SlideShare a Scribd company logo
1 of 37
Download to read offline
BIOFARMASI SEDIAAN YANG
DIBERIKAN MELALUI PARU :
AEROSOL
Surya Amal
PROGRAM STUDI FARMASI FIK UNIVERSITAS DARUSSALAM GONTOR
AEROSOL (AEROSOLUM)
☻ “aerosol” (aer = udara dan sol = larutan, jadi aerosol
merupakan larutan dalam udara)
»» Istilah aerosol kini dikenal dengan pengertian kabut
yang dibentuk oleh partikel-partikel padat atau
cairan yang terdispersi dalam udara atau dalam gas,
dan partikel tersebut cukup halus hingga tetap
tersuspensi dalam waktu singkat.
☻ Aerosol Farmasetik adalah sediaan yang dikemas di
bawah tekanan, mengandung zat aktif terapetik yang
dilepas pada saat sistem katup yang sesuai ditekan.
»» Istilah ‘aerosol’ digunakan untuk sediaan semprotan
kabut tipis dari suatu sistem bertekanan tinggi.
AEROSOL (AEROSOLUM)
☻ Aerosol digunakan untuk memasukkan obat ke
dalam alveolus pulmonari melalui saluran napas
atas tanpa disertai hambatan yang berarti saat
melewati saluran napas.
☻ Dalam hal Aerosol Inhalasi, ukuran partikel obat
harus dikontrol dan ukuran rata-rata partikel
harus lebih kecil dari 10 μm. Sediaan ini juga
dikenal sebagai inhaler dosis terukur. (FI Ed. IV)
KOMPONEN-KOMPONEN DASAR
SISTEM AEROSOL
1. WADAH
2. PROPELAN »» gas yang dicairkan atau gas dimampatkan,
umumya mempunyai tekanan uap lebih besar dari
tekanan atmosfer. Contoh hidrokarbon.
3. KONSENTRAT mengandung zat aktif
4. KATUP »» mengatur aliran zat terapetik dan propelan dari
wadah. Sediaan farmasi untuk inhalasi oral atau inhalasi
nasal sering menggunakan katup dosis terukur yang
harus memberikan jumlah semprotan seragam jika katup
ditekan
5. PENYEMPROT (aktuator)
JENIS AEROSOL
A. Sistem Dua Fase (gas dan cair)
☻ Larutan zat aktif dalam propelan cair dan propelan
bentuk uap.
☻ Pelarut yang digunakan »» propelan atau campuran
propelan dan kosolven seperti etanol, propilen glikol,
dan polietilen glikol yang digunakan untuk menam-
bah kelarutan zat aktif.
B. Sistem Tiga Fase (gas, cair, dan padat atau cair)
Terdiri dari suspensi atau emulsi zat aktif dan propelan
bentuk uap. Suspensi terdiri dari zat aktif yang dapat di-
dispersikan oleh sistem propelan dengan zat tambahan
yang sesuai seperti zat pembasah dan atau bahan pem-
bawa padat seperti talk atau silika koloidal
ANATOMI DAN FISIOLOGI SALURAN NAPAS
DAERAH KONDUKSI
Daerah konduksi pada saluran napas merupakan
seluruh saluran udara dari trakea sampai
bronchiolus terminalis, yang berperan pada transfer
gas ke daerah pertukaran.
» Hidung
» Mulut
» Trakea
» Bronkus » Silia » Getah bronkus
ANATOMI DAN FISIOLOGI SALURAN NAPAS
DAERAH PERTUKARAN
Daerah pertukaran secara anatomis berhubungan
dengan struktur acinus pulmonalis yang sebagian
atau seluruh strukturnya beralveoli. Daerah pertu-
karan tersebut berupa kanal-kanal (bronchiolus
respiratorius tingkat 1,2 dan 3, dan kantong alveolar
SA). Sesuai dengan namanya, struktur tersebut
bertugas melaksanakan pertukaran udara antara
alveolus dan pembuluh darah.
PERJALANAN AEROSOL DI DALAM TUBUH
☻ TRANSIT ATAU PENGHIRUPAN
☻ PENANGKAPAN ATAU DEPO
☻ PENAHANAN DAN PEMBERSIHAN
☻ PENYERAPAN
PENGHIRUPAN DAN PERPINDAHAN
☻ Aerosol memulai pejalanan dari alat generator sampai
titik fiksasinya di epitel pernapasan.
☻ Tetesan aerosol mula-mula mencapai cavum bucallis,
kemudian menuju trakea, bronkus, bronkiolus, kanal
alveoli dan akhirnya ke alveoli paru.
☻ Faktor-faktor yang mempengaruhi perpindahan partikel :
Ukuran partikel, pernapasan dan laju pengaliran udara, jenis
aliran, kelembaban, suhu dan tekanan.
Diameter
Partikel
Aerosol
Permukaan
Penetrasi
Maksimum
< 30 μm
Lubang Hidung
Pharynx
Larynx
20 – 30 μm Trakea
10 – 20 μm
Bronkus dan
Bronchiolus
3 – 5 μm Bronchiolus
terminalis
< 3 μm
Canal alveoli,
Lalu ke
Alveoli paru
Skema :
Jalur
penembusan
partikel pada
berbagai tahap
yang berbeda di
percabangan
saluran napas
berdasarkan
ukuran partikel
PENAHANAN ATAU DEPO
☻ Pada tahap kedua dimana terjadi penahanan
atau depo, partikel aerosol ditahan oleh epitel
oleh broncho-alveoli. Hanya sebagian partikel
yang diteruskan sedang bagian lainnya ditolak.
☻ Cara Penahanan :
1. Tumbukan karena kelembaban
2. Pengendapan karena gaya tarik bumi
3. Difusi (gerakan brown)
Cara Penahanan : Tumbukan karena kelembaban
Ut.U.sinθ
I = ------------
g R
U = Laju pengaliran udara
Ut = Laju partikel
θ = Sudut bengkokan bronkus
R = Jari-jari bronkus
g = Gaya tarik bumi
Persamaan ini
menunjukkan
kemungkinan terjadinya
tumbukan oleh
kelembaban yang semakin
meningkat dengan
bertambahnya diameter
partikel, laju pengaliran
udara, sudut lekukan dan
penurunan jari-jari
bronkus; tumbukan tidak
terjadi di alveoli yang laju
pengaliran gas adalah nol.
σ.g.d²
Ut = ------------
18 ή
g = gaya tarik bumi
d = diameter partikel
σ = bobot jenis udara
ή = kekentalan udara
Cara Penahanan : Pengendapn karena gaya tarik bumi
Proses penahanan bekerja
dibawah rangsangan yang
merupakan fungsi dari
laju perpindahan partikel,
lamanya melewati saluran
dan inklinasi sudut
saluran. Jadi pengendapan
partikel berbanding
terbalik dengan laju
pengaliran udara dan
berbanding lurus dengan
bobot partikel.
Cara Penahanan : Difusi (gerak Brown)
RT C 1/2
Δ = ---- . ----------
N 2 π.ή.d
Δ = Laju perpindahan partikel
R = Tetapan gas murni
T = Suhu mutlak
N = Bilangan avogadro
C = Faktor pembentukan Cunninghum
ή = Kekentalan udara
d = diameter partikel
Laju penahanan atau
depo karena difusi
yang disebabkan oleh
gerak Brown
umumnya sebanding
dengan jumlah
partikel yang
tersuspensi dalam
udara, luas
permukaan, muatan
ion, perubahan suhu
dan waktu istirahat
antara gerakan-
gerakan pernapasan
Konsentrasi erosol
Lama kontak
Volume Pernapasan
depo
Penahanan pada
saluran napas
Pembersihan
/ epurasi
Respon farmakologis
Kadar obat dalam darah
Nasopharynx
Trachea-bronchus
Paru bagian dalam
S
a
l
u
r
a
n
n
a
p
a
s
D
a
r
a
h
Partikel Ekspirasi
Partikel yang dihirup
Getah bening
Cepat
Cepat
Cepat
Cepat
Cepat
Cepat
Pelan Pelan
Skema
penembusan
partikel
PENAHANAN DAN PEMBERSIHAN
☻ Setelah penangkapan zat aktif yang dihirup dari aerosol
maka partikel akan tertahan di permukaan tempat depo.
☻ Aktivitas partikel aerosol ditentukan oleh laju pelarutan
dan difusi melintasi selaput mukosa, perubahan laju
perjalanan dan peniadaannya dari lapisan mukosa ter-
sebut.
☻ Pada mekanisme pembersihan paru (makrofag alveoler),
maka peniadaan partikel oleh mukosilia adalah lebih
penting. Lamanya pembersihan ini adalah sekitar 100
jam untuk partikel yang dibersihkan oleh selaput
mukosilia, 30-40 % dikeluarkan pada 24 jam pertama.
P E N Y E R A P A N
☻ Pada tahap penyerapan, sebagian bahan yang
dihirup dalam bentuk aerosol akan terikat
dalam saluran napas dan selanjutnya diserap
oleh mukosa saluran.
☻ Untuk bahan dalam jumlah yang sangat besar
kadarnya di dalam darah dan air kemih perlu
ditentukan.
☻ Penyerapan ini dapat terjadi pada berbagai
tempat yang berbeda dan kadang-kadang
selektif untuk beberapa zat aktif tertentu.
»» di hidung, mulut, trakea, bronkus, alveoler,
dan di saluran cerna.
Bahan Aktif Beraksi Sistemik yang
Digunakan Dalam Sediaan Aerosol
1. Vasokonstriktor » » epinefrin, benzedrina
2. Vasodilator » » kolin ester
3. Kardiotonik » » digitalin, kuobaina
4. Diuretika » » kafeina, teobrimina
5. Konvulsan » » striknin
6. Penekan sistem syaraf » » barbiturat pusat
7. Hormon » » estrogen, insulin
8. Antibiotika
9. Salisilat dll
KESIMPULAN
☻ Aerosol obat dicirikan oleh alat yang digunakan, yang
selanjutnya menentukan ukuran partikel, tempat
permukaan penembusan obat dan jumlah zat aktif
yang dilepaskan.
☻ Harus diketahui atau ditentukan sebaik mungkin
aktivitas zat aktif yaitu aksi setempat atau sistemik
serta laju peniadaan zat aktif dari bagian saluran
napas yang berbeda agar dapat ditentukan kurva dosis
dan respon.
☻ Pemberian pendidikan pada penderita, karena
pengobatan aerosol akan berhasil bila digunakan
dengan cara yang tepat, irama pernapasan istirahat
yang bersamaan dengan penghirupan obat.
MDI
Terapi Oral vs Inhalasi
Onset lambat
Dosis besar
Efek samping
banyak
Tidak digunakan
untuk kondisi
akut
Onset cepat
Dosis lebih kecil
Toleransi terhadap
efek samping
Terapi pilihan
untuk kondisi akut
ORAL INHALASI
Delivery systems Aerosol & Alat yang
tersedia
Spacers/Holding
chambers
Metered dose inhalers
(MDI)
Dry powder inhalers
(Rotahaler)
Cont….
 Bersihkan mulut aerosol dengan air hangat.
 Kumur-kumur mulut dengan air.
28
Atroven®Inhaler =
Ipratropium Bromida
0,02 mg tiap semprot
Berodual®Inhaler =
Ipatropium Br 0,02 mg,
fenoterol Hbr 0,05 mg
Berotec®Inhaler =
Fenoterol HBr1,0 mg/ml
Penggunaan MDI yang Benar
 Kocok inhaler dengan baik dan buka tutupnya.
 Keluarkan nafas dengan lambat melalui bibir.
29
 Jika menggunakan teknik “mulut tertutup” pegang
inhaler tegak lurus dan tempatkan bagian mulut di
antara kedua bibir. Hati-hati jangan menghambat
bukaan dengan lidah atau gigi.
30
Penggunaan MDI yang Benar
Penggunaan MDI yang Benar
 Jika menggunakan teknik “mulut terbuka”, mulut
dibuka lebar dan pegang inhaler tegak lurus 1-2 inci
dari mulut, pastikan inhaler sampai.
31
Cont…
 Tekan inhaler perlahan sekali sambil mulai
mengambil nafas secara lambat dan dalam.
 Lanjutkan mengambil nafas secara lambat dan dalam
melalui mulut. Coba untuk mengambil nafas
sekurang-kurangnya selama 5 detik.
32
 Tahan nafas selama 10 detik. Jika 10 detik membuat
tidak enak, tahan sekurang-kurangnya 4 detik.
 Keluarkan nafas secara lambat.
 Tunggu sekitar sekurangnya 30-60 detik sebelum
menghirup MDI selanjutnya
33
Keuntungan Rotahaler (the dry powder)
• Overcomes hand-lung:
coordination problems that are
encountered with MDI
• Mudah digunakan untuk anak,
lansia, dan pasien artritis
• Dapat diberi inhalasi multipel jika
seluruh obat tidak habis dalam 1x
inhalasi
Rotahaler
Keuntungan Spacer
 Tidak butuh koordinasi
 Tidak memiliki efek freon dingin
 Deposisi orofaringeal minimal
 Meningkat deposisi obat dalam
paru
Terima
Kasih

More Related Content

What's hot

Biofarmasi Sediaan yang Diberikan Melalui Rektum
Biofarmasi Sediaan yang Diberikan Melalui RektumBiofarmasi Sediaan yang Diberikan Melalui Rektum
Biofarmasi Sediaan yang Diberikan Melalui RektumSurya Amal
 
Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Proses Pelepasan, Pelarutan dan Abso...
Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap  Proses Pelepasan, Pelarutan dan Abso...Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap  Proses Pelepasan, Pelarutan dan Abso...
Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Proses Pelepasan, Pelarutan dan Abso...Surya Amal
 
Laporan Farmakologi II "EFEK DIARE"
Laporan Farmakologi II "EFEK DIARE"Laporan Farmakologi II "EFEK DIARE"
Laporan Farmakologi II "EFEK DIARE"Sapan Nada
 
Laporan Praktikum Pembuatan Tablet Parasetamol
Laporan Praktikum Pembuatan Tablet ParasetamolLaporan Praktikum Pembuatan Tablet Parasetamol
Laporan Praktikum Pembuatan Tablet ParasetamolNovi Fachrunnisa
 
Sediaan obat Kapsul
Sediaan obat KapsulSediaan obat Kapsul
Sediaan obat KapsulSapan Nada
 
Parameter Nonspesifik Ekstrak (Fitokimia)
Parameter Nonspesifik Ekstrak (Fitokimia)Parameter Nonspesifik Ekstrak (Fitokimia)
Parameter Nonspesifik Ekstrak (Fitokimia)Filania Kanja
 
High Performance Liquid Chromatography
High Performance Liquid ChromatographyHigh Performance Liquid Chromatography
High Performance Liquid ChromatographyKopertis Wilayah I
 
Prinsip kerja Obat
Prinsip kerja ObatPrinsip kerja Obat
Prinsip kerja ObatDokter Tekno
 
Uji mutu sediaan kapsul
Uji mutu sediaan kapsul Uji mutu sediaan kapsul
Uji mutu sediaan kapsul DeLas Rac
 
Uji potensi antibiotik secara mikrobiologi
Uji potensi antibiotik secara mikrobiologiUji potensi antibiotik secara mikrobiologi
Uji potensi antibiotik secara mikrobiologiGuide_Consulting
 

What's hot (20)

Biofarmasi Sediaan yang Diberikan Melalui Rektum
Biofarmasi Sediaan yang Diberikan Melalui RektumBiofarmasi Sediaan yang Diberikan Melalui Rektum
Biofarmasi Sediaan yang Diberikan Melalui Rektum
 
Evaluasi Tablet
Evaluasi TabletEvaluasi Tablet
Evaluasi Tablet
 
ppt gel
ppt gelppt gel
ppt gel
 
SWAMEDIKASI
SWAMEDIKASISWAMEDIKASI
SWAMEDIKASI
 
Suppo
SuppoSuppo
Suppo
 
Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Proses Pelepasan, Pelarutan dan Abso...
Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap  Proses Pelepasan, Pelarutan dan Abso...Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap  Proses Pelepasan, Pelarutan dan Abso...
Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Proses Pelepasan, Pelarutan dan Abso...
 
Laporan Farmakologi II "EFEK DIARE"
Laporan Farmakologi II "EFEK DIARE"Laporan Farmakologi II "EFEK DIARE"
Laporan Farmakologi II "EFEK DIARE"
 
Mikromeritik
Mikromeritik Mikromeritik
Mikromeritik
 
Tetes hidung
Tetes hidungTetes hidung
Tetes hidung
 
Emulsi Farmasi
Emulsi FarmasiEmulsi Farmasi
Emulsi Farmasi
 
Laporan Praktikum Pembuatan Tablet Parasetamol
Laporan Praktikum Pembuatan Tablet ParasetamolLaporan Praktikum Pembuatan Tablet Parasetamol
Laporan Praktikum Pembuatan Tablet Parasetamol
 
Sediaan obat Kapsul
Sediaan obat KapsulSediaan obat Kapsul
Sediaan obat Kapsul
 
Parameter Nonspesifik Ekstrak (Fitokimia)
Parameter Nonspesifik Ekstrak (Fitokimia)Parameter Nonspesifik Ekstrak (Fitokimia)
Parameter Nonspesifik Ekstrak (Fitokimia)
 
High Performance Liquid Chromatography
High Performance Liquid ChromatographyHigh Performance Liquid Chromatography
High Performance Liquid Chromatography
 
Prinsip kerja Obat
Prinsip kerja ObatPrinsip kerja Obat
Prinsip kerja Obat
 
Suspensi
SuspensiSuspensi
Suspensi
 
Uji mutu sediaan kapsul
Uji mutu sediaan kapsul Uji mutu sediaan kapsul
Uji mutu sediaan kapsul
 
Uji potensi antibiotik secara mikrobiologi
Uji potensi antibiotik secara mikrobiologiUji potensi antibiotik secara mikrobiologi
Uji potensi antibiotik secara mikrobiologi
 
Pill
PillPill
Pill
 
Stabilitas Obat
Stabilitas ObatStabilitas Obat
Stabilitas Obat
 

Viewers also liked

Slide Presentasi Aerosol
Slide Presentasi AerosolSlide Presentasi Aerosol
Slide Presentasi AerosolAgnes Puspita
 
Pemberian Obat Topical KDM II By pangestu chaesar
Pemberian Obat Topical KDM II By pangestu chaesarPemberian Obat Topical KDM II By pangestu chaesar
Pemberian Obat Topical KDM II By pangestu chaesarPangestu S
 
Terapi inhalasi terbaru
Terapi inhalasi terbaruTerapi inhalasi terbaru
Terapi inhalasi terbarumatzrohwandi
 
Kelompok 6 (injeksi & spray)
Kelompok 6 (injeksi & spray)Kelompok 6 (injeksi & spray)
Kelompok 6 (injeksi & spray)Pharmacist
 
Biofarmasetika ( i ) new2
Biofarmasetika ( i ) new2Biofarmasetika ( i ) new2
Biofarmasetika ( i ) new2husnul khotimah
 
Biofarmasetik Sediaan Rektal
Biofarmasetik Sediaan RektalBiofarmasetik Sediaan Rektal
Biofarmasetik Sediaan RektalTrie Marcory
 
Efek samping obat
Efek samping obat Efek samping obat
Efek samping obat Dedi Kun
 
Farmakokinetika
FarmakokinetikaFarmakokinetika
Farmakokinetika4nakmans4
 
targeted drug delivery system to respiratory system
targeted drug delivery system to respiratory systemtargeted drug delivery system to respiratory system
targeted drug delivery system to respiratory systemAnusha Golla
 
Pulmonary drug delivery system1
Pulmonary drug delivery system1Pulmonary drug delivery system1
Pulmonary drug delivery system1Sonam Gandhi
 
prinsip dan teknik pemberian obat oral, sublingual, ic, sc dan im
prinsip dan teknik pemberian obat oral, sublingual, ic, sc dan imprinsip dan teknik pemberian obat oral, sublingual, ic, sc dan im
prinsip dan teknik pemberian obat oral, sublingual, ic, sc dan im4nakmans4
 

Viewers also liked (19)

Powerpoint aerosol
Powerpoint aerosolPowerpoint aerosol
Powerpoint aerosol
 
Slide Presentasi Aerosol
Slide Presentasi AerosolSlide Presentasi Aerosol
Slide Presentasi Aerosol
 
Pemberian Obat Topical KDM II By pangestu chaesar
Pemberian Obat Topical KDM II By pangestu chaesarPemberian Obat Topical KDM II By pangestu chaesar
Pemberian Obat Topical KDM II By pangestu chaesar
 
Terapi inhalasi terbaru
Terapi inhalasi terbaruTerapi inhalasi terbaru
Terapi inhalasi terbaru
 
Kelompok 6 (injeksi & spray)
Kelompok 6 (injeksi & spray)Kelompok 6 (injeksi & spray)
Kelompok 6 (injeksi & spray)
 
Kemasan aerosol
Kemasan aerosolKemasan aerosol
Kemasan aerosol
 
Biofarmasi
BiofarmasiBiofarmasi
Biofarmasi
 
Biofarmasetika ( i ) new2
Biofarmasetika ( i ) new2Biofarmasetika ( i ) new2
Biofarmasetika ( i ) new2
 
Makalah pemberian obat pada kulit
Makalah pemberian obat pada kulitMakalah pemberian obat pada kulit
Makalah pemberian obat pada kulit
 
Makalah pemberian obat melalui anus
Makalah pemberian obat melalui anusMakalah pemberian obat melalui anus
Makalah pemberian obat melalui anus
 
Biofarmasetik Sediaan Rektal
Biofarmasetik Sediaan RektalBiofarmasetik Sediaan Rektal
Biofarmasetik Sediaan Rektal
 
Macam2 dan cara penyuntikan
Macam2 dan cara penyuntikanMacam2 dan cara penyuntikan
Macam2 dan cara penyuntikan
 
Drug delivery to respiratory system
Drug delivery to respiratory systemDrug delivery to respiratory system
Drug delivery to respiratory system
 
Efek samping obat
Efek samping obat Efek samping obat
Efek samping obat
 
Farmakokinetika
FarmakokinetikaFarmakokinetika
Farmakokinetika
 
targeted drug delivery system to respiratory system
targeted drug delivery system to respiratory systemtargeted drug delivery system to respiratory system
targeted drug delivery system to respiratory system
 
Pulmonary drug delivery system1
Pulmonary drug delivery system1Pulmonary drug delivery system1
Pulmonary drug delivery system1
 
prinsip dan teknik pemberian obat oral, sublingual, ic, sc dan im
prinsip dan teknik pemberian obat oral, sublingual, ic, sc dan imprinsip dan teknik pemberian obat oral, sublingual, ic, sc dan im
prinsip dan teknik pemberian obat oral, sublingual, ic, sc dan im
 
Jaringan ikat
Jaringan ikatJaringan ikat
Jaringan ikat
 

Similar to BIOFARMASI SEDIAAN YANG DIBERIKAN MELALUI PARU : AEROSOL

Sistem respirasi manusia dan hewan (m.badar)
Sistem respirasi manusia dan hewan (m.badar)Sistem respirasi manusia dan hewan (m.badar)
Sistem respirasi manusia dan hewan (m.badar)Muhammad Badar
 
Pertemuan 10 Respirasi.pdf
Pertemuan 10 Respirasi.pdfPertemuan 10 Respirasi.pdf
Pertemuan 10 Respirasi.pdfMazzRudy
 
Biofarmasetika Materi Sediaan Inhalasi
Biofarmasetika Materi Sediaan InhalasiBiofarmasetika Materi Sediaan Inhalasi
Biofarmasetika Materi Sediaan InhalasiNesha Mutiara
 
Makalah macam2 pemberian oksigen
Makalah macam2 pemberian oksigenMakalah macam2 pemberian oksigen
Makalah macam2 pemberian oksigenconesti08com
 
Makalah macam2 pemberian oksigen
Makalah macam2 pemberian oksigenMakalah macam2 pemberian oksigen
Makalah macam2 pemberian oksigenconesti08com
 
Intubasi endotrakeal memasukan pipa trakea ke dalam trakea melalui rima gloti...
Intubasi endotrakeal memasukan pipa trakea ke dalam trakea melalui rima gloti...Intubasi endotrakeal memasukan pipa trakea ke dalam trakea melalui rima gloti...
Intubasi endotrakeal memasukan pipa trakea ke dalam trakea melalui rima gloti...RTISanglah
 
Anatomi dan fisiologi sistem pernapasan MANUSIA
Anatomi dan fisiologi sistem pernapasan MANUSIAAnatomi dan fisiologi sistem pernapasan MANUSIA
Anatomi dan fisiologi sistem pernapasan MANUSIAnurahlina08
 
pernapasan manusia untuk mengetahui organ
pernapasan manusia untuk mengetahui organpernapasan manusia untuk mengetahui organ
pernapasan manusia untuk mengetahui organkisworodwiaprian
 
fisiologi pernasafan panjang
fisiologi pernasafan panjangfisiologi pernasafan panjang
fisiologi pernasafan panjangnurdinz
 
Prinsip pemenuhan kebutuhan oksigen akbid paramata raha
Prinsip pemenuhan kebutuhan oksigen akbid paramata rahaPrinsip pemenuhan kebutuhan oksigen akbid paramata raha
Prinsip pemenuhan kebutuhan oksigen akbid paramata rahaOperator Warnet Vast Raha
 
ORGAN PERNAFASAN.pdf
ORGAN PERNAFASAN.pdfORGAN PERNAFASAN.pdf
ORGAN PERNAFASAN.pdfNOVAcica
 
PEMBERIAN OKSIGEN.pptx
PEMBERIAN OKSIGEN.pptxPEMBERIAN OKSIGEN.pptx
PEMBERIAN OKSIGEN.pptxIstiarini4
 
sitem pernapasan kelompok 2
sitem pernapasan kelompok 2sitem pernapasan kelompok 2
sitem pernapasan kelompok 2dianapujiatie
 
PPT_PERNAPASAN_MANUSIA_new.pptx
PPT_PERNAPASAN_MANUSIA_new.pptxPPT_PERNAPASAN_MANUSIA_new.pptx
PPT_PERNAPASAN_MANUSIA_new.pptxRahayuLv1
 
Sistem pernafasan XI IPA 2
Sistem pernafasan XI IPA 2Sistem pernafasan XI IPA 2
Sistem pernafasan XI IPA 2Khayris Rahmanto
 

Similar to BIOFARMASI SEDIAAN YANG DIBERIKAN MELALUI PARU : AEROSOL (20)

Sistem respirasi manusia dan hewan (m.badar)
Sistem respirasi manusia dan hewan (m.badar)Sistem respirasi manusia dan hewan (m.badar)
Sistem respirasi manusia dan hewan (m.badar)
 
Pertemuan 10 Respirasi.pdf
Pertemuan 10 Respirasi.pdfPertemuan 10 Respirasi.pdf
Pertemuan 10 Respirasi.pdf
 
Konsumsi oksigennnnn
Konsumsi oksigennnnnKonsumsi oksigennnnn
Konsumsi oksigennnnn
 
PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGEN
PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENPEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGEN
PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGEN
 
Biofarmasetika Materi Sediaan Inhalasi
Biofarmasetika Materi Sediaan InhalasiBiofarmasetika Materi Sediaan Inhalasi
Biofarmasetika Materi Sediaan Inhalasi
 
Makalah macam2 pemberian oksigen
Makalah macam2 pemberian oksigenMakalah macam2 pemberian oksigen
Makalah macam2 pemberian oksigen
 
Makalah macam2 pemberian oksigen
Makalah macam2 pemberian oksigenMakalah macam2 pemberian oksigen
Makalah macam2 pemberian oksigen
 
Intubasi endotrakeal memasukan pipa trakea ke dalam trakea melalui rima gloti...
Intubasi endotrakeal memasukan pipa trakea ke dalam trakea melalui rima gloti...Intubasi endotrakeal memasukan pipa trakea ke dalam trakea melalui rima gloti...
Intubasi endotrakeal memasukan pipa trakea ke dalam trakea melalui rima gloti...
 
Bab ii sementara
Bab ii sementaraBab ii sementara
Bab ii sementara
 
Anatomi dan fisiologi sistem pernapasan MANUSIA
Anatomi dan fisiologi sistem pernapasan MANUSIAAnatomi dan fisiologi sistem pernapasan MANUSIA
Anatomi dan fisiologi sistem pernapasan MANUSIA
 
178664185 intubasi-pdf
178664185 intubasi-pdf178664185 intubasi-pdf
178664185 intubasi-pdf
 
pernapasan manusia untuk mengetahui organ
pernapasan manusia untuk mengetahui organpernapasan manusia untuk mengetahui organ
pernapasan manusia untuk mengetahui organ
 
fisiologi pernasafan panjang
fisiologi pernasafan panjangfisiologi pernasafan panjang
fisiologi pernasafan panjang
 
Prinsip pemenuhan kebutuhan oksigen akbid paramata raha
Prinsip pemenuhan kebutuhan oksigen akbid paramata rahaPrinsip pemenuhan kebutuhan oksigen akbid paramata raha
Prinsip pemenuhan kebutuhan oksigen akbid paramata raha
 
ORGAN PERNAFASAN.pdf
ORGAN PERNAFASAN.pdfORGAN PERNAFASAN.pdf
ORGAN PERNAFASAN.pdf
 
PEMBERIAN OKSIGEN.pptx
PEMBERIAN OKSIGEN.pptxPEMBERIAN OKSIGEN.pptx
PEMBERIAN OKSIGEN.pptx
 
sitem pernapasan kelompok 2
sitem pernapasan kelompok 2sitem pernapasan kelompok 2
sitem pernapasan kelompok 2
 
PPT_PERNAPASAN_MANUSIA_new.pptx
PPT_PERNAPASAN_MANUSIA_new.pptxPPT_PERNAPASAN_MANUSIA_new.pptx
PPT_PERNAPASAN_MANUSIA_new.pptx
 
Sistem pernafasan XI IPA 2
Sistem pernafasan XI IPA 2Sistem pernafasan XI IPA 2
Sistem pernafasan XI IPA 2
 
Sistem Pernafasan Pada Manusia
Sistem Pernafasan Pada ManusiaSistem Pernafasan Pada Manusia
Sistem Pernafasan Pada Manusia
 

More from Surya Amal

Buku pneumonia covid 19 pdpi 2020
Buku pneumonia covid 19  pdpi 2020Buku pneumonia covid 19  pdpi 2020
Buku pneumonia covid 19 pdpi 2020Surya Amal
 
INTERPROFESSIONAL COLLABORATION IN PHARMACOEPIDEMIOLOGY STUDIES
INTERPROFESSIONAL COLLABORATION IN PHARMACOEPIDEMIOLOGY STUDIES  INTERPROFESSIONAL COLLABORATION IN PHARMACOEPIDEMIOLOGY STUDIES
INTERPROFESSIONAL COLLABORATION IN PHARMACOEPIDEMIOLOGY STUDIES Surya Amal
 
2015 05-27 ad-art aptfi 2015-konggres makassar 2015
2015 05-27 ad-art aptfi 2015-konggres makassar 20152015 05-27 ad-art aptfi 2015-konggres makassar 2015
2015 05-27 ad-art aptfi 2015-konggres makassar 2015Surya Amal
 
Novel Drug Delivery Systems
Novel Drug Delivery SystemsNovel Drug Delivery Systems
Novel Drug Delivery SystemsSurya Amal
 
Panduan Pengelolaan Dislipidemia
Panduan Pengelolaan DislipidemiaPanduan Pengelolaan Dislipidemia
Panduan Pengelolaan DislipidemiaSurya Amal
 
PENGANTAR FARMAKOKINETIK
PENGANTAR FARMAKOKINETIKPENGANTAR FARMAKOKINETIK
PENGANTAR FARMAKOKINETIKSurya Amal
 
NASKAH AKADEMIK PENDIDIKAN APOTEKER INDONESIA
NASKAH AKADEMIK PENDIDIKAN APOTEKER INDONESIANASKAH AKADEMIK PENDIDIKAN APOTEKER INDONESIA
NASKAH AKADEMIK PENDIDIKAN APOTEKER INDONESIASurya Amal
 
GUIDELINES FOR THE MANAGEMENT OF TUBERCULOSIS IN CHILDREN
GUIDELINES FOR THE MANAGEMENT OF TUBERCULOSIS IN CHILDREN GUIDELINES FOR THE MANAGEMENT OF TUBERCULOSIS IN CHILDREN
GUIDELINES FOR THE MANAGEMENT OF TUBERCULOSIS IN CHILDREN Surya Amal
 
PETUNJUK TEKNIS MANAJEMEN TB ANAK
PETUNJUK TEKNIS MANAJEMEN TB ANAKPETUNJUK TEKNIS MANAJEMEN TB ANAK
PETUNJUK TEKNIS MANAJEMEN TB ANAKSurya Amal
 
Guidelines for Malaria Prevention in Travellers from the UK 2015
Guidelines for Malaria Prevention in Travellers from the UK 2015Guidelines for Malaria Prevention in Travellers from the UK 2015
Guidelines for Malaria Prevention in Travellers from the UK 2015Surya Amal
 
ANTIMICROBIAL DRUGS (Part 2)
ANTIMICROBIAL DRUGS (Part 2) ANTIMICROBIAL DRUGS (Part 2)
ANTIMICROBIAL DRUGS (Part 2) Surya Amal
 
ANTIMICROBIAL DRUGS (part I)
ANTIMICROBIAL DRUGS (part I)ANTIMICROBIAL DRUGS (part I)
ANTIMICROBIAL DRUGS (part I)Surya Amal
 
WORLD DRUG REPORT 2015
WORLD DRUG REPORT 2015 WORLD DRUG REPORT 2015
WORLD DRUG REPORT 2015 Surya Amal
 
Enteral Feeding Tubes for Drug Administration
Enteral Feeding Tubes for Drug AdministrationEnteral Feeding Tubes for Drug Administration
Enteral Feeding Tubes for Drug AdministrationSurya Amal
 
Sexually Transmitted Diseases Treatment Guidelines, 2015
Sexually Transmitted Diseases Treatment Guidelines, 2015Sexually Transmitted Diseases Treatment Guidelines, 2015
Sexually Transmitted Diseases Treatment Guidelines, 2015Surya Amal
 
CHRONIC HEPATITIS B INFECTION GUIDELINES
CHRONIC HEPATITIS B INFECTION GUIDELINESCHRONIC HEPATITIS B INFECTION GUIDELINES
CHRONIC HEPATITIS B INFECTION GUIDELINESSurya Amal
 
BIOFARMASI SEDIAAN YANG DIBERIKAN MELALUI KULIT
BIOFARMASI SEDIAAN YANG  DIBERIKAN MELALUI KULITBIOFARMASI SEDIAAN YANG  DIBERIKAN MELALUI KULIT
BIOFARMASI SEDIAAN YANG DIBERIKAN MELALUI KULITSurya Amal
 
A Pocket Guide to Common Arrhythmias
A Pocket Guide to Common ArrhythmiasA Pocket Guide to Common Arrhythmias
A Pocket Guide to Common ArrhythmiasSurya Amal
 
Tatalaksana Klinis Infeksi HIV dan Terapi Antiretroviral
Tatalaksana Klinis Infeksi HIV dan Terapi AntiretroviralTatalaksana Klinis Infeksi HIV dan Terapi Antiretroviral
Tatalaksana Klinis Infeksi HIV dan Terapi AntiretroviralSurya Amal
 
PENGGOLONGAN DAN BENTUK SEDIAAN OBAT
PENGGOLONGAN DAN BENTUK SEDIAAN OBATPENGGOLONGAN DAN BENTUK SEDIAAN OBAT
PENGGOLONGAN DAN BENTUK SEDIAAN OBATSurya Amal
 

More from Surya Amal (20)

Buku pneumonia covid 19 pdpi 2020
Buku pneumonia covid 19  pdpi 2020Buku pneumonia covid 19  pdpi 2020
Buku pneumonia covid 19 pdpi 2020
 
INTERPROFESSIONAL COLLABORATION IN PHARMACOEPIDEMIOLOGY STUDIES
INTERPROFESSIONAL COLLABORATION IN PHARMACOEPIDEMIOLOGY STUDIES  INTERPROFESSIONAL COLLABORATION IN PHARMACOEPIDEMIOLOGY STUDIES
INTERPROFESSIONAL COLLABORATION IN PHARMACOEPIDEMIOLOGY STUDIES
 
2015 05-27 ad-art aptfi 2015-konggres makassar 2015
2015 05-27 ad-art aptfi 2015-konggres makassar 20152015 05-27 ad-art aptfi 2015-konggres makassar 2015
2015 05-27 ad-art aptfi 2015-konggres makassar 2015
 
Novel Drug Delivery Systems
Novel Drug Delivery SystemsNovel Drug Delivery Systems
Novel Drug Delivery Systems
 
Panduan Pengelolaan Dislipidemia
Panduan Pengelolaan DislipidemiaPanduan Pengelolaan Dislipidemia
Panduan Pengelolaan Dislipidemia
 
PENGANTAR FARMAKOKINETIK
PENGANTAR FARMAKOKINETIKPENGANTAR FARMAKOKINETIK
PENGANTAR FARMAKOKINETIK
 
NASKAH AKADEMIK PENDIDIKAN APOTEKER INDONESIA
NASKAH AKADEMIK PENDIDIKAN APOTEKER INDONESIANASKAH AKADEMIK PENDIDIKAN APOTEKER INDONESIA
NASKAH AKADEMIK PENDIDIKAN APOTEKER INDONESIA
 
GUIDELINES FOR THE MANAGEMENT OF TUBERCULOSIS IN CHILDREN
GUIDELINES FOR THE MANAGEMENT OF TUBERCULOSIS IN CHILDREN GUIDELINES FOR THE MANAGEMENT OF TUBERCULOSIS IN CHILDREN
GUIDELINES FOR THE MANAGEMENT OF TUBERCULOSIS IN CHILDREN
 
PETUNJUK TEKNIS MANAJEMEN TB ANAK
PETUNJUK TEKNIS MANAJEMEN TB ANAKPETUNJUK TEKNIS MANAJEMEN TB ANAK
PETUNJUK TEKNIS MANAJEMEN TB ANAK
 
Guidelines for Malaria Prevention in Travellers from the UK 2015
Guidelines for Malaria Prevention in Travellers from the UK 2015Guidelines for Malaria Prevention in Travellers from the UK 2015
Guidelines for Malaria Prevention in Travellers from the UK 2015
 
ANTIMICROBIAL DRUGS (Part 2)
ANTIMICROBIAL DRUGS (Part 2) ANTIMICROBIAL DRUGS (Part 2)
ANTIMICROBIAL DRUGS (Part 2)
 
ANTIMICROBIAL DRUGS (part I)
ANTIMICROBIAL DRUGS (part I)ANTIMICROBIAL DRUGS (part I)
ANTIMICROBIAL DRUGS (part I)
 
WORLD DRUG REPORT 2015
WORLD DRUG REPORT 2015 WORLD DRUG REPORT 2015
WORLD DRUG REPORT 2015
 
Enteral Feeding Tubes for Drug Administration
Enteral Feeding Tubes for Drug AdministrationEnteral Feeding Tubes for Drug Administration
Enteral Feeding Tubes for Drug Administration
 
Sexually Transmitted Diseases Treatment Guidelines, 2015
Sexually Transmitted Diseases Treatment Guidelines, 2015Sexually Transmitted Diseases Treatment Guidelines, 2015
Sexually Transmitted Diseases Treatment Guidelines, 2015
 
CHRONIC HEPATITIS B INFECTION GUIDELINES
CHRONIC HEPATITIS B INFECTION GUIDELINESCHRONIC HEPATITIS B INFECTION GUIDELINES
CHRONIC HEPATITIS B INFECTION GUIDELINES
 
BIOFARMASI SEDIAAN YANG DIBERIKAN MELALUI KULIT
BIOFARMASI SEDIAAN YANG  DIBERIKAN MELALUI KULITBIOFARMASI SEDIAAN YANG  DIBERIKAN MELALUI KULIT
BIOFARMASI SEDIAAN YANG DIBERIKAN MELALUI KULIT
 
A Pocket Guide to Common Arrhythmias
A Pocket Guide to Common ArrhythmiasA Pocket Guide to Common Arrhythmias
A Pocket Guide to Common Arrhythmias
 
Tatalaksana Klinis Infeksi HIV dan Terapi Antiretroviral
Tatalaksana Klinis Infeksi HIV dan Terapi AntiretroviralTatalaksana Klinis Infeksi HIV dan Terapi Antiretroviral
Tatalaksana Klinis Infeksi HIV dan Terapi Antiretroviral
 
PENGGOLONGAN DAN BENTUK SEDIAAN OBAT
PENGGOLONGAN DAN BENTUK SEDIAAN OBATPENGGOLONGAN DAN BENTUK SEDIAAN OBAT
PENGGOLONGAN DAN BENTUK SEDIAAN OBAT
 

Recently uploaded

SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfSWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfFatimaZalamatulInzan
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANYayahKodariyah
 
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosisAbses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosisRachmandiarRaras
 
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxMPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxISKANDARSYAPARI
 
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikPPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikSavitriIndrasari1
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptRoniAlfaqih2
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.pptDesiskaPricilia1
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfhsetraining040
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxkaiba5
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxrittafarmaraflesia
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALMayangWulan3
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannandyyusrizal2
 
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretikobat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretikSyarifahNurulMaulida1
 
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...AdekKhazelia
 
materi tentang sistem imun tubuh manusia
materi tentang sistem  imun tubuh manusiamateri tentang sistem  imun tubuh manusia
materi tentang sistem imun tubuh manusiastvitania08
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptRoniAlfaqih2
 
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3spenyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3smwk57khb29
 
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptxKDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptxawaldarmawan3
 
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptika291990
 

Recently uploaded (19)

SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfSWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
 
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosisAbses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
 
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxMPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
 
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikPPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
 
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretikobat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
 
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
 
materi tentang sistem imun tubuh manusia
materi tentang sistem  imun tubuh manusiamateri tentang sistem  imun tubuh manusia
materi tentang sistem imun tubuh manusia
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
 
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3spenyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
 
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptxKDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
 
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
 

BIOFARMASI SEDIAAN YANG DIBERIKAN MELALUI PARU : AEROSOL

  • 1. BIOFARMASI SEDIAAN YANG DIBERIKAN MELALUI PARU : AEROSOL Surya Amal PROGRAM STUDI FARMASI FIK UNIVERSITAS DARUSSALAM GONTOR
  • 2. AEROSOL (AEROSOLUM) ☻ “aerosol” (aer = udara dan sol = larutan, jadi aerosol merupakan larutan dalam udara) »» Istilah aerosol kini dikenal dengan pengertian kabut yang dibentuk oleh partikel-partikel padat atau cairan yang terdispersi dalam udara atau dalam gas, dan partikel tersebut cukup halus hingga tetap tersuspensi dalam waktu singkat. ☻ Aerosol Farmasetik adalah sediaan yang dikemas di bawah tekanan, mengandung zat aktif terapetik yang dilepas pada saat sistem katup yang sesuai ditekan. »» Istilah ‘aerosol’ digunakan untuk sediaan semprotan kabut tipis dari suatu sistem bertekanan tinggi.
  • 3. AEROSOL (AEROSOLUM) ☻ Aerosol digunakan untuk memasukkan obat ke dalam alveolus pulmonari melalui saluran napas atas tanpa disertai hambatan yang berarti saat melewati saluran napas. ☻ Dalam hal Aerosol Inhalasi, ukuran partikel obat harus dikontrol dan ukuran rata-rata partikel harus lebih kecil dari 10 μm. Sediaan ini juga dikenal sebagai inhaler dosis terukur. (FI Ed. IV)
  • 4. KOMPONEN-KOMPONEN DASAR SISTEM AEROSOL 1. WADAH 2. PROPELAN »» gas yang dicairkan atau gas dimampatkan, umumya mempunyai tekanan uap lebih besar dari tekanan atmosfer. Contoh hidrokarbon. 3. KONSENTRAT mengandung zat aktif 4. KATUP »» mengatur aliran zat terapetik dan propelan dari wadah. Sediaan farmasi untuk inhalasi oral atau inhalasi nasal sering menggunakan katup dosis terukur yang harus memberikan jumlah semprotan seragam jika katup ditekan 5. PENYEMPROT (aktuator)
  • 5. JENIS AEROSOL A. Sistem Dua Fase (gas dan cair) ☻ Larutan zat aktif dalam propelan cair dan propelan bentuk uap. ☻ Pelarut yang digunakan »» propelan atau campuran propelan dan kosolven seperti etanol, propilen glikol, dan polietilen glikol yang digunakan untuk menam- bah kelarutan zat aktif. B. Sistem Tiga Fase (gas, cair, dan padat atau cair) Terdiri dari suspensi atau emulsi zat aktif dan propelan bentuk uap. Suspensi terdiri dari zat aktif yang dapat di- dispersikan oleh sistem propelan dengan zat tambahan yang sesuai seperti zat pembasah dan atau bahan pem- bawa padat seperti talk atau silika koloidal
  • 6.
  • 7.
  • 8.
  • 9. ANATOMI DAN FISIOLOGI SALURAN NAPAS DAERAH KONDUKSI Daerah konduksi pada saluran napas merupakan seluruh saluran udara dari trakea sampai bronchiolus terminalis, yang berperan pada transfer gas ke daerah pertukaran. » Hidung » Mulut » Trakea » Bronkus » Silia » Getah bronkus
  • 10. ANATOMI DAN FISIOLOGI SALURAN NAPAS DAERAH PERTUKARAN Daerah pertukaran secara anatomis berhubungan dengan struktur acinus pulmonalis yang sebagian atau seluruh strukturnya beralveoli. Daerah pertu- karan tersebut berupa kanal-kanal (bronchiolus respiratorius tingkat 1,2 dan 3, dan kantong alveolar SA). Sesuai dengan namanya, struktur tersebut bertugas melaksanakan pertukaran udara antara alveolus dan pembuluh darah.
  • 11. PERJALANAN AEROSOL DI DALAM TUBUH ☻ TRANSIT ATAU PENGHIRUPAN ☻ PENANGKAPAN ATAU DEPO ☻ PENAHANAN DAN PEMBERSIHAN ☻ PENYERAPAN
  • 12. PENGHIRUPAN DAN PERPINDAHAN ☻ Aerosol memulai pejalanan dari alat generator sampai titik fiksasinya di epitel pernapasan. ☻ Tetesan aerosol mula-mula mencapai cavum bucallis, kemudian menuju trakea, bronkus, bronkiolus, kanal alveoli dan akhirnya ke alveoli paru. ☻ Faktor-faktor yang mempengaruhi perpindahan partikel : Ukuran partikel, pernapasan dan laju pengaliran udara, jenis aliran, kelembaban, suhu dan tekanan.
  • 13. Diameter Partikel Aerosol Permukaan Penetrasi Maksimum < 30 μm Lubang Hidung Pharynx Larynx 20 – 30 μm Trakea 10 – 20 μm Bronkus dan Bronchiolus 3 – 5 μm Bronchiolus terminalis < 3 μm Canal alveoli, Lalu ke Alveoli paru Skema : Jalur penembusan partikel pada berbagai tahap yang berbeda di percabangan saluran napas berdasarkan ukuran partikel
  • 14. PENAHANAN ATAU DEPO ☻ Pada tahap kedua dimana terjadi penahanan atau depo, partikel aerosol ditahan oleh epitel oleh broncho-alveoli. Hanya sebagian partikel yang diteruskan sedang bagian lainnya ditolak. ☻ Cara Penahanan : 1. Tumbukan karena kelembaban 2. Pengendapan karena gaya tarik bumi 3. Difusi (gerakan brown)
  • 15. Cara Penahanan : Tumbukan karena kelembaban Ut.U.sinθ I = ------------ g R U = Laju pengaliran udara Ut = Laju partikel θ = Sudut bengkokan bronkus R = Jari-jari bronkus g = Gaya tarik bumi Persamaan ini menunjukkan kemungkinan terjadinya tumbukan oleh kelembaban yang semakin meningkat dengan bertambahnya diameter partikel, laju pengaliran udara, sudut lekukan dan penurunan jari-jari bronkus; tumbukan tidak terjadi di alveoli yang laju pengaliran gas adalah nol.
  • 16. σ.g.d² Ut = ------------ 18 ή g = gaya tarik bumi d = diameter partikel σ = bobot jenis udara ή = kekentalan udara Cara Penahanan : Pengendapn karena gaya tarik bumi Proses penahanan bekerja dibawah rangsangan yang merupakan fungsi dari laju perpindahan partikel, lamanya melewati saluran dan inklinasi sudut saluran. Jadi pengendapan partikel berbanding terbalik dengan laju pengaliran udara dan berbanding lurus dengan bobot partikel.
  • 17. Cara Penahanan : Difusi (gerak Brown) RT C 1/2 Δ = ---- . ---------- N 2 π.ή.d Δ = Laju perpindahan partikel R = Tetapan gas murni T = Suhu mutlak N = Bilangan avogadro C = Faktor pembentukan Cunninghum ή = Kekentalan udara d = diameter partikel Laju penahanan atau depo karena difusi yang disebabkan oleh gerak Brown umumnya sebanding dengan jumlah partikel yang tersuspensi dalam udara, luas permukaan, muatan ion, perubahan suhu dan waktu istirahat antara gerakan- gerakan pernapasan
  • 18. Konsentrasi erosol Lama kontak Volume Pernapasan depo Penahanan pada saluran napas Pembersihan / epurasi Respon farmakologis Kadar obat dalam darah
  • 19. Nasopharynx Trachea-bronchus Paru bagian dalam S a l u r a n n a p a s D a r a h Partikel Ekspirasi Partikel yang dihirup Getah bening Cepat Cepat Cepat Cepat Cepat Cepat Pelan Pelan Skema penembusan partikel
  • 20. PENAHANAN DAN PEMBERSIHAN ☻ Setelah penangkapan zat aktif yang dihirup dari aerosol maka partikel akan tertahan di permukaan tempat depo. ☻ Aktivitas partikel aerosol ditentukan oleh laju pelarutan dan difusi melintasi selaput mukosa, perubahan laju perjalanan dan peniadaannya dari lapisan mukosa ter- sebut. ☻ Pada mekanisme pembersihan paru (makrofag alveoler), maka peniadaan partikel oleh mukosilia adalah lebih penting. Lamanya pembersihan ini adalah sekitar 100 jam untuk partikel yang dibersihkan oleh selaput mukosilia, 30-40 % dikeluarkan pada 24 jam pertama.
  • 21. P E N Y E R A P A N ☻ Pada tahap penyerapan, sebagian bahan yang dihirup dalam bentuk aerosol akan terikat dalam saluran napas dan selanjutnya diserap oleh mukosa saluran. ☻ Untuk bahan dalam jumlah yang sangat besar kadarnya di dalam darah dan air kemih perlu ditentukan. ☻ Penyerapan ini dapat terjadi pada berbagai tempat yang berbeda dan kadang-kadang selektif untuk beberapa zat aktif tertentu. »» di hidung, mulut, trakea, bronkus, alveoler, dan di saluran cerna.
  • 22. Bahan Aktif Beraksi Sistemik yang Digunakan Dalam Sediaan Aerosol 1. Vasokonstriktor » » epinefrin, benzedrina 2. Vasodilator » » kolin ester 3. Kardiotonik » » digitalin, kuobaina 4. Diuretika » » kafeina, teobrimina 5. Konvulsan » » striknin 6. Penekan sistem syaraf » » barbiturat pusat 7. Hormon » » estrogen, insulin 8. Antibiotika 9. Salisilat dll
  • 23. KESIMPULAN ☻ Aerosol obat dicirikan oleh alat yang digunakan, yang selanjutnya menentukan ukuran partikel, tempat permukaan penembusan obat dan jumlah zat aktif yang dilepaskan. ☻ Harus diketahui atau ditentukan sebaik mungkin aktivitas zat aktif yaitu aksi setempat atau sistemik serta laju peniadaan zat aktif dari bagian saluran napas yang berbeda agar dapat ditentukan kurva dosis dan respon. ☻ Pemberian pendidikan pada penderita, karena pengobatan aerosol akan berhasil bila digunakan dengan cara yang tepat, irama pernapasan istirahat yang bersamaan dengan penghirupan obat.
  • 24.
  • 25. MDI
  • 26. Terapi Oral vs Inhalasi Onset lambat Dosis besar Efek samping banyak Tidak digunakan untuk kondisi akut Onset cepat Dosis lebih kecil Toleransi terhadap efek samping Terapi pilihan untuk kondisi akut ORAL INHALASI
  • 27. Delivery systems Aerosol & Alat yang tersedia Spacers/Holding chambers Metered dose inhalers (MDI) Dry powder inhalers (Rotahaler)
  • 28. Cont….  Bersihkan mulut aerosol dengan air hangat.  Kumur-kumur mulut dengan air. 28 Atroven®Inhaler = Ipratropium Bromida 0,02 mg tiap semprot Berodual®Inhaler = Ipatropium Br 0,02 mg, fenoterol Hbr 0,05 mg Berotec®Inhaler = Fenoterol HBr1,0 mg/ml
  • 29. Penggunaan MDI yang Benar  Kocok inhaler dengan baik dan buka tutupnya.  Keluarkan nafas dengan lambat melalui bibir. 29
  • 30.  Jika menggunakan teknik “mulut tertutup” pegang inhaler tegak lurus dan tempatkan bagian mulut di antara kedua bibir. Hati-hati jangan menghambat bukaan dengan lidah atau gigi. 30 Penggunaan MDI yang Benar
  • 31. Penggunaan MDI yang Benar  Jika menggunakan teknik “mulut terbuka”, mulut dibuka lebar dan pegang inhaler tegak lurus 1-2 inci dari mulut, pastikan inhaler sampai. 31
  • 32. Cont…  Tekan inhaler perlahan sekali sambil mulai mengambil nafas secara lambat dan dalam.  Lanjutkan mengambil nafas secara lambat dan dalam melalui mulut. Coba untuk mengambil nafas sekurang-kurangnya selama 5 detik. 32
  • 33.  Tahan nafas selama 10 detik. Jika 10 detik membuat tidak enak, tahan sekurang-kurangnya 4 detik.  Keluarkan nafas secara lambat.  Tunggu sekitar sekurangnya 30-60 detik sebelum menghirup MDI selanjutnya 33
  • 34. Keuntungan Rotahaler (the dry powder) • Overcomes hand-lung: coordination problems that are encountered with MDI • Mudah digunakan untuk anak, lansia, dan pasien artritis • Dapat diberi inhalasi multipel jika seluruh obat tidak habis dalam 1x inhalasi
  • 36. Keuntungan Spacer  Tidak butuh koordinasi  Tidak memiliki efek freon dingin  Deposisi orofaringeal minimal  Meningkat deposisi obat dalam paru