali dengan 25ml heksana P.
Ekstraksi kumpulan larutan heksana P tiga kali
– tiap kali dengan 10 ml larutan jenuh natrium
klorida P
Destilasi kumpulan larutan garam
– tampung destilat hingga sejumlah volume
mendekati volume cairan uji semula
Cara untuk cairan yang diperkirakan mengandung etanol
lebih dari 30%
Cara Destilasi (Penetapan Kadar Etanol)
(6)
1
• Encerkan cairan uji dengan air hingga kadar etanol lebih kurang
25%
Cara untuk cairan yang diperkirakan mengandung etanol
lebih dari 50%
2
• Jenuhkan campuran dengan natrium klorida P, tambahkan 25
heksana P dan kocok kocok untuk mengekstraksi zat mudah
menguap lain yang mengganggu
3
• Pisahkan lapisan bawah ke dalam corong pisah kedua
4
• Ulangi ekstrak dua kali, tiap kali dengan 25ml heksana P.
Cara Destilasi (Penetapan Kadar Etanol)
(7)
Jika hanya mengandung minyak atsiri dan hasil destilasi
keruh
– perlakuan dengan pelarut heksana P seperti diatas tidak
dilakukan, destilat dapat dijernihkan dan dapat digunakan
untuk penetapan bobot jenis dengan mengocok dengan
heksana P lebih kurang seperlima bagian volume atau dengan
penyaringan melalui lapisan tipis talk
Cara untuk cairan yang diperkirakan mengandung etanol
lebih dari 50%
Cara Kromatografi Gas-Cair
• Alat kromatografi gas dilengkapi dengan detektor ionisasi
nyala dan kolom kaca 1,8m X 4mm berisi fase diam S3
dengan ukuran partikel 100 mesh hingga 120 mesh
• Gunakan nitrogen P atau helium P sebagai gas pembawa
• Sebelum digunakan kondisikan kolom semalam pada suhu
235 °C alirkan gas pembawa dengan laju aliran lambat
• Atur aliran gas pembawa dan suhu (lebih kurang 120 °C)
sehingga baku internal asetonitril tereluasi dalam waktu 5
menit sampai 10 menit
• D= Faktor pengenceran larutan uji I
• Ru= Perbandingan respons puncak etanol dan asetonitril
dalam larutan uji II
• Rs= Perbandingan respons puncak etanol dan asetonitril
dalam larutan baku II
PARAMETER SISA PESTISIDA
PARAMETER SISA PESTISIDA
Prinsip
Menentukan sisa kandungan pestisida yang mungkin saja
pernah ditambahkan atau mengkontaminasi pada bahan
simplisia pembuatan ekstrak (Depkes RI, 2000)
Tujuan
Memberikan jaminan bahwa ekstrak tidak mengandung
pestisida melebihi nilai yang ditetapkan karena berbahaya
(toksik) bagi kesehatan (Depkes RI, 2000)
Metode
KLT dan kromatografi gas cair
Sisa Pestisida (1)
Jika kandungan kimia pengganggu analisis yang
besifat non polar relatif kecil seperti pada ekstrak
yang diperoleh dengan penyari air atau etanol
berkadar kurang dari 20%
– menggunakan metode KLT secara langsung tanpa
melalui tahap pembersihan lebih dahulu
– menggunakan kromatografi gas jika tidak terdapat
kandungan kimia dengan unsur N (klorofil, alkaloid
dan amina non polar lain)
Sisa Pestisida (2)
Ekstrak yang diperoleh dengan pelarut etanol berkadar
tinggi dan tidak mengandung senyawa nitrogen non
polar
– menggunakan metode KLT atau kromatografi gas secara
langsung tanpa pembersihan
Jika tidak dapat dilakukan karena banyaknya kandungan
kimia pengganggu
– dilakukan pengujian sesuai metode baku.
Agar memudahkan penelusuran kembali jika ada
masalah analisis
– Lakukan penomoran dan perincian terhadap analisis
disesuaikan dengan buku aslinya.
PARAMETER CEMARAN
MIKROBA
Parameter Cemaran Mikroba
Prinsip
Menentukan (identifikasi) adanya mikroba yang patogen
secara analisis mikrobiologis ( Depkes RI, 2000)
Tujuan
Memberikan jaminan bahwa ekstrak tidak mengandung
mikroba patogen dan tidak mengandung mikroba non
patogen melebihi batas yang ditetapkan karena
berpengaruh terhadap kestabilan ekstrak dan berbahaya
(toksik) bagi kesehatan (Depkes RI, 2000)
Metode
ALT dan uji nilai duga terdekat (MPN) coliform.
ALT (Angka Lempeng Total) digunakan untuk mengetahui jumlah mikroba
yang ada pada suatu sampel. Uji Angka Lempeng Total (ALT) dan lebih
tepatnya ALT aerob mesofil setelah cuplikan diinokulasikan pada media
lempeng agar dengan cara tuang dan diinkubasi pada suhu yang sesuai.
Media yang digunakan :
- PCA (Plate Count Agar)
Pereaksi yang digunakan :
- PDF (Pepton Dilution Fluid)
- FCDSLP (Fluid Casein Digest Soy Lecihitin Polysorbate)
- Parafin cair (Minyak mineral)
- Tween 80 dan 20
Peralatan khusus :
- Stomacher (blender)
- Alat hitung koloni
Prosedur Kerja ALT
Buat pengenceran selanjutnya hingga 10-6 atau sesuai dengan
yang diperlukan.
Hasil homogenisasi dipipet pengencaran 10-1 sebanyak 1 ml ke
dalam tabung yang berisi pengenceran PDF pertama hingga
pengencaran 10-2, dikocok hingga homogen.
Siapkan 5 buah tabung atau lebih yang telah diisi dengan 9 ml
pengenceran PDF.
Untuk mengetahui sterilitas media dan pengencer dibuat uji
blangko (kontrol).
Tiap cawan petri dituangkan 15-20 ml media PCA (45±1°C),
cawan petri digoyang dan diputar hingga suspensi tersebar
merata.
Setiap pengencaran dipipet 1 ml ke dalam cawan petri dan
dibuat duplo.
Jumlah koloni yang tumbuh diamati dan dihitung.
Setelah media memadat, cawan petri diinkubasi pada suhu 35-
37°C selama 24-48 jam dengan posisi terbalik.
Satu cawan hanya diisi 1 ml pengenceran dan media agar, dan
cawan yang lain diisi pengencer dan media.
Uji Nilai Duga Terdekat (MPN)
Coliform
Pengertian :
Pertumbuhan bakteri coliform setelah cuplikan
diinokulasikan pada media cair yang sesuai, adanya
reaksi fermentasi dan pembentukan gas di dalam
tabung durham.
Pereaksi yang digunakan :
- PDF (Pepton Dilution Fluid)
- MCB (Mac Conkey Broth)
- BGLB (Brilliant Green Lactose Bile Broth
- EMBA (Eosin Methylene Blue Agar)
- VRBA (Violet Red Billie Agar)
- Methyl Red-Voges Proskauer (MR-VP)
Medium
- Trypton Broth
- Simmon’s Citrate Agar
- Nutrient Agar
Peralatan :
- Stomacher atau blender atau cawan mortir
- Pipet ukur
- Tabung durham
Prosedur Kerja
Dibuat pengenceran selanjutnya hingga 10ˉ6.
Hasil homogenisasi pada penyiapan dipipet 1 ml pengenceran
10ˉ1 ke dalam tabung PDF pertama diperoleh suspensi dengan
pengenceran 10ˉ2, dikocok sampai homogen.
Siapkan 5 tabung reaksi berisi 9 ml PDF.
Uji Prakiran
Setelah 24 jam dicatat dan diamati adanya gas yang terbentuk
di dalam tiap tabung, kemudian inkubasi dilanjutkan hingga 48
jam dan dicatat tabung-tabung yang menunjukkangas positif.
Tiap tabung dimasukkan 1 ml suspensi pengenceran,
kemudian diinkubasi pada suhu 37ºC selama 24-48 jam.
Siapkan 3 tabung berisi 9 ml MCB yang dilengkapi tabung
durham.
Uji Konfirmasi
Jumlah tabung yang positif gas dicatat dan hasil pengamatan tersebut
dirujuk ke tabel Nilai Duga Terdekat (NDT)/Minimal Presumtif Number
(MPN), angka yang diperoleh pada tabel MPN menyatakan jumlah bakteri
coliform dalam tiap gram.
Seluruh tabung diinkubasi pada suhu 37ºC selama 24-48 jam, dilakukan
pengamatan terhadap pembentukan gas.
Tabung yang menunjukkan uji prakiraan positif dipindahkan 1 sengkelit
ke dalam tabung berisi 10 ml BGLB yang telah dilengkapi tabung durham.
PARAMETER CEMARAN KAPANG,
KHAMIR DAN AFLATOKSIN
PARAMETER CEMARAN KAPANG,
KHAMIR DAN AFLATOKSIN
Prinsip
Menentukan adanya jamur secara
mikrobiologis dan adanya aflatoksin dengan
KLT (Depkes RI, 2000)
Tujuan
Memberikan jaminan bahwa ekstrak tidak
mengandung cemaran jamur melebihi batas
yang ditetapkan karena berpengaruh pada
stabilitas ekstrak dan aflatoksin yang
berbahaya bagi kesehatan (Depkes RI, 2000)
Uji Angka Kapang dan Khamir
Pengertian :
• Pertumbuhan kapang dan khamir setelah
diinokulasikan pada media yang sesuai dan
diinkubasikan pada suhu 20-25ºC.
Pereaksi/Media Khusus:
Media
- Potato Dextrose Agar (PDA)
- Czapek Dox Agar (CDA) atau Malt Agar
- Air suling Agar 0,05% (ASA)
- Kloramfenikol 100 mg/liter media
Peralatan :
- Lemari aseptik
- Stomacher atau blender
- Pipet ukur mulut lebar
Prosedur Kerja
Dari maisng-masing pengenceran dipipet 0.5 ml, dituangkan
pada permukaan PDA, segera digoyang sambil diputar agar
suspensi tersebar merata dan dibuat duplo
Dipipet 1 ml pengenceran 10-1ke dalam tabung ASA pertama
hingga diperoleh pengenceran 10̄ ², dan dikocok sampai
homogen. Dibuat pengenceran selanjutnya hingga 10-4
Siapkan 3 buah tabung yang masing-masing telah diisi 9 ml ASA
Sesudah 5 hari inkubasi, dicatat jumlah koloni jamur yang tumbuh,
pengamatan terakhir pada inkubasi 7 hari.
Ke dalam cawan petri lainnya dituangkan media dan
pengencer,kemudian dibiarkan memadat. Seluruh cawan petri
diinkubasi pada suhu 20-25ºC selama 5-7 hari.
Untuk mengetahui sterilitas media dan pengenceran, dilakukan uji
blangko, ke dalam satu cawan petri dituangkan media dan
dibiarkan memadat.
Uji Cemaran Aflatoksin
Pengertian :
Pemisahan isolat aflatoksin secara kromatografi
lapis tipis
Pereaksi :
Media dan pengenceran Media Yeast Extract
Sucrose Broth (YES)
Peralatan :
- Lemari aseptik
- Lampu Ultra Violet
- Mikropipet 10 ml
Prosedur Kerja
Ambil media biakan menggunakan pipet pasteur dan
dimasukkan ke dalam tabung reaksi kecil atau vial.
Tabung diinokulasikan pada suhu 25ºC selama satu minggu
dalam posisi miring untuk mendapatkan permukaan yang luas.
Biakan diautoklaf pada suhu 121ºC selama 15 menit, biakan
dibiarkan sampai dingin.
Kultur Aspergillus flavus hasil isolat dan identifikasi dari ekstrak
diinokulasikan pada permukaan media YES.
Kromatografi Lapis Tipis
• Lempeng : Silika gel (Lempeng pralapis)
Kiesel gel 60, Merck
• Baku Aflatoksin :
– Merupakan campuran siap pakai terdiri dari 0,5 ug, Aflatoksin B1 ; 1,5
ug, Aflatoksin B2 ; 5,0 ug, Aflatoksin G1 ; 1,5 ug, Aflatoksin G2 dalam
larutan campuran benzene : acetonitril (98:2) (Sigma Chemical
Company)
• Eluen :
– Campuran kloroform : aseton : n-heksan (85:15:20)
• Jarak rambat : 10 cm
• Penampak bercak
– Bercak berwarna biru atau hijau kebiruan setelah lempeng diletakkan
dibawah cahaya ultraviolet (366 nm), menandakan aflatoksin positif.
Temu Hitam
MMI Jilid II (1978)
CURCUMA AERUGINOSA Roxb.
Zingiberaceae
• Kadar abu. Tidak lebih dari 6,1%
• Kadar abu yang tidak larut dalam asam. Tidak lebih dari
2,4%
• Kadar sari yang larut dalam air. Tidak kurang dari 19,6%
• Kadar sari yang larut dalam etanol. Tidak kurang dari 2,4%
• Bahan organik asing. Tidak lebih dari 2%
• Penetapan kadar. Lakukan penetapan kadar menurut cara yang
tertera pada Penetapan kadar minyak atsiri
MMI Jilid II (1978)
TERIMA KASIH

More Related Content

What's hot

Biofarmasetika (Pendahuluan)
Biofarmasetika (Pendahuluan)Biofarmasetika (Pendahuluan)
Biofarmasetika (Pendahuluan)Taofik Rusdiana
 
Bioavailabilitas dan Bioekivalensi
Bioavailabilitas dan BioekivalensiBioavailabilitas dan Bioekivalensi
Bioavailabilitas dan BioekivalensiSurya Amal
 
Prinsip kerja Obat
Prinsip kerja ObatPrinsip kerja Obat
Prinsip kerja ObatDokter Tekno
 
Komunikasi dalam praktek farmasi
Komunikasi dalam praktek farmasiKomunikasi dalam praktek farmasi
Komunikasi dalam praktek farmasiNur Fadillah
 
Laporan Teknologi Sediaan Steril : Pembuatan Injeksi klorpromazin HCL.
Laporan Teknologi Sediaan Steril : Pembuatan Injeksi klorpromazin HCL.Laporan Teknologi Sediaan Steril : Pembuatan Injeksi klorpromazin HCL.
Laporan Teknologi Sediaan Steril : Pembuatan Injeksi klorpromazin HCL.Nova Rizky
 
Bab iii laporan granul paracetamol
Bab iii  laporan granul paracetamolBab iii  laporan granul paracetamol
Bab iii laporan granul paracetamolYudia Susilowati
 
Teknologi formulasi iii infus dekstrosa
Teknologi formulasi iii infus dekstrosaTeknologi formulasi iii infus dekstrosa
Teknologi formulasi iii infus dekstrosawulannsftri
 
Perhitungan dosis
Perhitungan dosisPerhitungan dosis
Perhitungan dosispanal1
 
Macam-Macam Sediaan Larutan
Macam-Macam Sediaan LarutanMacam-Macam Sediaan Larutan
Macam-Macam Sediaan LarutanYulinda Kartika
 
FARMASETIKA – PEMBAHASAN SOAL RESEP det, iter, did, det orig
FARMASETIKA – PEMBAHASAN SOAL RESEP det, iter, did, det origFARMASETIKA – PEMBAHASAN SOAL RESEP det, iter, did, det orig
FARMASETIKA – PEMBAHASAN SOAL RESEP det, iter, did, det origNesha Mutiara
 
FARMAKOKINETIK NON LINIER
FARMAKOKINETIK NON LINIERFARMAKOKINETIK NON LINIER
FARMAKOKINETIK NON LINIERTaofik Rusdiana
 
Laporan resmi gel natrium diklofenak
Laporan resmi gel natrium diklofenakLaporan resmi gel natrium diklofenak
Laporan resmi gel natrium diklofenakKezia Hani Novita
 

What's hot (20)

Salep mata (1)
Salep mata (1)Salep mata (1)
Salep mata (1)
 
Biofarmasetika (Pendahuluan)
Biofarmasetika (Pendahuluan)Biofarmasetika (Pendahuluan)
Biofarmasetika (Pendahuluan)
 
Bioavailabilitas dan Bioekivalensi
Bioavailabilitas dan BioekivalensiBioavailabilitas dan Bioekivalensi
Bioavailabilitas dan Bioekivalensi
 
Prinsip kerja Obat
Prinsip kerja ObatPrinsip kerja Obat
Prinsip kerja Obat
 
Uji Mutu Sediaan Suspensi
Uji Mutu Sediaan SuspensiUji Mutu Sediaan Suspensi
Uji Mutu Sediaan Suspensi
 
Komunikasi dalam praktek farmasi
Komunikasi dalam praktek farmasiKomunikasi dalam praktek farmasi
Komunikasi dalam praktek farmasi
 
Emulsi
Emulsi Emulsi
Emulsi
 
Laporan Teknologi Sediaan Steril : Pembuatan Injeksi klorpromazin HCL.
Laporan Teknologi Sediaan Steril : Pembuatan Injeksi klorpromazin HCL.Laporan Teknologi Sediaan Steril : Pembuatan Injeksi klorpromazin HCL.
Laporan Teknologi Sediaan Steril : Pembuatan Injeksi klorpromazin HCL.
 
Bab iii laporan granul paracetamol
Bab iii  laporan granul paracetamolBab iii  laporan granul paracetamol
Bab iii laporan granul paracetamol
 
Teknologi formulasi iii infus dekstrosa
Teknologi formulasi iii infus dekstrosaTeknologi formulasi iii infus dekstrosa
Teknologi formulasi iii infus dekstrosa
 
Perhitungan dosis
Perhitungan dosisPerhitungan dosis
Perhitungan dosis
 
Larutan ( solution )
Larutan ( solution )Larutan ( solution )
Larutan ( solution )
 
Macam-Macam Sediaan Larutan
Macam-Macam Sediaan LarutanMacam-Macam Sediaan Larutan
Macam-Macam Sediaan Larutan
 
Obat antidiare
Obat antidiareObat antidiare
Obat antidiare
 
FARMASETIKA – PEMBAHASAN SOAL RESEP det, iter, did, det orig
FARMASETIKA – PEMBAHASAN SOAL RESEP det, iter, did, det origFARMASETIKA – PEMBAHASAN SOAL RESEP det, iter, did, det orig
FARMASETIKA – PEMBAHASAN SOAL RESEP det, iter, did, det orig
 
FARMAKOKINETIK NON LINIER
FARMAKOKINETIK NON LINIERFARMAKOKINETIK NON LINIER
FARMAKOKINETIK NON LINIER
 
Laporan resmi gel natrium diklofenak
Laporan resmi gel natrium diklofenakLaporan resmi gel natrium diklofenak
Laporan resmi gel natrium diklofenak
 
Konversi dosis
Konversi dosisKonversi dosis
Konversi dosis
 
Kasus 1
Kasus 1Kasus 1
Kasus 1
 
Rheologi
RheologiRheologi
Rheologi
 

Similar to Parameter Nonspesifik Ekstrak (Fitokimia)

PEMERIKSAAN MUTU SIMPLISIA
PEMERIKSAAN MUTU SIMPLISIAPEMERIKSAAN MUTU SIMPLISIA
PEMERIKSAAN MUTU SIMPLISIANorhadijah Je
 
standarisasi kimia bahan alam bahan kimia alam
standarisasi kimia bahan alam bahan kimia alamstandarisasi kimia bahan alam bahan kimia alam
standarisasi kimia bahan alam bahan kimia alamyosy5
 
Format laporan.docx.docx
Format laporan.docx.docxFormat laporan.docx.docx
Format laporan.docx.docxtasyalf
 
SLIDE 1 B-Teknologi-Pengolahan-Susu-Produk-Cair.ppt
SLIDE 1 B-Teknologi-Pengolahan-Susu-Produk-Cair.pptSLIDE 1 B-Teknologi-Pengolahan-Susu-Produk-Cair.ppt
SLIDE 1 B-Teknologi-Pengolahan-Susu-Produk-Cair.pptadhisusilo2
 
Pasteurisasi uploud
Pasteurisasi uploudPasteurisasi uploud
Pasteurisasi uploudEko696
 
02. analisis kadar air (win 2)
02. analisis kadar air (win 2)02. analisis kadar air (win 2)
02. analisis kadar air (win 2)Sri Inulin
 
Penetapan Kadar air dan Kadar Abu.pptx
Penetapan Kadar air dan Kadar Abu.pptxPenetapan Kadar air dan Kadar Abu.pptx
Penetapan Kadar air dan Kadar Abu.pptxMuhammadSubhanSibadu
 
Penentuan kadar air cara pengeringan
Penentuan kadar air cara pengeringanPenentuan kadar air cara pengeringan
Penentuan kadar air cara pengeringanSepta Septy
 

Similar to Parameter Nonspesifik Ekstrak (Fitokimia) (20)

PEMERIKSAAN MUTU SIMPLISIA
PEMERIKSAAN MUTU SIMPLISIAPEMERIKSAAN MUTU SIMPLISIA
PEMERIKSAAN MUTU SIMPLISIA
 
pasteurisasi.ppt
pasteurisasi.pptpasteurisasi.ppt
pasteurisasi.ppt
 
standarisasi kimia bahan alam bahan kimia alam
standarisasi kimia bahan alam bahan kimia alamstandarisasi kimia bahan alam bahan kimia alam
standarisasi kimia bahan alam bahan kimia alam
 
Format laporan.docx.docx
Format laporan.docx.docxFormat laporan.docx.docx
Format laporan.docx.docx
 
Pasteurisasi
PasteurisasiPasteurisasi
Pasteurisasi
 
Present sempro
Present semproPresent sempro
Present sempro
 
Sabun
SabunSabun
Sabun
 
Uji sterilitas mikrobiologi
Uji sterilitas mikrobiologiUji sterilitas mikrobiologi
Uji sterilitas mikrobiologi
 
Heat preservation
Heat preservationHeat preservation
Heat preservation
 
Blanching dan pasteurisasi
Blanching dan pasteurisasiBlanching dan pasteurisasi
Blanching dan pasteurisasi
 
Penanganan sputum
Penanganan sputumPenanganan sputum
Penanganan sputum
 
SLIDE 1 B-Teknologi-Pengolahan-Susu-Produk-Cair.ppt
SLIDE 1 B-Teknologi-Pengolahan-Susu-Produk-Cair.pptSLIDE 1 B-Teknologi-Pengolahan-Susu-Produk-Cair.ppt
SLIDE 1 B-Teknologi-Pengolahan-Susu-Produk-Cair.ppt
 
Pasteurisasi uploud
Pasteurisasi uploudPasteurisasi uploud
Pasteurisasi uploud
 
02. analisis kadar air (win 2)
02. analisis kadar air (win 2)02. analisis kadar air (win 2)
02. analisis kadar air (win 2)
 
Penetapan Kadar air dan Kadar Abu.pptx
Penetapan Kadar air dan Kadar Abu.pptxPenetapan Kadar air dan Kadar Abu.pptx
Penetapan Kadar air dan Kadar Abu.pptx
 
Penentuan kadar air cara pengeringan
Penentuan kadar air cara pengeringanPenentuan kadar air cara pengeringan
Penentuan kadar air cara pengeringan
 
Modifikasi pati
Modifikasi patiModifikasi pati
Modifikasi pati
 
Analisa bod
Analisa bodAnalisa bod
Analisa bod
 
industri
industriindustri
industri
 
materi air
materi airmateri air
materi air
 

Recently uploaded

Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsAdePutraTunggali
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxSyaimarChandra1
 
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docxSILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docxrahmaamaw03
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxDwiYuniarti14
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASreskosatrio1
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdfvebronialite32
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxsyafnasir
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfkustiyantidew94
 
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfKelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfmaulanayazid
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)3HerisaSintia
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisNazla aulia
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxmtsmampunbarub4
 
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfLAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfChrodtianTian
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024budimoko2
 
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasMembuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasHardaminOde2
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...Kanaidi ken
 
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023DodiSetiawan46
 

Recently uploaded (20)

Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public Relations
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
 
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docxSILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
 
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfKelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
 
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfLAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
 
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasMembuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
 
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
 

Parameter Nonspesifik Ekstrak (Fitokimia)

  • 1. PRAKTIKUM FITOKIMIA-FARMAKOGNOSI Golongan S KELOMPOK 3 : Theresia Chanditya Fania (2443013123) Fhilla Kanja (2443013133) Siska Sanjiwani (2443013145)
  • 2. STANDARISASI Serangkaian parameter, prosedur dan cara pengukuran yang hasilnya merupakan unsur-unsur terkait paradigma mutu kefarmasian, mutu dalam artian memenuhi standar (kimia, biologi dan farmasi), termasuk jaminan (batas-batas) stabilitas sebagai produk kefarmasian umumnya. Proses menjamin bahwa produk akhir (obat, ekstrak atau produk ekstrak) mempunyai nilai parameter tertentu yang konstan dan ditetapkan (dirancang dalam formula) terlebih dahulu TUJUAN: agar diperoleh bentuk bahan baku atau produk kefarmasian yang bermutu, aman serta bermanfaat
  • 3. Standardisasi Ekstrak Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang diperoleh diperlukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan. Standardisasi ekstrak tidak lain adalah serangkaian parameter yang dibutuhkan sehingga ekstrak persyaratan produk kefarmasian sesuai dengan persyaratan yang berlaku.
  • 4. Ekstrak terstandar berarti konsistensi kandungan senyawa aktif dari setiap batch yang diproduksi dapat dipertahankan, dan juga dapat mempertahankan pemekatan kandungan senyawa aktif pada ekstrak sehingga dapat mengurangi secara signifikan volume permakaian per dosis, sementara dosis yang diinginkan terpenuhi, serta ekstrak yang diketahui kadar senyawa aktifnya ini dapat dipergunakan sebagai bahan pembuatan formula lain secara mudah seperti sediaan cair , kapsul, tablet, dan lain-lain.
  • 7. MACAM PARAMETER NON- SPESIFIK 1. Susut pengeringan 2. Bobot jenis 3. Kadar air 4. Kadar abu 5. Sisa pelarut 6. Residu pestisida 7. Cemaran logam berat 8. Cemaran mikroba 9. Cemaran kapang, khamir dan aflatoksin
  • 9. PARAMETER SUSUT PENGERINGAN Prinsip: Pengukuran sisa zat setelah pengeringan pada temperatur 105°C selama 30 menit atau sampai berat konstan, yang dinyatakan dalam nilai prosen (Depkes RI, 2000) Tujuan: Memberikan batasan maksimal (rentang) tentang besarnya senyawa yang hilang pada proses pengeringan (Depkes RI, 2000)
  • 11. Prosedur Kerja 3. Biarkan botol dalam keadaan tertutup mendingin dalam eksikator hingga suhu kamar. Kemudian masukkan ke dalam ruang pengering, buka tutup botolnya, keringkan pada suhu 105°C hingga bobot tetap. 2. Ekstrak ditimbang secara seksama sebanyak 1-2 gram dalam botol timbang dangkal tertutup yang sebelumnya dipanaskan pada suhu 105° C selama 30 menit dan telah ditara. 1. Ekstrak diratakan di dalam botol timbang dengan menggoyangkan botol hingga lapisan ± 5-10 mm. Jika yang digunakan ekstrak kental, ratakan dengan bantuan pengaduk.
  • 12. Prosedur Kerja 5. Campurkan silika tersebut secara rata dengan ekstrak pada saat panas kemudian keringkan kembali pada suhu penetapan hingga bobot tetap. 4. Jika ekstrak sulit kering dan mencair selama pemanasan, tambah 1 gram silika pengering yang telah ditimbang seksama setelah dikeringkan dan disimpan dalam eksikator pada suhu kamar. 6. Hitung susut pengeringan dalam nilai prosen.
  • 14. PARAMETER BOBOT JENIS Prinsip: Massa per satuan volume pada suhu kamar tertentu (25°C) yang ditentukan dengan alat khusus piknometer atau alat lainnya. Tujuan: Memberikan batasan tentang besarnya massa per satuan volume yang merupakan parameter khusus ekstrak cair sampai ekstrak pekat (kental) yang masih dapat dituang. (Depkes RI, 2000).
  • 15. Prosedur Kerja 3. Kurangkan bobot piknometer yang kosong dari berat piknometer yang telah diisi. Bobot jenis ekstrak cair adalah hasil yang diperoleh dengan membagi bobot ekstrak dengan bobot air dalam piknometer suhu 25°C. 2. Atur suhu ekstrak ± 20°C lalu masukkan ke dalam piknometer. Atur suhu piknometer yang telah diisi hinga 25°C, buang kelebihan ekstrak cair yang ditimbang. 1. Gunakan piknometer bersih, kering, dan telah dikalibrasi dengan menetapkan bobot piknometer dan bobot air yang baru dididihkan pada suhu 25°C.
  • 17. PARAMETER KADAR AIR Prinsip: Pengukuran kandungan air yang berada di dalam bahan Tujuan: Memberikan batasan minimal atau rentang besarnya kandungan air di dalam bahan. Metode: a. Cara titrasi b. Cara destilasi c. Cara gravimetri
  • 18. a. Metode Titrasi Alat : • Buret dilengkapi tabung pendingin untuk melindungi dari pengaruh kelembaban udara. • Labu titrasi kapasitas ± 60 ml, dilengkapi 2 elektroda platina • Sebuah pipa pengalir nitrogen • Sebuah sumbat berlubang untuk ujung buret • Tabung pengering
  • 19. Titrasi langsung • Masukkan ± 20 ml metanol P ke labu titrasi • Titrasi dengan pereaksi Karl Fischer hingga titik akhir tercapai • Masukkan zat dengan cepat yang telah ditimbang seksama yang diperkirakan mengandung 10-50 mg air ke dalam labu titrasi, aduk selama 1 menit.
  • 20. Titrasi dengan pereaksi Karl Fischer yang telah diketahui kesetaraan airnya. Hitung jumlah air dalam mg dengan rumus : V x F V : Volume pereaksi Karl Fischer pada tiitrasi kedua F : Faktor kesetaraan air
  • 21. Titrasi Tidak Langsung • Masukkan ± 20 ml metanol P ke labu titrasi • Titrasi dengan pereaksi Karl Fischer hingga titik akhir tercapai • Masukkan zat dengan cepat yang telah ditimbang seksama yang diperkirakan mengandung 10-50 mg air, campur. • Tambahkan pereaksi Karl Fischer berlebihan dan diukur seksama. • Biarkan beberapa waktu hingga reaksi sempurna. • Titrasi kelebihan pereaksi dengan larutan baku air-metanol.
  • 22. Hitung jumlah dalam mg, air, dengan rumus : FV1- aV2 F : faktor kesetaraan air pereaksi Karl Fischer yang diukur saksama V1 : Volume pereaksi Karl Fischer (ml) a : kadar air dalam mg tiap ml dari larutan baku air-metanol. V2 : Volume larutan baku air-metanol (ml)
  • 23. Pereaksi Karl Fischer Lakukan pembakuan sbb : Masukkan ± 20 ml metanol mutlak P ke dalam labu titrasi. Titrasi dengan pereaksi Karl Fischer tanpa mencatat volume yang digunakan. Masukkan air yang ditimbang saksama sejumlah yang cocok. Tambahkan metanol mutlak P secukupnya hingga 500 ml, biarkan selama 24 jam. Larutkan 63 g Iodium P dalam 100 ml piridina mutlak P, dinginkan dalam es, alirkan belerang dioksida P hingga bobot bertambah 32,3 g sambil dilindungi dari pengaruh kelembaban udara.
  • 24. 1 ml pereaksi Karl Fischer setara dengan ± 5 mg air. Pereaksi Karl Fischer harus disimpan di lemari pendingin pada suhu antara 2°C dan 8°C, terlindung dari cahaya. Titrasi dengan pereaksi Karl Fischer. Hitung kesetaraan air dalam mg tiap ml pereaksi. Pereaksi Karl Fischer harus dibakukan sebelum digunakan.
  • 25. Larutan baku air-metanol • Encerkan 2 ml air dengan metanol secukupnya hingga 1.000 ml • Titrasi 25 ml larutan dengan pereaksi Karl Fischer • Hitung kadar air dalam mg tiap ml dengan rumus : VF/25 V : volume pereaksi Karl Fischer (ml) F : faktor kesetaraan air
  • 26. b. Metode Destilasi b.1. Alat : • 1 labu 500 ml dihubungkan dengan pendingin balik dengan pertolongan alat penampung. • Tabung penerima 5 ml berskala 0,1 ml. • Pemanas, sebaiknya pemanas listrik yang suhunya dapat diatur atau tangas minyak. • Bagian atas labu tabung sebaiknya dibungkus dengan asbes.
  • 27.
  • 28. b.2. Pereaksi • Toluen. Sejumlah Toluen P, kocok dengan sedikit air, biarkan memisah, buang lapisan air suling.
  • 29. b.3. Prosedur Kerja 1. Bersihkan semua alat yang dipakai lalu dikeringkan dalam lemari pengering. 2. Masukkan ekstrak yang telah ditimbang seksama yang mengandung 2-4 ml air ke dalam labu kering. 3. Jika ektrak berupa ekstrak kental, timbang dalam sehelai lembaran logam dengan ukuran yang sesuai dengan leher labu.
  • 30. 7. Jika ada tetes air yang melekat pada pendingin tabung penerima, gosok dengan karet yang diikatkan pada sebuah kawat tembaga dan basahi dengan toluen hingga tetesan turun. 8. Setelh air dan toluen memisah sempurna, baca volume air. Hitung kadar air dalam persen. 4. Masukkan ±200 ml toluen ke dalam labu. Hubungkan alat. Tuang toluen melalui alat pendingin. Panaskan labu hati-hati selama 15 menit. 5. Setelah toluen mulai mendidih, suling dgn kecepata ±2 tetes per detik, hingga sebagian air tersuling, kemudian naikkan kecepatan penyulingan hingga 4 tetes per detik. 6. Setelah semua air tersuling, cuci bagian dalam pendingin dengan toluen. Lanjutkan penyulingan selama 5 menit. Biarkan tabung penerima pendingin hingga suhu kamar.
  • 31. c. Metode Gravimetri Masukkan ± 10 gram ekstrak dan timbang seksama dalam wadah yang telah ditara. Keringkan dalam suhu 105°C selama 5 jam dan ditimbang. Lanjutkan pengeringan dan timbang pada jarak 1 jam sampai perbedaan antara 2 penimbangan berturut-turut tidak lebih dari 0,25%.
  • 33. PARAMETER KADAR ABU Prinsip Bahan dipanaskan pada tempertur dimana senyawa organik dan turunannya terdestruksi dan menguap, sehingga tinggal unsur mineral dan anorganik (Depkes RI, 2000) Tujuan Memberikan gambaran kandungan mineral internal dan eksternal yang berasal dari proses awal sampai terbentuknya ekstrak (Depkes RI,2000)
  • 34. PROSEDUR KERJA 1. Penetapan Kadar Abu 2. Penetapan Kadar Abu Yang Tidak Larut Dalam Asam
  • 35. Penetapan Kadar Abu (1) Masukkan ekstrak ke dalam krus silikat, ratakan Gerus ekstrak, timbang saksama 2g – 3g ekstrak Memijarkan dan menara krus silikat
  • 36. Penetapan Kadar Abu (2) Saring melalui kertas saring bebas abu Jika arang tidak dapat dihilangkan, tambahkan air panas Pijarkan perlahan hingga arang habis, dinginkan, timbang
  • 37. Penetapan Kadar Abu (3) Pijarkan hingga bobot tetap Masukkan filtrat ke dalam krus, uapkan Pijarkan sisa kertas dan kertas saring dalam krus yang sama
  • 38. Penetapan Kadar Abu (4) Hitung kadar abu terhadap bahan yang dikeringkan di udara Timbang
  • 40. Penetapan Kadar Abu Yang Tidak Larut dalam Asam (1) Saring melalui krus kaca masir / kertas saring bebas abu Kumpulkan bagian yang tidak larut dalam krus Didihkan abu yang diperoleh dari penetapan kadar abu dalam 25ml asam sulfat encer P selama 5 menit
  • 41. Penetapan Kadar Abu Yang Tidak Larut dalam Asam (2) Hitung kadar abu yang tidak larut dalam asam terhadap bahan yang telah dikeringkan Pijarkan hingga bobot tetap, timbang Cuci dengan air panas
  • 42. Perhitungan Penetapan Kadar Abu Yang Tidak Larut dalam Asam :
  • 44. PARAMETER SISA PELARUT Prinsip Menentukan kandungan sisa pelarut tertentu (yang memang ditambahkan) yang secara umum dengan kromatografi gas (Depkes RI, 2000) Tujuan Memberikan jaminan bahwa selama proses tidak meninggalkan sisa pelarut yang memang seharusnya tidak boleh ada (Depkes RI, 2000)
  • 45. PROSEDUR KERJA 1. Cara Destilasi (Penetapan Kadar Etanol) 2. Cara Kromatografi Gas- Cair
  • 46. Cara Destilasi (Penetapan Kadar Etanol) (1) • Kecuali dinyatakan lain dalam masing-masing monografi, lakukan penetapan dengan cara destilasi • Untuk sebagian besar ekstrak cair dan tingtura
  • 47. Cara Destilasi (Penetapan Kadar Etanol) (2) • Destilat yang keruh dapat dijernihkan dengan dengan pengocokan menggunakan talk P atau kalsium kabornat P, saring. • Suhu filtrat diatur dan kandungan etanol ditetapkan dari bobot jenis. • Lakukan semua pekerjaan dengan hati-hati untuk mengurangi kehilangan etanol oleh penguapan
  • 48. Cara Destilasi (Penetapan Kadar Etanol) (3) Untuk mencegah buih dalam cairan selama destilasi – tambahkan asam kuat : asam fosfat P, asam sulfat P, atau asam tanat P – penambahan larutan kalsium klorida P sedikit berebih, atau parafin P atau minyak silikon sebelum destilasi Cegah gejolak selama destilasi dengan penambahan keping-keping berpori dari bahan yang tidak larut Ex : silikon karbida P, atau manik-manik
  • 49. Cara Destilasi (Penetapan Kadar Etanol) (4) 1 • Pipet tidak kurang dari 25ml cairan uji ke dalam alat destilasi yang sesuai 2 • Catat destilasi hingga diperoleh destilat ± 2 ml lebih kecil dari volume cairan uji yang dipipet 3 • Atur suhu destilat hingga sama dengan suhu pada waktu pemipetan Cara untuk cairan yang diperkirakan mengandung etanol 30% atau kurang
  • 50. 4 • Tambahkan air secukupnya hingga volume sama dengan volume cairan uji 5 • Tetapkan bobot jenis cairan pada suhu 25C seperti yang tertera pada Penetapan Bobot Jenis 6 • Hitung presentase dalam volume dari etanol dalam cairan menggunakan Tabel Bobot Jenis dan Kadar Etanol Cara untuk cairan yang diperkirakan mengandung etanol 30% atau kurang
  • 51. Cara Destilasi (Penetapan Kadar Etanol) (5) 1 • Pipet ± dua kali volume cairan uji ke dalam alat destilasi yang sesuai 2 • Kumpulkan destilat hingga ± 2 ml lebih kecil dari dua kali volume cairan uji yang dipipet 3 • Atur suhu sama dengan cairan uji Cara untuk cairan yang diperkirakan mengandung etanol lebih dari 30%
  • 52. 4 • Tambahkan air secukupnya hingga volume dua kali volume cairan uji yang dipipet, campur, dan tetapkan bobot jenis 5 • Kadar etanol dalam volume destilat, sama dengan setengah kadaar etanol dalamcairan uji etanol atau kurang 6 • Pipet 25ml cairan uji, masukkan ke dalam coorng pisah, tambahkan air volume sama 7 • Jenuhkan campuran dengan natrium klorida P, tambahkan 25 heksana P dan kocok kocok untuk mengekstraksi zat mudah menguap lain yang mengganggu 8 • Pisahkan lapisan bawah ke dalam corong pisah kedua 9 • Ulangi ekstrak dua kali, tiap kali dengan 25ml heksana P.
  • 53. Ekstraksi kumpulan larutan heksana P tiga kali – tiap kali dengan 10 ml larutan jenuh natrium klorida P Destilasi kumpulan larutan garam – tampung destilat hingga sejumlah volume mendekati volume cairan uji semula Cara untuk cairan yang diperkirakan mengandung etanol lebih dari 30%
  • 54. Cara Destilasi (Penetapan Kadar Etanol) (6) 1 • Encerkan cairan uji dengan air hingga kadar etanol lebih kurang 25% Cara untuk cairan yang diperkirakan mengandung etanol lebih dari 50% 2 • Jenuhkan campuran dengan natrium klorida P, tambahkan 25 heksana P dan kocok kocok untuk mengekstraksi zat mudah menguap lain yang mengganggu 3 • Pisahkan lapisan bawah ke dalam corong pisah kedua 4 • Ulangi ekstrak dua kali, tiap kali dengan 25ml heksana P.
  • 55. Cara Destilasi (Penetapan Kadar Etanol) (7) Jika hanya mengandung minyak atsiri dan hasil destilasi keruh – perlakuan dengan pelarut heksana P seperti diatas tidak dilakukan, destilat dapat dijernihkan dan dapat digunakan untuk penetapan bobot jenis dengan mengocok dengan heksana P lebih kurang seperlima bagian volume atau dengan penyaringan melalui lapisan tipis talk Cara untuk cairan yang diperkirakan mengandung etanol lebih dari 50%
  • 56. Cara Kromatografi Gas-Cair • Alat kromatografi gas dilengkapi dengan detektor ionisasi nyala dan kolom kaca 1,8m X 4mm berisi fase diam S3 dengan ukuran partikel 100 mesh hingga 120 mesh • Gunakan nitrogen P atau helium P sebagai gas pembawa • Sebelum digunakan kondisikan kolom semalam pada suhu 235 °C alirkan gas pembawa dengan laju aliran lambat • Atur aliran gas pembawa dan suhu (lebih kurang 120 °C) sehingga baku internal asetonitril tereluasi dalam waktu 5 menit sampai 10 menit
  • 57. • D= Faktor pengenceran larutan uji I • Ru= Perbandingan respons puncak etanol dan asetonitril dalam larutan uji II • Rs= Perbandingan respons puncak etanol dan asetonitril dalam larutan baku II
  • 59. PARAMETER SISA PESTISIDA Prinsip Menentukan sisa kandungan pestisida yang mungkin saja pernah ditambahkan atau mengkontaminasi pada bahan simplisia pembuatan ekstrak (Depkes RI, 2000) Tujuan Memberikan jaminan bahwa ekstrak tidak mengandung pestisida melebihi nilai yang ditetapkan karena berbahaya (toksik) bagi kesehatan (Depkes RI, 2000) Metode KLT dan kromatografi gas cair
  • 60. Sisa Pestisida (1) Jika kandungan kimia pengganggu analisis yang besifat non polar relatif kecil seperti pada ekstrak yang diperoleh dengan penyari air atau etanol berkadar kurang dari 20% – menggunakan metode KLT secara langsung tanpa melalui tahap pembersihan lebih dahulu – menggunakan kromatografi gas jika tidak terdapat kandungan kimia dengan unsur N (klorofil, alkaloid dan amina non polar lain)
  • 61. Sisa Pestisida (2) Ekstrak yang diperoleh dengan pelarut etanol berkadar tinggi dan tidak mengandung senyawa nitrogen non polar – menggunakan metode KLT atau kromatografi gas secara langsung tanpa pembersihan Jika tidak dapat dilakukan karena banyaknya kandungan kimia pengganggu – dilakukan pengujian sesuai metode baku. Agar memudahkan penelusuran kembali jika ada masalah analisis – Lakukan penomoran dan perincian terhadap analisis disesuaikan dengan buku aslinya.
  • 63. Parameter Cemaran Mikroba Prinsip Menentukan (identifikasi) adanya mikroba yang patogen secara analisis mikrobiologis ( Depkes RI, 2000) Tujuan Memberikan jaminan bahwa ekstrak tidak mengandung mikroba patogen dan tidak mengandung mikroba non patogen melebihi batas yang ditetapkan karena berpengaruh terhadap kestabilan ekstrak dan berbahaya (toksik) bagi kesehatan (Depkes RI, 2000) Metode ALT dan uji nilai duga terdekat (MPN) coliform.
  • 64. ALT (Angka Lempeng Total) digunakan untuk mengetahui jumlah mikroba yang ada pada suatu sampel. Uji Angka Lempeng Total (ALT) dan lebih tepatnya ALT aerob mesofil setelah cuplikan diinokulasikan pada media lempeng agar dengan cara tuang dan diinkubasi pada suhu yang sesuai. Media yang digunakan : - PCA (Plate Count Agar) Pereaksi yang digunakan : - PDF (Pepton Dilution Fluid) - FCDSLP (Fluid Casein Digest Soy Lecihitin Polysorbate) - Parafin cair (Minyak mineral) - Tween 80 dan 20 Peralatan khusus : - Stomacher (blender) - Alat hitung koloni
  • 65. Prosedur Kerja ALT Buat pengenceran selanjutnya hingga 10-6 atau sesuai dengan yang diperlukan. Hasil homogenisasi dipipet pengencaran 10-1 sebanyak 1 ml ke dalam tabung yang berisi pengenceran PDF pertama hingga pengencaran 10-2, dikocok hingga homogen. Siapkan 5 buah tabung atau lebih yang telah diisi dengan 9 ml pengenceran PDF.
  • 66. Untuk mengetahui sterilitas media dan pengencer dibuat uji blangko (kontrol). Tiap cawan petri dituangkan 15-20 ml media PCA (45±1°C), cawan petri digoyang dan diputar hingga suspensi tersebar merata. Setiap pengencaran dipipet 1 ml ke dalam cawan petri dan dibuat duplo.
  • 67. Jumlah koloni yang tumbuh diamati dan dihitung. Setelah media memadat, cawan petri diinkubasi pada suhu 35- 37°C selama 24-48 jam dengan posisi terbalik. Satu cawan hanya diisi 1 ml pengenceran dan media agar, dan cawan yang lain diisi pengencer dan media.
  • 68. Uji Nilai Duga Terdekat (MPN) Coliform Pengertian : Pertumbuhan bakteri coliform setelah cuplikan diinokulasikan pada media cair yang sesuai, adanya reaksi fermentasi dan pembentukan gas di dalam tabung durham. Pereaksi yang digunakan : - PDF (Pepton Dilution Fluid) - MCB (Mac Conkey Broth) - BGLB (Brilliant Green Lactose Bile Broth
  • 69. - EMBA (Eosin Methylene Blue Agar) - VRBA (Violet Red Billie Agar) - Methyl Red-Voges Proskauer (MR-VP) Medium - Trypton Broth - Simmon’s Citrate Agar - Nutrient Agar Peralatan : - Stomacher atau blender atau cawan mortir - Pipet ukur - Tabung durham
  • 70. Prosedur Kerja Dibuat pengenceran selanjutnya hingga 10ˉ6. Hasil homogenisasi pada penyiapan dipipet 1 ml pengenceran 10ˉ1 ke dalam tabung PDF pertama diperoleh suspensi dengan pengenceran 10ˉ2, dikocok sampai homogen. Siapkan 5 tabung reaksi berisi 9 ml PDF.
  • 71. Uji Prakiran Setelah 24 jam dicatat dan diamati adanya gas yang terbentuk di dalam tiap tabung, kemudian inkubasi dilanjutkan hingga 48 jam dan dicatat tabung-tabung yang menunjukkangas positif. Tiap tabung dimasukkan 1 ml suspensi pengenceran, kemudian diinkubasi pada suhu 37ºC selama 24-48 jam. Siapkan 3 tabung berisi 9 ml MCB yang dilengkapi tabung durham.
  • 72. Uji Konfirmasi Jumlah tabung yang positif gas dicatat dan hasil pengamatan tersebut dirujuk ke tabel Nilai Duga Terdekat (NDT)/Minimal Presumtif Number (MPN), angka yang diperoleh pada tabel MPN menyatakan jumlah bakteri coliform dalam tiap gram. Seluruh tabung diinkubasi pada suhu 37ºC selama 24-48 jam, dilakukan pengamatan terhadap pembentukan gas. Tabung yang menunjukkan uji prakiraan positif dipindahkan 1 sengkelit ke dalam tabung berisi 10 ml BGLB yang telah dilengkapi tabung durham.
  • 74. PARAMETER CEMARAN KAPANG, KHAMIR DAN AFLATOKSIN Prinsip Menentukan adanya jamur secara mikrobiologis dan adanya aflatoksin dengan KLT (Depkes RI, 2000) Tujuan Memberikan jaminan bahwa ekstrak tidak mengandung cemaran jamur melebihi batas yang ditetapkan karena berpengaruh pada stabilitas ekstrak dan aflatoksin yang berbahaya bagi kesehatan (Depkes RI, 2000)
  • 75. Uji Angka Kapang dan Khamir Pengertian : • Pertumbuhan kapang dan khamir setelah diinokulasikan pada media yang sesuai dan diinkubasikan pada suhu 20-25ºC. Pereaksi/Media Khusus: Media - Potato Dextrose Agar (PDA) - Czapek Dox Agar (CDA) atau Malt Agar - Air suling Agar 0,05% (ASA) - Kloramfenikol 100 mg/liter media
  • 76. Peralatan : - Lemari aseptik - Stomacher atau blender - Pipet ukur mulut lebar
  • 77. Prosedur Kerja Dari maisng-masing pengenceran dipipet 0.5 ml, dituangkan pada permukaan PDA, segera digoyang sambil diputar agar suspensi tersebar merata dan dibuat duplo Dipipet 1 ml pengenceran 10-1ke dalam tabung ASA pertama hingga diperoleh pengenceran 10̄ ², dan dikocok sampai homogen. Dibuat pengenceran selanjutnya hingga 10-4 Siapkan 3 buah tabung yang masing-masing telah diisi 9 ml ASA
  • 78. Sesudah 5 hari inkubasi, dicatat jumlah koloni jamur yang tumbuh, pengamatan terakhir pada inkubasi 7 hari. Ke dalam cawan petri lainnya dituangkan media dan pengencer,kemudian dibiarkan memadat. Seluruh cawan petri diinkubasi pada suhu 20-25ºC selama 5-7 hari. Untuk mengetahui sterilitas media dan pengenceran, dilakukan uji blangko, ke dalam satu cawan petri dituangkan media dan dibiarkan memadat.
  • 79. Uji Cemaran Aflatoksin Pengertian : Pemisahan isolat aflatoksin secara kromatografi lapis tipis Pereaksi : Media dan pengenceran Media Yeast Extract Sucrose Broth (YES) Peralatan : - Lemari aseptik - Lampu Ultra Violet - Mikropipet 10 ml
  • 80. Prosedur Kerja Ambil media biakan menggunakan pipet pasteur dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi kecil atau vial. Tabung diinokulasikan pada suhu 25ºC selama satu minggu dalam posisi miring untuk mendapatkan permukaan yang luas. Biakan diautoklaf pada suhu 121ºC selama 15 menit, biakan dibiarkan sampai dingin. Kultur Aspergillus flavus hasil isolat dan identifikasi dari ekstrak diinokulasikan pada permukaan media YES.
  • 81. Kromatografi Lapis Tipis • Lempeng : Silika gel (Lempeng pralapis) Kiesel gel 60, Merck • Baku Aflatoksin : – Merupakan campuran siap pakai terdiri dari 0,5 ug, Aflatoksin B1 ; 1,5 ug, Aflatoksin B2 ; 5,0 ug, Aflatoksin G1 ; 1,5 ug, Aflatoksin G2 dalam larutan campuran benzene : acetonitril (98:2) (Sigma Chemical Company) • Eluen : – Campuran kloroform : aseton : n-heksan (85:15:20) • Jarak rambat : 10 cm • Penampak bercak – Bercak berwarna biru atau hijau kebiruan setelah lempeng diletakkan dibawah cahaya ultraviolet (366 nm), menandakan aflatoksin positif.
  • 82. Temu Hitam MMI Jilid II (1978)
  • 83. CURCUMA AERUGINOSA Roxb. Zingiberaceae • Kadar abu. Tidak lebih dari 6,1% • Kadar abu yang tidak larut dalam asam. Tidak lebih dari 2,4% • Kadar sari yang larut dalam air. Tidak kurang dari 19,6% • Kadar sari yang larut dalam etanol. Tidak kurang dari 2,4% • Bahan organik asing. Tidak lebih dari 2% • Penetapan kadar. Lakukan penetapan kadar menurut cara yang tertera pada Penetapan kadar minyak atsiri MMI Jilid II (1978)