SlideShare a Scribd company logo
1 of 15
BAB I
                                    PENDAHULUAN




A. Latar Belakang
               Kita menganggap bahwa pernapasan yang baik sebagai sesuatu yang wajar
   sehingga kita menyadari kita secara tarus menerus bernapas. Jika ada gangguan dalam
   pernapasan baru kita mengingat bahwa oksigen sangatlah penting. Kekurangan oksigen
   dalam beberapa menit saja dapat berakibat fatal bagi organ-organ pernapasan didalam
   tubuh kita, bahkan bisa mengakibatkan kematian.
               Oksigen (O2) merupakan komponen gas yang sangat berperan dalam proses
   metabolisme tubuh untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel tubuh secara
   normal. Oksigen diperoleh dengan cara menghirup udara bebas dalam setiap kali
   bernafas. Dengan bernafas setiap sel tubuh menerima oksigen, dan pada saat yang sama
   melepaskan produk oksidasinya. Oksigen yang bersenyawa dengan karbon dan hidrogen
   dari jaringan memungkinkan setiap sel melangsungkan proses metabolismenya, oksigen
   hasil buangannya dalam bentuk karbondioksida (CO2) dan air (H2O).
               Terapi oksigen adalah memasukkan oksigen tambahan dari luar ke paru
   melalui saluran pernafasan dengan menggunakan alat sesuai kebutuhan. ( Standar
   Pelayanan Keperawatan di ICU, Dep.Kes. RI, 2005 )      .
               Terapi oksigen adalah memberikan aliran gas lebih dari 20 % pada tekanan 1
   atmosphir       sehingga    konsentrasi      oksigen       meningkat    dalam   darah
   Terapi oksigen adalah pemberian oksigen dengan konsentrasi yang lebih tinggi dari yang
   ditemukan dalam atmosfir lingkungan. Pada ketinggian air laut konsentrasi oksigen
   dalam ruangan adalah 21 %, ( Brunner & Suddarth,2001 ). Sejalan dengan hal tersebut
   diatas menurut Titin, 2007, Terapi oksigen adalah suatu tindakan untuk meningkatkan
   tekanan parsial oksigen pada inspirasi, yang dapat dilakukan dengan cara :
   1. Meningkatkan kadar oksigen inspirasi / FiO2 ( Orthobarik )
   2. Meningkatkan tekanan oksigen ( Hiperbarik


               Dalam makalah ini akan dibahas tentang penanganan pada gangguan
   pernapasan dengan macam – macam pemberian oksigen.
B. Rumusan Masalah
   a) Apakah pengertian Ventury Mask ?
   b) Apakah pengertian Bag. Valve and mask ?
   c) Apakah pengertian Pipa oropharing dan nasopharing ?
   d) Apakah pengertian Intubasi endrotrakheal ?


C. Tujuan Masalah
   a) Tujuan Umum
            Untuk Menambah wawasan dan pengetahuan tentang macam – macam
       pemberian oksigen khususnya pada mahasiswa/i calon petugas medis agar supaya
       bisa mempersiapkan sedini mungkin untuk penanganan kasus tersebut.
   b) Tujuan Khusus
        Mengenal dan memahami tentang pengertian macam – macam pemberian
           oksigen
        Mengerti tentang Ventury Mask
        Untuk memahami Bag. Valve and mask
        Untuk memahami Pipa oropharing dan nasopharing
        Untuk Memahami Intubasi endrotrakheal
BAB II
                                      PEMBAHASAN




A. Pengertian Ventury Mask
  Adalah metode pemberian yang paling akurat dan dapat diandalkan untuk konsentrasi
oksigen yang tepat melalui cara non – infasif. Masker dibuat sedemikian rupa sehingga
memungkinkan udara ruangan bercampur dengan aliran oksigen yang telah ditetapkan.
Masker ini digunakan terutama bagi pasien PPOM karena memberikan suplemen oksigen
tingkat rendah, sehingga menghindari resiko dorongan hipoksik. (Brenda, Suzanne, 2001)




              Masker venturi menerapkan prinsip Entrainmen udara (menjebak udara seperti
       vakum), yang memberikan aliran udara yang tinggi dengan pengayaan oksigen
       terkontrol. Kelebihan gas keluar masker melalui cuff perforasi, membawa gas tersebut
       bersama karbondioksida yang dihembuskan. Mtode ini memungkinkan konsentrasi
       oksigen yang konstan untuk dihirup yang tidak tergantung pada kedalaman dan
       kecepatan perafasan. Masker harus terpasang dengan pas, untuk mencegah oksigen
       mengalir ke dalam mata, dan kulit pasien diperiksa terhadap iritasi. Prinsip pemberian
       oksigen dgn alat ini yaitu gas yg dialirkan dari tabung akan menuju ke masker yg
       kemudian akan dihimpit utk mengatur suplai oksigen shg tercipta tekanan negative,
       akibatnya udara luar dapat dihisap dan aliran udara yg dihasilkan lebih banyak.
              Masker venturi dpt memberikan aliran yg bervariasi : 4 – 14 liter/menit dgn
       konsentrasi 24– 50%. Dipakai pd pasien dg tipe ventilasi tidak teratur. (FIO2 24%–
       28%)

    Keuntungan venturi mask :
 Konsentrasi oksigen yg diberikan konstan sesuai dgn petunjuk pd alat dan tidak
       dipengaruhi perubahan pola napas terhadap FiO2.
     Suhu dan kelembaban gas dapat dikontrol.
     Tidak terjadi penumpukan C O2.

    Kerugian venturi mask :

     Masker harus dilepaskan sehingga pasien tidak dapat makan, minum, dan minum
       obat.
     Konsentrasi oksigen : 24 – 50 %
     Aliran oksigen : 4 – 10 LPM


B. Pengertian Bag. Valve and Mask
    Bag Valve Mask yang juga dikenal BVM atau Ambubag adalah alat yang digunakan
untuk memberikan tekanan pada sistem pernafasan pasien yang henti nafas atau yang
nafasnya tidak adekuat. Alat ini umumnya merupakan bagian dari peralatan resusitasi untuk
tenaga ahli, seperti pekerja Ambulans. Alat ini digunakan secara ekstensif di ruang operasi
untuk bantuan pernafasan pasien yang tidak sadar pada saat sebelum diberikan bantuan
pernafasan mekanik. (Brenda, Suzanne, 2001).
    Bag Valve Mask digunakan pada pasien :
     Cardiac arrest .
     Respiratory failure
     Sebelum, selama dan sesudah suction


               Gas flows 12 – 15 liter, selama resusitasi buatan, hiperinflasi / bagging,
    kantong resusitasi dengan reservoir harus digunakan untuk memberikan konsentrasi
    oksigen 74 % - 100 %. Dianjurkan selang yang bengkok tidak digunakan sebagai
    reservoir untuk kantong ventilasi. Kantong 2.5 liter dengan kecepatan 15 liter/menit telah
    ditunjukkan untuk pemberian oksigen yang konsisten dengan konsentrasi 95 % - 100 %.
    Penggunaan kantong reservoar 2.5 liter juga memberikan jaminan visual bahwa aliran
    oksigen utuh dan kantong menerima oksigen tambahan. Pengetahuan tentang kantong
    dan keterampilan penggunaan adalah vital :
     Kekuatan pemijatan menentukan volume tidal ( VT )
     Jumlah pijatan permenit menentukan frekuensi
     Kekuatan dan frekuensi menentukan aliran puncak
Hal – hal yang harus diperhatikan dalam pemberian Bag Valve Mask :
 Observasi dada pasien untuk menentukan kantong bekerja dengan baik dan apakah
   terjadi distensi abdomen
 Kemudahan / tahanan saat pemompaan mengindikasikan komplain paru
 Risiko terjadinya peningkatan sekresi, pneumothorak, hemothorak, atau spasme
   bronkus yang memburuk.


Syarat – syarat Resusitator manual :
 Kemampuan kantong untuk memberikan oksigen 100 % pada kondisi akut
 Masker bila dibutuhkan harus transparan untuk memudahkan observasi terhadap
   muntah / darah yang dapat mengakibatkan aspirasi
 Sistem katup yang berfungsi tanpa gangguan pada kondisi akut
 Pembersihan dan pendauran ketahanan kantong.


          Ambu bag terdiri dari bag yang berfungsi untuk memompa oksigen udara
bebas, valve/pipa berkatup dan masker yang menutupi mulut dan hidung penderita.
Penggunaan ambu bag atau bagging sungkup memerlukan keterampilan tersendiri dalam
hal memberikan bantuan nafas. Penolong seorang diri dalam menggunakan ambubag
harus dapat mempertahankan terbukanya jalan nafas dengan mengangkat rahang bawah,
menekan sungkup ke muka korban dengan kuat dan memompa udara dengan memeras
bagging. Penolong harus dapat melihat dengan jelas pergerakan dada korban pada setiap
pernafasan. Ambubag sangat efektif bila dilakukan oleh dua orang penolong yang
berpengalaman. Salah seorang penolong membuka jalan nafas dan menempelkan
sungkup wajah korban dan penolong lain memeras bagging. Kedua penolong harus
memperhatikan pengembangan dada korban
          Ambu bag digunakan dengan satu tangan penolong memegang bag sambil
memompa udara sedangkan tangan lainnya memegang dan memfiksasi masker. Pada
Tangan yang memegang masker, ibu jari dan jari telunjuk memegang masker
membentuk huruf C sedangkan jari-jari lainnya memegang rahang bawah penderita
sekaligus membuka jalan nafas penderita dengan membentuk huruf E. Konsentrasi
oksigen yang dihasilkan dari ambu bag sekitar 20 %. Dapat ditingkatkan menjadi 100%
dengan tambahan oksigen. Untuk kondisi yang mana penderita mengalami henti nafas
dan henti jantung, dilakukan resusitasi jantung-paru-otak.
C. Pengertian Pipa Oropharing dan Nasopharing
             Oropharyngeal tube adalah sebuah tabung / pipa yang dipasang antara mulut
   dan pharynx pada orang yang tidak sadar yang berfungsi untuk membebaskan jalan
   nafas. (Medical Dictionary) Pembebasan jalan nafas dengan oropharyngeal tube adalah
   cara yang ideal untuk mengembalikan sebuah kepatenan jalan nafas yang menjadi
   terhambat oleh lidah pasien yang tidak sadar atau untuk membantu ventilasi (Sally
   Betty,2005) Oropharyngeal tube adalah alat yang terbuat dari karet bengkok atau plastik
   yang dimasukkan pada mulut ke pharynx posterior untuk menetapkan atau memelihara
   kepatenan jalan nafas. (William dan Wilkins).
             Pada pasien tidak sadar, lidah biasanya jatuh ke bagian pharynx posterior
   sehingga menghalangi jalan nafas, sehingga pemasangan oropharyngeal tube yang
   bentuknya telah disesuaikan dengan palatum / langit-langit mulut mampu membebaskan
   dan mengedarkan jalan nafas melalui tabung / lubang pipa. Dapat juga berfungsi untuk
   memfasilitasi pelaksanaan suction. Pembebasan jalan nafas dengan oropharingeal tube
   digunakan dalam jangka waktu pendek pada post anastesi atau langkah postictal.
   Penggunaan jangka panjang dimungkinkan pada pasien yang terpasang endotracheal tube
   untuk menghindari gigitan pada selang endotraceal.




   Organ-organ yang terlibat dalam oropharyngeal airway :
   a. Nasofaring (terdapat pharyngeal tonsil dan Tuba Eustachius)
   b. Orofaring (merupakan pertemuan rongga mulut dengan faring,terdapat pangkal lidah
   c. Laringofaring(terjadi persilangan antara aliran udara dan aliran makanan)
   Indikasi dan Kontra Indikasi :
   a. Indikasi
      Adapun indikasi pemasangan oropharyngeal tube adalah sebagai berikut :
       Pemeliharaan jalan nafas pasien dalam ketidaksadaran,
       Melindungi endotracheal tube dari gigitan,
       Memfasilitasi suction pada jalan nafas
   b. Kontra indikasi
             Tidak boleh diberikan pada pasien dengan keadaan sadar ataupun semi sadar
      karena dapat merangsang muntah, spasme laring. Harus berhati-hati bila terdapat
      trauma oral.
Pemasangan Pipa (Tube)
          Dipasang jalan napas buatan (pipa orofaring, pipa nasofaring). Pipa orofaring
digunakan untuk mempertahankan jalan nafas dan menahan pangkal lidah agar tidak
jatuh ke belakang yang dapat menutup jalan napas terutama pada pasien-pasien tidak
sadar.




          Bila dengan pemasangan jalan napas tersebut pernapasan belum juga baik,
dilakukan pemasangan pipa endotrakhea (ETT/endotracheal tube). Pemasangan pipa
endotrakhea akan menjamin jalan napas tetap terbuka, menghindari aspirasi dan
memudahkan tindakan bantuan pernapasan.




1. Pipa Oropharing
   Sebuah jalan napas orofaringeal (juga dikenal sebagai saluran udara lisan, OPA atau
   saluran napas Guedel pola) adalah perangkat medis yang disebut tambahan digunakan
   untuk menjaga jalan nafas paten (terbuka) . Hal ini dilakukan dengan mencegah lidah
   dari meliputi epiglotis , yang bisa mencegah orang dari pernapasan. Ketika seseorang
menjadi sadar, otot-otot di rahang mereka rileks dan memungkinkan lidah untuk
menghalangi jalan napas.( Ed Dickinson; Dan Limmer 2008)

Jalan napas orofaringeal dirancang oleh Arthur Guedel 1862 .

        Saluran udara orofaringeal datang dalam berbagai ukuran, dari bayi ke
dewasa, dan biasa digunakan dalam perawatan pra-rumah sakit darurat dan untuk
jangka pendek manajemen jalan nafas pasca anestesi atau ketika metode manual tidak
memadai untuk menjaga jalan napas terbuka. Ini bagian dari peralatan yang
digunakan oleh responden bersertifikat pertama , teknisi medis darurat , dan
paramedis - ditambah profesional kesehatan lain saat intubasi trakea yang baik tidak
tersedia, tidak dianjurkan atau masalah adalah durasi jangka pendek. Saluran udara
orofaringeal ditunjukkan hanya dalam bawah sadar orang, karena kemungkinan
bahwa perangkat akan merangsang refleks muntah pada orang yang sadar atau
setengah sadar. Hal ini dapat mengakibatkan muntah dan berpotensi mengarah pada
jalan napas tersumbat. saluran udara Nasofaring sebagian besar digunakan sebagai
pengganti karena mereka tidak merangsang refleks muntah. Secara umum saluran
udara orofaringeal harus berukuran dan dimasukkan dengan benar untuk
memaksimalkan efektivitas dan meminimalkan kemungkinan komplikasi - seperti
trauma oral. (Ed Dickinson; Dan Limmer 2008).

        OPA ukuran yang benar dipilih dengan mengukur dari tengah mulut orang
untuk sudut rahang. Jalan napas tersebut kemudian dimasukkan ke dalam mulut orang
terbalik. Setelah kontak dibuat dengan bagian belakang tenggorokan, saluran udara
diputar 180 derajat, memungkinkan untuk penyisipan mudah, dan meyakinkan bahwa
lidah   dijamin.   Sebuah   metode   alternatif   untuk   penyisipan,   metode   yang
direkomendasikan untuk digunakan OPA pada anak dan bayi, melibatkan memegang
lidah maju dengan penekan lidah dan memasukkan sisi kanan jalan napas atas.
Penggunaan OPA tidak menghapus kebutuhan untuk posisi pemulihan dan penilaian
jalan napas berkelanjutan dan tidak mencegah obstruksi oleh cairan (darah, air liur,
makanan, cairan cerebrospinal) atau penutupan celah suara . Tapi bisa memfasilitasi
ventilasi selama CPR ( cardiopulmonary resuscitation ) dan untuk orang dengan lidah
yang besar

Resiko utama penggunaannya adalah :
jika seseorang memiliki refleks muntah-muntah mereka mungkin
     ketika terlalu besar, dapat menutup glotis dan demikian dekat jalan napas
     ukuran yang tidak benar dapat menyebabkan perdarahan pada saluran udara

2. Pipa Nasopharing
          Dalam kedokteran , suatu saluran napas nasofaring, juga dikenal sebagai NPA
  atau terompet hidung karena akhir berkobar, sebuah jenis saluran napas tambahan,
  adalah sebuah tabung yang dirancang untuk dimasukkan ke dalam lorong hidung
  untuk mengamankan terbuka jalan napas . Ketika seorang pasien menjadi tidak sadar,
  otot-otot di rahang umumnya santai dan dapat memungkinkan lidah untuk meluncur
  kembali dan menyumbat jalan napas. Tujuan akhir menyala adalah untuk mencegah
  perangkat dari menjadi hilang di dalam kepala pasien. (Daniel dan Michael F. Limmer
  O'Keefe. 2005)

  Indikasi dan kontraindikasi

          Nasofaring saluran udara kadang-kadang digunakan oleh orang yang memiliki
  sleep apnea . Alat ini juga digunakan oleh para profesional perawatan darurat seperti
  EMT dan paramedis dalam situasi di mana bentuk pemeliharaan jalan napas buatan
  diperlukan tetapi tidak mungkin atau disarankan untuk menggunakan jalan napas
  orofaringeal , jenis yang disukai saluran napas tambahan, atau intubasi , dianggap
  paling cara tertentu untuk mengamankan jalan napas paten, tetapi juga yang paling
  invasif medis. Dalam pasien tak sadarkan diri, hisap dari saluran napas atas juga dapat
  diterapkan melalui NPA. Penyisipan dari NPA merupakan kontraindikasi pada pasien
  dengan cedera kepala berat atau wajah, atau memiliki bukti patah tulang tengkorak
  basilar ( tanda Battle , mata rakun, cairan serebrospinal / darah dari telinga, dll) karena
  kemungkinan penyusupan langsung pada jaringan otak . Sebuah jalan napas
  orofaringeal dapat digunakan sebagai pengganti, tetapi perangkat ini sering memicu
  pasien refleks muntah , sementara saluran udara nasofaring biasanya tidak.

          Jalan napas ukuran yang benar dipilih dengan mengukur perangkat pada
  pasien:. Perangkat harus mencapai dari lubang hidung pasien ke daun telinga atau
  sudut rahang. Bagian luar tabung dilumasi dengan pelumas berbasis air sehingga
  memasuki hidung lebih mudah. Perangkat dimasukkan sampai akhir berkobar
  menyentuh lubang hidung. (Daniel dan Michael F. Limmer O'Keefe. 2005)
D. Pengertian Intubasi Endrotrakheal


             Intubasi adalah memasukkan suatu lubang atau pipa melalui mulut atau
   melalui hidung, dengan sasaran jalan nafas bagian atas atau trakhea. Pada intinya,
   Intubasi Endotrakhea adalah tindakan memasukkan pipa endotrakha ke dalam trakhea
   sehingga jalan nafas bebas hambatan dan nafas mudah dibantu dan dikendalikan
   (Hendrickson ,2002),




   Tujuan Intubasi Endotrakhea.
             Tujuan    dilakukannya      tindakan   intubasi   endotrakhea   adalah   untuk
   membersihkan saluran trakheobronchial, mempertahankan jalan nafas agar tetap paten,
   mencegah aspirasi, serta mempermudah pemberian ventilasi dan oksigenasi bagi pasien
   operasi. Pada dasarnya, tujuan intubasi endotrakheal (Anonim, 1986) :
   a. Mempermudah pemberian anestesia.
   b. Mempertahankan jalan nafas agar tetap bebas serta mempertahankan kelancaran
      pernafasan.
   c. Mencegah kemungkinan terjadinya aspirasi isi lambung (pada keadaan tidak sadar,
      lambung penuh dan tidak ada refleks batuk).
   d. Mempermudah pengisapan sekret trakheobronchial.
   e. Pemakaian ventilasi mekanis yang lama.
   f. Mengatasi obstruksi laring akut.


   Indikasi dan Kontraindikasi.
   Indikasi bagi pelaksanaan intubasi endotrakheal menurut Gisele tahun 2002 antara lain :
1. Keadaan oksigenasi yang tidak adekuat (karena menurunnya tekanan oksigen arteri
   dan lain-lain) yang tidak dapat dikoreksi dengan pemberian suplai oksigen melalui
   masker nasal.
2. Keadaan ventilasi yang tidak adekuat karena meningkatnya tekanan karbondioksida di
   arteri.
3. Kebutuhan untuk mengontrol dan mengeluarkan sekret pulmonal atau sebagai
   bronchial toilet.
4. Menyelenggarakan proteksi terhadap pasien dengan keadaan yang gawat atau pasien
   dengan refleks akibat sumbatan yang terjadi.
             Dalam sumber lain (Anonim, 1986) disebutkan indikasi intubasi endotrakheal
antara lain:
a. Menjaga jalan nafas yang bebas dalam keadaan-keadaan yang sulit.
b. Operasi-operasi di daerah kepala, leher, mulut, hidung dan tenggorokan, karena pada
   kasus-kasus demikian sangatlah sukar untuk menggunakan face mask tanpa
   mengganggu pekerjaan ahli bedah.
c. Pada banyak operasi abdominal, untuk menjamin pernafasan yang tenang dan tidak
   ada ketegangan.
d. Operasi intra torachal, agar jalan nafas selalu paten, suction dilakukan dengan mudah,
   memudahkan respiration control dan mempermudah pengontrolan tekanan intra
   pulmonal.
e. Untuk mencegah kontaminasi trachea, misalnya pada obstruksi intestinal.
f. Pada pasien yang mudah timbul laringospasme.
g. Tracheostomni.
h. Pada pasien dengan fiksasi vocal chords.
             Menurut Gisele, 2002 ada beberapa kontra indikasi bagi dilakukannya intubasi
endotrakheal antara lain :
a. Beberapa keadaan trauma jalan nafas atau obstruksi yang tidak memungkinkan untuk
   dilakukannya intubasi. Tindakan yang harus dilakukan adalah cricothyrotomy pada
   beberapa kasus.
b. Trauma servikal yang memerlukan keadaan imobilisasi tulang vertebra servical,
   sehingga sangat sulit untuk dilakukan intubasi.
Obat-Obatan yang Dipakai.
             Berikut ini adalah obat-obat yang biasa dipakai dalam tindakan intubasi
endotrakheal (Anonim, 1986), antara lain :
1. Suxamethonim (Succinil Choline), short acting muscle relaxant merupakan obat yang
   paling populer untuk intubasi yang cepat, mudah dan otomatis bila dikombinasikan
   dengan barbiturat I.V. dengan dosis 20 –100 mg, diberikan setelah pasien dianestesi,
   bekerja kurang dari 1 menit dan efek berlangsung dalam beberapa menit. Barbiturat
   Suxamethonium baik juga untuk blind nasal intubation, Suxamethonium bisa
   diberikan I.M. bila I.V. sukar misalnya pada bayi.
2. Thiophentone non depolarizing relaxant : metode yang bagus untuk direct vision
   intubation. Setelah pemberian nondepolarizing / thiophentone, kemudian pemberian
   O2 dengan tekanan positif (2-3 menit) setelah ini laringoskopi dapat dilakukan.
   Metode ini tidak cocok bagi mereka yang belajar intubasi, dimana mungkin
   dihadapkan dengan pasien yang apneu dengan vocal cord yang tidak tampak.
3. Cyclopropane : mendepresi pernafasan dan membuat blind vision intubation sukar.
4. I.V. Barbiturat sebaiknya jangan dipakai thiopentone sendirian dalam intubasi.
   Iritabilitas laringeal meninggi, sedang relaksasi otot-otot tidak ada dan dalam dosis
   besar dapat mendepresi pernafasan.
5. N2O/O2, tidak bisa dipakai untuk intubasi bila dipakai tanpa tambahan zat-zat lain.
   penambahan triklor etilen mempermudah blind intubation, tetapi tidak memberikan
   relaksasi yang diperlukan untuk laringoskopi.
6. Halotan (Fluothane), agent ini secara cepat melemaskan otot-otot faring dan laring
   dan dapat dipakai tanpa relaksan untuk intubasi.


7. Analgesi lokal dapat dipakai cara-cara sebagai berikut :
   Menghisap lozenges anagesik         .
   Spray mulut, faring, cord.
   Blokade bilateral syaraf-syaraf laringeal superior.
   Suntikan trans tracheal.


          Cara-cara tersebut dapat dikombinasikan dengan valium I.V. supaya pasien
dapat lebih tenang. Dengan sendirinya pada keadaan-keadaan emergensi. Intubasi dapat
dilakukan tanpa anestesi. Juga pada necnatus dapat diintubai tanpa anestesi.




Komplikasi Intubasi Endotrakheal.
a) Komplikasi tindakan laringoskop dan intubasi (Anonim, 1989)
a.   Malposisi berupa intubasi esofagus, intubasi endobronkial serta malposisi
       laringeal cuff.
  b.   Trauma jalan nafas berupa kerusakan gigi, laserasi bibir, lidah atau mukosa
       mulut, cedera tenggorok, dislokasi mandibula dan diseksi retrofaringeal.
  c.   Gangguan refleks berupa hipertensi, takikardi, tekanan intracranial meningkat,
       tekanan intraocular meningkat dan spasme laring.
       d. Malfungsi tuba berupa perforasi cuff.
b) Komplikasi pemasukan pipa endotracheal
  a.   Malposisi berupa ekstubasi yang terjadi sendiri, intubasi ke endobronkial dan
       malposisi laringeal cuff.
  b.   Trauma jalan nafas berupa inflamasi dan ulserasi mukosa, serta ekskoriasi kulit
       hidung.
  c.   Malfungsi tuba berupa obstruksi.




c) Komplikasi setelah ekstubasi
  a.   Trauma jalan nafas berupa edema dan stenosis (glotis, subglotis atau trachea),
       suara sesak atau parau (granuloma atau paralisis pita suara), malfungsi dan
       aspirasi laring.
  b.   Gangguan refleks berupa spasme laring.
BAB III
                                             PENUTUP




A. KESIMPULAN
              Oksigen (O2) merupakan komponen gas yang sangat berperan dalam proses
    metabolisme tubuh untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel tubuh secara
    normal. Oksigen diperoleh dengan cara menghirup udara bebas dalam setiap kali
    bernafas. Dengan bernafas setiap sel tubuh menerima oksigen, dan pada saat yang sama
    melepaskan produk oksidasinya. Oksigen yang bersenyawa dengan karbon dan hidrogen
    dari jaringan memungkinkan setiap sel melangsungkan proses metabolismenya, oksigen
    hasil buangannya dalam bentuk karbondioksida (CO2) dan air (H2O).
              Terapi oksigen adalah memasukkan oksigen tambahan dari luar ke paru
    melalui saluran pernafasan dengan menggunakan alat sesuai kebutuhan. ( Standar
    Pelayanan Keperawatan di ICU, Dep.Kes. RI, 2005 )   .
      Terapi oksigen adalah memberikan aliran gas lebih dari 20 % pada tekanan 1
    atmosphir sehingga konsentrasi oksigen meningkat dalam darah. Terapi oksigen adalah
    pemberian oksigen dengan konsentrasi yang lebih tinggi dari yang ditemukan dalam
    atmosfir lingkungan.




B. SARAN
    Berdasarkan kesimpulan diatas saran yang dapat kami buat yaitu untuk lebih
memperdalam lagi tentang macam – macam pemberian oksigen karena dalam makalah kami
tentunya masih banyak kekuranagannya.
DAFTAR PUSTAKA


Anonim, (2002), Endotracheal Intubation,
                http://www.medicinet.com/script/main/art.asp?li=mni&articlekey=7035


Gail Hendrickson, RN, BS., (2002), Intubation,
                http://www.health.discovery.com/diseasesandcond/encyclopedia/1219.html


Gisele     de     Azevedo      Prazeres,    MD.,     (2002),     Orotracheal     Intubation,
                http://www.medstudents.com/orotrachealintubation/medicalprocedures.html


Mansjoer Arif, Suprohaita, Wardhani W.I., Setiowulan W., (ed)., (2002), Kapita Selekta
Kedokteran, edisi III, Jilid 2, Media Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,
Jakarta.
Suanne C. Smeltzer. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. EGC. Jakarta
Potter & Perry. 2000. Fundamental Keperawatan Edisi IV Vol. 1. EGC. Jakarta

More Related Content

What's hot

Makalah Konsep Dasar Oksigenasi Kebutuhan Dasar Manusia 1
Makalah Konsep Dasar Oksigenasi Kebutuhan Dasar Manusia 1Makalah Konsep Dasar Oksigenasi Kebutuhan Dasar Manusia 1
Makalah Konsep Dasar Oksigenasi Kebutuhan Dasar Manusia 1Fhyter DrifacHy DrimeTana
 
Model konsep-dan-teori-keperawatan
Model konsep-dan-teori-keperawatanModel konsep-dan-teori-keperawatan
Model konsep-dan-teori-keperawatanadeputra93
 
Syok hipovolemik
Syok hipovolemikSyok hipovolemik
Syok hipovolemikgustians
 
Skenario role play timbang terima
Skenario role play timbang terimaSkenario role play timbang terima
Skenario role play timbang terimaSulistia Rini
 
Makalah pemberian obat melalui jaringan intrakutan (ic)
Makalah pemberian obat melalui jaringan intrakutan (ic)Makalah pemberian obat melalui jaringan intrakutan (ic)
Makalah pemberian obat melalui jaringan intrakutan (ic)Septian Muna Barakati
 
Asuhan Keperawatan Infeksi
Asuhan Keperawatan InfeksiAsuhan Keperawatan Infeksi
Asuhan Keperawatan InfeksiAmee Hidayat
 
Asuhan keperawatan pada gangguan sistem kardiovaskuler
Asuhan keperawatan pada gangguan sistem kardiovaskulerAsuhan keperawatan pada gangguan sistem kardiovaskuler
Asuhan keperawatan pada gangguan sistem kardiovaskulerKANDA IZUL
 
2. lp kebutuhan cairan dan elektrolit
2. lp kebutuhan cairan dan elektrolit2. lp kebutuhan cairan dan elektrolit
2. lp kebutuhan cairan dan elektrolitmasantian
 
asuhan keperawatan pada vertigo
asuhan keperawatan pada vertigoasuhan keperawatan pada vertigo
asuhan keperawatan pada vertigoTiyaPurnanita
 
Melepaskan Keteter
Melepaskan KeteterMelepaskan Keteter
Melepaskan Keteterpjj_kemenkes
 
Dokumentasi Keperawatan Berbasis Komputer.
Dokumentasi Keperawatan Berbasis Komputer.Dokumentasi Keperawatan Berbasis Komputer.
Dokumentasi Keperawatan Berbasis Komputer.pjj_kemenkes
 
Trend dan Issue dalam SIK (telenursing)
Trend dan Issue dalam SIK (telenursing)Trend dan Issue dalam SIK (telenursing)
Trend dan Issue dalam SIK (telenursing)Bella Citra H
 
Makalah patient safety
Makalah patient safetyMakalah patient safety
Makalah patient safetyVicky Thio
 
Tahapan komunikasi taraputik
Tahapan komunikasi taraputikTahapan komunikasi taraputik
Tahapan komunikasi taraputikwidya1972
 

What's hot (20)

pemberian-oksigen
pemberian-oksigenpemberian-oksigen
pemberian-oksigen
 
Makalah Konsep Dasar Oksigenasi Kebutuhan Dasar Manusia 1
Makalah Konsep Dasar Oksigenasi Kebutuhan Dasar Manusia 1Makalah Konsep Dasar Oksigenasi Kebutuhan Dasar Manusia 1
Makalah Konsep Dasar Oksigenasi Kebutuhan Dasar Manusia 1
 
Askep diare bu arma print lengkap
Askep diare bu arma print lengkapAskep diare bu arma print lengkap
Askep diare bu arma print lengkap
 
Model konsep-dan-teori-keperawatan
Model konsep-dan-teori-keperawatanModel konsep-dan-teori-keperawatan
Model konsep-dan-teori-keperawatan
 
Syok hipovolemik
Syok hipovolemikSyok hipovolemik
Syok hipovolemik
 
Skenario role play timbang terima
Skenario role play timbang terimaSkenario role play timbang terima
Skenario role play timbang terima
 
Lp tb paru
Lp tb paruLp tb paru
Lp tb paru
 
Makalah pemberian obat melalui jaringan intrakutan (ic)
Makalah pemberian obat melalui jaringan intrakutan (ic)Makalah pemberian obat melalui jaringan intrakutan (ic)
Makalah pemberian obat melalui jaringan intrakutan (ic)
 
Form askep JIWA
Form askep JIWAForm askep JIWA
Form askep JIWA
 
SOP Irigasi telinga dan mata
SOP Irigasi telinga dan mataSOP Irigasi telinga dan mata
SOP Irigasi telinga dan mata
 
Asuhan Keperawatan Infeksi
Asuhan Keperawatan InfeksiAsuhan Keperawatan Infeksi
Asuhan Keperawatan Infeksi
 
Asuhan keperawatan pada gangguan sistem kardiovaskuler
Asuhan keperawatan pada gangguan sistem kardiovaskulerAsuhan keperawatan pada gangguan sistem kardiovaskuler
Asuhan keperawatan pada gangguan sistem kardiovaskuler
 
2. lp kebutuhan cairan dan elektrolit
2. lp kebutuhan cairan dan elektrolit2. lp kebutuhan cairan dan elektrolit
2. lp kebutuhan cairan dan elektrolit
 
asuhan keperawatan pada vertigo
asuhan keperawatan pada vertigoasuhan keperawatan pada vertigo
asuhan keperawatan pada vertigo
 
Melepaskan Keteter
Melepaskan KeteterMelepaskan Keteter
Melepaskan Keteter
 
Dokumentasi Keperawatan Berbasis Komputer.
Dokumentasi Keperawatan Berbasis Komputer.Dokumentasi Keperawatan Berbasis Komputer.
Dokumentasi Keperawatan Berbasis Komputer.
 
Trend dan Issue dalam SIK (telenursing)
Trend dan Issue dalam SIK (telenursing)Trend dan Issue dalam SIK (telenursing)
Trend dan Issue dalam SIK (telenursing)
 
Makalah patient safety
Makalah patient safetyMakalah patient safety
Makalah patient safety
 
Tahapan komunikasi taraputik
Tahapan komunikasi taraputikTahapan komunikasi taraputik
Tahapan komunikasi taraputik
 
Askep polio mielitis
Askep polio mielitisAskep polio mielitis
Askep polio mielitis
 

Similar to TERAPIOKSIGEN

Pemenuhan Kebutuhan Oksigen
Pemenuhan Kebutuhan Oksigen Pemenuhan Kebutuhan Oksigen
Pemenuhan Kebutuhan Oksigen pjj_kemenkes
 
Intubasi endotrakeal memasukan pipa trakea ke dalam trakea melalui rima gloti...
Intubasi endotrakeal memasukan pipa trakea ke dalam trakea melalui rima gloti...Intubasi endotrakeal memasukan pipa trakea ke dalam trakea melalui rima gloti...
Intubasi endotrakeal memasukan pipa trakea ke dalam trakea melalui rima gloti...RTISanglah
 
Breathing Management Kegawatdaruratan.pptx
Breathing Management Kegawatdaruratan.pptxBreathing Management Kegawatdaruratan.pptx
Breathing Management Kegawatdaruratan.pptxNurulLaili35
 
Oksigenasi, nebu & fisioterafi dada
Oksigenasi, nebu & fisioterafi dadaOksigenasi, nebu & fisioterafi dada
Oksigenasi, nebu & fisioterafi dadaTina Novianty S
 
Terapi sistem pernafasan fix
Terapi sistem pernafasan fixTerapi sistem pernafasan fix
Terapi sistem pernafasan fixArmelia Putry
 
Pemenuhan kebutuhan dasar o2 tanpa video.pptm
Pemenuhan kebutuhan dasar o2   tanpa video.pptmPemenuhan kebutuhan dasar o2   tanpa video.pptm
Pemenuhan kebutuhan dasar o2 tanpa video.pptmIrene Rangin
 
TEKNOLOGI SISTEM PERNAPASAN (PPT XI MIPA 2).pptx
TEKNOLOGI SISTEM PERNAPASAN (PPT XI MIPA 2).pptxTEKNOLOGI SISTEM PERNAPASAN (PPT XI MIPA 2).pptx
TEKNOLOGI SISTEM PERNAPASAN (PPT XI MIPA 2).pptxMutia840738
 
Pemenuhan Kebutuhan Oksigen Uraian materi 1
Pemenuhan Kebutuhan Oksigen Uraian materi 1Pemenuhan Kebutuhan Oksigen Uraian materi 1
Pemenuhan Kebutuhan Oksigen Uraian materi 1pjj_kemenkes
 
KEGIATAN PEMBELAJARAN 3 KD 3.8.ppt
KEGIATAN PEMBELAJARAN 3 KD 3.8.pptKEGIATAN PEMBELAJARAN 3 KD 3.8.ppt
KEGIATAN PEMBELAJARAN 3 KD 3.8.pptnugrohowidiSasmito
 
Konsep Dasar Sistem Pernapasan
Konsep Dasar Sistem PernapasanKonsep Dasar Sistem Pernapasan
Konsep Dasar Sistem Pernapasanpjj_kemenkes
 

Similar to TERAPIOKSIGEN (20)

Definisi nasal kanul
Definisi nasal kanulDefinisi nasal kanul
Definisi nasal kanul
 
Pemenuhan Kebutuhan Oksigen
Pemenuhan Kebutuhan Oksigen Pemenuhan Kebutuhan Oksigen
Pemenuhan Kebutuhan Oksigen
 
Intubasi endotrakeal memasukan pipa trakea ke dalam trakea melalui rima gloti...
Intubasi endotrakeal memasukan pipa trakea ke dalam trakea melalui rima gloti...Intubasi endotrakeal memasukan pipa trakea ke dalam trakea melalui rima gloti...
Intubasi endotrakeal memasukan pipa trakea ke dalam trakea melalui rima gloti...
 
DRK KAK NIAA (1).pptx
DRK KAK NIAA (1).pptxDRK KAK NIAA (1).pptx
DRK KAK NIAA (1).pptx
 
Breathing Management Kegawatdaruratan.pptx
Breathing Management Kegawatdaruratan.pptxBreathing Management Kegawatdaruratan.pptx
Breathing Management Kegawatdaruratan.pptx
 
178664185 intubasi-pdf
178664185 intubasi-pdf178664185 intubasi-pdf
178664185 intubasi-pdf
 
Terapi Oksigenasi
Terapi OksigenasiTerapi Oksigenasi
Terapi Oksigenasi
 
Anastesiologi pdf
Anastesiologi pdfAnastesiologi pdf
Anastesiologi pdf
 
Kb2
Kb2Kb2
Kb2
 
Oksigenasi, nebu & fisioterafi dada
Oksigenasi, nebu & fisioterafi dadaOksigenasi, nebu & fisioterafi dada
Oksigenasi, nebu & fisioterafi dada
 
Kb2
Kb2Kb2
Kb2
 
penggunaan teraphy oksigen
penggunaan teraphy oksigenpenggunaan teraphy oksigen
penggunaan teraphy oksigen
 
Terapi sistem pernafasan fix
Terapi sistem pernafasan fixTerapi sistem pernafasan fix
Terapi sistem pernafasan fix
 
Pemenuhan kebutuhan dasar o2 tanpa video.pptm
Pemenuhan kebutuhan dasar o2   tanpa video.pptmPemenuhan kebutuhan dasar o2   tanpa video.pptm
Pemenuhan kebutuhan dasar o2 tanpa video.pptm
 
Airway Management
Airway ManagementAirway Management
Airway Management
 
Bab ii bamss
Bab ii bamssBab ii bamss
Bab ii bamss
 
TEKNOLOGI SISTEM PERNAPASAN (PPT XI MIPA 2).pptx
TEKNOLOGI SISTEM PERNAPASAN (PPT XI MIPA 2).pptxTEKNOLOGI SISTEM PERNAPASAN (PPT XI MIPA 2).pptx
TEKNOLOGI SISTEM PERNAPASAN (PPT XI MIPA 2).pptx
 
Pemenuhan Kebutuhan Oksigen Uraian materi 1
Pemenuhan Kebutuhan Oksigen Uraian materi 1Pemenuhan Kebutuhan Oksigen Uraian materi 1
Pemenuhan Kebutuhan Oksigen Uraian materi 1
 
KEGIATAN PEMBELAJARAN 3 KD 3.8.ppt
KEGIATAN PEMBELAJARAN 3 KD 3.8.pptKEGIATAN PEMBELAJARAN 3 KD 3.8.ppt
KEGIATAN PEMBELAJARAN 3 KD 3.8.ppt
 
Konsep Dasar Sistem Pernapasan
Konsep Dasar Sistem PernapasanKonsep Dasar Sistem Pernapasan
Konsep Dasar Sistem Pernapasan
 

More from conesti08com

Pengenalan kamar bedah
Pengenalan kamar bedahPengenalan kamar bedah
Pengenalan kamar bedahconesti08com
 
Keperawatan perioperatif (2)
Keperawatan perioperatif (2)Keperawatan perioperatif (2)
Keperawatan perioperatif (2)conesti08com
 
Perumusan masalah dan tujuan penelitian
Perumusan masalah dan tujuan penelitianPerumusan masalah dan tujuan penelitian
Perumusan masalah dan tujuan penelitianconesti08com
 
Rancangan penelitian
Rancangan penelitianRancangan penelitian
Rancangan penelitianconesti08com
 
Sistematika langkah langkah
Sistematika langkah langkahSistematika langkah langkah
Sistematika langkah langkahconesti08com
 
Sejarah bahasa indonesia
Sejarah bahasa indonesiaSejarah bahasa indonesia
Sejarah bahasa indonesiaconesti08com
 
Makalah bahasa indonesia tentang ejaan
Makalah bahasa indonesia tentang ejaanMakalah bahasa indonesia tentang ejaan
Makalah bahasa indonesia tentang ejaanconesti08com
 
Makalah macam2 pemberian oksigen
Makalah macam2 pemberian oksigenMakalah macam2 pemberian oksigen
Makalah macam2 pemberian oksigenconesti08com
 
Lembar pendahuluan bls
Lembar pendahuluan blsLembar pendahuluan bls
Lembar pendahuluan blsconesti08com
 
Universal precaution
Universal precautionUniversal precaution
Universal precautionconesti08com
 

More from conesti08com (20)

Pengenalan kamar bedah
Pengenalan kamar bedahPengenalan kamar bedah
Pengenalan kamar bedah
 
Keperawatan perioperatif (2)
Keperawatan perioperatif (2)Keperawatan perioperatif (2)
Keperawatan perioperatif (2)
 
Perumusan masalah dan tujuan penelitian
Perumusan masalah dan tujuan penelitianPerumusan masalah dan tujuan penelitian
Perumusan masalah dan tujuan penelitian
 
Rancangan penelitian
Rancangan penelitianRancangan penelitian
Rancangan penelitian
 
Riset keperawatan
Riset keperawatanRiset keperawatan
Riset keperawatan
 
Sistematika langkah langkah
Sistematika langkah langkahSistematika langkah langkah
Sistematika langkah langkah
 
Penyajian data
Penyajian dataPenyajian data
Penyajian data
 
Penyajian data
Penyajian dataPenyajian data
Penyajian data
 
Sejarah bahasa indonesia
Sejarah bahasa indonesiaSejarah bahasa indonesia
Sejarah bahasa indonesia
 
Makalah bahasa indonesia tentang ejaan
Makalah bahasa indonesia tentang ejaanMakalah bahasa indonesia tentang ejaan
Makalah bahasa indonesia tentang ejaan
 
Makalah macam2 pemberian oksigen
Makalah macam2 pemberian oksigenMakalah macam2 pemberian oksigen
Makalah macam2 pemberian oksigen
 
Lembar pendahuluan bls
Lembar pendahuluan blsLembar pendahuluan bls
Lembar pendahuluan bls
 
Tugas pkp
Tugas pkpTugas pkp
Tugas pkp
 
Makalah majas
Makalah majasMakalah majas
Makalah majas
 
Tatalaksana sle
Tatalaksana sleTatalaksana sle
Tatalaksana sle
 
Universal precaution
Universal precautionUniversal precaution
Universal precaution
 
Triage g
Triage gTriage g
Triage g
 
Onkogenesis
OnkogenesisOnkogenesis
Onkogenesis
 
Onkogenesis
Onkogenesis Onkogenesis
Onkogenesis
 
Obat emergency
Obat emergencyObat emergency
Obat emergency
 

TERAPIOKSIGEN

  • 1. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kita menganggap bahwa pernapasan yang baik sebagai sesuatu yang wajar sehingga kita menyadari kita secara tarus menerus bernapas. Jika ada gangguan dalam pernapasan baru kita mengingat bahwa oksigen sangatlah penting. Kekurangan oksigen dalam beberapa menit saja dapat berakibat fatal bagi organ-organ pernapasan didalam tubuh kita, bahkan bisa mengakibatkan kematian. Oksigen (O2) merupakan komponen gas yang sangat berperan dalam proses metabolisme tubuh untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel tubuh secara normal. Oksigen diperoleh dengan cara menghirup udara bebas dalam setiap kali bernafas. Dengan bernafas setiap sel tubuh menerima oksigen, dan pada saat yang sama melepaskan produk oksidasinya. Oksigen yang bersenyawa dengan karbon dan hidrogen dari jaringan memungkinkan setiap sel melangsungkan proses metabolismenya, oksigen hasil buangannya dalam bentuk karbondioksida (CO2) dan air (H2O). Terapi oksigen adalah memasukkan oksigen tambahan dari luar ke paru melalui saluran pernafasan dengan menggunakan alat sesuai kebutuhan. ( Standar Pelayanan Keperawatan di ICU, Dep.Kes. RI, 2005 ) . Terapi oksigen adalah memberikan aliran gas lebih dari 20 % pada tekanan 1 atmosphir sehingga konsentrasi oksigen meningkat dalam darah Terapi oksigen adalah pemberian oksigen dengan konsentrasi yang lebih tinggi dari yang ditemukan dalam atmosfir lingkungan. Pada ketinggian air laut konsentrasi oksigen dalam ruangan adalah 21 %, ( Brunner & Suddarth,2001 ). Sejalan dengan hal tersebut diatas menurut Titin, 2007, Terapi oksigen adalah suatu tindakan untuk meningkatkan tekanan parsial oksigen pada inspirasi, yang dapat dilakukan dengan cara : 1. Meningkatkan kadar oksigen inspirasi / FiO2 ( Orthobarik ) 2. Meningkatkan tekanan oksigen ( Hiperbarik Dalam makalah ini akan dibahas tentang penanganan pada gangguan pernapasan dengan macam – macam pemberian oksigen.
  • 2. B. Rumusan Masalah a) Apakah pengertian Ventury Mask ? b) Apakah pengertian Bag. Valve and mask ? c) Apakah pengertian Pipa oropharing dan nasopharing ? d) Apakah pengertian Intubasi endrotrakheal ? C. Tujuan Masalah a) Tujuan Umum Untuk Menambah wawasan dan pengetahuan tentang macam – macam pemberian oksigen khususnya pada mahasiswa/i calon petugas medis agar supaya bisa mempersiapkan sedini mungkin untuk penanganan kasus tersebut. b) Tujuan Khusus  Mengenal dan memahami tentang pengertian macam – macam pemberian oksigen  Mengerti tentang Ventury Mask  Untuk memahami Bag. Valve and mask  Untuk memahami Pipa oropharing dan nasopharing  Untuk Memahami Intubasi endrotrakheal
  • 3. BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Ventury Mask Adalah metode pemberian yang paling akurat dan dapat diandalkan untuk konsentrasi oksigen yang tepat melalui cara non – infasif. Masker dibuat sedemikian rupa sehingga memungkinkan udara ruangan bercampur dengan aliran oksigen yang telah ditetapkan. Masker ini digunakan terutama bagi pasien PPOM karena memberikan suplemen oksigen tingkat rendah, sehingga menghindari resiko dorongan hipoksik. (Brenda, Suzanne, 2001) Masker venturi menerapkan prinsip Entrainmen udara (menjebak udara seperti vakum), yang memberikan aliran udara yang tinggi dengan pengayaan oksigen terkontrol. Kelebihan gas keluar masker melalui cuff perforasi, membawa gas tersebut bersama karbondioksida yang dihembuskan. Mtode ini memungkinkan konsentrasi oksigen yang konstan untuk dihirup yang tidak tergantung pada kedalaman dan kecepatan perafasan. Masker harus terpasang dengan pas, untuk mencegah oksigen mengalir ke dalam mata, dan kulit pasien diperiksa terhadap iritasi. Prinsip pemberian oksigen dgn alat ini yaitu gas yg dialirkan dari tabung akan menuju ke masker yg kemudian akan dihimpit utk mengatur suplai oksigen shg tercipta tekanan negative, akibatnya udara luar dapat dihisap dan aliran udara yg dihasilkan lebih banyak. Masker venturi dpt memberikan aliran yg bervariasi : 4 – 14 liter/menit dgn konsentrasi 24– 50%. Dipakai pd pasien dg tipe ventilasi tidak teratur. (FIO2 24%– 28%) Keuntungan venturi mask :
  • 4.  Konsentrasi oksigen yg diberikan konstan sesuai dgn petunjuk pd alat dan tidak dipengaruhi perubahan pola napas terhadap FiO2.  Suhu dan kelembaban gas dapat dikontrol.  Tidak terjadi penumpukan C O2. Kerugian venturi mask :  Masker harus dilepaskan sehingga pasien tidak dapat makan, minum, dan minum obat.  Konsentrasi oksigen : 24 – 50 %  Aliran oksigen : 4 – 10 LPM B. Pengertian Bag. Valve and Mask Bag Valve Mask yang juga dikenal BVM atau Ambubag adalah alat yang digunakan untuk memberikan tekanan pada sistem pernafasan pasien yang henti nafas atau yang nafasnya tidak adekuat. Alat ini umumnya merupakan bagian dari peralatan resusitasi untuk tenaga ahli, seperti pekerja Ambulans. Alat ini digunakan secara ekstensif di ruang operasi untuk bantuan pernafasan pasien yang tidak sadar pada saat sebelum diberikan bantuan pernafasan mekanik. (Brenda, Suzanne, 2001). Bag Valve Mask digunakan pada pasien :  Cardiac arrest .  Respiratory failure  Sebelum, selama dan sesudah suction Gas flows 12 – 15 liter, selama resusitasi buatan, hiperinflasi / bagging, kantong resusitasi dengan reservoir harus digunakan untuk memberikan konsentrasi oksigen 74 % - 100 %. Dianjurkan selang yang bengkok tidak digunakan sebagai reservoir untuk kantong ventilasi. Kantong 2.5 liter dengan kecepatan 15 liter/menit telah ditunjukkan untuk pemberian oksigen yang konsisten dengan konsentrasi 95 % - 100 %. Penggunaan kantong reservoar 2.5 liter juga memberikan jaminan visual bahwa aliran oksigen utuh dan kantong menerima oksigen tambahan. Pengetahuan tentang kantong dan keterampilan penggunaan adalah vital :  Kekuatan pemijatan menentukan volume tidal ( VT )  Jumlah pijatan permenit menentukan frekuensi  Kekuatan dan frekuensi menentukan aliran puncak
  • 5. Hal – hal yang harus diperhatikan dalam pemberian Bag Valve Mask :  Observasi dada pasien untuk menentukan kantong bekerja dengan baik dan apakah terjadi distensi abdomen  Kemudahan / tahanan saat pemompaan mengindikasikan komplain paru  Risiko terjadinya peningkatan sekresi, pneumothorak, hemothorak, atau spasme bronkus yang memburuk. Syarat – syarat Resusitator manual :  Kemampuan kantong untuk memberikan oksigen 100 % pada kondisi akut  Masker bila dibutuhkan harus transparan untuk memudahkan observasi terhadap muntah / darah yang dapat mengakibatkan aspirasi  Sistem katup yang berfungsi tanpa gangguan pada kondisi akut  Pembersihan dan pendauran ketahanan kantong. Ambu bag terdiri dari bag yang berfungsi untuk memompa oksigen udara bebas, valve/pipa berkatup dan masker yang menutupi mulut dan hidung penderita. Penggunaan ambu bag atau bagging sungkup memerlukan keterampilan tersendiri dalam hal memberikan bantuan nafas. Penolong seorang diri dalam menggunakan ambubag harus dapat mempertahankan terbukanya jalan nafas dengan mengangkat rahang bawah, menekan sungkup ke muka korban dengan kuat dan memompa udara dengan memeras bagging. Penolong harus dapat melihat dengan jelas pergerakan dada korban pada setiap pernafasan. Ambubag sangat efektif bila dilakukan oleh dua orang penolong yang berpengalaman. Salah seorang penolong membuka jalan nafas dan menempelkan sungkup wajah korban dan penolong lain memeras bagging. Kedua penolong harus memperhatikan pengembangan dada korban Ambu bag digunakan dengan satu tangan penolong memegang bag sambil memompa udara sedangkan tangan lainnya memegang dan memfiksasi masker. Pada Tangan yang memegang masker, ibu jari dan jari telunjuk memegang masker membentuk huruf C sedangkan jari-jari lainnya memegang rahang bawah penderita sekaligus membuka jalan nafas penderita dengan membentuk huruf E. Konsentrasi oksigen yang dihasilkan dari ambu bag sekitar 20 %. Dapat ditingkatkan menjadi 100% dengan tambahan oksigen. Untuk kondisi yang mana penderita mengalami henti nafas dan henti jantung, dilakukan resusitasi jantung-paru-otak.
  • 6. C. Pengertian Pipa Oropharing dan Nasopharing Oropharyngeal tube adalah sebuah tabung / pipa yang dipasang antara mulut dan pharynx pada orang yang tidak sadar yang berfungsi untuk membebaskan jalan nafas. (Medical Dictionary) Pembebasan jalan nafas dengan oropharyngeal tube adalah cara yang ideal untuk mengembalikan sebuah kepatenan jalan nafas yang menjadi terhambat oleh lidah pasien yang tidak sadar atau untuk membantu ventilasi (Sally Betty,2005) Oropharyngeal tube adalah alat yang terbuat dari karet bengkok atau plastik yang dimasukkan pada mulut ke pharynx posterior untuk menetapkan atau memelihara kepatenan jalan nafas. (William dan Wilkins). Pada pasien tidak sadar, lidah biasanya jatuh ke bagian pharynx posterior sehingga menghalangi jalan nafas, sehingga pemasangan oropharyngeal tube yang bentuknya telah disesuaikan dengan palatum / langit-langit mulut mampu membebaskan dan mengedarkan jalan nafas melalui tabung / lubang pipa. Dapat juga berfungsi untuk memfasilitasi pelaksanaan suction. Pembebasan jalan nafas dengan oropharingeal tube digunakan dalam jangka waktu pendek pada post anastesi atau langkah postictal. Penggunaan jangka panjang dimungkinkan pada pasien yang terpasang endotracheal tube untuk menghindari gigitan pada selang endotraceal. Organ-organ yang terlibat dalam oropharyngeal airway : a. Nasofaring (terdapat pharyngeal tonsil dan Tuba Eustachius) b. Orofaring (merupakan pertemuan rongga mulut dengan faring,terdapat pangkal lidah c. Laringofaring(terjadi persilangan antara aliran udara dan aliran makanan) Indikasi dan Kontra Indikasi : a. Indikasi Adapun indikasi pemasangan oropharyngeal tube adalah sebagai berikut :  Pemeliharaan jalan nafas pasien dalam ketidaksadaran,  Melindungi endotracheal tube dari gigitan,  Memfasilitasi suction pada jalan nafas b. Kontra indikasi Tidak boleh diberikan pada pasien dengan keadaan sadar ataupun semi sadar karena dapat merangsang muntah, spasme laring. Harus berhati-hati bila terdapat trauma oral.
  • 7. Pemasangan Pipa (Tube) Dipasang jalan napas buatan (pipa orofaring, pipa nasofaring). Pipa orofaring digunakan untuk mempertahankan jalan nafas dan menahan pangkal lidah agar tidak jatuh ke belakang yang dapat menutup jalan napas terutama pada pasien-pasien tidak sadar. Bila dengan pemasangan jalan napas tersebut pernapasan belum juga baik, dilakukan pemasangan pipa endotrakhea (ETT/endotracheal tube). Pemasangan pipa endotrakhea akan menjamin jalan napas tetap terbuka, menghindari aspirasi dan memudahkan tindakan bantuan pernapasan. 1. Pipa Oropharing Sebuah jalan napas orofaringeal (juga dikenal sebagai saluran udara lisan, OPA atau saluran napas Guedel pola) adalah perangkat medis yang disebut tambahan digunakan untuk menjaga jalan nafas paten (terbuka) . Hal ini dilakukan dengan mencegah lidah dari meliputi epiglotis , yang bisa mencegah orang dari pernapasan. Ketika seseorang
  • 8. menjadi sadar, otot-otot di rahang mereka rileks dan memungkinkan lidah untuk menghalangi jalan napas.( Ed Dickinson; Dan Limmer 2008) Jalan napas orofaringeal dirancang oleh Arthur Guedel 1862 . Saluran udara orofaringeal datang dalam berbagai ukuran, dari bayi ke dewasa, dan biasa digunakan dalam perawatan pra-rumah sakit darurat dan untuk jangka pendek manajemen jalan nafas pasca anestesi atau ketika metode manual tidak memadai untuk menjaga jalan napas terbuka. Ini bagian dari peralatan yang digunakan oleh responden bersertifikat pertama , teknisi medis darurat , dan paramedis - ditambah profesional kesehatan lain saat intubasi trakea yang baik tidak tersedia, tidak dianjurkan atau masalah adalah durasi jangka pendek. Saluran udara orofaringeal ditunjukkan hanya dalam bawah sadar orang, karena kemungkinan bahwa perangkat akan merangsang refleks muntah pada orang yang sadar atau setengah sadar. Hal ini dapat mengakibatkan muntah dan berpotensi mengarah pada jalan napas tersumbat. saluran udara Nasofaring sebagian besar digunakan sebagai pengganti karena mereka tidak merangsang refleks muntah. Secara umum saluran udara orofaringeal harus berukuran dan dimasukkan dengan benar untuk memaksimalkan efektivitas dan meminimalkan kemungkinan komplikasi - seperti trauma oral. (Ed Dickinson; Dan Limmer 2008). OPA ukuran yang benar dipilih dengan mengukur dari tengah mulut orang untuk sudut rahang. Jalan napas tersebut kemudian dimasukkan ke dalam mulut orang terbalik. Setelah kontak dibuat dengan bagian belakang tenggorokan, saluran udara diputar 180 derajat, memungkinkan untuk penyisipan mudah, dan meyakinkan bahwa lidah dijamin. Sebuah metode alternatif untuk penyisipan, metode yang direkomendasikan untuk digunakan OPA pada anak dan bayi, melibatkan memegang lidah maju dengan penekan lidah dan memasukkan sisi kanan jalan napas atas. Penggunaan OPA tidak menghapus kebutuhan untuk posisi pemulihan dan penilaian jalan napas berkelanjutan dan tidak mencegah obstruksi oleh cairan (darah, air liur, makanan, cairan cerebrospinal) atau penutupan celah suara . Tapi bisa memfasilitasi ventilasi selama CPR ( cardiopulmonary resuscitation ) dan untuk orang dengan lidah yang besar Resiko utama penggunaannya adalah :
  • 9. jika seseorang memiliki refleks muntah-muntah mereka mungkin ketika terlalu besar, dapat menutup glotis dan demikian dekat jalan napas ukuran yang tidak benar dapat menyebabkan perdarahan pada saluran udara 2. Pipa Nasopharing Dalam kedokteran , suatu saluran napas nasofaring, juga dikenal sebagai NPA atau terompet hidung karena akhir berkobar, sebuah jenis saluran napas tambahan, adalah sebuah tabung yang dirancang untuk dimasukkan ke dalam lorong hidung untuk mengamankan terbuka jalan napas . Ketika seorang pasien menjadi tidak sadar, otot-otot di rahang umumnya santai dan dapat memungkinkan lidah untuk meluncur kembali dan menyumbat jalan napas. Tujuan akhir menyala adalah untuk mencegah perangkat dari menjadi hilang di dalam kepala pasien. (Daniel dan Michael F. Limmer O'Keefe. 2005) Indikasi dan kontraindikasi Nasofaring saluran udara kadang-kadang digunakan oleh orang yang memiliki sleep apnea . Alat ini juga digunakan oleh para profesional perawatan darurat seperti EMT dan paramedis dalam situasi di mana bentuk pemeliharaan jalan napas buatan diperlukan tetapi tidak mungkin atau disarankan untuk menggunakan jalan napas orofaringeal , jenis yang disukai saluran napas tambahan, atau intubasi , dianggap paling cara tertentu untuk mengamankan jalan napas paten, tetapi juga yang paling invasif medis. Dalam pasien tak sadarkan diri, hisap dari saluran napas atas juga dapat diterapkan melalui NPA. Penyisipan dari NPA merupakan kontraindikasi pada pasien dengan cedera kepala berat atau wajah, atau memiliki bukti patah tulang tengkorak basilar ( tanda Battle , mata rakun, cairan serebrospinal / darah dari telinga, dll) karena kemungkinan penyusupan langsung pada jaringan otak . Sebuah jalan napas orofaringeal dapat digunakan sebagai pengganti, tetapi perangkat ini sering memicu pasien refleks muntah , sementara saluran udara nasofaring biasanya tidak. Jalan napas ukuran yang benar dipilih dengan mengukur perangkat pada pasien:. Perangkat harus mencapai dari lubang hidung pasien ke daun telinga atau sudut rahang. Bagian luar tabung dilumasi dengan pelumas berbasis air sehingga memasuki hidung lebih mudah. Perangkat dimasukkan sampai akhir berkobar menyentuh lubang hidung. (Daniel dan Michael F. Limmer O'Keefe. 2005)
  • 10. D. Pengertian Intubasi Endrotrakheal Intubasi adalah memasukkan suatu lubang atau pipa melalui mulut atau melalui hidung, dengan sasaran jalan nafas bagian atas atau trakhea. Pada intinya, Intubasi Endotrakhea adalah tindakan memasukkan pipa endotrakha ke dalam trakhea sehingga jalan nafas bebas hambatan dan nafas mudah dibantu dan dikendalikan (Hendrickson ,2002), Tujuan Intubasi Endotrakhea. Tujuan dilakukannya tindakan intubasi endotrakhea adalah untuk membersihkan saluran trakheobronchial, mempertahankan jalan nafas agar tetap paten, mencegah aspirasi, serta mempermudah pemberian ventilasi dan oksigenasi bagi pasien operasi. Pada dasarnya, tujuan intubasi endotrakheal (Anonim, 1986) : a. Mempermudah pemberian anestesia. b. Mempertahankan jalan nafas agar tetap bebas serta mempertahankan kelancaran pernafasan. c. Mencegah kemungkinan terjadinya aspirasi isi lambung (pada keadaan tidak sadar, lambung penuh dan tidak ada refleks batuk). d. Mempermudah pengisapan sekret trakheobronchial. e. Pemakaian ventilasi mekanis yang lama. f. Mengatasi obstruksi laring akut. Indikasi dan Kontraindikasi. Indikasi bagi pelaksanaan intubasi endotrakheal menurut Gisele tahun 2002 antara lain :
  • 11. 1. Keadaan oksigenasi yang tidak adekuat (karena menurunnya tekanan oksigen arteri dan lain-lain) yang tidak dapat dikoreksi dengan pemberian suplai oksigen melalui masker nasal. 2. Keadaan ventilasi yang tidak adekuat karena meningkatnya tekanan karbondioksida di arteri. 3. Kebutuhan untuk mengontrol dan mengeluarkan sekret pulmonal atau sebagai bronchial toilet. 4. Menyelenggarakan proteksi terhadap pasien dengan keadaan yang gawat atau pasien dengan refleks akibat sumbatan yang terjadi. Dalam sumber lain (Anonim, 1986) disebutkan indikasi intubasi endotrakheal antara lain: a. Menjaga jalan nafas yang bebas dalam keadaan-keadaan yang sulit. b. Operasi-operasi di daerah kepala, leher, mulut, hidung dan tenggorokan, karena pada kasus-kasus demikian sangatlah sukar untuk menggunakan face mask tanpa mengganggu pekerjaan ahli bedah. c. Pada banyak operasi abdominal, untuk menjamin pernafasan yang tenang dan tidak ada ketegangan. d. Operasi intra torachal, agar jalan nafas selalu paten, suction dilakukan dengan mudah, memudahkan respiration control dan mempermudah pengontrolan tekanan intra pulmonal. e. Untuk mencegah kontaminasi trachea, misalnya pada obstruksi intestinal. f. Pada pasien yang mudah timbul laringospasme. g. Tracheostomni. h. Pada pasien dengan fiksasi vocal chords. Menurut Gisele, 2002 ada beberapa kontra indikasi bagi dilakukannya intubasi endotrakheal antara lain : a. Beberapa keadaan trauma jalan nafas atau obstruksi yang tidak memungkinkan untuk dilakukannya intubasi. Tindakan yang harus dilakukan adalah cricothyrotomy pada beberapa kasus. b. Trauma servikal yang memerlukan keadaan imobilisasi tulang vertebra servical, sehingga sangat sulit untuk dilakukan intubasi. Obat-Obatan yang Dipakai. Berikut ini adalah obat-obat yang biasa dipakai dalam tindakan intubasi endotrakheal (Anonim, 1986), antara lain :
  • 12. 1. Suxamethonim (Succinil Choline), short acting muscle relaxant merupakan obat yang paling populer untuk intubasi yang cepat, mudah dan otomatis bila dikombinasikan dengan barbiturat I.V. dengan dosis 20 –100 mg, diberikan setelah pasien dianestesi, bekerja kurang dari 1 menit dan efek berlangsung dalam beberapa menit. Barbiturat Suxamethonium baik juga untuk blind nasal intubation, Suxamethonium bisa diberikan I.M. bila I.V. sukar misalnya pada bayi. 2. Thiophentone non depolarizing relaxant : metode yang bagus untuk direct vision intubation. Setelah pemberian nondepolarizing / thiophentone, kemudian pemberian O2 dengan tekanan positif (2-3 menit) setelah ini laringoskopi dapat dilakukan. Metode ini tidak cocok bagi mereka yang belajar intubasi, dimana mungkin dihadapkan dengan pasien yang apneu dengan vocal cord yang tidak tampak. 3. Cyclopropane : mendepresi pernafasan dan membuat blind vision intubation sukar. 4. I.V. Barbiturat sebaiknya jangan dipakai thiopentone sendirian dalam intubasi. Iritabilitas laringeal meninggi, sedang relaksasi otot-otot tidak ada dan dalam dosis besar dapat mendepresi pernafasan. 5. N2O/O2, tidak bisa dipakai untuk intubasi bila dipakai tanpa tambahan zat-zat lain. penambahan triklor etilen mempermudah blind intubation, tetapi tidak memberikan relaksasi yang diperlukan untuk laringoskopi. 6. Halotan (Fluothane), agent ini secara cepat melemaskan otot-otot faring dan laring dan dapat dipakai tanpa relaksan untuk intubasi. 7. Analgesi lokal dapat dipakai cara-cara sebagai berikut :  Menghisap lozenges anagesik .  Spray mulut, faring, cord.  Blokade bilateral syaraf-syaraf laringeal superior.  Suntikan trans tracheal. Cara-cara tersebut dapat dikombinasikan dengan valium I.V. supaya pasien dapat lebih tenang. Dengan sendirinya pada keadaan-keadaan emergensi. Intubasi dapat dilakukan tanpa anestesi. Juga pada necnatus dapat diintubai tanpa anestesi. Komplikasi Intubasi Endotrakheal. a) Komplikasi tindakan laringoskop dan intubasi (Anonim, 1989)
  • 13. a. Malposisi berupa intubasi esofagus, intubasi endobronkial serta malposisi laringeal cuff. b. Trauma jalan nafas berupa kerusakan gigi, laserasi bibir, lidah atau mukosa mulut, cedera tenggorok, dislokasi mandibula dan diseksi retrofaringeal. c. Gangguan refleks berupa hipertensi, takikardi, tekanan intracranial meningkat, tekanan intraocular meningkat dan spasme laring. d. Malfungsi tuba berupa perforasi cuff. b) Komplikasi pemasukan pipa endotracheal a. Malposisi berupa ekstubasi yang terjadi sendiri, intubasi ke endobronkial dan malposisi laringeal cuff. b. Trauma jalan nafas berupa inflamasi dan ulserasi mukosa, serta ekskoriasi kulit hidung. c. Malfungsi tuba berupa obstruksi. c) Komplikasi setelah ekstubasi a. Trauma jalan nafas berupa edema dan stenosis (glotis, subglotis atau trachea), suara sesak atau parau (granuloma atau paralisis pita suara), malfungsi dan aspirasi laring. b. Gangguan refleks berupa spasme laring.
  • 14. BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN Oksigen (O2) merupakan komponen gas yang sangat berperan dalam proses metabolisme tubuh untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel tubuh secara normal. Oksigen diperoleh dengan cara menghirup udara bebas dalam setiap kali bernafas. Dengan bernafas setiap sel tubuh menerima oksigen, dan pada saat yang sama melepaskan produk oksidasinya. Oksigen yang bersenyawa dengan karbon dan hidrogen dari jaringan memungkinkan setiap sel melangsungkan proses metabolismenya, oksigen hasil buangannya dalam bentuk karbondioksida (CO2) dan air (H2O). Terapi oksigen adalah memasukkan oksigen tambahan dari luar ke paru melalui saluran pernafasan dengan menggunakan alat sesuai kebutuhan. ( Standar Pelayanan Keperawatan di ICU, Dep.Kes. RI, 2005 ) . Terapi oksigen adalah memberikan aliran gas lebih dari 20 % pada tekanan 1 atmosphir sehingga konsentrasi oksigen meningkat dalam darah. Terapi oksigen adalah pemberian oksigen dengan konsentrasi yang lebih tinggi dari yang ditemukan dalam atmosfir lingkungan. B. SARAN Berdasarkan kesimpulan diatas saran yang dapat kami buat yaitu untuk lebih memperdalam lagi tentang macam – macam pemberian oksigen karena dalam makalah kami tentunya masih banyak kekuranagannya.
  • 15. DAFTAR PUSTAKA Anonim, (2002), Endotracheal Intubation, http://www.medicinet.com/script/main/art.asp?li=mni&articlekey=7035 Gail Hendrickson, RN, BS., (2002), Intubation, http://www.health.discovery.com/diseasesandcond/encyclopedia/1219.html Gisele de Azevedo Prazeres, MD., (2002), Orotracheal Intubation, http://www.medstudents.com/orotrachealintubation/medicalprocedures.html Mansjoer Arif, Suprohaita, Wardhani W.I., Setiowulan W., (ed)., (2002), Kapita Selekta Kedokteran, edisi III, Jilid 2, Media Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta. Suanne C. Smeltzer. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. EGC. Jakarta Potter & Perry. 2000. Fundamental Keperawatan Edisi IV Vol. 1. EGC. Jakarta