1. LAPORAN SEMENTARA PRAKTIKUM BIOANALISIS
PENENTUAN BIOEKIVALENSI OBAT SULFAMETOKSAZOL
Nama : 1. Ira Kartika (2017210109)
2. Isabella Romu (2017210110)
3. Nadia Vidya Savira (2017210151)
4. Nesha Mutiara (201721210155)
Kelas : A
Kelompok : 4
Tanggal Praktek : 21 Januari 2021
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PANCASILA
JAKARTA
2021
2. I. Judul Percobaan
Penentuan Bioekivalensi Obat Sulfametoksazol
II. Tujuan
Mahasiswa dapat melakukan dan membuat kesimpulan bioekivalensi produk obat
sulfametoksazol yang akan mendapat izin edar dengan produk obat inovatornya.
III. Teori Singkat
Bioavailabilitas/ketersediaan hayati (BA) dapat didefinisikan sebagai rate (kecepatan zat
aktif dari produk obat diabsorpsi/diserap di dalam tubuh ke sistem peredaran darah) dan
extent (besarnya jumlah zat aktif dari produk obat yang dapat masuk ke sistem peredaran
darah), sehingga zat aktif/obat tersedia pada tempat kerjanya untuk menimbulkan efek
terapi/penyembuhan yang diinginkan. Bioekivalensi/kesetaraan biologi (BE) dapat
didefinisikan, tidak adanya perbedaan secara signifikan/bermakna pada rate dan extent zat
aktif dari dua produk obat yang memiliki kesetaraan farmasetik, misalnya antara tablet A
yang merupakan produk obat uji dan tablet B yang merupakan produk obat pembanding
(inovator), sehingga menjadi tersedia pada tempat kerja obat ketika keduanya diberikan
dalam dosis zat aktif yang sama dan dalam desain studi yang tepat. Dalam studi BA dan atau
BE yang perlu diperhatikan adalah perbedaan luas di bawah kurva konsentrasi zat aktif/obat
dalam plasma - waktu (AUC) yang teramati, yang dinilai sebagai perbedaan efisiensi
absorpsi obat karena adanya perbedaan kualitas produk obat yang dipengaruhi formulasi.
IV. Alat dan Bahan
Bahan: Sulfametoksazol, plasma darah, asam trikloro asetat, natrium nitrit, ammonium
sulfamat, dan N-(naftil) etilendiamin.
Alat: Spektrofotometer UV-Vis, sentrifuse, dan mikropipet.
V. Cara Kerja
a. Sampling
1. Volunteer mendapatkan Tablet sulfametoksazol dan pembandingnya
2. Pengambilan darah pada volunteer dilakukan pada waktu sebelum minum obat dan
0,5; 2; 3,5; 4; 6; 8; 10; 12 jam setelah pemberian obat.
3. Masukkan sampel darah ke dalam tabung yang mengandung EDTA, kemudian
sentrifuge 3000 rpm
4. Ambil plasma dan simpan pada suhu -20°C sampai dianalisis.
3. b. Pembuatan kurva baku sulfametoksazol
1. Buat satu seri larutan sulfametoksazol dalam plasma darah (blank plasma) sebanyak 1
ml dengan kadar 2, 8, 10, 40, 45, dan 60 µg/mL.
2. Tiap kadar diambil 0,5 mL dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi.
3. Tambah 1,5 mL larutan TCA 20% dan sentrifugasi 3000 rpm selama 5 menit.
4. Ambil 1,0mL supernatan pada tiap konsentrasi lalu dimasukkan ke dalam tabung
reaksi lain.
5. Tambahkan 0,1 mL larutan natrium nitrit 0,1% ke dalam tabung melalui dinding
tabung dan diamkan 3 menit
6. Tambahkan 0,2 mL ammonium sulfamat 0,5% dan diamkan 2 menit.
7. Tambahkan 0,2 mL larutan N-(naftil) etilendiamin 0,1%, diamkan ditempat gelap.
8. Tambahkan aquadest sebanyak 3,5 mL
9. Diamkan larutan selama 20 menit
10. Pindahkan larutan ke dalam kuvet, baca intensitas warna larutan pada panjang
gelombang 536 nm.
11. Buat grafik serapan terhadap kadar, dan tentukan persamaan garis serta akurasi –
presisi pada setiap konsentrasinya.
c. Penetapan Kadar Analit dalam Plasma Darah Volunteer
1. Ambil 0,5 mL sampel (hasil sampling) dan masukkan ke dalam tabung.
2. Tambah 1,5 mL larutan TCA 20% dan sentrifugasi 3000 rpm selama 5 menit.
3. Ambil 1,0mL supernatan pada tiap konsentrasi lalu dimasukkan ke dalam tabung
reaksi lain.
4. Tambahkan 0,1 mL larutan natrium nitrit 0,1% ke dalam tabung melalui dinding
tabung dan diamkan 3 menit.
5. Tambahkan 0,2 mL ammonium sulfamat 0,5% dan diamkan 2 menit.
6. Tambahkan 0,2 mL larutan N-(naftil) etilendiamin 0,1%, diamkan ditempat gelap.
7. Tambahkan aquadest sebanyak 3,5 mL
8. Diamkan larutan selama 20 menit
9. Pindahkan larutan ke dalam kuvet, baca intensitas warna dengan spektrofotometer pada
panjang gelombang 536 nm.
10. Dihitung kadar obat dengan menggunakan kurva baku
4. 11. Buat profil farmakokinetik antara waktu terhadap kadar obat dalam plasma
12. Tetapkan parameter farmakokinetik menggunakan metode non-kompartemen, hitung
AUC0-t, AUC0-∞, Cmax, dan tmax
13. Tentukan bioekivalensi obat sulfametoksazol berdasarkan rasio AUC dari obat uji dan
AUC obat pembanding.
VI. Daftar Pustaka
1. Badan Pengawas Obat dan Makanan, Peraturan Kepala BPOM RI, Nomor:
HK.00.05.3.1818 tentang Pedoman Uji Bioekivalensi, 29 Mar 2005, hal. 1-29.
2. Clarke’s Analysis of Drugs and Poisons in Pharmaceuticals, Biological Fluid, and
Postmortem Material, Ed III, Vol. I, Vol. II, 2004.
3. Committee for Medicinal Products for Human Use (CHMP), Guideline on the
Investigation of Bioequivalence, European Medicines Agency, 20 Jan 2010, hal. 1-27.
4. EMEA (European Medicines Agency). 2012. Guideline on bioanalytical method
validation. EMEA/CHMP/EWP/192217/2009.
5. FDA (Food Drug Administration). 2013. Guidance for industry bioanalytical method of
validation. Diambil dari www.fda.gov/cder/guidance/index.htm.
6. Guidance for Industry Bioanalytical Method Validation, U.S. Department of Health and
Human Services, Food and Drug Administration, 2001.
7. Mei-Ling Chen, Vinod Shah, Rabindra Patnaik, et al., Bioavailability and Bioequivalence:
An FDA Regulatory Overview, Pharmaceutical Research, Vol. 18, No. 12, December
2001.
8. Naveed Akhtar, Mahmood Ahmad And Nadeem Irfan, Comparative Bioavailability of
Sulfamethoxazole in Three Formulations of Cotrimoxazole Suspensions, Pak. Jour. Of
Pharm. SciencesVol. 10, No.2, July, 1997, Pp.29-33.
9. SADC Guideline for Bioavailability and Bioequivalance, 2007, hal. 1-26.
10. Syahbanu S., Optimasi dan Validasi Metode Spektrofotometri Cahaya Tampak untuk
Penetapan Kadar Sulfametoksazol dalam Plasma Manusia secara In-Vitro. Skripsi.
Fakultas Farmasi Universitas Pancasila, Jakarta, 2018